Anda di halaman 1dari 24

PANDUAN MAHASISWA KEPERAWATAN

KUMPULAN ASUHAN
KEPERAWATAN
(Askep Komunitas Anak
Usia Toddler dan Pre
School)

2012

WWW.SAKTYAIRLANGGA.WORDPRESS.COM
Definisi Konsep Keperawatan Komunitas pada Usia Toddler dan Preschool
Keperawatan komunitas menurut CHS (1997) adalah suatu bentuk pelayanan
professional berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan yang ditujukan terutama pada
kelompok resiko tinggi untuk meningkatkan status kesehatan komunitas dengan menekan
upaya peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit serta tidak menagbaikan kuratif dan
reabilitatif.
Periode Eraly Childhood yaitu sejak umur 1 tahun sampai dengan 6 tahun dibagi
atas:
1. Toddler : umur 1 s.d. 3 tahun
2. Preschool : umur 3 s.d. 6 tahun
Pada masa toddler (1 s.d. 3 tahun), pertumbuhan fisik anak lebih lambat
dibandingkan dengan masa bayi, tetapi perkembangan motoriknya berjalan lebih cepat.
Anak sering mengalami penurunan nafsu makan sehingga tampak langsing dan berotot, dan
anak mulai berjalan jalan. Anak perlu diawasi dalam beraktivitas karena anak tidak
memperhatikan bahaya (Nursalam, 2005).
Pada masa preschool (3 s.d. 6 tahun). Pertumbuhna gigi susu sudah lengkap. Anak
kelihatan lebih langsing. Pertumbuhna fisik juga relative pelan. naik turun tangga sudah
dapat dilakukan sendiri, demikian pula halnya dengan berdiri dengan satu kaki secara
bergantian atau melompat. Anak mulai berkembang superegonya (suara hati), yaitu merasa
bersalah bila tindakannya keliru (Nursalam, 2005).

Perkembangan pada Anak Usia Toddler Sampai dengan Preschool


1. Perkembangan Fungsi Mental dan personality
a. Fase oral (0-1 tahun)
Positif Negatif
a. Memberikan kepuasan/kesenangan a. Mengigit, mengeluarkan air liur
b. Menghisap, menelan, memainkan bibir b. Marah, menangis.
c. Makan kenyang, tidur
b. Fase anal (1-3 tahun)
Dengan tubuh memberi kepuasan berkisar sekitar anus.

Positif Negatif
BAB/BAK dan senang melakukannya Anak akan menahan dan
sendiri mempermainkannya

www.saktyairlangga.wordpress.com Page 2
c. Fase phalic (3-6 tahun)
Positif Negatif
• Egosentris : sosial interaksi • Memegang genetalia
• Mempertahankan keinginanya • Oedipus complex
2. Perkembangan Psikosial (Ericson)
a. Percaya vs tidak percaya (0-1 tahun)
1) Semua kebutuhan mutlak tergantung pada orang lain
2) Rasa aman dan percaya mutlak pada lingkungan
b. Otonomi vs rasa malu-malu/ragu-ragu (1-3 tahun)
1) Alat gerak dan rasa, telah matang
2) Perkembangan otonomi berfokus pada peningkatan kemampuan mengontrol
tubuhnya, diri dan lingkungan.
3) Menyadari bahwa ia dapat menggunakan kekuatannya untuk bergerak dan membuat
sesuatu sesuai dengan keinginannya.
c. Inisiatif vs rasa bersalah (3-6 tahun)
1) Anak belajar mengendalikan diri dan memanipulasi lingkungan
2) Rasa inisiatif mulai menguasai anak
3) Anak mulai menuntut untuk melakukan tugas
4) Kemampuan anak berbahasa meningkat
5) Rasa kecewa dan bersalah.
3. Perkembangan Kongnitif (Piaget)
a. Sensori motorik (lahir – 2 tahun)
Menggunakan sistem pengindera, motorik dan benda-benda untuk mengenal
lingkungan.
b. Pre operasional (2-7 tahun)
Anak mampu menggunakan simbol kata-kata, mengingat masa lalu, sekarang dan
yang akan datang.

Pertumbuhan pada Anak Usia Toddler Sampai dengan Preschool


1. Pertumbuhan dan Perkembangan Usia Toddler (1-3 Tahun)
a. Masa mengeksplorasi lingkungan
b. Tugas tahap ini sukses membutuhkan trust pada saat bayi dan bimbingan orang tua.
2. Pertumbuhan dan Perkembangan Anak Preschool (3-5 Tahun)

www.saktyairlangga.wordpress.com Page 3
a. Rasa keingintahuan tentang hal-hal yang berada di lingkungan semakin besar dan
dapat mengembangkan pola sosialisasinya.
b. Anak sudah mulai mandiri dalam merawat diri sendiri : mandi, makan, minum,
mengosok gigi, BAB dan BAK, dll.

Masalah Kesehatan pada Usia Toddler dan Preschool


1. Muntah
Muntah atau emesis adalah keadaan dimana dikeluarkannya isi lambung secara
ekspulsif atau keluarnya kembali sebagian besar atau seluruh isi lambung yang terjadi
setelah agak lama makanan masuk kedalam lambung. Usaha untuk mengeluarkan isi
lambung akan terlihat sebagai kontraksi otot perut.
Muntah pada bayi merupakan gejala yang sering kali dijumpai dan dapat terjadi
pada berbagai gangguan. Dalam beberapa jam pertama setelah lahir, bayi mungkin
muntah lendir, bahkan kadang-kadang disertai sedikit darah. Muntah ini tidak jarang
menetap setelah pemberian makanan pertama, suatu keadaan yang mungkin disebabkan
adanya iritasi mukosa lambung oleh sejumlah benda yang tertelan selama proses
kelahiran, jika muntahnya menetap pembilasan lambung dengan larutan garam fisiologis
akan dapat menolongnya.Secara klinis kadang-kadang sukar dibedakan antara muntah,
refluks dan regurgitasi. Muntah sering dianggap sebagai suatu mekanisme pertahanan
tubuh untuk mengeluarkan racun yang tertelan.
Penyebab muntah
1. Organik (Gastrointestinal)
2. Obstruksi : atresia esofagus
3. Non obstruksi : perforasi lambung
4. Insufisiensi ginjal, obstruksi urethra
5. Peningkatan tekanan intra cranial (TIK)
6. Non organik (Teknik pemberian minum yang salah, makanan/minuman yang tidak
cocok atau terlalu banyak, keracunan, obat-obat tertentu, kandidasis oral).
Komplikasi
a. Kehilangan cairan tubuh/elektrolit sehingga dapat menyebabkan dehidrasi
b. Karena sering muntah dan tidak mau makan/minum dapat menyebabkan ketosis
c. Ketosis akan menyebabkan asidosis yang akhirnya bisa menjadi renjatan (syok)

