Anda di halaman 1dari 11

KONSEP DASAR ASKEP SISTEM PERKEMIHAN

GANGGUAN SISTEM PERKEMIHAN


1. Penyakit ginjal polikistik
A. Definisi
Penyakit ginjal polikistik merupakan suatu keadaan ginjal dipenuhi
oleh banyak kista. Penyebab kelainan ini adalah heriditas. Bila penyakit ini
mengenai anak-anak, akan bersifat progresif dan dapat menyebabkan
kematian. Bila mengenai orang dewasa, gejala akan timbul setelah pasien
berusia 30 tahun.
B. Patofisiologi.
Ginjal dipenuhi oleh kista yang demikian membesar, mendesak jaringan
ginjal dan sekitarnya yang berangsur-angsur menghancurkan jaringan ginjal,
yang.pada akhirnya pasien menderita kegagalan ginjal.
C. Gejala dan tanda.
Nyeri menusuk di daerah pinggang disertai pembesaran ginjal yang dapat
diraba dari luar. Sebagian besar pasien menderitahipertensi. Terjadi hematuri
dan demam.
D. Pemeriksaan diagnostik.
Untuk memastikan adanya kelainan ini perlu dilakukan pemeriksaan IVP
(intravenous pyeiography). Penggambaran dengan kontras dari piala ginjal
dan saluran-salurannya. Tindakan ini untuk melihat fungsi sekresi dan
ekskresi dari kedua ginjal, melihat apakah ada bate radiopaque dan radio
luccut, dan melihat apakah ada kelainan pada ginjal
E. Penatalaksanaan pasien dengan penyakit ginjal polikistik meliputi:
a. Diet rendah protein yang memperlambat terjadinya kegagalan ginjal.
b. Pasien harus istirahat di tempat tidur.
c. Pembedahan dengan operasi Rovsings, suatu tindakan untuk
melubangi kista, ini dilakukan untuk mengurangi rasa nyeri.
Persiapan untuk tindakan ini sama seperti persiapan pasien untuk
operasi pada umumnya.
d. Dialisis renal dan transplantasi ginjal bila pasien mengalami gagal
ginjal. Bila ginjal tidak dapat melaksanakan fungsinya dengan baik,
pasien mengalami gagal ginjal.
F. Prognosis
Gangguan ini pada anak-anak dapat menyebabkan kematian. Pada orang
dewasa bila tidak ditangani dengan baik dapat menyebabkan kegagalan
ginjal.
G. Persiapan untuk tindakan IVP
a. Buat perjanjian dengan bagian radiologi
b. Hasil pemeriksaan ureum dan kreatinin harus dalam Batas normal
c. Sehari sebelumnya pasien makan bubur kasar
d. Pukul 18:00 pasien makan terakhir
e. Pukul 20:00 pasien diberikan 30 gram garam Inggris atau tablet
laksansia
f. Pukul 22:00 dipuasakansampai selesai pemeriksaan
g. Pagi hari diberikan lagi obat tablet, diberikansupositoria
h. Pasien dilarang merokok dan dianjurkan untuk tidak'banyak bicara

2. Gangguan pada ureter


Kelainan bawaan pada ureter jarang ditemukan. Meskipun demikian, di bawah ini
dikemukakan tentang beberapa kelainan ureter dapat ditemukan.
A. Ureter Kembar Atau Ureter Bifida
Ureter kembar ialah terdapatnya dua ureter pada satu ginjal, sedangkan
ureter yang bercabang pada suatu tempat sehingga berbentuk huruf Y.
Kelainan ini berasal clan dua buah ureter, biasanya disertai piala
ginjalkembar atau dapat pula terjadi sebuah piala yang besar dengan piala
ginjal yang bercabang.
B. Pembuluh Darah Ginjal Aferens
Kelainan ini dapat terjadi pada vena maupun arteri yang berasal dari arteri
renalis maupun aorta. Pembuluh darah ginjal aferens dapat mengakibatkan
ureter terjepit dan menimbulkan gejala-gejala sumbatan.
C. Kelainan Lumen Ureter
Kelainan ini terjadi akibat penyempitan yang dapat menimbulkan gejala
obstruksi pada ureter dapat diperkirakan dari melilit atau tertekuk di ureter.
D. Kelainan Muara Ureter
Kelainan muara ureter yaitu berpindahnya muara ureter dan melekat pada
organ yang lain. Pada laki-laki, muara ini melekat pada uretra pays
prostalika, duktus ejakulatorius, vesikula seminalis, dapat pula pada vas
deferens. Sedangkan pada perempuan, muara ini dapat melekat pada uterus,
uretra,vagina.

