PROPOSAL PENELITIAN
Oleh:
PENDAHULUAN
Kanker merupakan penyakit yang timbul akibat kesalahan sistem pembelahan ditingkat
sel sehingga terjadi pertumbuhan sel yang abnormal. Tingkat pertumbuhan ini terus menerus,
tidak terkontrol dan dapat berubah bentuk serta menyebar ke organ lainnya atau disebut
metastase (Otto,2015). Kanker dapat menyerang semua usia, jenis kelamin dan ras (Potter &
Perry,2019). Sel kanker berkembang dengan cepat, tidak terkendali dan terus membelah diri
lalu menyusup kejaringan sekitarnya (invasif) dan menyebar melalui jaringan ikat, darah, serta
menyerang organ-organ penting dan syaraf tulang belakag (Tim Cancer Helps,2020).
Jumlah penderita kanker di seluruh dunia terus meningkat signifikan. Laporan terbaru
yang dirilis oleh Global Burden of Cancer Study (Globocan) dari World Health Organization
(WHO), tercatat penyakit kanker di Amerika berjumlah sebanyak 3,8 juta dengan 550 ribu
penderita yang meninggal akibat akibat kanker, sedangkan di Eropa tercatat 4,3 juta kasus
kanker dengan 860 ribu penderita yang meninggal akibat kanker. Total kasus kanker di
Indonesia pada 2020 mencapai 396.914 kasus dan total kematian sebesar 234.511 kasus. Saat
ini Indonesia telah memiliki kasus kanker sebanyak 396.914 orang dengan 234.511 penderita
yang meninggal akibat kanker. Kanker menjadi penyebab kematian nomor satu di dunia dan
Indonesia berada di urutan ke 23 di dunia dan di urutan ke 8 di Asia Tenggara.
Kanker payudara memiliki jumlah kasus baru tertinggi di Indonesia sebesar 65.858
kasus atau 16,6% dari total 396.914 kasus kanker. Kanker serviks (leher rahim) menempati
urutan kedua dengan jumlah 36.633 kasus atau 9,2% dari total kasus kanker. Kanker paru-paru
menyusul di urutan ketiga dengan jumlah 34.783 kasus (8,8% dari total kasus), lalu kanker hati
sejumlah 21.392 kasus (5,4% dari total kasus), dan kanker nasofaring (area di sebelah atas
bagian belakang tenggorokan) sejumlah 19.943 kasus (5% dari total kasus) (Databoks,2021).
Kanker yang terlambat mendapatkan penanganan atau sudah pada stadium akhir, sulit
mendapatkan kesembuhan sehingga prognosis akhir penyakit ini biasanya buruk dan dapat
berakhir dengan kematian (Potter & Perry, 2019). Penatalaksanaan kanker meliputi
pembedahan, radioterapi, kemoterapi, imunoterapi (bioterapi) dan terapi hormon. Kempterapi
adalah pemberian obat untuk membunuh sel kanker (Rochmawati, 2015). Pemberian
kemoterapi dianggap lebih efektif karena obat langsung diberikan melalui pembuluh darah,
sehingga dapat menjangkau sel-sel kanker yang telah bermetastase ke jaringan lainnya (Conti
et,al,2013).
Kemoterapi sangat efektif mencegah terjadinya metastase sel kanker pada organ tubuh
yang lain (Kim et al, 2016). Namun kemoterapi juga dapat menimbulkan pada berbagai aspek
bagi penderita kanker baik secara fisik maupun psikologis (Santi & Sulastri, 2010). Hal ini
juga sesuai dengan pernyataan Wardani (2014) yang menguraikan efek fisik dari kemoterapi
adalah mual, muntah, diare, konstipasi, alopesia, anemia, penurunan nafsu makan, toksisitas
kulit, kelelahan, penurunan berat badan, neuropati perifer, perubahan rasa dan nyeri sedangkan
pada efek psikologis didapatkan perasaan cemas depresi, kesedihan, emosional, stres, harga
diri rendah (Self esteem) dan keputusasaan.
Tanda dan gejala seseorang mengalami gangguan citra tubuh dapat dilihat dari sikap
dan tingkah lakunya seperti menolak melihat dan menyentuh bagian tubuh yang telah berubah,
tidak menerima perubahan tubuh yang telah terjadi atau akan terjadi, menolak penjelasan
perubahan tubuh, persepsi negatif terhadap perubahan tubuh, preokupasi dengan bagian tubuh
yang hilang dan mengungkapkan keputusasaan dan ketakutan. Seseorang yang mengalami
perubahan pada penampilan dan fungsi tubuhnya, sebagian besar mengalami citra tubuh yang
negatif (Kemenkes RI, 2020).
Perawat dalam membantu pasien yang mengalami gangguan citra tubuh harus mampu
mengkaji dan mengintervensi aspek psikologis pasien terkait gangguan citra tubuhnya tersebut.
Perawat harus mampu meningkatkan pemahaman pasien terhadap realitas tubuh (bagaimana
keadaan tubuh yang sebenarnya), ideal tubuh (seperti apa ideal tubuh yang diinginkan oleh
individu), serta presentasi tubuh (bagaimana pandangan orang lain terhadap individu).
Seseorang harus memperhatikan 3 gambaran citra tubuh ini agar tetap seimbang (Price &
Wilson, 2015).
Dukungan sosial adalah kenyamanan fisik dan emosional yang diberikan keluarga,
teman, rekan kerja, komunitas ataupun masyarakat. Dukungan sosial yang diperoleh, memiliki
manfaat bagi individu tersebut. Hal ini dikarenakan dengan adanya dukungan sosial dapat
membuat individu menyadari bahwa ada orang yang sangat memperdulikan, menghargai dan
mencintainya (Harnilawati, 2013). Dampak dari dukungan sosial yang diberikan oleh orang-
orang disekitar terutama keluarga dapat menjaga keseimbangan kondisi fisik dan juga
psikologis pasien yang mengalami tekanan, sehingga pasien dapat menunjukkan adaptasi
psikologis yang lebih baik dan juga dukungan sosial yang diperoleh dapat berperan sebagai
alat bantu dalam penyesuaian diri menghadapi stres (Endiyono, 2016).