www.saktyairlangga.wordpress.com Page 4
d. Bila muntah sering dan hebat akan terjadi ketegangan otot perut, perdarahan,
konjungtiva, ruptur, esophagus, infeksi mediastinum, aspirasi muntah jahitan bisa
lepas pada penderita pasca operasi dan timbul perdarahan.

2. Gizi buruk
Gizi buruk adalah keadaan kurang gizi yang disebabkan karena kekurangan
asupan energi dan protein seta mikronutrien dalam jangka waktu lama. Anak disebut
gizi buruk apabila berat badan dibanding umur tidak sesuai (selama 3 bulan berturut-
turut tidak naik) dan tidak disertai tanda-tanda bahaya.
Penyebab terjadinya gizi buruk secara langsung antara lain:
1. Penyapihan yang terlalu dini
2. Kurangnya sumber energi dan protein dalam makanan TBC
3. Anak yang asupan gizinya terganggu karena penyakit bawaan seperti jantung atau
metabolisme lainnya.
Penyebab tidak langsung:
1. Daya beli keluarga rendah/ ekonomi lemah
2. Lingkungan rumah yang kurang baik
3. Pengetahuan gizi kurang
4. Perilaku kesehatan dan gizi keluarga kurang
Dampak gizi buruk pada anak terutama balita
1. Pertumbuhan badan dan perkembangan mental anak sampai dewasa terhambat.
2. Mudah terkena penyakit ispa, diare, dan yang lebih sering terjadi.
3. Bisa menyebabkan kematian bila tidak dirawat secara intensif.
Ada tiga tipe gizi buruk, antara lain:
a. Marasmus
Anak sangat kurus, wajah seperti orang tua, cengeng dan rewel, rambut tipis,
jarang, kusam, berubah warna, kulit keriput karena lemak di bawah kulit berkurang,
iga gambang, bokong baggy pant, perut cekung, wajah bulat sembab.
b. Kwarsiorkor
Rewel, apatis, rambut tipis, warna jagung, mudah dicabut tanpa rasa sakit, kedua
punggung kaki bengkak, bercak merah kehitaman, di tungkai atau bokong.
c. Gabungan dari marasmus dan kwarsiorkor

www.saktyairlangga.wordpress.com Page 5
3. Gumoh/Regurgitasi
Gumoh adalah keluarnya kembali susu yang telah ditelan ketika atau beberapa
saat setelah minum susu botol atau menyusui pada ibu dan jumlahnya hanya sedikit.
Regurgitasi yang tidak berlebihan merupakan keadaan normal terutama pada bayi
dibawah usia 6 bulan
Penyebab
a. Anak/bayi yang sudah kenyang
b. Posisi anak atau bayi yang salah saat menyusui akibatnya udara masuk kedalam
lambung
c. Posisi botol yang tidak pas
d. Terburu-buru atau tergesa-gesa dalam menghisap
e. Akibat kebanyakan makan
f. Kegagalan mengeluarkan udara

4. Kembung
Kembung adalah keadaan perut yang membesar dan berisi angin. Hal ini
disebabkan oleh menelan angin waktu menyusui, hal ini terjadi karena teknik menyusui
yang salah, puting terlalu besar atau terlalu kecil, dan bayi yang minum susu formula
dengan botol.

5. Konstipasi/Obstipasi
Konstipasi/sembelit adalah keadaan dimana anak jarang sekali buang air besar
dan kalau buang air besar keras. Obstipasi : obstruksi intestinal (konstipasi yang berat)
Penyebab
Faktor non organik
a. Kurang makanan yang tinggi serat
b. Kurang cairan
c. Obat/zat kimiawi
d. Kelainan hormonal/metabolic
e. Kelainan psikososial
f. Perubahan mikroflora usus
g. Perubahan/kurang exercise
Faktor organik
a. Kelainan organ (mikrocolon, prolaps rectum, struktur anus, tumor)

www.saktyairlangga.wordpress.com Page 6
b. Kelainan otot dasar panggul
c. Kelainan persyarafan : M. Hirsprung
d. Kelainan dalam rongga panggul
e. Obstruksi mekanik : atresia ani, stenosis ani, obstruksi usus

6. Diare
Diare adalah buang air besar dengan frekuensi 3x atau lebih per hari, disertai
perubahan tinja menjadi cair dengan atau tanpa lendir dan darah yang terjadi pada bayi
dan anak yang sebelumnya tampak sehat (A.H. Markum, 1999).
Penyebab
a. Bayi terkontaminasi feses ibu yang mengandung kuman patogen saat dilahirkan
b. Infeksi silang oleh petugas kesehatan dari bayi lain yang mengalami diare, hygiene
dan sanitasi yang buruk
c. Dot yang tidak disterilkan sebelum digunakan
d. Makanan yang tercemar mikroorganisme (basi, beracun, alergi)
e. Intoleransi lemak, disakarida dan protein hewani
f. Infeksi kuman E. Coli, Salmonella, Echovirus, Rotavirus dan Adenovirus
g. Sindroma malabsorbsi (karbohidrat, lemak, protein)
h. Penyakit infeksi (campak, ISPA, OMA)
i. Menurunnya daya tahan tubuh (malnutrisis, BBLR, immunosupresi, terapi
antibiotik)
Jenis diare:
a. Diare akut, feses sering dan cair, tanpa darah, berakhir <7 hari, muntah, demam
b. Disentri, terdapat darah dalam feses, sedikit-sedikit/sering, sakit perut, sakit pada
saat BAB, anoreksia, kehilangan BB, kerusakan mukosa usus
c. Diare persisten, berakhir selama 14 hari/lebih, dapat dimulai dari diare akut ataupun
disentri
Tanda dan gejala:
a. Gejala sering dimulai dengan anak yang tampak malas minum, kurang sehat diikuti
muntah dan diare
b. Feses mula-mula berwarna kuning dan encer, kemudian berubah menjadi hijau,
berlendir dan berair serta frekuensinya bertambah sering
c. Cengeng, gelisah, lemah, mual, muntah, anoreksia

