Anda di halaman 1dari 46

PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK USIA TODDLER ( 1 – 3 )


TAHUN DENGAN PEMBERIAN TERAPI KOMPRES TEPID SPONGE
UNTUK MENURUNKAN SUHU TUBUH AKIBAT KEJANG DEMAM DI
RUANG MELATI 5 RSUD dr. SOEKARDJO KOTA TASIKMALAYA

Disusun Oleh :
ANIK ANAPILAH
NIM : E2014401011

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TASIKMALAYA
FALKULTAS ILMU KESEHATAN
2023
KARYA TULIS ILMIAH
ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK USIA TODDLER ( 1 – 3 )
TAHUN DENGAN PEMBERIAN TERAPI KOMPRES TEPID SPONGE
UNTUK MENURUNKAN SUHU TUBUH AKIBAT KEJANG DEMAM DI
RUANG MELATI 5 RSUD dr. SOEKARDJO KOTA TASIKMALAYA

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Mencapai Gelar Ahli Madya
Keperawatan (A.Md.Kep)

Disusun Oleh :
ANIK ANAPILAH
NIM : E2014401011

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TASIKMALAYA
FALKULTAS ILMU KESEHATAN
2023
LEMBAR PERSETUJUAN

Proposal ini telah diperiksa dan disetujui isi serta susunannya oleh pembimbing ,
sehingga dapat diajukan dalam ujian siding proposal Karya Tulis Ilmiah (KTI)
Pada program Studi D3 Keperawatan Falkultas Ilmu Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Tasikmalaya
Tasikmalaya, April 2023
Disetujui,
Pembimbing 1

Asep Setiawan, M.Kep


NIDN. 0405067102

Pembimbing 2

Fitri Nurlina, M.Kep


NIDN. 0409049203

Pembimbing 3

Zaenal Mutaqqin, M.Pd.I


NIDN. 0420058307

i
ii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah dengan
judul Asuhan Keperawatan Pada Anak Usia Toddler (1-3) Tahun Dengan
Pemberian Terapi Kompres Tepid Sponge Untuk Menurunkan Suhu Tubuh
Akibat Kejang Demam Di Ruang Melati 5 RSUD dr. Soekardjo Kota
Tasikmalaya. Shalawat dan salam senantiasa tercurah limpahkan kepada junjunan
alam Nabi Muhammad SAW.
Proposal karya tulis ini disusun guna menyelesaikan tugas akhir untuk
mendapatkan gelar Ahli Madya Keperawatan (A.md.Kep) dari Program Studi
Diploma III Keperawatan , Falkultas Ilmu Kesehatan , Universitas
Muhammadiyah Tasikmalaya .
Dalam penyusunan karya tulis ini , penulis telah mendapatkan bantuan dan
bimbingan dari berbagai pihak , maka pada kesempatan ini penulis ingin
menyampaikan ucapan terimakasih dan penghargaan yang setulus-tulusnya
kepada yang terhomat :
1. Dr. Ahmad Qonit AD, MA., selaku Rektor Universitas Muhammadiyah
Tasikmalaya.
2. Sri Mulyanti, M.Kep., selaku Dekan Falkultas Ilmu Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Tasikmalaya .
3. Nina Pamelasari, M.Kep., selaku Ketua Program Studi DIII Keperawatan
Falkultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya .
4. Asep Setiawan, M.Kep., pembimbing ke 1 yang tak pernah lelah
memberikan support, bimbingan serta arahan dalam penyusunan karya tulis
ilmiah .
5. Fitri Nurlina, M.Kep., selaku pembimbing ke 2 yang sudah memberikan
bimbingan serta arahan dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini .
6. Zaenal Mutaqqin, M.Pd.I ., selaku pembimbing ke 3 yang sudah
memberikan bimbingan serta arahan dalam penyusunan karya tulis ilmiah
ini .

iii
7. Seluruh staff perpustakaan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya yang
telah membantu dalam pengadaan liserasi demi terselesaikannya karya tulis
ilmiah .
8. Seluruh Dosen Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya beserta jajarannya
yang telah membantu serta sabar dalam mendidk dan memberikan ilmu
selama perkuliahan.
9. Kedua orang tua saya Bapak Carmo dan Ibu Doriha yang memberikan
support dalam bentuk moral, material , spiritual , do’a , serta berbagai
dukungan lainnya dengan penuh cinta sehingga dapat sampai akhir
menyelesaikan program studi DIII Keperawatan ini.
10. Keponakan – keponakan ku tercinta Maulana Azril Akbar , Muhammad
Rizki Elnanjar , Ayla Permatasari yang senantiasa memberikan dukungan
semangat , dan doa selama penyusunan karya tulis ilmiah ini.
11. Keluarga besar dari kedua orang tua serta kerabat yang telah memberikan
support dari terselenggarannya pendidikan sehingga penyusunan karya tulis
ilmiah .
12. Sahabat sekaligus rekan-rekan seperjuangan Diploma III Keperawatan
angkatan 2020 yang telah berjuang bersama-sama sampai tahap ini .
13. Seluruh rekan – rekan luar kampus , non mahasiswa , dan rekan – rekan satu
alumni yang senantiasa mendoakan dan memberikan support pada penulis
dari mulai terselegaranya pendidikan hingga penyusunan karya tulis ilmiah
ini .
14. Semua pihak yang telah membantu dan dalam penyelesaian karya tulis
ilmiah ini yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu .
Dengan segala kerendahan hati penulis menyadari bahwa dalam
penyusunan karya tulis ini , masih jauh dari kata kesempurnaan dan banyak
kekurangan . Oleh karena itu saran dan kritik yang membangun sangat penulis
harapkan , semoga karya tulis ilmiah ini dapat memberikan masukan serta
informasi yang bermanfaat. Aamiin .
Waalaikumussalam Wr Wb .
Tasikmalaya , April 2023

iv
Penulis

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN...................................................................................i
KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iv
DAFTAR TABEL..................................................................................................v
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
I.1 Latar Belakang Masalah............................................................................1
I.2 Rumusan Masalah......................................................................................4
I.3 Tujuan Studi Kasus....................................................................................4
I.4 Manfaat Studi Kasus..................................................................................5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................6
II.1. Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Kejang Demam Dalam
Pemenuhan Kebutuhan Fisiologis.......................................................................6
II.2. Kebutuhan Keamanan dan Penyebab Kenyamanan Pada Pasien
Hipertermia........................................................................................................18
II.3. Demam.....................................................................................................21
II.4. Konsep Tumbuh Kembang Anak Toddlers............................................24
II.4.1 Definisi Pertumbuhan dan Perkembangan..............................................24
II.5. Kompres Terapi Tepid Sponge................................................................26
BAB III METODE PENULISAN.......................................................................30
III.1 Rancangan Studi Kasus...........................................................................30
III.2 Subyek Studi Kasus.................................................................................30
III.3 Fokus Studi Kasus...................................................................................30
III.4 Definisi Operasional Fokus Studi Kasus.................................................30
III.5 Tempat dan Waktu...................................................................................31
III.6 Metode Pengumpulan Data......................................................................31
III.7 Penyajian Data.........................................................................................32
III.8 Etika Studi Kasus.....................................................................................32

v
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................34

vi
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Perencanaan Keperawatan Hipertermia..................................................16