Kanker merupakan penyakit yang timbul akibat kesalahan sistem pembelahan ditingkat
sel sehingga terjadi pertumbuhan sel yang abnormal. Salah satu penatalaksanaan kanker
meliputi kemoterapi. Kemoterapi adalah pemberian obat untuk membunuh sel kanker.
Pemberian kemoterapi dianggap lebih efektif karena obat langsung diberikan melalui
pembuluh darah. Tindakan kemoterapi ini mempengaruhi konsep diri seseorang dimulai dari
adanya gangguan citra tubuh. Tanda dan gejala seseorang mengalami gangguan citra tubuh
dapat dilihat dari sikap dan tingkah laku yang terjadi. Dukungan keluarga adalah kenyamanan
fisik dan emosional yang diberikan oleh keluarga selama perawatan. Dukungan keluarga dapat
mempengaruhi terjadinya peningkatan citra tubuh seseorang.
Menghadapi fenomena diatas maka peneliti tertarik untuk mengetahui apakah ada
hubungan dukungan keluarga dengan citra tubuh pada pasien kanker yang menjalani
kemoterapi di Rumah Sakit Umum Daerah Arifin Achmad Pekanbaru?
Membuktikan adanya hubungan dukungan keluarga dengan citra tubuh pada pasien
kanker yang menjalani kemoterapi di Rumah Sakit Umum Daerah Arifin Achmad
Pekanbaru.
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi bagi penderita kanker dan
keluarga tentang pentingnya dukungan keluarga dalam mencegah timbulnya gangguan
citra tubuh pada pasien kanker yang menjalani kemoterapi, sehingga kualitas hidup
pasien kanker baik dilingkungan keluarga maupun lingkungan sekitarnya dapat tetap
dalam keadaan baik dan terjaga.
4. Peneliti
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan dan bahan masukan yang
berguna dalam menambah wawasan bagi peneliti dibidang keperawatan jiwa dan
komunitas keluarga.
1.5 Penelitian Terkait
1. Penelitian Khamidah (2019) berjudul “Gambaran stigma pada pasien kanker payudara
di RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau”. Penelitian ini merupakan penelitian
kuantitatif dengan pendekatan deskritif dengan sampel 53 responden menggunakan
consecutive sampling. Responden penelitian adalah pasien kanker payudara di RSUD
Arifin Achmad Provinsi Riau. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata usia responden
40 tahun, mayoritas responden memiliki tingkat pendidikan SMA 25 orang (47,2%),
bekerja sebagai IRT 50 orang (94,3%), terdiagnosa stadium II 25 orang (47,2%), dan
memiliki stigma 28 orang (52,8%). Dapat disimpulkan bahwa sebagian besar pasien
kanker payudara di Rumah Sakit Arifin Achmad Provinsi Riau memiliki stigma.
2. Penelitian Chandra (2019) berjudul “Dukungan sosial bagi penderita kanker payudara
saat menjalani proses pengobatan”. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif
dengan sampel 3 responden. Hasil penelitian menunjukkan pasien dengan kanker
payudara saat menjalani proses pengobatan membutuhkan dukungan dalam bentuk
bantuan mengurus rumah tangga, informasi terkait pengobatan, kasih sayang dari
keluarga dan kehadiran keluarga maupun kerabat saat menjalani pengobatan.
3. Penelitian Putra (2015) berjudul “Hubungan dukungan keluarga dengan tingkat
kecemasan pada pasien kanker dalam menjalani kemoterapi di RSU Dr.Pirngadi Kota
Medan”. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan analitik korelatif
dengan rancangan cross sectional. Jumlah populasi sebanyak 143 dan jumlah sampel
penelitian sebanyak 59 responden dengan teknik pengambilan sampel menggunakan
accidental sampling. Responden penelitian ini adalah pasien kanker dalam menjalani
kemoterapi di RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan. Alat pengumpulan data dalam
penelitian ini menggunakan kuesioner Zung Self Ratting Scale (ZSAS). Hasil penelitian
mayoritas dukungan keluarga adalah baik sebanyak 27 responden (45,8%) dengan
tingkat kecemasan mayoritas ringan sebanyak 26 responden (44,1%), hasil uji statistik
menggunakan uji Spearmen, menunjukkan ada hubungan dukungan keluarga dengan
tingkat kecemasan pada pasien kanker yang menjalani kemoterapi p-value 0,002
r=0,389.
4. Penelitian Nurhidayati (2017) berjudul “Dukungan Pasangan Pada Pasien Ca Payudara
Yang Menjalani Kemoterapi di RSI Sultan Agung Semarang”. Desain penelitian ini
adalah penelitian kualitatif dengan menggunakan pendekatan fenomenologi deskriptif.
Pengumpulan data dilakukan melalui indepth interview dan observasi langsung kepada
partisipan. Sampel penelitian sebanyak 5 responden. Kesimpulan dalam penelitian ini
adalah dukungan pasangan terdiri dari dukungan instrumental, dukungan penghargaan,
dukungan emosional, dan dukungan informasi. Keempat dukungan yang telah
ditemukan yang perlu mendapatkan perhatian adalah dukungan informasional.
Pasangan diharapkan mampu memberikan dukungan informasional dekan aktif
bertanya kepada dokter atau perawat saat kemoterapi.
5. Penelitian Puspita (2017) berjudul “Hubungan Dukungan Sosial Dengan Citra Tubuh
Pasien Kanker Payudara Post Op Mastektomi”. Metodologi penelitian ini adalah
deskriptif korelasi dengan pendekatan cross sectional. Penelitian dilakukan pada 41
pasien post op mastektomi yang berobat ke poli onkologi RSUD Arifin Achmad
Pekanbaru dengan menggunakan teknik purposive sampling. Alat ukur yang digunakan
adalah kuesioner The Social Support Questionnaire dari Denewer dkk yang telah di uji
validitas dan reliabilitas dan kuesioner citra tubuh yang telah di uji validitas dan
reliabilitas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara dukungan
sosial dengan citra tubuh pasien kanker payudara post op mastektomi yaitu diperoleh p
value= 0,003< α (0,05).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kanker adalah penyakit yang disebabkan oleh pertumbuhan sel jaringan tubuh yang
tidak normal yang berkembang dengan cepat, tidak terkendali, dan terus membelah diri. Sel
kanker ini akan menyusup ke jaringan sekitarnya (invasif) dan terus menyebar melalui jaringan
ikat, darah, serta menyerang organ-organ penting dan saraf tulang belakang (Desen, 2013).
