Anda di halaman 1dari 37

ELIMINASI

FEKAL
OLEH :
Heru Komarudin
Nur wakhidaturahmah
Sekar Dwi P
OUTLINE

Proses eliminasi fekal


Faktor-faktor yang mempengaruhi eliminasi
fekal
Pengertian pola eliminasi fekal
Gangguan umum pola eliminasi fekal
Pengkajian eliminasi fekal
Diagnosa keperawatan
Intervensi keperawatan
PENGERTIAN DEFEKASI

Defekasi atau bowel movement adalah


suatu proses pengeluaran feses melalui
anus atau rektum yang dipengaruhi oleh
gelombang peristaltik yang menggerakan
feses ke kolon sigmoid dan rektum akibat
stimulasi saraf sensorik di rektum yang
menyebabkan individu melakukan
defekasi (Kozier, Erb, Berman dan
Snyder, 2010).
PROSES ELIMINASI FEKAL
Proses defekasi melibatkan kontrol volunter dan kontrol involunter.
Sfingter interna adalah sebuah otot polos yang dipersarafi oleh sistem
saraf otonom sedangkan sfingter eksterna berada di bawah kendali
sadar dari korteks serebral.

Saat rektum mengalami distensi, saraf sensorik distimulasi dan


membawa impuls-impuls yang menyebabkan relaksasi sfingter interna,
sehingga memungkinkan lebih bayak feses yang memasuki rektum.
Pada saat yang sama, impuls bergerak ke otak untuk menyampaikan
sinyal bahwa individu perlu melakukan defekasi.
Saat sfingter internal relaksasi, sfingter eksternal juga relaksasi.
Apabila waktu untuk defekasi tidak tepat, konstriksi otot levator ani
membuat anus tertutup dan defekasi tertunda.

Pada saat defekasi, sfingter anal eksterna secara refleks berelaksasi


untuk membuang isi kolon.

Tekanan untuk mengeluarkan feses dapat dilakukan dengan


meningkatkan tekanan intraabdomen (kontraksi otot abdomen/ tegang)
atau melakukan valsava manuver.

Frekuensi rata-rata buang air besar pada manusia adalah sekali sehari,
tapi ini bervariasi antara individu.
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
ELIMINASI FEKAL
Faktor-faktor yang meningkatkan eliminasi fekal :

1. Lingkungan yang bebas stres.


2. Kemampuan untuk mengikuti pola defekasi pribadi (privasi).
3. Diet tinggi serat (apel jeruk, prum, aprikot, bayam, kangkung, kubis), makanan
yang menghasilkan gas (bawang, kembang kol, dan buncis) juga menstimulasi
peristaltik dan membuat dinding usus berditensi.
4. Asupan cairan normal sekitar 1.500-2.000 ml setiap hari (jus buah, cairan hangat
dapat memperlunak feses dan meningkatkan peristaltik).
5. Olahraga (exercise, berjalan).
6. Kemampuan untuk mengambil posisi jongkok.
7. Diberikannya obat-obatan laksatif dan katartik (pelunak feses dan peningkat
peristaltik) secara tepat.
Faktor-faktor yang merusak/ menghambat eliminasi fekal :

1. Stres emosional dan depresi.


2. Gagal mencetuskan refleks defekasi (kurang waktu/ kurang privasi).
3. Diet tinggi lemak dan tinggi karbohidrat.
4. Asupan cairan berkurang (konsumsi susu berlebih dapat memperlambat peristaltik
dan menyebabkan konstipasi, intoleransi laktosa dapat menyebabkan diare, distensi
gas, dan kram pada beberapa individu).
5. Imobilitas (tidak aktif bergerak).
6. Tidak mampu jongkok (akibat imobilitas, usia lanjut, deformitas muskuloskeletal).
7. Nyeri dan nyeri selama defekasi (dapat mensupresi keinginan seseorang untuk
defekasi karena menghindari nyeri).
8. Pembedahan yang melibatkan manipulasi usus (sementara akan menghentikan
gerakan peristaltik).
9. Penggunaan obat-obatan seperti analgesik narkotik, antibiotik, dan anestesi umum,
serta penggunaan katartik yang berlebihan.
Faktor-faktor lain yang mempengaruhi eliminasi fekal :

1.Usia dan perkembangan.