Tabel 2.2 Suhu Tubuh Anak Sehat.........................................................................19

vii
BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang Masalah


Kejang demam merupakan gangguan suatu masalah yang timbul akibat
meningkatnya suhu tubuh yang tidak normal (abnormal) suhu (>38,0⁰C).
Kejang demam sering dikaitkan dengan aktivitas sel saraf di otak terganggu
yang menyebabkan kejang disebut dengan (epilepsi) dan risiko
keterbelakangan mental pada anak. Sampai saat ini masalah penyebab anak
mengalami kejang demam belum bisa diketauhi dengan pasti. Sebagian besar
kasus kejang demam berkaitan dengan demam tinggi yang terjadi karena
infeksi telinga, cacar air, tonsillitis, atau infeksi virus flu. Pada beberapa
kasus kejang demam juga bisa terjadi setelah anak diimunisasi (Mail, 2017).
Kejang demam merupakan masalah kelainan neurologis akut yang
paling sering dijumpai pada anak 3 bulan sampai 5 tahun, sesuatu keadaan
yang hampir selalu membuat khawatir pada keluarga penderita, tanda dan
gejala terkait dengan kejang demam ini adanya kenaikan suhu tubuh ( suhu
rektal diatas 38⁰C) yang disebabkan oleh proses ekstrakranium ( di luar
otak ), kekuatan otot tubuh mendadak kejang – kejang, wajah membiru , mata
melirik ke satu arah terus menerus , dan kesadaran menurun (Arief , 2015).
WHO (World Health Organization) memperkirakan pada tahun 2020
terdapat lebih dari 21,65 juta jiwa anak di dunia penderita kejang demam dan
lebih dari 216 ribu diantaranya meninggal dunia (Solikah dan Waluyo ,
2020).
Angka kejadian kejang demam di Indonesia dilaporkan angka
kejadian kejang demam pada tahun 2020 yaitu sebesar 14.252 penderita dari
anak yang berusia 3 bulan – 5 tahun (Aziza dan Adimayanti 2020). Provinsi
jawa barat pada tahun 2020 pada penderita dengan kejang demam berjumlah
75,3 % dan di Rumah Sakit Umum dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya
berjumlah 5 orang (Dinkes jabar dan Profil Rumah Sakit dr.Soekardjo ,
2020).

1
Kejang demam merupakan manifestasi dari demam tinggi yang jika
tidak segera mendapatkan penanganan dapat menimbulkan gejala sisa atau
bahkan kematian meskipun angka kejadian yang menimbulkan kematian
sangatlah kecil . Peran perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan
hendaknya mampu untuk memberikan asuhan keperawatan yang
komprehensif dengan memandang klien dari aspek biopsikososial dan
spiritual (Nurhayati, 2016).
Upaya dalam penanganan penurunan suhu tubuh dapat dilakukan
dengan cara pemberian terapi kompres tepid sponge . Kompres tepid sponge
jika dilakukan dengan benar akan sangat efektif menurunkan demam dengan
cepat , Akan tetapi efek kompres tepid sponge selain menurunkan suhu tubuh
juga menyebabkan penyempitan pembuluh darah karena mekanisme atau
rangsangan tertentu pada tubuh dalam keadaan dimana volume darah yang
kurang seperti pendarahan dalam kondisi dingin atau pada kondisi syok
tertentu (vasokontriksi ) (Aryanti , 2016).
Kompres tepid sponge bath merupakan sebuah teknik kompres hangat
yang menggabungkan teknik kompres blok pada pembuluh darah mendekati
(superfisial) dengan teknik seka , Kompres tepid sponge ini hampir sama
dengan kompres air hangat biasa , yaitu mengompres pada lima titik (leher ,2
ketiak , 2 pangkal paha) ditambah menyeka bagian perut dan dada atau
diseluruh badan dengan kain , basahi lagi kain bila kering (Dwi , 2016) .
Kompres tepid sponge bekerja dengan cara melebarnya pembuluh
darah perifer diseluruh tubuh sehingga evaporasi panas dari kulit ke
lingkungan sekitar akan lebih cepat ,dibandingkan hasil yang diberikan oleh
kompres hangat yang hanya mengandalkan reaksi dari stumulasi hipotalamus
kompres tepid sponge ini sudah terbukti efektif untuk menurunkan panas
tubuh saat demam ,bahkan lebih cepat dari pada meminum obat penurun
panas (Wardiyah , 2016).
Kompres merupakan metode fisik untuk menurunkan suhu tubuh anak
yang mengalami demam ada beberapa macam kompres yang bisa diberikan
untuk menurunkan suhu tubuh yaitu kompres air hangat dan kompres tepid
sponge bath ( Dewi , 2016).

2
Dari hasil penelitian menunjukkan usia yang paling banyak menjadi
responden yaitu pada usia 2 tahun sebanyak 9 orang (30.0%) dan pada usia 4
tahun sebanyak 9 orang (30.0%). Hasil ini sangat wajar apabila yang menjadi
sampel pada penelitian ini kebanyakan masih balita ,karena memang pada
balita belum terjadi kematangan pada mekanisme pengaturan suhu , inilah
yang menyebabkan pada usia balita sangat rentan terserang penyakit termasuk
demam . Selain itu juga pada usia balita sangat rentan terserang penyakit
termasuk demam . Selain itu juga pada usia balita masih sangat sensitif
terhadap perubahan suhu lingkungan (Susilawati , 2017) .
Ini ujian dari Allah Swt dengan diberinya penyakit demam sangat
tinggi sebagaimana pernah dialami oleh Rasulullah Saw dan para sahabatnya .
Hal ini tergambar bagaimana Rasulullah memberikan petunjuk bagaimana
mengobati demam dalam riwayat hadits muslim yang terdapat dalam kitab
shahih muslim yang disampaikan oleh ‘Ibn al-Salah.:

‫س ِعي ٍد عَنْ ُعبَ ْي ِد هَّللا ِ َأ ْخبَ َرنِي‬


َ ُ‫حدثنا زهير بن حرب ومحمد بن المللي قاال حثلنا يعني َو ُه َو ابْن‬
‫ح َج َهنَّ َم فَا ْب ُر دُوهَا ِبا ْل َما ِء‬
ِ ‫نَافِ ٌع عَنْ ا ْب ِن غير عن النبي صلى هللا عليه وسلم قال الحمى ِمنْ قَ ْب‬

Telah menceritakan kepada kami Zuhair bin Harb dan Muhammad bin
Al-Mutsana keduannya berkata ; Telah menceritakan kepada kami Yahya
yaitu Ibnu Said dari Ubaidillah ; telah menggambarkan kepadaku Nafi dari
Ibnu Umar dari Nabi Shalallahu alaihi wasallam beliau bersabda ; “ Penyakit
demam panas itu berasal dari panas neraka jahanam. Karena itu diinginkanlah
tepid sponge (kompres) dengan air ’’ (HR.Muslim).

Demam dipahami sebagai keadaan suhu meningkat lebih dari normal ,


dikatakan berasal dari uap jahanam karena demam merupakan panas yang
diambil dari neraka jahanam agar hamba-hamba Allah SWT menjadikannya
sebagai indikasi neraka sehingga dapat mengambil pelajaran ,Demam juga
bermanfaat untuk mengatasi penurunan stamina , kovulsi berat , serta
berbagai penyakit yang ditimbulkan oleh kotoran dalam tubuh . Hadits
demam sebagai dari uap jahanam yang diriwayatkan oleh Imam Muslim
berkualitas shahih karena telah memenuhi kriteria keshahihan sanad dan

3
keshahihan matan hadist . Hadist tersebut merupakan salah satu dari cara
pengobatan yang pernah dilakukan oleh Nabi Saw.

Kandungan matan juga tidak bertentangan dengan hadist lain maupun


dengan ayat-ayat Al-Quran . Dengan demikian hadist tentang demam sebagai
berasal dari uap jahanam bisa dijadikan hujjah bahwa pemaknaan hadist
menunjukkan isi matan hadist tersebut mengandung anjuran mengobati
demam dengan menggunakan air atau lebih dikenal dengan tepid sponge
(kompres) .Studi kasus ini diharapkan memiliki mafaat teoritis bagi
penambahan wawasan para pengkaji hadist terkait syarah hadist tentang
demam sebagai berasal dari uap jahanam dan mafaat praktis sebagai
penambah wawasan bagi masyarakat umum tentang manfaat air hangat yaitu
tepid sponge (kompres) untuk pengobatan demam berdasarkan petunjuk
hadist .

Sebagai peran perawat yang utama dalam hal ini sebagai pemberi
pelayanan perawatan kesehatan pasien yang membutuhkan bantuan sesuai
dengan prinsip dan etika perawat peran perawat dapat memberi bantuan fisik
maupun psikologis bagi klien agar kondisi kesehatannya membaik terutama
dalam memberikan asuhan keperawatan untuk mengatasi masalah yang
dihadapi klien dalam hal ini anak dengan kejang demam dengan memberikan
terapi kompres tepid sponge yang bertujuan untuk menurunkan suhu tubuh .

I.2 Rumusan Masalah


Kejang demam merupakan masalah kelainan neurologis akut yang
paling sering dijumpai pada anak 3 bulan sampai 5 tahun. Angka kejadian
kejang demam di Indonesia dilaporkan angka kejadian kejang demam pada
tahun 2020 yaitu sebesar 14.252 penderita dari anak yang berusia 3 bulan – 5
tahun (Aziza dan Adimayanti 2020) . Mengingat banyaknya kasus kejang
demam salah satu cara upaya dalam penanganan penurunan suhu tubuh dapat
dilakukan dengan cara pemberian terapi kompres tepid sponge. Dengan
demikian penulis merumuskan masalah studi kasus yaitu bagaimanakah
asuhan keperawatan pada anak usia toddler (1-3) tahun dalam memberikan
pemenuhan kebutuhan aman nyaman dengan pemberian terapi kompres tepid

4
sponge untuk menurunkan suhu tubuh akibat kejang demam di Ruang Melati
5 Rsud dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya ?

I.3 Tujuan Studi Kasus


Agar penulis memperoleh wawasan , menambah pengetauhan dan
untuk mengetauhi asuhan keperawatan pada anak usia toddler (1-3) tahun
dalam memberikan pemenuhan kebutuhan aman nyaman dengan pemberian
terapi tepid sponge untuk menurunkan suhu tubuh akibat kejang demam di
Ruang Melati 5 Rsud dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya .

I.4 Manfaat Studi Kasus


1. Bagi Masyarakat

Untuk meningkatkan pengetauhan bagi masyarakat mengenai


tindakan pertama dan aman dilakukan kepada pasien anak dengan kejang
demam di rumah sebelum dilakukan tindakan lanjut kolaborasi
pengobatan di rumah sakit.

2. Bagi Pengembangan Ilmu dan Teknologi Keperawatan

Menambah keluasan ilmu dan teknologi keperawatan terapan


bidang keperawatan dalam menurunkan suhu tubuh pada anak yang
mengalami kejang demam dengan pemberian terapi kompres tepid
sponge.

3. Bagi Penulis

Untuk memperoleh pengalaman dalam mengimplementasikan


prosedur tindakan keperawatan mandiri sebelum tindakan kolaborasi
dengan melakukan terapi kompres tepid sponge pada anak yang
mengalami kejang demam untuk mempertahankan kestabilan suhu
tubuh .

5
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II.1. Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Kejang Demam Dalam


Pemenuhan Kebutuhan Fisiologis
Proses keperawatan yang memberikan asuhan keperawatan pada anak
yang mengalami peningkatan suhu tubuh berupa pengkajian keperawatan ,
diagnosa keperawatan , perencanaan keperawatan , dan evaluasi keperawatan
(Diarini , 2017) .

1. Pengkajian

Pengkajian merupakan data tahapan pertama dalam proses


perawata. Tahap ini sangat penting dan menentukan dalam tahap –
tahapan selanjutnya . Data yang komprehensif dan valid yang akan
menentukan penetepan diagnosa keperawatan dengan tepat dan benar
serta selanjutnya akan berpengaruh dalam perencanaan keperawatan dan
tujuan dari pengakajian ini adalah didapatkannya data yang benar yang
mencakup data biopsiko dan spiritual (Mubarak , 2015) .

