Disusun Oleh :
ANIK ANAPILAH
NIM : E2014401011
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Mencapai Gelar Ahli Madya
Keperawatan (A.Md.Kep)
Disusun Oleh :
ANIK ANAPILAH
NIM : E2014401011
Proposal ini telah diperiksa dan disetujui isi serta susunannya oleh pembimbing ,
sehingga dapat diajukan dalam ujian siding proposal Karya Tulis Ilmiah (KTI)
Pada program Studi D3 Keperawatan Falkultas Ilmu Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Tasikmalaya
Tasikmalaya, April 2023
Disetujui,
Pembimbing 1
Pembimbing 2
Pembimbing 3
i
ii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah dengan
judul Asuhan Keperawatan Pada Anak Usia Toddler (1-3) Tahun Dengan
Pemberian Terapi Kompres Tepid Sponge Untuk Menurunkan Suhu Tubuh
Akibat Kejang Demam Di Ruang Melati 5 RSUD dr. Soekardjo Kota
Tasikmalaya. Shalawat dan salam senantiasa tercurah limpahkan kepada junjunan
alam Nabi Muhammad SAW.
Proposal karya tulis ini disusun guna menyelesaikan tugas akhir untuk
mendapatkan gelar Ahli Madya Keperawatan (A.md.Kep) dari Program Studi
Diploma III Keperawatan , Falkultas Ilmu Kesehatan , Universitas
Muhammadiyah Tasikmalaya .
Dalam penyusunan karya tulis ini , penulis telah mendapatkan bantuan dan
bimbingan dari berbagai pihak , maka pada kesempatan ini penulis ingin
menyampaikan ucapan terimakasih dan penghargaan yang setulus-tulusnya
kepada yang terhomat :
1. Dr. Ahmad Qonit AD, MA., selaku Rektor Universitas Muhammadiyah
Tasikmalaya.
2. Sri Mulyanti, M.Kep., selaku Dekan Falkultas Ilmu Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Tasikmalaya .
3. Nina Pamelasari, M.Kep., selaku Ketua Program Studi DIII Keperawatan
Falkultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya .
4. Asep Setiawan, M.Kep., pembimbing ke 1 yang tak pernah lelah
memberikan support, bimbingan serta arahan dalam penyusunan karya tulis
ilmiah .
5. Fitri Nurlina, M.Kep., selaku pembimbing ke 2 yang sudah memberikan
bimbingan serta arahan dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini .
6. Zaenal Mutaqqin, M.Pd.I ., selaku pembimbing ke 3 yang sudah
memberikan bimbingan serta arahan dalam penyusunan karya tulis ilmiah
ini .
iii
7. Seluruh staff perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya yang
telah membantu dalam pengadaan liserasi demi terselesaikannya karya tulis
ilmiah .
8. Seluruh Dosen Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya beserta jajarannya
yang telah membantu serta sabar dalam mendidk dan memberikan ilmu
selama perkuliahan.
9. Kedua orang tua saya Bapak Carmo dan Ibu Doriha yang memberikan
support dalam bentuk moral, material , spiritual , do’a , serta berbagai
dukungan lainnya dengan penuh cinta sehingga dapat sampai akhir
menyelesaikan program studi DIII Keperawatan ini.
10. Keponakan – keponakan ku tercinta Maulana Azril Akbar , Muhammad
Rizki Elnanjar , Ayla Permatasari yang senantiasa memberikan dukungan
semangat , dan doa selama penyusunan karya tulis ilmiah ini.
11. Keluarga besar dari kedua orang tua serta kerabat yang telah memberikan
support dari terselenggarannya pendidikan sehingga penyusunan karya tulis
ilmiah .
12. Sahabat sekaligus rekan-rekan seperjuangan Diploma III Keperawatan
angkatan 2020 yang telah berjuang bersama-sama sampai tahap ini .
13. Seluruh rekan – rekan luar kampus , non mahasiswa , dan rekan – rekan satu
alumni yang senantiasa mendoakan dan memberikan support pada penulis
dari mulai terselegaranya pendidikan hingga penyusunan karya tulis ilmiah
ini .
14. Semua pihak yang telah membantu dan dalam penyelesaian karya tulis
ilmiah ini yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu .
Dengan segala kerendahan hati penulis menyadari bahwa dalam
penyusunan karya tulis ini , masih jauh dari kata kesempurnaan dan banyak
kekurangan . Oleh karena itu saran dan kritik yang membangun sangat penulis
harapkan , semoga karya tulis ilmiah ini dapat memberikan masukan serta
informasi yang bermanfaat. Aamiin .
Waalaikumussalam Wr Wb .
Tasikmalaya , April 2023
iv
Penulis
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN...................................................................................i
KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iv
DAFTAR TABEL..................................................................................................v
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
I.1 Latar Belakang Masalah............................................................................1
I.2 Rumusan Masalah......................................................................................4
I.3 Tujuan Studi Kasus....................................................................................4
I.4 Manfaat Studi Kasus..................................................................................5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................6
II.1. Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Kejang Demam Dalam
Pemenuhan Kebutuhan Fisiologis.......................................................................6
II.2. Kebutuhan Keamanan dan Penyebab Kenyamanan Pada Pasien
Hipertermia........................................................................................................18
II.3. Demam.....................................................................................................21
II.4. Konsep Tumbuh Kembang Anak Toddlers............................................24
II.4.1 Definisi Pertumbuhan dan Perkembangan..............................................24
II.5. Kompres Terapi Tepid Sponge................................................................26
BAB III METODE PENULISAN.......................................................................30
III.1 Rancangan Studi Kasus...........................................................................30
III.2 Subyek Studi Kasus.................................................................................30
III.3 Fokus Studi Kasus...................................................................................30
III.4 Definisi Operasional Fokus Studi Kasus.................................................30
III.5 Tempat dan Waktu...................................................................................31
III.6 Metode Pengumpulan Data......................................................................31
III.7 Penyajian Data.........................................................................................32
III.8 Etika Studi Kasus.....................................................................................32
v
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................34
vi
DAFTAR TABEL
vii
BAB I
PENDAHULUAN
1
Kejang demam merupakan manifestasi dari demam tinggi yang jika
tidak segera mendapatkan penanganan dapat menimbulkan gejala sisa atau
bahkan kematian meskipun angka kejadian yang menimbulkan kematian
sangatlah kecil . Peran perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan
hendaknya mampu untuk memberikan asuhan keperawatan yang
komprehensif dengan memandang klien dari aspek biopsikososial dan
spiritual (Nurhayati, 2016).
