KUMPULAN ASUHAN
KEPERAWATAN
(Askep Komunitas Anak
Usia Toddler dan Pre
School)
2012
WWW.SAKTYAIRLANGGA.WORDPRESS.COM
Definisi Konsep Keperawatan Komunitas pada Usia Toddler dan Preschool
Keperawatan komunitas menurut CHS (1997) adalah suatu bentuk pelayanan
professional berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan yang ditujukan terutama pada
kelompok resiko tinggi untuk meningkatkan status kesehatan komunitas dengan menekan
upaya peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit serta tidak menagbaikan kuratif dan
reabilitatif.
Periode Eraly Childhood yaitu sejak umur 1 tahun sampai dengan 6 tahun dibagi
atas:
1. Toddler : umur 1 s.d. 3 tahun
2. Preschool : umur 3 s.d. 6 tahun
Pada masa toddler (1 s.d. 3 tahun), pertumbuhan fisik anak lebih lambat
dibandingkan dengan masa bayi, tetapi perkembangan motoriknya berjalan lebih cepat.
Anak sering mengalami penurunan nafsu makan sehingga tampak langsing dan berotot, dan
anak mulai berjalan jalan. Anak perlu diawasi dalam beraktivitas karena anak tidak
memperhatikan bahaya (Nursalam, 2005).
Pada masa preschool (3 s.d. 6 tahun). Pertumbuhna gigi susu sudah lengkap. Anak
kelihatan lebih langsing. Pertumbuhna fisik juga relative pelan. naik turun tangga sudah
dapat dilakukan sendiri, demikian pula halnya dengan berdiri dengan satu kaki secara
bergantian atau melompat. Anak mulai berkembang superegonya (suara hati), yaitu merasa
bersalah bila tindakannya keliru (Nursalam, 2005).
Positif Negatif
BAB/BAK dan senang melakukannya Anak akan menahan dan
sendiri mempermainkannya
www.saktyairlangga.wordpress.com Page 2
c. Fase phalic (3-6 tahun)
Positif Negatif
• Egosentris : sosial interaksi • Memegang genetalia
• Mempertahankan keinginanya • Oedipus complex
2. Perkembangan Psikosial (Ericson)
a. Percaya vs tidak percaya (0-1 tahun)
1) Semua kebutuhan mutlak tergantung pada orang lain
2) Rasa aman dan percaya mutlak pada lingkungan
b. Otonomi vs rasa malu-malu/ragu-ragu (1-3 tahun)
1) Alat gerak dan rasa, telah matang
2) Perkembangan otonomi berfokus pada peningkatan kemampuan mengontrol
tubuhnya, diri dan lingkungan.
3) Menyadari bahwa ia dapat menggunakan kekuatannya untuk bergerak dan membuat
sesuatu sesuai dengan keinginannya.
c. Inisiatif vs rasa bersalah (3-6 tahun)
1) Anak belajar mengendalikan diri dan memanipulasi lingkungan
2) Rasa inisiatif mulai menguasai anak
3) Anak mulai menuntut untuk melakukan tugas
4) Kemampuan anak berbahasa meningkat
5) Rasa kecewa dan bersalah.
3. Perkembangan Kongnitif (Piaget)
a. Sensori motorik (lahir – 2 tahun)
Menggunakan sistem pengindera, motorik dan benda-benda untuk mengenal
lingkungan.
b. Pre operasional (2-7 tahun)
Anak mampu menggunakan simbol kata-kata, mengingat masa lalu, sekarang dan
yang akan datang.
www.saktyairlangga.wordpress.com Page 3
a. Rasa keingintahuan tentang hal-hal yang berada di lingkungan semakin besar dan
dapat mengembangkan pola sosialisasinya.
b. Anak sudah mulai mandiri dalam merawat diri sendiri : mandi, makan, minum,
mengosok gigi, BAB dan BAK, dll.
www.saktyairlangga.wordpress.com Page 4
d. Bila muntah sering dan hebat akan terjadi ketegangan otot perut, perdarahan,
konjungtiva, ruptur, esophagus, infeksi mediastinum, aspirasi muntah jahitan bisa
lepas pada penderita pasca operasi dan timbul perdarahan.