2. Kehamilan.
3. Pemeriksaan diagnostik, misalnya barium enema dan endoskopi.
Gangguan Umum Pola Eliminasi Fekal
KONSTIPASI
Konstipasi atau sembelit Tanda dan gejala :
adalah infrequency normal Penurunan motilitas usus.
atau ketidakteraturan dalam Kesulitan defekasi.
defekasi, pengerasan tinja
Mengejan berlebihan.
yang abnormal atau retensi
tinja dalam rektum yang Ketidakmampuan untuk
berkepanjangan. buang air besar serta tinja
yang keras.
Konstipasi bukan penyakit
tetapi merupakan gejala yang Tinja yang kering dan
ditandai dengan defekasi keras ini dapat
kurang dari tiga kali per menyebabkan nyeri
minggu rektum.
(Potter dan Perry, 2013)
Penyebab Konstipasi
Impaksi Fekal

Pengertian Peyebab
Impaksi fekal adalah adanya Penyebab dari impaksi fekal
massa atau pengumpulan feses adalah kebiasaan defekasi yang
yang keras di dalam lipatan rektum buruk dan konstipasi (Kozier, Erb,
yan terjadi akibat retensi dan Berman dan Snyder, 2010).
akumulasi materi fekal yang lama.
Impaksi Fekal