Upaya dalam penanganan penurunan suhu tubuh dapat dilakukan
dengan cara pemberian terapi kompres tepid sponge . Kompres tepid sponge
jika dilakukan dengan benar akan sangat efektif menurunkan demam dengan
cepat , Akan tetapi efek kompres tepid sponge selain menurunkan suhu tubuh
juga menyebabkan penyempitan pembuluh darah karena mekanisme atau
rangsangan tertentu pada tubuh dalam keadaan dimana volume darah yang
kurang seperti pendarahan dalam kondisi dingin atau pada kondisi syok
tertentu (vasokontriksi ) (Aryanti , 2016).
Kompres tepid sponge bath merupakan sebuah teknik kompres hangat
yang menggabungkan teknik kompres blok pada pembuluh darah mendekati
(superfisial) dengan teknik seka , Kompres tepid sponge ini hampir sama
dengan kompres air hangat biasa , yaitu mengompres pada lima titik (leher ,2
ketiak , 2 pangkal paha) ditambah menyeka bagian perut dan dada atau
diseluruh badan dengan kain , basahi lagi kain bila kering (Dwi , 2016) .
Kompres tepid sponge bekerja dengan cara melebarnya pembuluh
darah perifer diseluruh tubuh sehingga evaporasi panas dari kulit ke
lingkungan sekitar akan lebih cepat ,dibandingkan hasil yang diberikan oleh
kompres hangat yang hanya mengandalkan reaksi dari stumulasi hipotalamus
kompres tepid sponge ini sudah terbukti efektif untuk menurunkan panas
tubuh saat demam ,bahkan lebih cepat dari pada meminum obat penurun
panas (Wardiyah , 2016).
Kompres merupakan metode fisik untuk menurunkan suhu tubuh anak
yang mengalami demam ada beberapa macam kompres yang bisa diberikan
untuk menurunkan suhu tubuh yaitu kompres air hangat dan kompres tepid
sponge bath ( Dewi , 2016).
2
Dari hasil penelitian menunjukkan usia yang paling banyak menjadi
responden yaitu pada usia 2 tahun sebanyak 9 orang (30.0%) dan pada usia 4
tahun sebanyak 9 orang (30.0%). Hasil ini sangat wajar apabila yang menjadi
sampel pada penelitian ini kebanyakan masih balita ,karena memang pada
balita belum terjadi kematangan pada mekanisme pengaturan suhu , inilah
yang menyebabkan pada usia balita sangat rentan terserang penyakit termasuk
demam . Selain itu juga pada usia balita sangat rentan terserang penyakit
termasuk demam . Selain itu juga pada usia balita masih sangat sensitif
terhadap perubahan suhu lingkungan (Susilawati , 2017) .
Ini ujian dari Allah Swt dengan diberinya penyakit demam sangat
tinggi sebagaimana pernah dialami oleh Rasulullah Saw dan para sahabatnya .
Hal ini tergambar bagaimana Rasulullah memberikan petunjuk bagaimana
mengobati demam dalam riwayat hadits muslim yang terdapat dalam kitab
shahih muslim yang disampaikan oleh ‘Ibn al-Salah.:
Telah menceritakan kepada kami Zuhair bin Harb dan Muhammad bin
Al-Mutsana keduannya berkata ; Telah menceritakan kepada kami Yahya
yaitu Ibnu Said dari Ubaidillah ; telah menggambarkan kepadaku Nafi dari
Ibnu Umar dari Nabi Shalallahu alaihi wasallam beliau bersabda ; “ Penyakit
demam panas itu berasal dari panas neraka jahanam. Karena itu diinginkanlah
tepid sponge (kompres) dengan air ’’ (HR.Muslim).
3
keshahihan matan hadist . Hadist tersebut merupakan salah satu dari cara
pengobatan yang pernah dilakukan oleh Nabi Saw.
Sebagai peran perawat yang utama dalam hal ini sebagai pemberi
pelayanan perawatan kesehatan pasien yang membutuhkan bantuan sesuai
dengan prinsip dan etika perawat peran perawat dapat memberi bantuan fisik
maupun psikologis bagi klien agar kondisi kesehatannya membaik terutama
dalam memberikan asuhan keperawatan untuk mengatasi masalah yang
dihadapi klien dalam hal ini anak dengan kejang demam dengan memberikan
terapi kompres tepid sponge yang bertujuan untuk menurunkan suhu tubuh .
4
sponge untuk menurunkan suhu tubuh akibat kejang demam di Ruang Melati
5 Rsud dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya ?
3. Bagi Penulis
5
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengkajian
1) Biodata
a. Data umum : tanggal masuk rumah sakit , tanggal pengkajian ,
waktu pengkajian , nomor rekam medis , ruang perawatan
b. Identitas klien : nama , jenis kelamin , umur , agama , pendidikan ,
suku/bangsa , pekerjaan, alamat , diagnosa medis
c. Identitas penanggung jawab : nama , umur , pendidikan , agama ,
hubungan dengan klien , alamat
2) Riwayat keperawatan
a. Keluhan utama : merupakan suatu masalah keadaan yang sangat
dominan yang dirasakan klien , dimana dalam kasus kejang demam
sehingga menjadi alasan klien dibawa ke Rumah Sakit yang
meliputi keluhan yang paling utama yang dialami oleh klien
biasannya keluhan yang dialami klien kejang demam yaitu anak
mengalami kejang pada saat panas diatas >38, 0⁰C.
