Anda di halaman 1dari 87

1

ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA TN.M DENGAN


PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR AMAN NYAMAN PADA
GANGGUAN SISTEM MUSKULOSKELETAL : RHEUMATOID ATRITIS
DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI MULYA II CENGKARENG
PADA TANGGAL 24 - 26 APRIL 2018

DISUSUN OLEH :
EVA AFIFAH
2015750015

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
2018
2
3
4

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Asuhan
Keperawatan pada lansia Tn.M dengan pemenuhan kebutuhan dasar aman nyaman
pada gangguan sistem musculoskeletal : Rheumatoid Atritis di Panti Sosial Tresna
Werdha Budhi Mulya II Cengkareng ”

Dalam penulisan karya tulis ilmiah ini, penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih
banyak terdapat kekurangan dan kelemahan, baik dari segi penulisan maupun materi.
Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang sifatnya
membangun guna penyempurnaan di massa yang akan datang. Dalam penyelesaian
Karya Tulis Ilmiah ini, penulis banyak mendapat bantuan, bimbingan, sasaran dan
data-data baik secara penulisan juga ingin menyampaikan terima kasih kepada :

1. Bapak Dr. Muhammad Hadi, SKM.M.Kep selaku Dekan Fakultas Ilmu


Keperawatan UMJ
2. Ibu Ns. Titin Sutini, M. Kep., An, selaku Ka. Prodi DIII Keperawatan FIK UMJ
3. Ibu Ns. Lily Herlinah, M.Kep. Sp.Kep.Kom, selaku pembimbing keperawatan
gerontik yang telah banyak memberi bantuan, bimbingan dan pengarahan yang
sangat berguna dalam menyusun karya tulis imliah ini.
4. Ibu Ns. Nuraenah, S. Kep. Selaku wali tingkat 3 angkatan 33 yang telah
membimbing kami dengan penuh kesabaran.
5. Dosen dan para staf DIII Keperawatan RSIJ FIK UMJ yang telah banyak
membantu penulis dalam mengikuti pendidikan sampai menyusun karya tulis
ilmiah ini.
5

6. Kepala ruangan dan staff yang berada di Panti Sosial Tresna Wreda Bhudi Mulya
II Cengkareng yang telah memberikan data-data untuk menunjang karya tulis
ilmiah.
7. My family, my mom and my dad even though we don’t always agree on almost
everything and we always fight about the silliest issues. We still knows in the back
of our minds that we’re lucky to have each other. We might not say it face to face
but i know that we love each other so much. Once more, thank you for blessing me
with such a wonderful treasure
8. For my big brother (Feri yanto) who always support me
9. Kelompok gerontik (Amalia Mapilina, Della Vira Afriana, Dinda Angraeni Putri,
Ratih Paras Tari) terima kasih telah bekerja sama dengan baik selama penulisan
karya tulis ilmiah sehingga dapat selesai tepat pada waktunya.
10. Teman – Teman program studi DIII Keperawatan Faklutas Ilmu Keperawatan
Universitas Muhammadiyah Jakarta Angkatan 33, yang telah banyak memberikan
dukungan untuk menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

Akhir kata penulis menyadari dari karya tulis ini banyak kekurangan, oleh karena
itu penulis mengharapkan adanya masukan baik itu berupa saran ataupun kritik
yang membangun dari semua pihak dan semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat
bermanfaat bagi tenaga keperawatan pada umumnya dan bagi penulis khususnya,
sehingga dapat dipergunakan sebagai bahan menambah ilmu pengetahuan di
bidang keperawatan.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarokatuh.

Jakarta, 18 Mei 2018


6

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN
LEMBAR PENGESAHA
KATA PENGANTAR….………..………………………………………………… iii
DAFTAR ISI….......…………………………………………………………....... v
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang………………..…………………………………………………..1
B. Tujuan Penulisan…………………………………………………………….... 5
1. Tujuan Umum ……………………………………………………………... 5
2. Tujuan Khusus ……………………………………………………………. 5
C. Lingkup Masalah ……………………………………………………………... 5
D. Metode Penulisan ……………………………………………………………... 6
E. Sistematika Penulisan ………………………………………………………... 6

BAB II TINJAUAN TEORI


A. Konsep dasar lanjut usia ……………………………………………………... 8
1. Pengertian ……………………………………………………………..…. 8
2. Klasifikasi Lanjut Usia ….………………………………………………... 8
3. Teori Proses Menua ……………………………………………………… 9
4. Perubahan yang Terjadi pada Lansia …………………………………… 11
B. Konsep Dasar Keperawatan Rhemathoid Atritis …………………………… 21
1. Pengertian…..……………………………………………….................... 21
2. Klasifikasi……………………………………………………………….. 21
3. Etiologi………………………………………………………………… 22
4. Patofisiologi…..…………………………………………………………. 22
5. Manisfestasi Klinis….…………………………………………………... 23
6. Komplikasi………………………………………………………………... 24
7

7. Penatalaksanaan………………………………………………………… 25
8. Data Penunjang………………………………………………………….. 26
C. Konsep Kebutuhan Dasar Manusia……………………………………… 26
D. Konsep Proses Keperawatan Lansia……………………………………... 28
1. Pengkajian Keperawatan…………………………………………….. 28
2. Diagnosa Keperawatan………………………………………………. 30
3. Perencanaan Keperawatan…………………………………………… 31
4. Pelaksanaan Keperawatan…………………………………………… 34

BAB III TINJAUAN KASUS


A. Pengkajian Keperawatan ………………………………………………... 37
B. Diagnose Keperawatan …………………………………………………. 51
C. Perencanaan Keperawatan ………………………………………………… 54
D. Pelaksanaan Keperawatan ………………………………………………... 58
E. Evaluasi Keperawatan …………………………………………………….. 63

BAB IV PEMBAHASAN
A. Pengkajian Keperawatan ………………………………………………… 64
B. Diagnose Keperawatan …………………………………………………… 67
C. Perencanaan Keperawatan ……………………………………………........ 68
D. Pelaksanaan Keperawatan ……………………………………………… 70
E. Evaluasi Keperawatan ………………………………………………….. 70

BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ……………………………………………………………... 72
B. Saran ……………………………………………………………………. 73

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan ilmu pengetahuan dan kesehatan merupakan hal yang saling


berkaitan. Selama ini perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah
memberikan konstribusi positif terhadap kesehatan terlebih kesejahteraan
yang dapat dilihat dari usia harapan hidup (Mubarak,2012). Saat ini diseluruh
dunia jumlah lanjut usia diperkirakan lebih dari 629 juta jiwa (satu dari 10
orang berusia lebih dari 60 tahun). Diperkirakan pada tahun 2025, usia lanjut
akan mencapai 1,2 milyar. Di negara maju, pertambahan populasi atau
penduduk lanjut usia telah diantisipasi sejak abad ke-20. Tidak heran bila
masyarakat di Negara maju sudah lebih siap menghadapi pertambahan
populasi lanjut usia dengan aneka tantangan nya. Negara berkembang mulai
menghadapi masalah yang sama. Fenomena ini jelas mendatangkan
konsekuesi, antara lain timbulnya masalah fisik, mental, sosial, serta
kebutuhan pelayanan kesehatan dan keperawatan, terutama kelainan
degeneratif (Nurgroho, 2008).

Menurut kemenkes RI (2013) mengatakan umur harapan hidup manusia pada


tahun 2000 – 2005 adalah 66, Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) terjadi
peningkatan UHH pada tahun 2010 – 2011 menjadi 69,65 %. Pada tahun 2045
– 2050 diperkirakan UHH menjadi 77,6. Jumlah lanjut usia di Indonesia
berdasarkan sensus penduduk pada tahun 2005, jumlah ini kurang lebih 18,3
juta. Pada tahun 2005-2010 jumlah lanjut usia akan sama dengan jumlah anak
balita, yaitu sekitar 19,3 juta jiwa (Riskesdas, 2013).

1
2

Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam
kehidupan manusia. Proses sepanjang hidup, tidak hanya dimulai dari suatu
waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan. Menjadi tua
merupakan proses alamiah, yang berarti seseorang telah melalui tiga tahap
kehidupannya, yaitu anak, dewasa, dan tua. Tiga tahap ini berbeda, baik
secara biologis maupun psikologis. Memasuki usia tua berarti mengalami
kemunduran, misalnya kemunduran fisik yang ditandai dengan kulit yang
mengendur, rambut memutih, gigi mulai ompong, pendengaran kurang jelas,
penglihatan semakin memburuk, gerakan lambat, figur tubuh yang tidak
proposional. Menua bukanlah suatu penyakit, tetapi merupakan proses yang
berangsur – angsur mengakibatkan perubahan yang komulatif. Menua
merupakan proses menurunya daya tubuh dalam menghadapi rangsangan dari
dalam dan luar yang berkhir dengan kematian (H. Wahyudi, 2008). Perubahan
– perubahan tersebut terjadi sejak awal kehidupan hingga usia lanjut pada
semua organ dari jaringan tubuh. Salah satu perubahan pada sistem
musculoskeletal yaitu gangguan tulang, yakni kekuatan dan stabilitas tulang
menurun, gerakan pinggang, lutut, dan jari-jari pergelangan terbatas serta
gangguan gaya berjalan. Sistem musculoskeletal ini berperan besar pada
terjadinya jatuh pada lanjut usia. Salah satu gangguan muskuloskeletal yang
terjadi pada lansia adalah Rheumatoid atritis.

Rheumatoid Artritis (RA) adalah penyakit autoimun yang ditandai oleh


inflamasi sistemik kronik dan progresif, dimana sendi merupakan target utama
(Suarjana, 2014). Menurut Arif Muttaqin (2012) Rheumatoid Atritis adalah
penyakit non – bakteri yang bersifat progresif kronis mengenai sendi lutut dan
tidak diketahui penyebabnya pada saat ini. Tetapi ada beberapa teori yang
mengatakan mengenai penyebab Rheumatik Atritis yaitu endokrin, autoimun,
metabolik, faktor genetik serta faktor pemicu seperti gaya hidup yang tidak
menjaga pola makan. Gangguan musculoskeletal pada usia lanjut akan
3

mengakibatkan terjadinya perubahan fisik dan fungsi pada sistem


musculoskeletal seperti tulang kehilangan massa (cairan) dan semakin rapuh,
gangguan tulang yakni mudah mengalami demineralisasi, kekuatan dan
stabilitas tulang menurun terutama vetebrata, pergelangan dan paha, gerakan
pinggang terbatas, nyeri pada lutut dan jari – jari pergelangan, gangguan gaya
berjalan, kekakuan jaringan penghubung, persendian membesar, tendon
mengkerut dan mengalami sclerosis, sendi tulang yang keropos.

Rheumatoid Atritis dapat menimbulkan komplikasi yaitu seperti adanya


proses granulasi dibawah kulit yang disebut subcutan nodule, pada otot dapat
terjadi myosis yaitu proses granulasi jaringan otot, pada pembulu darah terjadi
trombo emboli, terjadi splenomegaly. Selain komplikasi pada jaringan,
Rhematoid Atritis dapat berdampak terhadap gangguan pemenuhan kebutuhan
dasar aman nyaman yang disebabkan karena kekakuan pada persendian.
Selain aman nyaman kebutuhan aktivitas menjadi terganggu karena
keterbatasan gerak yang disebabkan nyeri pada sendi. (Mubarak, 2012)

Menurut World Health Organization (WHO) tahun (2010) Lebih dari 335 juta
orang di dunia menderita penyakit Rheumatoid Atritis. Itu berarti setiap enam
orang didunia menderita penyakit Rheumatoid Atritis. 20% penduduk dunia
terserang penyakit Rheumatoid Atritis dimana 5-10 adalah mereka yang
berusia 5 – 20 tahun dan 20 % mereka yang berusia lebih dari 55 tahun (
Wiyono, 2010) Rheumatoid Atritis ditemukan diseluruh dunia, yang
menyerang lebih dari 6,5 juta orang di Amerika saja. Penyakit ini menyerang
wanita tiga kali lebih banyak daripada pria. ( Jaime L. stocklager, 2009)
Rheumatoid Atritis merupakan penyakit radang sendi yang paling umum di
Inggris Raya ( menyerang sekitar 1,5 x 106 orang) dan juga di Negara lain.
Awitan : usia 16 – 70 tahun, seringkali antara 20 – 55 tahun. (J. M. H. Moll,
2011)
4

Prevalensi penyakit sendi Rheumatoid Atritis berdasarkan diagnosis nakes di


Indonesia 11,9% dan berdasarkan diagnosis atau gejala 24,7%. Prevalensi
berdasarkan diagnosis nakes tertinggi di Bali 19,3%, diikuti oleh Aceh 18,3%,
Jawa Barat 17,5% dan Papua 15,4%. Prevalensi penyakit sendi berdasarkan
diagnosis nakes atau gejala tertinggi di Nusa Tenggara Timur 33,1%, diikuti
Jawa Barat 32,1%, dan Bali 30%. (Riskesdas, 2013). Prevalensi kasus
Rheumatoid Artritis di Panti Sosial Tresna Wredha Budhi Mulya II
Cengkareng. Pasien yang mengalami Rheumatoid Atritis pada bulan Januari
sampai desember tahun 2016, dari 297 orang lansia sebanyak 12% klien
menderita Rheumatoid Atritis. Berdasarkan data yang diperoleh pada tahun
2017 di Panti Sosial Tresna Wredha Budi Mulya II Cengkareng dari semua
penghuni panti sebanyak 302 orang ada 18% yang menderita Rheumatoid
Atritis.

Melihat tingginya angka penyakit Rheumatoid maka sebagai calon tenaga


kesehatan khususnya tenaga perawat, mempunyai peran sebagai pelaksana,
pemberi asuhan, motivator dan educator. Menyadari pentingnya melakukan
asuhan keperawatan pada klien dengan Rheumatyoid Atritis, dengan
meminimalkan komplikasi lanjut, dengan upaya promotif yaitu melalui
kegiatan penyuluhan atau pendidikan kesehatan dengan kasus Reumatoid
Atritis, upaya preventif (pencegahan) melalui upaya perawatan seperti untuk
tidak mengonsumsi makanan yang dapat menimbulkan Reumatoid Atritis,
olahraga dapat membantu menguatkan otot disekitar sendi, dan upaya kuratif
(pengobatan) berupa terapi obat, mengajarkan senam reumatik dan
memberikan kompres hangat yang diberikan petugas medis kepada pasien
reumatik sedangkan upaya rehabilitasi (pemulihan) yaitu pengembalian pasien
ke kondisi semula dengan kondisi adekuat dan menjalani gaya hidup yang
sehat.

Berdasarkan latar belakang diatas penulis tertarik mengambil judul asuhan


keperawatan pada klien Tn.M dengan pemenuhan kebutuhan dasar aman
5

nyaman gangguan musculoskeletal : Rheumatoid Atritis di Panti Sosial


Tresna Wredha Budhi Mulya Cengkareng.

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Diperoleh pengalaman nyata dalam memberikan asuhan keperawatan pada
pemenuhan kebutuhan dasar Tn.M dengan Rheumatoid Atritis.
2. Tujuan Khusus
Adapun tujuan penulisan karya tulis ilmiah ini adalah sebagai berikut :
a. Mampu menguraikan / mendeskrispsikan hasil pengkajian pemenuhan
kebutuhan pada lansia dengan Rheumatoid Atritis
b. Mampu menguraikan / mendiskripsikan masalah keperawatan
pemenuhan kebutuhan pada lansia dengan Rheumatoid Atritis.
c. Mampu menguraikan / mendeskripsikan rencana tindakan
keperawatan pemenuhan kebutuhan pada lansia dengan Rheumatoid
Atritis.
d. Mampu menguraikan / mendeskripsikan tindakan keperawatan
pemenuhan kebutuhan pada lansia dengan Rheumatoid Atritis.
e. Mampu menguraikan / mendeskripsikan hasil evaluasi pemenuhan
kebutuhan pada lansia dengan Rheumatoid Atritis.
f. Mampu mengidentifikasi kesenjangan yang terdapat antara teori dan
kasus Rheumatoid Atritis pada lansia.
g. Mampu mengidentifikasi faktor – factor pendukung, penghambat serta
dapat mencari solusi.

