BUDAYA )
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menjadi seorang perawat bukanlah tugas yang mudah. Perawat terus ditantang oleh perubahan-
perubahan yang ada, baik dari lingkungan maupun klien. Dari segi lingkungan, perawat selalu
khususnya di bidang kesehatan. Terjadinya perpindahan penduduk menuntut perawat agar dapat
menyesuaikan diri dengan perbedaan budaya. Semakin banyak terjadi perpindahan penduduk,
semakin beragam pula budaya di suatu negara. Tuntutan itulah yang memaksa perawat agar dapat
Peran perawat sangat komprehensif dalam menangani klien karena peran perawat adalah
memenuhi kebutuhan biologis, sosiologis, psikologis, dan spiritual klien. Namun peran
spiritual ini sering kali diabaikan oleh perawat. Padahal aspek spiritual ini sangat penting
terutama untuk pasien terminal yang didiagnose harapan sembuhnya sangat tipis dan
Menurut Dadang Hawari (1977) “ orang yang mengalami penyakit terminal dan menjelang
sakaratul maut lebih banyak mengalami penyakit kejiwaan, krisis spiritual, dan krisis
kerohanian sehingga pembinaan kerohanian saat klien menjelang ajal perlu mendapatkan
perhatian khusus”.
Klien dalam kondisi terminal membutuhkan dukungan dari utama dari keluarga, seakan
proses penyembuhan bukan lagi merupakan hal yang penting dilakukan. Sebenarnya,
perawatan tersebut hanyalah motivasi dan hal-hal lain yang bersifat mempersiapkan kematian
klien. Dengan itu, banyak sekali tugas perawat dalam memberi intervensi terhadap lansia,
B. Tujuan
1. Tujuan umum
Dapat memahami tentang perspektif transkultural dalam keperawatan berkenaan dengan
globalisasi dan pelayanan kesehatan dalam memberikan asuhan keperawatan bagi pasien
menjelang dan saat kematian.
2. Tujuan khusus
a. Mahasiswa mampu memaparkan perspektif transkultural dalam keperawatan berkenaan dengan
globalisasi dan pelayanan kesehatan
b. Mahasiswa mampu memaparkan segala bentuk asuhan keperawatan transkultural
c. Mahasiswa mampu memaparkan asuhan keperawatan bagi pasien menjelang dan saat kematian
d. Mahasiswa mampu memaparkan penyelesaian kasus mengenai peran perawat bila dihadapkan
pada situasi tersebut dan hal yang sebaiknya dilakukan perawat untuk membantu pasien
e. Mahasiswa mampu Mengetahui konsep bimbingan klien sakaratul maut sesuai dengan
standart keperawatan
C. Rumusan masalah
Dilihat dari latar belakang diatas didapatkan rumusan masalahnya yaitu:
“ Bagaimana peran perawat bila dihadapkan pada situasi pasien menjelang dan saat kematian
dan hal yang sebaiknya dilakukan perawat untuk membantu pasien tersebut dilihat dari proses
transkultural dalam keperawatan berkenaan dengan globalisasi dan pelayanan kesehatan.
D. Metode penulisan
Metode penulisan dalam makalah ini adalah:
BAB 1 Pendahuluan didalamnya mengenai latar belakang, tujuan, rumusan masalah,
dan metode penulisan makalah
BAB 2 Landasan Teori didalamnya mengenai teori tentang Perspektif Transkultural
dalam Keperawatan, Asuhan keperawatan klien terminal (sakaratul maut)
BAB 3 Pembahasan Kasus didalamnya mengenai kasus yang dibahas serta jawaban
kasus.
BAB 4 Penutup yang didalamnya terdapat kesimpulan dan saran mengenai masalah
gangguan pada system endokrin.
Dan juga terdapat daftar pustaka yang isinya adalah refensi yang diambil dari buku –
buku dan dari teknologi komputer seperti internet membantu untuk melengkapi isi makalah.
BAB II
LANDASAN TEORI
Tujuan dari transcultural nursing adalah untuk mengidentifikasi, menguji, mengerti dan
menggunakan norma pemahaman keperawatan transcultural dalam meningkatkan
kebudayaan spesifik dalam asuhan keperawatan. Asumsinya adalah berdasarkan teori caring,
caring adalah esensi dari, membedakan, mendominasi serta mempersatukan tindakan
keperawatan. Perilaku caring diberikan kepada manusia sejak lahir hingga meninggal dunia.