7
b. Riwayat penyakit sekarang
Riwayat penyakit yang diderita sekarang tanpa kejang seperti :
1) Gerakan kejang anak
2) Terdapat demam sebelum kejang
3) Lama bangkitan kejang
4) Pola serangan
5) Frekuensi serangan
6) Keadaan sebelum , selama dan sesudah serangan
7) Riwayat penyakit dalam dikembangkan dari keluhan utama
dengan menggunakan rumus PQRST yaitu :
a) Propokatif atau paliatif
(1)Apa penyebab timbulnya keluhan atau gejala terhadap
klien ?
(2)Hal apakah yang memperberat dan mengurangi keluhan
terhadap klien ?
(3)Apa yang dilakukan saat gejala mulai dirasakan terhadap
klien ?
(4)Keluhan psikologis apa yang dialami terhadap klien ?
Dalam rumus P (Propokatif atau paliatif) biasanya pada
anak kejang demam terjadi demam dengan suhu rektal
diatas >38, 0⁰C.
b) Qualitas atau quantitas
(1)Bagaimana gambaran sifat keluhan yang dirasakan ,
dilihat , didengar oleh klien ?
(2)Seberapa penting klien sering melakukan keluhan yang
dialami klien ?
Dalam rumus Q (Qualitas atau quantitas) biasanya pada
anak kejang demam terjadinya adanya kemerahan dan
panas .
c) Region atau radiasi
(1)Dimana lokasi atau area yang dikeluhkan klien ?
8
(2)Bagaimana penjalaran keluhannya ?
Dalam rumus R (Region atau radiasi) biasanya pada anak
kejang demam terjadinya adanya panasnya terasa
diseluruh tubuh.
d) Scall atau serviritas
(1)Bagaimana skala yang dirasakan jika keluhan , skala 1 –
10 ?
Dalam rumus S (Scall atau serviritas) biasanya pada anak
kejang demam terjadinya intensitasnya (skala) pengaruh
terhadap aktifitas biasanya suhu rektal diatas >38, 0⁰C.
e) Time atau treatment
(1)Kapan keluhan mulai dirasakan oleh klien ?
(2)Apakah keluhan berlangsung ketika kambuh ?
Biasanya ada yang demam pada malam hari , pagi hari
atau siang hari dan ada yang demam sepanjang hari .
(3)Hal apa saja yang telah dicoba klien untuk mengurangi
keluhan ketika kambuh ?
(4)Misalnya memakan makanan yang tidak dimasak
misalnya daging , telur , atau terkontiminasi dengan
minuman .
c. Riwayat penyakit yang pernah diderita
Sebelum penderita yang mengalami serangan kejang ini ditanyakan
apakah penderita pernah mengalami kejang sebelumnya, umur
berapa saat kejang terjadi untuk pertama kalinya apakah ada
riwayat trauma kepala , radang selaput otak dan lain-lainnya.
d. Riwayat penyakit dahulu
(1)Apakah klien mempunyai riwayat pemakaian obat : apa
jenisnya, berapa dosisnya, berapa dosis terakhir , bagaimana
cara pemakainnya , dan sebagainya.
(2)Riwayat atau pengalaman masa lalu tentang kesehatan atau
penyakit yang pernah dialami , riwayat masuk rumah sakit atau
riwayat kecelakaan.
9
(3)Pada kasus kejang demam banyak faktor yang melatar belakangi
penyakit tersebut maka yang perlu dikaji ,Biasanya mempunyai
riwayat yang menonjol adanya demam yang dialami oleh anak
misalnya suhu rektalnya diatas >38, 0⁰C .
Demam ini dilatar belakangi adanya penyakit lain yang terdapat
pada luar kranial seperti tonsillitis, faringitis, infeksi saluran
nafas atas , otitis media akut , gastroentis , perlu dikaji juga usia
anak saat mendapat serangan kejang pertama ,karena makin
muda umur anak mengalami kejang demam pertama makin
besar berulangnya kejang demam serta suhu saat kejang demam
pertama kenaikan suhu tubuh adalah syarat mutlak terjadinya
kejang demam tinggi suhu tubuh pada timbul serangan
merupakan nilai ambang kejang berbeda - beda untuk setiap
anak ,berkisar antara 38,0⁰C – 40,0⁰C.
10
atau vakum) ,perdarahan ante parfum ,asfiksi dan lain-
lain .Keadaan selama neonatal apakah bayi panas, diare ,
muntah , tidak mau menetek dan kejang-kejang.
(7)Riwayat imunisasi
Jenis imunisasi yang sudah didapatkan dan yang belum
ditanyakan serta umur mendapatkan imunisasi dan reaksi dari
imunisasi pada umumnya setelah mendapat imunisasi DPT
(difteri , pertusis , dan tetanus ) efek sampingnya adalah panas
yang dapat menimbulkan kejang pada anak.
(8)Riwayat perkembangan
(a)Personal sosial ( keperbadian atau tingkah laku sosial ) ,
kemampuan mandiri , bersosialisasi, dan berinteraksi dengan
lingkungannya.
(b)Gerakan motorik halus : berhubungan dengan kemampuan
anak untuk mengamati sesuatu , melakukan gerakan yang
melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu saja dan dilakukan
otot-otot kecil dan memerlukan koordinasi yang cermat
misalnya menggambar , memegang suatu benda , dan lain-
lainnya.
(c)Gerakan motorik kasar : berhubungan dengan pergerakan dan
sikap tubuh .
(d)Bahasa : berhubungan dengan kemampuan yang memberikan
respon terhadap suara yang mengikuti perintah dan berbicara
spontan atau baik dan benar.
(9)Riwayat pertumbuhan
Tanyakan bagaimana tentang status pertumbuhan pada anak ,
apakah pernah terjadi gangguan dalam pertumbuhan dan
terjadinya pada saat umur berapa dengan menanyakan atau
melihat catatan kesehatan tentang berat badan , tinggi badan ,
lingkar dada , lingkar kepala dan seterusnya.