Menurut National Cancer Institute (2019), kanker adalah suatu istilah untuk penyakit
dimana sel-sel membelah secara abnormal tanpa kontrol dan dapat menyerang jaringan di
sekitarnya. Proses ini disebut metastasis. Metastasis merupakan penyebab utama kematian
akibat kanker.
Sistem Tumor Nodus Metastase (TNM) adalah suatu cara untuk melukiskan stadium
kanker. Dalam sistem TNM, sistem yang sering digunakan untuk menggambarkan keganasan.
Sistem TNM ini, T mengacu pada keluasan tumor primer, N mengacu pada keterlibatan nodus/
metastase kelenjar limfe regional, M mengacu pada keluasan metastasis. Penderajatan
mengacu pada klasifikasi sel-sel tumor. Sistem penderajatan digunakan untuk menentukan
jenis jaringan yang menjadi asal dari tumor dan tingkat sel-sel mempertahankan fungsi dan
karakteristik histologis dari jaringan asal. Penderajatan ini dituliskan dengan nilai numerik,
dengan rentang I sampai IV (Smeltzer and Bare, 2015):
1) Tumor derajat I dikenal sebagai tumor yang berdiferensia baik, struktur dan fungsinya
hampir menyerupai jaringan asal.
2) Tumor derajat II dikenal sebagai tumor berdiferensia secara moderat, struktur sel
dengan beberapa imaturitas.
3) Tumor derajat III dikenal sebagai tumor berdiferensiasi buruk, dengan struktur sel
imatur dengan sedikit kemiripan dengan jaringan normal.
4) Tumor derajat IV yaitu tumor yang tidak menyerupai jaringan asal dalam struktur atau
fungsinya disebut tumor berdiferensiasi buruk atau tidak bisa berdiferensiasi. Sel tumor
tersebut cenderung agresif dan kurang responsif dengan baik.
Menurut Otto (2014) dan Smeltzer dan Bare (2015), pengobatan kanker dapat
dilakukan dengan berbagai cara, yaitu pembedahan, radioterapi, dan kemoterapi. Pengobatan
kanker didasarkan atas tahapan penyakit dan beberapa faktor lain
1) Pembedahan
Pembedahan masih sering dilakukan karena merupakan modalitas pengobatan yang
terbaik. Pembedahan mungkin dipilih sebagai metode pengobatan primer, atau
mungkin sebagai metode diagnostik, profilaktik, paliatif atau rekonstruktif.
2) Radioterapi
Terapi radiasi merupakan terapi yang menggunakan radiasi ionisasi tinggi yang
digunakan untuk mengganggu pertumbuhan seluler. Terapi ini merupakan terapi lokal
yang digunakan sendiri atau kombinasi dengan terapi lain.
3) Kemoterapi
Kemoterapi adalah terapi inti kanker untuk membunuh sel-sel tumor dengan
mengganggu fungsi dan reproduksi seluler. Obat yang digunakan untuk mengobati
kanker menghambat mekanisme proliferasi sel. Obat-obat anti kanker disebut
sitostatika. Efek samping yang mungkin timbul dari kemoterapi ini adalah rambut
rontok, mual, diare, berat badan menurun, mulut kering.
Kemoterapi adalah cara pengobatan yang menggunakan obat kimia untuk membunuh
sel kanker dan menghambat pertumbuhan sel kanker. Kemoterapi adalah penggunaan obat-
obatan sitotoksik dalam terapi kanker (Otto, 2014). Kemoterapi merupakan salah satu
modalitas terapi yang cukup penting pada banyak jenis kanker, selain tindakan operatif,
radioterapi, terapi target dan imunoterapi (Bray, 2018).
1) Kemoterapi kuratif
Kemoterapi kuratif harus memakai formula kemoterapi kombinasi yang terdiri
atas obat dengan mekanisme kerja berbeda, efek toksik berbeda dan masing-masing
efektif bila digunakan tersendiri, diberikan dengan banyak siklus, untuk setiap obat
dalam formula tersebut diupayakan memakai dosis maksimum yang dapat ditoleransi
tubuh, masa interval sebisa mungkin diperpendek agar tercapai pembasmian total sel
kanker dalam tubuh.
2) Kemoterapi adjuvat
3) Kemoterapi noeoadjuvan
4) Kemoterapi paliatif
Kebanyakan kanker bukan sel kecil paru, kanker hati, lambung, pankreas, kolon
dan lain-lain hasil kemoterapi masih kurang memuaskan. Untuk kanker seperti itu
dalam stadium lanjut kemoterapi bersifat paliatif, hanya berperan mengurangi gejala,
memperpanjang waktu survival. Dalam hal ini dokter mempertimbangkan keuntungan
dan kerugiannya, menghindari kemoterapi yang terlalu kuat hingga kualitas hidup
pasien menurun atau memperoleh perkembangan penyakitnya.
5) Kemoterapi investigative
Secara prinsip, dasar pertimbangan dokter memilihkan jenis kemoterapi untuk pasien
meliputi 3 hal yaitu berdasarkan bukti ilmiah yang ada, keputusan klinik dokter yang
menangani dan keinginan pasien. Dokter akan mempertimbangkan antara manfaat dan
kerugian kemoterapi untuk jenis kanker tertentu sesuai pengetahuan terkini, kondisi pasien,
prediksi akhir penyakit dan ketersediaan obat. Dokter juga akan berdiskusi dengan pasien
tentang bagaimana keinginan dan harapan pasien dan keluarga (Bray, 2018).
