Anda di halaman 1dari 73

“Asuhan Keperawatan dalam Pemenuhan Kebutuhan Dasar pada

An. G dengan Bronkopneumonia” di Paviliun Badar Rumah Sakit

Islam Cempaka Putih Jakarta Pusat

30 Mei - 1 Juni 2016

Disusun Oleh :
ANGGA OKTAVIANSYAH
2013750001

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
TAHUN 2016

1
2
3
4

KATA PENGANTAR

Bismillahirahmanirrahim
Assalamu’alaikumWarahmatullahWabarakatuh
Segala puji bagi Allah Ta’ala yang telah memberikan limpahan nikmat kepada
hamba-hamba-nya, Shalawat serta salam kepada Sauri Tauladan Nabi Muhammad
Sallahualaihiwasalam keluarga, sahabat dan seluruh pengikut sunnahnya sampai
akhir zaman. Atas segala Rahmat dan karunia-Nya yang telah dilimpah kepada
penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Karya Tulis Ilmiah dengan
judul “ Asuhan Keperawatan Dalam Pemenuhan Kebutuhan Pada An. G Dengan
Gangguan Sistem Pernafasan (Bronchopneumonia) di Paviliun Badar Rumaha Sakit
Islam Cempaka Putih Jakarta dari tanggal 30 Mei 2016 sampai 1 Juni 2016.

Laporan Karya Tulis Ilmiah ini disusun untuk memenuhi persyaratan ujian akhir
Program Diploma III Keperawatan di Akademi Keperawatan Rumah Sakit Islam
Jakarta Falkutas Kedokteran dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Jakarta.
Penulis menyadari dalam penulisan makalah ilmiah ini masih banyak terdapat
kekurangan, hal ini dikarenakan keterbatasan pengetahuan yang dimiliki oleh
penulis. Namun berkat bantuan dan bimbingan serta arahan dari berbagai pihak
akhirnya penulis dapat menyelesaikan laporan ini tepat pada waktunya.
Dengan selesainya Karya Tulis Ilmiah ini, penulis mengucapkan terimakasih kepada
berbagai pihak yang telah banyak membantu dalam menyelesaikan Karya Tulis
Ilmiah ini, terutama kepada:

1. Ibu Ns. Idriani, M,Kep., Sp.Mat, selaku Ka.prodi D III Keperawatan Rumah
Sakit Islam Jakarta Falkutas Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah
Jakarta.
2. Ibu Ns. Titin Sutini, Sp.Kep.An selaku Ka.Bid Pendidikan Keperawatan Anak
serta Pembimbing Dalam Penyusunan Karya Tulis Ilmiah.
3. Ibu Ns. Endah W, S.Kep, selaku Pembimbing Klinik Penulis dalam penyusunan
Karya Tulis Ilmiah.
5

4. Ibu Ns. Nurhayati, M.Kep,Sp.Kep.kom selaku wali Akademik tingkat III


angkatan 31 Program Studi D III Keperawatan Rumah Sakit Islam Jakarta
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Jakarta.
5. Kepala ruangan dan Staff Perawata di Paviliun Badar Rumah Sakit Islam Jakarta
berserta An. G dan keluarga selaku sumber data.
6. Seluruh Staff Pendidikan Program Studi D III Keperawatan Rumah Sakit Islam
Jakarata Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Jakarta.
7. Orang Tua Tercinta (Joko Suseno dan Sri Erna Wati), Dan Keluarga yang selalu
member support kepada penulis dan saya sangat berterima kasi atas Doa yang
telah diberikan selama ini kepada penulis.
8. Teman teman seperjuangan dalam tim KTI “kelompok Anak” dina, ela, miswa,
lala, susi. Yang selalu memberikan dukungan serta bantuan kepada penulis.
9. Sahabat sahabat ( Ns. Wahyu Loronika S.kep , Ezza, Deni Hariyanto S.kep, Adi,
Hamdani ) yang telah memberikan dukungan moral serta doa kepada penulis.
10. Teamn seperjuangan Angkatan 31 Program Studi D III Keperawatan Rumah
Sakit Islam Jakarata Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah
Jakarta, yang telah banyak memberikan kesan dan pesan selama 3 tahun ini.
6

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN
LEMBAR PENGESAHAN

KATA PENGANTAR ...................................................................................... i


DAFTAR ISI .................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. III
A. Latar Belakang ........................................................................................... 1
B. Tujuan ........................................................................................................ 4
1. Tujuan Umum ..................................................................................... 4
2. Tujuan Khusus ..................................................................................... 4
C. Ruang Lingkup .......................................................................................... 4
D. Metode Penulisan ....................................................................................... 5
E. Sistematikan Penulisan............................................................................... 5
BAB II TINJAUAN TEORITIS .................................................................... 12
A. Konsep Dasar ........................................................................................... 12
1. Pengertian........................................................................................... 12
2. Etiologi ............................................................................................... 12
3. Patofisiologi ....................................................................................... 12
4. Manifestas klinik ............................................................................... 15
5. Komplikasi ......................................................................................... 15
6. Penalataksanaan ................................................................................. 16
B. Konsep Tumbuh Kembang ...................................................................... 17
C. Konsep Hospitalisasi ................................................................................ 21
D. Konsep Asuhan Keperawatan Dalam Pemenuhan Kebutuhan Pada Anak
dengan Gangguan Sistem Pernafasan (Bronchopneumonia) ................... 23
1. Pengkajian Keperawatan .................................................................... 23
2. Diagnose Keperawatan....................................................................... 27
3. Perencanaan Keperawatan ................................................................. 28
4. Pelaksanaan Keperawatan .................................................................. 34
5. Evaluasi Keperawatan ........................................................................ 34
7

BAB III TINJAUAN KASUS ........................................................................ 36


A. Pengkajian Keperawatan .......................................................................... 36
B. Diagnosa Keperawatan............................................................................. 41
C. Perencanaan Keperawatan ....................................................................... 41
D. Pelaksanaan Keperawatan ........................................................................ 45
E. Evaluasi Keperawatan .............................................................................. 57
BAB IV PEMBAHASAN .............................................................................. 52
A. Pengkajian Keperawatan .......................................................................... 52
B. Diagnosa Keperawatan............................................................................. 53
C. Perencanaan Keperawatan ....................................................................... 55
D. Pelaksanaan Keperawatan ........................................................................ 56
E. Evaluasi Keperawatan .............................................................................. 57
BAB V PENUTUP ......................................................................................... 67
A. Kesimpulan .............................................................................................. 67
B. Saran ........................................................................................................ 68
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................
LAMPIRAN ...............................................................................................................
8

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bronkopneumonia merupakan peradangan pada parenkim paru yang disebabkan
oleh beberapa faktor diantaranya adalah bakteri, virus, jamur, ataupun benda
asing yang ditandai dengan gejala panas yang tinggi, gelisah, dispnea, napas
cepat dan dangkal, muntah, diare, serta batuk kering dan produktif, (Hidayat,
2008).

Bronkopneumonia merupakan masalah kesehatan dunia karena angka


kematiannya tinggi, tidak saja di negara berkembang tetapi juga di negara maju
seperti Amerika Serikat, Kanada dan negara-negara Eropa. Di Amerika serikat
misalnya terdapat dua juta sampai tiga juta kasus pneumonia per tahun dengan
jumlah angka kematian rata-rata mencapai 45.000 orang (Misnadiarly, 2008).

Sementara menurut WHO (2010) pneumonia merupakan salah satu penyebab


kematian anak di seluruh dunia. Setiap tahun pneumonia dapat menyebabkan
kematian pada sekitar 1,6 juta anak balita atau sekitar 14% dari seluruh kematian
balita di seluruh dunia. Angka kematian lebih tinggi dibanding dari kematian
akibat HIV/AIDS yang mencapai sekitar 2%, malaria 8% dan campak 1%. Dari
15 negara dengan perkiraan jumlah tertinggi episiode pneumonia baru, dengan
insiden masing-masing 15 negara ini menyumbang sebesar 74% atau sekitar
115.300.000 episode pneumonia baru dari 156 juta episode perkiraan global.
Setiap tahun lebih dari setengah kasus baru pneumonia di dunia berusia kurang
dari 5 tahun, seperti India 43 juta, China 21 juta, Pakistan 10 juta sedangkan
bangladesh, Indonesia serta Nigeria masing-masing 6 juta.

Menurut hasil survey Riskesdas (2013), melaporkan bahwa DKI Jakarta periode
prevalalensi pneumonia berdasarkan diagnosis 1 bulan sebelum wawancara
sebesar 0.2%. Sedangkan berdasarkan diagnosis atau gejala sebesar 1,8%. Di
bandingkan hasil survey Riskesdas (2007) yaitu sebesar 2,13% periode
60

prevalensi pneumonia berdasarkan diagnosis sebesar 2,4 per 1000 balita


berdasarkan diagnosis atau gejala sebesar 18,5 per 1000 balita. Angka kematian
akibat pneumia pada balita sebesar 1,19%. Pada kelompok bayi angka kematian
lebih tinggi yaitu mencapai 2,89% dibandingkan pada kelompok umur 1-4 tahun
yang hanya mencapai 0,20%, (Depkes. RI, 2014).

Berdasarkan data yang penulis dapatkan dari Medical Record Rumah Sakit Islam
Jakarta Cempaka Putih, mulai dari bulan April hingga Mei 2016 tercatat anak
yang dirawat dengan kasus gastroenteritis sebanyak 40 anak, morbili 13 anak,
typoid 19 anak, DHF 53 anak sedangkan anak yang dirawat dengan
bronkopneumonia berjumlah 8 anak. Anak yang dirawat dengan
bronchopneumonia di Rumah Sakit Islam Jakarta Cempaka Putih khususnya
Paviliun Badar mencapai 10.6% dari semua kasus yang ada. Anak yang
mengalami bronchopneumonia pada kelompok usia infant (0-12 bulan) mencapai
3 anak, usia toddler (1-3 tahun) 5 anak.

Berdasarkan data di atas, gangguan sistem pernafasaan: Bronchopneumonia di


Paviliun Badar Rumah Sakit Islam Cempaka Putih Jakarta banyak terjadi pada
anak usia infant dan toddler. Anak usia infant dan toddler memiliki struktur
anatomi pernapasan yang pendek sehingga penyebaran infeksi dari saluran
pernapasan bagian atas ke saluran pernapasan bagian bawah semakin mudah
sehingga saluran pernapasan yang sempit atau kecil memungkinkan anak akan
mengalami gangguan bersihan jalan nafas bahkan memungkinkan terjadi
obstruksi.

Masalah keperawatan yang sering muncul pada anak yang mengalami gangguan
sistem pernafasaan: bronchopneumonia adalah tidak efektifnya bersihan jalan
nafas, perubahan pola nafas dan resiko gangguan pertukaran gas. Oleh karena
itu, jika masalah tersebut tidak segera diatasi akan menyebabkan berbagai
komplikasi seperti atelektasis, empisema, abses paru, infeksi sistemik,
endokarditis bahkan bisa menyebabkan kematian.

Berdasarkan hal tersebut diatas, untuk mencegah terjadinya komplikasi


diperlukan penanganan yang cepat dan tepat. Peran perawat dalam
meminimalkan terjadinya komplikasi pada anak yang mengalami gangguan
sistem pernapasan: bronchopneumonia adalah dengan cara memberikan asuhan
keperawatan yang professional dan komprehensif melalui berbagai upaya
kesehatan. Upaya yang dilakukan perawat dalam melakukan asuhan
keperawatan pada anak dengan bronkopneumonia meliputi upaya promotif,
preventif, kuratif dan rehabilitatif. Upaya promotif dapat dilakukan dengan cara
menjaga kebersihan, baik fisik maupun lingkungan seperti: menganjurkan pada

60
61

keluarga untuk menjauhkan anak dari asap rokok, polusi udara, memperbaiki
ventilasi rumah dan lain-lain. Upaya preventif dapat dilakukan dengan cara
menjaga pola hidup bersih dan sehat serta meningkatkan daya tahan tubuh anak.
Upaya kuratif dapat dilakukan selama proses perawatan, yaitu dengan cara
memberikan asuhan keperawatan baik secara mandiri maupun kolaboratif, seperti
mempertahankan bersihan jalan napas, pola napas dan mencegah terjadinya
gangguan pertukaran gas. Sedangkanupaya rehabilitatif, perawat berperan dalam
memulihkan kondisi anak dengan menganjurkan pada orang tua untuk kontrol ke
rumah sakit sesuai jadwal yang telah ditentukan dan meningkatkan asupan gizi
anak untuk mempercepat proses penyembuhan.

Oleh karena itu, untuk dapat mengatasai berbagai macam permasalahan pada
anak dengan gangguan system pernapasan: bronchopneumonia maka penulis
sebagai calon tenaga kesehatan perlu meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan guna meningkatkan mutu dan kualitas pelayanan kesehatan melalui
asuhan keperawatan secara professional. Dengan demikian, penulis tertarik untuk
membahas “asuhan keperawatan pada dalam pemenuhan kebutuhan dasar anak
dengan gangguan sistem pernapasan: bronchopneumonia”.

B. Tujuan Penulisan

Tujuan dari penulisan karya tulis ini adalahsebagai berikut:


1. Tujuan umum
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 hari diharapkan penulis
mendapatkan gambaran dan pengalaman yang nyata dalam memberikan
asuhan keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan pada anak dengan gangguan
sistem pernapasan: bronchopneumonia melalui pendekatan proses
keperawatan, tanpa mengabaikan konsep tumbuh kembang.
2. Tujuan khusus
Setelah melakukan asuhan keperawatan diharapkan penulis:
a. Mampu melakukan pengkajian pada anak dengan gangguan
sistempernapasan: bronchopneumonia.
b. Mampu menentukan masalah keperawtan pada anak dengan gangguan
sistem pernapasan: bronchopneumonia.
62

c. Mampu merencanakan tindakan keperawatan pada anak dengan ganguan


sistem pernapasan: bronchopneumonia.
d. Mampu melaksanaan tidakan keperawatan pada anak dengan gangguan
sistem pernapasan: bronchoneumonia.
e. Mampu melakukan evaluasi pada anak dengan gangguan sistem
pernapasan: bronchopneumonia.
f. Mampu mengidentifikasi kesenjangan yang terdapat antara teori dan kasus
dalam praktek.
g. Mampu mengidentifikasikan faktor pendukung maupun penghambat serta
dapat mencari solusi atau alternatif pemecahan masalah pada anak dengan
gangguan sistem pernapasan: bronchopneumonia.
h. Mampu mendokumentasikan semua kegiatan asuhan keperawatan pada
anak dengan gangguan sistem pernapasan: bronchopneumonia.

C. Ruang Lingkup

Berdasarkan judul yang dikemukaan diatas serta kemampuan dari penulis, maka
penulis membatasi ruang lingkup dengan bahasannya hanya pada satu kasus
tentang: “Asuhan Keperawatan Dalam Pemenuhan Kebutuhan Dasar pada An.G
dengan Gangguan Sistem Pernapasaan: Bronchopneumia di Pavilliun Badar
Rumah Sakit Islam Cempaka Putih Jakarta Pusat” yang tercatat dari mulai
tanggal 30 Mei sampai dengan 1 Juni 2016.