(10) Riwayat sosial
(a)Perilaku anak dan keadaan emosional
11
(b)Hubungan dengan anggota keluarga dan teman sebaya
(11) Riwayat pola kebiasaan dan fungsi kesehatan
(a)Pola persepsi dan tataklasana hidup sehat gaya hidup yang
berkaitan dengan kesehatan , pengetauhan tentang
kesehatan ,pencegahan serta kepatuhan pada setiap perawatan
dan tindakan medis.
(b)Pola nutrisi asupan kebutuhan gizi anak , kualitas dan
kuantitas makanan , makanan yang disukai , selera makan ,
dan pemasukan cairan.
(c)Pola eliminasi
1) BAK : frekuensi , jumlah , warna , bau , dan nyeri
2) BAB : frekuensi ,konsistensi, dan keteraturan
(d)Pola aktivitas dan latihan
Kesenangan anak dalam bermain , aktivitas yang disukai ,
dan lama berkumpul dengan keluarga .
(e)Pola tidur atau istirahat
Lama jam tidur , kebiasaan tidur , dan kebiasaan tidur siang .
(12) Pemeriksaan fisik
(a)Pemeriksaan kepala
Keadaan ubun-ubun dan tanda kenaikan intracranial
(b)Pemeriksaan rambut
Dimulai dari warna , kelebatan , distribusi serta karakteristik
lain rambut pasien dengan malnutrisi energi protein
mempunyai rambut yang jarang ,kemerahan seperti rambut
jagung dan mudah dicabut tanpa menyebabkan rasa sakit
pada pasien .
(c)Pemeriksaan wajah
Paralisis fasialis menyebabkan asimetris wajah , sisi yang
paresis tertinggal bila anak menangis atau tertawa sehingga
wajah tertarik ke sisi sehat , tanda rhesus sardonicus ,
opistotonus , dan trimus , serta gangguan nervus cranial .
12
(d)Pemeriksaan mata
Saat serangan kejang terjadi dilatasi pupil , untuk itu periksa
pupil dan ketajaman penglihatan .
(e)Pemeriksaan telinga
Periksa fungsi telinga , kebersihan telinga serta tanda-tanda
adanya infeksi seperti perkembangan dan nyeri didaerah
belakang telinga , keluar cairan dari telinga , berkurangnya
pendengaran .
(f) Pemeriksaan hidung
Pernafasan cuping hidung , polip yang menyumbat jalan
nafas , serta secret yang keluar dan konsistensinya .
(g)Pemeriksaan mulut
Tanda – tanda sianosis , keadaan lidah , sistomatis , gigi yang
tumbuh , dan karies gigi .
(h)Pemeriksaan tenggorokan
Tanda peradangan tonsil , tanda infeksi faring , cairan
eksudat
(i) Pemeriksaan leher
Tanda kaku kuduk , pembesaran kelenjar tiroid , pembesaran
vena jugularis .
(j) Pemeriksaan thorax
Amati bentuk dada klien , bagaimana gerakan pernapasan ,
frekuensinya , irama , kedalaman , adakah retraksi , adakah
intercostale pada auskultasi , adakah suara tambahan
(k)Pemeriksaan jantung
Bagaimana keadaan dan frekuensi jantung, serta irama
jantung adakah bunyi tambahan , adakah bradikardi atau
takikardia.
(l) Pemeriksaan abdomen
13
Adakah distensia abdomen serta kekakuan otot pada
abdomen, bagaimana turgor kulit, peristaltic usus, adakah
tanda meteorismus, adakah pembesaran lien dan hepar .
(m)Pemeriksaan kulit
Bagaimana keadaan kulit baik kebersihan maupun warnanya
apakah terdapat ,odema , hemangioma , bagaimana keadaan
turgor kulit .
(n)Pemeriksaan ekstermitas
Apakah terdapat oedema , atau paralise , terutama setelah
terjadi kejang , bagaimana keadaan turgor kulit .
(o)Pemeriksaan genetalia
Adakah kelainan bentuk oedema , secret yang keluar dari
vagina , adakah tanda-tanda infeksi pada daerah genetalia .
2. Diagnosa Keperawatan Hipertermi
Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang menguraikan respon
aktual atau potensial klien terhadap masalah kesehatan yang perawat
mempunyai izin dan berkompeten untuk mengatasinya berdasarkan
patofisiologi penyakit , dan manifestasi klinik yang muncul maka
diagnosa keperawatan yang sering muncul pada pasien dengan kejang
demam adalah hipertermi (Tim Pokja SDKI DPP, 2018).
a. Hipertermi adalah suhu tubuh yang meningkat diatas rentang normal
tubuh diagnosa keperawatan yang dapat diambil pada kasus kejang
demam adalah hipertermia yang berhubungan dengan proses penyakit
(misalnya infeksi) , (D.0130 Hal : 284 SDKI , 2018).
b. Penyebab
1) Dehidrasi
2) Terpapar lingkungan panas
3) Proses penyakit (misalnya infeksi , kanker)
4) Ketidaksesuaian pakaian dengan suhu lingkungan
5) Peningkatan laju metabolisme
14
6) Respon trauma
7) Aktivitas berlebihan
8) Penggunaan inkubator
c. Tanda dan gejala mayor
1) Tanda subjektif :
(tidak tersedia)
2) Tanda objektif :
Suhu tubuh diatas nilai normal
d. Tanda dan gejala minor
1) Tanda subjektif :
(tidak tersedia )
2) Tanda objektif
a) Kulit merah
b) Kejang
c) Takikardi
d) Takipnea
e) Kulit terasa hangat
e. Kondisi klinis terkait
1) Proses infeksi
2) Hipertiroid
3) Stroke
4) Dehidrasi
5) Trauma
6) Prematuritas
3. Perencanaan Keperawatan
15
membantu, meringankan, memecahkan masalah yang ada atau untuk
memenuhi kebutuhan klien dan perencanaan keperawatan juga
mempunyai tahap – tahapan dalam menentukan perencanaan yaitu:
16
Merupakan dasar dari pemikiran atau alasan ilmiah yang mendasari
ditetapkan rencana tindakan keperawatan masing-masing rencana
tindakan ditetapkan satu rasional.