Human caring merupakan fenomena universal dimana,ekspresi, struktur polanya bervariasi
diantara kultur satu tempat dengan tempat lainnya.
Paradigma transcultural nursing (Leininger 1985) , adalah cara pandang, keyakinan, nilai-
nilai, konsep-konsep dalam asuhan keperawatan yang sesuai latar belakang budaya, terhadap
4 konsep sentral keperawatan yaitu :
Manusia
Manusia adalah individu, keluarga atau kelompok yang memiliki nilai-nilaidan norma-norma
yang diyakini dan berguna untuk menetapkan pilihan danmelakukan pilihan. Menurut
Leininger (1984) manusia memilikikecenderungan untuk mempertahankan budayanya pada
setiap saat dimanapundia berada (Geiger and Davidhizar, 1995).
Sehat
Kesehatan adalah keseluruhan aktifitas yang dimiliki klien dalam mengisikehidupannya,
terletak pada rentang sehat sakit. Kesehatan merupakan suatukeyakinan, nilai, pola kegiatan
dalam konteks budaya yang digunakan untukmenjaga dan memelihara keadaan
seimbang/sehat yang dapat diobservasidalam aktivitas sehari-hari. Klien dan perawat
mempunyai tujuan yang samayaitu ingin mempertahankan keadaan sehat dalam rentang
sehat-sakit yangadaptif (Andrew and Boyle, 1995).
Lingkungan
Lingkungan didefinisikan sebagai keseluruhan fenomena yang mempengaruhi
perkembangan, kepercayaan dan perilaku klien. Lingkungan dipandang sebagai suatu
totalitas kehidupan dimana klien dengan budayanya saling berinteraksi. Terdapat tiga bentuk
lingkungan yaitu : fisik, sosial dan simbolik. Lingkungan fisik adalah lingkungan alam atau
diciptakan oleh manusia seperti daerah katulistiwa, pegunungan, pemukiman padat dan iklim
seperti rumah di daerah Eskimo yang hampir tertutup rapat karena tidak pernah ada matahari
sepanjang tahun. Lingkungan sosial adalah keseluruhan struktur sosial yang berhubungan
dengan sosialisasi individu, keluarga atau kelompok ke dalam masyarakat yang lebih luas. Di
dalam lingkungan sosial individu harus mengikuti struktur dan aturan-aturan yang berlaku di
lingkungan tersebut. Lingkungan simbolik adalah keseluruhan bentuk dan simbol yang
menyebabkan individu atau kelompok merasa bersatu seperti musik, seni, riwayat hidup,
bahasa dan atribut yang digunakan.
Keperawatan
Asuhan keperawatan adalah suatu proses atau rangkaian kegiatan pada praktikkeperawatan
yang diberikan kepada klien sesuai dengan latar belakang budayanya. Asuhan keperawatan
ditujukan memnadirikan individu sesuai dengan budaya klien. Strategi yang digunakan dalam
asuhan keperawatan adalah perlindungan/mempertahankan budaya,
mengakomodasi/negoasiasi budaya dan mengubah/mengganti budaya klien (Leininger,
1991).
5. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah respon klien sesuai latar belakang budayanya yang dapat
dicegah, diubah atau dikurangi melalui intervensi keperawatan. (Giger and Davidhizar,
1995).
Terdapat tiga diagnose keperawatan yang sering ditegakkan dalam asuhan keperawatan
transkultural yaitu :
a. gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan perbedaan kultur
b. gangguan interaksi sosial berhubungan disorientasi sosiokultural
c. ketidakpatuhan dalam pengobatan berhubungan dengan sistem nilai yang diyakini.
6. Perencanaan dan Pelaksanaan
Perencanaan dan pelaksanaan dalam keperawatan trnaskultural adalah suatu proses
keperawatan yang tidak dapat dipisahkan. Perencanaan adalah suatu proses memilih strategi
yang tepat dan pelaksanaan adalah melaksanakan tindakan yang sesuai denganlatar belakang
budaya klien (Giger and Davidhizar, 1995).