Resiko tinggi Tanda dan gejala


Pasien yang lemah, bingung, atau Ketidakmampuan untuk melakukan
tidak sadar. defekasi selama beberapa hari
Pasien akan mengalami dehidrasi meskipun dorongan untuk buang
dan merasa terlalu lemah atau air besar muncul berulang.
tidak menyadari perlunya untuk Kehilangan selera makan
buang air besar, sehingga tinja (anoreksia).
menjadi terlalu keras dan kering Mual dan atau muntah.
untuk dikeluarkan. Distensi abdomen dan kram
abdomen.
Nyeri dubur.
(Potter dan Perry, 2013)
Diare
Penyebab
Pengertian
Obat-obat tertentu (misalnya, penggunaan hormon
Diare adalah meningkatnya frekuensi
tiroid, pelunak feses dan laksatif, antibiotik,
buang air besar (lebih dari tiga per
kemoterapi, antasida).
hari), peningkatan jumlah tinja (lebih
dari 200 g per hari), dan perubahan Gangguan metabolisme dan endokrin (misalnya,
konsistensi tinja (yaitu, menjadi lebih diabetes, penyakit Addison, tirotoksikosis).
encer). Virus atau proses infeksi bakteri (misalnya, disentri,
shigellosis, keracunan makanan).
Proses penyakit lain yang terkait dengan diare adalah
gizi dan gangguan malabsorptif (misalnya, penyakit
celiac), cacat sfingter anal, sindrom Zollinger-Ellison,
ileus paralitik, obstruksi usus, dan acquired
immunodeficiency syndrome (AIDS).
Alergi dan Intoleransi makanan.
Antibiotik (sefalosporin, ampisilin, amoksisilin, dan
klindamisin), kemoterapi, dan prosedur invasif usus
seperti operasi atau kolonoskopi menyebabkan
pertumbuhan berlebih dari Clostridium difficile (C.
Difficile).
Inkontinensia Fekal
Penyebab
Pengertian
Inkontinensia fekal adalah Beberapa faktor yang
pengeluaran feses secara mempengaruhi inkontinensia fekal
involunter melalui anus, dan adalah kemampuan rektum untuk
dapat berbentuk feses yang merasakan dan mengakomodasi
keras sampai cair tinja, jumlah dan konsistensi dari
tinja, integritas sfingter anal dan
otot, dan motilitas dubur
Tipe Inkontinensia Fekal
Flatulens
Penyebab
Pengertian
Terdapat tiga sumber utama
Flatulens adalah flatus yaitu akibat kerja bakteri
keberadaan flatus yang dalam kime usus besar, udara
berlebihan di usus yang yang tertelan, dan gas yang
menyebabkan peregangan berdifusi di anatar aliran darah
dan inflasi usus (distensi dan usus. Flatulens dapat
usus) yang dapat terjadi disebabkan karena makanan
pada kolon. (kol, bawang merah),
pembedahan abdomen dan
narkotik.
(Kozier, Erb, Berman dan
Snyder, 2010)
Hemoroid
Penyebab
Pengertian
Hemoroid atau wasir adalah Peningkatan tekanan vena
pelebaran atau pembesaran akibat usaha untuk buang air
urat pada lapisan rektum baik besar.
eksternal atau internal. Kehamilan.
Gagal jantung.
Penyakit hati kronis.
(Potter dan Perry, 2013)
PENGKAJIAN ELIMINASI FEKAL
Pemeriksaan Fisik :
Pemeriksaan fisik meliputi abdomen dan rektal.
Pemeriksaan fisik abdomen terkait dengan eliminasi fekal
meliputi inspeksi, auskultasi, perkusi dan palpasi
dikhususkan pada saluran intestinal. Auskultasi dikerjakan
sebelum palpasi, sebab palpasi dapat merubah peristaltik.
Pemeriksaan rektum dan anus meliputi inspeksi dan
palpasi. Inspeksi feses, meliputi observasi feses klien
terhadap warna, konsistensi, bentuk permukaan, jumlah,
bau dan adanya unsur-unsur abdomen.
Bristol Stool Form Scale
Uji Diagnostik :
Uji non invasif (Black & Hawks, 2009) :
Flat plat abdomen : Pemeriksaan rontgen dari abdomen. Pemeriksaan ini diindikasikan
untuk mengetahui adanya tumor, obstruksi, penumpukan gas berlebihan yang dapat
menandakan adanya obstruksi pada usus, penyempitan, dan iskemi usus.
Studi barium pada gastrointetinal bawah : Diindikasikan untuk klien yang mengalami
perubahan pola defekasi, nyeri abdomen bawah, feses disertai darah, mucus atau nanah.
Computed tomography : Diindikasikan untuk mengkaji diverticulitis akut dan pembentukan
abses, mendiagnosis kanker kolorektal, dan stadium tumor rektal.
Scintigrafi : Digunakan untuk mendeteksi hambatan pada pengosongan gaster, dan juga
transit pada usus kecil dan kolon.
Ultrasonografi : Digunakan untuk mengiodentifikasi proses patofisiologi dalam pancreas,
hati, kantung empedu, limpa, dan jaringan retroperitoneal.
Manometri rektal : Digunakan untuk mengukur tekanan dari sfingter internal dan eksternal
saat istirahat dan saat kontraksi, serta sensasi dan fungsi rektal pada klien.
Uji Invasif :
Endoskopi : Mengobservasi secara langsung sumber perdarahan dan lesi di permukaan
dan menentukan status dari jaringan yang mulai sembuh.
Proktosigmoidoskopi : Pemeriksaan yang menggunakan dua instrument yaitu sebuah
protoskop dan sebuah sigmoidoskop. Indikasi pasien yang menggunakan pemeriksaan
ini adalah perubahan dalam pola defekasi, nyeri pada abdomen bawah, pruritus anal,
dan pengeluaran darah, mucus atau nanah pada feses (Smeltzer & Bare, 2002).
Kolonoskopi : Pemeriksaan secara visual dari lapisan kolon. Indikasi pasien yang
melakukan pemeriksaan ini adalah klien dengan riwayat konstipasi dan diare,
perdarahan rektal yang persisten, atau nyeri abdomen bagian bawah.
Endoskopi kapsul video : Memberikan visualisasi langsung dari usus kecil ketika terdapat
suspek perdarahan gastrointestinal yang tersembunyi atau lesi yang tidak dapat terlihat
oleh endoskopi tradisional (Smeltzer & Bare, 2002).
Pemeriksaan penunjang lain : Enteroskopi balon ganda, uji laboratorium, antigen kanker,
pemeriksaan erologi seriawan seliaka, pemeriksaan darah samar feses, pemeriksaan
feses untuk telur dan parasit serta patogen bakteri.
Diagnosa Keperawatan yang
Mungkin Muncul :
Inkontinensia bowel
Konstipasi
Diare
Disfungsional motilitas gastrointestinal
Perceived constipation
Resiko konstipasi
Resiko Disfungsional motilitas gastrointestinal

(Doenges, Moorhouse, & Murr, 2010)


Pengkajian gastrointestinal menyeluruh
Pengkajian tinjauan persistem
Penatalaksaan Keperawatan Pada
Gangguan Eliminasi Fekal
Nutrisi dan Cairan
Konstipasi : Tingkatkan asupan cairan setiap hari dan instruksikan klien untuk
meminum cairan hangat dan jus buah. Sertakan serat dalam diet, yaitu makanan
seperti buah segar, produk beras, sereal, dan roti gandum.

