Anda di halaman 1dari 11

KATA PENGANTAR

Assalamuallaikum Wr.Wb Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang sudah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah
Kebutuhan Dasar klinik ini dengan tepat waktu. Karena tanpa pertolongan-Nya saya tidak
dapat menyelesaikan makalah ini. Sholawat serta salam terlimpah curah kepada nabi
Muhammad SAW. Adapun tujuan pembuatan
makalah yang berjudul “ Injeksi Intracutan dan intratekal.
 
 
BAB I
PENDAHULUAN
 
1. Latar Belakang
  Pemberian obat kepada klien ada beberapa cara, yaitu melalui rute oral, parenteral,
rektal, vagina, kulit, mata, telinga dan hidung. Pemberian obat secara parenteral adalah
pemberian obat selain melalui saluran pencernaan. Pemberian obat parenteral ada empat cara
yaitu, intracutan (IC),  subcutan  (SC atau SQ), intramuscular (IM), dan intravena (IV).
Pemberian obat secara parenteral lebih cepat diserap dibandingkan dengan obat oral tetapi
tidak dapat diambil kembali setelah diinjeksikan.Oleh karena itu perawat harus menyiapkan
dan memberikan obat tersebut secara hati- hati dan akurat. Pemberian obat  parenteral
memerlukan pengetahuan keperawatan yang sama dengan obat- obat dan topikal (lokal pada
kulit). Namun karena injeksi merupakan prosedur invasif, teknik aseptik harus digunakan
untuk meminimalkan resiko injeksi.
Tujuan dari pemberian obat secara parenteral adalah mencegah penyakit dengan jalan
memberikan kekebalan atau imunisasi (misalnya memberikan suntikan vaksin DPT, ATS,
BCG, dan lain- lain), mempercepat reaksi obat dalam tubuh untuk mempercepat proses
penyembuhan, melaksanakan uji coba obat, dan melaksanakan tindakan diagnostik. Indikasi
pemberian obat secara parenteral adalah kepada klien yang memerlukan obat dengan reaksi
cepat, klien yang tidak dapat diberi obat melalui mulut, dan klien dengan  penyakit tertentu
yang harus mendapat pengobatan dengan cara suntik, misalnya Streptomicin atau Insulin.
Pemberian intratekal adalah jalur pemberian obat melalui suntikan ke kanal tulang
belakang , atau ke ruang subarachnoid sehingga mencapai cairan serebrospinal (CSF) dan
berguna dalam anestesi spinal , kemoterapi , atau aplikasi manajemen nyeri . Rute ini juga
digunakan untuk memperkenalkan obat yang melawan infeksi tertentu, terutama pasca bedah
saraf.
  1.2.Rumusan Masalah
1. Apa definisi injeksi IC (Intracutan)
2. Apa tujuan injeksi IC (Intracutan)
3. Apa indikasi injeksi IC (Intracutan)
4. Apa kontraindikasi injeksi IC (Intracutan)
5. Cara kerja injeksi IC (Intracutan)
6. Apa keuntungan dan kerugian injeksi IC (Intracutan)
7. Jelaskan tentang intratekal?

1.3. Tujuan
 
1. Untuk menjelaskan definisi injeksi IC (Intracutan)
2. Untuk menjelaskan tujuan injeksi IC (Intracutan)
3. Untuk menjelaskan indikasi dan kontraindikasi injeksi IC (Intracutan)
4. Untuk menjelaskan cara pemberian injeksi IC (Intracutan)
5. Untuk menjelaskan keuntungan dan kerugian injeksi IC (Intracutan)
6. Untuk menjelaskan intratekal

 
1.4.Manfaat
Adapun manfaat pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah
Farmakologi serta untuk menambah pengetahuan dan pemahaman mahasiswa tentang injeksi
intrakutan dan intratekal
 

 
BAB II
PEMBAHASAN
A.INJEKSI INTRACUTAN
1. Definisi injeksi IC(intracutan)
 ` Memberikan obat melalui suntikan intracutan dan intrademal adalah suatu tindakan
membantu proses penyembuhan melalui suntikan kedalam jaringan kulit atau indra dermis.
Istilah intradermal (ID) berasal dari kata “ intra” yang berarti lapis dan “dermis “ yang
 berarti sensitif, lapisan pembuluh darah dalam kulit ketika sisi anatominya mempunyai
derajat pembuluh darah tinggi pembuluh darah betul-betul kecil, makanya penyerapan dari
injeksi disini lambat dan dibatasi dengan efek sistemik yang dapat dibandingkan karena
absorsinya terbatas, maka penggunaannya biasa untuk aksi lokal dalam kulit untuk obat yang
sensitif atau untuk menentukan sensitifitas terhadap organisme. Injeksi intracutan dimasukan
langsung ke lapisan epidermis tepat dibawah startumkorneum. Umumnya berupa larutan atau
suspensi dalam air volume yang disuntikan sedikitnya ( 0,1-0,2ml) digunakan untuk tujuan
diagnosa. (Alimul, 2006)

