Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH KEBUTUHAN DASAR MANUSIA 2

PEMBERIAN OBAT SECARA BUKAL

KELOMPOK 2:

1. Baiq Anggi Andiana (P07120421050)


2. Baiq Rahma Safira Maharani (P07120421051)
3. Dian Rizky Tri Handayani (P07120421052)
4. Kaisar Maulana Akbar (P07120421064)
5. Zuhratul Khumairah (P07120421064)

PRODI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN DAN PROFESI NERS

POLITEKNIK KESEHATAN MATARAM KEMENTERIAN


KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
TAHUN AKADEMIK 2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Yang Maha Kuasa karena atas limpahan
karunia-Nya, penyusun dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Pemberian
Obat Secara Bukal” dengan baik dan tepat pada waktunya.

Makalah ini disusun dalam rangka pemenuhan tugas terstruktur mata kuliah
Kebutuhan Dasar Manusia II. Dalam penyelesaian makalah ini tidak lepas dari
bantungan dan bimbingan Ibu Ridawati Sulaeman, S.Kep.,Ns, MM selaku dosen
pengampu mata kuliah KDM II. Penyusun juga sangat berterima kasih kepasa
semua pihak lainnya yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini
sebaik mungkin.

Penyusun menyadari adanya kekurangan yang terdapat dalam makalah ini.


Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca sangat
diharapkan demi perbaikan kedepannya. Semoga makalah ini bermanfaat bagi
pembaca dan banyaj pihak lainnya.

Mataram, 20 Februari 2022

Penyusun

2
DAFTAR ISI

Kata Pengantar.......................................................................................................2

Daftar Isi.................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.............................................................................................4
B. Rumusan Masalah........................................................................................4
C. Tujuan..........................................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Pemberian Obat Secara Bukal....................................................6


B. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Muchoadesif di Rongga Mulut pada
Pemberian Obat Secara Bukal......................................................................7
C. Perkembangan Obat Bukal...........................................................................9
D. Keuntungan dan Kerugian Pemberian Obat Secara Bukal........................11
E. Standar Operasional Prosedur Pemberian Obat Secara Bukal...................12

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan................................................................................................14
B. Saran...........................................................................................................14

DAFTAR ISI

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Berdasarkan perkembangan zaman bentuk dan sediaan obat beragam,
ada yang berbentuk tablet, serbuk, kapsul, sirup, dan suppositoria. Beragamnya
bentuk sediaan tersebut didasarkan atas kebutuhan dari konsumen atau pasien.
Bentuk dan sediaan obat pun dapat diberikan dengan rute yang berbeda-beda
dan memberikan efek yang berbeda-beda. Pada saat ini ilmu teknologi farmasi
telah berkembang pesat. Banyak sediaan obat baro yang telah ditemukan
seperti, aerosol, tablet, kapsul, emulsi, ekstrak, galenic, krim, injeksi, inhalasi,
pasta, pil, tingtur, serbuk, plaster dan lain-lain.
Bentuk sediaan obat yang sering dijumpai dipasaran adalah tablet.
Tablet merupakan bahan obat dalam bentuk sediaan padat yang biasanya dibuat
dengan penambahan bahan yang sesuai. Tablet memiliki jenis yang bermacam-
macam sesuai dengan tujuan penggunaannya yaitu, tablet oral yang sering kita
jumpai di apotek dan tablet non-oral yang contohnya tablet bukal dan tablet
sublingual.
Tablet Bukal adalah tablet kempa biasa yang berbentuk oval yang
ditempatkan di antara gusi dan pipi. Biasanya keras dan berisi hormon. Bekerja
sistemik, tererosi atau terdisolusi di tempat tersebut dalam waktu yang lama
(secara perlahan).
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan pemberian obat secara bukal?
2. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi muchoadesif di rongga mulut
pada Pemberian obat secara bukal?
3. Bagaimana perkembangan obat bukal?
4. Apa saja keuntungan dan kerugian pemberian obat secara bukal?
5. Bagaimana Standar Operasional Prosedur dalam pemberian obat secata
bukal?