www.saktyairlangga.wordpress.com Page 7
d. Terdapat tanda dan gejala dehidrasi, turgor kulit jelek (elastisitas kulit menurun),
ubun-ubun dan mata cekung, membran mukosa kering.
e. Pucat anus dan sekitarnya lecet
f. Pengeluaran urin berkurang/tidak ada
g. Pada malabsorbsi lemak biasanya feses berwarna pucat, banyak dan berbau busuk
dan terdapat butiran lemak
h. Pada intoleransi disakarida feses berbau asam, eksplosif dan berbusa
i. Pada alergi susu sapi feses lunak, encer, berlendir, dan kadang-kadang berdarah.
Komplikasi:
a. Kehilangan cairan dan elektrolit yang berlebihan (dehidrasi, kejang dan demam)
b. Syok hipovolemik yang dapat memicu kematian
c. Penurunan berat badan dan malnutrisi
d. Hipokalemi (rendahnya kadar kalium dalam darah)
e. Hipokalsemi (rendahnya kadar kalsium dalam darah)
f. Hipotermia (keadaan suhu badan yang ekstrim rendah)
g. Asidosis (keadaan patologik akibat penimbunan asam atau kehilangan alkali dalam
tubuh)

7. Dermatitis Atopik (Eksim Susu)


Dermatitis atopik adalah penyakit kulit tersering pada bayi dan anak, sering
kambuh, diturunakn dalam keluarga, tidak menular dan merupakan pertanda timbulnya
asma.
Penyebab dari penyakit ini belum jelas, namun ada beberapa indikasi bahwa
penyakit ini disebabkan oleh penyebab sebagai berikut:
a. “Eksim susu” dulu disangka penyebabnya adalah ASI, hal ini terbukti salah karena
Asi justru mengandung zat pelindung tubuh terhadap alergi dan infeksi
b. Faktor kulit yang kering
c. Faktor kebersihan diri (personal hygiene) dan kebersihan lingkungan yang kurang
d. Faktor hidup kurang sehat, yaitu istirahat dan asupan nutrisi yang kurang
e. Faktor perilaku dan emosi
f. Alergi terhadap makanan seperti susu, telur, ikan, kacang, coklat, jeruk dan lain-lain
Manifestasi klinik
a. Lokasi pada bayi biasanya di muka terutama kedua pipi. Pada dewasa ditengkuk,
lekukan siku, lutut biasanya lebih kering

www.saktyairlangga.wordpress.com Page 8
b. Terasa sangat gatal
c. Warna kulit kemerahan, ukuran kecil sebesar koin sampai dengan telapak tangan,
basah atau berdarah. Setelah itu akan mengering dan menjadi keropeng, kekuningan
atau kehitaman, kulit bersisik dan kering
d. Mudah terkena infeksi bakteri, virus atau jamur

8. Diaper Rash (Ruam Popok)


Diaper rash adalah ruam kulit akibat radang pada daerah yang tertutup popok,
yaitu pada alat kelamin, sekitar dubur, bokong, lipatan paha dan perut bagian bawah.
Berupa bercak-bercak iritasi kemerahan, kadang menebal dan bernanah.
Iritasi terjadi karena kontak terus menerus dengan keadaan lingkungan yang
tidak baik. Diaper rash juga merupakan reaksi kulit dengan amonia dari urin
kontaminasi bakteri dari maternal fecal
Penyebab
a. Sering terjadi pada usia 9-12 bulan, tidak sering mengganti pampers, modifikasi diet
b. Kebersihan kulit yang tidak terjaga
c. Udara atau suhu lingkungan yang teralu panas atau lembab
d. Kulit bayi masih peka sehingga mudah iritasi
e. Popok yang basah karena urin dan feses yang tidak segera diganti (enzim protease
dan lipase)
f. Lebih parah pada bayi yang mengkonsumsi susu formula (pada susu formula
kandungan protein lebih tinggi sehingga kadar amonia/urea lebih pekat)
g. Infeksi jamur Candida albicans dan infeksi bakteri Staphylococcus menyebabkan
perubahan sistem imun
h. Popok yang mengiritasi akibat sabun, karet, plastik dan detergen yang keras
i. Diare sehingga menyebabkan iritasi kulit
Tanda dan gejala
a. Iritasi pada kulit yang terkena muncuul sebagai erithema
b. Erupsi pada daerah kontak yang menonjol seperti pantat, alat kelamin, perut bawah,
paha bagian atas dan lipatan-lipatan kulit
c. Erupsi dapat berupa bercak kering, merah dan bersisik
d. Keadaan lebih parah terdapat pada papila erythemetosa, vesicula dan ulcerasi
e. Bayi menjadi rewel karena rasa nyeri

www.saktyairlangga.wordpress.com Page 9
9. Miliariasis/Sudamina/Liken Tropikus/Biang Keringat
Miliariasis adalah kelainan kulit yang ditandai dengan kemerahan, disertai
dengan gelembung kecil berair yang timbul akibat keringat berlebihan disertai sumbatan
saluran kelenjar keringat yaitu di dahi, leher, bagian yang tertutup pakaian (dada,
punggung), tempat yang mengalami tekanan atau gesekan pakaian dan juga kepala.
Faktor penyebab
a. Udara panas dan lembab dengan ventilasi udara yang kurang
b. Pakaian yang terlalu ketat, bahan tidak menyerap keringat
c. Aktivitas yang berlebihan
d. Setelah menderita demam atau panas
e. Penyumbatan dapat ditimbulkan oleh bakteri yang menimbulkan radang dan edema
akibat perspirasi yang tidak dapat keluar dan di absorbsi oleh stratum korneum.