Ada tiga pedoman yang ditawarkan dalam keperawatan transkultural (Andrew and Boyle,
1995) yaitu :
mempertahankan budaya yang dimiliki klien bila budaya klien tidak bertentangan dengan
kesehatan,
mengakomodasi budaya klien bila budaya klien kurang menguntungkan kesehatan dan
merubah budaya klien bila budaya yang dimiliki klien bertentangan dengan kesehatan.
a. Cultural care preservation/maintenance
1) Identifikasi perbedaan konsep antara klien dan perawat
2) Bersikap tenang dan tidak terburu-buru saat berinterkasi dengan klien
3) Mendiskusikan kesenjangan budaya yang dimiliki klien dan perawat
b. Cultural careaccomodation/negotiation
1) Gunakan bahasa yang mudah dipahami oleh klien
2) Libatkan keluarga dalam perencanaan perawatan
3) Apabila konflik tidak terselesaikan, lakukan negosiasi dimana kesepakatan berdasarkan
pengetahuan biomedis, pandangan klien dan standar etik.
c. Cultual care repartening/reconstruction
1) Beri kesempatan pada klien untuk memahami informasi yang diberikan dan
melaksanakannya
2) Tentukan tingkat perbedaan pasien melihat dirinya dari budaya kelompok
3) Gunakan pihak ketiga bila perlu
4) Terjemahkan terminologi gejala pasien ke dalam bahasa kesehatan yang dapat dipahami oleh
klien dan orang tua
5) Berikan informasi pada klien tentang sistem pelayanan kesehatan
Perawat dan klien harus mencoba untuk memahami budaya masingmasing melalui proses
akulturasi, yaitu proses mengidentifikasi persamaan dan perbedaan budaya yang akhirnya
akan memperkaya budaya budaya mereka. Bila perawat tidak memahami budaya klien maka
akan timbul rasa tidak percaya sehingga hubungan terapeutik antara perawat dengan klien
akan terganggu. Pemahaman budaya klien amat mendasari efektifitas keberhasilan
menciptakan hubungan perawat dan klien yang bersifat terapeutik.
7. Evaluasi
Evaluasi asuhan keperawatan transkultural dilakukan terhadap keberhasilan klien tentang
mempertahankan budaya yang sesuai dengan kesehatan, mengurangi budaya klien yang tidak
sesuai dengan kesehatan atau beradaptasi dengan budaya baru yang mungkin sangat
bertentangan dengan budaya yang dimiliki klien. Melalui evaluasi dapat diketahui asuhan
keperawatan yang sesuai dengan latar belakang budaya klien.
Memberikan ketenangan spiritual mempunyai arti lebih besar dari sekedar kunjung
rohani. Perawat dapat memberikan dukungan kepada klien dalam mengekspresikan filosofi
kehidupan. Ketika kematian mendekat, klien sering mencari ketenangan dengan menganalisa
nilai dan keyakinan yang berhubungan dengan hidup dan mati. Perawat dan keluarga dapat
membantu klien dengan mendengarkan dan mendorong klien untuk mengekspresikan tentang
nilai dan keyakinan, perawat dan keluarga dapat memberikan ketenangan spiritual dengan
menggunakan keterampilan komunikasi, mengekspresikan simpati, berdoa dengan klien.
C. Dukungan untuk keluarga yang berduka
dukungan diberikan agar keluarga dapat menerima dan tidak terbawa kedalam situasi
duka berkepanjangan.
Hal-hal yang dilakukan perawat, perhatikan
1. perawat harus mengenali nilai anggota keluarga sebagai sumber dan membantu mereka untuk
tetap berada dengan klien menjelang ajal.
2. mengembangkan hubungan suportif.
3. menghilangkan ansietas dan ketakutan keluarga
4. menetapkan apakah mereka/ kelurga ingin dilibatkan.
Respon dimana klien tidak percaya atau menolak terhadap apa yang dihadapi atau sedang terjadi.
Penolakan ini berfungsi sebagai pelindung setelah mendengar sesuatu yang tidak diharapkan.
b. Marah (anger)
Fase marah terjadi pada saat fase penolakan tidak lagi bisa dipertahankan. Rasa marah ini
terkadang sulit dipahami oleh pihak keluarga karena dapat dipicu oleh hal-hal yang secara normal
tidak menimbulkan kemarahan, sering terjadi karena merasa tidak berdaya.
c. Tawar – Menawar (bargaining)
Secara psikologis, tawar-menawar dilakukan untuk memperbaiki kesalahan atau dosa masa lalu.
Klien mencoba untuk melakukan tawar-menawar dengan tuhan dengan cara diam atau dinyatakan
secara terbuka.
d. Kesedihan Mendalam (depression)
Ekspresi kesedihan ini merupakan persiapan terhadap kehilangan atau perpisahan abadi dengan
siapapun dan apapun.
e. Menerima (acceptable)
Pada tahap ini, klien memahami dan menerima keadaannya klien mulai menemukan kedamaian
dalam kondisinya, beristirahat untuk menyiapkan dan memulai perjalanan panjang.