4
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui dan memahami definisi dari pemberian obat secara
bukal.
2. Untuk mengetahui dan memahami indikasi dan kotranindikasi klien
dengan pemberian obat secara bukal.
3. Untuk mengetahui dan memahami perkembangan obat bukal.
4. Untuk mengetahui dan memahami keuntungan dan kerugian pemberian
obat secara bukal.
5. Untuk mengetahui dan memahami standar operasional prosedur pemberian
obat secara bukal sehingga dapat diiplementasikan dalam praktek.

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Pemberian Obat Secara Bukal


Pemberian obat secara bukal adalah pemberian obat dengan cara
meletakkan obat diantara gusi dengan membran mukosa pipi. Pemberian
sediaan melalui bukal menunjukkan waktu mulai kerja obat yang sangat cepat.
Absorpsi obat dalam mulut dikendalikan dengan membiarkan melarutnya zat
obat dan ditahan dalam rongga mulut (Ansel, 1989).
Tablet bukal merupakan tablet yang disisipkan di pipi (bukal) dan di
bawah lidah (sublingual), biasanya memiliki bentuk yang berbeda dengan tablet
kebanyakan, yaitu berbentuk datar. Tablet ini juga merupakan tablet oral yang
direncanakan larut dalam kantung pipi atau di bawah lidah untuk diabsorpsi
melalui mukosa oral. Biasanya ditujukan untuk efek yang cepat, dan untuk obat-
obatan yang dapat dirusak oleh cairan lambung dan atau sedikit obat yang
diabsorbsi melalui saluran cerna.
Pemberian obat secara oral, melalui jalur metabolisme pertama yang
tinggi (yaitu, sebagian besar dimetabolisme oleh hati dengan mengalami
metabolisme pertama, oleh karena itu obat tidak memasuki atau melewati aliran
darah). Pemberian obat bukal, dilakukan melalui mukosa rongga mulut atau
menghindari melewati saluran pencernaan. Penggunaan tablet bukal, yaitu
pemberian obat melalui transmucosal juga telah dipertimbangkan untuk
pengobatan gangguan mulut dan juga sebagai anesthetic lokal. Tidak seperti
pemberian obat oral, yang dapat menyebabkan kerusakan obat yang disebabkan
oleh lingkungan dalam sistem pencernaan (oleh enzim pencernaan), khususnya
protein dan polypeptides, karena hidrolisis asam dan efek metabolisme pass-
pertama oleh hati, selain itu lapisan mukosa jaringan bukal juga menyediakan
lingkungan yang lebih baik untuk absorpsi obat.
Karakteristik sediaan bukal yang baik adalah memiliki indeks
pengembangan yang baik (> 30%), memiliki kekuatan bioadesif yang baik serta
pelepasan obat dapat terkontrol selama berada dalam rongga mulut (Derle et al.,

6
2009). Bahan yang berperan dalam bioadesif adalah polimer. Polimer sediaan
bioadesif harus bersifat tidak terabsorbsi, tidak toksik, terikat dengan cepat pada
jaringan, tidak spesifik hanya pada lokasi tertentu, dapat bercampur dengan
obat, dan tidak mengalami peruraian selama penyimpanan (Dhawan, Singla,
and Sinsha, 2004). Selain itu polimer juga dapat mempengaruhi berat molekul,
kelenturan, kapasitas ikatan hidrogen, ikatan silang, muatan, konsentrasi,
hidrasi (pengembangan).
Pemberian melalui bukal, sebagian berguna untuk bahan aktif yang
menunjukkan bioavailabilitas yang rendah selama pemberian non-parenteral.
Availabilitas yang rendah dapat menyebabkan kelarutan yang rendah, degradasi
oleh enzim atau dirusak oleh asam selama melewati saluran pencernaan, atau
firstpass destruction oleh hati setelah absorpsi dari saluran pencernaan.
Contohnya tablet bukal inventif untuk analgesik seperti aspirin, ibuprofen,
fenoprofen, sulindac, salsalate, diflunisal, mecleofenamate, naproxen,
nabumetone, tolmetin, diklofenak, oxaprozin, ketoprofen indometasin, salisilat
kolin, piroksikam, asam mefenamat, etodolac dan ketorolac. Juga
memungkinkan untuk memberikan senyawa-senyawa yang mempunyai
bioavailabilitas yang baik secara bukal, tetapi pada umumnya obat-obat tersebut
akan diberikan secara oral untuk kenyamaan.
B. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Muchoadesif di Rongga Mulut pada
Pemberian Obat Secara Bukal
Istilah mukoadesif diterapkan ketika mukosa dijadikan atau berperan
sebagai substrat. Karakteristik mukoadesif adalah faktor dari kedua polimer
bioadhesive dan media di mana polimer berada. Berbagai faktor yang
mempengaruhi sifat mukoadhesif polimer, seperti berat molekul, fleksibilitas,
kapasitas ikatan hidrogen, cross-linking densitas, muatan, konsentrasi, dan
hidrasi (pembengkakan) dari polimer, yang secara singkat dibahas di bawah ini:
1. Berat Molekul
Secara umum, telah ditunjukkan bahwa kekuatan bioadhesive polimer yang
meningkat sebanding dengan berat molekul di atas 100.000. Sebagai salah
satu contoh, hubungan langsung antara kekuatan bioadhesive polimer