C. Lingkup Masalah
Penulis Karya Tulis Ilmiah ini merupakan pembahasan tentang pemberian
pemenuhan kebutuhan dasar pada lansia Tn.M dengan Rheumatoid Atritis
pada tanggal 24-26, April 2018 di Panti Sosial Tresna Werdha budi mulya 2
cengkareng
6

D. Metode Penulisan
Metode dalam penulisan makalah ilmiah ini menggunakan metode studi
kepustakaan dan deskriptif. Dalam metode deskriptif pendekatan yang
digunakan adalah studi kasus, dimana penulis mengelola satu kasus
menggunakan proses keperawatan dan hasil asuhan keperawatan di
deskripsikan dengan menggunakan kaidah penulisan ilmiah

E. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan yang digunakan dalam karya tulis ilmiah ini adalah
sebgaai berikut
BAB I : PENDAHULUAN
Pendahuluan terdiri dari latar belakang, tujuan
penulisan, lingkup masalah, metode penulisan,
sistematika penulisan

BAB II : TINJAUAN TEORI

Tinjauan teori terdiri dari konsep dasar, konsep


dasar keperawatan

BAB III : TINJAUAN KASUS

Tinjauan kasus terdiri dari pengkajian


keperawatan, diagnosa keperawatan, perencanaan
keperawatan, pelaksanaan keperawatan dan
evaluasi keperawatan.
7

BAB IV : PEMBAHASAN

Membandingkan antara teori dan praktik, analisa


dari faktor – faktor pendukung dan penghambat
serta alternative pemecahan masalah dalam
memberikan asuhan keperawatan ditiap – tiap
tahapan ( pengkajian keperawatan, diagnose
keperawatan, perencanaan keperawatan,
pelaksanaan keperawatan dan evaluasi
keperawatan ).

BAB V : PENUTUP

Penutup terdiri dari kesimpulan dan saran.

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN - LAMPIRAN
8

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

KONSEP DASAR PEMENUHAN KEBUTUHAN LANSIA

A. KONSEP USIA LANJUT


1. Pengertian
Menurut Depkes RI, 2001 Penuaan adalah suatu proses alami yang tidak
dapat dihindari, berjalan secara terus-menerus, dan berkesinambungan.
Selanjutnya akan menyebabkan perubahan anatomis, fisiologi, dan
biokimia pada tubuh, sehingga akan mempengaruhui fungsi dan
kemampuan tubuh secara keseluruhan (Maryam, 2008)

Menjadi tua ditandai dengan adanya kemunduran biologis yang terlihat


sebagai gejala-gejala kemunduran fisik, antara lain kulit mulai
mengendur, kulit keriput, rambut beruban, gigimulai ompong,
pendengaran dan penglihatan berkurang, mudah lelah, gerakan menjadi
lambat dan kurang lincah, sert terjadi penimbunan lemak terutama di perut
dan pinggul. Kemunduran lain yang terjadi adalah kemampua-kemampuan
kognitif seperti suka lupa, kemunduran orientasi terhadap waktu, ruang,
tempat serta tidak mudah menerima hal/ide baru. (Maryam, 2008)

a. Teori Menua
1) Teori Biologis
Teori Genetik
Teori ini menyatakan bahwa menua itu telah terprogram secara
genetic/jam biologis sendiri dan setiap spesies mempunyai batas
usia yang berbeda beda yang tellah di putar menurt replikasi
tertentu sehingga bila jenis ini berhenti berputar, ia akan mati.

8
9

Teori Non Genetik


Teori Penurunan system imun tubuh (auto immune theory)
Mutasi yang berulang dapat menyebabkan bekurangnya
kemampuan system imun tubuh mengenai dirinya sendiri ( Self
Recognition). Jika mutasi yang merusak membrane sel akan
menyebabkan system imun tidak mengenalinya sehingga
merusaknya. Hal ini yang mendasari peningkatan penyakit auto
imun pada lanjut usia (GOLDSTEIN).

2) Teori kerusakan akibat radikal bebas (free radical theory)


Radikal bebas dianggap sebagai penyebab penting terjadinya
kerusakan fungsi sel. Radikal bebas yang terdapat di lingkungan
seperti : Asap kendaraan bermotor, asap rokok, zat pengawet
makanan, radiasi, sinanr ultraviolet yang mengakibatkan terjadinya
perubahan pigment dan kolagen pada proses menua.

3) Teori menua akibat metabolism


Bahwa pengurangan asupan kalori ternyata bisa menghambat
pertumbuhan dan memperpanjang umur, sedangkan perubahan
asupan kalori yang menyebabkan kegemukan dapat
memperpendek umur (Darmojo).

4) Teori rantai siang


Teori ini menjelaskan bahwa menua disebabkan oleh lemak,
protein, karbohidrat, dan asam nukleat (molekul kolagen) bereaksi
dengan zat kimia dan radiasi, mengubah fungsi jaringan yang
menyebabkan perubahan pada membrane plasma, yang
mengakibatkan terjadinya jaringan yang kaku, kurang elastis, dan
hilangnya fungsi pada proses menua.
10

5) Teori fisiologis
Teori ini merupakan teori intrinsic dan ekstrintik, terdiri atas
oksidasi stress, dan teori dipakai aus (wear and tear theory). Disini
terjadi kelebihan usaa dan stress menyebabkan sel tubuh lelah
terpakai (regenerasi jaringan tidak dapat mempertahankan
kestabilan lingkungan internal).

6) Teori Sosiologis
Teori aktivitas atau kegiatan
Ketentuan tentang semakin menurunnya jumlah kegiatan secara
langsung. Teori ini menyatakan bahwa lanjut usia yang sukses
adalah mereka yang aktif dan banyak ikut serta dalam kegiatan
social. Lanjut usia akan merasakan kepuasan bila dapat melakukan
aktivitas dan mempertahankan aktivitas tersebut selama mungkin.
Mempertahankan hubungan antara system social dan individu agar
tetap stabil dari usia pertengahan sampai lanjut usia.

7) Teori kepribadian berlanjut (Continuity theory)


Teori ini menyatakan bahwa perubahan yang terjadi pada seorang
lanjut usia sangat dipengaruhi oleh tipe personalitas yang
dimilikinya. Teori ini mengemukan adanya kesinambungan dalam
siklus kehidupan lanjut usia.

8) Teori pembebasan/penarikan diri (disengagement theory)


Teori ini membahas putusnya pergaulan atau hubungan dengan
masyarakat dan kemunduran individu dengan individu lainnya.

Batasan Lanjut Usia


Menurut organisasi Kesehatan Dunia WHO, ada 4 tahap yakni :
1) Usia Petengahan (Middle age, 45-49 tahun).
11

2) Lanjut Usia (Elderly 60-74 tahun)


3) Lanjut Usia Tua (Old 75-90)
4) Usia Sangat Tua (Very Old, diatas 90 tahun)

2. Perubahan – perubahan yang terjadi pada lansia


Perubahan fisik dan fungsi
a. Sel
1) Jumlah sel menurun/lebih sedikit
2) Ukuran sel lebih besar
3) Jumlah cairan tubuh dan cairan intraseluler berkurang
4) Proporsi protein diotak, otot, ginjal, darah, dan hati menurun
5) Jumlah sel otak menurun
6) Mekanisme perbaikan sel terganggu
7) Otak menjadi atrofi, bertanya kurang 5-10%
8) Lekuan otak akan menjadi lebih dangkal dan melebar

b. System persarafan
1) Menurunnya hubungan persarafan
2) Berat otak menurun 10-20% (sel saraf otak setiap orang berkurang
setiap harinya)
3) Respons dan waktu untuk bereaksi lambat, khususnya terhadap
stress
4) Saraf panca-indra mengecil
5) Penglihatan berkurang, pendengaran menghilang, saraf penciuman
dan perasa mengecil, lebih sensitive terhadap perubahan suhu, dan
rendahnya ketahanan terhadap dingin
6) Kurang sensitive terhadap sentuhan
7) Deficit memori
12

c. Sistem pendengaran
1) Gangguan pendengaran, hilangnya daya pendengaran pada telinga
dalam, terutama terhadap bunyi suara atau nada yang tinggi, suara
yang tidak jelas, sulit mengerti kata-kata, 50% terjadi pada usia
diatas umur 65 tahun.
2) Membrane timpani menjadi atrofi menyebabkan otosklerosis
3) Terjadi pengumpulan srumen, dapat mengeras karena
meningkatnya keratin
4) Fungsi pendengaran semakin menurun pada lanjut usia yang
mangalami ketengangan/stress
5) Titinus (bising yang bersifat mendengung, bisa bernada tinggi atau
rendah, bisa terus menerus atau intermiten)
6) Vertigo (perasaan tidak stabil yang terasa seperti bergoyang atau
berputar)

d. Sistem penglihatan
1) Sfingter pupil timbul sclerosis dan respon sinar menghilang
2) Kornea lebih berbentuk sferis (bola)
3) Lensa lebih suram (kekeruhan pada lensa), menjadi katarak, jelas
menyebabkan gangguan penglihatan.
4) Meningkatnya ambang, pengamatan sinar, daya adaptasi terhadap
kegelapan lebih lambat, susah melihat dalam gelap
5) Penurunan/hilangnya daya akomodasi, dengan manisfestasi
presbyopis, seseorang sulit melihat dekat yang dpemgaruhi
berkurangnya elastisitas lensa
6) Lapang pandang menurun : luas pandang berkurang
7) Daya membedakan warna menurun, terutama warna biru atau hijau
pada skala

e. System kardiovaskuler
13

1) Katup jantung menebal dan menjadi kaku


2) Elastisitas dinding aorta menurun
3) Kemampuan janntung memompa darah menrun 1% setiap tahun
sesudah berumur 20 tahun. hal ini menyebabkan kontraksi dan
volume menurun (frekuensi denyut jantung maksimal =200 –
umur)
4) Curah jantung menurun (isi seenit jantung menurun0
5) Kehilangan elastisitas pembuluh darah, efektivitas pembuluh darah
perifer untuk oksigenasi berkuang, perubahan posisi dari tidur ke
duduk (duduk ke berdiri) bisa menyebabkan tekanan darah
menurun menjadi 65 mmHg mengakibatkan pusing mendadak.
6) Kinerja jantung lebih rentan terhadap kondisi dehidrasi dan
perdarahan
7) Tekanan darah meninggi akibat resistensi pembuluh dari perifer
meningkat. Sistol normal ±170 mmHg, diatole ±95 mmHg

f. Sistem pengaturan Suhu Tubuh


1) Temperature tubuh menurun (hipotermia) secara fisiologis ±35ºc
ini akibat metabolism yang menurun.
2) Pada kondisi ini, lanjut usia akan merasa kedinginan dan dapat
pula mengigil, pucat, dan gelisah.
3) Keterbatasan reflex mengigil dan tidak dapat memprodusi panas
yang banyak
sehingga terjadi penurunan aktivitas otot.
14

g. System pernafasan
1) Otot pernafasan mengalami kelemahan akibat atrofi, kehilangan
kekuatan, dan menjadi kaku
2) Berat otak menurun 10-20% (sel saraf otak setiap orang berkurang
setiap harinya)
3) Respons dan waktu untuk bereaksi lambat, khususnya terhadap
stress
4) Saraf panca indra mengecil
5) Pehlihatan berkurang, pendengaran menghilang, saraf penciuman
dan perasa mengecil, lebih sensitive terhadap perubahan suhu, dan
rendahan ketahanan terhadap dingin
6) Kurang sensitive terhadap sentuhan
7) Deficit memori

h. System pencernaan
1) Kehilangan gigi, penyebab utama periodontal disease yang biasa
terjadi setelah umur 30 tahun. Penyebab lain meliputi kesehatan
gigi dan gizi yang buruk
2) Indra pengecap menurun, adanya iritasi selaput lender yang kronis,
atrofi indra pengecap (±80%), hilangnya sensitivitas saraf
pengecap dlidah, terutama rasa manis dan asin, hilangnya
sensitivitas saraf pengecap terhadap rasa asin, asam, dan pahit.
3) Esophagus melebar
4) Rasa lapar mnurun (sensitivitas lapar menurun), asam lambung
menurun, motilitas dan wktu pengosongan lambung menurun.
5) Perialitik lemah dan biasanya timbul konstipasi
6) Fungsi absorpsi melemah ( daya absorpsi terganggu terutama
karbohidrat)
7) Hati semakin mengecil dan penyimpanan menurun, aliran darah
berkurang
15

i. System Reproduksi
Wanita
1) Vagina mengalami kontraktur dan mngecil
2) Ovarium menciut, uterus mengalami atrofi
3) Atrofi payudara
4) Atrofi vulva
5) Selaput lender vagina menrun, permukaan menjadi halus, sekresi
berkurang, sifatnya menjadi alkali dan terjadi perubahan warna

Pria
1) Testis masih dapat memproduksi spermatozoa, meskipun ada
penurunan secara berangsur-angsur
2) Dorongan seksual menetap samapi usia 70 tahun, asal kondisi
kesehatannya baik, yaitu:
a) Kehidupan seksual dapat diupayakan sampai masa lanjut usia.
b) Hubungan seksual secara teratur membantu mempertahankan
kemampuan seksual.
c) Tidak perlu cemas karna prosesnya alamiah sebanyak ±75%
pria usia 65 tahun mengalami pembesaran prostat

j. System Genitourinaria
1) Ginjal
Merupakan alat untuk mengeluarkan sisa metabolsime tubuh,
melalui urine darah yang masuk ke ginjal, disaring oleh satuan
(unit) terkecil dari ginjal yang disebut nefron (tepatnya di
glomerulus). Mengecilnya nefron akibat atrofi, aliran darah
keginjal menurun sampai 50% sehingga fungsi tubulus berkurang.
Akibatnya, kemampuan mengonsentrasi urine menurun, berat jenis
urine menurun, proteinuria (biasanya ±1), BUN (blood urea
16

nitrogen) meningkat sampai 21 mg%, nilai ambang ginjal terhadap


glukosa meningkat.
2) Vesika urinaria
Otot menjadi lemah, kapasitasnya menurun sampai 200 ml atau
menyebabkan frekuensi buang air seni meningkat. Pada pria lajut
usia, vesika urinaria sulit dikosongkan sehingga mengakibatkan
retensi urine meningkat
3) Pembesaran prostat
±75 % dialami oleh pria usia diatas 65 tahun
4) Atrofi vulva
5) Vagina
Seseorang yang semakin menua, kebutuhan seksualnya masih ada.
Tiadak ada batasan umur tertentu kapan fungsi seksual seseorang
berhenti. Frekuensi hubungan seksual cenderung menurun secara
bertahap setiap tahun, tetapi kapasitas untuk mrnikmatinya
berjalan sampai tua.

k. System Endokrin
1) Estrogen, progesterone, dan testosterone yang memelihara alat
reproduksi dan gairah seks. Hormone ini mnegalami penurunan
2) Kelenjar pancreas (yang memprosuksi insulin dan sangat penting
dalam pengaturan gula darah)
3) Kelenjar adrenal/anak ginjal yang memproduksi adrenalin. Salah
satu kelenjar endokrin dalam tubuh yang mengatur agar arus darah
ke organ tertentu berjalan dengan baik, dengan jalan mengatur
vasokontriksi pembuluh darah. Kegiatan kelenjar anak ginal ini
berkurang pada lanjut usia.
4) Produksi hamper semua hormone menurun
5) Fungsi paratoid dan sekresinya tidak berubah
17