Dokter akan memberikan kemoterapi dengan tujuan yang berbeda, sesuai jenis dan
stadium kankernya. Pada beberapa kasus, kemoterapi diharapkan dapat membunuh sel kanker
hingga pasien dinyatakan sembuh. Pasien dinyatakan sembuh bila tidak ditemukan lagi sel
kanker di tubuh melalui pemeriksaan fisik maupun penunjang dan diharapkan tidak kambuh
lagi. Pada beberapa kasus yang lain tujuan kemoterapi adalah untuk menahan kanker agar tidak
makin meluas atau memperlambat perkembangannya. Kadang-kadang kemoterapi tidak lagi
bisa menyembuhkan atau mengontrol kanker namun diharapkan bisa mengecilkan ukuran
tumor sehingga mengurangi nyeri akibat penekanan tumor. Pada kondisi yang terakhir ini
kemungkinan besar kanker akan berkembang kembali (Ma dkk, 2016).
Kemoterapi dapat digunakan secara tunggal namun juga dapat dikombinasi dengan
terapi yang lain. Pada jenis kanker tertentu kemoterapi berperan sebagai terapi kombinasi
dengan pembedahan, radioterapi atau terapi target. Kemoterapi yang digunakan sebagai terapi
awal sebelum pembedahan atau radioterapi disebut terapi neoajuvan. Pemberian kemoterapi
dengan cara ini bertujuan untuk mengurangi ukuran tumor sehingga memudahkan tindakan
bedah dalam mencapai batas operasi bebas tumor. Pemberian kemoterapi neoajuvan juga
meningkatkan keberhasilan terapi radiasi. Langkah pemberian kemoterapi yang lain,
kemoterapi ajuvan adalah pemberian kemoterapi setelah dilakukan tindakan bedah atau
radioterapi. Kemoterapi ini bertujuan membersihkan sel kanker setelah operasi atau radiasi
(Pichardo, 2020).
Obat kemoterapi dapat dimasukkan ke tubuh pasien melalui beberapa teknik. Sebagian
obat diberikan secara injeksi melalui pembuluh darah arteri atau vena atau otot. Obat
kemoterapi yang lain dapat diberikan secara oral (obat minum), topikal (oles kulit), disuntikkan
melalui rongga tubuh (peritoneum, vesika urinaria dan lain-lain) atau cairan serebrospinal
(Pichardo, 2020).
1) Oral
Obat kemoterapi diberikan secara oral, yaitu dengan bentuk tablet atau kapsul, yang
harus diminum beberapa kali sehari. Keuntungan kemoterapi oral adalah bisa dilakukan di
rumah. Menekankan pentingnya kepatuhan pasien dengan jadwal yang telah ditentukan,
karena interval telah ditentukan akan membuat interaksi obat lebih efektif.
Pastikan untuk merotasi tempat penyuntikan untuk setiap dosis, karena tempat yang
sudah pernah mengalami penusukan membutuhkan waktu tertentu dalam
penyembuhannya.
3) Topikal
Hati-hati agar pasien tidak menyentuh area pemberian salep topikal dan anjurkan
pasien untuk menggunakan pakaian yang longgar dan katun. Pakai sarung tangan dan
pastikan untuk mencuci tangan dengan baik setelah melakukan pengobatan.
4) Intraarteri
Memerlukan pemasangan kateter pada arteri yang dekat dengar tumor, karena
adanya tekanan arteri, obat diberikan dalam larutan yang mengandung heparin dengan
menggunakan infus pump.
5) Intrakavitas
Memasukkan obat kedalam kandung kemih melalui kateter dan/ atau melalui selang
dada ke dalam rongga pleura.
6) Intraperitoneal
Hangatkan cairan infus (dengan pemanasan kering) sampai mencapai suhu 38℃
sebelum diberikan. Obat diberikan ke dalam rongga abdomen melalui alat yang dipasang
dan/ atau dengan kateter suprapubis eksternal.
7) Intratekal
Sediaan semua jenis obat intratekal dengan tanpa bahan pengawet, dalam salin
normal atau air steril. Infus obat dapat diberikan melalui penampung dan/ atau melalui
prosedur fungsi lumbal. Obat harus diberikan secara perlahan-lahan. Hanya dokter yang
boleh memberikan obat intratekal.
8) Intravena
Cara ini paling banyak digunakan, yaitu dengan melalui kateter vena sentral atau vena
perifer. Ada 4 metode pemberian meluputi bolus yaitu pemberian obat secara langsung
ke dalam vena melalui jarum. Piggyback yaitu obat diberikan menggunakan botol
sekunder dan selang. Infus primer diberikan bersama dengan obat. Sisi lengan yaitu
dengan diberikan melalui spuit dan jarum pada sisi alat infus yang sedang terpasang.
Infus yaitu dengan obat ditambahkan ke botol intravena yang akan diberikan.
2.2.5 Efek Samping Kemoterapi
Efek samping yang terjadi dalam 24 jam pemberian sitostatika, misalnya mual
dan muntah.
Efek samping yang timbul dalam beberapa hari sampai minggu, misalnya
leukopenia dan stomatitis.
Efek samping yang timbul dalam hitungan minggu sampai bulan, misalnya
neuropati perifer dan nefropati)
Efek samping yang terjadi dalam hitungan bulan sampai tahun, misaalnya
keganasan sel sekunder.
Efek samping kemoterapi dapat menimbulkan gangguan saluran cerna, lambung, dan
usus. Kerusakan pada membran mukosa menyebabkan nyeri pada mulut, diare dan stimulasi
zona pemicu kemotaksis yang menimbulkan mual dan muntah.
1) Sistem gastrointestinal
Mual dan muntah yang terjadi menetap hingga 24 jam setelah pemberian obat.
2) Sistem hematopoietic
Agen kemoterapeutik mendepresi fungsi sumsum tulang, yang mengakibatkan
menurunnya produksi sel-sel darah baik sel darah merah (anemia), leukosit
(leukopenia), trombosit (trombositopenia) dan mengakibatkan resiko infeksi dan
perdarahan.