D. Metode Penulisan

Dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini penulis menggunakan Metode Deskriftif,
yaitu metode ilmiah yaitu dengan mengumpulkan data, menganalisa dan menarik
kesimpulan yang disajikan dalam bentuk narasi. Adapun teknik pengumpulan
data yang dilakukan adalah dengan cara:
1. Studi kepustakaan, yaitu pengumpulan bahan-bahan yang sesuai dengan
materi Karya Tulis Ilmiah ini dengan membaca, menelaah, mempelajari dan
memahami literature dan sumber-sumber lain.
63

2. Studi kasus, yaitu dengan mengadakan wawancara dan observasi langsung


serta praktek nyata pada klien dibagian anak khususnya ruang isolasi Badar
RS.Islam Cempaka Putih, Jakarta.

E. Sistematika Penulisan

Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah sistematika penulisan laporan kasus ini,
disusun menjadi 5 Bab yang terdiri dari:
Bab I: Pendahuluan
Meliputi pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah, tujuan
penulisan, ruang lingkup, metode penulisan dan sistematika penulisan.

Bab II: Tinjauan Teoritis


A. Konsep kebutuhan dasar manusia: kebutuhan fisiologis, kebutuhan
nyaman dan aman, kebutuhan rasa cinta, memiliki dan dimiliki,
kebutuhan harga diri dan kebutuhan aktualisasi diri.
B. Konsep dasar terdiri dari: pengertian, etiologi, patofisiologi,
manifestasi klinik, komplikasi dan penatalaksanaan.
C. Konsep tumbuh kembang
D. Konsep hospitalisasi
E. Konsep asuhan keperawatan melaluli pendekatan proses keperawatan
meliputi: pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi.
Bab III: Tinjauan Kasus
Merupakan laporan hasil asuhan keperawatan pada anak dengan
morbili yang meliputi: pengkajian, diagnosa keperawatan,
perencanaan dan evaluasi.
Bab IV: Pembahasan
Membahas Kesenjangan yang terjadi antara Bab II dan Bab III
meliputi: pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan dan
evaluasi.
BAB V: Penutup
Meliputi kesimpulan dan saran
64

A. Kesimpulan: berisi uraian singkat mengenai asuhan keperawatan


pada anak dengan morbili mulai dari pengkajian, diagnosa
keperawatan, perencanaan dan evaluasi.
Saran: berisi tentang usulan-usulan mengenai hal yang harus
diperbaiki dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada anak
dengan bronkopneumonia guna meningkatkan mutu pelayanan
keperawatan.
B. Saran: berisi tentang usulan-usulan mengenai hal yang harus
diperbaiki dalam melaksanakan asuhan keperawatan dalam
pemenuhan kebutuhn dasar An. G dengan bronkopneumonia guna
meningkatkan mutu pelayanan keperawatan.
65

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Kebutuhan Dasar Manusia

Manusia mempunyai kebutuhan tertentu yang harus dipenuhi secara


memuaskan melalui proses homoestasis, baik fisiologi maupun psikologis.
Adapun kebutuhan yang merupakan suata hal yang sangat penting,
bermanfaat, atau diperlukan untuk menjaga homeostasis dan kehidupan itu
sendiri. Banyak ahli filsafat, psikologis, dan fisiologis menguraikan
kebutuhan manusia dan membahasnya dari berbagai segi. Orang pertama
yang menguraikan kebutuhan manusia adalah Aristoteles. Sekitas tahun 1950,
Abraham Maslow seorang psikolog dari Amerika mengembangkan teori
tentang kebutahan dasar manusia yang lebih dikenal dengan istilah Hierarki
Kebutuhan Dasar Manusia Maslow (Wolf, Luverne, dkk, 1984). Hierarki
tersebut meliputi lima kategori kebutuhan dasar, yakni :
1. Kebutuhan fisiologi (physiologic needs). Kebutuhan fisiologi memiliki
prioritas tertiggi dalam hierarki Maslow. Umumnya, seseorang yang
memiliki beberapa kebutuhan yang belum terpenuhi akan lebih dalu
memenuhi kebutuhan fisiologinya dibandingkan kebutuhan yang lain.
Manusia memiliki delapan macam kebutuhan, yaitu :
a. Kebutuhan oksigen dan pertukaran gas.
b. Kebutuhan cairan dan elektrolit.
c. Kebutuhan makanan.
d. Kebutuhan eliminasi urine dan alvi.
e. Kebutuhan istirahat dan tidur.
f. Kebutuhan aktivitas.
g. Kebutuhan kesehatan temperature tubuh.
h. Kebutuhan seksual.
66

2. Kebutuhan keselamatan dan rasa aman (Sefety and Security Needs).


Kebutuhan keselamatan dan rasa aman yang dimakksud adalah aman dari
berbagai aspek, baik fisiologis, maupun psikologis. Kebutuhan ini
meliputi :
a. Kebutuhan perlindungan diri dari udara dingin, panas, kecelakaan, dan
infeksi.
b. Bebas dari rasa takut dan kecemasan.
c. Bebas sari perasaan terancam karena pengalaman yang baru atau asing.

3. Kebutuhan rasa cinta, memiliki dan dimiliki (Love and Belonging Needs).
Kebutuhan ini memliputi :
a. Memberi dan menerima kasih sayang.
b. Perasaan dimiliki dan hubungan yang bearti dengan orang lain.
c. Kehangatan.
d. Persahabatan.
e. Mendapat tempat atau diakui dalam keluaraga, kelompok, serta
lingkungan sosial.

4. Kebutahan harga diri (Self-Esteem Needs). Kebutuhan ini meliputi :


a. Perasaan tidak bergantung kepada orang lain.
b. Kompeten.
c. Penghargaan terhadap diri sendiri dan orang lain.

5. Kebutuhan aktulisasi diri (Needs for Self Actualization). Kebutuhan ini


meliputi :
a. Dapat mengenal diri sendiri dengan baik (mengenal dan memahami
potensi diri).
b. Belajar memenuhi kebutuhan diri sendiri
c. Tidak emosional
d. Mempunyai dedikasi yang tinggi.
e. Kreatif.
f. Mempunyai kepercayaan diri yang tinggi, dan sebagainya.
67

Dengan mengetahui konsep kebutuhan dasar menurut Maslow, kita perlu


memahami bahwa :
1) Manusia senantiasa berkembang sehingga dapat mencapai potensi diri
yang maksimal.
2) Kebutuhan pada tingkat yang lebih tinggi tidak akan terpenuhi dengan
baik sampai kebutuhan sampai kebutuhan di bawahnya terpenuhi.
3) Jika kebutuhan dasar pada setiap tingkatan tidak teroenuhi, pada
akhirnya akan muncul suatu kondisi patologis.
4) Setiap orang mempunyai kebutuhan dasar yang sama, dan setiap
kebutuhan tersebut dimodifikasi sesuai dengan budaya masing-
masing.
5) Setiap orang memenuhi kebutan dasarnya menurut prioritas.
6) Walaupun kebutuhan pada umumnya harus dipenuhi, tetapi beberapa
kebutuhan sifatnya dapat ditunda.
7) Kegagalan dalam memenuhi kebutuhan menyebabkan
ketidakseimbangan homoestasis. Kondisi ini lebih lanjut dapat
menimbulkan penyakit.
8) Kebutuhan dapat menyebabkan seseorang berpikir dan bergerak untuk
memenuhinya. Ini disebabkan oleh rangsangan oleh rangsangan yang
berasal dari factor internal dan eksternal.
9) Seseorang dapat merasakan adanya kebutuhan sehingga dapat
berespons melalui berbagai cara.
10) Kebutuhan dasar sifatnya saling berkaitan, beberapa kebutuhan yang
tidak terpenuhinya akan memengaruhi kebutuhan lainnya.

Konsep hierarki di atas menjelaskan bahwa manusia senantiasa berubah, dan


kebutuhannya pun terus berkembang. Jika seseorang merasakan kepuasan, maka
akan menikmati kesejahteraan dan bebas untuk berkembang menuju potensi yang
lebih besar. Sebaliknya, jika proses pemenuhan kebutuhan itu terganggu, akan
timbul suatau kondisi patologis. Dalam konteks homeostatis, suatu persoalan atau
68

masalah dapat dirumuskan sebagai hal yang menghalangi terpenuhinya


kebutuhan, dan kondisi tersebut lebih lanjut dapat mengancam homeostatis
fisiologis maupun psikologis seseorang. Oleh sebab itu dengan memahami
konsep kebetuhan dasar manusia maslow, akan diperoleh persepsi yang sama
bahwa untuk beralih ke tingkat kebutuhan yang lebih tinggi, kebutuhan dasar di
bawahnya harus terpenuhi lebih dulu. Kebutuhan dasar yang terganggu pada ana
dengan bronkopneumonia yaitu, bersihan jalan nafas tidak efektif, perubahan
pola nafas dan resiko gangguan pertukaran gas. Oleh karena itu, jika masalah
tersebut tidak segera diatasi akan menyebabkan berbagai komplikasi seperti
atelektasis, empisema, abses paru, infeksi sistemik, endokarditis bahkan bisa
menyebabkan kematian.

Adapun kebutuhan dasar yang terganggu pada anak dengan bronkopneumonia


mencangkup :
1) Gangguan kebutuhan fisiologis
Beberapa kebutuhan fisiologis yang terganggu pada anak dengan
bronkopneumonia adalah, sebagai berikut:
a) Kebutuhan oksigenasi
Bronkopneumonia merupakan salah satu penyakit infeksi pada saluran
pernafasan. Proses inflamasi pada pernafasan dapat menyebabkan
peningkatan produksi sekret yang dimanifestasikan dengan batuk, pilek
dan suara ronchi, sehingga pada anak dengan bronkopneumonia akan
mengalamai tidak efektif bersihan jalan nafas. Jika inefektif bersihan
jalan nafas tidak diatasi segera dapat menyebabkan obstruksi jalan nafas
yang akan berpengaruh terhadap pola nafas yang ditandai dengan anak
mengalami sesak, nafas cepat dan dangkal, nafas cuping hidung dan
terdapat retraaksi dinding dada. Keadaan lebih lanjut bronchopneumonia
dapat menyebabkan terjadinya gangguan pertukaran gas sebagai dampak
dari inflamasi yang terjadi pada paru dan rusaknya bronchiolus tempat
dimana proses pertukaran gas CO2 dan O2 terjadi, maka berdasarkan
uraian diatas kebutuhan oksigenasi pada anak dengan bronkopneumonia
akan terganggu.
69

b) Kebutuhan cairan dan elektrolit


Bronkopneumonia merupakan penyakit infeksi pada parenkim paru, salah
satu manifestasi dari proses infeksi yaitu terjadinya peningkatan suhu
tubuh. Peningkatan suhu tubuh terjadi sebagai akbiat adanya peningkatan
metabolisme tubuh sebagai salah satu kompensasi tubuh untuk
memushakan mikroorganisme yang masuk ke dalam tubuh. Proses
tersebut dapat menyebabkan kehilangan cairan karena terjadi peningkatan
IWL. Bronchopneumonia pada beberapa anak dapat menimbulkan
komplikasi diare, hal tersebut akan memperparah terjadinya defisit
volume cairan maka kebutuhan cairan dan elektrolit pada anak dengan
bronkopneumonia akan terganggu.

c) Kebutuhan nutrisi
Peningkatan produksi sekret pada anak dengan bronkopneumonia dapat
menstimulasi adanya muntah dan menyebabkan nafsu makan menurun
sehingga dapat berdampak terhadap intake nutrisi dan terjadi gangguan
dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi.

B. Konsep Dasar

1. Defenisi
Bronkopneumonia adalah suatu perada pada parenkim paru yang meluas
sampai bronkioli atau dengan kata lain peradangan yang terjadi pada
jariangan pary melalui hematogen sampai ke bronkus (Riyadi dan
Sukarmin, 2012). Bronkopneumonia adalah suatu peradangan pada
bronkhiolus yang disebabkan oleh virus ( Suriadi dan Yuliana, 2001).
70

Bronkhiolitis adalah suatu peradangan infeksi viral pada bronkhiolus,


disebabkan obstruksi jalan udara yang akut dan penurunan pertukaran
gas di alveoli (Speer, 1999).

2. Etiologi
Penyebab tersering bronkopnrumonia pada anak adalah pneumokokus
sedang penyebab lainnya antara lain streptococcus pneumonia,
stapilokokus aureus, haemophillus influenza, jamur (seperti candida
albicans), dan virus. Pada bayi dan anak kecil ditemukan staphylococcus
aureus sebagai penyebab yang berat serius dan sangat progresif dengan
mortalitas tinggi. Bronkopneumonia muncul disebabkan karena
inflamasi obstruksi. RSV berisi seuntai RNA paramyxovirus dan
berhubungan dengan virus para influenza, ada 2 subkelompok mayor
pada rangkaian tegangan : A (lebih vurulen) dari B, anak-anak lebih
berkembang bronkopneumonia dan pneumonia dari RSV subkelompok
infeksi A dari pada sekelompok infeksi selama penyakit mayor.

3. Patofisiologi
Kuman masuk kedalam jaringan paru-paru melalui saluran pernafasan
dari atas untuk mencapai bronchiolus dan kemudian alveolus sekitarnya.
Kelainan yang timbul berupa bercak konsolidasi yang tersebar pada
kedua paru-paru, lebih banyak pada bagian basal. Pneumonia dapat
terjadi sebagai akibat inhalasi mikroba yang ada di udara, aspirasi
organisme dari nasofarinks atau penyebaran hematogen dari infeksi yang
jauh. Kuman pneumokokus dapat meluas melalui porus khon dari alveoli
ke seluruh segmen atau lobus. Eritrosit mengalami perembesan dan
beberapa leukosit dari kapiler paru-paru. Alveoli dan septa menjadi
penuh dengan cairan edema yang berisi eritrosit dan fibrin serta relative
sedikit leukosit sehingga kapiler alveoli menjadi melebar. Paru menjadi
tidak berisi udara lagi, kenyal dan berwarna merah.
Pada tingkat lebih lanjut, aliran darah menurun, alveoli penuh dengan
leukosit dan relatif sedikit eritrosit. Kuman pneumokokus di fagositosis
71

oleh leukosit dan sewaktu resolusi berlangsung, makrofag masuk


kedalam alveoli dan menelan leukosit bersama kuman pneumokokus
didalamnya. Paru masuk dalam tahap hepatisasi abu-abu dan tampak
berwarna abu-abu kekuningan. Secara perlahan-lahan sel darah merah
yang mati dan eksudat fibrin dibuang dari alveoli. Terjadi resolusi
sempurna, paru menjadi normal kembali tanpa kehilangan kemampuan
dalam pertukaran gas.
Akan tetapi apabila proses konsolidasi tidak dapat berlangsung dengan
baik maka setelah edama dan terdapatnya eksudat pada alveolus maka
membrane dari alveolus akan mengalami kerusakan yang dapat
mengakibatkan ganguan proses diffusi osmosis oksigen pada alveolus.
Perubahan tersebut akan berdampak pada penurunan jumlah oksigen
yang dibawa oleh darah. Penurunan itu yang secara klinis penderita
mengalami pucat sampai sianosis. Terdapatnya cairan purulent pada
alveolus juga dapat mengakibatkan peningkatan tekanan pada paru,
selain dapat berakibat penurunan kemampuan mengambil oksigen dari
luar juga mengakibatkan berkurangnya kapasitas paru.
Penderita akan berusaha melawan tingginya tekanan tersebut
menggunakan oto-otot bantu pernafasan (otot interkosta) yang dapat
menimbulkan peningkatan retraksi dada. Terdapat peradangan pada
bronkus dan paru juga akan mengakibatkan peningkatan produksi
mukosa dan peningkatan gerakan silia pada lumen bronkus sehingga
timbul peningkatan reflek batuk. Perjalanan patofisiologi di atas bisa
berlangsung sebaliknya yaitu didahului dengan infeksi pada bronkus
kemudian berkembang menjadi infeksi paru.