2. Tujuan injeksi IC(intracutan)


a. Agar obat dapat menyebar dan diserap secara perlahan-lahan  
b. Pasien mendapatkan pengobatan sesuai program pengobatan dokter
c. Memperlancar proses pengobatan dan menghindari pemberian obat
d. Membantu menentukan diagnosaterhadappenyakit tertentu misalnya (tuberculin test)
e. Menghindarkan pasin dari efek alergi obat (dengan skin test)
f. Digunakan untuk test tuberculin atau test alergi terhadap obat-obatan
1. Pemberian vaksinasi.

3. Lokasi Injeksi IC
a. Lengan bawah bagian atas  
b. Dada bagian atas
c. Punggung bagian atas di bawah scapula
d. Lokasinya yang ideal adalah lengan bawah dalam, dan pungguang bagian atas.

4. Indikasi injeksi IC(intracutan)


a. Pasien yang membutuhkan test alergi ( mantoux test )  
b. Pasien yang akan melakukan vaksinasi
c. Mengalihkan diagnosa penyakit
d. Sebelum memasukkan obat
e. pasien yang tidak sadar
 
5. Kontraindikasi injeksi IC(intracutan)
a. Pasien yang mengalami infeksi pada kulit  
b. Pasien dengan kulit terluka
c. Pasien yang sudah dilakukan skin test
d. Pasien yang alergi

 
6. Tindakan Injeksi IC
 
a. Persiapan Alat Dan Bahan
b. Daftar buku obat/catatan, jadwal pemberian obat  
c. Obat daam tempatnya
d. Spuit 1 cc/spuit insuin/sesuai kebutuhan
e. Kapas akohol dalam tempatnya
f. Cairan pelarut
g. Bak steril diapisi kasa steril (tempat spuit)
h. Jarum sesuai kebutuhan
i. Perlak dan alas dan nierbeken/bengkok
j. Handschoen

7. Pemberian obat/penyuntikkan melalui IC (Intracutan) a.


Prinsip :
1. Sebelum memberikan obat perawat harus mengetahui diagnosa medis pasien, indikasi
pemberian obat, dan efek samping obat, dengan prinsip 10 benar yaitu benar pasien,
benar obat, benar dosis, benar waktu pemberian, benar cara pemberian, benar
pemberian keterangan tentang obat pasien, benar  tentang riwayat pemakaian obat
oleh pasien, benar tentang riwayat alergi obat  pada pasien, benar tentang reaksi
pemberian beberapa obat yang berlainan  bila diberikan bersama-sama, dan benar
dokumentasi pemakaian obat. 
2. Untuk mantoux tes (pemberian PPD) diberikan 0,1 cc dibaca setelah 2-3 kali 24 jam
dari saat penyuntikan obat. 
3. Setelah dilakukan penyuntikan tidak dilakukan desinfektan. 
4. Perawat harus memastikan bahwa pasien mendapatkan obatnya, bila ada  penolakan
pada suatu jenis obat, maka perawat dapat mengkaji penyebab  penolakan, dan dapat
mengkolaborasikannya dengan dokter yang menangani  pasien, bila pasien atau
keluarga tetap menolak pengobatan setelah pemberian inform consent, maka pasien
maupun keluarga yang bertanggungjawab menandatangani surat penolakan untuk
pembuktian penolakan therapi. 
5. Injeksi intrakutan yang dilakukan untuk melakukan tes pada jenis antibiotik,
dilakukan dengan cara melarutkan antibiotik sesuai ketentuannya, lalu mengambil 0,1
cc dalam spuit dan menambahkan aquabidest 0,9cc dalam spuit, yang disuntikkan
pada pasien hanya 0,1cc. 6)

6. Injeksi yang dilakukan untuk melakukan test mantoux, PPD di ambil 0,1 cc dalam
spuit, untuk angsung disuntikan pada pasien (Potter & Perry 2010). 