2. Gizi buruk
Gizi buruk adalah keadaan kurang gizi yang disebabkan karena kekurangan
asupan energi dan protein seta mikronutrien dalam jangka waktu lama. Anak disebut
gizi buruk apabila berat badan dibanding umur tidak sesuai (selama 3 bulan berturut-
turut tidak naik) dan tidak disertai tanda-tanda bahaya.
Penyebab terjadinya gizi buruk secara langsung antara lain:
1. Penyapihan yang terlalu dini
2. Kurangnya sumber energi dan protein dalam makanan TBC
3. Anak yang asupan gizinya terganggu karena penyakit bawaan seperti jantung atau
metabolisme lainnya.
Penyebab tidak langsung:
1. Daya beli keluarga rendah/ ekonomi lemah
2. Lingkungan rumah yang kurang baik
3. Pengetahuan gizi kurang
4. Perilaku kesehatan dan gizi keluarga kurang
Dampak gizi buruk pada anak terutama balita
1. Pertumbuhan badan dan perkembangan mental anak sampai dewasa terhambat.
2. Mudah terkena penyakit ispa, diare, dan yang lebih sering terjadi.
3. Bisa menyebabkan kematian bila tidak dirawat secara intensif.
Ada tiga tipe gizi buruk, antara lain:
a. Marasmus
Anak sangat kurus, wajah seperti orang tua, cengeng dan rewel, rambut tipis,
jarang, kusam, berubah warna, kulit keriput karena lemak di bawah kulit berkurang,
iga gambang, bokong baggy pant, perut cekung, wajah bulat sembab.
b. Kwarsiorkor
Rewel, apatis, rambut tipis, warna jagung, mudah dicabut tanpa rasa sakit, kedua
punggung kaki bengkak, bercak merah kehitaman, di tungkai atau bokong.
c. Gabungan dari marasmus dan kwarsiorkor
www.saktyairlangga.wordpress.com Page 5
3. Gumoh/Regurgitasi
Gumoh adalah keluarnya kembali susu yang telah ditelan ketika atau beberapa
saat setelah minum susu botol atau menyusui pada ibu dan jumlahnya hanya sedikit.
Regurgitasi yang tidak berlebihan merupakan keadaan normal terutama pada bayi
dibawah usia 6 bulan
Penyebab
a. Anak/bayi yang sudah kenyang
b. Posisi anak atau bayi yang salah saat menyusui akibatnya udara masuk kedalam
lambung
c. Posisi botol yang tidak pas
d. Terburu-buru atau tergesa-gesa dalam menghisap
e. Akibat kebanyakan makan
f. Kegagalan mengeluarkan udara
4. Kembung
Kembung adalah keadaan perut yang membesar dan berisi angin. Hal ini
disebabkan oleh menelan angin waktu menyusui, hal ini terjadi karena teknik menyusui
yang salah, puting terlalu besar atau terlalu kecil, dan bayi yang minum susu formula
dengan botol.
5. Konstipasi/Obstipasi
Konstipasi/sembelit adalah keadaan dimana anak jarang sekali buang air besar
dan kalau buang air besar keras. Obstipasi : obstruksi intestinal (konstipasi yang berat)
Penyebab
Faktor non organik
a. Kurang makanan yang tinggi serat
b. Kurang cairan
c. Obat/zat kimiawi
d. Kelainan hormonal/metabolic
e. Kelainan psikososial
f. Perubahan mikroflora usus
g. Perubahan/kurang exercise
Faktor organik
a. Kelainan organ (mikrocolon, prolaps rectum, struktur anus, tumor)
www.saktyairlangga.wordpress.com Page 6
b. Kelainan otot dasar panggul
c. Kelainan persyarafan : M. Hirsprung
d. Kelainan dalam rongga panggul
e. Obstruksi mekanik : atresia ani, stenosis ani, obstruksi usus
6. Diare
Diare adalah buang air besar dengan frekuensi 3x atau lebih per hari, disertai
perubahan tinja menjadi cair dengan atau tanpa lendir dan darah yang terjadi pada bayi
dan anak yang sebelumnya tampak sehat (A.H. Markum, 1999).