10. Dermatitis Seboroik/Cradle Cap


Dermatitis seboroik adalah penyakit inflamasi kronik yang berhubungan dengan
kelenjar sebaseus. Dermatitis seboroik juga merupakan kerak pada kulit kepala bayi
yang disebabkan oleh vernix kaseosa yang tidak bersih dan dapat terinfeksi
staphylococcus. Penyakit ini biasanya dimulai dari kulit kepala kemudian menjalar ke
muka, kuduk, leher dan badan. Ada yang mengatakan bahwa penyakit radang ini
berdasarkan gangguan konstitusionil dan sering terdapat faktor hereditas. Tidak dapat
disangkal bahwa penderita yang mengalami penyakit ini terjadi pada kulit yang
berlemak (sebaseus), tetapi bagaimana hubungan antara kelenjar lemak dengan penyakit
ini masih belum jelas. Ada yang menganggap bahwa kambuhnya penyakit ini akibat
makanan yang berlemak, makanan berkalori tinggi, minuman beralkohol dan gangguan
emosi. Penyebab
a. Kurang jelas
b. Berkaitan dengan sistem imun dan hygiene yang buruk
c. Karena adanya vernix kaseosa/lemak pada kepala bayi yang kemudian terinfeksi
staphylococcus
d. Sering terjadi pada penderita HIV-AIDS dan anak-anak
Gejala
a. Semacam noda berwarna kuning yang berminyak, bersisik, yang kemudian mengeras
dan akhirnya menjadi semacam kerak. Kerak ini sering timbul di kulit kepala (cradle
cap), kadang di alis/bulu mata dan telinga.

www.saktyairlangga.wordpress.com Page 10
b. Exudat seborrhoic pada kulit kepala (masalah kosmetik)

11. Bercak Mongol


Bercak mongol adalah bercak kebiruan, kehitaman atau kecoklatan yang lebar,
difus, terdapat didaerah bokong atau lumbosakral yang akan menghilang setelah
beberapa bulan atau tahun. Bercak mongol adalah pigmentasi yang datar dan berwarna
gelap didaerah pinggang bawah dan bokong yang ditemukan pada saat lahir pada
beberapa bayi yang akan menghilang secara perlaan-lahan selama tahun pertama.
Bercak mongol rata-rata muncul pada umur kehamilan 38 minggu. Mula-mula
terbatas di fossa koksigea lalu menjalar ke regio lumbosakral. Tempat lain yaitu
didaerah orbita : sclera atau fundus mata dan daerah zigomaticus (nevus ota), daerah
deltotrapezeus (nevus ito).

12. Hemangioma (Tumor Jinak Di Kulit)


Hemangioma adalah malformasi vascular local yang disebut juga nevi vascular
atau hemangima yang sering ditemukan pada kelopak mata atas neonatus.
Penyebab
a. Masih belum jelas
b. Timbulnya hemangioma dikarenakan pembuluh darah yang melebar dan
berhubungan dengan proliferasi endotel

13. Furunkel Atau Bisul


Furunkel adalah infeksi kulit yang disebabkan oleh staphylococcus profunda
yang berbentuk nodul-nodul lemak eritematosa dan letaknya didalam, biasanya daerah
muka, pantat, leher, ketiak dan lain-lain. Nodul ini mengandung cairan yang dalam
waktu beberapa hari akan mengeluarkan bahan nekrotik bernanah.

14. Kandisosis/Moniliasis/Oral Trush


Oral trush adalah infeksi Candida yang didapat bayi melalui jalan lahir atau
perkontinuitatum. Biasanya infeksi terjadi didaerah mukokutan, mulut dan bibir. Lesi
berupa bercak putih yang lekat pada lidah, bibir dan mukosa mulut yang dapat
dibedakan dengan sisa susu. Infeksi ini dapat meluas ke saluran terutama di lipatan
kulit, bahkan ke berbagai alat dalam.

www.saktyairlangga.wordpress.com Page 11
Kandidosis oral adalah infeksi candida pada daerah mulut, sering terjadi pada
bayi normal dan makin jarang sejalan dengan pertambahan usia.
Penyebab
a. Infeksi melalui jalan lahir pada ibu yang menderita kandidosis vagina (Candida
albicans)
b. Infeksi silang dari penderita kandidiasis lain
c. Candida albicans dapat menyebabkan infeksi apabila ada faktor predisposisi
d. Peralatan minum terutama yang menggunakan PASI
e. Bayi yang mendapatkan terapi antibiotika atau immunosupresi
Faktor predisposisi
a. Faktor endogen : perubahan fisiologik, umur, imunologik
b. Faktor eksogen : iklim, kebersihan, kontak dengan penderita
Gejala
a. Terdapat bercak putih pada lidah, bibirdan mukosa mulut yang dapat dibedakan
dengan sisa susu
b. Jika sisa susu mudah diangkat, namun jika moniliasis sulit diangkat dan jika
dilepaskan dari dasarnya akan menyebabkan basah, merah dan berdarah
c. Diagnosa dapat diketahui dengan sediaan hapusan yang berwarna biru metilen dan
tampak miselium dan spora yang khas

15. Ikterus Fisiologis


Ikterus fisiologis adalah peningkatan kadar bilirubin dalam darah dalam satu
minggu pertama kehidupannya. Pada hari ke 2-3 dan puncaknya di hari ke 5-7,
kemudian akan menurun pada hari ke 10-14, peningkatannya tidak melebihi 10 mg/ddl
pada bayi atterm dan < 12 mg/dl pada bayi permatur. Keadaan ini masih dalam batas
normal.
Manifestasi klinis
Pengamatan ikterus paling baik dilakukan dengan cahaya sinar matahari. Salah
satu cara pemeriksaan derajat kuning pada BBL secara klinis, sederhana dan mudah
adalah dengan penilaian menurut Kramer (1969). Caranya dengan jari telunjuk
ditekankan kepada tempat-tempat yang tulangnya menonjol seperti hidung, dada, lutut
dan lain-lain. Tempat yang ditekan akan tampak pucat atau kuning. Penilaian bilirubin
pada masing-masing tempat tersebut disesuaikan dengan tabel derajat ikterus menurut
kramer (1969).