2.3.2 Asuhan Keperawatan
Dalam tahapan respon klien tersebut, perawat dapat memberikan asuhan psikologis:
a. Memberikan dukungan pada fase awal, perawat diharapkan memberikan dukungan pada klien
pada fase penolakan ini. Akan tetapi, budaya yang terjadi di Indonesia pada kondisi terminal ini,
klien dianggap membutuhkan asupan religi. Sehingga yang terjadi bukanlah perawat memberikan
dukungan, tetapi keluarga klien membacakan doa-doa kepada klien.
b. Memberikan arahan pada klien bahwa marah adalah respon normal. Sekarang ini, perawat
lebih memberikan arahan tersebut kepada keluarga klien agar keluarga klien pun tidak cemas
melihat klien mengalami keadaan seperti tersebut.
c. Membantu klien mengekspresikan apa yang dirasakannya. Perawat tidak lagi sendiri dalam
menghadapi klien dalam kondisi terminal, akan tetapi selalu banyak pihak keluarga yang datang
untuk memberikan semangat atau motivasi kepada klien. Perawat lebih berfungsi untuk
memberikan arahan kepada keluarga klien apa yang harus dilakukannya ketika klien menghadapi
respon respon tersebut.
d. Perawat harus hadir sebagai pendamping dan pendengar. Yang dilakukan perawat hanyalah
mengutarakan empatinya terhadap keluarga klien dan ikut serta membantu memotivasi keluarga
klien.
Asuhan psikologis dapat berubah sesuai dengan budaya dari keluarga klien tersebut. Klien dalam
kondisi terminal tersebut membutuhkan motivasi atau dukungan mental dan spiritual dari
keluarga, peran perawat dalam hal ini tidak terlalu banyak. Biasanya apabila keluarga tersebut
mempunyai keyakinan yang besar terhadap tuhan, mereka akan lebih memilih untuk berdoa di
sekeliling klien agar arwah klien nanti dapat diterima oleh yang kuasa. Ada pula adat kebiasaan
tersebut mengharuskan klien meninggal di rumah klien, klien langsung dibawa pulang ketika
keluarga, atau bahwa klien berada dalam kondisi terminal. 17
Gejala-gelala pada saat kondisi terminal:
a. Nafsu makan berkurang
b. Lesu
c. Ganguan sistem peredaran darah, seperti darah tida dapat mengalir ke seluruh tubuh secara
normal sehingga menjadikan kulit klien berubah menjadi biru
d. Ganguan sistem pernapasan, seperti, nafas klien berbunyi, dan frekuensi bernafas klien makin
lama makin berkurang
e. Ganguan sistem gerak, pasien tidak dapat bergerak sesuai keinginannya lagi
f. Gangguan pencernaan, seperti, klien tidak dapat menelan makanan yang diberikan.
Selain asuhan secara psikologis, perawat dapat memberikan asuhan keperawatan secara medis
kepada klien dengan cara (1) mengontrol nyeri dan gejala lain, (2) memelihara nutrisi klien, (3)
mengatur dosis regular, (4) membebaskan jalan nafas, dan (5) menyediakan obat-obatan esensial.
Seperti itulah proses keperawatan pada pasien terminal, perawat dan pihak keluarga pasien
berkolaborasi dalam mencapai kesejahteraan klien dalam menuju perjalan yang sangat panjang.
Proses proses perawatan pun akan menjadi fleksibel dan lebih menurut kepada aturan adat dan
kebudayaan yang dipercaya oleh pihak keluarga klien. Selama tidak membahayakan klien, pihak
rumah sakit akan senantiasa mengikuti adat budaya keluarga tersebut.