Penyebab
a. Bayi terkontaminasi feses ibu yang mengandung kuman patogen saat dilahirkan
b. Infeksi silang oleh petugas kesehatan dari bayi lain yang mengalami diare, hygiene
dan sanitasi yang buruk
c. Dot yang tidak disterilkan sebelum digunakan
d. Makanan yang tercemar mikroorganisme (basi, beracun, alergi)
e. Intoleransi lemak, disakarida dan protein hewani
f. Infeksi kuman E. Coli, Salmonella, Echovirus, Rotavirus dan Adenovirus
g. Sindroma malabsorbsi (karbohidrat, lemak, protein)
h. Penyakit infeksi (campak, ISPA, OMA)
i. Menurunnya daya tahan tubuh (malnutrisis, BBLR, immunosupresi, terapi
antibiotik)
Jenis diare:
a. Diare akut, feses sering dan cair, tanpa darah, berakhir <7 hari, muntah, demam
b. Disentri, terdapat darah dalam feses, sedikit-sedikit/sering, sakit perut, sakit pada
saat BAB, anoreksia, kehilangan BB, kerusakan mukosa usus
c. Diare persisten, berakhir selama 14 hari/lebih, dapat dimulai dari diare akut ataupun
disentri
Tanda dan gejala:
a. Gejala sering dimulai dengan anak yang tampak malas minum, kurang sehat diikuti
muntah dan diare
b. Feses mula-mula berwarna kuning dan encer, kemudian berubah menjadi hijau,
berlendir dan berair serta frekuensinya bertambah sering
c. Cengeng, gelisah, lemah, mual, muntah, anoreksia
www.saktyairlangga.wordpress.com Page 7
d. Terdapat tanda dan gejala dehidrasi, turgor kulit jelek (elastisitas kulit menurun),
ubun-ubun dan mata cekung, membran mukosa kering.
e. Pucat anus dan sekitarnya lecet
f. Pengeluaran urin berkurang/tidak ada
g. Pada malabsorbsi lemak biasanya feses berwarna pucat, banyak dan berbau busuk
dan terdapat butiran lemak
h. Pada intoleransi disakarida feses berbau asam, eksplosif dan berbusa
i. Pada alergi susu sapi feses lunak, encer, berlendir, dan kadang-kadang berdarah.
Komplikasi:
a. Kehilangan cairan dan elektrolit yang berlebihan (dehidrasi, kejang dan demam)
b. Syok hipovolemik yang dapat memicu kematian
c. Penurunan berat badan dan malnutrisi
d. Hipokalemi (rendahnya kadar kalium dalam darah)
e. Hipokalsemi (rendahnya kadar kalsium dalam darah)
f. Hipotermia (keadaan suhu badan yang ekstrim rendah)
g. Asidosis (keadaan patologik akibat penimbunan asam atau kehilangan alkali dalam
tubuh)
www.saktyairlangga.wordpress.com Page 8
b. Terasa sangat gatal
c. Warna kulit kemerahan, ukuran kecil sebesar koin sampai dengan telapak tangan,
basah atau berdarah. Setelah itu akan mengering dan menjadi keropeng, kekuningan
atau kehitaman, kulit bersisik dan kering
d. Mudah terkena infeksi bakteri, virus atau jamur
www.saktyairlangga.wordpress.com Page 9
9. Miliariasis/Sudamina/Liken Tropikus/Biang Keringat
Miliariasis adalah kelainan kulit yang ditandai dengan kemerahan, disertai
dengan gelembung kecil berair yang timbul akibat keringat berlebihan disertai sumbatan
saluran kelenjar keringat yaitu di dahi, leher, bagian yang tertutup pakaian (dada,
punggung), tempat yang mengalami tekanan atau gesekan pakaian dan juga kepala.