www.saktyairlangga.wordpress.com Page 12
Zona Bagian tubuh yang kuning Rata2 serum bilirubin indirek
(umol/l)
1 Kepala dan leher 100
2 Pusat-leher 150
3 Pusat-paha 200
4 Lengan+tungkai 250
5 Tangan+kaki >250

Upaya Pencegahan Masalah Kesehatan pada Balita dan Preschool


1. Program untuk Komunitas Balita
a. Posyandu
Program Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) adalah salah satu bentuk
upaya kesehatan bersumber daya masyarakat (UKBM) yang dikelola dan
diselenggarakan dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat dalam menyelenggarakan
perkembangan kesehatan, guna memberdayakan masyarakat dan memberikan
kemudahan kepada masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar untuk
mempercepat penurunan angka kematian ibu dan bayi. Fokus pelayanan pada
Posyandu adalah membantu pemenuhan pertumbuhan dan kesehatan fisik anak.
Dengan meningkatkan jangkauan pelayanan melalui kegiatan pelayanan pada
hari buka Posyandu dan kunjungan rumah.
a. Pelayanan pada hari buka
Pelayanan Posyandu pada hari buka dilaksanakan dengan menggunakan 5
(lima) tahapan layanan yang biasa disebut sistem 5 (lima) meja. Tanpa
mengurangi arti kelompok sasaran yang selama ini dilayani, yaitu 3 (tiga)
kelompok rawan yaitu di bawah dua tahun (baduta), di bawah lima tahun (balita),
ibu hamil dan ibu menyusui, namun dengan mempertimbangkan terhadap urgensi
adanya gangguan gizi yang cukup bermakna yang pada umumnya melanda anak di
bawah dua tahun (baduta) yang bila tidak diatasi dapat menimbulkan gangguan
yang tetap, maka diberikan perhatian yang khusus bagi anak di bawah dua tahun
(baduta) agar dapat tercakup dalam pemantauan pertumbuhan dan pelayanan Pos
Pelayanan Terpadu (Posyandu).
1) Jenis pelayanan minimal yang perlu diberikan kepada anak di bawah dua dua
tahun (baduta) maupun di bawah lima tahun (balita), adalah :

www.saktyairlangga.wordpress.com Page 13
a) Penimbangan untuk memantau pertumbuhan anak, perhatian harus diberikan
secara khusus terhadap anak yang selama 3 (tiga) kali penimbangan
pertumbuhannya tidak cukup naik sesuai umurnya (lebih rendah dari 200
(dua ratus) gram setiap bulan) dan anak yang pertumbuhannya berada di
bawah garis merah sesuai catatan pada Kartu Menuju Sehat (KMS).
b) Pemberian makanan pendamping Air Susu Ibu (ASI) dan Vitamin A dua
kali dalam 1 (satu) tahun.
c) Pemberian makanan tambahan untuk anak yang tidak cukup
pertumbuhannya (kurang dari 200 (dua ratus) gram untuk setiap bulan) dan
anak yang berat badannya berada dibawah garis merah sesuai catatan pada
Kartu Menuju Sehat (KMS).
d) Memantau atau melakukan pelayanan imunisasi dan tanda-tanda lumpuh
layuh.
e) Memantau kejadian Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) dan Diare serta
melakukan rujukan bila diperlukan.
2) Pelayanan ibu hamil dan menyusui
Bagi ibu hamil dan menyusui, pelayanan diberikan oleh tenaga
kesehatan baik oleh bidan maupun tenaga kesehatan dari Puskesmas di Meja V
saat Pos Pelayanan terpadu (Posyandu) buka, berupa :
a. Ibu hamil
1. pemeriksaan kehamilan;
2. pemberian makanan tambahan bagi ibu hamil yang mengalami
Kekurangan Energi dan Kalori (KEK);
3. pemberian tablet tambah darah;
4. penyuluhan gizi dan kesehatan reproduksi.
b. Ibu menyusui
1. pemberian Vitamin A;
2. pemberian makanan tambahan;
3. pelayanan nifas dan pemberian tablet tambah darah;
4. penyuluhan tentang pemenuhan gizi selama menyusui, pemberian ASI
eksklusif, perawatan nifas dan perawatan bayi baru lahir;
5. pelayanan Keluarga Berencana (KB).
3) Paket pelayanan pengembangan atau pilihan, adalah paket layanan yang dapat
ditambahkan atau dikembangkan bagi Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) yang

www.saktyairlangga.wordpress.com Page 14
telah mapan. Paket kegiatan pilihan ini merupakan perluasan kegiatan Pos
Pelayanan Terpadu (Posyandu) yang disesuaikan dengan kebutuhan
masyarakat/kelompok sasaran di daerah, yang meliputi tambahan berbagai
program, antara lain :
a) Program pengembangan anak usia dini yang diintegrasikan dengan program
Bina Keluarga Balita (BKB) dan kelompok bermain lainnya.
b) Program dana sehat dan/atau Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat
(JPKM) dan sejenisnya, seperti Tabungan Ibu Bersalin (Tabulin), Tabungan
Masyarakat (Tabumas) dan lain-lain.
c) Program penyuluhan penanggulangan penyakit endemis setempat seperti
malaria, demam berdarah dengue (DBD), gondok endemic dan lain-lain.
d) Penyediaan air bersih dan penyehatan lingkungan pemukiman (PAB-PLP).
e) Usaha kesehatan gigi masyarakat perkotaan.
f) Program sarana air minum dan jamban keluarga dan perbaikan lingkungan
pemukiman.
g) Pemanfaatan pekarangan.
h) Dan kegiatan lainnya seperti :TPA, pengajian, taman bermain, arisan,
peragaan teknologi tepat guna dan sejenisnya.
b. Pelayanan dengan kunjungan rumah
Kunjungan rumah dilakukan oleh kader/bunda dan bila perlu didampingi
oleh pendamping dari tenaga kesehatan atau tokoh masyarakat maupun unsur
Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) sebelum dan sesudah hari buka Pos
Pelayanan Terpadu (Posyandu).