6) Hipofisis : pertumbuhan hormone ada, tetapi lebih rendah dan


hanya di dalam pembuluh darah ; berkurangnya produksi ACTH,
TSH,FSH, dan LH
7) Aktivitas tiroid, BMR (basal metabolic rate), dan daya pertukaran
zat menurun
8) Produksi aldeoteron menurun
9) Sekresi hormone kelamin, misalnya progesterone, esterogen, dan
ttestorteron menurun

l. Sistem integument
1) Kulit mengerut atau keriput akibat kehilangan jaringan lemak.
2) Permukaan kulit cinderung kusam, kasar dan bersisik (karena
kehilangan proses keratinasi serta perubahan ukuran dan bentuk sel
epidermis)
3) Timbul bercak pigmentasi akibat proses melanognesis yang tidak
merata pada permukaan kulit sehingga tampak bintik – bintik atau
noda cokelat
4) Terjadi perubahan pada daerah sekitar mata, tumbuhnya kerut-
kerut halus diujung mata akibat lapisan kulit yang menipis
5) Respons terhadap trauma menurun
6) Mekanisme proteksi kulit menurun
7) Produksi serum menurun
8) Produksi vitamin D menurun
9) Produksi kulit terganggu
10) Kulit kepala dan rambut menipis an berwarna kelabu
11) Rambut dalam hidung dan telinga menebal
12) Berkurangnya elastisitas akibat menurunya cairan dan
vaskularisasi
13) Pertumbuhan kuku lebih lambat
14) Kuku jari menjadi keras dan rapuh
18

15) Kuku kaki tumbuh secara berlebihan dan seperti tanduk


16) Jumlah dan fungsi kelenjar keringat berkurang

m. System musculoskeletal
1) Tulang kehilangan massa (cairan) dan semakin rapuh
2) Gangguan tulang, yakni mudah mengalami demineralisasi
3) Kekuatan dan stabilitas tulang menurun, terutama vertebra,
pergelangan dan paha
4) Kartilago yang meliputi permukaan sendi tulang penyangga rusak
5) Kifosis
6) Gerakan pinggang, lutut dan jari-jari pergelangan terbatas
7) Gangguan gaya berjalan
8) Kekaukan jaringan penghubung
9) Persendian membesar dan menjadi kaku
10) Tendon mengerut dan mengalami sclerosis
11) Atrofi serabut otot, serabut otot mengecil sehingga gerakan
menjadi laman, otot kram, dan menjadi tremor (perubahan pada
otot cukup rumit dan dipahami)
12) Aliran darah ke otot berkurang sejalan dengan proses menua

n. System imun
1) Perubahan fungsi system imunologi
2) Kemampuan imunitas tubuh melawan infeksi menurun
3) Kecepatan respon imun menurun
4) Produksi imunoglobukin berkurang jumlahnya sehingga vaksinasi
dalam tubuh kurang efektif melawan penyakit.
5) Imun kehilangan kemampauan untuk membedakan benda asing
yang masuk kedalam tubuh
19

o. Perubahan Mental
1) Perubahan dapat berupa sikap yang semakin egosentrik, mudah
curiga, bertambah pelit atau tamak bila memiliki sesuatu
2) Keinginan berumur panjang, tenaganya sedapat mungkin dihemat
3) Mengharapkan tetap diberi peranan dalam masyarakat
4) Ingin mempertahankan hak dan hartanya, serta ingin tetap
berwibawa
5) Jika meninggal pun, mereka ingin secara terhormat dan masuk
surge

Factor yang mempengaruhi perubahan mental :


a. Perubahan fisik, khususnya organ perasa
b. Kesehatan umum
c. Tingkat pendidikan
d. Keturunan (hereditas)
e. Lingkungan

1) Kenangan (Memori)
Kenangan jangka panjang, beberapa jam sampai beberapa hari
yang lalu dan mencakup beberapa perubahan. Kenangan jangka
pendek atau seketika(0-10 menit). Kenangan buruk (bias kearah
demensia)

2) Integentia Quotion (IQ)


IQ tidak berubah dengan informasi matematika dan perkataan
verbal. Penampilan, persepsi, dan keterampilan psikomotor
berkurang. Terjadi perubahan daya membayangkan karena tekanan
factor waktu
20

p. Perubahan Psikososial
1) Kehilangan finansial ( pendapatan berkurang)
2) Kehilangan status ( dulu mempunyai jabatan/posisi yang cukup
tinggi, lengkap dengan semua fasilitas)
3) Kehilangan teman/kenalan atau relasi
4) Kehilangan pekerjaan/kegiataan dan
a) Merasakan atau sadar terhadap kematian, perubahan cara hidup
(memasuki rumah perawatan, bergerak lebih sempit)
b) Kemampuan ekonomi akibat pemberhentian dari jabatan.
Biaya hidup meningkat pada penghasilan yang sulit, biaya
pengobatan bertambah
c) Adanya penyakit kronis dan ketidakmampuan
d) Timbul kesepian akibat pengasingan dari lingkungan social
e) Adanya gangguan saraf panca-indra, timbul kebutaan dan tuli
f) Gangguan gizi akibat kehilangan jabatan
g) Rangkaianan kehilangan, yaitu kehilangan hubungan dengan
teman dan family
h) Hilangnya kekuatan dan ketagapan fisik ( perubahan terhadap
gambaran diri, perubahan onsep diri)

q. Perkembangan Spiritual
1) Agama/kepercayaan semakin terintregrasi dalam kehidupan
2) Lanjut usia semakin matur dalam kehidupan keagamaanya,. Hal ini
terlihat dalam berpikir dan bertindak sehari-hari
3) Perkembangan spiritual pada usia 70 tahun menurut Flower
(1970), universalizing, perkembangan yang dicapai pada tingkat
ini adalah berpikir dan bertindak dengan cara memberi contoh cara
mencintai dan keadilan (Nugroho, 2008)
21

B. KONSEP DASAR MASALAH KESEHATAN RHEUMATOID ATRITIS


1. Pengertian
Rheumatoid Atritis (RA) adalah penyakit autoimun yang ditandai oleh
inflamasi sistemik kronik dan progresif, dimana sendi merupakan target
utama (Suarjana, 2014)
Rheumatoid Atritis (RA) merupakan penyakit inflamasi non-bakterial
yang bersifat sistemik, progresif, cinderung kronik dan mengenai sendi
serta jaringan ikat sendi secara simetris (NIC-NOC, 2015)
Menurut Arif Muttaqin, 2012 Rheumatoid atritis adalah penyakit non-
bakteri yang bersifat progresif kronis mengenai sendi lutut dan tidak
diketahui penyebabnya. Paada saat ini, rheumatoid atritis di duga
disebabkkan oleh factor autoimun dan infeksi.

2. Klasifikasi ( Buffer, 2010)


a. Kelompok pertama
Rheumatoid atritis klasik. Sendi sendi kecil pada kaki dan tangan
sebagian besar terlibat.terdapat factor rheumatoid, dan nodula-nodula
rheumatoid yang sering terjadi. Penyakit dalam kelompok ini dapat
mendorong ke arah kerusakan sendi yang progresif.

b. Kelompok kedua
Termaksud kedalam klien yang memenuhi syarat dari American
Rheumatoid Association untuk atritis rheumatoid karena mereka
mempunyai radang sinovitis yang terus-menerus dan simetris, sering
melibatkan pergelangan tangan dan sendi- sendi jari
22

c. Kelompok ketiga
Sinovitis terutama mempengaruhi bagian proksimal sendi, bahu dan
panggul. Awitanya mendadk, sering ditandai dengan kekuatahn pada
pagi hari. Pergelangan atau lutut sering mengalami hal ini, dengan
adanya bengkak, nyeri tekan , penurunan kekuatan otot. Kelompok inii
mewakili sesuatu penyakit yang dapat sembuh sendiri yang dapat
dikendalikan secara baik dengan menggunakan therapy obat.

d. Etiologi (NIC-NOC, 2015)


Penyebab utama kelainan ini tidak diketahui. Ada beberapa teori yang
dikemukakan mengenai penyebab rheumatoid atritis, yaitu :
1) Infeksi stretokokus hemolitikus dan steptokokus non hemolitikus
2) Endokrin
3) Autoimun
4) Metabolic
5) Factor genetic serta factor pemicu lingkungan
Pada saat ini, rheumatoid atritis diduga disebabkan oleh autoimun
dan infeksi

e. Patofisiologi (Amin Huda&Hardi, 2015)

Reaksi factor R dg Kekuatan sendi hambatan mobilitas


antibody, faktor fisik
metabolic, infeksi reaksi peradangan
dg kecenderungan Nyeri
virus

Synovial menebal pannus kurangnya informasi


tentang proses penyakit

Nodul Infiltrasi dlm os. subcondria Difisiensi pengetahuan

deformitas sendi Hambatan nutrisi pd kartilago Kartilago nekrosis


gg. body image artikularis
Kerusakan kartilago & tulang erosi kartilago

Mudah lussi dan Tendon dan ligament melemah Adhesi pd permukaan


sublusasi sendi
23

f. Manisfestasi klinis (Brunner&Suddarth)


Tanda –tanda peradangan pada sendi tidak menonjol dan timbul
belakangan, mungkin dijumpai karena adanya sinovitis, terdiri dari
nyeri tekan, gangguan gerak, rasa hangat yang merata dan warna
kemerashan, antara lain :
1) Nyeri sendi
Keluhan ini merupakan keluhana utama. Nyeri biasanya bertambah
dengan gerakana dan sedikit berkurang dengan istirahat. Beberapa
gerakan tertentu kadang-kadang menimbulkan rasa nyeri yang
lebih dibandingkan gerakan yang lain.
2) Hambatan gerakan sendi
Gangguan ini biasanya semakin bertambah berat dengan pelan-
pelan sejalan dengn bertambahnya rasa nyeri.
3) Kaku pagi
Pada beberapa pasien, nyeri sendi yang timbul setelah
immobilisasi, seperti duduk dari kursi, atau setelah bangun dari
tidur
4) Krepitasi
24

Rasa gemeretak (kadang-kadang dapat terdengar) pada sendi yang


sakit.
5) Pembesaran sendi (deformitas)
Pasien mungkin menunjukan bahwa salah satu sendinya (lutut atau
tangan yang paling sering) secara perlahan-lahan membesar.
6) Perubahan gaya berjalan
Hampir semua pasien osteoatritis pergelangan kaki, tumit, atau
panggul berkembang menjadi pincang. Gangguan berjalan dan
gangguan fungsi sendi yang lain merupakan ancaman yang besar
untuk kemandirian pasien yang umumnya tua (lansia).

Jika ditinjau dari stadium penyakit, terdapat tiga stadium yaitu :

a) Stadium I (Stadium sinovitis)


Pada stadium ini terjadi perubahan dini pada jaringan sinovial yang
ditandai hipertermi, edema karena kongesti, nyeri pada saat
bergerak maupun istirahat, bengkak dan kekakuan.
b) Stadium II (Stadium destruksi)
Pada stadium ini terjadi kerusakan pada jaringan sinovial terjadi
juga pada jaringan sdekitarnya yang ditandai adanya kontraksi
tendon
c) Stadium III (Stadium deformitas)
Pada stadium ini terjadi perubahan secara progresif dan berulang
kali, deformitas dan gangguan fungsi secara menetap.

g. Komplikasi
1) Dapat menimbukan perubahan pada jaringan lain seperti adanya
proses granulasi dibawah kulit yang disebut subcutan nodule
2) Pada otot dapat terjadi myosis, yaitu proses granulasi jaringan otot
3) Pada pembuluh darah terjadi tromboemboli
4) Terjadi slenomegali
25

h. Pentalaksanaan (NIC-NOC, 2015)


Setelah diagnosis AR ditegakan, pendekatan pertama yang harus
dilakukan adalah segera berusaha untuk membina hubungan yang baik
antara pasien dan keluarganya dengan dokter atau tim pengobatan
yang merawatnya.

Penatalaksaaan Medis
1) OAINS diberikan sejak dini untuk mengatasi nyeri sendi akibat
inflamasi yang sering dijumpai
2) DMARD (disease-modifiying antirheumatic drugs) digunakan
untuk melindungi rawan sendi dan tulang dari proses destruktif
akibat atritis rheumatoid. Mula khasiatnya baru terlihat setelah 3-
12 bulan kemudian. Setelah 2-5 tahun, maka efektivitasnya dalam
menekan proses rheumatoid akan berkurang
3) Operasi jika berbagai pengobatan telah dilakukan dan tidak
berhasil serta terdapat alas an yang cukup kuat, dan dapat
dilakukan pengobatan pembedahan.

Penatalaksanaan keperawatan
1) Pendidikan pada klien tentang penyakitnya dan penatalaksanaan
yang akan dilakukan sehingga terjalin hubungan baik dan terjamin
ketaatan pasien.
2) Merupakan hal penting karena reumatik biasanya disertai rasa
lelah yang hebat. Walapun rasa lelah tersebut dapat saja timbul
setiap hari, tetapi ada masa dimana penderit merasa lebih baik atau
lebih berat. Penderita harus membagi waktu seharinya menjadi
beberapa kali waktu beraktivitas yang diikuti oleh masa istirahat
3) Latihan fisik dapat bermanfaat dalam mempertahankan fungsi
sendi. Latihan ini mencangkup gerakan aktif dan gerakan pasif
pada semua sendi yang sakit, sedikitnnya dua kali sehari.
26

i. Pemeriksaan penunjang
1) Factor Rheumatoid, fiksasi lateks, reaksi-reaksi algutinasi.
2) Laju endap darah. Umumnya meningkat pesat (80-100 mm/h)
mungkin kembali normal sewaktu gejala-gejala meningkat.
3) Protein C-reaktif, positif selama masa eksersebasi
4) Sel darah putih, meningkat pada waktu timbul proses inflamasi
5) Sinar X dari sendi yang sakit
6) Scan radionuklida
7) Artokopi langsung
8) Biopsy membrane sinovial

C. KONSEP KEBUTUHAN PADA LANSIA


1. Kebutuhan dasar manusia
Teori hierarki kebutuhan dasar manusia dikemukakan Abraham Maslow
dalam Potter dan Perry (1997), dapat dikemukakan untuk menjelaskan
kebutuhan dasar manusia sebagai berikut
a. Kebutuhan fisiologi, merupakan kebutuhan paling dasar, yaitu
kebutuhan fisiologi seperti oksigen, cairan (minuman), nutrisi
(makanan), keseimbangan suhu tubuh, eleminasi, tempat tinggal,
istirahat dan tidur, serta keebutuhan seksual
b. Kebutuhan rasa aman dan perlindungan dibagi menjadi
perlindungan fisik dan perlindungan psikolohis
1) Perlindungan fisik, meliputi perlindungan atas ancaman
terhadap tubuh atau hidup. Ancaman tersebut dapat berupa
penyakit, kecelakaan, bahaya dari lingkungan, dan sebagainya.
2) Perlindungan psikologis, yaitu perlindungan atas ancaman dari
pengalaman yang baru dan asing. Misalnya, kekhawatiran yang
dialami seseorang ketika masuk sekolah pertama kali karena
merasa dialami seseorang ketika masuk sekolah pertama kali
27

karena merasa terancam oleh keharusan untuk berinteraksi


dengan orang lain, dan sebagainya.
c. Kebutuhan rasa cinta serta rasa memiliki dan dimiliki, antara lain
memberi dan menerima kasih saying, mendapatkan kehangatan
keluarga, memiliki sahabat, diterima oleh kelompok sosial, dan
sebagainya
d. Kebutuhan akan harga diri ataupun perasaan dihargai oleh orang
lain. Kebutuhan ini terkait dengan keinginan uttuk mendapatkan
kekuatan, meraih prestasi, rasa percaya diri, dan kemerdekaan diri.
Selama ini, orang juga memerlukan pengakuan dari orang lain
e. Kebutuhan aktualisasi diri, merupakan kebutuhan tertinggi dalam
hierarki Maslow, berupa kebutuhan untuk berkontribusi pada
orang lain/lingkungan serta mencapai potensi diri sepenuhnya.