1) Biodata
a. Data umum : tanggal masuk rumah sakit , tanggal pengkajian ,
waktu pengkajian , nomor rekam medis , ruang perawatan
b. Identitas klien : nama , jenis kelamin , umur , agama , pendidikan ,
suku/bangsa , pekerjaan, alamat , diagnosa medis
c. Identitas penanggung jawab : nama , umur , pendidikan , agama ,
hubungan dengan klien , alamat
2) Riwayat keperawatan
a. Keluhan utama : merupakan suatu masalah keadaan yang sangat
dominan yang dirasakan klien , dimana dalam kasus kejang demam
sehingga menjadi alasan klien dibawa ke Rumah Sakit yang
meliputi keluhan yang paling utama yang dialami oleh klien
biasannya keluhan yang dialami klien kejang demam yaitu anak
mengalami kejang pada saat panas diatas >38, 0⁰C.

7
b. Riwayat penyakit sekarang
Riwayat penyakit yang diderita sekarang tanpa kejang seperti :
1) Gerakan kejang anak
2) Terdapat demam sebelum kejang
3) Lama bangkitan kejang
4) Pola serangan
5) Frekuensi serangan
6) Keadaan sebelum , selama dan sesudah serangan
7) Riwayat penyakit dalam dikembangkan dari keluhan utama
dengan menggunakan rumus PQRST yaitu :
a) Propokatif atau paliatif
(1)Apa penyebab timbulnya keluhan atau gejala terhadap
klien ?
(2)Hal apakah yang memperberat dan mengurangi keluhan
terhadap klien ?
(3)Apa yang dilakukan saat gejala mulai dirasakan terhadap
klien ?
(4)Keluhan psikologis apa yang dialami terhadap klien ?
Dalam rumus P (Propokatif atau paliatif) biasanya pada
anak kejang demam terjadi demam dengan suhu rektal
diatas >38, 0⁰C.
b) Qualitas atau quantitas
(1)Bagaimana gambaran sifat keluhan yang dirasakan ,
dilihat , didengar oleh klien ?
(2)Seberapa penting klien sering melakukan keluhan yang
dialami klien ?
Dalam rumus Q (Qualitas atau quantitas) biasanya pada
anak kejang demam terjadinya adanya kemerahan dan
panas .
c) Region atau radiasi
(1)Dimana lokasi atau area yang dikeluhkan klien ?

8
(2)Bagaimana penjalaran keluhannya ?
Dalam rumus R (Region atau radiasi) biasanya pada anak
kejang demam terjadinya adanya panasnya terasa
diseluruh tubuh.
d) Scall atau serviritas
(1)Bagaimana skala yang dirasakan jika keluhan , skala 1 –
10 ?
Dalam rumus S (Scall atau serviritas) biasanya pada anak
kejang demam terjadinya intensitasnya (skala) pengaruh
terhadap aktifitas biasanya suhu rektal diatas >38, 0⁰C.
e) Time atau treatment
(1)Kapan keluhan mulai dirasakan oleh klien ?
(2)Apakah keluhan berlangsung ketika kambuh ?
Biasanya ada yang demam pada malam hari , pagi hari
atau siang hari dan ada yang demam sepanjang hari .
(3)Hal apa saja yang telah dicoba klien untuk mengurangi
keluhan ketika kambuh ?
(4)Misalnya memakan makanan yang tidak dimasak
misalnya daging , telur , atau terkontiminasi dengan
minuman .
c. Riwayat penyakit yang pernah diderita
Sebelum penderita yang mengalami serangan kejang ini ditanyakan
apakah penderita pernah mengalami kejang sebelumnya, umur
berapa saat kejang terjadi untuk pertama kalinya apakah ada
riwayat trauma kepala , radang selaput otak dan lain-lainnya.
d. Riwayat penyakit dahulu
(1)Apakah klien mempunyai riwayat pemakaian obat : apa
jenisnya, berapa dosisnya, berapa dosis terakhir , bagaimana
cara pemakainnya , dan sebagainya.
(2)Riwayat atau pengalaman masa lalu tentang kesehatan atau
penyakit yang pernah dialami , riwayat masuk rumah sakit atau
riwayat kecelakaan.

9
(3)Pada kasus kejang demam banyak faktor yang melatar belakangi
penyakit tersebut maka yang perlu dikaji ,Biasanya mempunyai
riwayat yang menonjol adanya demam yang dialami oleh anak
misalnya suhu rektalnya diatas >38, 0⁰C .
Demam ini dilatar belakangi adanya penyakit lain yang terdapat
pada luar kranial seperti tonsillitis, faringitis, infeksi saluran
nafas atas , otitis media akut , gastroentis , perlu dikaji juga usia
anak saat mendapat serangan kejang pertama ,karena makin
muda umur anak mengalami kejang demam pertama makin
besar berulangnya kejang demam serta suhu saat kejang demam
pertama kenaikan suhu tubuh adalah syarat mutlak terjadinya
kejang demam tinggi suhu tubuh pada timbul serangan
merupakan nilai ambang kejang berbeda - beda untuk setiap
anak ,berkisar antara 38,0⁰C – 40,0⁰C.

Adanya perbedaan ambang kejang ini menerangkan mengapa


pada seorang anak baru timbul kejang setelah suhu tubuhnya
meningkat sangat tinggi sedangkan pada anak yang lain kejang
sudah timbul walaupun suhu meningkat tidak terlalu tinggi
berulangnya kejang demam akan lebih sering pada anak dengan
nilai ambang kejang yang rendah .

(5)Riwayat penyakit keluarga


Dalam riwayat ini perlu dikaji dalam anggota keluarga apakah
ada anggota keluarga misalnya orang tua dan saudara kandung
yang pernah mengalami kejang demam sekurang-kurangnya
satu kali .
(6)Riwayat kehamilan dan persalinan
Keadaan ibu sewaktu hamil per trimester apakah ibu pernah
mengalami infeksi atau sakit panas sewaktu hamil .Riwayat
trauma ,perdarahan per vagina sewaktu hamil ,penggunaan obat-
obatan maupun jamu selama hamil riwayat persalinan
ditanyakan apakah sukar ,spontan atau dengan tindakan (forcep