2. Imunisasi
Imunisasi adalah pemberian kekebalan tubuh terhadap suatu penyakit
dengan memasukkan sesuatu ke dalam tubuh agar tubuh tahan terhadap penyakit
yang sedang mewabah atau berbahaya bagi seseorang. Imunisasi berasal dari kata
imun yang berarti kebal atau resisten. Imunisasi terhadap suatu penyakit hanya akan
memberikan kekebalan atau resistensi pada penyakit itu saja, sehingga untuk
terhindar dari penyakit lain diperlukan imunisasi lainnya. Imunisasi biasanya lebih
fokus diberikan kepada anak-anak karena sistem kekebalan tubuh mereka masih
belum sebaik orang dewasa, sehingga rentan terhadap serangan penyakit berbahaya.
Imunisasi tidak cukup hanya dilakukan satu kali, tetapi harus dilakukan secara

www.saktyairlangga.wordpress.com Page 15
bertahap dan lengkap terhadap berbagai penyakit yang sangat membahayakan
kesehatan dan hidup anak.
Tujuan dari diberikannya suatu imunitas dari imunisasi adalah untuk
mengurangi angka penderita suatu penyakit yang sangat membahayakan kesehatan
bahkan bisa menyebabkan kematian pada penderitanya. Beberapa penyakit yang
dapat dihindari dengan imunisasi yaitu seperti hepatitis B, campak, polio, difteri,
tetanus, batuk rejan, gondongan, cacar air, tbc, dan lain sebagainya. Jenis – Jenis
Imunisasi: BCG, Hepatitis B, Polio, DTP, Campak.
Keterangan jadwal imunisasi rekomendasi IDAI, periode 2004:

Umur Vaksin Keterangan

Saat lahir Hepatitis HB-1 harus diberikan dalam waktu 12 jam setelah lahir, dilanjutkan pada umur 1
B-1 dan 6 bulan. Apabila status HbsAg-B ibu positif, dalam waktu 12 jam setelah lahir
diberikan HBlg 0,5 ml bersamaan dengan vaksin HB-1. Apabila semula status
HbsAg ibu tidak diketahui dan ternyata dalam perjalanan selanjutnya diketahui
bahwa ibu HbsAg positif maka masih dapat diberikan HBlg 0,5 ml sebelum bayi
berumur 7 hari.

Polio-0 Polio-0 diberikan saat kunjungan pertama. Untuk bayi yang lahir di RB/RS polio
oral diberikan saat bayi dipulangkan (untuk menghindari transmisi virus vaksin
kepada bayi lain)

1 bulan Hepatitis
Hb-2 diberikan pada umur 1 bulan, interval HB-1 dan HB-2 adalah 1 bulan.
B-2

0-2 bulan BCG BCG dapat diberikan sejak lahir. Apabila BCG akan diberikan pada umur > 3
bulan sebaiknya dilakukan uji tuberkulin terlebih dahulu dan BCG diberikan
apabila uji tuberkulin negatif.

2 bulan DTP-1 DTP-1 diberikan pada umur lebih dari 6 minggu, dapat dipergunakan DTwp atau
DTap. DTP-1 diberikan secara kombinasi dengan Hib-1 (PRP-T)

www.saktyairlangga.wordpress.com Page 16
Hib-1 Hib-1 diberikan mulai umur 2 bulan dengan interval 2 bulan. Hib-1 dapat diberikan
secara terpisah atau dikombinasikan dengan DTP-1.

Polio-1 Polio-1 dapat diberikan bersamaan dengan DTP-1

4 bulan DTP-2 DTP-2 (DTwp atau DTap) dapat diberikan secara terpisah atau dikombinasikan
dengan Hib-2 (PRP-T).

Hib-2 Hib-2 dapat diberikan terpisah atau dikombinasikan dengan DTP-2

Polio-2 Polio-2 diberikan bersamaan dengan DTP-2

6 bulan DTP-3 DTP-3 dapat diberikan terpisah atau dikombinasikan dengan Hib-3 (PRP-T).

Hib-3 Apabila mempergunakan Hib-OMP, Hib-3 pada umur 6 bulan tidak perlu
diberikan.

Polio-3 Polio-3 diberikan bersamaan dengan DTP-3

Hepatitis HB-3 diberikan umur 6 bulan. Untuk mendapatkan respons imun optimal, interval
B-3 HB-2 dan HB-3 minimal 2 bulan, terbaik 5 bulan.

9 bulan Campak- Campak-1 diberikan pada umur 9 bulan, campak-2 merupakan program BIAS pada
1 SD kelas 1, umur 6 tahun. Apabila telah mendapatkan MMR pada umur 15 bulan,
campak-2 tidak perlu diberikan.

15-18 MMR Apabila sampai umur 12 bulan belum mendapatkan imunisasi campak, MMR dapat
bulan diberikan pada umur 12 bulan.

Hib-4 Hib-4 diberikan pada 15 bulan (PRP-T atau PRP-OMP).

www.saktyairlangga.wordpress.com Page 17
18 bulan DTP-4 DTP-4 (DTwp atau DTap) diberikan 1 tahun setelah DTP-3.

Polio-4 Polio-4 diberikan bersamaan dengan DTP-4.

2 tahun Hepatitis Vaksin HepA direkomendasikan pada umur > 2 tahun, diberikan dua kali dengan
A interval 6-12 bulan.

2-3 tahun Tifoid Vaksin tifoid polisakarida injeksi direkomendasikan untuk umur > 2 tahun.
Imunisasi tifoid polisakarida injeksi perlu diulang setiap 3 tahun.

5 tahun DTP-5 DTP-5 diberikan pada umur 5 tahun (DTwp/DTap)

Polio-5 Polio-5 diberikan bersamaan dengan DTP-5.

6 tahun. MMR Diberikan untuk catch-up immunization pada anak yang belum mendapatkan
MMR-1.

10 tahun dT/TT Menjelang pubertas, vaksin tetanus ke-5 (dT atau TT) diberikan untuk
mendapatkan imunitas selama 25 tahun.

Varisela Vaksin varisela diberikan pada umur 10 tahun.