Dari kebutuhan kebutuhan dasar menurut Abraham Maslow ditemukan


beberapa gangguan kebutuhan dasar manusia pada penderita
Rheumatoid Atritis, yaitu

1. Gangguan rasa aman nyaman


a. Nyeri
Pada rheumatoid atritis, reaksi autoimun terutama terjadi dalam
jaringan sinovial. Proses fatogenesis menghasilkan enzim-enzim
dalam sendi. Enzim-enzim tersebut akan memecah kolagen
sehingga terjadi edema, proliferasi membrane sinovial dan
akhirnya membentuk pannus. Panus akan menghancurkan tulang
rawan dan menimbulkan erosi tulang, hal ini dapat menyebabkan
nyeri akut pada bagian sendi-sendi yang mengalami proses
tersebut.
28

b. Gangguan mobilitas fisik


Pannus akan menghancurkan tulang rawan dan menimbulkan
erosi tulang permukaan sendi yang menggangu gerak sendi, otot
akan turut terkena karena serabut otot akan mengalami
perubahan degenerative dengan menghilangnya elastisitas otot
dan kekuatan kontraksi otot. Hal tersebut mengakibatkan
terjadinya gangguan mobilitas fisik.

D. KONSEP PROSES KEPERAWATAN GERONTIK


1. Pengkajian
Pengkajian keperawatan (Marilyn M & Mickey Stanley, 2008)
Pengkajian keperawatan memfokuskan pada bagaimana perubahan yang
berhubungan dengan usia mempengaruhi status fungsional lansia dan
termasuk hal-hal berikut in :
a. Tinggi badan, berta badan, postur tubuh dan gaya berjalan
memberikan data dasar yang dapat mengindikasikan adanya kerusakan
otot, obesitas ataupun edema
b. Aktivitas dan pola istirahat, dulu dan sekarang harus dicatat.
Seseorang yang tidak pernah berolahraga atau diikutsertakan dalam
aktivitas mungkin memiliki kesukaran dalam memulai suatu program
latihan di usia lanjut, terutama jika aktivitas tersebut sulit atau
menyakitkan.
c. Pengkajian diet termasuk asupan kalsium dan vitamin D. obesitas dan
malnutrisis dapat mempengaruhi mobilitas dan kekuatan otot. Obesitas
menjadi factor predisposisi pada lansia untuk mengalami
ketidakstabilan ligament, terutama pada daerah punggung bagian
bawah dan sendi-sendi lain yang menahan berat tubuh.
d. Pengobatan, termaksud obat-obatan yang dijual bebas dan pengobatan
sendiri dirumah, dapat membuat lansia lebih mudah mengalami
keracunan obat dan efek samping obat. Beberapa obat telah diketahui
29

dapat menimbulkan kerusakan pada sistem musculoskeletal:


antikonvulsi (osteomalasia), fenotiazin (gangguan cara berjalan),
steroid (distribusi lemak tubuh abnormal dan kelemahan otot ) dan
diuretic yang dapat menurunkan kadar kalium (kelemahan otot dank
ram )
e. Mobiliitas fisik, kekuatan otot dan keseimbangan menentukan
kemampuan fungsional klien tersebut.
f. Cedera pada masa lalu, riwayat nyeri sendi, dan kekakuan, kelemahan
atau keletihan sering dihhubungkan dengan adanya osteatritis atau
rheumatoid atritis (RA)
g. Pertanyaan spesifik tentang praktik keamanan klien ketika
berhubungan dengan lingkungan sosial, tempat tinggal, keamanan dari
berbagai bahaya alat bantu, rekreasi dan olahraga.
h. Riwayat kesehatan : keluhan mudah lelah, lemah, nyeri, kaku,
demam/panas, anoreksia dan efek gejala tersebut terhadap gaya hidup
serta citra diri pasien

E. Data Laboratorium (NIC-NOC, 2015)


1. Factor Rheumatoid, fiksasi lateks, reaksi-reaksi aglutinasi
2. Laju endap darah. Umunya meningkat pesat (80-100 mm/h) mungkin
kembali normal sewaktu gejala-gejala meningkat
3. Protein C-reaktif, positif selama masa eksaserbasi
4. Sel darah putih, meningkat pada waktu timbul proses inflamasi
5. Sinar X dari sendi yang sakit
6. Scan radionuklida
7. Antrokopi langsung
8. Biopsy membrane sinovial
30

F. Diagnosa Keperawatan (Aspiani, R. Y, 2010)


1. Nyeri (akut) berhubungan dengan agen pencendera : distensi jaringan
oleh akumulasi cairan atau proses inflamasi destruksi sendi.

2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan


a. Deformitas skeletal
b. Nyeri, ketidaknyamanan
c. Intoleransi terhadap aktivitas, penurunan kekuatan otot

3. Gangguan gambaran diri berhubungan dengan


a. Perceptual kognitif
b. Psikososial
c. Perubahan kemampuan untuk melakukan tugas umum
d. Peningkatan penggunaan energy, ketidakseimbangan mobilitas

4. Kurang perawatan diri beruhubungan dengan


a. Kerusakan musculoskeletas, penrunan kekuatan otot, daya tahan,
dan nyeri pada waktu bergerak
b. Depresi
c. Pembatasan aktivitas

5. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar), mengenai kondisi,


prognosis, dan pengobatan berhubungan dengan
a. Kurangnya pemajanan/mengingat
b. Kurangnya interpretasi informasi
31

G. Rencana Tindakan
Tujuan utama untuk pasien mencakup pemahaman tentang proses dan terapinya, partisipasi dalam program
keperawatan diri, dan tidak mengalami komplikasi

No Diagnosa Tujuan dan kriteria hasil Intervensi Rasional

1 Nyeri kriteria hasil Mandiri


(akut) berhubungan  Menunjukan nyeri 1. Kaji keluhan nyeri kualitas, 1. Membantu menentukan kebutuhan
dengan Agen hilang/terkontrol lokasi, intesitas skala(1-10), manajemen nyeri dan keefektifan program
pencedera: distensi  Terlihat rileks, dapat dan waktu. Catat factor yang 2. Matras lembut dan bantal kecil mencegah
jaringan oleh tidur atau beristirahat mempercepat dan tanda rasa pemeliharaankesejajaran tubuh yang tepat,
akumulasi cairan dan berpartisipasi sakit nonverbal mengistirahatkan sendi yang sakit. Peninggian
atau proses dalam aktivitas sesuai 2. Berikan matras/kasur lembut linen tempat tidur menurunkan tekanan sendi
inflamasi destruksi kemampuan dan bantal kecil. Tinggikan yang terinflamasi/nyeri
sendi.  Mengikuti program linen tempat tidur sesuai 3. Penyakit berat/eksaserbasi, tirah baring
farmakologis yang kebutuhan diperlukan untuk membatasi nyeri atau cidera
diresepkan 3. Berikan posisi nyaman waktu sendi
 Menggabungkan tidur/duduk di kursi. 4. Mengistirahatkan sendi yang sakit dan
relaksasi dan aktivitas Tingkatkan istirahat di mempertahankan posisi netral. Catatan:
hiburan ke dalam tempat tidur sesuai indikasi penggunaan brace menurunkan nyeri, dan
program/ nyeri 4. Pantau penggunaan bantal, mengurangi keruskan sendi.
karung pasir, bebat, dan 5. Panas meningkatkan relaksasi otot dan
brace mobilitas, menurunkan rasa sakit dan
5. Anjurkan mandi air kekakuan di pagi hari. Sensitivitas pada panas
hangat/pancurkan pada waktu dapat hilang dan luka dermal. Dapat sembuh
bangun. Sediakan waslap 6. Meningkatkan relaksasi atau mengurangi
hangat untuk mengompres ketegangan otot
sendi yang sakit beberapa 7. Meningkatkan relaksasi, memberikan rasa
kali. control, dan meningkatkan kemampuan
6. Berikan massase yang lembut koping.
32

7. Gunakan teknik manajemen 8. Memfokuskan kembali perhatian,


stress, missal, relaksasi memberikan stimulasi, meningkatkan rasa
progresif dan distraksi, percaya diri dan perasaan sehat.
sentuhan terapeutik,
biofeedback, visualisasi, 9. Bekerja antiinflamasi dan efek analgesic
pedoman imajinasi, hipnotis ringan mengurangi kekaukan dan
diri dan pengendalian napas meningkatkan mobilitas.
8. Libatkan dalam aktivitas
hiburan yang sesuai situasi
10. 10. Memberi dukungan panas untuk sendi yang
individu sakit
11. peningkatan ssinovium yang meradang
mengurangi nyeri dan membatasi progresif
Kolaborasi perubahan degenerative.
9. Berikan obat sesuai dengan
petunjuk
10. Bantu dengan terapi fisik,
missal sarung tangan paraffin
11. Siapkan intervensi operasi
(sinovektomi)

2 Kerusakan Kriteria hasil Mandiri 1. Tingkat aktivitas atau latihan tergantung dari
mobilitas fisik  Mempertahankan 1. Evaluasi pemantauan tingkat perkembangan proses inflamasi
berhubungan fungsi posisi dengan inflamasi/rasa sakit pada 2. Istirahat sistemik dianjurkan selama
dengan pembatasan kontraktur sendi eksaserbasi akut dan seluruh fase penyakit
 Deformitas  Mempertahankan atau 2. Pertahankan tirah baring. untuk mencegah kelelahan, mempertahankan
skeletal meningkatkan kekuatan Duduk. Jadwal aktivitas kekuatan.
 Nyeri dan fungsi dari dan/atau untuk memberikan periode 3. Meningkatan fungsi sendi, kekuatan otot dan
ketidaknyamana kompensasi bagian istirahat terus-menerus dan stamina
n tubuh tidur malam hari 4. Menghilangkan tekanan jaringan dan
 Intoleransi  Mendemostrasikan 3. Bantu rentang gerak meningkatkan sirkulasi
terhadap teknik/prilaku yang aktif/pasif, latihan resitif dan 5. Meningkatkan stabilitas jaringan
aktivitas, memungkinkan isometric (mengurangi resiko cidera), mempertahankan
penurunan melakukan aktivitas 4. Ubah posisi dengan sering posisi sendi yang diperlukan dan kesejajaran
kekuatan otot 5. Posisikan dengan bantal, tubuh, mengurangi kontraktur.
kantung pasir, hebat, dan 6. Mencegah fleksi leher
33

brac 7. Memaksimalkan fungsi sendi,


6. Gunakan bantal kecil/tipi di mempertahankan mobilitas
bawah leher 8. Menghindari cidera akibat kecelaaan/jatuh
7. Dorong klien
mempertahankan postur 9. Memformulasikan program latihan
tegak dan duduk tinggi, berdasarkan kebutuhan individual dan
berdiri, serta berjalan mengidentifikasi bantuan mobilitas
8. Berikan lingkungan aman, 10. Menurunkan tekanan pada jaringan yang
missal menaikan kursi, mudah pecah dan mengurangi resiko
menggunakan pegangan imobilitas dan decubitus.
tangga pada bak/pancuran
dan toilet, penggunaan alat
bantu mobilitas atau kursi
roda

Kolaborasi
9. Konsul dengan ahli terapi
fisik atau okupasi dan
spesialis vakosiaonal
10. Memberikan matras busa
atau pengubah tekanan
3 Gangguan Kritera hasil Mandiri
gambaran diri  Mengungkapkan 1. Dorong pengungkapan 1. Berikan kesempatan mengidentifikasi rasa
berhubungan peningkatan rasa mengenai proses penyakit takut/kesalahan konsep dan menghadapi
dengan percaya diri dalam dan harapan masa depan secara langsung
 Perceptual kemampuan untuk 2. Diskusikan persepsi klien 2. Isyarat verbal atau nonverbal keluarga
kognitif menghadapi penyakit, mengenai bagaimana berpengaruh pada bagaimana klien
 Psikososial perubahan gaya hidup, keluarga menerima memandang dirinya
 Perubahan dan kemungkinan keterbatasan 3. Untuk mendapatkan dukungan proses
kemampuan keterbatasan 3. Bantu klien mengekspresikan berkabung yang adaptif
untuk melakukan  Menerima perubahan perasaan kehilangan 4. Menunjukan emosional/metode koping
tugas umum gaya tubuh dan 4. Perhatikan perilaku menarik maladaptive sehingga membutuhkan
 Peningkatan mengitegrasikan ke diri, penggunaan intervensi lebih lanjut/dukungan psikologis
penggunaan dalam konsep diri menyangkal/terlalu 5. Membantu mempertahankan control diri dan
energy,  Menyusun memperhatikan tubuh meningkatkan harga diri
34

ketidakseimbanga tujuan/rencana realitas 5. Bantu klien mengidentifikasi 6. Meningkatkan perasaan kompetisi atau harga
n mobilitas untuk masa depan perilaku positif yang diri, mendorong kemandirian, dan
 Mengembangkan membantu koping berpartisipasi terapi.
keterampilan perawatan 6. Ikutkan klien dalam 7. Memungkinkan klien merasa senang terhadap
diri agar dapat merencanakan perawatan dan dirinya ; menguatkan prilaku positif, serta
berfungsi dalam membuat jadwal aktivitas meningkatkan percaya diri
masyarakat 7. Berikan bantuan positif 8. Klien/ keluarga membutuhkan dukungan
selama berhadapan dengan proses jangka
Kolaborasi panjang
8. Rujuk pada konseling 9. Dibutuhkan saat munculnya depresi hebat
psikiatri sampai klien dapat menggunakan
9. Berikan obat sesuai indikasi kemampuan koping efektif
(missal antiansietas)
4 Kurang perawatan Kriteria hasil
diri berhubungan  Melaksanakan aktivitas 1. Diskusikan tingkat fungsi 1. Melanjutkan aktivitas dengan beradaptasi
dengan perawatan diri pada umum (0-4) sebelum timbul pada keterbatasan saat ini
 Kerusakan tingkat yang konsisten penyakit 2. Perubahan kemampuan merawat diri dapat
musculoskeletal, dengan kemampuan 2. Kaji repons emosional klien membangkitkan perasaan cemas dan frustasi,
penurunan individual terhadap merawat dimana dapat mengganggu kemampuan lebih
kekuatan, daya  Mendemostrasikan kemampuan merawat diri lanjut
nyeri pada waktu perubahan teknik atau yang menurun dan beri 3. Mendukung kemandirian fisik atau emosional
bergerak gaya hidup untuk dukungan emosional. 4. Meningkatkan kemandirian yang akan
 Kurangnya memenuhi kebutuhan 3. Pertahankan mobilitas, meningkatkan harga diri
informasi perawatan diri control terhadap nyeri dan 5. Partisipasi klien dalam merawat diri
 Depresi  Mengidentifikasi program latihan meningkatkan harga diri dan menurunkan
 Pembatasan sumber pribadi atau 4. Kaji hambatan terhadap perasaan ketergantungan
aktifitas komunitas yang dapat partisipasi dalam perawatan 6. Memberi kesempatan mengontrol dapat
memenuhi kebutuhan diri. Identfikasi modifikasi meningkatkan harga perasaan ketergantungan
perawatan diri lingkungan. 7. Dapat mengurangi ketakutan akan
5. Beri dorongan agar ketergantungan jangka panjang atau
berpartisipasi dalam merawat permanen
diri.aktivitas yang terjadwal 8. Menentukan alat bantu memenuhi kebutuhan
memungkinkan waktu untuk individu
merawat diri.
6. Biarkan klien mengontrol
35

lingkungan sebanyak
mungkin, bantu klien hanya
jika diminta.
7. Jelaskan berapa lama
kemampuan merawat diri
yang menurun diharapkan
untuk bertahan, jika diketahui