BAB III
PEMBAHASAN KASUS
A. Scenario kasus IV
Tn. A usia 45 tahun dirawat di RSUD kota Jakarta sejak seminggu yang lalu. Tn. A sudan
menderita penyakit DM sejak 6 tahun yang lalu, menurut istrinya suaminya ini sering terlihat
cepat lelah merasa sangat haus dan sering ke kamar mandi untuk buang air kecil, perutnya
tidak enak serasa mual , terkadang muntah dan nyeri. Menurut istrnya juga dari pemeriksaan
alat gula darah kepunyaan tetangganya, hasilnya sring diatas 200mg/dl. Pasien mengatakan
badan terasa lemas disertai mual dan kadang-kadang muntah. Ketika diperiksa torgor kulitnya
lebih dari 3 detik,mukosa bibir kering,terdapat penurunan berat badan dari sebelum sakit,
Berdasarkan dari pemeriksaan fisik,tanda-tanda vital TD:120/80 mmHg,N :60X/menit, S
:36,50 C,RR:24X/menit, dari mulut pasien tecium bau buah yang menyengat pasien sering
mendengkur dan bibir terlihat mencibir ketika ekspirasi,kesadaran somnolen GCS 12.
Terpasang oksigen binasal 2 lpm,pasien saat ini dberikan terapi infuse Nacl 0,9 % dengan
menggunakan infuse pump, dan pemberian insulin 20 U. Hasil pemeiksaan dengan
glukometer tak terbaca sehingga di lakukan pemeriksaan dilabolatorium keton serum
positif,analisa gas darah Ph 7,10. Pasien mendapatkan terapi obat ranitidine 30mg dan
ondansentron 4mg. Istri paien mengatakan selama ini dia tidak segera membawa suaminya ke
rumas sakit karena tidak mempunyai KTP dan KK tempat tinggal saat ini,karena pasien
berasal dai luar kota Jakarta. Sehingga tidak bias menggunakan program GAKIN,sedangkan
istri pasien mengeluh tentang biaya perawatan.
Pertanyaan Kasus
1. Setelah membaca dan menjawab beberapa pertanyaan yang muncul dari kasus diatas, coba
diskusikan system organ apa yang terkait masalah di atas ? Jelaskan dengan menggunakan
peta konsep struktur anatomi organ yang terkait serta mekanisme fisiologis system organ itu
bekerja !
2. Coba identifikasi diagnose keperawatan utama pada klien dalam kasus tersebut !
3. Coba saudara buat clinical pathway dari masalah keperawatan utama pada kasus diatas !
4. Tindakan-tindakan dan intervensi keperawatan apa saja yang seharusnya dilakukan seorang
perawat untuk mengatasi masalah keperawatan utama pada klien dan keluarganya!
B. Jawaban kasus
1. System organ yang terkait dengan masalah diatas adalah system endokrin dan organ yang
terganggunya adalah organ kelenjar pancreas.
Pankreas merupakan suatu organ berupa kelenjar dengan panjang dan tebal 12,5 cm dan tebal
± 2,5 cm. Pankreas terbentang dari atas sampai kelengkungan besar dari perut dan biasanya
dihubungkan oleh dua saluran ke duodenum (usus 12 jari) organ ini dapat diklasifikasikan ke
dalam dua bagian yaitu kelenjar endokrin dan eksokrin.
a. Struktur Pankreas
Pankreas terdiri dari :
- Kepala pancreas
Merupakan bagian yang paling lebar, terletak disebelah kanan rongga abdomen dan di dalam
lakukan duodenum dan yang praktis melingkarinya.
- Badan pancreas
Merupakan bagian utama pada organ itu dan letaknya di belakang lambuing dan di depan
vertebra lumbalis pertama.
- Ekor pankreas
Merupakan bagian yang runcing di sebelah kiri dan yang sebenarnya menyentuh limfa.
b. Saluran Pankreas
Pada pankreas terdapat dua saluran yang mengalirkan hasil sekresi pankreas ke dalam
duodenum :
- Ductus wirsung, yang bersatu dengan ductus chole dukus, kemudian masuk ke dalam
duodenum melalui sphincter oddi
- Ductus sartorini, yang lebih kecil langsung masuk ke dalam duodenum di sebelah atas
sphincter oddi.
c. Jaringan pankreas
Ada 2 jaringan utama yang menyusun pankreas :
- Asini berfungsi untuk mensekresi getah pencernaan dalam duodenum
- Pulau langerhans
d. Pulau-pulau langerhans
- Hormon-hormon yang dihasilkan
Insulin
Adalah suatu poliptida mengandung dua rantai asam amino yang dihubungkan oleh gambaran
disulfide.
Enzim utama yang berperan adalah insulin protease, suatu enzim dimembran sel yang
mengalami internalisasi bersama insulin
Efek faali insulin yang bersifat luas dan kompleks
- Efek-efek tersebut biasanya dibagi :
Efek cepat (detik)
Peningkatan transport glukosa, asam amino dan k+ ke dalam sel peka insulin.