7
polioksietilena dan bobot molekulnya, dalam kisaran 200.000 sampai
7.000.000.
2. Kemudahan Bioadhesion
Bioadhesion dimulai dengan difusi rantai polimer di wilayah antarmuka.
Oleh karena itu, penting bahwa rantai polimer mengandung derajat
fleksibilitas yang besar dalam rangka mencapai keterikatan yang diinginkan
dengan lendir pada mukosa rongga mulut. Secara umum, mobilitas dan
fleksibilitas polimer dapat berkaitan dengan viskositas dan koefisien difusi,
dimana fleksibilitas yang lebih tinggi dari polimer menyebabkan difusi lebih
besar ke jaringan lendir.
3. Kapasitas Ikatan Hidrogen
Ikatan Hidrogen merupakan faktor penting dalam mucoadhesion polimer.
Taman dan Robinson menemukan bahwa agar mucoadhesion terjadi,
polimer yang diinginkan harus memiliki kelompok fungsional yang mampu
membentuk ikatan hidrogen.
4. Kepadatan
Ukuran pori rata-rata, jumlah rata-rata berat molekul dari polimer cross-
linked, dan kepadatan yang menghubungkan tiga parameter struktural
penting dan saling terkait dari jaringan polimer. Oleh karena itu, dengan
meningkatnya kepadatan cross-linking, difusi air ke dalam jaringan polimer
terjadi pada tingkat yang lebih rendah, kemudian, menyebabkan cukup
pembengkakan polimer dan tingkat penurunan interpenetration antar
polimer.
5. Konsentrasi
Ketika konsentrasi polimer terlalu rendah, jumlah konsentrasi yang
menembus rantai polimer per satuan volume lendir itu kecil, dan interaksi
antara polimer dan lender tidak stabil. Secara umum, polimer yang lebih
terkonsentrasi akan menghasilkan panjang rantai lagi yang akan
menyebabkan penetrasi dan adhesi yang lebih baik.

8
C. Perkembangan Obat Bukal
Dalam beberapa dekade terakhir, ilmuwan farmasi di seluruh dunia
sedang mencoba untuk menjelajahi rute transdermal dan transmucosal sebagai
alternative untuk suntikan. Di antara berbagai situs transmucosal tersedia,
mukosa rongga bukal ditemukan menjadi tempat yang paling efektif dan mudah
digunakan untuk pengiriman agen terapi baik lokal maupun sistemik sebagai
bentuk dosis kuat, karena memiliki hamparan otot polos yang relatif bergerak,
vaskularisasi berlimpah, waktu pemulihan yang cepat setelah terpapar stres dan
letaknya tidak dekat sel langerhans. Akses langsung ke sirkulasi sistemik
melalui vena jugularis internal bypasses obat dari metabolisme hepatik lulus
pertama mengarah ke bioavailabilitas tinggi. Selanjutnya, bentuk-bentuk
sediaan adalah selfadministrable, murah dan minat pasien baik.
1. Macam-Macam Sediaan Obat Bukal
a. Tablet Bukal
Tablet telah menjadi bentuk sediaan yang paling sering digunakan
dalam pemberian obat bukal. Tablet berbentuk kecil, datar dan oval
dengan diameter 5-8 mm. Tablet bukal melunak, masuk ke dalam
mukosa, dan tetap dalam posisi sampai pelepasan selesai. Tablet ini
dapat diterapkan di bagian yang berbeda dalam rongga mulut seperti
langit-langit, lapisan mukosa pipi, serta antara bibit dan gusi.
b. Bukal Patch
Patch laminasi terdiri dari lapisan backing kedap, lapisan reservoir yang
mengandung obat yang dilepaskan secara terkendali dan permukaan
mukosa bioadesif untuk lampiran. Bukal patch diterapkan untuk
mengontrol arah pelepasan obat, mencegah kerugian obat, dan
meminimalkan deformasi dan disintergrasi perangkat selama periode
aplikasi.
c. Bukal Film
Bukal film adalah bentuk sediaan yang lebih flesibel dan nyaman. Bukal
film dapat menghindari waktu tinggal gel oral yang relatif singkat pada
mukosa yang mudah dibersihkan oleh saliva. Selain itu, dalam kasus