Kolaborasi
8. Konsultasi dengan ahli terapi
okupasi
5 Kurang Kriteria hasil 1. Tinjau proses penyakit, 1. Memberikan pengetahuan dimana klien dapat
pengetahuan  Menunjakan prognosis, dan harapan masa membuat pilihan berdasarkan informasi
(kebutuhan pemahaman tentang depan 2. Tujuan control penyakit adalah untuk
belajar), prognosis, kondisi/prognosis dan 2. Diskusikan kebiasaan klien menekankan inflamasi atau jaringan lain
dan pengobatan perawatan dalam penaalaksanaan proses untuk mempertahankan fungsi sendi dan
berhubungan  Mengembangkan sakit melalui diet, obat, mencegah deformitas
dengan rencana untuk latihan dan istirahat 3. Memberikan struktur dan mengurangi
 Kurangnya perawatan diri, 3. Bantu dalam merencanakan ansietas pada waktu menangani proses
pemajanan/meni termasuk modifikasi jadwal aktivitas terintregrasi penyakit kronis kompleks
ngkat gaya hidup yang yang realitas, istirahat, 4. Keuntungan dari terapi obat tergantung pada
 Kesalahan konsisten dengan perawatan pribadi, pemberian ketepatan dosis, misall aspirin diberikan
interpretasi mobilitas atau obat, terapi fisik dan secara regular untuk mendukung kadar
informasi pembatasan aktivitas manajemen stress terapeutik darah 18-25 mg.
4. Tekankan pentingnya 5. Preparat bersalut dicerna dengan makanan,
melanjutkan manajemen meminimalkan iritasigaster, ,mengurangi
farmakoterapeutik resiko perdarahan
5. Rekomendasi penggunaan 6. Membatasi iritasi gaster. Pengurangan nyeri
aspirin bersalut atau salisat dapat meningkatkan tidur dan kadar darah
nonasetil serta mengurangi kekakuan pada pagi hari
6. Anjurkan mencerna obat 7. Meningkatkan perasaan sehat dan perbaikan
dengan makanan, susu, atau atau regenerasi jaringan
antasida pada sebelum tidur 8. Penurunan berat badan mengurangi tekanan
7. Tinjau pentingnya diet yang pada sendi, terutama pinggul, lutut,
seimbang dengan makanan pergelangan kaki, dan telapak kaki.
36

yang banyak mengandung 9. Mengurangi paksaan untuk menggunakan


vitamin, protein, dan zat besi sendi dan memungkinkan klien ikut serta
8. Dorong klien obesitas untuk secara lebih nyaman dalam aktivitas yang
menurunkan berat badan dan dibutuhkan
berikan informasi penurunan 10. Mencegah kepenatan, memberikan
berat badan sesuai kebutuhan kemudahan perawatan diri, dan kemandirian
9. Berikan informasi mengenai 11. Mekanika tubuh yang baik harus menjadi
alat bantu, misal tongkat atau bagian untuk mengurangi tekanan sendi dan
palang pengaman nyeri
10. Diskusikan teknik
menghemat energy, missal,
duduk dari pada berdiri untuk
mempersiapkan makanan dan
mandi

11. Dorong mempertahankan


posisi tubuh yang benar pada
saat istirahat dan waktu
melakukan aktivitas, misal,
menjaga agar sendi tetap
meregang, tidak fleksi
37

BAB III

TINJAUAN KASUS

Dalam bab ini menguraikan laporan kasus keperawatan gerontik dengan


pemenuhan kebutuhan pada Tn.M dengan rheumatoid atritis yang berada di Panti
Sosial Tresna Werdha Budi Mulya II cengkareng. Asuhan keperawatan gerontik
dilakukan pada Tn.M selama 3 hri mulai dari tanggal 24-26 April 2018 dengan
melakukan kunjungan selama 3 kali pertemuan asuhan keperawatan gerontik
dilaksanakan melalui pendekatan proses keperawatan dengan langkah – langkah
sebagai berikut : pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan
dan evaluasi.

A. Pengkajian Keperawatan
1. Identitas klien
Pasien bernama Tn.M bertempat tingggal di Panti Sosial Tresna Werdha
Budi Mulya cengkareng, lahir di banten pada tanggal 7 juni 1952, agama
islam, status perkawinan duda, pendidikan terakhir SR (sekolah
rakyat/SD), suku bangsa sunda, bahasa yang digunakan sehari hari bahasa
indonesia. Tn.M tinggal di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulya sudah
sejak 6 tahun yang lalu.

2. Riwayat Keluarga
Pasien Tn. bercerai dengan istri nya sejak 30 tahun yang lalu, dengan hasil
pernikahanya Tn.M memiliki 5 orang anak yaitu 2 perempuan dan 3 laki-
laki anak yaitu anak pertama bernama Tn.S, anak kedua bernama Ny.S,
anak ketiga bernama Ny.SN, anak ke empat Tn.M sudah meninggal , dan
anak ke lima Tn.M adalah Tn.A

37
38

Ke 4 anak Tn.M hidup merantau di Malaysia dan sudah mempunyai


keluarga disana Tn.M tidak ikut salah satu dari anak nya dikarenakan
tidak ingin merepotkan anaknya.

3. Riwayat pekerjaan
Pasien saat ini tidak bekerja, pekerjaan sebelumnya adalah seorang buruh
di pusat pemotongan kapal selain sebagai buruh di pusat pemotongan
kapal Tn.M juga menjadi buruh bangunan.saat ini pasien tidak
mendapatkan biaya untuk kebutuhan sehari-harinya Tn.M dibantu
sepenuhnya panti.
4. Riwayat Lingkungan Tinggal
Dahulu pasien tinggal bersama istri dan anak anaknya, tetapi setelah
bercerai dan anak-anaknya sudah mulai bekerja akhirnya Tn.M tinggal
seorang diri dengan mngontrak rumah di daerah rawa badak Jakarta utara.
pasien merupakan orang yang cukup terbuka dengan masalah yang
dihadapi dengan lingkungan sekitar.

5. Riwayat Rekreasi
Pasien mempunyai hobbi menonton bola di Tv, setiap hari selasa dan
jum’at Tn.M mengikuti kegiatan olahrga, setiap hari senin dan kamis
Tn.M mengikuti pengajian yang diadakan di panti, dan tak jarang Tn.M
mengikuti senam music yang diadakan di panti sosial tresna werdha budi
mulya.

6. Status Kesehatan
a. Status kesehataan saat ini
Keluhan yang dirasakan pasien saat ini adalah pasien merasa nyeri di
persendian, pasien merasa linu saat berjalan, pasien mengatakan nyeri
terasa pada pagi hari setelah Tn.M bangun dari tidurnya.
39

b. Riwayat kesehatan yang lalu


Pasien tidak memiliki riwayat penyakit serius. Pasien pernah di rawat
dirumah sakit akibat kecelakaan yang di alaminya dan dirawat di
rumah sakit tarakan.pasien tidak pernah menjalani operasi
sebelumnya. Pasien mengatakan keluarganya tidak ada yang terkena
penyakit reumatik

7. Pemenuhan Kebutuhan sehari hari


a. Nutrisi
Pasien makan 3x sehari dengan menghabiskan satu porsi makanan
yang telah disediakan di panti. Klien mengurangi konsumsi makanan
seperti kacang-kacangan, makanan kaleng, produksi olahan melinjo,
kangkung, bayam dan daun singkong. Dengan mengurangi konsumsi
makanan tersebut di harapkan dapat mencegah penyakit rematik
kambuh.

b. Personal Hygine
Pasien mandi 2x sehari, pagi dan sore,tetapi pasien tidak
menggunakan shampo dikarenakan jika menggunakan shampo pasien
merasa gatal- gatal dibagian keplanya, pasien menggosok gigi 1x
sehari, klien mengatakan jarang memotong kukunya. kuku klien
tampak kotor dan panjang, mulut pasien tampak kotor terdapat caries
pada gigi pasien yang menyebabkan pasien memiliki bau mulut. Klien
mengatakan tidak tahu dampak dari tidak memotong kuku nya dan
klein tidak tahu dampak dari tidak menggosok giginya. Dalam
keseharian nya Tn.M menggunakan celana pendek dan baju seragam
yang bersih dan menggantinya setiap Tn.M mandi.
40

c. Aktivitas / istirahat
setelah beraktivitas persendian Tn.M terasa nyeri dan linu, semakin
terasa sakit saat digerakan. Sakit terasa sekitar 40 menit, sakit hilang
saat klien menggosokan balsam, meminum obat dan
mengistirahatkanya

d. Eliminasi
Klien BAB 1 hari sekali pada pagi hari dan BAK 5-8 kali dalam
sehari. Tidak ada kesulitan saat eliminasi

e. Oksigenasi
Pola nafas Tn.M normal tidak ada suara bunyi nafas tambahan,
frekuensi nafas 19x/ menit, klien tidak memiliki keluhan batuk, pilek,
dan sesak nafas, klien tidak memiliki riwayat alergi obat dan makanan.

f. Spiritual
Pasien sholat 5 waktu dalam sehari dan pasien sering mengikuti
pengajian yang diadakan seminngu 2x yaitu pada hari yaitu senin dan
hari kamis.

g. Tinjauan sistem
1) Kondisi sitem tubuh yang ada
Terjadi gangguan pada sistem kekebalan tubuh (imun)
2) Masalah/gangguan pada sistem tubuh
Tn.M terasa nyeri dan linu, semakin terasa sakit saat digerakan. Sakit
terasa sekitar 40 menit, sakit hilang saat klien menggosokan balsam,
meminum obat dan mengistirahatkanya
3) Penggunaan protesa
Pasien menggunakan alat bantu (kruk) untuk beraktivitas sehari-hari
41

B. Pengkajian psikologis
1. Proses piker
saat ditanya pada kejadian dahulu klien mampu mengingatnya dengan
baik, klien juga tahu tanggal lahirnya.
2. Gangguan perasaan (depresi, wajah tanpa ekspresi, kelelahan, acuh tak
acuh, mudah tersinggung)
Saat diwawancara Tn.M menunjukan ekpresi wajah dan perasaan senang.
Tn.M tidak memiliki gangguan perasasaan, klien menunjukan ekpresi
sesuai apa yang disampaikan, Tn.M tampak terbuka menyampaikan
masalah-masalahnya.
3. Komunikasi ( pengggunaan protesa, kesulitan berkomunikasi)
Klien dapat berkomuniasi dengan baik dan jelas tidak ada kesulitan untuk
berkomunikasi
4. Orientasi ( Tempat, Waktu, dll)
Orientasi Tn.M baik pasien mampu mengingat hari apa sekarang bulan
apa sekarang tahun apa sekarang, klien dapat menyebutkan musim apa
sekarang dank lien dapat menyebutkan sekarang berada di panti tepatnya
di wisma A.
5. Sikap pasien terhadap lansia
Pasien mengatakan merasa senang tinggal di panti karena disini pasien
merasa banyak teman, pasien juga mampu untuk bersosialisasi dengan
baik dengan sesame penghuni panti lainya.
a. Klien memandang dirinya
Klien memandang dirinya positif, klien mengatakan sangat bersyukur
kepada Allah swt yang telah memberikan semua yang ia miliki saat ini
b. Reaksi klien terhadap kehilangan pasangan
Tn.M mengatakan merasa sedih dan kecewa berpisah dengan istri dan
anak- anaknya. Tn.M mengatakan ikhlas istrinya bersma dengan peria
42

lain, Tn.M yakin bahwa mantan istrinya bukan jodoh yang terbaik untuk
dirinya

6. Mekanisme koping klien terhadap masalah


Tn.M mengatakan jika masalah selalu mendekatkan diri kepada Allah swt
dengan beribadah dan bersholawat atas nabi Muhammad saw

C. Pengkajian sosial ekonomi


1. Latar belakang
Tn.M adalah seorang duda, Tn.M bercerai dari istrinya 30 tahun yang lalu,
pekerjaan sebelum nya klien seorang buruh di pusat pemotongan kapal
selain sebagai buruh di pusat pemotongan kapal Tn.M juga menjadi buruh
bangunan.saat ini pasien tidak mendapatkan biaya untuk kebutuhan sehari
harinya pasien bergantung kepada panti.
Frekuensi hubungan sehari hari
a. Dengan keluarga
Komunikasi klien dengan anak- anak nya baik terkadang anak- anak nya
masih menguhuungi melalui telepon
b. Dengan masyarakat
Klien tidak ada masalah dengan masyarakat, klien mudah bergaul dan
akrab dengan sesame lansia di panti
c. Aktivitas klien di panti
Klien di panti selalu mengikuti jadwal yang sudah di cantumkan oleh
petugas panti, klien mengikuti kegiatan-kegiatan yang di adakan di PSTW
BM seperti senam yang diadakan setiap hari selasa dan jum’at, pengajian
yang diadakan setiap senin dan kamis, dan tak jarang Tn.M mengikuti
senam music yang diadakan di panti sosial tresna werdha budi mulya.
43

D. Pemeriksaan Fisik
1. Tanda Tanda Vital
a. Keadaan Umum : Baik
b.Kesadaran : Composmentis
c. Suhu : 36,3ºc
d. Nadi : 81x/ menit
e. Tekanan Darah : 130/90 mmHg
f. Pernafasan : 18x/ menit
g.Berat Badan : 50 kg
h.Tinggi Badan : 157 cm
2. Pemeriksaan dan kebersihan perorangan
a. Kepala
1) Rambut : Kotor, beruban, ada sedikit ketombe
2) Mata : Sklera anikterik, simetris, konjungtiva ananemis
3) Hidung : Bersih, tidak ada polip ataupun cairan dari hidung
4) Mulut : Gigi tampak kotor dan bau, terdapat caries pada gigi
5) Telinga : Bersih, tidak ada cairan yang keluar dalam telinga,
pendengaran baik
b. Leher : Tidak ada pembesaran vena jugularis, tidak ada pembesaran
kelenjar getah bening
c. Dada/ Thorax
1) Dada : Simetris, tidak ada massa
2) Suara : Suara nafas Vesikuler, tidak ada ronchi dan weezing
3) Jantung : Regular, tidak ada bunyi tambahan murmur dan gallop
d. Abdomen : Tidak ada distensi abdomen, bising usus normal
14x/menit
44

e. Musculoskeletal : 55555 55555


44444 44444
f. Lain-lain : lutut kaki sebelak kanan dan kiri tampak nyeri,
kemerahan dan kaku saat diraba
g. Keadaan lingkungan : Bersih, Rapih, nyaman

h. Status Mini Mental (MMSE)

Nama Pasien : Tn.M


Tgl lahir : 7 juni 1952
Tgl pemeriksaan : 24, April 2018
Pendidikan : SD

1) Orientasi
( jawab pertanyaan) : Tanggal 1
Hari 1
Bulan 1
Tahun 1
Musim 1
Ruangan 1
Rumah sakit 1
Kota 1
Propinsi 1
Negara 1

2) Registrasi
(mengingat 3 kata) : Bola 1
Melati 1
Kursi 1
45

3) Atensi/kalkulasi
(serial 100-7 atau sebut urutan huruf dari belakang kata
WAHYU
: 93 atau U 1
86 Y 1
79 H 0
72 A 0
65 W 1
4) Rekol (memori)
(mengingat kembali) Bola 1
Melati 1
Kursi 1

5) Bahasa (penyebutan) : jam tangan (arloji) 1


Pensil
- Pengulangan : Namun, tanpa dan bila 1
- Pengertian verbal : Ambil kertas ini dg 1
Kedua tangan
( perintah kalimat) : Lipatlah menjadi dua 1

Letakan di lantai
- Membaca + pengertian : Tutup mata 1
Bahasa tulisan
- Menulis : (tulisan lengkap) 1
46

6) Kontrusi : tiru gambar ini 0

Total skor 27

E. Informasi penunjang
1. Diagnosa Medis : Rheumatoid Atritis
2. Laboraturium : tidak ada
3. Terapi Medis : Fenil Butasol 1x1, Frednison 1x1

F. Resume Pengkajian
Klien bernama Tn.M berusia 66 tahun, klien datang ke panti 6 tahun yang
lalu diantar oleh Rt setempat tempat tinggal nya, klien merasa tidak bisa
beraktivitas seperti dulu Karena rematik yang dideritanya membuatnya
mudah lelah dan ltih , klien memutuskan untuk tinggal di panti karena
tidak ingin merepotkan anak-anaknya dan agar ada yang merawatnya.
Klien mengatakan sudah ikhlas dan mungkin bukan jodohnya bercerai
dengan istrinya. Hubungan klien dengan warga panti yang lain baik, klien
tidak merasakan kesepian walapun sudah bercerai dengan istrinya. Klien
di panti selalu mengikuti jadwal yang sudah di cantumkan oleh petugas
panti, klien mengikuti kegiatan-kegiatan yang di adakan di PSTW BM
seperti senam yang diadakan setiap hari selasa dan jum’at, pengajian yang
diadakan setiap senin dan kamis, dan tak jarang Tn.M mengikuti senam
47

music yang diadakan di panti sosial tresna werdha budi mulya. Sejak 6
tahun yang lalu klien sering merasakan nyeri, linu, di lutut kanan dan kiri
semakin terasa sakit saat digerakan.nyeri muncul pada pagi hari, ketika
nyeri muncul durasinya kurang lebih 40 menit. Nyeri hilang saat klien
menggosokan balsam, meminum obat Fenil butasol 1x1, Frednisnon 1x1
dan mengistiraatkannya.