3. Gangguan pada kandung kemih


A. Definisi
Kelainan bawaan pada kandung kemih dapat berupa tidak adanya
kandung kemih dan ekstrofi kandung kemih.
Gangguan pada uretra
Kelainan pada uretra antara lain hipospadia pada pria, yaitu suatu keadaan di
mana uretra pada bagian distal penis, tidak berkembang dengan sempuma.
Tindakan yang dapat dilakukan ialah operasi bedah plastik untuk
menyambung defek tersebut. Operasi dilakukan bila usia anak sudah
mencapai kurang lebih empat tahun.
Gangguan berkemih Retensi Urine
Retensi urine adalah tertahannya urine di dalam kandung kemih, dapat
terjadi secara akut maupun kronik. Pada keadaan akut, berkemih berhenti
secara mendadak di mana pasien tiba-tiba tidak bisa berkemih. Dalam
keadaan kronik, retensi urine terjadi akibat adanya obstruksi yang terus-
menerus pada uretra.
B. Etiologi
a. Pada lumen uretra, misalnya karena adanya kalkulus.
b. Pada dinding uretra, yaitu karena adanya striktur.
c. Pada dinding uretra yang tertekan, misalnya karena hipertrofi prostat,
fimosis.
C. Patofisiologi.
Obstruksi pada uretra menyebabkan kesulitan miksi serta menimbulkan
hipertrofi otot kandung kemih. Hal ini akan menimbulkan urine yang
jumlahnya makin meningkat selanjutnya terjadi dilatasi permanen pada
kandung kemih.
D. Gejala dan tanda.
Diawali dengan aliran urine yang makin lambat,kemudian terjadi poliuria
yang makin lama makin parah disebabkan oleh pengosongan kandung
kemih yang tidak efisien. Selanjutaya, akan terjadi distensi abdomen akibat
dilatasi kandung kemih.
E. Prognosis.
Bila penatalaksanaan pada keadaan akut kurang baik dapat menyebabkan
retensi kronik.
F. Penatalaksanaan.
Untuk gangguan ini dilakukan kateterisasi uretra.
Katetertsasi
Kateterisasi urine adalah memasukkan kateter dalam kandung;
MengetuarKan air tcemtn
Mengosongkan kandung kemih untuk suatu pemeriksan dan
persiapan operasi.
Menampung air kemih.
G. Indikasi
a. Pasien yang mengalami retensiurine.
b. Pasien yang perlu pemeriksaan urine steril.
c. Pasien yangakan dilakukan foto daerah kandung kemih.
H. Persiapan pasien
a. Pasien diberitahu mengenaitindakan yang akan dilakukan
b. Menjaga privasi klien dan rasa aman pasien
c. Atur posisi tidur pasien dengan kaki menekuk.