Efek menengah (menit)
Stimulasi sintesis protein, penghambatan pemecahan protein, pengaktifan glikogen sintesa
dan enzim-enzim glikolitik.
Efek lambat (jam)
- Peningkatan M RNA enzim lipogenik dan enzim lain
Pengaturan fisiologi kadar glukosa darah sebagian besar tergantung dari :
ekstraksi glukosa
sintesis glikogen
glikogenesis
- Glukogen
Molekul glukogen adalah polipeptida rantai lurus yang mengandung 29 n residu asam amino
dan memiliki 3485 glukogen merupakan hasil dari sel-sel alfa, yang mempunyai prinsip
aktivitas fisiologi meningkatkan kadar glukosa darah.
- Somatostatin
Somatostatin menghambat sekresi insulin, glukogen dan polipeptida pankreas dan mungkin
bekerja di dalam pulau-pulau pankreas.
- Poliptida pankreas
Poliptida pankreas manusia merupakan suatu polipeptida linear yang dibentuk oleh sel pulau
langerhans.
Fungsi eksokrin pankreas:
Getah pankreas mengandung enzim-enzim untuk pencernaan ketiga jenis makanan utama,
protein, karhohidrat dan lemak. Ia juga mengandung ion bikarbonat dalam jumlah besar, yang
memegang peranan penting dalam menetralkan timus asam yang dikeluarkan oleh lambung
ke dalam duodenum.
Enzim-enzim proteolitik adalah tripsin, kamotripsin, karboksi, peptidase, ribonuklease,
deoksiribonuklease, tiga enzim pertama memecahkan keseluruhan dan secara parsial protein
yang dicernakan, sedangkan nuclease memecahkan keuda jenis asam nuklet, asam
ribonukleat dan deosinukleat.
Enzim pencernaan untuk karbohidrat adalah amylase pankreas, yang mengidrosis pati,
glikogen dan sebagian besar karbohidrat lain kecuali selulosa untuk membentuk karbohidrat,
sedangkan enzim-enzim untuk pencernaan lemak adalah lipase pankreas yang menghidrolisis
lemak netral menjadi gliserol, asam lemak dan kolesterol esterase yang menyebabkan
hidrolisis ester-ester kolesterol.
a. Pancreatic guice
Sodium bicarboinat memberikan sedikit pH alkalin (7,1 – 8,2) pada pancreatic jurce sehingga
menghentikan gerak pepsin dari lambung dan menciptakan lingkungan yang sesuai dengan
enzim-enzim dalam usus halus.
b. Pengaturan sekresi pankreas ada 2 yaitu :
- Pengaturan saraf
- Pengaturan hormonal
Fungsi endokrin pankreas
Tersebar diantara alveoli pankreas, terdapat kelompok-kelompok sel epithelium yang jelas,
terpisah dan nyata.
Kelompok ini adalah pulau-pulau kecil / kepulauan langerhans yang bersama-sama
membentuk organ endokrin.
2. Diagnose keperawatan utama pada kasus di atas adalah:
a. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan kompensasi asidosis metabolic ditandai dengan:
DS: -
DO :
- RR:24X/menit
- sering mendengkur dan bibir terlihat mencibir ketika ekspirasi
- Terpasang oksigen binasal 2 lpm
b. Kekurangan volume cairan dan elektolit b.d diuresis osmotic ditandai dengan:
DS : pasien mengeluh sering haus dan sering buang air kencinng
DO :
- torgor kulitnya lebih dari 3 detik
- mukosa bibir kering
- terapi infuse Nacl 0,9 % dengan menggunakan infuse pump
c. Nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh b.dpeningkatan asam lemak ditandai dengan:
DS : pasien mengeluh mual dan disertai muntah
DO :
- penurunan berat badan dari sebelum sakit
- mendapatkan terapi obat ranitidine 30mg dan ondansentron 4mg
Intervensi :
- Kaji pola nafas tiap hari
R/ Pola dan kecepatan pernafasan dipengaruhi oleh status asam basa, status hidrasi, status
cardiopulmonal dan sistem persyarafan. Keseluruhan faktor harus dapat diidentifikasi untuk
menentukan faktor mana yang berpengaruh/paling berpengaruh.
- Kaji kemungkinan adanya secret yang mungkin timbul
R/ Penurunan kesadaran mampu merangsang pengeluaran sputum berlebih akibat kerja reflek
parasimpatik dan atau penurunan kemampuan menelan.