1. DATA FOKUS
Data Subjektif Data objektif
Klien mengatakan  Keadaan umum : baik
 Terasa nyeri, linu pada lutut  Kesadaran : Composmentis
sebelah kanan dan kiri  Suhu : 36,3ºc
 Nyeri semakin terasa saat  Nadi : 81x/menit
digerakan  Pernafasan : 18x/menit
 Biasanya keluhan terjadi  Tekanan darah : 130/90
setelah bangun tidur mmHg
 Skala nyeri 7  Berat bada : 50 kg
 Lama nyeri kurang lebih 40  Tinggi badan : 157 cm
menit  Lutut sebelah kanan dan kiri
 Keluhan terjadi sudah sejak 6 terasa kaku dan hangat saat
tahun yang lalu diraba
 Aktivitas sangat terbatas  Kekuatan otot 55555 55555
 Lutut sebelah kanan dan kiri 44444 44444
terasa kaku saat digerakan  Klien tampak meringis
 Nyeri berkurang saat kesakitan saat nyeri terjadi
digosokan balsam, meminum  Tn.M tampak kesulitan untuk
obat Fenil butasol 1x1, beraktivitas
Frednison 1x1 dan  Kulit kepala klien sedikit
mengistirahatkannya. berketombe
48

 Klien tidak menggunakan  Mulut dan gigi klien tampak


shampoo saat mandi bau dan kotor
 Klien menggosok gigi 1x  Kuku klien tampak kotor dan
sehari panjang
 Klie jarang memotong
kukunya
 Klien mengatakan tidak tahu
dampak dari tidak memotong
kuku nya
 klein mengatakan tidak tahu
dampak dari tidak menggosok
giginya.

2. Analisa Data
No Data Etiologi Masalah
1 Data Subjektif Proses inflamasi Nyeri (akut)
Klien mengatakan : destruksi sendi
 Nyeri dan linu pada lutut
kiri dan kanan
 Nyeri semakin terasa
sakit saat klien
meggerakan kaki nya
 Biasanya keluhan terjadi
pada pagi hari setelah
klien bangun dari tidur
 Lama nya durasi nyeri
kurang lebih 40 menit
 Skala nyeri 7
49

 Keluhan terjadi sudah


sejak 6 tahun yang lalu
 Nyeri berkurang setelah
klien menggosokan
balsam, meminum obat
Fenil butasol 1x1,
Frednison 1x1 dan
mengistirahatkannya.

Data Objektif
 Keadaan umum : baik
 Kesadaran :
composmentis
 Suhu : 36,3ºc
 Nadi : 81x/ menit
 Pernafasan : 18x/menit
 Tekanan Darah : 130/90
mmHg
 Lutut sebelah kanan dan
kiri terasa kaku saat
diraba
 Klien tampak meringis
saat
nyeri terjadi

2 Data subjektif Penurunan Gangguan


 klien mengatakan sulit kekuatan otot mobilitas fisik
berjalan karena lutut
kanan dan kiri terasa
50

nyeri dan kaku


 klien mengatakan nyeri
semakin terasa saat
berjalan
 klien mengatakan terasa
linu saat berjalan
 klien mengatakan
aktivitasnya sangat
terbatas
Data Objektif
 lutut kanan dan kiri terasa
hangat dan kaku saat
diraba
 kekuatan otot
55555 55555
44444 44444

3 Data subjektif Kurangnya Deficit


 klien mengatakan sulit informasi perawatan diri
berjalan karena lutut
kanan dan kiri terasa
nyeri dan kaku
 klien mengatakan tidak
menggunakan shampoo
saat mandi
 klien mengatakan
menggosok gigi 1x sehari
 klien mengatakan jarang
51

memotong kuku
 Klien mengatakan tidak
tahu dampak dari tidak
memotong kuku nya
 klien tidak tahu dampak
dari tidak menggosok
giginya.
Data objektif
 Kulit kepala klien sedikit
berketombe
 Mulut dan gigi klien
tampak bau dan kotor
 Kuku klien tampak kotor
dan panjang

3. Diagnosa
a. Nyeri akut berhubungan dengan proses inflamasi destruksi sendi ditandai
dengan
Data subjektif
Klien mengatakan
1) Nyeri dan linu pada lutut kiri dan kanan
2) Nyeri semakin terasa sakit saat klien meggerakan kaki nya
3) Biasanya keluhan terjadi pada pagi hari setelah klien bangun dari
tidur
4) Lama nya durasi nyeri kurang lebih 40 menit
5) Skala nyeri 7
6) Keluhan terjadi sudah sejak 6 tahun yang lalu
7) Nyeri berkurang setelah klien menggosokan balsam, meminum
obat Fenil butasol 1x1, Frednison 1x1 dan mengistirahatkannya.
52

Data Objektif

1) Keadaan umum : baik


2) Kesadaran : composmentis
3) Suhu : 36,3ºc
4) Nadi : 81x/ menit
5) Pernafasan : 18x/menit
6) Tekanan Darah : 130/90 mmHg
7) Lutut sebelah kanan dan kiri terasa kaku saat diraba
8) Klien tampak meringis saat nyeri terjadi

b. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan kekuatan otot


ditandai dengan :
Data subjektif
1) klien mengatakan sulit berjalan karena lutut kanan dan kiri terasa
nyeri dan kaku
2) klien mengatakan nyeri semakin terasa saat berjalan
3) klien mengatakan terasa linu saat berjalan
4) klien mengatakan aktivitasnya sangat terbatas

Data Objektif

1) lutut kanan dan kiri terasa hangat dan kaku saat diraba
2) kekuatan otot
55555 55555
44444 44444
53

c. deficit perawatan diri berhubungan dengan kurangnya informasi ditandai


dengan :
Data Subjektif
1) klien mengatakan sulit berjalan karena lutut kanan dan kiri terasa
nyeri dan kaku
2) klien mengatakan tidak menggunakan shampoo saat mandi
3) klien mengatakan menggosok gigi 1x sehari
4) klien mengatakan jarang memotong kuku
5) Klien mengatakan tidak tahu dampak dari tidak memotong kuku
nya
6) klein tidak tahu dampak dari tidak menggosok giginya.

Data objektif

 Kulit kepala klien sedikit berketombe


 Mulut dan gigi klien tampak bau dan kotor
 Kuku klien tampak kotor dan panjang
54

4. Rencana keperawatan
No Diagnose keperawatan Tujuan dan kriteria hasil Intervensi Rasional

1 Nyeri akut berhubungan dengan proses inflamasi Tujuan Mandiri Mandiri


destruksi sendi ditandai dengan: Setelah dilakukan 1. Kaji tanda tanda 1. Untuk mengetahui keadaan umum
Data Subjektif tindakan keperawatan vital klien
Klien mengatakan : kepada Tn.M selama 3x24 2. Kaji keluhan nyeri, 2. Membantu menentukan kebutuhan
 Nyeri dan linu pada lutut kiri dan kanan jam diharapkan proses kualitas, lokasi, manajemen nyeri dan keefektifan
 Nyeri semakin terasa sakit saat klien inflamasi dapat teratasi intensitas (skala 1- program
meggerakan kaki nya Kriteria Hasil : 10) dan waktu. 3. Kadar asam urat dalam tubuh dapat
 Biasanya keluhan terjadi pada pagi hari  Menunjukan Catat faktor yang terkontrol
setelah klien bangun dari tidur nyeri mempercepat dan 4. Klien mengetahui cara relaksasi
 Lama nya durasi nyeri kurang lebih 40 hilang/terkontrol tanda rasa sakit dengan benar agar dapat mengurangi
menit  Terlihat rileks, nonverbal nyeri
 Skala nyeri 7 dapat tidur atau 3. Kaji secara 5. Meningkatkan relaksasi, memberikan
 Keluhan terjadi sudah sejak 6 tahun yang beristirahat dan periodik asam urat rasa control, dan meningkatkan
lalu berpartisipasi dalam tubuh kemampuan koping
dalam aktivitas 4. Ajarkan teknik 6. Panas meningkatkan relaksasi ott dan
 Nyeri berkurang setelah klien menggosokan
balsam, meminum obat Fenil butasol 1x1, sesuai relaksasi progresif mobilitas, menurunkan rasa sakit dan
kemampuan untuk mengurangi kekakuan di pagi hari
Frednison 1x1 dan mengistirahatkannya.
 Mengikuti nyeri 7. Sensitivitas pada panas dapat hilang
program 5. Anjurkan klien dan luka dermal dapat sembuh
farmakologis melakukan teknik 8. Massae dapat membuat klien menjadi
yang diresepkan relaksasi saat nyeri rileks dan dapat membantu
 Menggabungkan terjadi/kambuh mengurangi nyeri
keterampilan 6. Anjurkan mandi air 9. Bekerja sebagai antiinflamasi dan efek
relaksasi dan hangat/pancuran analgesic ringan mengurangi kekakuan
aktivitas hiburan pada waktu bangun dan meningkatkan mobilitas
kedalam 7. Berikan kompres
program air hangat di bagian
control/nyeri yang sakit selama
beberapa kali
55

8. Berikan massase
yang lembut pada
daerah sekitar lutut

Kolaborasi
9. Berikan obat
sesuai
petunjuk

2 Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan Mandiri Mandiri


penurunan kekuatan otot ditandai dengan Tujuan : 1. Kaji kekuatan otot 1. Memantau kekuatan otot klien
Data objektif Setelah dilakukan klien 2. Klien dapat Mengetahui pengertian
 Keadaan umum : baik tindakan keperawatan 2. Berikan penjelasan dan manfaat dari senam rematik
 Kesadaran : Composmentis kepada Tn.M selama 3x24 mengenai pengertian 3. Mengetahui gerakan yang benar dari
 Suhu : 36,3ºc jam diharapkan klien dan manfaat senam senam rematik
 Nadi : 81x/menit dapat beraktifitas sesuai rematik 4. Dapat mengingat atau melakukan
 Pernafasan : 18x/menit aktifitas 3. Demonstrasikan cara gerakan yang telah diajarkan
 Tekanan darah : 130/90 mmHg senam dengan benar 5. Memaksimalkan fungsi sendi,
Kriteria hasil 4. Anjurkan klien mempertahankan mobilitas
 Berat bada : 50 kg
 Kekuatan otot redemonstrasikan 6. Merilekskan otot dan sendi
 Tinggi badan : 157 cm
55555 55555 senam rematik yang 7. Istirahat sistemik dianjurkan selama
 Lutut sebelah kanan dan kiri terasa kaku
55555 55555 telah dijelaskan, ekssaserbasi akut dan seluruh fase
dan hangat saat diraba
 Mengikuti minimal 3 gerakan penyakit untuk mencegah kelelahan,
 Klien tampak meringis kesakitan saat nyeri 5. Anjurkan klien mempertahankan kekuatan
program
timbul menyusun jadwal 8. Menghindari cidera akibat
farmakologis
yang diresepkan aktivitas untuk kecelakaan/jatuh
 Menggabungkan memberikan periode
keterampilan istirahat dan Kolaborasi
relaksasi dan berolahraga sesuai 9. Bekerja antiinflamasi dan efek
aktivitasn indikasi analgesic ringan mengurangi kekakuan
hiburan ke dalam 6. Anjurkan klien dan meningkatkan mobilitas
program melakukan senam
control/nyeri setiap hari
7. Anjurkan klien
istirahat setelah
56

melakukan aktifitas
dan meluruskan kaki
nya
8. Berikan lingkungan
aman, misalnya
menggunakan
pegangan tangga

Kolaborasi
9. Berikan obat sesauai
indikasi
3 Deficit perawatan diri berhubungan dengan Mandiri
kurang nya informasi Tujuan 1. Kaji hambatan klien 1. Menyiapkan klien untuk meningkatkan
Setelah dilakukan dalam partisipasi kemandirian, yang akan meningkatkan
tindakan keperawatan perawatan diri harga diri.
kepada Tn.M selama 3x24 2. Mengkaji 2. Menggali pengetahuan klien tentang
jam diharapkan deficit pengetahuan klien perawatan diri
perawatan diri tidak tentang perawatan 3. Klien dapat mengetahui dampak dari
terjadi diri tidak memotong kukunya dan
Kriteria hasil 3. Berikan pendidikan menggosok giginya
 Pengetahuan kesehatan tentang 4. Untuk mengurangi atau
klien meningkat perawatan diri menghilangkan rasa gatal klien saat
tentang 4. Anjurkan klien menggunakan shampoo
kebersihan diri untuk menggunakan 5. Menjaga kebersihan dan kesegaran
 Rambut bersih, shampoo yang mulut dan gigi klien
tidak ada berbahan herbal 6. Menjaga kebersihan dan kesehatan
ketombe 5. Anjurkan klien kuku klien
 Mulut harum dan untuk menggosok 7. Mendukung kemandirian
bersih gigi 3x sehari fisik/emosional klien.
 Kuku bersih dan 6. Anjurkan klien
tidak panjang untuk memotong
kuku minimal 1
minggu sekali
7. Pertahankan
mobilitas, control
57

terhadap nyeri dan


program latihan
58

5.Implentasi

NoDx Hari/tanggal Jam Implementasi keperawatan Paraf


1. Selasa, 23 08.30 1. mengkaji keluhan nyeri, kualitas, lokasi, intensitas ( skala 1- EVA
April 2018 10), dan waktu. Catat factor yang mempercepat dan tanda rasa
sakit nonverbal
Ds: klien mengatakan terasa nyeri, linu pada lutut kanan dan kiri,
keluhan muncul setelah bangun tidur dipagi hari, skala nyeri 7,
dan saat muncul berdurasi kurang lebih 40 menit
Do : klien tampak meringis saat nyeri kambuh, lutut kanan dan
kiri teraba kaku

09.10 2.Mengajarkan klien teknik relasasi progresif untuk mengurangi EVA


nyeri
( teknik relaksasi nafas dalam)
Ds:-
Do: klien tampak mengikuti instruksi yang diberikan untuk tarik
nafas dalam

09.45 3.Memberikan kompres hangat di bagian yang sakit selama EVA


beberaa kali
Ds : klien mengatakan lutut sebelah kanan dan kiri nyeri, linu dan
terasa semakin nyeri saat klien berjalan
Do : klien tampak meringis ketika diberikan kompres air hangat
pada lutut bagian kanan dan kiri

10.10 1. Memberikan obat fenilbutasol 1 tablet sesuai program dokter EVA


Ds: klien mengatakan minum obat secara teratur satu kali dalam
sehari pada pagi hari
Do : klien tampak minum obat teratur pada pagi hari

10.25 2. Memberikan massase yang lembut pada sekitar lutut EVA


Ds : -
Do : lutut sebelah kanan dan kiri teraba kaku dan hangat

11.45 3. Mengkaji tanda-tanda vital


Ds : - EVA
Do : tekanan darah :130/90 mmHg
Nadi : 81x/menit
Pernafasan : 18x/menit
Suhu :36,3ºc
59

2 Selasa, 23 08.45 1. Mengkaji kekuatan otot klien EVA


April 2018 Ds : klien mengatakan lutut sebelah kanan dan kiri terasa nyeri,
kaku dan sulit digerakan dan terasa semakin nyeri saat
berjalan
Do : klien tampak sulit untuk beraktifitas/berjalan
Kekuatan otot 55555 55555
44444 44444

09.25 2.Memberikan penjelasan mengenai pengertian dan manfaat EVA


senam reumatik
Ds : klien mengatakan tidak mengetahui pengertian dan manfaat
senam rematik
Do: klien tampak menyimak penjelasan yang diberikan

09.55 3. Menganjurkan klien menyusun jadwal aktivitas untuk EVA


memberikan periode istirahat dan berolahraga sesuai indikasi
Ds: klien mengatakan akan mengikuti anjuran perawat
Do : klien tampak mengikuti anjuran yang diberikan