4. Infeksi Saluran Kemih


1) Pielonefritis
A. Definisi
Pielonefritis adalah infeksi bakteri pada jaringan ginjal yang dimulai
dari saluran kemih bagian bawah terns naik ke ginjal. Infeksi ini dapat
mengenai baik parenkirn maupun pelvis ginjal.
B. Etiologi
Gangguan ini dapat disebabkan oleh bakteri E.coli, karena resisten terhadap
obat antibiotik, atau obstruksi ureter yang mengakibatkan hidronefrosis.
C. Patofisiologi.
Gangguan akut terjadi bila infeksi bakteri naik dari saluran kemih bagian
bawah ke arah ginjal, hal ini akan mempengaruhi fungsi ginjal. Sedangkan
gangguan kronik terjadi bila infeksi dapat terjadi karena adanya bakteri
tetapi dapat juga karena faktor lain, seperti obstruksi saluran kemih.
Pielonefritis kronik dapat merusak jaringan ginjal secara parmanen dan
dapat menyebabkan terjadinya gagal ginjal kronik.
Pielonefritis akut sering juga ditemukan pada perempuan hamil biasanya
diawali dengan hidroureter dan hidronefritis akibat obstruksi ureter karena
uterus yang membesar.
D. Tanda dan gejala
Pielonefritis akutadalah rasa nyeri dan nyeri tekan pada daerah ginjal, pangs
tinggi dan terjadi respons sistemik yang umum, sering miksi dan terasa
nyeri, dan dalam urine ditemukan adanya leukosit dan bakteri.
Penatalaksanaan gangguan ini dengan memberi pasien banyak minum dan
tempi antibiotika.
Pielonefritis kronik terjadi akibat infeksi yang berulang-ulang sehingga
kedua ginjal perlahan-lahan menjadi rusak. Tanda dan gejala gangguan ini
ditunjukkan dengan adanya serangan pielonefritis akut yang berulang-ulang
darn kesehatan pasien semakin menurun pada akhirnya pasien mengalami
gagal ginjal.
E. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostik untuk infeksi saluran kemih adalah dengan IVP,
sistoskopi, kultur urine, atau biopsi ginjal.
Prognosis baik bila dilakukan pengobatan tepat, tetapi bila infeksi
berlangsung terns, dapat terjadi atrofi pielonefritis. Komplikasi penyakit ini
meliputi hipertensi, pembentukan batu dan kegagalan ginjal. Sehingga perlu
dilakukan pencegahan, dengan deteksi dini dan perawatan serta pengobatan
yang adekuat terhadap infeksi saluran kemih bagian bawah (ureteritis,
sistitis. uretritis).
2) Ureteritis
A. Definisi
Ureteritis adalah peradangan pada ureter. Gangguan ini terjadi karena
adanya infeksi baik pada ginjal maupun kandung kemih.
B. Patofisiologi.
Infeksi di ginjal (pielonefritis) menjadi ureteritis selanjutnya menjadi sistitis
(akibat infeksi desendens) atau sebaliknya. Aliran urine dari ginjal ke buli-
buli dapat terganggu karena timbulnya fibrosis pada dinding ureter,
menyebabkan striktur dan hidronefrosis, selanjutnya ginjal menjadi rusak,
juga mengganggu peristaltik ureter.
3) Sistitis
A. Definisi
Sistitis adalah peradangan pada vesika urinaria dan sering ditemui. Infeksi
ini terjadi karena E. coli (banyak ditemukan pada perempuan), infeksi ginjal,
dan hipertrofi prostat karena adanya urine sisa.
B. Klasifikasi
a. Sistitis primer adalah radang buli-buli yang terjadi karena adanya