Faktor penyebab
a. Udara panas dan lembab dengan ventilasi udara yang kurang
b. Pakaian yang terlalu ketat, bahan tidak menyerap keringat
c. Aktivitas yang berlebihan
d. Setelah menderita demam atau panas
e. Penyumbatan dapat ditimbulkan oleh bakteri yang menimbulkan radang dan edema
akibat perspirasi yang tidak dapat keluar dan di absorbsi oleh stratum korneum.
www.saktyairlangga.wordpress.com Page 10
b. Exudat seborrhoic pada kulit kepala (masalah kosmetik)
www.saktyairlangga.wordpress.com Page 11
Kandidosis oral adalah infeksi candida pada daerah mulut, sering terjadi pada
bayi normal dan makin jarang sejalan dengan pertambahan usia.
Penyebab
a. Infeksi melalui jalan lahir pada ibu yang menderita kandidosis vagina (Candida
albicans)
b. Infeksi silang dari penderita kandidiasis lain
c. Candida albicans dapat menyebabkan infeksi apabila ada faktor predisposisi
d. Peralatan minum terutama yang menggunakan PASI
e. Bayi yang mendapatkan terapi antibiotika atau immunosupresi
Faktor predisposisi
a. Faktor endogen : perubahan fisiologik, umur, imunologik
b. Faktor eksogen : iklim, kebersihan, kontak dengan penderita
Gejala
a. Terdapat bercak putih pada lidah, bibirdan mukosa mulut yang dapat dibedakan
dengan sisa susu
b. Jika sisa susu mudah diangkat, namun jika moniliasis sulit diangkat dan jika
dilepaskan dari dasarnya akan menyebabkan basah, merah dan berdarah
c. Diagnosa dapat diketahui dengan sediaan hapusan yang berwarna biru metilen dan
tampak miselium dan spora yang khas
www.saktyairlangga.wordpress.com Page 12
Zona Bagian tubuh yang kuning Rata2 serum bilirubin indirek
(umol/l)
1 Kepala dan leher 100
2 Pusat-leher 150
3 Pusat-paha 200
4 Lengan+tungkai 250
5 Tangan+kaki >250
www.saktyairlangga.wordpress.com Page 13
a) Penimbangan untuk memantau pertumbuhan anak, perhatian harus diberikan
secara khusus terhadap anak yang selama 3 (tiga) kali penimbangan
pertumbuhannya tidak cukup naik sesuai umurnya (lebih rendah dari 200
(dua ratus) gram setiap bulan) dan anak yang pertumbuhannya berada di
bawah garis merah sesuai catatan pada Kartu Menuju Sehat (KMS).
b) Pemberian makanan pendamping Air Susu Ibu (ASI) dan Vitamin A dua
kali dalam 1 (satu) tahun.
c) Pemberian makanan tambahan untuk anak yang tidak cukup
pertumbuhannya (kurang dari 200 (dua ratus) gram untuk setiap bulan) dan
anak yang berat badannya berada dibawah garis merah sesuai catatan pada
Kartu Menuju Sehat (KMS).
d) Memantau atau melakukan pelayanan imunisasi dan tanda-tanda lumpuh
layuh.
e) Memantau kejadian Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) dan Diare serta
melakukan rujukan bila diperlukan.
2) Pelayanan ibu hamil dan menyusui
Bagi ibu hamil dan menyusui, pelayanan diberikan oleh tenaga
kesehatan baik oleh bidan maupun tenaga kesehatan dari Puskesmas di Meja V
saat Pos Pelayanan terpadu (Posyandu) buka, berupa :
a. Ibu hamil
1. pemeriksaan kehamilan;
2. pemberian makanan tambahan bagi ibu hamil yang mengalami
Kekurangan Energi dan Kalori (KEK);
3. pemberian tablet tambah darah;
4. penyuluhan gizi dan kesehatan reproduksi.
b. Ibu menyusui
1. pemberian Vitamin A;
2. pemberian makanan tambahan;
3. pelayanan nifas dan pemberian tablet tambah darah;
4. penyuluhan tentang pemenuhan gizi selama menyusui, pemberian ASI
eksklusif, perawatan nifas dan perawatan bayi baru lahir;
5. pelayanan Keluarga Berencana (KB).