3) Sistem ginjal
Agen kemoterapeutik dapat merusak ginjal karena efek langsungnya selama
ekskresi dan akumulasi produk akhir setelah lisis sel. Lisis sel tumor dengan cepat
setelah kemoterapi mengakibatkan meningkatnya ekskresi asam urat, yang dapat
menyebabkan kerusakan ginjal.
4) Sistem kardiopulmonal
5) Sistem reproduksi
Fungsi testis dan ovarium dapat dipengaruhi oleh preparat kemoterpeutik, yang
mengakibatkan kemungkinan sterilitas. Pada perempuan dapat terjadi menoupause dini,
atau sterilitas permanen. Jika dilihat dari gejala klinik kanker serviks pada stadium
lanjut seperti keputihan yang gatal dan berbau busuk, pendarahan kontak, pendarahan
spontan dan nyeri yang hebat, maka penyakit ini mengganggu fungsi seksual. Hal ini
sangat ditakuti oleh kaum perempuan karena perubahan fungsi seksual merupakan
perubahan yang sangat berarti bagi seorang perempuan dikaitkan dengan fungsi dan
perannya dalam keluarga yaitu sebagai seorang istri dan ibu.
6) Sistem neurologis
Dapat menyebabkan kerusakan neurologis seperti neuropati perifer, kehilangan
refleks tendon profunda. Efek samping ini bersifat irreversibel, menghilang setelah
selesainya kemoterapi. Akibat dari dampak yang tidak diinginkan dari pemberian
kemoterapi, maka pasien akan mengalami gangguan fisik atau kelelahan fisik sehingga
akan lebih mudah mengalami kecemasan atau stres. Intensitas efek samping tergantung
dari karakteristik obat, dosis pada setiap pemberian maupun dosis komulatif, selain itu
setiap pasien dapat menimbulkan gejala efek samping yang berbeda walaupun dengan
dosis dan obat yang sama.
2.2.6 Penatalaksanaan Efek Samping Kemoterapi
Dalam menghadapi efek samping kemoterapi, ada beberapa hal yang bisa dicoba untuk
meringankan gejala. Selain berkonsultasi dengan dokter untuk mendapatkan terapi
medikamentosa, pasien dapat memulai berolahraga meski ringan. Beberapa pasien menyatakan
keluhan terasa lebih baik setelah berolahraga seperti berjalan, naik sepeda atau yoga. Pasien
juga diharapkan bersikap santai atau rileks dan punya ruang diskusi dengan sesama pasien di
peer group. Pasien juga dapat berperan sebagai relawan yang memberi bantuan untuk pasien
yang lain (Pichardo, 2020).
Tim kanker secara ideal terdiri dari dokter spesialis penyakit dalam konsultan
hematologi dan onkologi medik, bedah oknologi, patologi anatomi, radiasi oknologi dan dokter
spesialis lain yang terlibat. Tim ini akan bekerja secara terpadu untuk menentukan tatalaksana
yang tepat demi kesembuhan dan kesintasan pasien kanker yang lebih baik (Pichardo, 2020).
Citra tubuh merupakan persepsi, perasaan dan sikap individu tentang tubuhnya baik
secara internal maupun eksternal terhadap karakteristik dan kemampuan fisiknya yang
dipengaruhi oleh pandangan pribadi dan orang lain (Potter & Perry, 2015). Citra tubuh atau
body image adalah gambaran yang dimiliki seseorang dalam pikirannya tentang penampilan
(misalnya: ukuran dan bentuk) tubuhnya serta sikap yang dibentuk seseorang terhadap
perubahan-perubahan dari tubuhnya. Jadi terdapat dua komponen dari citra tubuh, yaitu
komponen tentang bagaimana seseorang memandang tubuhnya sendiri dan komponen sikap
tentang bagaimana seseorang merasakan penampilan atau tubuh yang dipersepsikan (Sutejo,
2016).
Citra tubuh adalah pandangan atau persepsi tentang diri kita sendiri, bukan penilaian
orang lain terhadap dirinya. Sikap seseorang terhadap tubuhnya secara sadar dan tidak sadar.
Sikap tersebut mencakup persepsi dan perasaan tentang ukuran dan bentuk fungsi, penampilan
dan potensi tubuh saat ini dan masa lalu setiap perubahan tubuh akan berpengaruh terhadap
kehidupan individu. Gambaran diri berhubungan erat dengan kepribadian, cara individu
memandang diri berdampak penting pada aspek psikologisnya, individu yang berpandang
realistis terhadap diri, menerima, menyukai bagian tubuh akan memberi rasa aman, terhindar
dari rasa cemas, dan meningkatkan harga diri akan memiliki kemampuan yang mantap terhadap
realisasi sehingga memacu sukses dalam hidup (Muhammad, 2016)
Nahdiyah (2015) mengemukakan tujuh aspek dari citra tubuh (body image) yaitu:
Konsep diri terdiri dari lima komponen yaitu ideal diri, harga diri, peran, identitas dan
salah satunya body image. Rentang individu terhadap konsep diri berflukuatsi sepanjang
rentang respon konsep diri yaitu adaptif sampai maladaptif, berikut rentang respon (Stuart,
2015):
Rentang Respons Konsep Diri
Keterangan:
1) Aktualisasi diri: pernyataan diri tentang konsep diri yang positif dengan latar belakang
pengalaman nyata yang sukses dan dapat diterima.
2) Konsep diri positif: apabila individu mempunyai pengalaman yang positif dalam
beraktualisasi diri dan menyadari hal-hal positif maupun yang negatif dari dirinya.
3) Harga diri rendah: individu cenderung untuk menilai dirinya negatif dan merasa lebih
rendah dari orang lain.
4) Identitas kacau: kegagalan individu mengidentegrasikan aspek-aspek identitas masa
kanak-kanak ke dalam kematangan aspek psikososial kepribadian pada masa dewasa
yang harmonis.
5) Depersonalisasi: perasaan yang tidak realitas dan asing terhadap diri sendiri yang
berhubungan dengan kecemasan, kepanikan serta tidak dapat membedakan dirinya
dengan orang lain.