3. Program Bina Keluarga Balita (BKB)


Program bina keluarga adalah upaya peningkatan pengetahuan, keterampilan dan
kesadaran ibu serta anggota keluarga lain dalam membina tumbuh kembang balitanya
melalui rangsangan fisik, motorik, kecerdasan, sosial, emosional serta moral yang
berlangsung dalam proses interaksi antara ibu/anggota keluarga lainnya dengan anak
balita.
Melalui gerakan Bina Keluarga Balita (BKB) diharapkan setiap keluarga akan
mampu meningkatkan kemampuannya terutama dalam membina anak balitanya dan
anak usia pra sekolah sehingga anak tumbuh dan berkembang secara optimal

www.saktyairlangga.wordpress.com Page 18
berkepribadian yang luhur, cerdas serta bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Pelayanan kegiatan Bina Keluarga Balita (BKB) dilakukan dengan cara
mengelompokkan orang tua balita berdasarkan kelompok umur anak yang dimilikinya
yaitu : 0-1 (nol sampai dengan satu) tahun, 1-2 (satu sampai dengan dua) tahun, 2-3 (dua
sampai dengan tiga) tahun, 3-4 (tiga sampai dengan empat) tahun dan 4-5 (empat
sampai dengan lima) tahun. Pertemuan kelompok dilakukan paling sedikit 1 (satu) kali
dalam 1 (satu) bulan atau paling sedikit 9 (sembilan) kali pertemuan dalam 1 (satu)
tahun.
Pelayanan kegiatan Bina Keluarga Balita (BKB) meliputi :
a. Penyuluhan kepada orang tua (ayah dan ibu) dan anggota keluarga lainnya tentang :
1) peranan orang tua (ayah dan ibu) dalam pengasuhan dan pembinaan tumbuh
kembang anak;
2) konsep diri orangtua;
3) tumbuh kembang balita meliputi :
a) aspek gizi dan kesehatan balita;
b) perkembangan balita perawatan ibu hamil dan bayi baru lahir;
c) pembinaan delapan aspek perkembangan, yaitu kemampuan gerakan
kasar/halus, kecerdasan, komunikasi aktif/pasif, menolong diri sendiri dan
kemampuan bergaul sesuai dengan umur anak.
b. Pemantauan tumbuh dan kembang anak balita dengan menggunakan Kartu Menuju
Sehat (KMS) dan Kartu Kembang Anak (KKA);
c. Kunjungan rumah oleh kader/bunda dan Petugas Lapangan Keluarga Berencana
(PLKB) untuk memantau pelaksanaan atau praktek pengasuhan dan pembinaan
tumbuh kembang anak oleh orang tua dan anggota keluarga lainnya;
d. Rujukan
Kader/bunda dan Petugas Lapangan Keluarga Berencana (PLKB) memberikan
fasilitasi rujukan ke Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas), pusat rujukan tumbuh
kembang anak atau tenaga ahli lainnya bagi keluarga balita yang anaknya mengalami
masalah tumbuh kembang.
4. Program PAUD
PAUD adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir
sampai dengan usia 6 (enam) tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan
pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar
memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut

www.saktyairlangga.wordpress.com Page 19
Pos PAUD mendukung keberadaan Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) yang
memberikan layanan dasar kesehatan dan gizi balita dan memperkuat layanan Bina
Keluarga Balita (BKB) yang memberikan pengetahuan dan keterampilan mendidik
kepada keluarga/orang tua balita, memberikan stimulasi seluruh potensi kecerdasan
anak, menanamkan nilai-nilai dasar, dan pengembangan kemampuan dasar anak.

5. Program Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK)


Program SDIDTK merupakan program pembinaan tumbuh kembang anak secara
komprehensif dan berkualitas melalui kegiatan stimulasi, deteksi dan intervensi dini
penyimpangan tumbuh kembang pada masa lima tahun pertama kehidupan,
diselenggarakan dalam bentuk kemitraan antara keluarga (orang tua, pengasuh anak dan
anggota keluarga lainnya), masyarakat (kader, tokoh masyarakat, organisasi profesi,
lembaga swadaya masyarakat) dengan tenaga professional (kesehatan, pendidikan dan
sosial). Sasaran program ini adalah anak umur 0 sampai 6 tahun yang ada di wilayah
kerja Puskesmas. Jenis Kegiatan SDIDTK meliputi kegiatan sebagai berikut:
a. Deteksi Dini Penyimpangan Pertumbuhan
1) Pengukuran Berat Badan Terhadap Tinggi Badan (BB/TB)
a) Tujuan pengukuran BB/TB asdalah untuk menentukan status gizi anak,
normal, kurus, kurus sekali atau gemuk.
b) Jadwal pengukuran BB/TB disesuaikan dengan jadwal DDTK. Pengukuran
dan penilaian BB/TB dilakukan oleh tenaga kesehatan terlatih, yaitu tenaga
kesehatan yang telah mengikuti pelatihan SDIDTK.
2) Pengukuran Lingkar Kepala Anak (LKA)
Tujuan pengukuran LKA adalah untuk mengetahui lingkaran kepala anak
dalam batas normal atau diluar batas normal
b. Deteksi Dini Penyimpangan Perkembangan
Deteksi ini dilakukan di semua tingkat pelayanan. Deteksi dilakukan dengan
tahapan sebagai berikut:
1) Skrining/pemeriksaan perkembangan anak menggunakan Kuesioner Pra
Skrining Perkembangan (KPSP)
Tujuan pemeriksaan perkembangan menggunakan KPSP adalah untuk
mengetahui perkembangan anak normal atau ada penyimpangan.