17
1 : menurun
2 : cukup menurun
3 : sedang
4 : cukup meningkat
5 : meningkat
1 : memburuk
2 : cukup memburuk
3 : sedang
4 : cukup membaik
5 : membaik
(sumber : tim pokja SLKI DPP PPNI , 2018) Standar Luaran Keperawatan
Indonesia , 2018 dan (tim pokja SIKI DPP PPNI , 2018) Standar Intervensi
Keperawatan Indonesia , 2018)
4. Implementasi Keperawatan
18
apakah tindakan keperawatan yang telah dilakukan tercapai atau tidak
untuk mengatasi suatu masalah (Lestari , 2016).
Evaluasi disusun dengan menggunakan SOAP yang operasional
dengan pengertian:
1. S : merupakan ungkapan perasaan dan keluhan yang dirasakan secara
objektif oleh klien dan keluarga setelah diberikan pelaksanaan atau
implementasi keperawatan.
2. O : merupakan keadaan objektif yang didefinisikan oleh perawat
menggunakan pengamatan yang objektif setelah pelaksanaan atau
implementasi keperawatan.
3. A : merupakan analisis perawatan setelah mengetauhi respon
subjektif klien yang dibandingkan dengan kriteria dan standar yang
telah ditentukan mengacu pada tujuan rencana keperawatan .
4. P : merupakan perencanaan selanjutnya setelah perawat melakukan
analisis
5. I : merupakan pelaksanaan atau implementasi dengan tindakan
keperawatan yang dilakukan dengan teridentifikasi dalam komponen
perencanaan dan harus menuliskan tanggal dan jam pelaksanaannya .
6. E : merupakan evaluasi respon klien yang setelah dilakukan tindakan
keperawatan.
7. R : merupakan reassessment dalam terbentuk dari pengkajian ulang
yang dilakukan terhadap perencanaan setelah diketauhi hasil , apakah
dari rencana tindakan perlu dilanjutkan , diodifikasi , atau dihentikan .
19
peningkatan suhu tubuh diatas normal (diatas 37,0 ⁰C) dapat berarti
terjadi infeksi disuatu tempat (Sugihartiningsih , 2015).
Ada dua jenis suhu tubuh ,yaitu suhu inti dan suhu
permukaan .Suhu inti merupakan suhu jaringan tubuh bagian dalam ,
seperti rongga abdomen dan rongga pelvis .Suhu inti relatif konstan suhu
tubuh inti ini yang normal berada dalam satu rentang suhu .Suhu
permukaan merupakan suhu pada kulit , jaringan subkutan , dan
lemak .Berbeda dengan suhu inti ,Suhu permukaan akan meningkat atau
menurun sebagai respon terhadap lingkungan (Wardiyah , 2016).
20
d. Pireksia (37,8⁰C – (rendah) – 39,5⁰C (tinggi)
e. Hiperpireksia 39,5⁰C atau diatasnya
3. Suhu tubuh pada anak sehat
Menurut (Permatasari , 2013)
21
mengalami gangguan neurologis .Suhu 41 – 43 ⁰C
menyebabkan kerusakan saraf , koagulasi , dan konvulsi ,Jika
keadaan berbahaya ini tidak dibalikkan melalui upaya
pendinginan yang efektif , individu menderita kerusakan otak
permanen dan kematian. Kondisi yang menyertai hipertermia
terdiri dari heatcramps (kram akibat terjadinnya suhu panas),
heat exhaustion (kelelahan akibat terjadinya suhu panas), heat
stroke (kenaikan suhu tubuh tanpa keluar keringat) , hipertermia
maligna , dan hipertermia maligna antipsikotik (neuroleptik) .
c. Hipotermia
Hipotermia merupakan suhu inti yang “ kurang dari 35⁰C
,hampir semua proses metabolisme dapat dipengaruhi oleh
hipotermia .Derajat hipotermia diklasifikasikan sebagai ringan
(suhu tubuh 32 – 35 ⁰C) , sedang (28 – 31,5 ⁰C) ,berat (20 –
27⁰C) hipotermia dapat bersifat incidental atau
terpeutik ,individu berusia ekstrem dan mereka yang terjadi
kondisi lingkungan yang buruk , rentan mengalami hipotermia
insidental kematian biasanya terjadi jika suhu inti turun dibawah
25⁰C , hipotermia terapeutik dapat dipicu akibat kurang hati-hati
atau pasca anestesia.
d. Frosbite
Frosbite merupakan cedera lokal akibat suhu dingin pada
permukaan tubuh, dan bukan pada intinya (seperti pada
hipotermia) ,frosbite terjadi akibat pemanasan suhu dibawah
beku , jari tangan , jari kaki , dan wajah , terutama hidung ,
telinga , dan pipi , paling beresiko mengalami frosbite .
II.3. Demam
II.3.1. Pengerian Demam
Demam merupakan peningkatan pada titik set dimana suhu
tubuh diatur pada tingkat yang lebih tinggi dan dapat difinisikan
sebagai suhu diatas 38,0⁰C dengan suatu keadaan suhu tubuh diatas
normal sebagai akibat peningkatan pusat pengaturan suhu di
22
hipotalamus yang dipengaruhi oleh IL-1 pengertian demam ini
merupakan suhu rektal yang lebih dari 38,0⁰C (100,4⁰F) suhu
normal dapat berinteraksi sepanjang hari ,berkisar antara 36,1⁰C –
38,0⁰C (97⁰F – 100,4⁰F) umumnya suhu tubuh pada anak – anak
lebih tinggi kemudian menurun hingga pada tingkat dewasa pada
usia 13-14 tahun pada anak perempuan , dan 17-18 tahun pada anak
laki-laki anak dikatakan demam apabila suhu tubuhnya diatas
normal dan ada tanda atau gejala penyerta batasan suhu normal
pada anak tergantung dari cara tempat pengukuran suhu ,secara
umum kita dapat menggunakan acuan demam sebagai berikut :
suhu pada pengukuran diketiak diatas 37,2⁰C ,Suhu pada
pengukuran di anus diatas 38,0⁰C suhu pada pengukuran di mulut
diatas 37,5⁰C , dan suhu pada pengukuran di telinga diatas
38,0⁰C .Anak yang mengalami demam dikatakan dalam keadaan
(febris) dan bila tidak demam disebut (afebris) pada anak yang
mengalami peningkatan suhu ringan kisaran 37,5 – 38,0⁰C
dikatakan mengalami kenaikan suhu atau subfebril (Setyowati ,
2013).