Tanda dan gejala gangguan citra tubuh yang dapat ditemukan melalui observasi sebagai
berikut (Erita, Hununwidiastuti & Leniwita, 2019):
1) Penurunan produktivitas
2) Menyembunyikan bagian tubuh yang cacat, bekas operasi
3) Pasien tidak berani menatap lawan bicara dan lebih banyak menundukkan kepala saat
berinteraksi
4) Bicara lambat dengan nada suara lemah lembut
Menurut Ratna (2011) yaitu kepuasan citra tubuh ditentukan oleh faktor usia, karena
seorang laki-laki maupun perempuan yang tumbuh menjadi dewasa telah belajar untuk
menerima perubahan-perubahan pada tubuhnya, meskipun penampilannya tidak sebagaimana
yang diharapkan dan sekalipun berusaha untuk memperbaiki penampilannya.
Citra tubuh dalam diri seseorang dapat muncul dikarenakan terdapat faktor yang
mempengaruhinya antara lain (Samamura, 2011):
1) Self esteem
Citra tubuh secara global terbentuk dari perbandingan yang dilakukan seseorang
terhadap fisiknya sendiri, hal tersebut sesuai dengan standar yang dikenal oleh
lingkungan sosial dan budayanya. Salah satu penyebab adanya perbedaan antara citra
tubuh ideal dengan kenyataan tubuh yang nyata sering disebabkan oleh media massa
yang seringkali menampilkan gambar dengan tubuh yang dinilai sempurna, sehingga
terdapat perbedaan dan menciptakan persepsi akan penghayatan tubuhnya yang tidak
atau kurang ideal. Konsekuensi yang didapat adalah individu menjadi sulit menerima
bentuk tubuhnya.
3) Bersifat dinamis
Citra tubuh memiliki sifat yang mampu mengalami perubahan terus menerus,
bukan yang bersifat statis atau menetap seterusnya. Citra tubuh sangat sensitif terhadap
perubahan suasana hati (mood), lingkungan dan pengalaman fisik individual dalam
merespon suatu peristiwa kehidupan.
2.4.1 Pengertian
Dukungan keluarga merupakan suatu bentuk dorongan dan selalu memberikan bantuan
bila pasien membutuhkan (Friedman, Bowden & Jones, 2014). Terdapat empat tipe dukungan
keluarga yaitu dukungan instrumental (sumber pertolongan yang praktis dan konkrit),
dukungan informasional (keluarga sebagai kolektor dan penyebar informasi yang baik dan
dapat dipercaya), dukungan penilaian (keluarga sebagai pembimbing, penengah dalam
memecahkan masalah, sebagai sumber dan validator identitas dalam keluarga), dan dukungan
emosional (keluarga sebagai tempat berlindung yang aman dan damai untuk beristirahat dan
pemulihan serta dapat membantu dalam menguasai terhadap emosi (Mailani & Andirani,
2017). Dukungan keluarga yang baik dapat menekan munculnya stresor pada individu yang
menerima dukungan dan meningkatkan rasa percaya diri sehingga pasien dapat menghadapi
keadaan dirinya dengan baik. Hal ini dapat menurunkan tingkat depresi pasien (Fitrianasari et
al., 2017).
Keluarga berfungsi sebagai bantuan praktis dan konkrit. Bentuk bantuan ini seperti
menyediakan makanan dan minuman, memberi perhatian, menyediakan sarana dan prasarana
bagi anggota keluarga lainnya, berbagi informasi dan pengalaman dan mendampingi keluarga
dikala sakit atau ada masalah (Rachmawati, 2019).
Bentuk dukungan ini berupa empati, kepedulian dan perhatian dari keluarga sehingga
keluarga menjadi pelabuhan istirahat dan pemulihan serta membantu penguasaan emosional.
Empati, kepedulian dan perhatian timbul karena keluarga merasakan kebingungan dan
kesedihan yang dialami anggota keluarganya. Efek-efek stresor yang ada dalam keluarga
berdampak ke sub sistem lain dalam keluarga sehingga mempengaruhi seluruh keluarga
(Rachmawati, 2019).
2.4.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi dukungan keluarga
1) Tahap perkembangan
Artinya dukungan dapat ditentukan oleh faktor usia dalam hal ini adalah pertumbuhan
dan perkembangan, dengan demikian setiap rentang usia (bayi-lansia) memiliki
pemahaman dan respon terhadap perubahan kesehatan yang berbeda-beda.
2) Pendidikan atau tingkat pengetahuan
Keyakinan seseorang terhadap adanya dukungan terbentuk oleh variabel intelektual
yang terdiri dari pengetahuan, latar belakang pendidikan dan pengalaman masa lalu.
Kemampuan kognitif membentuk cara berfikir seseorang termasuk kemampuan untuk
memahami faktor-faktor yang berhubungan dengan penyakit dan menggunakan
pengetahuan tentang kesehatan untuk menjaga kesehatan dirinya.
Kerangka teori adalah ringkasan dan tinjauan pustaka yang digunakan untuk
mengidentifikasi variabel yang akan diteliti yang berkaitan dengan konteks ilmu pengetahuan
yang digunakan untuk mengembangkan kerangka konsep penelitian (Notoatmodjo, 2010).
Kerangka teori dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Skema
Kerangka Teori
Kanker
Kerangka konsep penelitian pada dasarnya adalah kerangka hubungan antara konsep-
konsep yang ingin diamati atau diukur melalui penelitian-penelitian yang akan dilakukan
(Hidayat, 2011).
Ha: Diduga ada hubungan dukungan keluarga dengan citra tubuh pada pasien kanker yang
menjalani kemoterapi di Rumah Sakit Umum Daerah Arifin Achmad Pekanbaru.
BAB III
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan desain penelitian cross sectional yaitu suatu pendekatan
dimana penelitian melibatkan lebih dari satu kasus dalam sekali olah dan juga melibatkan
beberapa variabel untuk melihat pola hubungannya (Sugiyono, 2014). Penelitian ini akan
menilai hubungan dukungan keluarga dengan citra tubuh pada pasien kanker yang menjani
kemoterapi di Rumah Sakit Umum Daerah Arifin Achmad Pekanbaru.