3) Paket pelayanan pengembangan atau pilihan, adalah paket layanan yang dapat
ditambahkan atau dikembangkan bagi Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) yang
www.saktyairlangga.wordpress.com Page 14
telah mapan. Paket kegiatan pilihan ini merupakan perluasan kegiatan Pos
Pelayanan Terpadu (Posyandu) yang disesuaikan dengan kebutuhan
masyarakat/kelompok sasaran di daerah, yang meliputi tambahan berbagai
program, antara lain :
a) Program pengembangan anak usia dini yang diintegrasikan dengan program
Bina Keluarga Balita (BKB) dan kelompok bermain lainnya.
b) Program dana sehat dan/atau Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat
(JPKM) dan sejenisnya, seperti Tabungan Ibu Bersalin (Tabulin), Tabungan
Masyarakat (Tabumas) dan lain-lain.
c) Program penyuluhan penanggulangan penyakit endemis setempat seperti
malaria, demam berdarah dengue (DBD), gondok endemic dan lain-lain.
d) Penyediaan air bersih dan penyehatan lingkungan pemukiman (PAB-PLP).
e) Usaha kesehatan gigi masyarakat perkotaan.
f) Program sarana air minum dan jamban keluarga dan perbaikan lingkungan
pemukiman.
g) Pemanfaatan pekarangan.
h) Dan kegiatan lainnya seperti :TPA, pengajian, taman bermain, arisan,
peragaan teknologi tepat guna dan sejenisnya.
b. Pelayanan dengan kunjungan rumah
Kunjungan rumah dilakukan oleh kader/bunda dan bila perlu didampingi
oleh pendamping dari tenaga kesehatan atau tokoh masyarakat maupun unsur
Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) sebelum dan sesudah hari buka Pos
Pelayanan Terpadu (Posyandu).
2. Imunisasi
Imunisasi adalah pemberian kekebalan tubuh terhadap suatu penyakit
dengan memasukkan sesuatu ke dalam tubuh agar tubuh tahan terhadap penyakit
yang sedang mewabah atau berbahaya bagi seseorang. Imunisasi berasal dari kata
imun yang berarti kebal atau resisten. Imunisasi terhadap suatu penyakit hanya akan
memberikan kekebalan atau resistensi pada penyakit itu saja, sehingga untuk
terhindar dari penyakit lain diperlukan imunisasi lainnya. Imunisasi biasanya lebih
fokus diberikan kepada anak-anak karena sistem kekebalan tubuh mereka masih
belum sebaik orang dewasa, sehingga rentan terhadap serangan penyakit berbahaya.
Imunisasi tidak cukup hanya dilakukan satu kali, tetapi harus dilakukan secara
www.saktyairlangga.wordpress.com Page 15
bertahap dan lengkap terhadap berbagai penyakit yang sangat membahayakan
kesehatan dan hidup anak.
Tujuan dari diberikannya suatu imunitas dari imunisasi adalah untuk
mengurangi angka penderita suatu penyakit yang sangat membahayakan kesehatan
bahkan bisa menyebabkan kematian pada penderitanya. Beberapa penyakit yang
dapat dihindari dengan imunisasi yaitu seperti hepatitis B, campak, polio, difteri,
tetanus, batuk rejan, gondongan, cacar air, tbc, dan lain sebagainya. Jenis – Jenis
Imunisasi: BCG, Hepatitis B, Polio, DTP, Campak.