(Setyowati , 2013).
a. Demam intermiten
Merupakan suhu tubuh akan berubah-ubah dalam interval
yang teratur , antara periode demam dari periode suhu normal
serta subnormal bila demam seperti ini terjadi setiap 2 hari
sekali disebut tersiana dan bila 2 hari bebas demam diantara 2
serangan demam disebut kuartana contohnya sakit malaria.
b. Demam remiten
23
Merupakan terjadinya fluktuasi suhu dalam rentang yang
luas (lebih dari 2⁰C) dan berlangsung selama 24 jam dan selama
itu suhu tubuh berada diatas normal.
c. Demam kekambuhan
Merupakan masa febril yang pendek selama beberapa hari
diselingi dengan periode suhu normal selama 1-2 hari .
d. Demam konstan
Merupakan suhu tubuh yang akan sedikit berfluktuasi
tetapi tepat berada diatas suhu normal . Suhu yang meningkat
secara cepat menjadi demam setelah periode normal dan
kembali normal dalam beberapa jam disebut sebagai fever
spike .
24
klien yang lemah atau berusia sangat tua dan klien yang
mendapat antibiotik spektrumluas khususnya sefaloporin .
2. Penyebab non infeksi
a. Reaksi obat
b. Tromboemboli vena , hematoma yang menyembuh
c. Infark miokard dan infark pada jaringan lain
d. Trauma dan pembedahan
3. Pemeriksaan klinis
a. Penilaian status imun
b. Riwayat baru menjalani pembedahan atau prosedur infasif
c. Pemeriksaan pada setiap selang infus dan kateter
d. Pemeriksaan obat-obatan ,termasuk antibiotik yang
dikonsumsi
e. Pemeriksaan penunjang yang penting
25
1. Tumbuh Kembang Anak Usia 1-3 Tahun (Toddlers) menurut
(Setiawan , 2014)
a. Petumbuhan fisik
Pada bayi berat badan akan meningkat 4 kali pada umur
2,5 tahun dimana setiap tahun akan bertambah 2-3 kg
sedangkan tinggi badan bertambah panjang kira-kira 50% dari
panjang badan umur 1 tahun untuk tahun keduanya ,sedangkan
pada umur ke – 3 penambahan sekitar 6 – 8 cm .
b. Perkembangan motorik
Anak pada usia 12 – 18 bulan dapat berdiri sendiri,
berjalan dengan tegak, dapat menumpuk 2 balok keatas ,
minum dengan cangkir , buang air kecil lebih teratur
sedangkan pada umur 18 – 24 bulan sudah dapat duduk sendiri
pada kursi yang kecil , mendorong dan menarik bola kedepan ,
menyusun bangunan 3 – 4 balok , menggunakan sendok makan
tanpa jatuh , mencoba membuat garis. Untuk umur 2 – 3 tahun
dapat berjalan berjinjit , menyusun 7 – 8 balok , memegang
pensil dengan baik , naik tangga , menaruh pensil kedalam
botol , memakai sepatu sendiri
c. Perkembangan bahasa
Pada usia 12 – 18 bulan suara lebih keras , menggelengkan
kepala saat tidak setuju , mengatakan kata-kata sederhana
secara berulang-ulang , pada umur 18 – 24 bulan dapat
menyebutkan bagian tubuh dan nama benda , menggunakan
kata tunggal , mengikuti langsung contoh kalimat , sedangkan
pada umur 2 – 3 tahun dapat mengetauhi satu warna ,
menyebut nama lengkap , nama panggilannya sendiri ,
mengerti arti lelah dan lapar , aktif bertanya dan berbicara ,
serta penambahan artikulasi .
d. Perkembangan kognitif
Pada umur 3 tahun mereka dapat bermain imajinasi sendiri
, mengetauhi jenis kelamin sendiri , dapat memanjat dengan
26
kaki bergantian , meletakkan kedua kakinya pada masing-
masing tangga sambil melompat . Anak – anak pada usia 3
tahun mempunyai keinginan yang besar untuk bebas
melakukan hal-hal yang disukainnya , pada umur 4 tahun
mereka dapat mengerti panjang dan pendek , berat dan ringan
dapat meneruskan imajinasi dan bercerita mengenai fantasi dan
realita , dapat menuliskan nama lengkap , dapat menyebutkan
umurnya sendiri , anak laki-laki pada usia ini sering bertengkar
secara fisik meliputi menendang , memukul , mengigit ,
sedangkan anak perempuan lebih suka berteriak pada
temannya ketika tidak setuju .Sedangkan pada usia 5 – 6 tahun
mereka dapat mengidentifikasikan warna , mulai lancar untuk
berbicara mengklasifikasikan benda menurut karakteristiknya.
Stimulasi tumbuh kembang merupakan kegiatan untuk
merangsang kemampuan dan tumbuh kembang anak yang
dilakukan oleh ibu dan keluarga untuk membantu anak tumbuh
dan berkembang sesuai dengan usianya .Hal – hal yang
diperhatikan dalam pemberian STUMULASI tumbuh kembang
anak yaitu : mengajar atau melatih anak dalam berbagai
kegiatan seperti : bermain , berlari , menari , menulis ,
menggambar , makan dan minum sendiri , membantu orang tua
, menghitung dan membaca . Pemberian stimulasi dilakukan
secara bertahap , berkelanjutan dan terus menerus
menggunakan benda atau barang atau alat yang ada disekitar
anak dan tidak berbahaya bagi anak ,jangan memaksa apabila
anak tidak mau melakukan kegiatan stimulasi demikian dapat
pula bila anak sudah bosan , beri pujian setiap anak berhasil
melakukan kegiatan stimulasi yang sesuai dengan tingkat
umurnya ,stimulasi dilakukan dengan penuh kasih sayang dan
dalam suasana yang menyenangkan (Retna dan vita , 2014) .