Penelitian ini akan dilaksanakan di ruang rawat inap kemoterapi di Rumah Sakit
Umum Daerah Arifin Achmad Pekanbaru. Tempat penelitian ini dipilih karena Rumah
Sakit Umum Daerah Arifin Achmad Pekanbaru merupakan salah satu rumah sakit yang
menangani pasien kanker dengan pengobatan kemoterapi yang ada di Pekanbaru.
Populasi adalah keseluruhan jumlah yang terdiri atas objek atau subjek yang
mempunyai karakteristik dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sujarwendi, 2014).
Berdasarkan data rekam medis didapatkan jumlah pasien yang melakukan kemoterapi pada
bulan April 2022 adalah sebanyak 32 orang.
3.3.2 Sampel
Sampel penelitian adalah sebagian dari keseluruhan objek yang diteliti dan
dianggap mewakili seluruh populasi (Setiadi, 2013). Menurut Burn and Grove (2015),
sampel minimal dalam penelitian kuantitatif adalah sebanyak 30 orang. Sampel dalam
penelitian ini adalah sebanyak 30 orang.
3.4 Teknik Pengambilan Sampel
1. Data Primer
Data primer yaitu sumber data yang langsung memberikan data kepada
pengumpul data. Data dikumpulkan sendiri oleh peneliti langsung dari sumber pertama
atau tempat objek penelitian dilakukan. Peneliti menggunakan hasil wawancara yang
didapatkan dari informan mengenai topik penelitian sebagai data primer.
2. Data Sekunder
Data sekunder yaitu sumber data yang tidak langsung memberikan data kepada
pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau lewat dokumen. Dalam penelitian
ini yang menjadi sumber data sekunder adalah sesuai dengan buku, jurnal, artikel
yang berkaitan dengan topik penelitian.
3.6 Teknik Pengumpulan Data
Instrumen pengumpulan data dalam penelitian ini adalah kuesioner. Kuesioner ini
terdiri dari:
Validitas menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur itu mengukur apa yang ingin
diukur sedangkan uji reliabilitas adalah alat untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan
indikator dari variabel atau konstruk. Reliabilitas menunjukkan stabilitas dan konsistensi dari
suatu instrumen yang mengukur suatu konsep. Adapun uji validitas dan reliabilitas kuesioner
penelitian ini adalah:
Sebelum data yang didapat dianalisa, terlebih dahulu diolah dengan menggunakan
cara sebagai berikut:
Data yang diolah ke statistik dicek lagi kelengkapannya, jika data yang sudah
dimasukkan ke statistik tidak lengkap, maka data akan disesuaikan kembali sesuai
dengan tabel hingga benar. Jika data yang sudah dimasukkan ternyata tidak lengkap,
maka sampel dianggap gugur dan diambil sampel yang baru.
Analisa data yang digunakan adalah analisa univariat kategorik yaitu dilakukan
untuk menganalisa terhadap distribusi frekuensi setiap kategori jawaban pada variabel
penelitian, selanjutnya dilakukan analisa terhadap tampilan tersebut. Analisa univariat
dalam penelitian ini adalah umur, jenis kelamin, pendidikan dan pekerjaan.
b. Analisa Bivariat
Analisa bivariat digunakan untuk mengetahui hubungan dukungan keluarga
dengan citra tubuh pada pasien kanker yang menjalani kemoterapi di Rumah Sakit
Umum Daerah Arifin Achmad Pekanbaru. Analisa data dilakukan dengan uji chi square
dengan derajat kepercayaan 95%. Hubungan dua variabel dikatakan ada hubungan
apabila nilai p value ≤ 0,05.
Chi-square adalah salah satu jenis uji komparatif non parametris yang dilakukan
pada dua variabel yang bersifat kategorik. Kegunaan dari chi-square untuk menguji
seberapa baik kesesuaian diantara frekuensi yang teramati dengan frekuensi harapan
yang didasarkan pada sebaran yang akan dihipotesiskan, atau juga menguji perbedaan
antara dua kelompok pada data dua kategorik untuk dapat menguji signifikasi asosiasi
dua kelompok pada data dua kategori tersebut.
3.10 Jadwal Kegiatan
Kegiatan
1. N Tahun 2022 Tahun 2022
o Mei Juni Juli Agus Sep Okt Nov Des
1 Pembuatan Proposal
2 Seminar Proposal
3 Perbaikan Proposal
4 Pengumpulan Data
5 Pengolahan Data dan
Analisa
6 Penulisan Skripsi
7 Ujian Skripsi
8 Perbaikan Skripsi
DAFTAR PUSTAKA
American cancer society (ACS). (2016). Caring For Patient With Cancer at Home: Aguide for
patient and families. Atlanta: American Cancer Society. Diperoleh pada tanggal 11 Mei
2022 dari https://www.cancer.org/cancer/breast-cancer/about/what-isbreast-
cancer.html.
Bray, F. (2018). Global cancer statistics 2018: GLOBOCAN estimates of incidence and
mortality worldwide for 36 cancers in 185 countries. CA: A Cancer Journal for
Clinicians. 2018;68(6): 394-424.
Desen, W. (2011). Onkologi Klinis. Edisi 2. Jakarta: FKUI.
Endiyono., Herdiana W. (2016). Hubungan Dukungan Spiritual dan Dukungan Sosial Dengan
Kualitas Hidup Pasien Kanker Payudara Di RSUD Prof. Dr. Margono Seokarjo
Purwokerto. Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Kesehatan. Vol. 14, No. 2.
Fitrianasari, et al. (2017). Pengaruh Dukungan Keluargaa terhadap Tingkat Depresi Pasien
Chronic Kidney Disease Stadium 5D yang Menjalani Hemodialisis di RSD dr. Soebandi
Jember Soebandi Hospital Jember. E-Jurnal Pustaka Kesehatan, Vol 5, Issues 1, Pages
164-168.
Friedman, M. M., Bowden, V. R., & Jones, E. G. (2014). Buku Ajar Keperawatan Keluarga
(Riset, teori, dan praktik) Edisi 5. Jakarta: EGC.