Bagan Patofisiologi (Riyadi dan Sukarmin, 2012)

Jamur, virus, bakteri, protozoa

Masuk alveoli
72

Eksudat dan serous


Masuk ke alveoli
Melalui pembuluh darah Penumpukan
Cairan dalam
Peningkatan suhu alveoli
tubuh
Gangguan SDM dan lekosit
Fungsi otak PMN mengisi alveoli
Gangguan
pertukaran
Keringatan
gas
kejang berlebihan
Leukosit dan fibrin
Mengalami konsolidasi
Dalam paru
Resti Resti
injury kekurangan
cairan
Konsuldasi
PMN Jaringan paru
meningkat

Sputum Komplaince paru


mengental turun

Gangguan pola nafas


Bersihan
Jalan nafas
tidak efektif

4. Manifestasi Klinis
Bronkopneumonia biasanya didahului oleh infeksi traktus respiratorius
bagian atas selama beberapa hari. Suhu tubuh dapat naik sangat
mendadak sampai 39-40 C dan kadang disertai kejang karena demam
yang tinggi. Anak sangat gelisah, dispnea, pernafasan cepat dan dangkal
disertai pernafasan cuping hidung serta sianosis sekitar hidung dan
mulut, merintih dan sianosis. Kadang-kadang disertai muntah dan diare.
Batuk biasanya tidak ditemukan pada permulaan penyakit, tetapi setelah
beberapa hari mula-mula kering kemudian menjadi produktif. Hasil
pemeriksaan fisik tergantung luas daerah auskultasi yang terkena. Pada
perkusi sering tidak ditemukan kelainan dan pada auskultasi mungkin
hanya terdengar ronki basah nyaring halus atau sedang. Bila sarang
bronkopneumonia menjadi satu (konfluens) mungkin pada perkusi
terdengar keredupan dan suara pernafasan pada auskultasi terdengar
73

mengeras. Manifestasi klinis yang dapat muncul pada bayi dan anak usia
muda antara lain: (Rahmat, 2010)
a. Kesulitan ekspirasi.
b. Insiden wheezing.
c. Takipnea.
d. Retraksi dinding dada, karena peningkatan penggunaan otot
aksesoris.
e. Sianosis sekitar mulut.
f. Demam 38,5-39 C.
g. Kesulitan menyusu (baik dari ibu atau melalui botol).
h. Nafsu makan menurun.

5. Komplikasi
a. Komplikasi yang dapat terjadi pada bronkopneumonia antara lain :
1) Gagal jantung dapat terjadi bila anak memiliki dasar penyakit
jantung.
2) Kematian, terjadi akibat serangan apneu yang lama.
3) Asidosis respirasik berat yang tidak terkompensasi.

b. Komplikasi yang dapat terjadi adalah empiema, otitis media akut.


Mungkin juga komplikasi lain yang dekat seperti atelektasis,
emfisema, atau komplikasi jauh seperti meningitis. Komplikasi tidak
terjadi bila diberikan antibiotik secara tepat (Ngastiyah, 2005).
Menurut Suriadi dan Rita, 2006 ada 3 komplikasi bronkopneumonia
yaitu :
1) Gangguan pertukaran gas.
2) Obstruksi jalan nafas.
3) Gagal pernafasan.

6. Penalataksanaan
a. Penalataksanaan yang dapat diberikan pada anak dengan
bronkopneumonia (Riyadi dan Sukarman, 2012) :
74

1) Pemberian obat antibiotik penisilin 50.000 U/kg BB/Hari,


ditambah dengan kloramfenikol 50-70 mg/kg BB?Hari, atau
diberikan antibiotic yang mempunyai spectrum luas seperti
ampisilin. Pengobatan ini diteruskan sampai bebas demam 4-5
hari. Pemberian obat kombinasi bertujuan untuk menghilang
penyebab infeksi yang kemungkinan lebih dari 1 jenis juga untuk
menghindari resistensi antibiotik.
2) Koreksi gangguan asam basa dengan pemberian oksigen dan
cairan intavena, biasanya diperlukan campuran glukosa5% dan
Nacl 0,9% dalam perbandiangan 3:1 ditambah larutan Kcl 10
mEq/500ml/botol infuse. Karena sebagian besar pasien jatuh ke
dalam asidosis metabolic akibat kurang makan dan hipoksia,
maka dapat diberikan koreksi sesuai dengan hasil analisis gas
darah arteri.
3) Pemberian makanan enteral bertahap melalui selang nasogastrik
pada penderita yang sudah mengalami perbaikan sesak nafasnya.
4) Jika sekresi lender berlebihan dapat diberikan inhalasi dengan
salin normal dan beta agonis untuk memperbiki transport
mukosilier seperti pemberian terapi nebulizer dengan flexotid dan
ventolin. Selain bertujuan mempermudah mengeluarkan dahak
juga dapat melebarkan lumen bronkus.

b. Penalataksanaan yang dapat diberikan pada anak penderita


bronkopneumonia (Harwina dan Rahmat, 2010) :
1) Pemberian terapi oksigen.
2) Memberikan posisi kepala elevasi sudut 30-40 derajat
3) Pemberian nutrisi yang adekuat dengan pemberian diit tinggi
kalori dan protein
4) Pemberian terapi bronchodilator, antiviral, antibacterial, dan
antipiretik.
75

5) Pemberian cairan parenteral, dan masukan oral untuk


mengimbangi cairan tubuh akibat dehidrasi yang menimbulkan
takipnea.
6) Ventilasi mekanik.

C. Konsep Tumbuh Kembang Pada Masa Bayi (6-12 Bulan)


1. Pertumbuhan dan Perkembangan Fisik (Cahyaningsih, 2011)
a. Parameter Umum
1) Tinggi badan
antara usia 6 dan 12 bulan, panjang lahir bayi meningkat 50%
higga ukuran rata-rata pada usia 12 bulan yaitu 72,5 cm.
2) Berat badan
antara usia 6 dan 12 bulan berat badan bayi bertambah 341 g/bulan.
Berat lahir bayi meningkat tiga kali lipat saat berusia 12 bulan.
Berat badan rata-rata bayi usia 12 bulan adalah 9,8 kg.

3) Lingkar kepala
antara usia 6-12 bulan, LK meningkat 0,44 cm/bulan hingga
mencapai ukuran rata-rata 45 cm. pada usia 12 bulan, LK
meningkat sepertiganya dan berat otak bertambah 2,5 kali dari
berat lahir.
4) Lingkar dada
a) Ukuran normal sekitar 2 cm lebih kecil dari LK.
b) Ukurlah ligkar dada sejajar dengan putting bayi.
5) Perubahan fontanel
a) Saat lahir, bagian terlebar fontanel anterior yang berbentuk
berlian berukuran sekitar 4-5 cm ; fontanel ini menutup pada
usia 12-18 bulan.
b) Saat lahir, bagian terlebar fontanel posterior yang berbentuk
segitiga sekitar0,5-1 cm; fontanel ini menutup pada usia 12
bulan.
76

2. Perkembangan Motorik
a. Motorik kasar
1) Bayi baru lahir dapat memutar kepala dari sisiyang satu ke sisi
yang lain pada posisi tengkurap.
2) Bayi memperlihatkan hamper tidak ada keterlmbatan dalam
kemampuan mengangkat kepala usia 3 bulan.
3) Bayi berguling dari depan ke belakang pada usia 5 bulan.
4) Bayi dudul bersandar pada usia 7 bulan.
5) Bayi duduk tanpa ditopang pada usia 8 bulan.
6) Bayi mulai naik berdiri pada usia 9 bulan.
7) Bayi merambat ( berjalan berpegangan pada objek seperti meja
atau pegngan pengmanan) pada usia 10 bulan.
8) Bayi berjalan sambil memegng tangan seseorang pada usia sekitar
12 bulan.

b. Motorik halus
1) Bayi memiliki genggaman yang kuat pada usia sekitar 1 bulan.
2) Reflek genggaman bayi memudar dan bayi dapat memegang
mainan pada usia 3 bulan.
3) Bayi dapat menggenggam secara sadar pada usia 5 bulan.
4) Bayi dapat menggenggam dengan ibu jari dan jari lain pada usia
7,5-8,5 bulan.
5) Bayi menggenggamkan gerakan menjepit pada usia 9 bulan
6) Bayi mencoba membangun menara dari balok-balok pada sekitar
12 bulan.

3. Perkembangan psikoseksual
a. Tinjauan (Freud)
1) Tahap oral pada perkembangan anak dimulai dari lahir sampai 18
bulan.
77

2) Bayi menghisap untuk kesenangan sama seperti makanan dan juga


mencapai kepuasan dengan menelan, mengunyah, dan mengigit.
b. Manifestasi
1) Pada tahap ini, bayi memenuhi kebutuhan oralnya dengan
menangis, mengecap, makan, dan bersuara dini.
2) Bayi mengunakan gigitan untuk mengendalikan lingkungan dan
untuk mencapai rasa control yang lebih besar.
3) Bayi menggunakan genggaman dan sentuhan untuk menggal
variasi di lingkuangan.

4. Perkembangan kognitif
a. Tinjauan (Piaget)
1) Selama tahap sensorimotorik (antara lahir dan 18 bulan),
kemampuan intelektual berkembang dan bay memperoleh
pengetahuan tentang lingkungan melalui indara. Perkembangan
mengalami kemajuan dari aktivitas refleksif ke tindakan yang
memiliki tujuan, yang terbagi dalam lima subtahap:
a) Subtahap 1 (dari lahir sampai usia 1 bulan). Periode ini ditadai
dengan penggunaan reflex yang dibawa sejak lahir dan dapat
diduga untuk bertahan hidup.
b) Subtahap 2 (usia 1-4 bulan). Reaksi sirkular primer ditandai
dengan pengulangan yang stereotip dan bayo focus pada
tubuhnya sendiri sebagai pusat perhatian.
c) Subtahap 3 (usia 4-8 bulan). Reaksi sirkular skunder
dikarakteristikan dengan adaptasi yang diperoleh dan
mengalihkan perhatian pada objek dan lingkungan.
d) Subtahap 4 (usia 8-12 bulan). Pola yang disengaja dan
konsolidasi serta koordinasi menandai koordinasi pada pola
sekunder.
78

2) Tumbuhnya kesadaran terhadap citra tubuh bersamaan dengan


perkembangan sensoro motorik.

b. Bahasa
1) Alat komunikasi bayi pertama adalah menangis.
2) Bayi menggungam antara 1-2 bulan.
3) Bayi tertawa, mengoceh, dan membuat bunyi konsonan antara
usia 3-4 bulan.
4) Bayi meniru suara usia 6 bulan.
5) Bayi melafalkan suku kata kombinasi (ma-ma) pada usia 8 bulan.
6) Bayi mengerti kata “tidak” pada usia 9 bulan.
7) Bayi mengatakan dan mengerti ma-ma dan da-da dalam konteks
yang benar pada usia 10 bulan.
8) Bayi mengatakan antara 4 dan 10 kata dalam monteks yang benar
pada usia 12 bulan.

D. Konsep Hospitalisasi
Hospitalisasi adalah proses karena suatu alasan yang terencana atau darurat,
mengharuskan anak untuk tinggal di RS menjalani terapi dan perawatan
sampai dipulangkan kembali ke rumah. Perasaan yang sering muncul pada
anak : cemas, marah, sedih, takut dan rasa bersalah (Wong, 2009).

1. Pada Anak
Hospitalisasi pada anak adalah stresor, baik terhadap anak itu sendiri
maupun terhadap keluarga, stress pada anak disebabkan mereka tidak
mengerti mengapa mereka dirawat. Reaksi anak untuk mengatasi krisis ini di
pengaruhi oleh usia perkembangan keseriusan penyakit dan ancaman
perawatan. Support sistem yang sesuai pengalaman masa lalu, perpisahan
atau perawatan di rumah sakit.
Reaksi anak terhadap stress akibat sakit dan di rawat di rumah sakit ada 3
tahapan, yaitu:
79

a. Protes
1) menangis kuat
2) menjerit
3) memanggil orang tua
4) menolak perhatian yang diberikan orang lain
b. Putus asa
1) Menangis berkurang
2) Anak tidak aktif
3) Kurang minat untuk bermain
4) Tidak mau makan
5) Sedih dan apatis

c. Pengingkaran (denail)
1) Secara samar mulai menerima perpisahan
2) Membina hubungan secara dangkal
3) Anak mulai terlihat menyukai lingkungan

2. Pada orang tua


Reaksi orang tua terhadap anak yang sakit tergantung pada kegawatan
terhadap penyakit, pengalaman dirawat di rumah sakit, support sisrtem,
budaya dan pola komunikasi dalam keluarga, sehingga orang tua akan
berespon terhadap anaknya yang sakit.
Perasaan cemas takut, sedih dan frustasi adalah perasaan yang umum yang
diekspresikan oleh orang tua. Rasa cemas paling tinggi dirasakan orang tua
pada saat menunggu informasi tentang diagnosa penyakit anaknya. Perilaku
yang sering ditunjukan orang tua berkaitan dengan adanya perasaan cemas
dan takut adalah : sering bertanya tentang hal yang sama berulang-ulang
pada orang yang berbeda, gelisah, ekspresi wajah tegang dan bahkan marah.
Perasaan tersebut diatas muncul terutama pada saat anak dalam kondisi
terminal dan orang tua mengetahui bahwa tidak ada lagi harapan anaknya
untuk sembuh , pada kondisi ini orang tua menunjukkan perilaku isolasi atau
tidak mau didekati orang lain, bahkan bisa tidak kooperatif terhadap petugas
80

kesehatan. Perasaan frustasi muncul pada kondisi anak yang telah dirawat
cukup lama dan dirasakan tidak mengalami perubahan serta tidak adekuatnya
dukungan psikologis yang diterima orang tua, baik dari keluarga maupun
kerabat lainnya maka orang tua akan merasa putus asa, bahkan menjadi
depresi. Sering kali orang tua menunjukkan perilaku tidak kooperatif, putus
asa, menolak tindakan, bahkan menginginkan pulang paksa.
3. Pada saudara kandung
Orang tua pada dasarnya tidak boleh membedakan perlakuan pada anak yang
sedang sakit dan dirawat di rumah sakit dengan saudara kandung lainnya di
rumah. Selain kehadiran fisik orang tua di rumah sakit, perhatian dalam
bentuk lain misalnya : uang, makanan dan hal lain yang berhubungan dengan
perawatan anak di rumah sakit menuntut orang tua untuk memprioritaskannya
dibandingkan keperluan anak lain. Reaksi yang sering muncul pada saudara
kandung (sibling) terhadap kondisi ini adalah : marah, cemberut, benci dan
rasa bersalah. Marah, jengkel terhadap orang tua yang dinilai tidak
memperhatikan. Cemburu, dirasakan orang tua lebih mementingkan
saudaranya yang sedang sakit. Rasa bersalah, anak berfikir mungkin
saudaranya sakit akibat kesalahannya.

E. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN DALAM PEMENUHAN


KEBUTUHAN DASAR PADA ANAK DENGAN GANGGUAN
SISTEM PERNAPASAAN: BRONCHOPNEUMONIA

1. Pengkajian keperawatan
a. Identitas pasien dan keluarga
1) Pasien
Nama klien, nama panggilan klien, usia, tempat dan tanggal lahir, jenis
kelamin, bahasa yang digunakan, alamat, agama, suku bangsa, tingkat
pendidikan dan diagnosa masuk.
2) Orang tua
Nama ayah, nama ibu, usia, alamat, tingkat pendidikan, pekerjaan,
agama, suku bangsa.
81

3) Saudara kandung
Urutan anak dalam keluarga, usia, keadaan (hidup atau meninggal).

b. Riwayat keperawatan
1) Riwayat kesehatan sekarang
a) Awal serangan pada umumnya penderita bronchopneumonia sering
ditemukan napas sesak dan cuping hidung, batuk,gelisah dan
kadang-kadang disertai muntah dan diare kemudian suhu tubuh
meningkat.
b) Keluhan utama anak batuk, sesak napas, diare, dan demam tinggi.
c) Kronologis keluhan
d) Faktor pencetus : pada klien dengan bronchopneumonia oleh bakteri
yang ditularkan melalui udara, lingkungan rumah yang bersih juga
sangat mempengaruhi, terutama pada lingkungan yang kotor dan
ditempat tinggal padat penduduknya.
e) Timbul keluhan : mendadak atau tiba-tiba.
f) Lamanya : sejak awal serangan sampai saat ini
g) Upaya mengatasi : tindakan yang pertama kali dilakukan atau
pertolongan pertama untuk mengatasi penyakit ini adalah ketika
dirumah sebelum dibawa ke rumah sakit.

2) Riwayat kesehatan masa lalu


a) Riwayat penyakit yang penah diderita yang dapat menimbulkan
gangguan sistem pernapasaan yaitu anak pernah terinfeksi saluran
pernapasaan atas dan gizi yang tidak adekuat, pernah terkena diare.
b) Riwayat pemberian imunisasi kelengkapan anak dalam terhadap
penyakit imunisasi di berikan pada usia 0-14 bulan dengan macam-
macam imunisasi yaitu BCG, DPT I, II, III dan campak usia 9 bulan,
hepatitis serta polio.
82

3) Riwayat psikososial keluarga


Orang yang terdekat dengan pasien, interaksi dalam keluarga, dampak
penyakit pasien, dalam keluarga, masalah yang mempengaruhi pasien
dan mekanisme koping terhadap stress, persepsi klien terhadap
penyakitnya, tugas perkembangan menurut usia klien

4) Kebutuhan dasar
a) Pola nutrisi
Pada anak dengan bronchopneumonia biasanya disertai dengan
mual, muntah dan tidak nafsu makan, yang menyebabkan
terjadinya penurunan berat badan.
a) Pola eliminasi
Pada pola eliminasi biasanya anak akan mengalami perubahan yaitu
buang air besar disertai diare, buang air kecil sedikit atau tidak
mengalami gangguan.
c) Pola tidur dan istirahat
Adanya batuk dan sesak hingga menimbulkan klien tidak nyaman
saat tidur.
d) Pola hygiene
Kebiasaan mandi, mengganti pakaian, sikat gigi, setiap harinya,
biasanya kebutuhan personal hygiene di bantu oleh keluarga saat
sakit atau dirawat.
e) Pola aktifitas
Karena kondisinya yang lemah sehingga anak hanya melakukan
aktifitas di tempat tidur disesuaikan dengan kondisi.
f.) Pemeriksaan fisik
(1) Stasus penampilan kesehatan : lemah
(2) Tingkat kesadaran kesehatan : kesadaran normal, letargi,
strupor, koma, apatis tergantung tingkat penyebaran penyakit.
(3) Tanda-tanda vital
83

(4) Frekuensi nadi : takikardia


(5) Frekuensi napas : takipnea, dispnea progesif pernapasaan
dangkal, penggunaan otot bantu pernapasaan dan pelebaran
nasal.
(6) Suhu tubuh hipertemia akibat penyebaran toksik
mikroorganisme yang direspon oleh hipotalamus.
(7) Berat badan dan tinggi badan kecenderungan berat badan anak
mengalami penurunan.
(8) Integumen kulit
a. Warna : pucat sampai sianosis
b. Suhu : pada hipertemia kulit terbakar panas akan tetapi
setelah hipertemia teratasi kulit anak akan terba dingin.
(9) Kepala dan mata kepala
(a) Perhatikan bentuk dan kesimetrisan.
(b) Palpasi tengkorak akan adanya nodus atau pembengkakan
yang nyata.
(c) Periksa hygiene kulit kepala, ada tidaknya lesi, kehilangan
rambut, perubahan warna.
(10) Toraks dan paru
(a) Inspeksi : terlihat pernapasan cuping hidung,
menggunakan otot bantu napas, napas cepat dangkal,
sianosis sekitar hidung dan mulut.
(b)Palpasi : suara redup pada sisi yang sakit, hepar mungkin
membesar, vokal fremitus raba mungkin meningkat pada
sisi yang sakit dan nadi mungkin mengalami peningkatan (
tachicardia ), kadang turgor kulit kembali lebih dari 2
detik serta daerah akral dingin.
(c) Perkusi : pekak terjadi bila berisi cairan pada paru,
normalnya timpani ( terisi udara resonansi).
(d)Auskultasi: auskultasi sederhana dapat di lakukan dengan
cara mendekatkan telinga ke hidung atau mulut bayi. Pada
anak yang pneumonia akan terdengar stridor. Sementara
84

dengan stetoskop, akan terdengar suara napas berkurang,


ronchi halus pada sisi yang sakit, dan ronchi basah pada
masa resolusi. Pernapasan bronkial, egotomi, bronkofoni,
kadang terdengar bising gesek pleura.

c. Pemeriksaan penunjang
1) Rontgen thoraks : terlihat konsolidasi satu dengan beberapa lobus
atau , adanya bercak-bercak infitrat pada satu atau beberapa lobus.
2) Hasil AGD : menunjukkan terjadi asidosis respiratorik dan
metabolik bila dalam keadaan berat.
3) Kultur sputum : positif terhadap kuman penyebab penyakit
4) Leukositosis : 15.000-40.0000/mm3 ( N : 5000-10.000/mm3)
5) Tes serologi
6) LED meningkat ( N : 1-20 mm/jam)
7) Pemeriksaan fungsi paru : volume mungkin turun.

2. Diagnose Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah proses menganalisa data subjektif dan
objektif yang telah diperoleh pada tahap pengkajian untuk menegakkan
diagnosis keperawatan. Diagnosis keperawatan melibatkan proses berfikir
kompleks tentang data yang dikumpulkan dari klien, keluarga, rekam
medik dan pemberi pelayanan kesehatan yang lain. Komponen komponen
dalam pernyataan diagnosis keperawatan meliputi masalah (problem),
penyebab (etiologi), tanda dan gejala (sign and symptom) (Asmadi,2008).
diagnosa keperawatan dengan gangguan sistem pernapasaan :
bronchopneumonia :
a. Tidak efektifan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan
produksi sekret.
b. Perubahan pola napas tidak efektif berhubungan dengan prose
inflamasi.
c. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan akumulasi eksudat
dan peningkatan produksi mulus.
85

d. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan intake yang


tidak adekuat.
e. Resiko pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan intake nutrisi yang tidak adekuat.
f. Cemas pada orang tua berhungan dengan kurang informasi tentang
penyakit anak.
g. takut pada anak berhubungan dengan dampak hospitalisasi (prosedur
tindakan dan orang asing)

3. Perencenaan Keperawatan
Perencanaan keperawatan merupakan tahap ketiga dalam proses
keperwatan setelah pengkajian dan diagnosa keperawatan. Rencana
keperawatan merupakan mata rantai antara penetapan kebutuhan pasien
dan pelaksanaan tindakan keperawatan, dengan demikan rencana asuhan
keperawatan dalah petunjuk tertulis yang menggambarkan secara tepat
mengenai rencana tindakan yang dilakukan terhadap pasien sesuai
dengan kebutuhan.
Rencana tindakan disusun berdasarkan diagnosa yang muncul, adapun
perencenaan untuk masing-masing diagnosa adalah :
a. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan
produksi sekret.
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperwatan selama 1x24 jam
pada anak diharapkan jalan napas kembali efektif.
Kriteria hasil
1) Pernapasaan dalam batas normal
2) Tidak ada retaksi dada
3) Sputum dapat berkurang
4) Jalan napas bersih

Rencana Tindakan:
a) Kaji frekuensi atau kedalaman pernapasaan dan gerakan dada.
86

b) Auskultrasi area paru, catat area paru penurunan atau tak ada ada
aliran udara.
c) Posisikan anak telungkup, semi telungkup, miring agar bayi tidak
berisiko mengalami aspirasi, gunakan posisi terlentang atau
miring untuk tidur.
d) Bantu anak untuk mengeluarkan sputum.
e) Berikan posisi yang nyaman
f) Berikan terapi inhalasi sesuai program dokter
g) Anjurkan orangtua untum memberikan air hangat
h) Lakukan penghisapan sekresi jalan napas sesuai dengan
kebutuhan
i) Lakukan fisioterapi dada.
j) Kolaborasi pemberian terapi inhalasi

2. Perubahan pola nafas tidak efektif berhubungan dengan proses


inflamasi.
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperwatan pada anak
diharapakan pola napas kembali normal
Kriteria Hasil :
1) Pernapasan normal
2) Anak merasa nyaman
Rencana Tindakan :
a) Posisikan untuk ventilasi yang maksimum untuk jalan napas
terbuka dan memungkinakan ekspansi paru yang maksimum.
b) Berikan posisi yang nyaman seperti posisi tripod pada anak
dengan epiglotitis atau pertahanakan peninggian kepala sedikit
30 derajat.
c) Periksa posisi anak dengan sering untuk memastikan anak tidak
merosot.
d) Hindari pakaian atau bedong yang ketat.
e) Gunakan bantal dan bantalan untuk mempertahankan jalan napas
agar tetap terbuka.
87

f) Tingkatkan istirahat dan tidur penjadwalan aktifitas yang tepat.


Anjurkan teknik relaksasi.
g) Anjurkan pada anak dan keluarga tentang tindakan yang
mempermudah upaya pernapasaan.
h) Kolaborasi dalam therapi oksigen sesuai resep dokter

3. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan akumulasi eksudat


dan peningkatan produksi mulus.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan kepada anak
diharapkan pertukaran gas dapat optimal
Kriteria Hasil :
1) Pernapasaan dalam batas normal
2) Tidak terjadi sianosis
3) Analisa gas darah normal
Rencana Tindakan :
a) Kaji pernapasaan (frekuensi, kedalaman dan kesulitan bernapas)
penggunaan otot bantu pernapasaan.
b) Kaji warna kulit , catat adanya sianosis pada kuli, kuku dan
jaringan sentral
c) Kaji stasus mental dan penurunan kesadaran
d) Monitor AGD
e) Berikan anak istirahat yang cukup
f) Berikan oksigen sesuai program
g) Berikan posisi fowler atau semi fowler

4. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan intake yang


tidak adekuat.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan kepada anak
diharapkan volume cairan blance
Kriteria Hasil :
1) Membran mukosa lembab
88

2) Kulit kembali ke bentuk semula dalam waktu cepat ( kurang dari


2-3 detik)
3) Intake dan outpout adekuat
4) Tidak ada lesu, letargi, muntah dan diare
5) Turgor kulit elasitas

Rencana Tindakan :

a) Kaji tanda-tanda vital yaitu suhu dalam setiap 4 jam


b) Kaji kelembapan membran mukosa dan turgor kulit.
c) Pantau intake dan outpot, catat warna , krakteristristik urine
d) Berikan cairan IV sesuai dengan kebutuhan cairan pada anak
e) Anjurkan anak dan kelurga tentang perawatan tekait kebutuhan
anak untuk cairan yang tepat dan pembentukan asupan cairan
f) Kolaborasi obat dan cairan IV sesuai indikasi .
g) Kolaborasi pemberian obat anti diare dan anti emetik

5. Resiko pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan


dengan intake nutrisi yang tidak adekuat.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan kepada anak
diharapkan gangguan nutrisi adekuat
Kriteria Hasil :
1) BB meningkat sesuai usia
2) Nafsu makan baik
3) Mual muntah tidak terjadi
Rencana Tindakan :
a) Kaji stasus nutrisi
b) Kaji adanya mual dan muntah
c) Timbang BB anak
d) Sajikan makanan dalam bentuk dan tempat yang menarik
e) Berikan makanan yang keadaan hangat
f) Anjurkan orangtua untuk mendampingi anak saat makan
89

6. Cemas pada orang tua berhubungan dengn kurang informasi tentang


penyakit anak
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan kepada orangtua
diharapkan rasa cemas dan kurang informasi tentang penyakit anak
dapat teratasi
Kriteria hasil :
1) Cemas Pada Orangtua Berkurang
2) Orangtua Mengerti Tentang Penyakit Anak
3) Orang tua dapat kooperatif saat akan dilakukan tindakan pada
anaknya
Rencana tindakan:
a) Kaji tingkat kecemasan.
b) Kaji pengetahuan keluarga tentang penyakit anak.
c) Kaji kemampuan pengambilan keputusan pada pasien
d) Berikan kesempatan pada orang tua untuk mengeksperseikan
kecemasaan
e) Gali perasaan keluarga dan masalah sekitar hospitalisasi dan
penyakit anak
f) Jelaskan setiap prosedur tindakan yang akan dilakukan pada
orangtua
g) Beri dukungan sesuai dengan kebutuhan
h) Anjurkan anggota keluarga agar terlibat perawatan anak

7. Takut pada anak berhubungan dengan kesulitan bernapas, prosedur


dan lingkungan yang tidak dikenal( rumah sakit)
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan pada anak
diharapakan rasa cemas pada anak hilang.
Kriteria Hasil:
1) Anak tidak menangis bila di dekatiorang lain yang tidak di kenal
2) Anak tampak ceria dan gembira
3) Anak tampak rileks dan tidak takut
4) Anak dapat kooperatif saat di lakukan tindakan
90

Rencana Tindakan :
a) Kaji tingkat kecemasan anak
b) Ciptakan hubungan anak dan orangtua
c) Jelaskan prosedur dan peralatan yang tidak dikenal pada anak
dengan sesuai dengan tahap perkembangan
d) Gunakan cara yang tenang dan meyakinkan.
e) Berikan suport psikososial untuk mengurangi rasa takut pada
anakBerikan terapi bermain sesuai tingkat usia dan kondisi
f) Beri tindakan kenyamanan yang diinginkan anak.
g) Anjurkan orangtua untuk memberi kepercayaan diripada anak
agar anak tidak cemas saat dilakukan tindakan
h) Anjurkan pada orangtua untuk tetap bersama anak selama
prosedur
i) Jangan melakukan apa pun yang membuat anak menjadi cemas
dan takut
4. Pelaksanaan Keperawatan
Pelaksanaan keperawatan merupakan tahap keempat dalam proses
keperawatan
Pelaksanaan asuhan keperawatan pada anak dengan bronchopneumonia
mempunyai prinsip yaitu :
a. Mempertahankan efektivitas bersihan jalan napas,
b. Mempertahankan pola napas yang adekuat
c. Mempertahankan pertukaran gas
d. Mempertahankan intake dan outpout cairan tetap seimbang sesuai
dengan kebutuhan anak.
e. Mempertahankan stasus nutrisi sesuai dengan kebutuhan tubuh.
f. Mempertahankan pengetahuan tentang penyakit terhada orang tua
menghilangkan ketakutan atau ansietas.