Keterangan jadwal imunisasi rekomendasi IDAI, periode 2004:
Saat lahir Hepatitis HB-1 harus diberikan dalam waktu 12 jam setelah lahir, dilanjutkan pada umur 1
B-1 dan 6 bulan. Apabila status HbsAg-B ibu positif, dalam waktu 12 jam setelah lahir
diberikan HBlg 0,5 ml bersamaan dengan vaksin HB-1. Apabila semula status
HbsAg ibu tidak diketahui dan ternyata dalam perjalanan selanjutnya diketahui
bahwa ibu HbsAg positif maka masih dapat diberikan HBlg 0,5 ml sebelum bayi
berumur 7 hari.
Polio-0 Polio-0 diberikan saat kunjungan pertama. Untuk bayi yang lahir di RB/RS polio
oral diberikan saat bayi dipulangkan (untuk menghindari transmisi virus vaksin
kepada bayi lain)
1 bulan Hepatitis
Hb-2 diberikan pada umur 1 bulan, interval HB-1 dan HB-2 adalah 1 bulan.
B-2
0-2 bulan BCG BCG dapat diberikan sejak lahir. Apabila BCG akan diberikan pada umur > 3
bulan sebaiknya dilakukan uji tuberkulin terlebih dahulu dan BCG diberikan
apabila uji tuberkulin negatif.
2 bulan DTP-1 DTP-1 diberikan pada umur lebih dari 6 minggu, dapat dipergunakan DTwp atau
DTap. DTP-1 diberikan secara kombinasi dengan Hib-1 (PRP-T)
www.saktyairlangga.wordpress.com Page 16
Hib-1 Hib-1 diberikan mulai umur 2 bulan dengan interval 2 bulan. Hib-1 dapat diberikan
secara terpisah atau dikombinasikan dengan DTP-1.
4 bulan DTP-2 DTP-2 (DTwp atau DTap) dapat diberikan secara terpisah atau dikombinasikan
dengan Hib-2 (PRP-T).
6 bulan DTP-3 DTP-3 dapat diberikan terpisah atau dikombinasikan dengan Hib-3 (PRP-T).
Hib-3 Apabila mempergunakan Hib-OMP, Hib-3 pada umur 6 bulan tidak perlu
diberikan.
Hepatitis HB-3 diberikan umur 6 bulan. Untuk mendapatkan respons imun optimal, interval
B-3 HB-2 dan HB-3 minimal 2 bulan, terbaik 5 bulan.
9 bulan Campak- Campak-1 diberikan pada umur 9 bulan, campak-2 merupakan program BIAS pada
1 SD kelas 1, umur 6 tahun. Apabila telah mendapatkan MMR pada umur 15 bulan,
campak-2 tidak perlu diberikan.
15-18 MMR Apabila sampai umur 12 bulan belum mendapatkan imunisasi campak, MMR dapat
bulan diberikan pada umur 12 bulan.
www.saktyairlangga.wordpress.com Page 17
18 bulan DTP-4 DTP-4 (DTwp atau DTap) diberikan 1 tahun setelah DTP-3.
2 tahun Hepatitis Vaksin HepA direkomendasikan pada umur > 2 tahun, diberikan dua kali dengan
A interval 6-12 bulan.
2-3 tahun Tifoid Vaksin tifoid polisakarida injeksi direkomendasikan untuk umur > 2 tahun.
Imunisasi tifoid polisakarida injeksi perlu diulang setiap 3 tahun.
6 tahun. MMR Diberikan untuk catch-up immunization pada anak yang belum mendapatkan
MMR-1.
10 tahun dT/TT Menjelang pubertas, vaksin tetanus ke-5 (dT atau TT) diberikan untuk
mendapatkan imunitas selama 25 tahun.
www.saktyairlangga.wordpress.com Page 18
berkepribadian yang luhur, cerdas serta bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Pelayanan kegiatan Bina Keluarga Balita (BKB) dilakukan dengan cara
mengelompokkan orang tua balita berdasarkan kelompok umur anak yang dimilikinya
yaitu : 0-1 (nol sampai dengan satu) tahun, 1-2 (satu sampai dengan dua) tahun, 2-3 (dua
sampai dengan tiga) tahun, 3-4 (tiga sampai dengan empat) tahun dan 4-5 (empat
sampai dengan lima) tahun. Pertemuan kelompok dilakukan paling sedikit 1 (satu) kali
dalam 1 (satu) bulan atau paling sedikit 9 (sembilan) kali pertemuan dalam 1 (satu)
tahun.