b. Prosedur kerja
1)Persiapan :
a. Menjelaskan tujuan dan prosedur pemberian obat  
b. menjaga privasi pasien 
c. Memberikan posisi yang nyaman pada pasien. 
2)Tindakan :
a. Cuci tangan  
b. Berdiri di sebelah kanan pasien 
c. Bebaskan daerah yang akan disuntik. Bila menggunakan baju lengan  panjang , buka
dan naikan
d. Pasang perlak/pengalas di bawah bagian yang di suntik
e. Buka obat dengan cara :
f. Flakon/Vial : buka tutup metal, lakukan disinfeksi tutup karet dengan kapas alkohol.
Apabila sediaan obat dalam flakon masih berupa bubuk larutkan dengan aquabidest
sebanyak yang tercantum pada petunjuk  penggunaan obat
g. Flakon/vial : isap udara sebanyak cairan yang diperlukan. Tusuk jarum dengan posisi
bavel tegak. Suntikkan udara kedalam flakon. Balik flakon, dengan tangan kiri
memegang flakon dengan ibu jari dan jari tengah. sedangkan tangan kanan memegang
ujung barrel dan plugger. Jaga ujung  jarum dibawah cairan. Biarkan tekanan udara
membantu mengisi obat dalam keadaan spuit. Setelah selesai, tarik jarum dari flakon.
h. Ampul : ketuk obat yang ada di ujung ampul, patahkan leher ampul dengan tangan
menggunakan kain kasa.
i. Ampul : masukkan jarum kedalam ampul. Isap obat. Jaga ujung jarum  berada di
bawah cairan setelah selesai tarik jarum dari ampul  
j. Buang udara dalam spuit,tutup kembali kemudian masukkan ke dalam bak injeksi.
k. Desinfeksi dengan kapas akohol pada daerah yang akan disuntik
l. Tegangkan daerah yang akan disuntik dengan tangan kiri
m. Lakukan penusukan dengan lubang menghadap keatas yang sudutnya 15-20º terhadap
permukaan kulit
n. Semprotkan obat hingga menjadi gelembung
o. Tarik spuit dan tidak boleh dilakuan
p. massage
q. Setelah penyuntikan area penyuntikan tidak boleh didesinfeksi. 
r. Rapikan pasien.
s. Rapikan alat.
t. Cuci tangan
u. Dokumentasikan tindakan. (Sigalingging, 2012)
v. Bila injeksi intrakutan dilakukan untuk test antibiotik, lakukan penandaan  pada area
penyutikan dengan melingkari area penyuntikan dengan diameter kira kira 1inchi atau
diameter 2,5 cm. Penilaian reaksi dilakukan 15 menit setelah penyuntikan. Nilai
positif jika terdapat tanda tanda rubor, dolor, kalor melebihi daerah yang sudah
ditandai, artinya pasien alergi dengan antibiotik tersebut. 
w. Bila injeksi ditujukan untuk mantoux test tuberkulin test, dapat dinilai hasilnya dalam
2 sampai 3 kali 24 jam, positif bila terdapat rubor dolor kalor melebihi diameter 1 cm
pada area penyuntikan. 
x. Catat reaksi pemberian, hasil pemberian obat/tes obat, tanggal, waktu, dan  jenis obat.
y. Evaluasi respon klien terhadap obat (15 s.d 30 menit)

c. Evaluasi
1. Evaluasi respon klien terhadap zat uji. Berapa obat yang digunakan dalam  pengujian
dapat menyebabkan alergi. Obat antidot (mis: epinefrin) mungkin  perlu diberikan.
2. Evaluasi keadaan lokasi injeksi dalam 24 atau 48 jam, bergantung pada uji yang
dilakukan. Ukur area kemerahan dan indurasi dalam milimeter pada diameter terlebar
dan dokumentasikan.

8. Keuntungan injeksi IC (intracutan)


a. Suplai darah sedikit, sehingga absorbsi lambat  
b. Bisa mengetahui adanya alergi terhadap obat tertentu.
c. Memperlancar proses pengobatan dan menghindari kesalahan dalam pemberian obat
 
9. Kerugian injeksi IC(intracutan)
a. Apabila obat sudah disuntikkan maka obat tersebut tidak dapat ditarik lagi ini berarti
pemusnahan obat yang mempunyai efek tidak baik atau toksit maupun kelebihan
dosis karena ketidak hati-hatian dan sukar dilakukan.
b. Tuntutan sterilitas sangat ketat.
c. Memerlukan petugas terlatih yang berwenang untuk melakukan injeksi.
d. Adanya resiko toksisitas jaringan dan akan terasa sakit saat penyuntikan.