5. Evaluasi
Evaluasi dalam keperawatan adalah perbandingan yang sistematik dan
terencana tentang kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan,
91

dilakukan dengan cara berkesinambungan dengan melibatkan klien dan


tenaga kesahatan lainnya.
Penilaian evaluasi keperawatan adalah mengukur keberhasilan dari rencana
dan pelaksanaan tindakan keperawatan yang dilakukan dalam memenuhi
kebutuhan klien.
a. Jenis evaluasi tersebut ada dua, yaitu :
1) Evaluasi proses : menilai jalannya pelaksanaan proses keperawatan
sesuai dengan situasi, kondisi dan kebutuhan klien. Evaluasi proses
harus dilaksanakan segera setelah perencanaan keperawatan
dilaksanakan untuk membantu keefektifan terhadap tindakan.
2) Evaluasi hasil : menilai hasil asuhan keperawatan yang diperlihatkan
dengan perubahan tingkat laku klien. Evaluasi ini dilaksanakan pada
akhir tindakan keperawatan secara keseluruhan.

b. Hasil evaluasi
1) Tujuan tercapai : jika klien menunjukkan perubahan sesuai dengan
standar yang telah ditetapkan.
2) Tujuan tercapai sebagian : jika klien menunjukkan perubahan
sebagian dari standar dan kriteria yang telah ditetapkan.
3) Tujuan tidak tercapai : jika klien tidak menunjukkan perubahan dan
kemajuan sama sekali dan bahkan timbul masalah baru.

c. Adapun evaluasi yang terdapat pada anak dengan bronchopneumonia


sebagai berikut :
1) Bersihan jalan napas kembali efektif.
2) Pola napas efektif.
3) Pertukaran gas adekuat.
4) Volume cairan dalam batas seimang.
5) Nutrisi terpenuhi sesuai dengan kebutuhan tubuh.
6) Pengetahuan terhadap orang tua bertambah.
7) Ketakutan atau ansietas hilang.
92

BAB III
TINJAUAN KASUS

Pada BAB III penulis akan melaporkan hasil tinjauan yang diaplikasikan dalam
asuhan keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan dasar pada An. G dengan
gangguan sistem pernafasaan: Bronkopneumonia yang di rawat Paviliun Badar
Rumah Sakit Islam Cempaka Putih Jakarta Pusat. Data-data yang ada diperoleh
dengan cara pengamatan langsung dan melalui wawancara dengan orangtua dan
keluarga klien, perawat yang bertugas di ruangan serta melihat status dan catatan
keperawatan. Pemberian asuhan keperawatan selama 3 hari dari mulai tanggal 30
Mei 2016 sampai dengan 1 Juni 2016. Asuhan keperawatan ini meliputi pengkajian,
menegakkan dignosa keperawatan, menyusun rencana, melakukan tindakan
keperawatan sampai dengan membuat evaluasi atau catatan perkembangan.

A. Pengkajian
1. Data Dasar (terlampir)
2. Resume
An. G berumur 8 bulan jenis kelamin laki-laki, dibawa ke IGD pada tanggal
30 Mei 2016 jam 10.00 oleh orang tuanya, dengan keluhan badan panas sejak
4 hari yang lalu, sesak nafas, batuk, pilek dan sulit untuk mengeluarkan
dahak, serta mengalami muntah. Keadaan umum sakit sedang kesadaran
composmentis BB: 9,1kg, TB: 72cm, suhu: 38,7C, nadi 120x/menit, RR:
40x/menit, dan dilakukan pemasangan terapi oksigen nasal kanul 3 lt/menit
serta pemberian cairan infuse RL 8 tpm makrodrip. An. G dipindahkan ke
Paviliun Badar jam 10.45 dilakuan pengkajian ulang dan didapatkan data
sebagai berikut: Keadaan umum sakit sedang, kesadaran composmentis,
badan anak masih demam, pilek, batuk berdahak, sesak nafas, dan muntah
sudah 2x, suhu: 38˚C, pernafasan: 30 x/menit, nadi: 110 x/menit. Masalah
perawatan yang muncul adalah tidak efektif bersihan jalan nafas, resiko
devisit cairan dan perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh. Tindakan
yang sudah dilakukan untuk mengatasi maslah tersebut adalah:
mengobservasi tanda-tanda vital, mengkaji status pernafasan, mengkaji status
hidrasi, membeikan rehidrasi oral dan parenteral serta melakukan
pemeriksaan laboratorium dan radiologi.

3. Data Fokus
a. Data Subjektif
Orang tua mengatakan An. G:
93

1) “Badannya panas”
2) “Sering sesak nafas di malam hari”
3) “Batuk, pilek dan sulit untuk mengeluarkan dahak”
4) “Setiap minum susu dan makan anak mengalami muntah”
5) “BAB: 2x dalam sehari, tidak ada lendir, konsistensi fases lembek,
warna coklat”
6) “BAK: 3 kali dalam 1 shift dengan menggunakan diapers”
7) “Nafsu makan berkurang”
8) “ Hanya dapat menghabiskan makan ½ porsi”
9) “ Menangis, rewel dan takut ketika melihat perawat dan saat
dilakukan prosedut tindakan”.
10) “Berat badan anak sebelum sakit 11.3 kg, mengalami penurunan BB
selama sakit”

b. Data Objektif
Keadaan umum: sakit sedang, kesadaran: composmentis, Suhu: 38˚C,
pernafasan: 36 x/menit, nadi: 110 x/menit, BB: 9,1 kg (mengalami
penurunan BB 2.2 kg atau 27%), TB 72 cm. Konjungtiva ananemis,
ubun-ubun dan kelopak mata tidak cekung, mukosa bibir dan mulut agak
kering, lidah terlihat bercak putih (leukoplakia), cubitan dinding abdomen
kembali segerta (>3 detik), terdengar suara ronchi diantara intercostae 2-3
dilapang paru kiri dan kanan, batuk berdahak, dangkal, tidak
menggunakan otot bantu pernafasan, abdomen tidak kembung, tidak ada
distensi abdomen, bising usus 6 x/menit, anak tampak gelisah, takut dan
menangis ketika melihat perawat dan menangis saat diberikan suntikan.
1) Intake: Infuse : 400 cc
Minum+Susu ASI : 400 cc (+)
Jumlah 850 cc

Output: BAK : 150 cc


Muntah : 200 cc
BAB : 200 cc
IWL (30-(8/12)x9 : 263,7 cc
1C x 12% x 263,7 : 31,6 cc (+)
Jumlah 845,3 cc
Balance cairan: intake (800cc) – output (845,3cc) = 45,3 cc
94

2) Pemeriksaan Penunjang
a) Diagnostik
Rontgen thorax: kesan Bronkopneumonia Duplex
b) Laboratorium
(1) Haemoglobin : 11.6 g/dL (10.5-12.9)
(2) Leukosit : (H) 17.71 10³/µL (6.00-17.50),
(3) Hematokrit : 38% (35-45)

3) Penalataksanaan
a) Terapi oral :
Sanmol syr 3 x 1cc (Jam 20,06,13)
P. Batuk+pilek+sesak 3 x 1bks (Jam 24,06,18)
P. Triamsinolon 3 x 1bks (Jam 06,12,18)
Cefixim syr 2 x 2,5 cc (Jam 06,18)
b) Terapi injeksi :
Dexametason 3 x 1,5mg (Jam 12, 16, 21)
Ceftriaxone 3 x 750mg (Jam 12, 20, 08)
c) Terapi inhalasi
Combiven 1 ampl + nacl 2cc 2 x 1 (Jam 12, 20)
d) Therapi cairan: Infus RL 8 tetes/menit (makrodip)

4. Analisa Data
Data Masalah Etiologi
Data subjektif : Tidak efektif bersihan Peningkatan produksi
 Ibu kelien mengatakan An.G mengalami jalan nafas sputum
sesak, batuk, pilek dan sulit untuk
mengeluarkan dahak.

Data objektif :
 Keadaan umum sakit sedang
 Kesadaran kompos mentis
 RR: 36 x/menit
 Suara nafas ronchi di intercostae 2-3
lapang paru kiri dan kanan
 Batuk berdahak tetapi sulit untuk
dikeluarkan
 Nafas dangkal
 Pernafasan tidak menggunakan otot
bantu pernafasan
 Hasil pemeriksaan Laboratorium: (H)
17.71 10³/µL
95

 Rontgen thorax: BP Duplex

Data subjektif: Perubahan nutrisi Intake yang tidak


 Ibu mengatakan anak tidak nafsu makan kurang dari kebutuhan adekuat
Makan hanya ½ porsi, setiap minum tubuh
susu atau makan anak muntah, BB
sebelum sakit 11,3 kg dan mengalami
penurunan selama sakit

Data objektif:
A. BB saat ini: 9,1kg (mengalami
penurunan 2.2kg /27%) TB : 72 cm
B. Hasil pemeriksaan HB : 11.6 g/dl
C. Keadaan umum sakit sedang
Konjungtiva ananemis
Anak tampak kurus
Lidah terlihat bercak putih / leukoplakia
Tonus otot lembek
Bising usus 6x/menit
D. Anak mengalami muntah dan
mengalami penurunan napsu makan dan
hanya dapat menghabiskan ½ porsi
makanan yang disediakan.

Data subjektif: Resiko devisit volume Intake yang tidak


 Ibu mengatakan An. G masih demam. cairan adekuat
 BAK 3 kali/shift dengan menggunakan
diapers
 BAB 2x/hari tanpa lender, konsistensi
lembek dengan warna kecoklatan
 Kadang muntah saat minum susu dan
makan
 Anak masih mau minum susu/ASI

Data objektif
 Kesadaran komposmentis
 Keadaan umum sakit sedang
 Suhu: 38˚C
 Nadi 110x/menit
 Ubun-ubun dan kelopak mata tidak
cekung
 Mukosa bibir dan mulut agak kering
 Cubitan dinding abdomen kembali
segera < 3 detik.
 kapillary refill 2 detik
 Tampak muntah saat setelah minum susu
dengan karakteristik: warna putih susu,
cair, jumlah cukup banyak
 Integritas kulit tidak kering
 Balance cairan: 45,3 cc
 HT : 38%

Data subjektif: Takut pada anak Dampak hospitalisasi


 Ibu mengatakan anak susah tidur di (orang asing dan
malam hari karna gelisah, anak takut prosedur tindakan)
96

saat melihat perawat, anak menangis


jika mau disuntik.

Data objektif
 Anak tampak gelisah, takut dan
menangis ketika melihat perawat dan
menangis saat akan diberikan suntikan

B. Diagnose Keperawatan
1. Tidak efektifnya bersihan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan
produksi sputum.
2. Resiko devisit volume cairan berhubungan dengan intake yang tidak adekuat.
3. Gangguan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan intake yang tidak adekuat
97

4. Takut pada anak berhubungan dengan dampak hospitalisasi (orang asing dan
prosedur tindakan)

C. Perencana Keperawatan
Berdasarkan diagnosa keperawatan yang telah ditegakan untuk mengatasi
masalah tersebut maka disusun rencana keperawatan sebagai berikut :
1. DX 1 : Tidak efektifnya bersihan jalan nafas berhubungan dengan
peningkatan produksi
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan pada An.G selama 1x 24
diharapkan bersihan jalan nafas kembali efektif.
Kriteria hasil :
a. Pernafasaan normal 25 – 30x/menit
b. Produksi sekret tidak ada
c. Batuk tidak ada
d. Tidak terdengar suara ronchi
Rencana Tindakan :
a. Monitor frekuensi pernafasan.
b. Kaji kedalaman pernafasan klien.
c. Kaji suara nafas klien.
d. Kaji adanya suara nafas ronchi.
e. Lakukan fisioterapi dada
f. Anjurkan pada ibu untuk memberi minum air hangat pada anak untuk
membantu mengerluarkan sekret
g. Berikan terapi inhalasi:
Combiven 1 ampl + nacl 2cc 2x1 (Jam 12, 20)
h. Berikan terapi oral:
P. Batuk+pilek+sesak 3 x 1bks (Jam 24,06,18)
P. Triamsinolon 3 x 1bks (Jam 06,12,18)
Cefixim syr 2 x 2,5 cc (Jam 06,18)
i. Berikan terapi injeksi:
Ceftriaxon 3 x 750mg (Jam 12, 20, 08)

2. Dx.2 Resiko devisit volume cairan berhubungan dengan intake yang tidak
adekuat.
Tujuan:
98

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x12 jam diharapkan resiko


kekurangan volume cairan An. G apat teratasi
Kriteria Hasil:
a. Kesadaran komposmentis
b. Turgor kulit elastis
c. kapillary refill kembali < 3 detik
d. anak dapat minum sesuai kebutuhan 910cc/bb/hari
e. intake output seimbang
f. membran mukosa lembab
g. HT dalam batas normal (35-45)
Rencana tindakan
a. Monitor tanda-tanda vital/ shift
b. Monitor tanda-tanda dehidrasi (ubun-ubun cekung, mata cekung dan
bibir kering).
c. Monitor intake dan output/ shift.
d. Pantau cairan infus RL 8 tpm (makrodrip).
e. Kompres air hangat di lipatan paha dan aksila
f. menganjurkan orang tua untuk memberikan pakaian yang tipis, longgar
dan dapat menyerap keringat.
g. Anjurkan orangtua untuk memenuhi kebutuhan cairan anak (minum 910
cc/hari atau 4-5 gelas belimbing ukuran 200 cc).
h. Berikan terapi obat oral:
Sanmol syr 3x1cc (jam : 06.00, 13.00, 20.00)
i. Berikan terapi injeksi:
Dexametason 3x1,5 mg (jam : 12.00, 16.00, 21.00)