penyakit atau gangguan antara lain batu buli-buli, divertikal buli-
buli, hipertrofi prostat, atau striktura uretra. Sistitis sekunder adalah
gejala sistitis timbul sebagai akibat dari penyakit pada sistem lain.
b. Sistitis akut menunjukkan tanda dan gejala peningkatan frekuensi
miksi, baik diurnal maupun noktural. Disuri karena epitelium yang
meradang tertekan, rasa nyeri pada daerah suprapubis atau perineal.
Pemeriksaan diagnostik dilakukan dengan spesimen (bahan) urine
porsi tengah (midstream) diperiksa dan dibenihkan. Infeksi pada
buli-buli mempunyai kemungkinan untuk dapat sembuh dengan
sendirinya bila tidak terjadi komplikasi. Tindakan pengobatan
dilakukan dengan pemberian antibiotika, antiepamodik, tranquilizer,
robordatia dan banyak minum untuk melarutkan bakteri.
c. Sistitis kronik disebabkan oleh infeksi kronik dari traktus urinarius
bagian atas, adanya sisa urine, stenosis dari traktus urinarius bagian
bawah, pengobatan sistitis akut yang tidak sempurna, adanya faktor
predisposisi. Tanda dan gejala sama dengan sistitis akut tetapi
berlangsung lama dan sering tidak begitu menonjol. Pemeriksaan
diagnostik pada pasien perlu dilakukan NP dan sistoskopi. Tindakan
penanggulangan dengan banyak minum untuk melarutkan bakteri,
pemberian antibiotika, irigasi kandung kemih dengan larutan
antiseptik ringan. Pencegahan sistitis khususnya untuk perempuan,
dengan menggunakan celana dalam yang selalu berada dalam
keadaan kering, bilas alat genital dari arah depan ke belakang.
4) Irigasi kandung kemih
A. Definisi
Irigasi kandung kemih adalah, tindakan mencuci kandung kemih dengan
cairan yang mengalir. Tindakan ini dilakukan untuk memberi pengobatan,
membersihkan kandung kemih. Persiapan pasien sama seperti persiapan
pada pelaksanaan tindakan kateterisasi.
B. Indikasi tindakan:
a. Radang kandung kemih
b. Peradangan saluran kemih bagian atas
c. Peradangan kandung kemih
d. Pasien menggunakan kateter.
e. Rendam duduk
Rendam duduk adalah merendam daerah anus dan sekitarnya serta
daerahh genetalia. Tujuan tindakan ini ialah memberikan
perawatan/penanggulangan untuk membersihkan luka dan untuk
mengurang rasa sakit. Tindakan ini dilakukan untuk pasien dengan
peradangan, luka terbuka-yang kotor pada daerah anus dan genetalia.
5) Uretritis
A. Definisi
Uretritis adalah peradangan pada uretra. Infeksi ini disebabkan oleh kuman
gonorroe atau kuman lain, kadang-kadang uretritis terjadi tanpa adanya
bakteri.
Uretritis akut biasanya terjadi karena naiknya infeksi atau sebaliknya, oleh
karena prostat mengalami infeksi. Keadaan ini lebih sering diderita oleh
kaum lake-lake. Tanda dan gejala uretritis meliputi mukosa merah edema,
terdapat cairan eksudat yang purulen, ada ulserasi pada uretra, ada rasa '
gatal yang menggelitik, gejala khas pada uretritis GO, yaitu "good morning
sign". Pada lake-lake, pembuluh darah kapiler melebar, kelenjar uretra ter-
sumbat oleh kelompok nanah. Pada perempuan, jarang ditemukan ureteritis
akut, kecuali bila pasien menderita GO.
B. Pemeriksaan diagnostik