Diare : Dorong asupan cairan oral dan makanan lunak. Cairan yang terlalu hangat atau
dingin, minuman yang mengandung kafein dan karbonat harus dihindari karena
dapat menstimulasi peristaltic. Selain itu makanan yang pedas dan makanan tinggi
serat, produk susu, lemak, produk gandum, buah segar, dan sayuran harus dibatasi.

Flatulens : Batasi minuman berkabonasi, penggunaan sedotan, dan permen karet


karena dapat meningkatkan pemasukan udara. Hindari makanan yang menghasilkan
gas seperti, buncis, bawang merah, dan kembang kol.
Latihan
Latihan secara teratur membantu klien membentuk pola defekasi yang teratur
dengan melakukan latihan isometric, sebagai berikut :

Dalam posisi terlentang, klien menguatkan otot abdomen dengan menariknya


kedalam, menahannya selama 10 detik dan kemudian merelaksasikannya.
Dilakukan 5-10 kali sehari.

Dalam posisi terlentang, klien mengontraksikan otot paha dan menahannya sekitar 10
detik, diulang sebanyak 5-10 kali sehari. Membantu klien tirah baring untuk
mendapatkan kekuatan otot paha, sehingga mempermudah defekasi di pispot.
Pengeluaran Impaksi Fekal Secara Digital :
Pengeluaran digital melibatkan penghancuran massa fekal
secara manual dan mengeluarkannya dalam bagian per
bagian dengan memasukan jari ke dalam rektum.

Sebelum impaksi dikeluarkan, dianjurkan enema retensi


minyak diberikan dan ditahan selama 30 menit.

Setelah pengeluaran impaksi, perawat dapat menggunakan


berbagai intervensi untuk mengeluarkan sisa feses, seperti
enema pembersih atau memasukan suposituria.
Program Latihan Defekasi
a. Menentukan kebiasaan defekasi klien dan faktor apa yang
membantuk dan menghambat defekasi normal.

b. Merancang sebuah rencana dengan klien, yang terdiri dari :

Asupan cairan sebanyak 2.500-3.000 ml/ hari sesuai indikasi.

Meningkatkan asupan serat dalam diet.

Asupan minuman hangat, sebelum defekasi.

Meningkatkan olahraga.
c. Mempertahankan rutinitas harian berikut selama 2 sampai 3
minggu :
Berikan supositoria katartik (dulcolax) 30 menit sebelum waktu
defekasi klien diminta untuk menstimulasi peristaltis.
Jika klien mengalami desakan untuk defekasi bantu klien untuk ke
toilet atau sediakan pispot.
Berikan privasi untuk defekasi.
Ajarkan klien untuk condong ke depan dibagian panggul untuk
memberikan tekanan pada abdomen.
Penatalaksanaan Medis :
Katartik dan Laksatif : Katartik adalah obat yang menginduksi defekasi. Katartik memiliki efek
pencahar yang kuat. Laksatif mempunyai efek yang lebih ringan dibandingkan katartik dan
menghasilkan feses lunak atau cair yang kadang-kadang disertasi kram abdomen. Contoh katartik :
minyak jarak, kaskara, fenolptalein, dan bisakodil. Beberapa laksatif diberikan dalam bentuk
supositoria. Supositoria bekerja dalam cara beragam dengan melunakan feses, dengan melepaskan
gas seperti karbondioksida untuk mendistensi rektum.

Obat Anti-diare : Obat ini memperlambat mobtilitas usus atau menyerap kelebihan cairan di usus. agen
antidiare (misalnya, loperamide) dapat diberikan untuk mengendalikan diare .

Obat Anti-Flatulens : Seperti simetikon tidak mengurangi pembentukan flatus tetapi dapat
menggabungkan gelembung gas dan memfasilitasi pengeluarannya dengan sendawa dari mulut atau
flatus dari anus.
Ostomi Diversi Usus
Ostomy adalah pembuatan lubang pada kulit yang menuju saluran pencernaan,
perkemihan atau pernafasan

Terdapat tiga jenis ostomy usus :

Gastrostomi adalah sebuah lubang pada dinding abdomen yang menuju


lambung.

Yeyunustomi adalah lubang dinding abdomen yang menuju yeyunum.

Ileustomi adalah lubang dinding abdomen yang menuju ileum.

Kolostomi adalah lubang dinding abdomen yang menuju kolon.

Anda mungkin juga menyukai