10
atau vakum) ,perdarahan ante parfum ,asfiksi dan lain-
lain .Keadaan selama neonatal apakah bayi panas, diare ,
muntah , tidak mau menetek dan kejang-kejang.
(7)Riwayat imunisasi
Jenis imunisasi yang sudah didapatkan dan yang belum
ditanyakan serta umur mendapatkan imunisasi dan reaksi dari
imunisasi pada umumnya setelah mendapat imunisasi DPT
(difteri , pertusis , dan tetanus ) efek sampingnya adalah panas
yang dapat menimbulkan kejang pada anak.
(8)Riwayat perkembangan
(a)Personal sosial ( keperbadian atau tingkah laku sosial ) ,
kemampuan mandiri , bersosialisasi, dan berinteraksi dengan
lingkungannya.
(b)Gerakan motorik halus : berhubungan dengan kemampuan
anak untuk mengamati sesuatu , melakukan gerakan yang
melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu saja dan dilakukan
otot-otot kecil dan memerlukan koordinasi yang cermat
misalnya menggambar , memegang suatu benda , dan lain-
lainnya.
(c)Gerakan motorik kasar : berhubungan dengan pergerakan dan
sikap tubuh .
(d)Bahasa : berhubungan dengan kemampuan yang memberikan
respon terhadap suara yang mengikuti perintah dan berbicara
spontan atau baik dan benar.
(9)Riwayat pertumbuhan
Tanyakan bagaimana tentang status pertumbuhan pada anak ,
apakah pernah terjadi gangguan dalam pertumbuhan dan
terjadinya pada saat umur berapa dengan menanyakan atau
melihat catatan kesehatan tentang berat badan , tinggi badan ,
lingkar dada , lingkar kepala dan seterusnya.
(10) Riwayat sosial
(a)Perilaku anak dan keadaan emosional

11
(b)Hubungan dengan anggota keluarga dan teman sebaya
(11) Riwayat pola kebiasaan dan fungsi kesehatan
(a)Pola persepsi dan tataklasana hidup sehat gaya hidup yang
berkaitan dengan kesehatan , pengetauhan tentang
kesehatan ,pencegahan serta kepatuhan pada setiap perawatan
dan tindakan medis.
(b)Pola nutrisi asupan kebutuhan gizi anak , kualitas dan
kuantitas makanan , makanan yang disukai , selera makan ,
dan pemasukan cairan.
(c)Pola eliminasi
1) BAK : frekuensi , jumlah , warna , bau , dan nyeri
2) BAB : frekuensi ,konsistensi, dan keteraturan
(d)Pola aktivitas dan latihan
Kesenangan anak dalam bermain , aktivitas yang disukai ,
dan lama berkumpul dengan keluarga .
(e)Pola tidur atau istirahat
Lama jam tidur , kebiasaan tidur , dan kebiasaan tidur siang .
(12) Pemeriksaan fisik
(a)Pemeriksaan kepala
Keadaan ubun-ubun dan tanda kenaikan intracranial
(b)Pemeriksaan rambut
Dimulai dari warna , kelebatan , distribusi serta karakteristik
lain rambut pasien dengan malnutrisi energi protein
mempunyai rambut yang jarang ,kemerahan seperti rambut
jagung dan mudah dicabut tanpa menyebabkan rasa sakit
pada pasien .
(c)Pemeriksaan wajah
Paralisis fasialis menyebabkan asimetris wajah , sisi yang
paresis tertinggal bila anak menangis atau tertawa sehingga
wajah tertarik ke sisi sehat , tanda rhesus sardonicus ,
opistotonus , dan trimus , serta gangguan nervus cranial .

12
(d)Pemeriksaan mata
Saat serangan kejang terjadi dilatasi pupil , untuk itu periksa
pupil dan ketajaman penglihatan .
(e)Pemeriksaan telinga
Periksa fungsi telinga , kebersihan telinga serta tanda-tanda
adanya infeksi seperti perkembangan dan nyeri didaerah
belakang telinga , keluar cairan dari telinga , berkurangnya
pendengaran .
(f) Pemeriksaan hidung
Pernafasan cuping hidung , polip yang menyumbat jalan
nafas , serta secret yang keluar dan konsistensinya .
(g)Pemeriksaan mulut
Tanda – tanda sianosis , keadaan lidah , sistomatis , gigi yang
tumbuh , dan karies gigi .
(h)Pemeriksaan tenggorokan
Tanda peradangan tonsil , tanda infeksi faring , cairan
eksudat
(i) Pemeriksaan leher
Tanda kaku kuduk , pembesaran kelenjar tiroid , pembesaran
vena jugularis .
(j) Pemeriksaan thorax
Amati bentuk dada klien , bagaimana gerakan pernapasan ,
frekuensinya , irama , kedalaman , adakah retraksi , adakah
intercostale pada auskultasi , adakah suara tambahan
(k)Pemeriksaan jantung
Bagaimana keadaan dan frekuensi jantung, serta irama
jantung adakah bunyi tambahan , adakah bradikardi atau
takikardia.
(l) Pemeriksaan abdomen

13
Adakah distensia abdomen serta kekakuan otot pada
abdomen, bagaimana turgor kulit, peristaltic usus, adakah
tanda meteorismus, adakah pembesaran lien dan hepar .

(m)Pemeriksaan kulit
Bagaimana keadaan kulit baik kebersihan maupun warnanya
apakah terdapat ,odema , hemangioma , bagaimana keadaan
turgor kulit .
(n)Pemeriksaan ekstermitas
Apakah terdapat oedema , atau paralise , terutama setelah
terjadi kejang , bagaimana keadaan turgor kulit .
(o)Pemeriksaan genetalia
Adakah kelainan bentuk oedema , secret yang keluar dari
vagina , adakah tanda-tanda infeksi pada daerah genetalia .
2. Diagnosa Keperawatan Hipertermi
Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang menguraikan respon
aktual atau potensial klien terhadap masalah kesehatan yang perawat
mempunyai izin dan berkompeten untuk mengatasinya berdasarkan
patofisiologi penyakit , dan manifestasi klinik yang muncul maka
diagnosa keperawatan yang sering muncul pada pasien dengan kejang
demam adalah hipertermi (Tim Pokja SDKI DPP, 2018).
a. Hipertermi adalah suhu tubuh yang meningkat diatas rentang normal
tubuh diagnosa keperawatan yang dapat diambil pada kasus kejang
demam adalah hipertermia yang berhubungan dengan proses penyakit
(misalnya infeksi) , (D.0130 Hal : 284 SDKI , 2018).
b. Penyebab
1) Dehidrasi
2) Terpapar lingkungan panas
3) Proses penyakit (misalnya infeksi , kanker)
4) Ketidaksesuaian pakaian dengan suhu lingkungan
5) Peningkatan laju metabolisme