27
Kompres terapi tepid sponge merupakan suatu tindakan kompres
hangat dengan teknik seka yang diberikan kepada klien yang mengalami
demam tinggi untuk menurunkan atau mengurangi suhu tubuh (Mulyani ,
2020) .
2. Tujuan dan Manfaat
Tujuan utama dari kompres terapi tepid sponge untuk menurunkan
suhu tubuh pada anak yang sedang mengalami demam ,manfaat dari
pemberian kompres terapi tepid sponge untuk menurunkan suhu tubuh
yang sedang mengalami demam ,memberikan rasa nyaman , mengurangi
nyeri dan ansietas yang diakibatkan oleh penyakit yang mendasari
demam (Mulyani , 2020) .
28
2. Persiapan alat
a. Baskom atau ember bersih berisi air hangat
b. Handuk 2 buah
c. Alas linen tahan air
d. Termometer tubuh
e. Selimut mandi
f. Pakaian bersih
g. Sarung tangan
h. Keranjang kotor
i. Washlap 6 buah
3. Prosedur tindakan
a. Siapkan alat
b. Cuci tangan
c. Jelaskan pada anak atau orang tua anak mengenai tindakan
(tujuan dan waktu) yang akan dilakukan
d. Tutup sampiran atau tirai dan lingkungan klien
e. Gunakan sarung tangan (jika diperlukan)
f. Ukur TTV klien (suhu , tekanan darah , denyut nadi ,
respirasi)
g. Pasang alas linen tahan air dibawah tubuh klien
h. Pasangkan handuk atau selimut mandi diatas tubuh klien
i. Periksa suhu air , pastikan suhunya tidak lebih tinggi dari
suhu klien
j. Lepaskan pakaian klien dan pertahankan selimut mandi
tetap berada diatas tubuh klien
k. Celupkan washlap ke dalam air hangat , keringkan sedikit
demi sedikit dengan cara diperes
l. Letakkan washlap tersebut pada daerah dahi , leher , aksila
(ketiak) , lipatan paha , dan daerah perut selama 15 menit
m. Perlahan lakukan teknik kompres terapi tepid sponge pada
daerah ektermitas atau tubuh selama 15 menit dan periksa
respon anak
29
n. Keringkan ektermitas atau tubuh yang sudah di kompres
dan kaji ulang suhu dan nadi klien ,observasi atau cek
kembali keadaan klien terhadap tindakan yang sudah
diberikan tadi
o. Lanjutkan kembali mengompres ekstermitas atau tubuh
lainnya dan di daerah dahi , leher , ketiak , lipatan paha ,
dan perut
p. Dan kaji ulang suhu tubuh klien secara menyeluruh
q. Kenakan kembali pakaian klien
r. Simpan handuk atau selimut mandi yang kotor pada
keranjang pakaian kotor
s. Merapihkan alat kembali ketempatnya
4. Evaluasi
a. Tanyakan bagaimana perasaan atau respon klien yang sudah
dilakukan tindakan non farmakologi
b. Periksa kembali suhu tubuh klien (Tanda Tanda Vital)
5. Dokumentasikan tindakan keperawatan yang sudah dilakukan
a. Tanggal dan waktu pemberian tindakan keperawatan
b. Bertanya kembali nama klien atau identitas klien
c. Tanyakan kembali respon klien
d. Periksa kembali suhu tubuh klien yang sebelumnya dan
sesudah dilakukan tindakan keperawatan
e. Tanda tangan atau paraf nama petugas yang sudah
memberikan tindakan keperawatan
30
BAB III
METODE PENULISAN
31
Terapi kompres terapi tepid sponge akan dilakukan sebanyak 2 kali
dalam satu hari dengan berkolaborasi dengan orang tua klien ,lama
pemberian teknik kompres terapi tepid sponge dengan waktunya 15
menit dengan suhu air 43⁰C - 46⁰C atau sehangat kuku .
2. Kejang Demam
Kejang demam merupakan gangguan suatu masalah yang timbul
akibat meningkatnya suhu tubuh yang tidak normal (abnormal) suhu
(>38,0⁰C) kejang demam sering dikatkan dengan aktivitas sel saraf di
otak terganggu yang menyebabkan kejang disebut dengan (epilepsi) dan
risiko keterbelakangan mental pada anak sebagian besar kasus kejang
demam berkaitan dengan demam tinggi yang terjadi karena infeksi
telinga , cacar air , tonsillitis , atau infeksi virus flu , pada beberapa
kasus kejang demam juga bisa terjadi setelah anak diimunisasi .
1. Wawancara
Pada studi kasus wawancara ini ,penulis akan melakukan
komunikasi terapeutik atau tanya jawab bersama klien dan keluarga
klien untuk mendapatkan keterangan atau informasi mengenai
masalah yang dihadapi ,instrument yang nantinya akan digunakan
dalam wawancara yaitu buku catatan yang digunakan untuk mencatat
hasil wawancara atau mencatat hal-hal yang dianggap penting ketika
wawancara berlangsung .