3. Dx.3 Gangguan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan


dengan intake yang tidak adekuat.
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan
perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh dapat teratasi
Kriteria Hasil:
a. Anak mampu menghabiskan makanan sesuai dengan yang diberikan
b. Tidak ada mual dan muntah
c. Nafsu makan meningkat
99

d. BB meningkat
e. Hb dalam batas normal (10,5 – 12,9)
Rencana tindakan:
a. Mengkaji makanan yang disukai.
b. Monitor hasil lab
c. Mengobservasi porsi makanan yang dihabiskan.
d. Menimbang BB tiap hari (bila memungkinkan)
e. Menganjurkan kepada orang tua untuk memberikan anak makan sedikit
namun sering
f. Menganjurkan kepada orang tua untuk memberikan anak tinggi
karbonhidrat dan protein
g. Berikan anak makanan diit (bubur) sesuai program ahli gizi

h. Berikan terapi obat:


Dexametason 3x1,5 mg (jam 12.00, 16.00, 21.00)

4. Dx. 4 : Takut pada anak berhubungan dengan dampak hospitalisasi (orang


asing dan prosedur tindakan)
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan kepada An. G selama 1x24 jam
diharapkan cemas dapat berkurang.
Kriteria hasil :
a. Klien mampu menerima kondisi kesehatan saat ini.
b. Ekspresi wajah tenang saat dilakukan tindakan.
c. Anak kooperatif saat dilakukan prosedur tindakan.
d. Klien tidak menangais saat akan dilakukan tindakan.
Rencana tindakan :
a. Kaji tingkat ketakutkan An. G.
b. Jelaskan semua prosedur, termasuk sensasi yang biasa dirasakan selama
prosedur.
c. Berikan dorongan kepada keluarga untuk mengungkapkan pikiran dan
perasaan untuk mengeksternalisasikan ansietas.
d. Berikan penguatan positif kepada keluarga
e. Berikan rasa empatik baik secara verbal maupun non verbal.
100

D. Implementasi
Tanggal Dx Implementasi Paraf
dan jam
30 mei Membina hubungan saling percaya dengan orang tua dan Angga
2016 anak (panggil anak dengan nama panggilan)
11.00 S:
- Orang tua mengatakan “nama anak G biasa di
panggil G, nama ibu S dan nama ayah M”
O:
- Orang tua klien terlihat menerima kehadiran
perawat.
- Kooperatif dalam berinteraksi
- Klien terlihat tidak mau berinteraksi dengan
perawat

11.05 1,2, Melakukan pemeriksaan fisik pada An. G


3 S: -
O:
- Keadaan umum: sakit sedang
- Kesadaran: composmentis
- Suhu: 38˚C
- Pernafasan: 36 x/menit
- Nadi: 110 x/menit
- BB: 9,1 kg (mengalami penurunan BB 2.2 kg atau
27%)
- TB 72 cm.
- Konjungtiva ananemis
- Ubun-ubun dan kelopak mata tidak cekung.
- Mukosa bibir dan mulut agak kering.
- Lidah terlihat bercak putih (leukoplakia),
- Cubitan dinding abdomen kembali segerta (>3
detik),
- Terdengar suara ronchi diantara intercostae 2-3
dilapang paru kiri dan kanan,
- Batuk berdahak, dangkal, tidak menggunakan otot
bantu pernafasan,
- Abdomen tidak kembung, tidak ada distensi
abdomen.
- Bising usus 6 x/menit.
- Anak tampak gelisah, takut dan menangis ketika
melihat perawat dan menangis saat diberikan
suntikan.

11.20 1 Memberikan therapy oksigen nasal kanul 3 lt Angga


S:
101

- ibu mengatakan anak sesak nafas

O:
- anak menangis saat diberikan therapy oksigen nasal
kanul 3lt.

11.45 2 memberikan kompres hangat pada anak Angga


S:
- ibu mengatakan anak masih demam
O:
- suhu : 38c

12.00 2 menganjurkan orang tua untuk memberikan pakaian yang Angga


tipis, longgar dan dapat menyerap keringat.
S:
- orang tua mengatakan “akan menggantiakan pakaian
anak dengan pakaian yang tipis, longgar dan dapat
menyerap keringat”
O:
- orang tua tampak mengganti pakaian An. G

12.20 3 Memberikan anak makanan diit (bubur) sesuia program ahli Angga
gizi
S:
- ibu mengatakan anak makanan hanya ½ porsi
O:
- anak hanya makan ½ p

12.50 1 melakukan fisioterapi dada Angga


S:
- ibu mengatakan anak susah mengeluarkan dahak
O:
- dahak tampak tidak bias keluar

13.00 2 monitor intake dan output dan balane cairan Angga


S:-

O:
Intake : Infuse : 400 cc
Minum+Susu ASI : 400 cc (+)
Jumlah : 800 cc

Output: BAK : 150 cc


Muntah : 200 cc
BAB : 200 cc
IWL (30-(8/12)x9 : 263,7 cc
1C x 12% x 263,7 : 31,6 cc (+)
Jumlah 845,3

Balance cairan= intake (800cc) – output (845,3cc)=-45,3 cc

13.30 1 memberikan obat oral antibiotic cefixime, p. triamsinolon, p. Angga


batuk + pilek + sesak kepada An. G
102

S:
- ibu mengatakan anak sudah meminum obatnya.
O:
- anak rewel saat diberikan obat.
14.00 2 Angga
Menganjurkan ibu untuk memberikan anak minum sesuai
kebutuhan cairan anak 910cc/bb/hari
S:
- ibu mengatakan anak minum dengan banyak
O:
- anak tampak minum dengan banyak
15.00 4 Angga
Mengkaji tingkat kecemasan klien dan keluarga
S:
- ibu mengatakan anak takut saat ada perawat
melakukan tindakan
O:
- anak tampak menangis saat ada perawat
15.30 2,3 Angga
monitor hasil lab HB, HT
S:-
O:
- 11.6 g/dl
15.45 1,2, Angga
3 Memberikan obat injeksi dexametason 1,5 mg dan
ceftriaxone 750mg kepada An. G
S:-
O:
- Anak menarik tangan saat diberikan obat
15.50 3 Angga
Menganjurkn kepada keluarga untuk memberikan anak
makan tinggi karbonhidrat
S:
- Keluarga mengatakan sudah memberikan anak
makanan tinggi karbonhidrat
O:
- Keluarga tampak mengikuti anjuran perawat.
16.00 1,2, TIM
3 Memonitor TTV
S:-
O:
- Nadi : 115x/menit
- RR : 34x/menit TIM
- Suhu : 37,8C
16.30 1
Mengkaji suara nafas An. G
S:-
O:
- Suara nafas ronchi
17.00 3 TIM
Mengkaji makanan yang disukai anak
S:
- Ibu mengatakan anak tidak ada makanan yang
disukai
O:-
17.25 4 TIM
Menjelaskan semua prosedur tindakan selama melakukan
103

tindakan kepada An. G


S:
- ibu mengatakan bersedia untuk diberikan tindakan
kepada anak
O:
- ibu tampak menerima kehadiran perawat dengan
baik

17.43 3 TIM
memberikan anak makanan sedikit tapi sering dengan makan
diit klien (bubur) sesuai program ahli gizi.
S: -
O:
- anak menolak saat diberikan makanan
18.00 1 TIM
mengkaji kedalaman pernafasan klien
S:-
O:
- Kedalaman pernafasan dangkal
18.20 2,3 TIM
Monitor intake dan output An. G
S:-

O:
- Intake: Infuse :400 cc
Minum+Susu ASI :500 cc (+)
Jumlah 900cc

- Output: BAK :200 cc


Muntah :200 cc
BAB :200 cc
IWL (30-(8/12)x9 :263,7 cc (+)
Jumlah 863,7

Balance cairan = intake (900cc) – output (863,7cc)


= 36,3cc

18.40 1 TIM
Memberikan inhalasi kepada An. G combiven + 2cc Nacl
S: -
O:
- anak tampak mengelak atau gelisah saat diberikan
obat inhalasi
19.00 1,2, TIM
3 memonitor TTV An. G
S:-
O:
- nadi : 109x/menit
- RR : 29x/menit
- Suhu : 36,9C
20.00 2 TIM
Memonitor tanda-tanda dehidrasi An. G
S:-
O:
- ubun-ubun tidak cekung, mata tidak cekung dan
bibir lembab).
20.45 1,2 TIM
104

Memberikan obat oral sanmol , p. triamsinalon p. batuk +


pilek + sesak, kepada An. G
S:
- ibu mengatakan anak sudah meminum obat
O:
- obat sudah diberikan kepada An G
22.00 3 TIM
mempantau cairan infuse Rl 8 tpm
S:
- ibu mengatakan akan memencet bel jika cairan RL
sudah habis
O:
- sisa cairan infuse 300cc
23.00 1 TIM
memberikan terapi oksigen nasal kanul 3 Lt
S:
- ibu mengatakan anak sesak nafas

O:
- anak tampak gelisah saat diberikan terapi oksigen
nasal kanul 3 Lt
23.00 1,2, TIM
3 memberikan obat injeksi dexametason 1,5 mg kepada
An. G
S:
- ibu menagtakan bersedia untuk dilakukan pemberian
obat
O:
- obat sudah diberikan ketika anak tidur

31 Mei 3 TIM
2016 melakukan penggantian cairan infuse RL 8 tpm sesuai
12.00 program dokter
S:-
O:
- infuse RL sudah diberikan 8 tpm / menit
03.00 1,2, TIM
3 mempantau TTV An. G
S:-
O:
- nadi 127x/menit
- RR 34x/menit
- Suhu 38,7
03.30 2,3 TIM
Memonitor intake dan output An G.
S:-
O:
- Intake: Infuse :500cc
Minum+Susu ASI :350 cc (+)
Jumlah 850cc

- Output: BAK 150


Muntah 300
BAB 200
IWL (30-(8/12)x9 263,7
105

1C x 12% x 263,7 31,6 (+)


Jumlah 945,3

Balance cairan = intake (850cc) – output (945,3cc)


=-95,3
04.20 1 TIM

Mengkaji keadaan umum, kedalaman pernafasan dan


mengkaji suara nafas An. G
S:-
O:
- Keadaan umum sakit sedang, nafas dangkal, suara
nafas ronchi
05.30 1,2 TIM

Memberika obat oral cefixime, p. triamsinolon, p. batuk +


pilek + sesak, dan sanmol kepada An. G
S:
- Ibu mengatakan anak sudah meminum obatnya

O:
06.00 1,2, - Anak sudah meminum obatnya. TIM
3
Memonitor TTV An. G
S:-
O:
- Nadi 100x/menit
- RR : 27x/menit
07.00 4 - Suhu : 37C TIM

Memberikan rasa empati baik verbal maupun non verbal


kepada An. G dan keluarga
S:
- Keluarga mengatakan senang melihat perawat yang
merawat anaknya dengan tulus.
O:
07.30 2 - Keluarga tampak senang. Angga

Memberikan anak makanan diit ( bubur) sesuai proram ahli


gizi
S:
- Ibu mengatakan anak makan dengan habis

O:
07.45 3 - Makanan habis 1porsi Angga

Memonitor infusan Rl An. G


S:-
O:
08.00 2 - Cairan infuse sisa 250cc

Mengkaji bising usus An. G


S:-
O:
09.00 1 - Bising usus 7x/menit Angga
106

Memberikan obat ceftriaxone 750 mg


S:-
O:
09.45 1 - Obat sudah diberikan anak tampak menangis saat Angga
diberikan obat injeksi ceftiaxone 750 gm

Memberikan therapy oksigen nasal kanul 3 lt/menit


S:
- ibu mengatakan anak masih sesak
O:
10.00 2 - Anak tampak gelisah dan menangis saat diberikan Angga
oksigen

Melakukan cek suhu


S:
- ibu mengatakan anak tidak panas lagi
11.20 2 O: Angga
- suhu : 36,5c

melakukan up infuse sesuai program dokter


S:-
12.00 1 O: Angga
- anak menangis saat membuka infusan

Melakukan fisioterapi dada


S:
O:
12.20 3 - dahak tampak keluar sedikit hanya ¼ sendok makan, Angga
konsensitas kental, warna putih susu.

Memberikan anak makanan diit ( bubur) sesuai proram ahli


gizi
S:
- Ibu mengatakan anak makan dengan habis

12.40 2,3 O: Angga


- Makanan habis ½ porsi

monitor intake dan output dan balane cairan


S:-

O:
- Intake: Susu ASI + air putih : 600 cc

- Output: BAK : 150 cc


Muntah :-
BAB :100 cc
IWL (30-(8/12)x9 : 263,7(+)
Jumlah 513,7

15.00 1 Balance cairan = intake (600cc) – output 513,7cc) Angga


= 86,3 cc

memberikan obat oral cefixime syr 2,5 cc, P. triamsinolon,


p. batuk + pilek + sesak kepada An. G
S:
107

- ibu mengatakan anak sudah meminum obatnya.


O:
15.30 2 - anak rewel saat diberikan obat. Angga

Menganjurkan ibu untuk memberikan anak minum sesuai


kebutuhan cairan anak 910cc/bb/hari
S:
- ibu mengatakan anak minum dengan banyak
O:
15.45 4 - anak tampak minum dengan banyak Angga

Mengkaji tingkat ketakutan An. G


S:
- ibu mengatakan anak takut saat ada perawat
melakukan tindakan
O:
15.50 2,3 - anak tampak menangis saat melihatperawat Angga

monitor hasil lab HB, HT


S:-
O:
16.00 2,3 - tidak ada dilakukan pemeriksaan lab Angga

Memberikan obat injeksi dexametason 1,5 gm kepada An. G


S:-
O:
- obat sudah diberikan , anak tampakmenangis saat
16.30 4 diberikan obat. TIM

Menganjurkn kepada keluarga untuk memberikan anak


makan tinggi karbonhidrat

S:
- keluarga mengatakan anak kadang makan kadang
juga tidak nafsu makan
17.00 1,2, O: TIM
3 - anak tampak lemas

Memonitor TTV
S:-
O:
- Nadi : 117x/menit
17.25 1 - RR : 25x/menit TIM
- Suhu : 37C

Mengkaji suara nafas An. G


S:-

17.45 3 O: TIM
- Suara nafas terdengar ronchi

Mengkaji makanan yang disukai anak


S:
- Ibu mengatakan anak tidak ada makanan yang
17.43 4 disukai TIM
108

O:-

Menjelaskan semua prosedur tindakan selama melakukan


tindakan kepada An. G
S:
- ibu mengatakan bersedia untuk diberikan tindakan
kepada anak
O:
- ibu tampak menerima kehadiran perawat dengan
baik
18.00 1 TIM

memberikan obat antibiotic ceftriaxone 750 mg kepada An.