Hakim, R., Baskoro, T. A., Rusmariana, A., Atabaki, Z. (2013). Hubungan dukungan keluarga
dengan kualitas hidup pasien kanker yang menjalani kemoterapi di RSUD Kraton
Pekalongan
Harnilawati. (2013). Konsep dan Proses Keperawatan Keluarga. Sulawesi Selatan: Pustaka
As Salam
Haryati, F. & Sari, D.N.A. (2019). Hubungan body image dengan kualitas hidup pada pasien
kanker payudara yang menjalankan kemoterapi. Program Studi Ilmu Keperawatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Surya Global. Health Sciences and Pharmacy
Journal. Vol. 3, No. 2 Agustus 2019, pp. 55-59. ISSN: 2599-2015 (Online), 2622-
1268 (Print). Diperoleh pada tanggal 8 Mei 2022 dari
http:/journal.stikessuryaglobal.ac.id/index.php/hspj
Hidayat. (2011). Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis Data. Jakarta: Salemba
Medika
Hidayati & Subriah. (2017). Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kualitas Hidup Pasien
Kanker Serviks Di Rumah Sakit Ibnu Sina Makassar Periode Januari-Juni 2017.
Jurusan Kebidanan Poltekkes Makassar
Maas dkk (2014). Asuhan Keperawatan Geriatrik: Diagnosa NANDA, Kriteria Hasil NOC,
Intervensi NIC. Jakarta: EGC
Mailani, F & Andriani, R. K. (2017). Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kepatuhan
Berobat Penderita Skizofrenia. STIKes YPAK Padang, Vol 2, Issue 8, Pages 416-
423.
Miller, A. C. (2012). Nursing Care of Older Adult Theory and Practices. Philadelphia: JB.
Lippicott Company
Nahdiyah, I. (2015). Hubungan Antara Body Image dengan Kepuasan Hidup pada Remaja
yang Mengalami Obesitas di Komunitas Kagumi (Ikatan Wanita Gemuk Indonesia).
National Cancer Institute. (2013). Nausea and Vomiting. Diperoleh pada tanggal 7 Mei 2022
dari
http:/www.cancer.gov/cancertopics/pdq/supportivecare/nausea/HealthProfesional/
page4.
Nurhidayati. T., Rahayu. A. D. (2017). Dukungan Pasangan Pada Pasien Kanker Payudara
Yang Menjalani Kemoterapi Di RSI Sultan Agung. Jurnal Keperawatan Soedirman.
12-72-77
Potter, P. A & Perry, A. G. (2016). Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses &.
Praktek. Edisi 4. Vol 1. Jakarta: EGC.
Puspita, R. T, Huda, N dan Safri. (2017). Hubungan dukungan sosial dengan citra tubuh pasien
kanker payudara post op mastektomi. Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas
Riau. Diperoleh pada tanggal 11 Mei 2022 dari nurul.huda@unri.ac.id
Rahayu (2016). Dukungan pasangan pada pasien kanker payudara yang menjalani kemoterapi
di RSI Sultan Agung Semarang. Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman
Journal of Nursing), Volume 12, No. 3 November 2017. Fakultas Ilmu Keperawatan
dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Semarang. Diperoleh pada tanggal 10
Mei 2022 dari tnh@unimus.ac.id
Rahayu, T., (2011). Studi Fenomologi Pengalaman Suami dengan Istri yang Mengalami
Kanker Servik di Wilayah Jakarta. Tesis. Jakarta
Ratna, W. (2011). Sosiologi dan Antropologi Kesehatan dalam Persepektif Ilmu. Yogyakarta:
Pustaka Rihama.
Rochmawati. (2015). Dukungan keluarga dan harga diri pasien kanker payudara di RSUP H.
Adam Malik Medan. Diperoleh pada tanggal 7 Mei 2022 dari http://jurnal.usu.ac.id
Samadi, H. P. (2011). Yes, I Know Everything About Kanker Serviks! Mengenali, Mencegah,
dan Bagaimana Anda Menjalani Pengobatannya. Solo: PT Tiga Serangkai Pustaka
Mandiri.
Setiadi. (2013). Konsep dan praktek penulisan riset keperawatan (Ed.2). Yogyakarta: Graha
Ilmu
Siburian, C. H., & Wahyuni, S. E. (2012). Dukungan Keluarga dan Harga Diri Pasien Kanker
Payudara Di RSUP. Adam Malik Medan. Jurnal Keperawatan Klinis. 2 (1)
Sjamsuhidayat, R. (2015). Buku ajar ilmu bedah: sjamsuhidrajat – De jog. Jakarta: EGC.
Smeltzer and Bare. (2015). Buku ajar keperawatan medical-bedah Brunner & Suddarth.
Jakarta: EGC
Sudiyanti. (2017). Hubungan Dukungan Keluarga Terhadap Mekanisme Koping Pada Pasien
Kanker Serviks Yang Menjalani Kemoterapi Di RSUD Dr. Moewardi. Naskah
Publikasi. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta. URL:
eprints.ums.ac.id
Sugiyono. (2014). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D.
Bandung: Alfabeta
Tartum et al. (2016). Hubungan lamanya hemodialisis dengan tingkat depresi pada pasangan
hidup pasien gagal ginjal kronik di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado. E-Clinic,
4(1). https://doi.org/10.35790/ecl.4.1.2016.10832
Tasripiyah, A. S., Prawesti, A., & Rahayu, U. (2012). Hubungan koping dan dukungan sosial
dengan body image pasien kanker payudara post op mastektomi di poli bedah
oknologi RSHS Bandung. Student e – journals. (Vol. 1, No. 1). Diperoleh tanggal 1
Mei 2022 dari http://jurnal.unpad.ac.id/ejournal/article/view/769
World Health Organization (WHO) (2019). Latest world cancer statictics Global cancer
burden rises to 14.1 million new cases: Marked in breast cancers must be addressed.
Diperoleh pada tanggal 27 mei 2022 dari https://www.iarc.fr/en/media-
center/pr/2019/pdfs/pr223_E.pdf