Untuk uretritis akut dilakukan pemeriksaan terhadap sekret uretra untuk
mengetahui kuman penyebab. Tindakan pengobatan dengan memberi
antibiotika. Bila terjadi striktur dilakukan dilatasi uretra dengan
menggunakan boligit. Bila komplikasi berikan antibiotika.
Uretritis kronik. Infeksi ini disebabkan oleh pengobatan yang tidak
sempurna pada masa akut, prostates kronik, atau striktura uretra. Tanda dan
gejala infeksi ini berupa mukosa terlihat granuler dan merah dan getah
uretra positif terlihat pada page hari sebelum miksi pertama. Bila tidak
diobati dengan baik, infeksi dapat menjalar ke kandung kemih, ureter, ginjal.
Tindakan pengobatan dilakukan dengan pemberian kemoterapi dan anti-
biotika atau banyak minum untuk melarutkan bakteri (kurang lebih 3000 cc/
hari). Komplikasi gangguan ini berupa radang yang dapat menjalar ke
prostat.
6) Batu Saluran Kemih
A. Definisi
Batu saluran kemih adalah adanya batupada saluran kemih yang bersifat
idiopatik dan dapat menimbulkan stasis dan infeksi. Penyebab gangguan ini
masih belum dapat dipastikan, kemungkinan karena adanya faktor infeksi
(infeksi tersering disebabkan oleh E. coli), defisiensi vitamin A, diet yang
salah, kekurangan minum atau dihidrasi, hiperparatiroidisme (penyakit
metabolik bawaan, faktor lingkungan dari sumber air minum.
B. Klasifikasi
Dikenal dua jenis batu, yaitu batu anorganik (misalnya, tripel fosfat, kalsium
oksalat, kalsium fosfat, dan batu yang mengandung magnesium) dan batu
organik (misalnya, asam urat, sistin, xantin).
C. Patofisiologi.
Di dalam air seni terdapat pembentuk batu, yaitu asam urat dan oksalat.
Kelarutan bahan-bahan tersebut di dalam saluran urine tergantung pada pH
urine. Selain dari bahan-bahan tersebut, di dalam urine terdapat juga bahan
koloid, yaitu musin, asam musin, kontraitin. Bila salah satu dari ketiga
bahan tersebut tidak ada, akan terjadi kristalisasi dari bahan-bahan yang lain.
Selanjutnya, kristalisasi berlangsung terus mengendap pada organ saluran
kemih dan menjadi batu saluran kemih.
D. Pemeriksaan diagnostik.
a. Pemeriksaan laboratorium dilakukan dengan analisis urine (volume
urine, berat jenis urine, protein, reduksi, sedimen) dan kultur urine
(terhadap mikroorganisme, tes sensitivitas).
b. Juga dilakukan foto ronsen dengan BNO (bulk nier oueazicht) atau
foto abdomen. Dari pemeriksaan ini dapat diketahui batu dalam
saluran kemih, contoh di ginjal. Sedangkan IVP dilakukan untuk
mengetahui struktur ystem kalis ginjal, ureter dan kandung kemih.
c. Pemeriksaan BN0
Pemeriksaan BNO adalah penggambaran dari ginjal dan kandung
kemih kemih. Tujuan tindakan inii untuk menilai kontur, letak dan
besar batu ginjal dan untuk melekat kolunma vertebralis.
E. Persiapan pasien:
a. Sehari sebelum pemeriksaan, pasien barns makan buburkecap.
b. Pukul 19.00 pasien makan malam terakhir selanjutnya pasienpuasa,
dilarang merokok dan mengurangi bicara.
c. Pukul 20.00 pasien minum garam Inggris sebanyak 30 gram.
d. Pukul 04.00 pasien dilakukan klisma.
e. Pukul 08.00 pasien diantar ke bagian radiologi.