9
transfer lokal pada penyakit oral, film juga membantu melindungi
permukaan luka, sehingga membantu untuk mengurang rasa sakit dan
mengobati penyakit ini lebih efektif.
d. Bukal Gel dan Salep
Sediaan setengah padat, seperti gel dan salep, memiliki keuntungan
dispersi mudah di seluruh mukosa mulut. Namun, dosis obat dari bentuk
sediaan setengah padat mungkin tidak seakurat dari tablet, patch, atau
film.
2. Contoh Sediaan Obat Bukal
a. Bukal Testosterone
Tablet bukal testosteron (Striant ™) adalah obat yang digunakan untuk
mengobati kadar testosteron yang rendah pada pria dewasa karena
berbagai sebab. Muncul dalam tablet unik yang dirancang untuk
digunakan dengan cara melekatkan tablet pada pipi atau gusi dalam
mulut (tablet tersebut dikenal sebagai "tablet bukal"). Yang kemudian
secara bertahap diserap langsung melalui pipi atau gusi. Sebagai steroid
anabolik, tablet bukal testosteron diklasifikasikan sebagai zat yang
dikendalikan dan dikontrol di Amerika Serikat.
b. Bukal Hidrokortison
Tablet bukal hidrokortison merupakan jenis obat-obatan kortikosteroid
yang digunakan untuk mengobati ulkus Mulut. Tablet bukal
hidrokortison sebelumnya disebut Corlan ® pellet. Tablet bukal ini,
tersedia sebagai perekat Muco-tablet bukal (sebelumnya dikenal sebagai
pelega). Tablet bukal hidrokortison bekerja langsung pada sariawan dan
bekerja dengan cara mengurangi rasa sakit, pembengkakan dan
peradangan dari ulkus.
c. Fentanil Tablet Bukal (FBT)
Fentanil tablet bukal (FBT) adalah formulasi baru dari fentanil yang
diindikasikan untuk pengelolaan BTP pada pasien dengan kanker yang
sudah kronis, dan toleran terhadap, terapi opioid untuk nyeri kanker
yang mendasari persisten mereka.

10
D. Keuntungan dan Kerugian Pemberian Obat Secara Bukal
1. Keuntungan Pemberian Obat Secara Bukal
a. Kecepatan tindakan. Pengobatan diberikan secara oral memasuki aliran
darah setelah perjalanan melalui mukosa mulut. Kecepatan tindakan
ini adalah salah satu alasan yang tersedia secara komersial dan satu
produk eksperimental untuk menghilangkan rasa sakit.
b. Dapat digunakan untuk obat yang tidak bisa digunakan secara oral
karena akan dirusak enzim pemetabolisme.
c. Dapat digunakan untuk obat-obat yang dapat mempengaruhi
metabolisme hati, baik sebagai inhibitor maupun induktor enzim hati.
d. Dapat meningkatkan keamanan karena mengurangi efek toksik pada
flora usus.
2. Kerugian Pemberian Obat Secara Bukal
a. Hanya terdapat beberapa jenis obat yang dapat diberikan secara bukal,
karena jumlah obat yang dapat diabsorpsi melalui mukosa sangat
sedikit.
b. Terdapat beberapa kandungan dalam obat jenis bukal yang sangat
mudah menguap sehingga membutuhkan pengemasan khusus.
c. Kurang efektif untuk pemberian jangka panjang karena dapat
merangsang selaput lendir mulut.
E. Standar Operasional Prosedur Pemberian Obat Secara Bukal

11
SOP PEMBERIAN OBAT SECARA BUKAL

Pengertian Pemberian obat dengan cara meletakkannya di


antara gusi dengan membrane mukosa pipi.