Pelayanan kegiatan Bina Keluarga Balita (BKB) meliputi :
a. Penyuluhan kepada orang tua (ayah dan ibu) dan anggota keluarga lainnya tentang :
1) peranan orang tua (ayah dan ibu) dalam pengasuhan dan pembinaan tumbuh
kembang anak;
2) konsep diri orangtua;
3) tumbuh kembang balita meliputi :
a) aspek gizi dan kesehatan balita;
b) perkembangan balita perawatan ibu hamil dan bayi baru lahir;
c) pembinaan delapan aspek perkembangan, yaitu kemampuan gerakan
kasar/halus, kecerdasan, komunikasi aktif/pasif, menolong diri sendiri dan
kemampuan bergaul sesuai dengan umur anak.
b. Pemantauan tumbuh dan kembang anak balita dengan menggunakan Kartu Menuju
Sehat (KMS) dan Kartu Kembang Anak (KKA);
c. Kunjungan rumah oleh kader/bunda dan Petugas Lapangan Keluarga Berencana
(PLKB) untuk memantau pelaksanaan atau praktek pengasuhan dan pembinaan
tumbuh kembang anak oleh orang tua dan anggota keluarga lainnya;
d. Rujukan
Kader/bunda dan Petugas Lapangan Keluarga Berencana (PLKB) memberikan
fasilitasi rujukan ke Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas), pusat rujukan tumbuh
kembang anak atau tenaga ahli lainnya bagi keluarga balita yang anaknya mengalami
masalah tumbuh kembang.
4. Program PAUD
PAUD adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir
sampai dengan usia 6 (enam) tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan
pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar
memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut
www.saktyairlangga.wordpress.com Page 19
Pos PAUD mendukung keberadaan Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) yang
memberikan layanan dasar kesehatan dan gizi balita dan memperkuat layanan Bina
Keluarga Balita (BKB) yang memberikan pengetahuan dan keterampilan mendidik
kepada keluarga/orang tua balita, memberikan stimulasi seluruh potensi kecerdasan
anak, menanamkan nilai-nilai dasar, dan pengembangan kemampuan dasar anak.
www.saktyairlangga.wordpress.com Page 20
2) Tes Daya Dengar (TDD)
Tujuan tes daya dengar adalah untuk menemukan gangguan pendengaran sejak
dini, agar dapat segera ditindaklanjuti untuk meningkatkan kemampuan daya
dengar dan bicara anak.
3) Tes Daya Lihat (TDL)
Tujuan TDL adalah untuk mendeteksi secara dini kelainaan daya lihat agar
segera dapat dilakukan tindakan lanjutan sehingga kesempatan untuk
memperoleh ketajaman penglihatan menjadi lebih besar.
c. Deteksi Dini Penyimpangan Mental Emosional
Deteksi dini penyimpangan mental emosional adalah kegiatan/pemeriksaan
untuk menemukan gangguan secara dini adanya masalah emosional, autisme dan
gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas pada anak, agar dapat segera
dilakukan tindakan intervensi. Bila penyimpangan mental emosional terlambat
diketahui maka intervensinya akan lebih sulit dan hal ini akan berpengaruh pada
tumbuh kembang anak. Deteksi ini dilakukan oleh tenaga kesehatan.
1) Deteksi dini masalah mental emosional pada anak pra sekolah.
Bertujuan untuk mendeteksi secara dini adanya penyimpangan/masalah mental
emosional pada anak pra sekolah
2) Deteksi dini autis pada anak pra sekolah.
Bertujuan untuk mendeteksi secara dini adanya autis pada anak umur 18 bulan
sampai 36 bulan.Tes Daya Lihat (TDL)
b. Deteksi Dini Penyimpangan Mental Emosional
1) Deteksi dini masalah mental emosional pada anak preschool.