G
S: -
O:
18.20 3 - obat sudah diberikan kepada An. G dengan dosis TIM
750gm

mengnjurkan orang tua untuk memberikan anak makanan


sedikit tapi sering dengan makan diit klien (bubur) sesuai
program ahli gizi.
S:
- ibu mengatakan makanan habis 1 porsi

18.40 1 O: TIM
- anak dapat memakan makanan sedikit tapi sering

mengkaji kedalaman pernafasan klien


S:-
O:
19.00 2,3 Nafas tidak dangkal, tidak menggunakan oto bantu TIM
pernafasan

Monitor intake dan output An. G


S:-
O:
- Intake: Minum+Susu ASI = 600 cc

- Output: BAK :200 cc


Muntah :-
BAB :100 cc
IWL (30-(8/12)x9 :263,7 cc(+)
Jumlah 563,7 cc

Balance cairan = intake (600cc) – output (563,7cc)


20.00 1 = 36,3cc TIM

Memberikan inhalasi kepada An. G combiven + 2cc Nacl


S: -
O:
20.45 1,2, - Anak tampak lebih nyaman, dan tenang TIM
3

memonitor TTV An. G


109

S:-
O:
- nadi : 115x/menit
22.00 1 - RR : 29x/menit TIM
- Suhu : 38,6C

Memonitor tanda-tanda dehidrasi An. G


S:-

O:
23.00 1,2 - ubun-ubun tidak cekung, mata tidak cekung dan TIM
bibir lembab).

Memberikan obat oral sanmol , p. triamsinalon p. batuk +


pilek + sesak, kepada An. G
S:
- ibu mengatakan anak sudah meminum obat

1 Juni O:
2016 1,2, - obat sudah diberikan kepada An G TIM
03.00 3

memberikan obat injeksi dexametason 1,5 mg, ceftriaxone


750 mg kepada An. G
S:
- ibu menagtakan bersedia untuk dilakukan pemberian
obat

04.20 1,2, O: TIM


3 - obat sudah diberikan ketika anak tidur

mempantau TTV An. G


S:-
O:
- nadi 110x/menit
05.30 1,3 - RR 26x/menit TIM
- Suhu 36

Memonitor intake dan output An G.


S:-
O:
- Intake : Minum+Susu ASI = 550 cc

- Output: BAK :150 cc


Muntah :-
BAB :100 cc
IWL (30-(8/12)x9 :263,7 cc (+)
Jumlah 513,7cc

06.00 1 Balance cairan = intake (550cc) – output (513,7cc) TIM


=36,3cc

Mengkaji keadaan umum, kedalaman pernafasan dan


mengkaji suara nafas An. G
S:-
O:
07.00 1,2, TIM
110

- Keadaan umum sakit sedang, nafas tidak dangkal,


terdengar suara ronchi

Memberika obat oral cefixime, p. triamsinolon, p. batuk +


pilek + sesak, dan sanmol kepada An. G
S:
- Ibu mengatakan anak sudah meminum obatnya
07.30 1,2, Angga
3 O:
- Anak sudah meminum obatnya.

Memonitor TTV An. G


S:-
O:
07.45 4 - Nadi 100x/menit Angga
- RR : 25x/menit
- Suhu : 37C

Memberikan rasa empati baik verbal maupun non verbal


kepada An. G dan keluarga
S:
- Keluarga mengatakan senang melihat perawat yang
08.00 3 merawat anaknya dengan tulus. Angga
O:
- Keluarga tampak senang.

Memberikan anak makanan diit ( bubur) sesuai proram ahli


gizi
S:
09.45 3 - Ibu mengatakan anak makan dengan habis Angga
O:
Makanan habis 1porsi

Mekaji bising usus An. G


10.00 1 S:- Angga
O:
- Bising usus 5x/menit

Memberikan obat ceftriaxone 750 mg kepada An. G


S:-
10.45 1 O: Angga
- Obat sudah diberikan anak tampak menangis saat
diberikan obat injeksi ceftiaxone 750 gm

Melepaskan therapy oksigen nasal kanul 3 lt


S:
- ibu mengatakan anak tidak sesak
11.30 3 Angga
O:
- Anak tampak tidak sesak RR : 27x/menit

Memberikan anak makanan diit (bubur) sesuia program ahli


gizi
S:
13.00 2 - ibu mengatakan anak makanan hanya 1 porsi Angga
O:
- anak hanya makan 1 porsi
111

melakukan up instoper karna klien mau pulang


13.45 2 S:- TIM
O:
- anak menangis saat membuka instoper

melakukan persiapan pasien pulang


S:-
O:
- menjelaskan pada ibu untuk control dan minum obat
secara teratur

E. Evaluasi

Hari / Dx Perkembangan Paraf


Tanggal
Selasa 1 S: Angga
31 Mei 2016 ”Ibu mengatakan”:
- anak masih sesak
- Ibu mengatakan badan anak panas turun
naik
- Ibu mengatakan anak masih batuk
berdahak
- Ibu mengatak anak tidak pilek lagi
O:
- Terpasang oksigen nasal kanul 3
liter/menit
- RR : 36x/menit
- Saat diauskultrasi masih terdengar suara
ronchi
- Masih terdapat sputum di saluran
pernafasan An. G
- Anak tampak menangis saat diberikan
obat dan oksigenasi

A:
- Masalah Belum Teratasi
P:
- Berikan therapi inhalasi combiven + 2cc
Nacl, berikan antibiotik cefixime dan
ceftriaxone, berikan p. triamsinolon, dan
p. batuk + pilek + sesak,
- Lakukan fisiotrapi dada
- anjurkan pada ibu untuk memberi minum
air hangta pada anak

Selasa 2 Angga
31 Mei 2014

S:
112

“ibu mengatakan”
- nafsu makan anak kurang hanya ½ porsi
yang habis dari makanan yang disediakan
- memberikan anak makanan tinggi
karbonhidrat
- memberikan anak makanan sedikit tapi
sering

O:
- BB : 9,2 kg TB: 72 cm
- HB L 11,6 g/dl (11,8- 15,0)
- Anak hanya makan ½ porsi
- Anak masih mual dan muntah
- Anak terlihat lemas

A:
- masalah belum teratasi
P: lanjutkan intervensi
- Kaji riwayat nutrisi, termasuk makanan
yang disukai.
- Observasi dan catat masukan makanan
anak
- Timbang BB tiap hari (bila
memungkinkan)
- Berikan makan sedikit namun sering dan
atau makan diantara waktu makan
Selasa 3 - Berikan obat sesuai program dokter Angga
31 Mei 2016 dexametason 2x1,5 mg
- Anjurkan pada keluarga atau klien untuk
menghindari makanan yang merangsang
dan mengandung gas
S:
“Ibu mengatakan”:
- anak minum 4-5 gelas kecil
- anak kencing nya 3 kali / hari
- anak masih mual dan muntah
- anak masih demam
O:
- Suhu: 38,7oc
- Nadi : 118x/menit
- Mukosa mulut : lembab
- HT : 38%
- Capillary refill < 3 detik
- Balance cairan =-95,3

A:
- masalah belum teratasi
P: lanjutkan intervensi
- Monitor vital sign tiap 3 jam/lebih sering
Selasa 4 - Observasi capillary refill Angga
31 Mei 2016 - Monitor intake dan output,
- Anjurkan untuk minum 910 cc/bb/hari
sesuai kebutuhan anak

S:
“Ibu mengatakan”:
113

- anak masih suka takut dan gelisah melihat


perawat
- Ibu mengatakan senang melihat tenaga
kesehatan melayani dengan baik
O:
- Anak tampak takut dan rewel melihat
perawat
- Anak menangis saat diberikan tindakan
- Ibu tampak senang melihat perawat
A:
- Masalah sebagian teratasi

P: lanjutkan intervensi
Rabu - Jalin bina trust terhadap anak dan keluarga
1 Juni 2016 1 - Menjelaskan kepada keluarga prosedur Angga
tindakan yang akan dilakukan
- Motifasi keluarga untuk tetap sabar dalam
tahap penyembuhan anak.

S:
“Ibu mengatakan”:
- Sesak nafas berkurang
- anak tidak pilek lagi
- anak masih batuk
- sulit mengeluarkan dahak
O:
- RR : 26x/menit
- terdengar suara (ronchi)
- Anak tampak masih batuk
- Anak tampak tidak pilek

Rabu A:
1 Juni 2016 2 - Masalah sebagian teratasi ( pasien pulang) Angga
P:
- Hentikan intervensi

S:
“Ibu mengataksn”:
- anak sudah nafsu makan, 1 porsi yang
habis dari makanan yang disediakan
- memberikan anak makanan tinggi
karbonhidrat
- memberikan anak sedikit tapi sering
O:
- BB : 9,5 kg TB: 72 cm
- HB L 11,6 g/dl (11,8- 15,0)
- Anak makan 1 porsi
- Anak tampak nafsu makan
- Anak tidak mual muntah
Rabu 3 - Anak terlihat tidak lemas
1 Juni 2016 A: Angga
- masalah teratasi sebagian
P:
- Hentikan intervensi ( pasien pulang )
S:
114

“Ibu mengatakan”:
- anak minum 4-5 gelas kecil
- kencing nya 2 kali / hari
- anak tidak mual dan muntah
- demam An. G sudah turun
O:
- Suhu: 36,5oc
- Nadi : 110x/menit
- Mukosa mulut : lembab
- HT : 38%
- Capillary refill < 3 detik
- tidak terpasang infuse sesuai program
dokter
- Balance cairan= 36,3cc

A:
Rabu 4 - resiko kekurangan volume cairan tidak
1 juni 2016 terjadi ( pasien pulang) Angga
P:
- Hentikan intervensi

S:
“Ibu mengatakan”:
- anak tidak gelisah lagi
- anak sdah mau di ajak bermain
- senang melihat tenaga kesehatan melayani
dengan baik
O:
- Anak tampak tidak rewel lagi
- Anak tampak sedang bermain bersama
kakanya
- Anak tampak tertawa saat bercanda
dengan orang asing

A:
- Masalah teratasi ( pasien pulang )
P:
- Hentikan intervensi
115

BAB IV
PEMBAHASAN

Pada BAB sebelumnya telah diuraian mengenai tinjauan kepustakaan dan laporan
kasus. Dalam BAB ini penulis mencoba untuk membandingkan antara tinjauan
kepustakaan dengan kasus tentang asuhan keperawatan dalam pemenuhan
kebutuhan dasar pada An. G dengan gangguan sistem pernafasan:
bronkopneumonia di Paviliun Badar Rumah Sakit Islam Cempaka Putih Jakarta
Pusat, dengan megikuti tahap-tahap proses keperawatan mulai dari pengkajian,
menegakkan diagnosa, menyusun rencana, pelaksanaan dan evaluasi keperawatan.

A. Pengkajian
Selama pengkajian penulis mendapatkan kesulitan dikarenakan keterbatasan
sumber pustaka tentang asuhan keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan dasar
pada anak dengan gangguan sistem pernafasan bronkopneumonia khusus An. G.
Namun, penulis cukup terbantu dengan adanya format pengkajian yang telah
disiapkan institusi, orangtua dan keluarga klien yang kooperatif saat pengkajian,
selain itu di ruangan juga ada stasus klien, catatan keperawatan serta perawat
ruangan yang dapat bekerja sama.

Data yang di dapatkan selama pengkajian harus lengkap mengenai keluhan dan
respon anak, maka penulis berusaha untuk melakukan pendekatan dengan cara
sering berinteraksi dengan anak dan keluarga. Pada landasan teori didapatkan
manifestasi klinik pada bronkopneumonia yaitu tanda dan gejala yang umum
seperti suhu tubuh dapat naik sangat mendadak sampai (39- 40 0 C) dan kadang-
kadang disertai kejang karena demam yang tinggi. Anak gelisah, dispnea,
terdapat peningkatan produksi sputum serta tanda khas yang terjadi seperti
pernafasan cepat dan dangkal disertai pernafasaan cuping hidung serta sianosis
sekitar hidung dan mulut dan merintih. Kadang-kadang disertai muntah dan
diare.
116

Dalam segi manifestasi klinis terdapat kesamaan dengan teori, yaitu anak
mengalami keluhan sangat gelisah, sesak, RR: 36 x/menit, terdapat peningkatan
produksi sputum dan anak tidak mampu mengeluarkannya, terdapat suara ronchi
di intercostae 2-3 lapang paru kanan dan kiri. Sementara manifestasi yang tidak
muncul pada kasus adalah pernafasan cepat dan dangkal, pernafasan cuping
hidung, retraksi dinding dada dan penggunaan otot bantu nafas. Manifestasi ini
tidak muncul dikarenakan An. G tidak mengalami gangguan pola nafas.

pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada An. G hanya pemeriksaan


laboratorium (leukosit) dan pemeriksan rontgen thoraks, hal ini sama dengan
tinjauan teoriritis. Namun untuk pemeriksaan kultur sputum tidak. Pemeriksaan
kultur dapat dilakukan pada anak usia di atas 1 tahun sedangkan usia An. G baru 8
bulan, karena pada umunya anak di bawah usia 1 tahun mengalami kesusahan
untuk dapat mengerluarkan sputum atau sekret, sehingga pemeriksaan tidak
dilakukan. Prinsip penatalaksanaan keperawatan antara teoritis dan kasus memiliki
kesamaan. Pemeriksaan lain yang tidak dilakukan pada An. G adalah pemeriksaan
LED, pemeriksaan ini tidak dilakukan karena pemeriksan penunjang yang telah
dilakukan (leukosit dan Ronthgen thoraks) sudah dianggap cukup untuk
menegakkan diagnose pasti pada An. G. selain itu pemeriksaan analisa gas darah
pun tidak dilakukan karena An. G belum mengalami gangguan pertukaran gas.

B. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan konsep asuhan keperawatan yang ada pada landasan teoritis diagnosa
keperawatan yang ditegakkan pada klien bronchopneumonia ada 7, sedangkan
pada tinjauan kasus ada 4 diagnosa keperawatan yaitu :
1. Tidak efektif bersihan jalan napas berhubungan dengan peningkatan sputum.
Diagnosa ini di temukan pada landasan teoritis dan pada tinjauan kasus. Hal ini
terjadi karena pada saat pengkajian di dapatkan data, An. G mengalami sesak
nafas, batuk, pilek, tidak dapat mengeluarkan sputum, RR: 36 x/menit dan
terdengar suara ronchi.

2. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan intake yang tidak


adekuat. Pada diagnose ini di temukan sama dengan tinjaun teori dan kasus.
resiko kekurangan volume cairan ini muncul pada tinjauan kasus karena pada
117

An. G didapatkan data, mukosa bibir lembab, kapilari refill < 3 detik, badan
panas dengan suhu 38C, mual dan muntah dan balance cairan menunjukan
4,7 cc. Untuk mengatasi resiko tersebu dilakukan upaya pemberian terapi
cairan RL sesuai program dokter melalui intra vena untuk mencegah terjadinya
dehidrasi yang lebih lanjut. Sehingga masalah ini merupakan diagnosa
keperawatan yang resiko sesuai dengan tinjauan teori dan kasus.

3. Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake


yang tidak adekuat. Pada tinjauan teori terdapat masalah tersebut masih
bersifat resiko, namun pada tinjauan kasus masalah nutrisi sudah aktual. Hal
tersebut dikarenakan pada An. G didapatkan data: keadaan umum lemah, berat
badan menurun, tidak mau makan, mual dan muntah, berat badan saat ini 9,1
kg, berat, berat badan ideal 12,5 kg, konjungtiva ananemis, turgor kulit elastis,
hemoglobin 11,6g/dl dan hematokrit 38% masih dalam batas normal. Berat
badan terjadi penurunan lebih dari 20% dari berat badan ideal, sehingga
perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh merupakan masalah yang
aktual berbeda dengan tinjauan teoritis.

4. Takut pada anak berhubungan dengan dampak hospitalisasi (prosedur tindakan


dan orang asing) ditemukan sama dengan tinjauan teori dan kasus. Pada
masalah tinjauan kasus ini ditemukan data An. G gelisah, takut pada perawat,
menangis saat diberikan tindakan, dan rewel. Sehingga pada masalah ini
diagnose keperawatan cemas berhubungan dengan prosedur tindakan sesuai
dengan tinjauan teori dan kasus.

Sedangkan diagnosa yang tidak di munculkan pada tinjaun kasus yaitu:


1. Perubahan pola nafas tidak efektif berhubungan dengan prose inflamasi. Pada
kasus tidak ditemukan diagnosa gangguan pola nafas dikarenakan tidak
118

mengalami pernafasan cepat dan dangkal, pernafasan cuping hidung, retraksi


dinding dada dan penggunaan otot bantu nafas.

2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan akumulasi eksudat dan


peningkatan produksi mulus. Pada kasus ini tidak ditemukan data: anak gelisah,
sianosis disekitar hidung dan mulut, serta pemeriksaan analisa gas darah.
Sehingga pada An. G tidak mengalami ganguan pertukaran gas.

3. Cemas pada orang tua berhungan dengan kurang informasi tentang penyakit
anak. Pada kasus diagnose ini tidak muncul karena orang tua klien pasrah
kepada Tuhan dan percaya bahwa tenaga kesehatan bisa menolong anaknya,
orang tua juga merasa senang tenaga kesehatan di Rumah Sakit Islam Cempaka
Putih Jakarta Pusat dengan baik merawat anaknya, serta pengetahuan orang tua
tentang penyakit yang dialami An. G (bronchopneumonia).

C. Perencanaan Keperawatan
Berdasarkan tahap perencenaan penulis mengacu pada perencanaan yang terdapat di
landasan teoritis di mana perencanaan di bagi menjadi 3 tahap yaitu menentukan
prioritas masalah, menentukan tujuan, menentukan kriteria hasil dan merencenakan
tindakan keperawatan. Dalam pembuatan rencana penulis bekerja sama dengan
keluarga klien dan perawat ruangan sehingga ada kesempatan dalam memecahkan
masalah yang dialami klien. Hal ini menjadi prioritas karena data-data yang
menunjang baik dari pemeriksaan fisik, balance cairan, status dehidrasi, pemeriksaan
labolatorium, dan pemeriksaan ronthgen thorak karena pemeriksaan tersebut
merupakan masalah yang terjadi saat ini. Adapun pemeriksaan yang tidak dilakukan
seperti: pemeriksaan kultur sputum, dikarenakan Pemeriksaan kultur dapat
dilakukan pada anak usia di atas 1 tahun sedangkan usia An. G baru 8 bulan, karena
pada umunya anak di bawah usia 1 tahun mengalami kesusahan untuk dapat
mengerluarkan sputum atau sekret, sehingga pemeriksaan tidak dilakukan.
119

Pemeriksaan lain yang tidak dilakukan pada An. G adalah pemeriksaan LED dan
analisa gas darah pemeriksaan ini tidak dilakukan karena pemeriksan penunjang
yang telah dilakukan (leukosit dan Ronthgen thoraks) sudah dianggap cukup untuk
menyusun rencana tindakan.

Penyusunan tujuan dan kriteria hasil di buat sesuai dengan tinjauan teoritis yang
mencakup variebel SMART yaitu tujuan yang ingin dicapai sesuai dengan landasan
teori, kriteria hasil yang di buat spesifik dan sama dengan landasan teori, dapat di
ukur, dapat di capai, rasional dan ada batas waktu yang jelas untuk tiap diagnosa
masalah yang muncul. Tujuan yang ditetapkan pada masing-masing diagnosa
disesuaikan berdasarkan kondisi klien, berat masalahnya dari hasil manifestasi klinis
dan diagnostik. Sehingga waktu yang ditetapkan untuk masing-masing diagnosa
berbeda-beda. Dalam hal ini jika tujuan belum teratasi dalam batas waktu yang
ditentukan maka rencana tindakan yang dibuat dapat dilimpahkan kepada perawat
ruangan tempat klien dirawat. Dalam penyusunan rencana tindakan, penulis tidak
mendapatkan kesulitan, karena keluarga klien dan perawat ruangan yang kooperatif
dan mau diajak bekerja sama serta tersedianya alat yang cukup memadai untuk
melakukan tindakan keperawatan.

D. Pelaksanaan Keperawatan

Berdasarkan tahap pelaksanaan, upaya untuk merealisasikan rencana tindakan


keperawatan yang telah ditetapkan yaitu membina hubungan saling percaya adalah
hal yang sangat penting dalam tahap pelaksanaan ini, sehingga upaya pelaksanaan
atau tindakan yang dilaksanakan dapat di terima sebagai upaya untuk memecahkan
masalah. Implementasi yang di lakukan penulis berlangsung selama 3 hari mulai
tanggal 30 Mei 2016 sampai 1 Juni 2016. Implementasi yang telah penulis
laksanakan sesuai rencana tindakan yang telah disusun. Hal ini dapat tercapai
dikarenakan adanya dukungan keluarga klien yang kooperatif, peralatan yang
memadai dan lengkap serta peran perawat ruangan yang banyak membantu dan
bekerja sama dengan penulis.
120

Faktor penghambat selama melakukan pelaksanaan adalah proses


pendokumentasian tindakan keperawatan yang telah dilakukan sebelumnya atau
yang bersifat kolaboratif tidak semua dicatat dalam catatan keperawatan maupun
catatan perkembangan berupa repon klien setelah dilakukan tindakan. Catatan
keperawatan yang ada di ruangan hanya berisi kegiatan rutinitas seperti monitor
TTV, intake output, pemberian terapi dan tindakan kolaboratif.

E. Evaluasi
Berdasarkan tahap evaluasi ini bertujuan untuk melihat perkembangan klien setelah
dilakukan tindakan keperwatan sesuai dengan tujuan dan kriteria hasil. Berdasarkan
hasil evaluasi pada An. G yang dilakukan asuhan keperawatan selama 3 hari tanggal
30 Mei 2016 sampai 1 Juni 2016 maka masalah yang teratasi sebagian, masalah
teratasi, dan masalah yang tidak diatasi adalah:

1. Bersihan jalan tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi sekret.


masalah ini sebagian teratasi, karena dari hasil evaluasi didapatkan data: An. G
RR: 26x/menit, tidak pilek, masih terdengar suara ronchi, anak tampak masih
batuk.

2. Resiko kekurangan volume caian berhubungan intake yang tidak adekuat.


Masalah ini tidak terjadi. Di dapatkan data, anak tidak demam suhu 36,5C, nadi:
110x/menit, mukasa mulut lembab, HT: 38%, capillary refill <2 detik, tidak
terpasang infuse sesuai program dokter.

3. Gangguan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


intake yang tidak adekuat. Pada masalah ini sebagian teratasi karena didapatkan
data, BB: 9,5kg TB: 72kg, HB: 11.6, anak tampak nafsu makan, makanan habis 1
porsi, anak tidak mual muntah, anak terlihat tidak lemes.
121

4. Takut pada anak berhubungan dengan dampak hospitalisasi (prosedur tindakan


dan orang asing). Pada masalah ini teratasi karena didapatkan data, anak tampak
tidak rewel lagi, anak tampak bermain bersama kakaknya. Anak tampak
kooperatif dan tertawa saat bercanda dengan perawat.
122

BAB V
PENUTUP

Setelah membahas secara menyeluruh tentang asuhan keperawatan pada klien dengan
gangguan sistem pernafasaan: bronchopneumonia di paviliun Badar Rumah Sakit Islam
Jakarta Cempaka Putih, maka penulis dapat mengambil kesimpulan dan saran yang
diharapakn dapat menjadi bahan pertimbangan bagi pembaca pada umumnya dan
khususnya bagi perawat dalam upaya peningkatan mutu dalam melakukan keperawatan.

A. Kesimpulan
Bronchopneumonia disebabkan oleh bakteri, virus dan jamur. Manifestasi klinik
pada bronchopneumonia yaitu tanda dan gejala yang umum seperti suhu tubuh dapat
naik sangat mendadak sampai (39- 40 0 C) dan kadang-kadang disertai kejang
karena demam yang tinggi. Anak sangat gelisah, dispnea, terdapat sputum serta
tanda khas yang terjadi seperti pernafasan cepat dan dangkal disertai pernafasaan
cuping hidung serta sianosis sekitar hidung dan mulut dan merintih. Kadang-kadang
disertai muntah dan diare.

Sementara pada kasus An. G masalah yang muncul: tidak efektifan jalan nafas
berhubungan dengan peningkatan produksi sekret, resiko devisit volume cairan
berhubungan dengan intake yang tidak adekuat, gangguan kebutuhan nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat, serta takut
pada anak beruhubungan dengan dampak hospitalisasi ( prosedur tindakan dan orang
asing).

Dalam pembuatan rencana asuhan keperawatan, penulis bekerja sama dengan


keluarga klien dan perawat ruangan sehingga ada kesempatan dalam memecahkan
masalah yang dialami klien. Pada pelaksanaan asuhan keperawatan penulis bekerja
sama dengan perawat ruangan. Untuk mengukur intake dan output penulis bekerja
sama dengan keluarga. Pelaksanaan asuhan keperawatan dilakukan dengan teliti dan
seksama dengan memperhatikan kondisi dan masalah pada klien.

Evaluasi menggunakan evaluasi proses dan evaluasi akhir. Evaluasi dinilai


berdasarkan perkembangan yang terjadi pada klien setelah dilakukan tindakan
keperawatan dengan tujuan dan kriteria hasil yang terdapat pada rencana tindakan
keperawatan. Namun dalam pelaksanaan terdapat asuhan keperawatan belum dapat
teratasi secara tuntas, oleh karena itu penulis melimpahkan kepada keluarga karena
klien sudah diperbolehkan untuk pulang.
123

B. Saran
Dari kesimpulan yang telah didapat, penulis menganggap perlu adanya peningkatan
pelayanan asuhan keperawatan yang diharapkan dapat meningkatkan derajat
kesehatan secara optimal. Penulis mempunyai beberapa saran yang diharapkan dapat
membantu dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien khususnya pada An.
G dengan gangguan sistem pernafasan, yaitu:
1. Untuk institusi
Diharapkan untuk menambah literatul yang lebih lengkap dengan tahun terbit
yang baru sehingga terdapat informasi dan pembaruan dalam memberikan
asuhan keperawatan.

2. Untuk rumah sakit islam jakarta


Sebaiknya diadakan pelatihan ilmu keperawatan anak untuk perawat di ruangan
karena dalam asuhan keperawatan pada anak tidak sama dengan orang dewasa.
Lembar pendokumentasian keperawatan sebaiknya dibuat lebih luas sehingga
perawat dapat menuliskan respon klien setelah dilakukan tindakan keperawatan.

3. Untuk perawat ruangan


Sebaiknya perawat ruangan mendokumentasikan semua tindakan disertai
dengan respon subjektif dan objektif dan melakukan tindakan sesuai dengan
rencana tindakan, tidak hanya berorientasi pada tindakan yang difatnya rutinitas
dan kolaboratif. Hal ini diperlukan untuk memantau perkembangan pasien dan
hidupkan terapi aktifitas bermain pada anak

4. Untuk orangtua
Diharapkan orangtua dapat jauhkan anak dari asap rokok, melengkapi imunisasi
terakhir anak (campak), dan mencari tau adakah keluarga yang mengalami
penyakit yang sama seperti An. G, sehingga mencegah terjadinya penyakit
berulang.
124

DAFTAR PUSTAKA

Asmadi. (2008). Konsep dasar keperawatan.Jakarta:EGC

Cahyaningsih, (2010), Tumbuh Kembang Anak, Jakarta; Salemba Medika

Deswani. (2009). Proses keperawatan dan berfikir kritis.Jakarta: Salemba Medika

Harwina. W. A & Angga. S. R, (2010), Asuhan Keperawatan Anak Dengan Gangguan


Sistem Pernapasan, Jakarta; Trans Info Media.

Hidayat, Aziz, A., Uliyah, Musrifatul. (2014). Pengantar kebutuhan dasar manusia.
Jakarta: Salemba Medika

Mubarok, Wahit., Chayatin, Nurul. (2008). Buku ajar kebutuhan dasar manusia teori
& aplikasi dalam praktik.Jakarta: EGC

Nurarif, Huda, Amin., Kusuma, Hardhi. (2015). Asuhan keperawatan berdasarkan


diagnosa medis & NANDA NIC-NOC. Jilid 3. Yogyakarta: Mediaction Jogja

Pudiastuti, Ratna, Dewi. (2011). Waspadai penyakit pada anak. Jakarta: Indeks

Rampengan, SpA(K), Prof, Dr, T, H. (2008). Penyakit infeksi tropik pada anak.
Jakarta: EGC

Ranuh. (2013). Beberapa kesehatan anak. Jakarta: Sagung seto

Soedarmo, Poerwo.S.S., Garna, Herry., Hadinegoro, Sri., & Satari, Hindra. (2010).
Buku ajar infeksi & pediatri tropis.Jakarta:IDAI

Sujono & Sukarmin, (2012), Asuhan Keperawatan Pada Anak, Edisi 1, Yogyakarta;
Graha Ilmu.

Suriadi.,Yuliani, Rita. (2010). Asuhan keperawatan pada anak. Jakarta: CV.Sagung


Seto

Wong,Donna,L.,Eaton,Marilyn,Hockenberry.,Wilson,David.,Winkelstein,Marilyn,L.,
& Schwartz,Patricia. (2009).Buku ajar keperawatan pediatrik.Jakarta:EGC

Widagdo.(2013). Masalah dan tatalaksana penyakit anak dengan demam. Jakarta:


Sagung seto

Anda mungkin juga menyukai