- Kaji pernafasan kusmaul atau pernafasan keton
R/ Paru-paru mengeluarkan asam karbonat melalui pernafasan yang menghasilkan
kompensasi alkalosis respiratorik terhadap keadaan ketoasidosis. Pernafasn yang berbau
keton berhubungan dengan pemecahan asam ketoasetat dan harus berkurang bila ketosis
harus terkoreksi.
- Pastikan jalan nafas tidak tersumbat
R/ Pengaturan posisi ekstensi kepala memfasilitasi terbukanya jalan nafas, menghindari
jatuhnya lidah dan meminimalkan penutupan jalan nafas oleh sekret yang mungkin terjadi
- Berikan bantuan oksigen
R/ Pernafasan kusmaull sebagai kompensasi keasaman memberikan respon penurunan CO2
dan O2, Pemberian oksigen sungkup dalam jumlah yang minimal diharapkan dapat
mempertahankan level CO2.
- Kaji Kadar AGD setiap hari
R/ Evaluasi rutin konsentrasi HCO3, CO2 dan O2 merupakan bentuk evaluasi objektif
terhadap keberhasilan terapi dan pemenuhan oksigen.
b. Kekurangan Volume Cairan dan Elektolit
Tujuan : Keseimbangan cairan dan elektrolit tercapai dengan nilai laboratorium dalam batas
normal
Intervensi:
- Kaji riwayat pengeluaran berlebih : poliuri, muntah, diare
R/ Memperkirakan volume cairan yang hilang. Adanya proses infeksi mengakibatkan demam
yang meningkatkan kehilangan cairan IWL.
- Pantau tanda vital
R/ Hipovolemia dapat dimanivestasikan dengan hipotensi dan takikardi. Perkiraan berat
ringannya hipovolemia dapat dibuat ketika tekanan darah sistolik pasien turun lebih dari 10
mmHg dari posisi berbaring ke posisi duduk/berdiri.
- Kaji pernafasan kusmaul atau pernafasan keton
R/ Paru-paru mengeluarkan asam karbonat melalui pernafasan yang menghasilkan
kompensasi alkalosis respiratorik terhadap keadaan ketoasidosis. Pernafasn yang berbau
keton berhubungn dngan pemecvahan asam ketoasetat dan harus berkurang bila ketosis harus
terkoreksi.
- Kaji nadi perifer, pengisian kapiler, turgor kulit dan membran mukosa
R/ Indikator tingkat hidrasi atau volume cairan yang adekuat.
- Ukur BB tiap hari
R/ Memberikan hasil pengkajian yang terbaik dari status cairan yang sedang berlangsung dan
selanjutnya dalam pemberian cairan pengganti.
- Pantau masukan dan pengeluaran, catat BJ Urine
R/ Memberikan perkiraan kebutuhan akan cairan pengganti, fungsi ginjal, dan keefektifan
terapi yang diberikan.
- Berikan cairan paling sedikit 2500 cc/hr
R/ Mempertahankan hidrasi dan volume sirkulasi.
- Catat hal-hal seperti mual, nyeri abdomen , muntah, distensi lambung
R/ Kekurangan cairan dan elektrolit mengubah motilitas lambung, yang seringkali akan
menimbulkan muntah dan secara potensial akan menimbulkan kekurangan cairan atau
elektrolit.
Kolaborasi
- Berikan NaCl, ½ NaCl, dengan atau tanpa dekstrose
R/ Tipe dan jumlah cairan tergantung pada derajad kekurangan cairan dan respon pasien
individual.
- Berikan Plasma, albumin
R/ Plasma ekspander kadang dibutuhkan jika kekuranggan tersebut mengancam kehidupan
atau tekanan darah sudah tidak dapat kembali normal dengan usaha rehidrasi yang telah
dilakukan.
- Pantau pemeriksaan laboraorium : Ht, BUN/Creatinin, Na, K
R/ Na menurun mencerminkan perpindahan cairan dari intrasel (diuresis osmotik). Na tinggi
mencerminkan dehidrasiberat atau reabsorbsi Na akibat sekresi aldosteron.
Hiperkalemia sebagai repon asidosis dan selanjutnya kalium hilang melalui urine. Kadar
Kalium absolut tubuh kuran
- Berikan Kalium atau elektrolit IV/Oral
R/ Kalium untuk mencegah hipokalemia harus ditambahkan IV. Kalium fosfat dapat
diberikan untuk menngurangi beban Cl berlebih dari cairan lain.