ASUHAN KEPERAWATAN SISTEM PERKEMIHAN


1. PENGKAJIAN
A. Geiala subjektif:
a) Pasien mengeluh sering miksi dan bertanya tentang penyakitnya
b) Pada waktu miksi terasa sakit
c) Kadang-kadang urine keluar bercampur darah
d) Terasa nyeri pada daerah suprapubik dan perineal
B. Geiala objektif:
a) Pasien Bering miksi
b) Terdapat hematuri
c) Pasien meringis kesakitan sewaktu miksi (disuria)
d) Hasil pemeriksaan IVP dan sistoskopi menunjukkan adanya kelainan
C. Tanda dan gejala gangguan/penyakit pada sistem perkemihan dapat dilihat
atau ditanyakan langsung pada pasien, yang meliputi:
a. Frekwensi buang berkemih (miksi)
Poliuri (sering miksi)
Oliguri (jumlah urine yang keluar kurang dari normal, minimal
urine keluar kurang lebih 400 cc)
Stranguri (miksi sering tetapi sedikit-sedikit, lambat dan sakit).
Urgensi (pasien berkeinginan untuk miksi, tetapi tidak terkontrol
untuk keluar).
Nokturi (pasien terbangun tengah malam untuk miksi).
Pasien mengalami keraguan/kesukaran saat memulai untuk miksi.
Intermiten (pasien mengalami tempo berhenti arcs urinenya
selama miksi).
Urine keluar secara menetes atau tidak memancar).
lnkontinen urine (urine keluar dengan sendirinya tanpa disadari).
b. Kelainan miksi
Disuri (adanya rasa sakit sewaktu miksi)
Adanya rasa papas sewaktu miksi
Hematuri (adanya darah yang keluar bercampur dengan urine).
Piuri (adanya nanah dalam urine, keadaan ini diketahui melalui
pemeriksaan mikroskopis, disebabkan tidak semua urine menjadi
keruh karena mengandung nanah.
Lituri (urine keluar bersama bate kecil sewaktu miksi)
D. Selain hal-hal di atas, dalam pengkajian pasien harus termasuk :
a. Identitas pasien;
b. Riwayat kesehatan umum meliputi berbagai gangguan/penyakit yang
lalu, yang berhubungan atau yang dapat mempengaruhi penyakit
perkemihan, riwayat kesehatan keluarga, dan riwayat kesehatan
pasien;
c. Riwayat kesehatan sekarang meliputi keluhan/gangguan yang
berhubungan dengan gangguan/penyakit yang dirasakan saat ini.