32
2. Observasi
Dalam pelaksanaan observasi ini , penulis akan melakukan
pengamatan pada klien anak yang mengalami kejang demam dengan
mencatat secara berkala semua hasil yang penting saat melakukan
observasi pada klien anak yang mengalami demam kejang di ruang
Melati 5 RSUD dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya yaitu dengan
melakukan pengamatan terhadap perilaku dan keadaan umum yang
mencakup tanda – tanda vital , dan pemeriksaan fisik serta dilakukan
dengan mengaplikasikan beberapa model instrument , seperti :
a. Catatan anecdotal : mencatat gejala-gejala khusus atau luar biasa
menurut urutan kejadian .
b. Catatan berkala : mencatat gejala secara berurutan menurut
kejadian waktu namun tidak terus – menerus .
c. Daftar cek list : menggunakan daftar yang memuat nama observer
disertai jenis gejala yang dialami
3. Catatan perkembangan
4. Buku status pasien
33
penulis memusyawarahkan kesedian responden dan keluarga harus
ikut serta dalam kegiatan yang akan dilakukan tidak lupa penulis juga
menyampaikan kontrak waktu untuk pelaksanaan kegiatan tindakan
keperawatan yang akan dilakukan .
3. Tanpa nama
Pada tahap ini merupakan dalam bahasa keperawatan adalah
(anonymity) yaitu dalam penulisan penulis harus mengutamakan
identitas pada lembar pengumpulan data ataupun hasil studi kasus
dengan itu penulis harus mencantumkan inisial dari nama klien.
4. Kerahasiaan
Pada tahap ini merupakan dalam bahasa keperawatan adalah
(confidentiality) yaitu penulis mengumpulkan data dari klien atau
keluarga klien untuk di olah dan dikelompokkan sebagaimana
mestinya dengan tetap menjaga kerahasiaan atas data yang diberikan
kecuali untuk proses keperawatan dan pengembangan ilmu
keperawatan .
5. Pribadi
Pada tahap ini merupakan dalam bahasa keperawatan adalah (privacy)
yaitu penulis harus menjaga keadaan privasi klien dengan menutup
sampiran atau tirai pada saat kegiatan berlangsung serta
memberitahukan pada klien atau keluarga klien yang mengenai
apapun yang dilakukan terhadap klien serta hasil yang telah
dikumpulkan selama kegiatan tindakan keperawatan yang dilakukan
secara berlangsung .
34
DAFTAR PUSTAKA
35
(1), 29-35. Retrieved from https://journal
.akperkabpurworejo.ac.id/index.php/njs/aticle/view/18
Nursalam, D. (2015).Manajemen Keperawatan ’’Aplikasi dalam Praktik
Keperawatan Profesional. Salemba Medika.
Nursalam. (2017). Konsep Penerapan Metode Penelitian Ilmu Keperawatan
Salemba Medika.
Permatasari , Sri & Muslim, Perbedaan Efektifitas Kompres Air Hangat Dan
Kompres Air Biasa Terhadap Penurunan Suhu Tubuh Pada Anak Dengan
Demam Di RSUD Tugurejo Semarang , Semarang , 2013 , diperoleh
Tanggal 14 Mei 2015 dari
http://ejournal.stikestelogorejo.acid/e-journal/index.php/ilmukeperawatan/
article/download/126/151
PPNI (2018). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia ; Definisi dan
Indikator Diagnostik, Edisi 1. Jakarta; DPP PPNI.
PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia; Definisi dan
Tindakan Keperawatan, Edisi 1. Jakarta; DPP PPNI.
PPNI (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia; Definisi dan Kriteria
Hasil , Edisi 1. Jakarta; DPP PPNI.
Profil RSUD dr.SOEKARDJO TAHUN 2020.
https://rsud.tasikmalayakota.go.id/wp-content/uploads/2021/05/PROFIL-
RSUD-dr. SOEKARDJO-KOTA-TASIKMALAYA-TH.2020.pdf
Retna Ambarwati, E. Puttu Yahya,A. & Vita Sutanto,A.(2014).Tinkat
Pengetauhan Ibu Tentang Stimulasi Tumbuh Kembang dengan
Perkembangan pada Anak.
Ridha,N. (2017). Buku Ajar Keperawatan Anak. Pustaka Pelajar.Rudianto,
S.2010.Demam Pada Anak.Jakarta:Gramedia Press
Setiawan, dkk, (2014). Keperawatan Anak & Tumbuh
Kembang .Yogyakarta:Nuha Medika
Setyowati, Lina, (2013). Hubungan Tingkat Pengetauhan Orang Tua Dengan
Penanganan Demam Pada Anak Balita Di Kampung Bakalan Kadipiro
Banjarsari Surakarta, Skripsi, STIKES PKU Muhamadiah Surakarta, 2013,
dari http://stikespku.com/digilib/files/diskI/I/stikes%20pku--linasetyow-
44-I-20101292.pdf
Standar Operasional Prosedur (SOP) Tepid Sponge Modul Praktikum
Keperawatan Anak dari https://eprints.ukh.ac.id/
Sugihartiningsih, Efektifitas Kompres Tepid Sponge Terhadap Penurunan Suhu
Tubuh Anak Dengan Demam Di RS PKU Muhammadiyah Surakarta,
Surakarta , 2015 , diperoleh tanggal 14 Mei 2015 dari
http://eprints.ums.ac.id/32263/24/2.
Sutini, (2018).Modul Ajar Konsep Keperawatan Anak. Jakarta:AIPVIKI
36
Wardiyah, Aryanti.(2016). Perbandingan efektifitas pemberian kompres hangat
dan tepid sponge terhadap penurunan suhu tubuh anak yang mengalami
demam di ruang alamanda RSUD dr.H.Abdul Moeloek Provinsi Lampung.
Wulandari, D & Erawati, M. (2016). Buku ajar keperawatan anak. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar
Wulandari, D.,& Erawati, M. (2016). Buku Ajar Keperawatan Anak. Pustaka
Pelajar
Yunianti, Astini & Sugiani. (2019). Pengaruh Suhu Tubuh dengan Metode
Tepid Sponge dan Kompres Hangat Pada Balita Demam , Jurnal
Kesehatan, 10(1), 10-16.
http://www.ejurnal.poltekkes-tjk.ac.id/index.php/JK/article/view/897
diakses tanggal 25 April 2022.
Yuniarti, N . (2018). Pemahaman Hadis Demam Sebagai Uap Jahanam.
37