Kondisi Rawat Jalan dan Komunitas


Memberikan injeksi intracutanpada orang dewasa :
 Pastikan klien mengerti perlunya kunjungan tindak lanjut untuk memeriksa lokasi
injeksi. Jadwalkan pertemuan selanjutnya.
 Jelaskan kepada klien untuk tidak mencuci, menggosok, atau menggaruk lokasi
injeksi. Memberikan injeksi pada anak -anak :
1. Anak kecil atau bayi perlu sedikit direstrein selama prosedur. Hal ini untuk
mencegah cedera karena gerakan yang tiba - tiba.  
2. Pastikan anak mengerti bahwa prosedur tersebut bukanlah suatu hukuman.
3. Minta anak untuk tidak menggosok atau menggaruk lokasi injeksi. Pasang
stockinet (pembalut dari bahan yang halus dan elastis) atau pembalut kasa
untuk menutupi lokasi injeksi dapat memengaruhi hasil pemeriksaan karena
mengiritasi jaringan dibawahnya.

B. INTRATEKAL

A. Pemberian intratekal

Pemberian intratekal adalah jalur pemberian obat melalui suntikan ke kanal tulang
belakang , atau ke ruang subarachnoid sehingga mencapai cairan serebrospinal (CSF) dan
berguna dalam anestesi spinal , kemoterapi , atau aplikasi manajemen nyeri . Rute ini juga
digunakan untuk memperkenalkan obat yang melawan infeksi tertentu, terutama pasca bedah
saraf. Obat perlu diberikan dengan cara ini agar tidak terhenti oleh sawar darah otak. Obat
yang sama yang diberikan secara oral harus masuk ke aliran darah dan mungkin tidak bisa
keluar dan masuk ke otak. Obat yang diberikan melalui jalur intratekal sering kali harus
diracik secara khusus oleh apoteker atau teknisi karena tidak boleh mengandung bahan
pengawet atau bahan tidak aktif yang berpotensi berbahaya lainnya yang kadang-kadang
ditemukan dalam sediaan obat suntik standar.

Rute administrasi terkadang hanya disebut sebagai "intratekal"; Namun, istilah ini
juga merupakan kata sifat yang merujuk pada sesuatu yang terjadi di atau diperkenalkan ke
dalam ruang anatomi atau ruang potensial di dalam selubung, paling sering membran
arachnoid dari otak atau sumsum tulang belakang [1]
(di bawah yang merupakan ruang
subarachnoid ). Misalnya, produksi imunoglobulin intratekal adalah produksi antibodi di
sumsum tulang belakang. [2]
Singkatan "IT" sebaiknya tidak digunakan; sebaliknya,
"intratekal" diucapkan untuk menghindari kesalahan medis.

B. Pemberian agen analgesik intratekal


 Sangat populer untuk satu dosis analgesia 24 jam ( opioid dengan anestesi lokal )
 Perhatian karena hipoventilasi onset lambat akibat opioid intratekal
 Pruritus parah dan retensi urin dapat membatasi penggunaan morfin intratekal
 Pethidine memiliki sifat yang tidak biasa sebagai anestesi lokal dan analgesik opioid
yang kadang - kadang memungkinkan penggunaannya sebagai satu-satunya agen
anestesi intratekal.

C. Baclofen intratekal

Seringkali disediakan untuk cerebral palsy kejang , baclofen yang diberikan secara
intratekal dilakukan melalui pompa intratekal yang ditanamkan tepat di bawah kulit perut,
(atau di belakang dinding dada, tergantung pada ahli bedah yang menanamkan perangkat, dan
preferensi pasien), dengan tabung ( disebut 'kateter') yang terhubung langsung ke pangkal
tulang belakang, di mana ia memandikan sumsum tulang belakang menggunakan dosis
sekitar seribu kali lebih kecil dari yang dibutuhkan oleh baclofen yang diberikan secara oral.
Baclofen intratekal juga tidak membawa efek samping, seperti mengantuk, yang biasanya
terjadi dengan baclofen oral. Namun, pompa baclofen intratekal membawa risiko klinis yang
serius, seperti infeksi atau malfungsi mendadak yang mungkin fatal, sedangkan baclofen oral
tidak.