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Perubahan ketidaknyamanan yang berhubungan dengan peradangan dan
infeksi kandnug kemih.
b. Perubaban pola eliminasi urinarius yang berhubungan dengan proses
peradangan.
c. Kurang pengetahuan tentang penyakit, perawatan dan pengobatannya.
3. PERENCANAAN DAN IMPLEMENTASI
A. Intervensi
a) Pasien dianjurkan untuk banyak minum (air adalah pilihan terbaik)
untuk meningkatkan aliran darah ginjal dan membilas bakteri dari
traktus urinarius. Cairan yang dapat mengiritasi kandung kemih (mis.
kopi, teh, cola, alkohol) dihindari. Dianjurkan sering berkemih
(setiap 2-3 jam) untuk mengosonkan kandung kemih secara seksama,
karena ini bermanfaat dalam menurunkan jumlah bakteri urine,
mengurangi stasis urine, dap mencegah infeksi ulang.
b) Perempuan yang mengalami infeksi urinarius berulang harus
mendapat instruksi detil tentang hal-hal berikut:
Kurangi konsentrasi patogen pada liang vagina dengan
tindakan higienik.
Mandi guyur daripada mandi rendam, karena bakteri di bak
mandi banyak yang memasuki uretra.
Bersihkan sekitar perineum dap meatus uretra setelah setiap
defekasi (dengan gerakan dari depan ke belakang)
Minum cairan dengan jumlah bebas selama sehari untuk
membilas bakteri, mengeluarkan kopi, teh, cola, clan alkohol.
Berkemih setiap 2 sampai 3 jam selama sehari dap
pengosongan kandung kemih komplet. Tindakan ini
mencegah distensi kandung kemih dap menurunkan suplai
darah ke dinding kandung kemih, yang mempredisposisikan
pasien pada ISK.
Bila hubungan seksual menimbulkan kejadian bakteriuria:
Berkemih dengan segera setelah hubungan seksual.Gunakan
dosis tunggal agens antimikroba oral setelah hubungan
seksual.
Bila bakteri terus tampak dalam urine, terapi antimikroba
jangka panjang mungkin diperlukan untuk mencegah
kolonisasi area periuretral dap kambuhan infeksi. Obat harus
digunakan setelah pengosongan kandung kemih sebelum
pergi tidur untuk menjamin konsentrasi obat adekuat selama
periode malam hari.
c) Memenuhi kebutuhan nutrisi. Penting sekali melindungi ginjal
sementara ginjal tersebut memulihkan fungsinya. Diet ditentukan
oleh dokter yang secara umum tinggi kalori dan rendah protein. Diet
ini menghindari katabolisme protein dan memungkinkan ginjal
beristirahat karena ginjal berperan lebih sedikit menangani molekul
dan metabolit protein. Derajat pembatasan protein bergantung pada
jumlah protein yang diekskresikan dalam urine dan kebutuhan
pasien. Natrium juga dibatasi bergantung pada jumla edema yang
ada. Anoreksia. mual dan muntah dapat mempengaruhi masukan
adekuat, yang menuntut intervensi kreatif pada pihak perawat. Ahli
diet dapat membantu merencanakan diet klien dalam keadaan
pembatasan ini.
d) Memenuhi kebutuhan istirahat. Istirahat adalah penting-baik secara
fisik dan emosi. Terdapat hubungan antara aktivitas dan jumlah
hematuria dam proteinuria. Latihan juga meningkatkan aktivitas
katabolik. Aktivitas yang diizinkan bergantung pada basil
pemeriksaan urinalisis. Tirah baring dilakukan sesuai dengan periode
aktivitas yang sangat dibatasi, dapat dilanjutkan selama beberapa
minggu sampai bulan.Aktivitas pengalih yang tepat dapat membantu
pasien menghadapi imobilitas fisik yang lama ini.
e) Memelihara integritas kulit. Edema mempengaruhi nutrisi selular,
yang membuat klien lebih rentan terhadap kerusakan kulit. Gunakan
kewaspadaan untuk mencegah komplikasi ini. Intervensi meliputi
higiene yang baik, masase, dan perubahan posisi, serta penggunaan
tindakan profilaktik seperti alat di tempat tidur.
f) Mencegah infeksi. Glomerulus sangat menurunkan pertahanan tubuh
pasien terhadap infeksi, khususnya organisme streptokokal.
Karenanya, imunosupresif dan kortikosteroid lebih lanjut
menurunkan pertahanan pasien. Meskipun isolasi tidak perlu,
diperlukan perlindungan klien dari orang yang mengalami infeksi.
Tindakan pendukung umum membantu menguatkan mekanisme
pertahankan pasien. Penyuluhan pasien harus mencakup cara yang
tepat untuk menghindari infeksi, khususnya infeksipernapasan dan
saluran kemih.
B. Implementasi
a) Mengalami peredaan nyeri:
Melaporkan tidak ada nyeri, dorongan, disuria, atau hesitansi
pada saat berkemih.
Menggunakan analgesik dap agens antimikroba sesuai
ketentuan.
Minum 8 sampai 10 gela cairan setiap hari.
Berkemih setiap 2 sampai 3 jam.
Urine jernih dap bebar bau.
Meningkatkan pengetahuan tentang tindakan pencegahan
dan pengobatan.
b) Bebas dari komplikasi:
Melaporkan tidak ada infeksi atau gagal ginjal (mual,
muntah,keletihan, pruritus).
Mempunyai kadar kreatinin serum dap BUN normal, kultur
darahdan urine negatif.
Menunjukkan tanda vital dap suhu normal; tidak ada tanda
sepsis.
Mempertahankan haluaran urine adekuat (>30 ml/jam).
C. EVALUASI
a) Pasien mempertahankan masukan nutrisi adekuat, dibuktikan oleh
tidak adanya penurunan berat badan, tidak ada keseimbangan
nitrogen negatif, dan elektrolit normal.
b) Pasien mempertahankan masukan dan haluaran seimbang,
dibuktikan oleh tidak adanya manifestasi edema atau kelebihan
beban cairan.
c) Pasien mengalami keseimbangan istirahat dan aktivitas yang
adekuat, dibuktikan oleh tidak adanya keluhan keletihan.
d) Pasien tidak mengalami kerusakan kulit, dibuktikan oleh kulit tetap
utuh. 5. Pasien tidak mengalami infeksi, dibuktikan oleh suhu
normal.
DAFTAR PUSTAKA

Doenges, Marylinn. E. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Penerbit Buku


Kedokteran EGC; Jakarta.

Engram, Barbara. (1998). Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah volume 3.


Penerbit Buku Kedokteran EGC: Jakarta.

Tambayong, Jan. (2006). Patofisiologi Untuk Keperawatan. Penerbit Buku


Kedokteran EGC: Jakarta

Anda mungkin juga menyukai