10.15 4. Menganjurkan klien istirahat setelah melakukan aktifitas dan EVA


meluruskan kakinya
Ds: klien mengatakan akan mengikuti anjuran perawat
Do : klien tampak mengerti dan mau mengikuti anjuran yang
diberikan

10.30 5. Memberikan lingkungan yang aman, misalnya pegangan EVA


tangga
Ds: klien mengatakan wisma A setiap hari dipagi hari dan sore
hari selalu dibersihkan secara rutin oleh petugas wisma A
Do ; lantai wisma A tampak bersih, tidak licin, tampak
pegangan besi pada beberapa tembok dan kamar mandi
sehingga klien dapat berpegangan saat melakukan aktivitas

10.45 6. Memberikan obat prednidon 1 tablet sesuai dengan program EVA


dokter
Ds:-
Do : pasien tampak meminum obat

3 13.00 1. Kaji hambatan klien dalam partisipasi perawatan diri


Ds: klien mengatakan sulit berjalan karena lutut bagian kiri EVA
dan kanan terasa kaku dan nyeri
Do : klein tampak sulit berjalan
60

08.25 2. Mengkaji pengetahuan klien terhadap perawatan diri EVA


Ds : klien mrngatakan tidak mengetahui akiba tidak
menggosok gigi dan tidak memotong kukunya
Do : pasien tampak tidak mengerti

1 Rabu, 25 April 09.20 1. Mengkaji keluhan nyeri, kualitas, lokasi, intensitas (skala 1- EVA
2018 10), dan waktu. Catat factor yang mempercepat dan tanda rasa
sakit nonverbal
Ds : klien mengatakan nyeri berkurang, masih terasa kaku dan
kesemutan pada lutut sebelah kiri dan kanan, skala nyeri 4,
keluhan sering terjadi pada pagi hari
Do : klien tampak sudah tidak meringis, lutut kaki sebelah
kanan masih teraba kaku dan hangat

EVA
09.55 2. Mengkaji tanda-tanda vital
Ds :
Do : tekanan darah :130/80 mmHg
Nadi : 82x/menit
Pernafasan : 19x/menit
Suhu :36,1ºc

10.15 3. Memberikan kompres hangat di bagian yang sakit dan kaku EVA
selama beberapa kali
Ds : klien mengatakan lutut kiri dan kanan masih linu, nyeri
berkurang dan sedikit terasa kaku saat digunakan berjalan
Do : klien tampak nyaman ketika diberikan kompres air
heangat pada lutut sebelah kiri dan kanan

10.25 4. Memberikan massase yang lembut pada sekitar lutut EVA


Ds : klien mengatakan nyeri berkurang
Do : klien tampak nyaman ketika diberikan massase pada
daerah sekitar lutut kiri dan kanan

09.00 5. Memberikan obat fenil butasol 1 tablet EVA


Ds : klien mengatakan ia meminum obat secara rutin
Do : klien tampak meminum obat

09.30 3. Memberikan pendidikan kesehatan tentang cara memotong EVA


3 kuku yang benar dan menggosok gigi yang baik benar
Ds:
Do : klien tampak mengerti dan dapat mengulang kembali
cara memotong kuku yang benar dan cara menggosok
gigi yang benar

10.30 4. Menganjurkan klien untuk menggunakan shampoo berbahan EVA


herbal
Ds : klien mengatakan akan melakukan apa yang dianjurkan
61

perawat
Do : klien tampak mengerti dan akan melakukan apa yang
perawat annjurkan

10.45 5. Menganjurkan klien untuk menggosok gigi 3x sehari EVA


Ds : klien mengatakan akan melakukan yang dianjurkan oleh
perawatn
Do : klien tampak mengerti dan akan melakuka apa yang
dianjurkan

09.15 6. Menganjurkan klien memotong kukunya minimal 1 minggu EVA


sekali
Ds: pasien mengatakan akan melakukan yang dianjurkan oleh
perawat
Do : klien tampak mengerti dan akan melakukan apa yang
dianjurkan

2 Kamis, 26 3. Mendemostrasikan cara senam reumatik dengan benar EVA


April 2018 09.30 Ds:
Do: klien tampak memperhatikan

10.00 7. Menganjurkan klien redemonstrasikan senam rematik yang EVA


telah dijelaskan, minimal 3 gerakan
Ds: klien mengatakan bisa mengikuti senam
Do : klien tampak bisa mengikuti 4 gerakan dengan benar

10.15 8. Menganjurkan klien menyusun jadwal aktivitas untuk


memberikan periode istirahat EVA
Ds : pasien mengatakan mengerti dan akan melakukan apa
yang dianjurkan perawat
Do: pasien tampak mengerti dan akan melakukan apa yang
dianjurkan perawat

11.00 1. Memberikan obat prednisone 1 tablet EVA


Ds: klien mengatakan meminum obat secara teratur 1x sehari
1 pada pagi hari
Do : klien tampak meminum obat rutin di pagi hari

EVA
11.15 6.Menganjurkan klien melakukan senam setiap hari
Ds : klien mengatakan akan melakukan senam setiap hari
Do : klien tampak senam di pagi hari
62

7. Menganjurkan klien istirahat setelah melakukan aktivitas dan


meluruskan kakinya EVA
11.30
Ds : pasien mengatakan akan melakukan apa yang dianjurkan
perawat
Do ; pasien tampak beristiraat setelah beraktivitas
63

Evaluasi Keperawatan
No Dx Hari/tanggal Jam SOAP Paraf
Jum’at 27, 09.00 S: klien mengatakan nyeri berkurang, masih EVA
1 April 2018 terasa nyeri, linu pada lutut bagiam kanan dan
kiri, biasa terjadi dipagi hari, skala nyeri 4
O : klien tampak sudah tidak meringis
Suhu :36ºc
Nadi :81x/menit
Pernafasan : 18x/menit
Tekanan darah :130/90 mmHg
Lutut knan dan kiri sedikit terasa kaku
A : masalah teratasi sebagian
P : lanjutkan intervensi

2 Jum’at 27, S : klien mengatakan lutut sebelah kanan dan kiri EVA
April 2018 09.15 masih terasa kaku dan sedikit nyeri saat
digunakan untuk berjalan
O : klien masih tampak sulit saat berjalan
A : masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi

EVA
3 Jum’at 27, 09.25 S : klien mengatakan sudah menggunakan
April 2018 shampoo saat mandi, klien sudah menggosok
gigi 3x sehari di pagi, sore, dan malam hari,
klien mengatakan sudah memotong kuku.
O : kepala klien tampak sedikit berketombe,
mulut tampak bersih dan wangi, kuku klien
tampak bersih dan tidak panjang
A: masalah teratasi
P : Hentikan intervensi
64

BAB IV

PEMBAHASAN

Dalam pembahasan ini penulis mencoba membahas kesenjangan antara tinjauan


teoritis dengan tinjauan kasus tentang pemenuhan kebutuhan dasar pada lansia Tn. M
dengan Rheumatoid Atritis yang ada di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulya II
Cengkareng, dengan megikuti tahap-tahap proses keperawatan mulai dari pengkajian,
diagnosa, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.

A. Pengkajian Keperawatan
Pada tahap pengkajian penulis mengarah pada format pengkajian yang telah
disediakan dari institusi, dan mengacu pada proses pengkajian yang terdapat pada
tinjauan teoritis. Untuk pengumpulan data pengkajian, penulis melakukan
wawancara dengan klien, melakukan pemeriksaan fisik, observasi langsung,
melihat catatan keperawatan serta hasil-hasil penunjang lainya. Namun, untuk
mendapatkan data yang lengkap tentang respon terhadap tindakan yang
dilakukan, penulis mendapat kesulitan dalam pengkajian karena banyak data yang
tidak lengkap, misalnya pengkajian tidak ada data pemeriksaan diagnostic seperti
hasil laboraturium, Sinar X dari sendi yang sakit, CT Scan radionuklida,
Artrokopi langsung, Biopsy membrane synovial ataupun pemeriksaan penunjang
lainnya. Selain itu, minimnya sumber buku tentang asuhan keperawatan pad
lansia dengan Rheumatoid Atritis juga menyulitkan penulid untuk melakukan
pengkajian .

Pada pengkajian ditemukan beberapa persamaan dan kesenjangan antara tinjauan


teori dengan tinjauan kasus antara lain adalah pada penyebab dari Rheumatoid
Atritis adalah belum diketahui secara pasti namun pada saat ini, rheumatoid atritis
diduga oleh factor autoimun dan infeksi. Dalam tinjauan kasus terdapat kesamaan
pada proses penyebab penyakit, penyebab penyakit pada Tn.M disebabkan oleh

64
65

pola hidup Tn.M mengonsumsi makanan tidak sehat juga dipengaruhi oleh factor
imun yang menurun disebabkan oleh factor penuaan. Perubahan fungsi system
pada proses penuaan salah satunya system imun, kemampuan imunitas tubuh
melawan infeksi menurun dan fungsin system imunologi. Pada system
musculoskeletal dan tinjauan teoritis yaitu gangguan gaya berjalan, kekakuan
jaringan penghubung, persendian membesar dan menjadi kaku, dan pada tinjauan
kasus Tn.M mengatakan lutut terasa kaku saat berjalan.

Berdasarkan teori tanda dan gejala pada rheumatoid atritis seperti nyeri sendi,
hambatan mobilitas gerak sendi, kaku pagi, krepitasi, teraba hangat, pembesaran
sendi dan gaya berjalan. Dalam hal ini terdapat kesamaan dan kesenjangan antara
tinjauan teoritis dan tinjauan kasus Tn.M yaitu Tn.M mengatakan lutut sebelah
kanan dan kiri terasa nyeri dan linu saat berjalan terasa kaku untuk digerakan,
keluhan dirasakan saat pagi hari pada data objektif pun didapatkan hasil palpasi
lutut kanan dan kiri teraba hangat dan kaku pada area sendi, dan juga terjadi
kesenjangan yaitu tidak tampak bengkak dan kemerahan pada tinjauan kasus

Kesamaan dalam aspek fisik yang penulis dapatkan dari penyakit pada Tn.M
yaitu pada sistem musculoskeletal dimana dalam tinjauan teoritis terdapat
gangguan gaya berjalan, kekakuan jaringan penghubung, persendian membesar
dan menjadi kaku, pada tinjauan kasus Tn.M mengatakan lutut sebelah kanan dan
kiri kaku saat berjalan, linu, nyeri tampak pula perubahan cara berjalan yang
harus menggunakan besi penyanggah dipanti, selain itu terdapat kesamaan antara
tinjauan teoritis pada sistem pencernaan menurut teori lansia cenderung
kehilangan gigi yang terjadi akibat periodontal disease yang biasa terjadi setelah
umur 30 tahun, Tn.M giginya tampak beberapa sudah ompong, selain kesamaan
dalam sistem kardiovaskuler dan sistem pencernaan, juga terdapat kesamaan
dalam aspek spiritual terdapat kesamaan dimana menurut teori bahwa lansia
semakin matur dalam kehidupan keagamaanya, Tn.M baik dalam melakukan
ibadah klien setiap hari selalu mengerjakan sholat 5 waktu dengan rutin. Klien
66

beribadah sama seperti orang-orang pada umumnya tidak ada kebiasaan khusus,
klien juga mengikuti acara pengajian setiap hari senin dan kamis yang diadakan di
Panti.

Selain kesamaan penulis juga mendapat kesenjangan yaitu pada sistem


kardiovaskuler dimana menurut teori lansia cenderung akan mengalami tekanan
darah tinggi akibat retensi pembuluh darah perifer meningkat, tetapi Tn.M
memiliki tekanan darah yang masih dalam batas normal karena elastisitas
pembuluh darah masih baik. serta pada sistem pencernaan dimana menurut teori
rasa lapar pada lansia sudah menurun karena motilitas dan waktu pengosongan
lambung menurun, pada saat pengkajian Tn.M mengatakan tidak terdapat masalah
pada pola makannya, nafsu makan masih baik. Tampak pula Tn.M selalu
menghabiskan satu porsi makanan yang disediakan juga makan dengan teratur 3x
sehari. Menurut teori pada lansia terjadi perubahan pada otot- otot kandung kemih
yang mengakibatkan –kan lansia tidak bisa menahan BAK, tetapi terdapat
kesenjangan pada teori dan pengkajian dimana Tn.M mengatakan BAK bisa dapat
ditahan. Dalam aspek sosial penulis mendapat kesenjangan dimana menurut teori
lansia cenderung memuaskan diri pada persoalan pribadi dan mempersiapkan diri
menghadapi kematian, sedangkan yang penulis dapat pada kasus Tn.M bisa
bersosialisasi dengan baik dan berinteraksi dengan lansia lainnya serta masih aktif
mengikuti kegiatan-kegiatan yang diadakan di PSTW Budhi Mulya II
Cengkareng.

Dalam aspek psikologis klien mengatakan sudah bercerai dengan istrinya 30


tahun yang lalu, terdapat kesenjangan dimana menurut teori pada lansia masa
duda dapat memperberat depresi bagi lanjut usia, sedangkan pada Tn.M klien
dapat menerima status dudanya dalam arti koping klien terhadap masalah yang
dihadapi baik atau dalam fase menerima. Selain itu juga terdapat kesenjangan
pada aspek psikologi dimana menurut teori lansia akan mengalami gejala
psikologis berupa rasa takut, tegang, depresi, mudah sedih, cepat marah, mudah
67

tersinggung, dan curiga karena pada seorang lansia cenderung sudah tidak
dibutuhkan lagi, sedangkan pada Tn.M saat diwawancara klien menunjukan
ekspresi wajah senang, klien juga terbuka dengan masalah-masalah yang
dihadapi, klien tidak mudah tersinggung dengan omongan orang lain , sedangkan
menurut teori.

Kebutuhan dasar maslow yang harus terpenuhi adalah kebutuhan fisiologi, aman
nyaman, dicintai dan mencintai, harga diri juga aktualisasi diri namun pada
tinjauan kasus ditemukan dua gangguan kebutuhan dasar manusia pada penderita
Rheumatoid Atritis, yaitu gangguan rasa aman nyaman : nyeri dan gangguan
mobilitas fisik

8. Diagnosa Keperawatan
Pada tahap diagnose keperawatan yang muncul tidak jauh berbeda dengan
tinjauan teoritis, hanya saja dari 5 diagnosa yang ada pada teoritis, seperti nyeri
(akut) berhubungan dengan proses inflamasi destrusi sendi, gangguan mobilitas
fisik berhubungan dengan psikososial, kurangnya perawatan diri berhubungan
dengan pembatasan aktivitas dan kurang pengetahuan berhubungan dengan
kurangnya informasi, sedangkan diagnose yang muncul pada kasus Tn.M hanya
terdapat 3 diagnosa yang berdasarkan pada keluhan yang didasarkan pada saat
pengkajian, yaitu :
1. Nyeri akut berhubungan dengan proses inflamasi destruksi sendi terjadi
karena klien mengatakan terasa nyeri, linu pada lutut bagian kiri dan kanan,
biasanya keluhan terjadi pada pagi hari setelah klien bangun dari tidurnya,
lamannya nyeri kurang lebih 40 menit, skala nyeri 7, Nyeri berkurang setelah
klien menggosokan balsam, meminum obat Fenil butasol 1x1, Frednison 1x1
dan mengistirahatkannya, lutut kaki sebeblah kiri dan kanan teraba kaku dan
hangat terlihat klien meringis
68

2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan kekuatan otot


terjadi karena klien mengatakan sukar beraktivitas karena lutut terasa kaku,
rasa semakin linu saat dibuat berjalan hal tersebut membuat aktivitas terbatas,
lutut kiri dan kanan teraba hangat dan ka Kekuatan otot 55555 55555
44444 44444

3. Deficit perawatan diri berhubungan dengan kurang informasi terjadi karena


klien mengatakan tidak tahu dampak dari tidak memotong kuku dan dampak
dari tidak menggosok gigi nya. Klien mengatakan jarang memotong kuku nya
sehingga kukunya menjadi panjang dan kotor, selain itu klien juga hanya
menggosok giginya 1x kali dalam sehari.