Bertujuan untuk mendeteksi secara dini adanya penyimpangan/masalah mental
emosional pada anak preschool.
2) Deteksi dini autis pada anak preschool.
Bertujuan untuk mendeteksi secara dini adanya autis pada anak umur 18 bulan
sampai 36 bulan.
www.saktyairlangga.wordpress.com Page 21
PAUD dan melibatkan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) atau organisasi yang
terkait;
b. Membangun kepedulian dan peran serta masyarakat dalam pengembangan Program Pos
PAUD Terpadu;
c. Sosialisasi Program Pos PAUD Terpadu kepada seluruh komponen masyarakat dalam
setiap kesempatan;
d. Melaksanakan pembinaan dan pelatihan keterampilan dan kemampuan kepada pengelola
dan pendidik (kader/bunda);
e. Fasilitasi pembentukan Program Pos PAUD Terpadu.
www.saktyairlangga.wordpress.com Page 22
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan makalah di atas, maka kami dapat menarik kesimpulan
bahwa Keluarga merupakan unit dasar dalam masyarakat. Setiap keluarganya tentunya
pernah mengalami atau memiliki anak dengan usia balita. Masa Balita ini terbagi atas dua
masa yaitu Toddler dan Pra Sekolah. Sehingga masing-masing memiliki fase bimbingan
yang berbeda. Pada masa ini anak mengalami peningkatan dan kemajuan yang
menakjubkan. Keluarga dengan Balita memiliki dua tahap perkembangan yaitu tahap
keluarga dengan Childbearing dan tahap keluarga dengan anak pra sekolah. Dalam
perkembangan keluarga ini ada beberapa tugas dan masalah yang harus dihadapi oleh
keluarga termasuk anak yang bersangkutan. Sehubungan dengan itu, keluarga perlu
diperlengkapi dengan proses keperawatan/asuhan keperawatan keluarga dengan Balita.
Saran
Keluarga dengan Balita, seperti yang sudah dibicarakan di atas, banyak
diperhadapkan dengan masalah. Oleh karena itu, sebaiknya keluarga harus memperhatikan
dengan benar setiap asuhan perawatan yang diberikan baik terhadap keluarga maupun pada
anak. Dengan begitu keluarga dapat melaksanakan pola asuhan keluarga dengan Balita
secara mandiri. Untuk itu tidak lepas pula bimbingan dari tenaga kesehatan, terutama
perawat.
www.saktyairlangga.wordpress.com Page 23
DAFTAR PUSTAKA
Agung, I Gusti Ngurah, 2001. Statistika Analisis Hubungan Kausal Berdasarkan Data
Kategorik. Jakarta: PT Raja Grafindo Perkasa.
Anas, Syarial R. 1998. Pelaksanan Posyandu di Tingkat II Kotamadya Medan, disajikan pada
"Temu Karya LKMD Propinsi Sumatera Utara", Medan.
Mubarok, Wahit. 2006. Ilmu Keperawatan Komunitas 2. Jakarta: Sagung Seto
Nursalam. 2005. Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak. Jakarta: Salemba Medika
Lusia. 2011. 5 Juta Anak Balita Rawan Gizi. Diakses pada 5 Oktober 2011 dari
http://health.kompas.com/read/2011/01/12/07005986/5.Juta.Anak.Balita.Rawan.Gizi
Kurniawati, Ernita Mei (2007) Hubungan Pola bermain dengan Perkembangan Kognitif anak
Usia Prasekolah Di TK Islam Pangeran Diponegoro Semarang. Undergraduate
thesis, Diponegoro University.
Roffi. 2010. Asuhan Keperawatan Komunitas. Diakses pada 1 Oktober dari
http://staff.undip.ac.id/psikfk/muhammadrofii/2010/07/26/asuhan-keperawatan-
komunitas/
www.saktyairlangga.wordpress.com Page 24