14
6) Respon trauma
7) Aktivitas berlebihan
8) Penggunaan inkubator
c. Tanda dan gejala mayor
1) Tanda subjektif :
(tidak tersedia)
2) Tanda objektif :
Suhu tubuh diatas nilai normal
d. Tanda dan gejala minor
1) Tanda subjektif :
(tidak tersedia )
2) Tanda objektif
a) Kulit merah
b) Kejang
c) Takikardi
d) Takipnea
e) Kulit terasa hangat
e. Kondisi klinis terkait
1) Proses infeksi
2) Hipertiroid
3) Stroke
4) Dehidrasi
5) Trauma
6) Prematuritas
3. Perencanaan Keperawatan

Perencanaan keperawatan menurut (Ulfa , 2015) perencanaan


merupakan suatu penyusunan berbagai intervensi keperawatan yang
dibutuhkan untuk mencegah, menurunkan, atau mengurangi masalah–
masalah klien. Perencanaan ini merupakan langkah ketiga dalam
membuat suatu proses keperawatan . Perencanaan keperawatan
merupakan bagian dari fase pengorganisasian dalam proses keperawatan
sebagai pedoman untuk mengarahkan tindakan keperawatan dalam usaha

15
membantu, meringankan, memecahkan masalah yang ada atau untuk
memenuhi kebutuhan klien dan perencanaan keperawatan juga
mempunyai tahap – tahapan dalam menentukan perencanaan yaitu:

a. menentukan prioritas masalah keperawatan (diagnosis)


b. menetapkan tujuan dan kriteria hasil
Dalam menentukan tujuan terdapat beberapa tahap yaitu SMART :
S : Spesifik (berfokus pada pasien)
M : Mesnsurable (yaitu dapat diukur)
A : Achievable (apakah tujuan dapat dicapai)
R : Reasonable (tujuan harus dapat dipertanggung jawabkan secara
ilmiah)
T : Time (yaitu kontrak waktu)
c. Menetapkan kriteria hasil
d. Merumuskan rencana tindakan keperawatan
1) Dignostik atau observasi
Merupakan untuk mengkaji atau melakukan observasi terhadap
klien dengan memantau secara langsung yang dilakukan secara
perintah yang digunakan dalam dunia keperawatan.
2) Terapeutik atau nursing treatment
Merupakan rencana tindakan yang ditetapkan untuk mengurangi ,
memperbaiki dan mencegah perluasan masalah.
3) Penyuluhan atau pendidikan kesehatan
Merupakan rencana tindakan yang ditetapkan bertujuan untuk
meningkatkan perawatan diri klien dengan penekanan pada
partisipasi klien untuk bertanggung jawab terhadap diri sendiri ,
terutama untuk perawatan dirumah.
4) Kolaborasi
Merupakan rencana tindakan yang disesuaikan dengan masalah
yang terjadi terhadap klien
e. Menentukan rasional rencana tindakan keperawatan

16
Merupakan dasar dari pemikiran atau alasan ilmiah yang mendasari
ditetapkan rencana tindakan keperawatan masing-masing rencana
tindakan ditetapkan satu rasional.

Tabel 2.1 Perencanaan Keperawatan Hipertermia


Standar Diagnosa Standar Intervensi Keperawatan
Standar Luaran Keperawatan
Keperawatan Indonesia
Indonesia (SLKI)
Indonesia (SDKI) (SIKI)
Sdki Hipertermia D.0130 Slki Termoregulasi L.14134 Manajemen Hipertermia
1. Hipertermi berhubungan Setelah dilakukan tindakan I.15506
dengan dehidrasi keperawatan selama … x 24 Observasi
2. Hipertermi berhubungan jam , maka Termoregulasi 1. Identifikasi penyebab
dengan terpapar membaik dengan kriteria hipertermia (misalnya,
lingkungan panas hasil: dehidrasi, terpapar
3. Hipertermi berhubungan 1. Menggigil menurun (1-5) lingkungan panas ,
dengan proses penyakit 2. Kulit merah menurun (1- penggunaan inkubator )
(misalnya ,infeksi , 5) 2. Monitor suhu tubuh
kanker) 3. Kejang menurun (1-5) 3. Monitor kadar elektrolit
4. Hipertermi berhubungan 4. Akrosianosis menurun (1- 4. Monitor haluaran urine
dengan ketidaksesuaian 5) 5. Monitor komplikasi
pakaian dengan suhu 5. Konsusmsi oksigen akibat hipertermia
lingkungan menurun (1-5)
5. Hipertermi berhubungan 6. Piloereksi menurun (1-5) Terapeutik
dengan peningkatan laju 7. Vasokonstriksi perifer 1. Sediakan lingkungan yang
metabolism menurun (1-5) dingin
6. Hipertermi berhubungan 8. Kutis memorata menurun 2. Longgarkan atau lepaskan
dengan respon trauma (1-5) pakaian
7. Hipertermi berhubungan 9. Pucat menurun (1-5) 3. Basahi dan kipasi permukaan
dengan aktivitas 10. Takikardi menurun tubuh
berlebihan (1-5) 4. Berikan cairan oral
8. Hipertermi berhubungan 11. Takipnea menurun 5. Ganti linen setiap hari atau
dengan penggunaan (1-5) lebih sering jika mengalami
inkubator 12. Bradikardi menurun hiperdosis (keringat berlebih)
(1-5) 6. Lakukan pendinginan
13. Dasar kuku sianoiik eksternal (misalnya , selimut
menurun (1-5) hipotermia atau kompres
14. Hipoksia menurun dingin / hangat atau terapi
(1-5) kompres tepid sponge terapi
15. Suhu tubuh membaik (1- pada dahi , leher , dada ,
5) abdomen , aksila )
16. Suhu kulit membaik (1-5) 7. Hindari pemberian
17. Kadar glukosa darah antiperitik atau aspirin
membaik (1-5) 8. Berikan oksigen , jika bila
18. Pengisian kapiler perlu
membaik (1-5) Edukasi
19. Ventilasi membaik 1. Anjurkan tirah baring
(1-5) Kolaborasi
20. Tekanan darah membaik 1. Kolaborasi pemberian cairan
(1-5) dan elektrolit intravena , jika
bila perlu
- Arti dari (1- 5) adalah

17
1 : menurun
2 : cukup menurun
3 : sedang
4 : cukup meningkat
5 : meningkat
1 : memburuk
2 : cukup memburuk
3 : sedang
4 : cukup membaik
5 : membaik
(sumber : tim pokja SLKI DPP PPNI , 2018) Standar Luaran Keperawatan
Indonesia , 2018 dan (tim pokja SIKI DPP PPNI , 2018) Standar Intervensi
Keperawatan Indonesia , 2018)
4. Implementasi Keperawatan