Banyak perawatan yang dilakukan untuk memastikan lokasi optimal dari pompa dan
kateter, berdasarkan pertimbangan medis dan kebutuhan pasien.

D. Kemoterapi intratekal

 Saat ini, hanya empat agen yang dilisensikan untuk kemoterapi intratekal
o Mereka adalah metotreksat , sitarabin (Ara-C), hidrokortison , dan, jarang,
tiotepa .
 Pemberian alkaloid vinca secara tidak sengaja — terutama vincristine tetapi juga
vinblastine, vinorelbine, atau lainnya — melalui jalur intratekal hampir selalu
berakibat fatal
BAB III
PENUTUP
 
A.Kesimpulan
  Memberikan obat melalui suntikan intracutan atau intradermal adalah suatu tindakan
membantu proses penyembuhan melalui suntikan kedalam jaringan kulit atau intradermis.
Injeksi intracutan dimasukkan langsung kelapisan epidermis tepat dibawah startum korneum.
Umumnya berupa larutan atau suspensi dalam air volume yang disuntikan sedikit (0,1  –  0,2
ml) digunakan untuk tujuan diagnosa. Indikasi untuk injeksi intracutan yaitu pasien yang
membutuhkan test alergi, pasien yang akan melakukan vaksinasi, menegakkan diagnose
penyakit, dan dilakukan sebelum memasukan obat.
Kontraindikasinya ialah pasien yang mengalami infeksi pada kulit,  pasien dengan
kulit terluka dan pasien yang sudah dilakukan skin test.Keuntungan injeksi intracutan yaitu
suplai darah sedikit, sehingga absorbs lambat bias mengetahui adanya alergi terhadap obat
tertentu dan memperlancar proses pengobatan dan menghindari kesalahan dalam pemberian
obat. Sedangkan, kerugiannya yaitu tuntutan sterilitas sangat ketat, memerlukan petugas
terlatih yang berwenang untuk melakukan injeksi dan adanya resiko toksisitas jaringan dan
akan terasasakit saat penyuntikan. Prinsipnya sebelum memberikan obat, perawat harus
mengetahui diagnose medis  pasien, indikasi pemberian obat, dan efek samping obat, dengan
prinsip 10 benar, setelah dilakukan injeksi, juga tidak boleh dilakukan pemijatan pada area
yang telah diinjeksi karena akan mempengaruhi hasil test. Sebelum dilakukan prosedur
injeksi, terlebih dahulu dilakukan persiapan alat, persiapan pasien, dan persiapan lingkungan.
Setelah tindakan perawat juga harus melakukan dokumentasi, mencatat tindakan yang telah
dilakukan (waktu pelaksanaan, hasil tindakan, reaksi/respon klien terhadap obat perawat yang
melakukan) pada catatan keperawatan.
Pemberian intratekal adalah jalur pemberian obat melalui suntikan ke kanal tulang
belakang , atau ke ruang subarachnoid sehingga mencapai cairan serebrospinal (CSF) dan
berguna dalam anestesi spinal , kemoterapi , atau aplikasi manajemen nyeri . Rute ini juga
digunakan untuk memperkenalkan obat yang melawan infeksi tertentu, terutama pasca bedah
saraf. Obat perlu diberikan dengan cara ini agar tidak terhenti oleh sawar darah otak. Obat
yang sama yang diberikan secara oral harus masuk ke aliran darah dan mungkin tidak bisa
keluar dan masuk ke otak. Obat yang diberikan melalui jalur intratekal sering kali harus
diracik secara khusus oleh apoteker atau teknisi karena tidak boleh mengandung bahan
pengawet atau bahan tidak aktif yang berpotensi berbahaya lainnya yang kadang-kadang
ditemukan dalam sediaan obat suntik standar

 
B.Saran
  Pada saat melakukan injeksi intracutan, hendaknya terjalin hubungan terapeutik antara
perawat dan pasien, karena biasanya pasien berubah menjadi cemas ketika akan dilakukan
injeksi. Kerjasama antara perawat dan pasien juga sangat dibutuhkan. Hal ini bertujuan agar
tindakan yang dilakukan lancar dan mendapat hasil yang maksimal.

DAFTAR PUSTAKA

Potter & Perry 2010


Alimul, Aziz.H. 2006.
Kebutuhan Dasar Manusia
1. Jakarta: Salemba Medika Widyatun, D. (2012).
Pemberian Obat Melalui Intracutan .

Anda mungkin juga menyukai