Tujuan 1. Memperoleh efek lokal dan sistemik.


2. Memperoleh aksi kerja obat yang lebih cepat
dibandingkan secara oral.
3. Menghindari kerusakan obat oleh hepar.

A. Tahap Persiapan 1. Persiapan Pasien


▪ Pastikan identitas klien.
▪ Kaji kondisi klien
▪ Beritahu dan jelaskan pada
klien/keluarganya tindakan yang dilakukan.
▪ Jaga privacy klien.
▪ Atur posisi klien
2. Persiapan Alat
▪ Obat yang sudah ditentukan.
▪ Tongspatel (bila perlu ).
▪ Kasa untuk membungkus tongspatel
▪ Sarung tangan.
▪ Buku catatan
3. Persiapan Lingkungan
▪ Bekerja sebaiknya dari sebelah kanan
pasien.
▪ Tempatkan alat agar mudah bekerja.
▪ Meminta pengunjung atau keluarga
menunggu di luar.
▪ Jaga privasi pasien, dengan memasang
sampiran atau menutup tirai.

12
B. Tahap Pelaksanaan 1. Cek instruksi dokter untuk memastikan nama
obat, daya kerja dan tempat pemberian.
2. Cuci tangan dan gunakan sarung tangan
3. Meletakan obat diantara gusi dan selaput
mukosa pipi sampai habis diabsorbsi
seluruhnya.
4. Memberitahu klien supaya tidak menelan obat

C. Tahap Evaluasi 1. Evaluasi perasaan pasien.


2. Evaluasi reaksi obat.
3. Dokumentasikan tindakan yang telah
dilakukan (waktu pelaksanaan, respon klien,
hasil tindakan,nama obat dan dosis, perrawat
yang melakukan ) pada catatan keperawatan.
4. Kontrak waktu untuk kegiatan selanjutnya.
5. Cuci tangan.

Gambar Pemberian obat


secara bukal
(Kozier, B. 2000.
Fundamental of Nursing)

Gambar Pemberian obat secara


bukal

13
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Tablet Bukal adalah tablet kempa biasa yang berbentuk oval yang
ditempatkan di antara gusi dan pipi. Biasanya keras dan berisi hormon. Bekerja
sistemik, tererosi atau terdisolusi di tempat tersebut dalam waktu yang lama
(secara perlahan).
Keuntungan dari sediaan tablet bukal antara lain: obat diserap melalui
mukosa mulut dan langsung masuk ke peredaran darah sehingga tidak dirusak
oleh enzim pemetabolisme di saluran pencernaan dan dapat meningkatkan
keamanan karena mengurangi efek toksik pada flora usus.
Contoh tablet bukal inventif yaitu untuk analgesik seperti aspirin,
ibuprofen, fenoprofen, sulindac, salsalate, diflunisal, mecleofenamate,
naproxen, nabumetone, tolmetin, diklofenak, oxaprozin, ketoprofen
indometasin, salisilat kolin, piroksikam, asam mefenamat, etodolac dan
ketorolac.
Macam-macam bentuk sediaan tablet bukal:
1. Bukal tablet
2. Bukal Patch
3. Bukal Film
4. Bukal gel dan Salep

Contoh sediaan tablet bukal antara lain:


1. Tablet Bukal Hidrokortison
2. Tablet Bukal Fentanil
3. Tablet Bukal Testosteron
B. Saran
Demikianlah makalah ini kami menyusun makalah ini, semoga dapat
memberikan manfaat bagi pembaca. Kami sadar bahwa masih banyak
kekurangan dalam penyusunan makalah ini, untuk itu besar harapan kami kritik
dan saran yang sekiranya dapat membangun untuk perbaikan kedepannya.

14
DAFTAR PUSTAKA

Epriliani, P. (2015). Prinsip dan Teknik Pemberian Obat Sublingual. 20.

Ilahiyah, I. (2011). Perkembangan Sediaan Tablet Bukal. 12-20.

Sanyah. (2017). Farmakologi Tentang Pemberian Obat Secara Bukal dan Rektum.
5.

Septiah, N. (2016). Pemberian Obat Melalui Oral Sublingual. 7.

Sriffa, A. (2019). SOP Pemberian Obat Per Oral. 10.

15

Anda mungkin juga menyukai