Implementasi keperawatan menurut (Lestari , 2016) implementasi


keperawatan atau pelaksanaan merupakan pengelolaan dan perwujudan
dari rencana keperawatan yang telah disusun pada tahap
perencanaan .Pelaksanaan merupakan tahap keempat dari proses
keperawatan .Pelaksanaan keperawatan merupakan serangkaian dari
kegiatan yang dilakukan oleh perawat untuk membantu klien dari
masalah status kesehatan yang dihadapi ke status kesehatan yang lebih
baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan seperti :

a. Membantu pasien untuk memenuhi kebutuhan manusia


b. Berkolaborasi dengan dokter untuk memberikan terapi farmakologi
kepada klien
c. Berkolaborasi dengan ahli gizi dan tim kesehatan lainnya
5. Evaluasi Keperawatan
Dalam tahap evaluasi ini merupakan penilaian atau evaluasi
merupakan perbandingan yang sistematis dan terencana tentang
kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan , dilakukan dengan
cara berkesinambungan dengan melibatkan klien , keluarga dan tenaga
kesehatan lainnya . Tujuan evaluasi ini adalah untuk melihat kemapuan
klien dalam mencapai kemampuan klien dalam mencapai tujuan yang
disesuaikan dengan kriteria hasil pada tahap perencanaan . Dan tahap
evaluasi juga merupakan tahap akhir yang bertujuan untuk menilai

18
apakah tindakan keperawatan yang telah dilakukan tercapai atau tidak
untuk mengatasi suatu masalah (Lestari , 2016).
Evaluasi disusun dengan menggunakan SOAP yang operasional
dengan pengertian:
1. S : merupakan ungkapan perasaan dan keluhan yang dirasakan secara
objektif oleh klien dan keluarga setelah diberikan pelaksanaan atau
implementasi keperawatan.
2. O : merupakan keadaan objektif yang didefinisikan oleh perawat
menggunakan pengamatan yang objektif setelah pelaksanaan atau
implementasi keperawatan.
3. A : merupakan analisis perawatan setelah mengetauhi respon
subjektif klien yang dibandingkan dengan kriteria dan standar yang
telah ditentukan mengacu pada tujuan rencana keperawatan .
4. P : merupakan perencanaan selanjutnya setelah perawat melakukan
analisis
5. I : merupakan pelaksanaan atau implementasi dengan tindakan
keperawatan yang dilakukan dengan teridentifikasi dalam komponen
perencanaan dan harus menuliskan tanggal dan jam pelaksanaannya .
6. E : merupakan evaluasi respon klien yang setelah dilakukan tindakan
keperawatan.
7. R : merupakan reassessment dalam terbentuk dari pengkajian ulang
yang dilakukan terhadap perencanaan setelah diketauhi hasil , apakah
dari rencana tindakan perlu dilanjutkan , diodifikasi , atau dihentikan .

II.2. Kebutuhan Keamanan dan Penyebab Kenyamanan Pada Pasien


Hipertermia
1. Pengertian suhu tubuh

Suhu merupakan pengukuran keseimbangan antara panas yang


dihasilkan oleh tubuh dan panas yang hilang dari tubuh yang diukur
dalam unit panas yang disebut derajat .Suhu tubuh berubah disiang hari ,
suhu tubuh biasanya lebih tinggi pada sore hari dari pada dini hari . Bila
tubuh manusia sangat aktif suhu tubuh dapat lebih tinggi dari normal

19
peningkatan suhu tubuh diatas normal (diatas 37,0 ⁰C) dapat berarti
terjadi infeksi disuatu tempat (Sugihartiningsih , 2015).

Ada dua jenis suhu tubuh ,yaitu suhu inti dan suhu
permukaan .Suhu inti merupakan suhu jaringan tubuh bagian dalam ,
seperti rongga abdomen dan rongga pelvis .Suhu inti relatif konstan suhu
tubuh inti ini yang normal berada dalam satu rentang suhu .Suhu
permukaan merupakan suhu pada kulit , jaringan subkutan , dan
lemak .Berbeda dengan suhu inti ,Suhu permukaan akan meningkat atau
menurun sebagai respon terhadap lingkungan (Wardiyah , 2016).

Suhu tubuh anak yang normal (dalam keadaan sehat) adalah


dengan berkisar 36 – 37 ⁰C .Suhu tubuh ini bervariasi dengan kisaran 0,5
– 1,0 ⁰C penting diingat bahwa suhu tubuh dapat meningkat karena
beberapa faktor , seperti aktivitas fisik, emosi ,makan , dan
ovulasi ,faktor ekstrinsik seperti memakai pakaian tebal terhadap suhu
lingkungan yang tinggi, serta meningkatkan kelembaban dapat juga
meningkatkan suhu tubuh .

Faktor-faktor ini sangat penting pada anak – anak karena luas


permukaan tubuh relatif per unit volumenya lebih kecil dari pada orang
dewasa ,oleh karena itu permukaan tubuh yang ada untuk mendinginkan
menjadi lebih sedikit .

Suhu ini tubuh normal pada anak – anak dapat mencapai


38⁰C ,suhu tubuh berubah disiang hari , suhu tubuh biasanya lebih tinggi
pada sore hari dari pada dini hari ,bila tubuh manusia sangat aktif suhu
dapat lebih tinggi dari normal .Peningkatan suhu tubuh diatas normal
(diatas 37⁰C) dapat berarti terjadi infeksi disuatu tempat (Aryanti , 2016).

2. Tingkatan suhu tubuh manusia


Menurut (Permatasari , 2013)
a. Tingkatan suhu keadaan kolaps (hipotermi,suhu dibawah 25⁰C)
b. Subnormal (35⁰C dan dibawahnya)
c. Batas normal (35, 8⁰C - 37⁰C)

20
d. Pireksia (37,8⁰C – (rendah) – 39,5⁰C (tinggi)
e. Hiperpireksia 39,5⁰C atau diatasnya
3. Suhu tubuh pada anak sehat
Menurut (Permatasari , 2013)

Tabel 2.2 Suhu Tubuh Anak Sehat


Umur Suhu ⁰C Suhu ⁰F
3 Bulan 37,5 99,4
1 tahun 37,7 99,7
2 tahun 37,2 99,6
5 tahun 37 98,6
7 tahun 36,8 98,3
9 tahun 36,7 98,1
15 tahun 36,6 97,8