- Berikan Bikarbonat
R/ Diberikan dengan hati-hati untuk memperbaiki asidosis.
- Pasang selang NG dan lakukan penghisapan
R/ Mendekompresi lambung dan dapat menghilanggkan muntah.
Kolaborasi:
- Lakukan pemeriksaan gula darah denggan menggunakan finger stick
R/ Analisa di tempat tidur terhadap gula darah lebih akurat dibandingkan dengan reduksi
urine.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ketoasidosis diabetikum adalah kasus kedaruratan endokrinologi yang disebabkan oleh
defisiensi insulin relatif atau absolut. Ketoasidosis diabetikum terjadi pada penderita IDDM
(atau DM tipe II). Adanya gangguan dalam regulasi insulin, khususnya pada IDDM dapat
cepat menjadi diabetik ketoasidosis manakala terjadi diabetik tipe I yang tidak terdiagnosa,
ketidakseimbangan jumlah intake makanan dengan insulin, adolescen dan pubertas, aktivitas
yang tidak terkontrol pada diabetes, dan stress yang berhubungan dengan penyakit, trauma,
atau tekanan emosional.
B. Saran
Untuk menghindari kondisi pasien dengan ketoasidosis diabetikum jatuh pada kondisi tidak
stabil, maka yang perlu dilakukan adalah sesegera mungkin melakukan penggantian cairan
dan garam yang hilang, menekan lipolisis sel lemak dan menekan glukoneogenesis sel hati
dengan pemberian insulin, mengatasi stres sebagai pencetus KAD (dalam kasus ini diberikan
antibiotik), serta mengembalikan keadaan fisiologi normal dan menyadari pentingnya
pemantauan serta penyesuaian pengobatan.Sedangkan untuk melakukan tindakan pencegahan
agar tidak jatuh pada kondisi ketoasidosis yaitu dengan melakukan manajemen nutrisis yang
baik serta menetapkan taraf insulin yang benat atau tepat dosi
DAFTAR PUSTAKA
Poskan Komentar
Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda
Langganan: Poskan Komentar (Atom)
Mengenai Saya
Arsip Blog
► 2015 (13)
► 2014 (10)
▼ 2012 (51)
o ▼ November (48)
ungkapan Cinta
Ketika Cinta Bertepuk sebelah tangan..
Sajarah Désa Cilimus
MEMBUAT ASUHAN KEPERAWATAN
PATHWAY APENDISITIS
PATHWAY HIPERTENSI
PATHWAY STROKE
PATHWAY ALZHEIMER
PATHWAY DIABETES
PENGERTIAN ASUHAN KEPERAWATAN
Menghitung balance cairan
Konsep Dasar Terapi Intravena (Infus)
MACAM SARAF KRANIAL
MEKANISME KOPING
MAKALAH DERMATITIS
PEMBAHASAN KASUS
AKSI UU keperawatan
LASKAR
CONTOH SKENARIO KASUS
diriku,,, di desa caracas tercinta....
PATHWAY OTITIS
PATHWAY OTITIS
LOGO HIMAKEP STIKES KUNINGAN
LOGO BEM STIKKU
HEALTH BELIEF MODE
FORMAT SATUAN ACARA PENYULUHAN
CONTOH KASUS
CONTOH COVER MAKALAH
MAKALAH GIZI BURUK
MAKALAH TRANSKULTURAL NURSING ( KEPERAWATAN
LINTAS...
STIKES KUNINGAN
MEMBANGUN SIKAP MENTAL PANTANG MENYERAH
KALSIUM: MINERAL SI PENGUAT TULANG
Pendokumentasian Asuhan Keperawatan
MAKALAH PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN
MANUSIA
KOMUNIKASI DALAM KEPERAWATAN ANAK
MAKALAH HIV AIDS
Makna Cinta yang Sesungguhnya
MAKALAH GASTROENTERITIS
YIPZ YIPZ KERESEK
ANATOMI DAN FISIOLOGI SISTEM HEMATOLOGI
KONSEP KEBUTUHAN DASAR MANUSIA
Makalah Keperawatan Tentang DHF (Dengue Haemorragh...
Kesadaran dan GCS
MAKALAH DIABETES MELLITUS
MAKALAH OTITIS MEDIA
MAKALAH EUTHANASIA
MAKALAH HIPOTIROIDISME
o ► Oktober (3)
Digital clock
BARUDAK PERAWAT
Fish