Diagnosa yang terdapat pada tinjauan teoritis, tetapi tidak muncul pada kasus
adalah :
1. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang nya
pemajanan/mengingat, kesalahan interpretasi informasi. Diagnose ini tidak
muncul karena tidak didapatkan data yang mendukung dengan gangguan
gambaran diri klien
2. Gangguan gambaran diri berhubungan dengan perceptual kognitif,
psikososial, perubahan kemampuan untuk melakukan tugas umum,
peningkatan penggunaan energy, ketidakseimbangan mobilitas. Diagnosa
ini tidak muncul karena tidak didapatkan data yang mendukung dengan
gangguan gambaran diri klien.

9. Perencanaan Keperawatan
Perencanaan pada tinjauan kasus tidak jauh berbeda dengan yang ada pada
tinjauan teoritis yaitu diawali menyusun prioritas, menentukan tujuan, kriteria
hasil serta membuat rencana tindakan yang akan dilakukan pada semua
diagnosa yang muncul
69

Dalam memprioritaskan masalah tinjauan kasus sama dengan yang ada pada
tinjauan teoritis, dalam tinjauan teoritis memprioritaskan diagnosa nyeri akut
berhubungan dengan proses inflamasi sangat sesuai dengan teori yang
didukung oleh data skala nyeri 7, klien tampak meringis, teraba hangat dan
kaku pada lutut sebelah kiri dan kanan. Penulis merencanakan tujuan selama
3x24 jam dengan melakukan rencana tindakan yaitu : mengkaji tanda-tanda
vital, mengkaji keluhan nyeri, kualitas, intensitas, (skala 1-10), mengajarkan
teknik relaksasi progresif, memberikan kompres air hangat pada bagian yang
sakit, memberikan massase yang lembut pada daerah lutut, diharapkan nyeri
dapat teratasi

Perencanaan diagnosa kedua gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan


penurunan kekuatan otot muncul karena adanya penurunan kekuatan otot pada
kaki sebelah kiri dan kanan dan tampak klien sulit dalam berjalan. Penulis
merencanakan tujuan dalam tiga hari diharapkan mobilitas fisik pasien sehari-
hari dapat terpenuhi dengan bantuan minimal. Untuk kriteria hasil prinsipnya
sama dengan yang ada pada tinjauan teoritis

Perencanaan untuk diagnosa ketiga deficit perawatan diri berhubungan


dengan kurangnya informasi. Klien mengatakan tidak tahu akibat dari tidak
memotong kuku dan klien mengatakan tidak tahu akibat dari tidak menggosok
gigi sehari 3x. penulis merencanakan tujuan dengan melakukan rencana
tindakan yaitu : menggali pengetahuan klien tentang perawatan diri,
memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan diri, menganjurkan
klien untuk menggosok gigi 3x sehari, menganjurkan klien untuk memotong
kukunya minimal 1 minggu sekali, diharapkan deficit perawatan diri tidak
terjadi
70

10. Pelaksanaan Keperawatan


Setelah rencana keperawatan dibuat kemudian diimplemetasikan sesuai
dengan intervensi yang telah dibuat. Dari semua intervensi yang dibuat ada
intervensi yang tidak bisa dilakukan karena keterbatasan tempat alat dan
kondisi. Seperti pada diagnose Nyeri akut berhubungan dengan proses
inflamasi yang tidak dilaksanakan, yaitu :
1. Monitor kadar asam urat dalam tubuh secara periodic. Hal ini tidak dapat
dilakukan karena minimnya alat di panti.

11. Evaluasi Keperawatan


Tahap evaluasi adalah tahap kelima dimana diakukan pengukuran
keberhasilan dari tanggal 24-26 April 2018. Adapun dalam evaluasi penulis
menggunakan SOAP (Subyektif, Obyektif, Analisa untuk mengetahui apakah
masalah teratasi, teratasi sebagian, belum teratasi, atau timbul masalah baru
dan Planning).
Evaluasi yang penulis lakukan selama tiga hari berturut-turut. Adapun hasil
dari evaluasi tersebut adalah satu diagnosa teratasi dan dua belum teratasi.
Masalah yang teratasi adalah.
1. Deficit perawatan diri berhubungan dengan kurangnya informasi diagnosa
ini dapat teratasi selama 3 hari. Karena klien mengatakan sudah mengerti
tentang perawatan diri, klien sudah mengetahui akibat dari tidak
menggosok gigi dan memotong kukunnya, klien sudah menggosok gigi 3x
dalam sehari, klien sudah memotong kukunya.

Masalah yang belum teratasi

1. Nyeri (akut) berhubungan dengan proses inflamasi destruksi sendi, karena


klien mengatakan nyeri berkurang, masih terasa linu pada lutut bagian kiri
dan kanan, nyeri dan linu biasa terjadi di pagi hari , skala nyeri 4 dalam
hasil palapasi lutut sebelah kiri dan kanan masih teraba kaku dan hangat.
71

2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan kekuatan otot,


karena klien mengatakan lutut sebelah kiri dan kanan masih terasa kaku
saat digunakan untuk berjalan, dan pada hasil obyektif tampak klien masih
sukar saat berjalan dan kekuatan otot 55555 55555
44444 44444
72

BAB V
KESIMPULAN

Pada bab ini, setelah penulis melakukan pemenuhan kebutuhan dasar pada lansia
Tn.M dengan Rheumatoid Atriitis selama 3 hari perawatan pada tanggal 24-26
april 2018 di Panti Sosial Tresna Werdha Budhi Mulya II Cengkareng, penulis
mengambil kesimpulan baik dari tinjauan teoritis maupun tinjauan kasus, yaitu

A. Kesimpulan

Pada tahap pengkajian didapatkan kesenjangan dimana penulis mendapat


kesenjangan pada sistem kardiovaskuler dimana pada Tn., tidak mengalami
peningkatan, kesenjangan didapat pada sistem pencernaan dimana pada Tn.M
tidak mengalami penurunan.

Pada diagnose keperawatan pada kasus Tn.M diagnose yang muncul adalah
nyeri akut berhubungan dengan proses inflamasi destruksi sendi, gangguan
mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan kekuatan otot dan deficit
perawatan diri berhubungan dengan kurangnya informasi.

Rencana keperawatan yang ditetapkan untuk Tn.M dibuat sesuai tinjauan


teori. pada pelaksanaa tidak semua rencana yang dibuat dapat dilakukan yaitu
monitor kadar asam urat dalam tubuh secara periodic

Evaluasi yang didapatkan penulis pada Tn.M pada saat melakukan asuhan
keperawatan ada 1 diagnosa yang teratasi yaitu Deficit perawatan diri
berhubungan dengan kurangnya informasi. Selain itu ada 2 diagnosa yang
belum teratasi yaitu : nyeri akut berhubungan dengan proses inflamasi

72
73

destruksi sendi dan gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan


kekuatan otot.

A. Saran
Setelah penulis melakukan observasi selama 3 hari di Panti Sosial Tresna
Werdh budhi Mulya II Cengkareng dan berdasarkan kesimpulan yang telah
dibuat oleh penulis, maka saran yang dapat penulis sampaikan adalah sebagai
berikut :
1. Tim perawat dan klinik di panti
diharapkan dapat melengkapi alat-alat kesehatan seperti unic acid untuk
mengecek kadar asam urat dalam tubuh dan untuk meningkatkan mutu
pelayanan hendaknya semua tindakan keperawatan didokumentasikan
secara rutin.

2. Untuk institusi pendidikan


diharapkan dapat menyidiakan sumber-sumber buku yang lengkap dengan
edisi terbaru, khususnya tentang Rheumatoid Atritis dan pemenuhan
kebutuhan dasar lansia dengan Rheumatoid atritis.
74

DAFTAR PUSTAKA

Aspiani, R. Y. 2014. “Buku Ajar Asuhan Keperawatan Gerontik, Aplikasi NANDA


NI-NOC”. Edisi 1; Jakarta: EGC
Kurshariyadi.2010. Asuhan Keperawatan Pada Klien Lanjut Usia, Jakarta : Salemba
Medika
Maryam, R. Siti, dkk. 2008. Mengenai Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta :
Salemba Medika
Mickey, Stanley. 2008. Buku Ajar Keperawatan Gerontik Edisi 2. Jakarta : EGC
Nugroho, Wahjudi. 2008. Keperawatan Gerontik & Geriatrik Edisi 3. Jakarta : EGC
Nurarif, Amin Huda. 2015. Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis &
NANDA NIC-NOC Jilid 3. Jogjakarta : Medication
Pricilla, LeMone, 2016. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 5 Volume 4.
Jakarta : EGC
Setiati. Siti. 2015. Buku Ilmu Penyakit Dalam Edisi Keenam Jilid III. Jakarta : Interna
Publishing
Smeltzer C. Suzanne, Brunner&Suddarth. 2008. Buku Keperawatan Medikal Bedah
Vol 1. Jakarta : EGC
Smeltzer C.Suzanne, Brunner&Suddarth. 2014. Buku Keperawatan Medikal Bedah
Edisi 12. Jakarta : EGC
Tamher S, Noorkasiani. 2009. Kesehatan Usia Lanjut Dengan Pendekatan Asuhan
Keperawatan. Jakarta : Salema Medika
75

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A. DATA PRIBADI
Nama : Eva Afifah
NIM : 2015750015
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat dan Tanggal Lahir : Jakarta, 29 April 1998
Umur : 20 Tahun
Agama : Islam
Alamat : Perum Grand Harmoni rt 02 blok A5
no 1 Cileungsi Bogor

DATA PENDIDIKAN FORMAL


1. Sekolah Dasar Rumpun Cempaka 2003-2008
2. Sekolah Menegah Pertama Cempaka 2009-2011
3. Madrasah Aliyah Negri 3 Jakarta 2012-2015
76

A. SATUAN ACARA PENYULUHAN


1. Diagnosa keperawatan : Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan
Penurunan kekuatan otot
2. Topik Penyuluhan : Reumatik
3. Pokok Bahasan : Penyakit Reumatik
4. Sub Pokok Bahasan : Pengertian Reumatik, penyebab Reumatik,
Tanda dan gejala Reumatik, komplikasi
Reumatik, pencegahan Reumatik, dan
penatalaksanaan Reumatik
5. Sasaran : Tn.M
6. Tempat : Panti Sosial Tresna Werdha Budhi Mulya II
Cengkareng
7. Waktu : 30 menit
8. Pelaksanaan : Selasa, 23 April 2018

a. Tujuan
Tujuan Inturksional Umum (TIU)
Setelah dilakukan pendidikan kesehatan selama 1 x 30 menit kepada Tn.M
diharapkan Tn.M dapat menjelaskan tentang penyakit Reumatik
Audience : Tn.M
Behaviour : Menjelaskan kembali
Conditioning : Menjelaskan dengan lembar balik dan leaflet
Degree : Penyakit Reumatik

b. Tujuan intruksional Khusus (TIK)


Setelah dilakukan pendidikan kesehatan diharapkan klien mampu :
1) Menyebutkan pengertian Reumatik dengan benar.
2) Menjelaskan penyebab Reumatik dengan benar.
3) Menjelaskan tanda dan gejala Reumatik dengan benar.
77

4) Menjelaskan komplikasi Reumatik dengan benar


5) Menjelaskan pencegahan Reumatik degan benar
6) Menjelaskan penatalaksanaan Reumatik dengan benar

9. Media Pembelakaran : Lembar balik dan Leaflet


10. Metode Pembelajaran : Ceramah, diskusi, dan tanya jawab
11. Strategi Pembelajaran

N Tahap Kegiatan perawat Kegiatan klein media metode waktu


peyuluhan
o
1. Pembukaan  Salam pembuka  Menjawab - ceramah 3 menit
 Menjelaskan salam
tujuan  Mendengarkan
 Melakukan  mendengarkan
kontrak
2. pelaksanaan Penyampaian  mendengarkan Lembar Ceramah 15
materi balik dan dan menit
 Pengertian leaflet diskusi
Reumatik
 Penyebab
Reumatik
 Tandadan gejala
Reumatik
 Komplikasi
Reumatik
 Pencegahan
Reumatik
 Penatalaksanaan
Reumatik
Memberi klien
kesempatan
bertanya
3. Evaluasi Memberikan  Menjawab Lembar Diskusi 10
pertanyaan yang pertanyaan balik
menit
terkait dengan  Mendengarkan
materi yang telah
diberikan
 jelaskan
pengertian
Reumatik
 Sebutkan tanda
dan gejala
Reumatik
78

 Sebutkan
komplikasi
Reumatik
 Jelaskan
pencegahan
Reumatik
 Jelaskan
penatalaksanaan
Reumatik
Menarik
kesimpulan
4 Penutup  Kontrak waktu  Mendengarkan - ceramah 2 menit
yang akan datang  Menjawab
 Mengucapkan salam
salam

Evaluasi
a. Sebutkan pengertian Reumatik ?
b. Jelaskan penyebab Reumatik ?
c. Jelaskan tanda dan gejala Reumatik ?
d. Jelaskan komplikasi Reumatik ?
e. Jelaskan pencegahan Reumatik ?
f. Jelaskan penatalaksanaan Reumatik ?

Lampiran Materi

A. Definis
Rheumatoid Atritis merupakan penyakit inflamasi sistem kronis yang tidak
diketahui penyebabnya, dikarakteristikan oleh kerusakan dan poliferasi
membrane sinovial yang menyebabkan kerusakan pada tulang sendi,
ankilosis, dan deformitas
B. Penyebab
1. Factor genetic
2. Usia
3. Kegemukan
4. Pola makan
79

5. Diet terlalu ketat


6. Sering mengkonsumsi alcohol
7. Trauma (terjatuh, terbentur)
8. Posisi yang tidak tepat saat aktifitas
9. Stress
10. Peningkatan kadar asam urat

C. Tanda dan Gejala


1. Nyeri sendi
2. Kekakuan sendi
3. Kemerahan dan bengkak pada sendi
4. Kelemahan pada otot
5. Gangguan dalam bergerak

D. Komplikasi
1. Peradangan menyebar luas
2. Kesemutan dan mati rasa pada sendi dan tulang
3. Kerusakan sendi
4. Dapat menimbulkan perubahan pada jaringan lain seperti adanya proses
granulasi dibawah kulit yang disebut subkutan nodule terutama pada siku,
ruas jari, lutut dan persendian kaki
5. Terjadi splenomegaly (pembesaran limpa)

E. Pencegahan
1. Olahraga secara teratur
2. Periksa kesehatan secar teratur
3. Beristirahat dengan cukup 8 jam sehari
4. Makanan yang harus di konsumsi :
a. Karbohidrat : nasi, roti, jagung, kentang, singkong/ubi
b. Protein : ikan laut
80

c. Sayur-sayuran hijau dan kuning kecuali bayam, kacang-kacangan


kembang kol, kangkung, kanjang panjang
d. Buah-buahan segar : jeruk, melon, anggur

5. Makanan yang harus dikurangi


a. Sayur : bayam, kembang kol, kangkung, kacang-kacangan, kacang
panjang, daun buncis, melinjo, dan kacang kacangan.
b. Buah-buahan : alpukat, durian, nanas, dan air kelapa
c. Jeroang : hati, limpa, babat, usus, paru, dan otak
d. Makanan laut : udang, kerang, cumi, dan kepiting
e. Makanan kaleng : kornet, sarden, dan kaldu

6. Penatalaksanaan
a. Terapi Panas dan Dingin
Terpi panas dan dingin dianjurkan untuk menghilangkan nyeri dan
meningkatkan mobilitas sementara pada sendi yang kaku.kompres
panas dapat menurunkan ketegangan otot dan melancarkan sirkulasi
darah. Sedangkan kompres dingin dapat mengurangi dapat
mengurangi peradangan dan pembengkakan dan sangat membantu
mengurangi rasa nyeri
b. Senam Reumatik
Senam rematik adalah suatu gerakan yang dilakukan secara teratur dan
terorganisasi bagi penderita rematik. Tujuanya adalah mengurangi
nyeri pada penderita rematik dan menjaga kesehatan jasmani lebih
baik.

Anda mungkin juga menyukai