www.saktyairlangga.wordpress.com Page 20
2) Tes Daya Dengar (TDD)
Tujuan tes daya dengar adalah untuk menemukan gangguan pendengaran sejak
dini, agar dapat segera ditindaklanjuti untuk meningkatkan kemampuan daya
dengar dan bicara anak.
3) Tes Daya Lihat (TDL)
Tujuan TDL adalah untuk mendeteksi secara dini kelainaan daya lihat agar
segera dapat dilakukan tindakan lanjutan sehingga kesempatan untuk
memperoleh ketajaman penglihatan menjadi lebih besar.
c. Deteksi Dini Penyimpangan Mental Emosional
Deteksi dini penyimpangan mental emosional adalah kegiatan/pemeriksaan
untuk menemukan gangguan secara dini adanya masalah emosional, autisme dan
gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas pada anak, agar dapat segera
dilakukan tindakan intervensi. Bila penyimpangan mental emosional terlambat
diketahui maka intervensinya akan lebih sulit dan hal ini akan berpengaruh pada
tumbuh kembang anak. Deteksi ini dilakukan oleh tenaga kesehatan.
1) Deteksi dini masalah mental emosional pada anak pra sekolah.
Bertujuan untuk mendeteksi secara dini adanya penyimpangan/masalah mental
emosional pada anak pra sekolah
2) Deteksi dini autis pada anak pra sekolah.
Bertujuan untuk mendeteksi secara dini adanya autis pada anak umur 18 bulan
sampai 36 bulan.Tes Daya Lihat (TDL)
b. Deteksi Dini Penyimpangan Mental Emosional
1) Deteksi dini masalah mental emosional pada anak preschool.
Bertujuan untuk mendeteksi secara dini adanya penyimpangan/masalah mental
emosional pada anak preschool.
2) Deteksi dini autis pada anak preschool.
Bertujuan untuk mendeteksi secara dini adanya autis pada anak umur 18 bulan
sampai 36 bulan.

Strategi Pelaksanaan Program


Untuk melaksanakan kebijakan program tersebut diatas, digunakan strategi sebagai
berikut:
a. Optimalisasi peran Kelompok Kerja Operasional (Pokjanal) Bina Keluarga Balita
(BKB), Kelompok Kerja Operasional (Pokjanal) Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu),

www.saktyairlangga.wordpress.com Page 21
PAUD dan melibatkan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) atau organisasi yang
terkait;
b. Membangun kepedulian dan peran serta masyarakat dalam pengembangan Program Pos
PAUD Terpadu;
c. Sosialisasi Program Pos PAUD Terpadu kepada seluruh komponen masyarakat dalam
setiap kesempatan;
d. Melaksanakan pembinaan dan pelatihan keterampilan dan kemampuan kepada pengelola
dan pendidik (kader/bunda);
e. Fasilitasi pembentukan Program Pos PAUD Terpadu.

Peran Perawat dalam Komunitas pada Balita dan Preschool


1. Care Giver
Peran perawat sebagai care giver dilakukan dengan memberikan pelayanan kepada
balita dan keluarga dalam bentuk preventif, kuratif dan rehabilitatif. Contoh pelaksanaan
care giver di Posyandu adalah dengan memberikan imunisasi, deteksi dan intervensi
dini terhadap tumbuh kembang.
2. Advokat
Peran perawat sebagai advokat adalah dengan memberikan perlindungan kepada balita
dan keluarga. Contoh pelaksanaan peran advokat adalah memastikan bahwa balita
mendapatkan imunisasi sesuai dengan jadwal dan jenis imunisasinya.
3. Edukator
Perawat memainkan peran sebagai pemberi health education dalam bentuk penyuluhan
kesehatan balita kepada ibu yang memiliki balita. Bentuk lain upaya health education
juga dapat diberikan dalam bentuk pembagian leaflet dan poster. Selain memberikan
penyuluhan, perawat juga memberikan kesempatan kepada keluarga balita untuk
berkonsultasi terkait kesehatan dan tumbuh kembang balita.

www.saktyairlangga.wordpress.com Page 22
PENUTUP

Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan makalah di atas, maka kami dapat menarik kesimpulan
bahwa Keluarga merupakan unit dasar dalam masyarakat. Setiap keluarganya tentunya
pernah mengalami atau memiliki anak dengan usia balita. Masa Balita ini terbagi atas dua
masa yaitu Toddler dan Pra Sekolah. Sehingga masing-masing memiliki fase bimbingan
yang berbeda. Pada masa ini anak mengalami peningkatan dan kemajuan yang
menakjubkan. Keluarga dengan Balita memiliki dua tahap perkembangan yaitu tahap
keluarga dengan Childbearing dan tahap keluarga dengan anak pra sekolah. Dalam
perkembangan keluarga ini ada beberapa tugas dan masalah yang harus dihadapi oleh
keluarga termasuk anak yang bersangkutan. Sehubungan dengan itu, keluarga perlu
diperlengkapi dengan proses keperawatan/asuhan keperawatan keluarga dengan Balita.

Saran
Keluarga dengan Balita, seperti yang sudah dibicarakan di atas, banyak
diperhadapkan dengan masalah. Oleh karena itu, sebaiknya keluarga harus memperhatikan
dengan benar setiap asuhan perawatan yang diberikan baik terhadap keluarga maupun pada
anak. Dengan begitu keluarga dapat melaksanakan pola asuhan keluarga dengan Balita
secara mandiri. Untuk itu tidak lepas pula bimbingan dari tenaga kesehatan, terutama
perawat.

www.saktyairlangga.wordpress.com Page 23
DAFTAR PUSTAKA

Agung, I Gusti Ngurah, 2001. Statistika Analisis Hubungan Kausal Berdasarkan Data
Kategorik. Jakarta: PT Raja Grafindo Perkasa.
Anas, Syarial R. 1998. Pelaksanan Posyandu di Tingkat II Kotamadya Medan, disajikan pada
"Temu Karya LKMD Propinsi Sumatera Utara", Medan.
Mubarok, Wahit. 2006. Ilmu Keperawatan Komunitas 2. Jakarta: Sagung Seto
Nursalam. 2005. Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak. Jakarta: Salemba Medika
Lusia. 2011. 5 Juta Anak Balita Rawan Gizi. Diakses pada 5 Oktober 2011 dari
http://health.kompas.com/read/2011/01/12/07005986/5.Juta.Anak.Balita.Rawan.Gizi
Kurniawati, Ernita Mei (2007) Hubungan Pola bermain dengan Perkembangan Kognitif anak
Usia Prasekolah Di TK Islam Pangeran Diponegoro Semarang. Undergraduate
thesis, Diponegoro University.
Roffi. 2010. Asuhan Keperawatan Komunitas. Diakses pada 1 Oktober dari
http://staff.undip.ac.id/psikfk/muhammadrofii/2010/07/26/asuhan-keperawatan-
komunitas/

www.saktyairlangga.wordpress.com Page 24

Anda mungkin juga menyukai