4. Gangguan pengaturan suhu tubuh


Menurut (Permatasari , 2013)
a. Pireksia dan Hiperpireksia
Pireksia (suhu 37,6 - 40⁰C) dan hiperpireksia (>40⁰C)
merupakan kondisi utuhnya mekanisme termoregulasi tetapi
suhu tubuh dipertahankan pada angka yang tinggi .Infeksi
merupakan penyebab utama pireksia .Penyebab pireksia yang
lain adalah dehidrasi , obat-obatan tertentu , keganasan ,
pembedahan ,
trauma berat , infrak miokardium akut , reaksi transfusi darah ,
gagal jantung , dan hiperteroid .
b. Hipertermia
Hipertermia merupakan peningkatan suhu tubuh inti akibat
kehilangan mekanisme termoregulasi terdapat disfungsi
hipotalamus . Kondisi ini disebabkan oleh masalah system saraf
pusat (SSP) dan tidak berespon terhadap terapi antipiretik .
Metabolisme serebri meningkat sehingga otak memiliki
kesulitan besar dalam mengatasi peningkatan produksi karbon
dioksida terjadi vasodilatasi serebri dan dapat meningkatkan
tekanan intrakarnial sehingga membahayakan klien yang

21
mengalami gangguan neurologis .Suhu 41 – 43 ⁰C
menyebabkan kerusakan saraf , koagulasi , dan konvulsi ,Jika
keadaan berbahaya ini tidak dibalikkan melalui upaya
pendinginan yang efektif , individu menderita kerusakan otak
permanen dan kematian. Kondisi yang menyertai hipertermia
terdiri dari heatcramps (kram akibat terjadinnya suhu panas),
heat exhaustion (kelelahan akibat terjadinya suhu panas), heat
stroke (kenaikan suhu tubuh tanpa keluar keringat) , hipertermia
maligna , dan hipertermia maligna antipsikotik (neuroleptik) .
c. Hipotermia
Hipotermia merupakan suhu inti yang “ kurang dari 35⁰C
,hampir semua proses metabolisme dapat dipengaruhi oleh
hipotermia .Derajat hipotermia diklasifikasikan sebagai ringan
(suhu tubuh 32 – 35 ⁰C) , sedang (28 – 31,5 ⁰C) ,berat (20 –
27⁰C) hipotermia dapat bersifat incidental atau
terpeutik ,individu berusia ekstrem dan mereka yang terjadi
kondisi lingkungan yang buruk , rentan mengalami hipotermia
insidental kematian biasanya terjadi jika suhu inti turun dibawah
25⁰C , hipotermia terapeutik dapat dipicu akibat kurang hati-hati
atau pasca anestesia.
d. Frosbite
Frosbite merupakan cedera lokal akibat suhu dingin pada
permukaan tubuh, dan bukan pada intinya (seperti pada
hipotermia) ,frosbite terjadi akibat pemanasan suhu dibawah
beku , jari tangan , jari kaki , dan wajah , terutama hidung ,
telinga , dan pipi , paling beresiko mengalami frosbite .

II.3. Demam
II.3.1. Pengerian Demam
Demam merupakan peningkatan pada titik set dimana suhu
tubuh diatur pada tingkat yang lebih tinggi dan dapat difinisikan
sebagai suhu diatas 38,0⁰C dengan suatu keadaan suhu tubuh diatas
normal sebagai akibat peningkatan pusat pengaturan suhu di

22
hipotalamus yang dipengaruhi oleh IL-1 pengertian demam ini
merupakan suhu rektal yang lebih dari 38,0⁰C (100,4⁰F) suhu
normal dapat berinteraksi sepanjang hari ,berkisar antara 36,1⁰C –
38,0⁰C (97⁰F – 100,4⁰F) umumnya suhu tubuh pada anak – anak
lebih tinggi kemudian menurun hingga pada tingkat dewasa pada
usia 13-14 tahun pada anak perempuan , dan 17-18 tahun pada anak
laki-laki anak dikatakan demam apabila suhu tubuhnya diatas
normal dan ada tanda atau gejala penyerta batasan suhu normal
pada anak tergantung dari cara tempat pengukuran suhu ,secara
umum kita dapat menggunakan acuan demam sebagai berikut :
suhu pada pengukuran diketiak diatas 37,2⁰C ,Suhu pada
pengukuran di anus diatas 38,0⁰C suhu pada pengukuran di mulut
diatas 37,5⁰C , dan suhu pada pengukuran di telinga diatas
38,0⁰C .Anak yang mengalami demam dikatakan dalam keadaan
(febris) dan bila tidak demam disebut (afebris) pada anak yang
mengalami peningkatan suhu ringan kisaran 37,5 – 38,0⁰C
dikatakan mengalami kenaikan suhu atau subfebril (Setyowati ,
2013).

II.3.1. Tipe demam


Dalam tipe demam ada 4 jenis demam yang umum terjadi
yaitu : demam intermiten , demam remiten , demam kekambuhan ,
demam konstan

(Setyowati , 2013).
a. Demam intermiten
Merupakan suhu tubuh akan berubah-ubah dalam interval
yang teratur , antara periode demam dari periode suhu normal
serta subnormal bila demam seperti ini terjadi setiap 2 hari
sekali disebut tersiana dan bila 2 hari bebas demam diantara 2
serangan demam disebut kuartana contohnya sakit malaria.
b. Demam remiten

23
Merupakan terjadinya fluktuasi suhu dalam rentang yang
luas (lebih dari 2⁰C) dan berlangsung selama 24 jam dan selama
itu suhu tubuh berada diatas normal.
c. Demam kekambuhan
Merupakan masa febril yang pendek selama beberapa hari
diselingi dengan periode suhu normal selama 1-2 hari .
d. Demam konstan
Merupakan suhu tubuh yang akan sedikit berfluktuasi
tetapi tepat berada diatas suhu normal . Suhu yang meningkat
secara cepat menjadi demam setelah periode normal dan
kembali normal dalam beberapa jam disebut sebagai fever
spike .

II.3.1. Penyebab demam


Zat yang menyebabkan demam adalah pirogen ,pirogen
adalah suatu zat yang menyebabkan demam ,terdapat dua jenis
priogen yaitu priogen eksogen dan priogen endogen ,priogen
eksogen berasal dari luar tubuh dan berkemampuan untuk
merangsang IL-1 ,sedangkan priogen endogen berasal dari dalam
tubuh dan mempunyai kemampuan untuk merangsang demam
dengan mempengaruhi pusat pengaturan suhu di hipotalamus
(Setyowati , 2013).
Penyebab demam menurut (Setyowati , 2013)
1. Penyebab infeksi
a. Infeksi primer pada saluran kemih atau saluran pernafasan
bawah atau baktermia akibat pemasangan kateter
intravascular , sinusitis atau penyakit telinga tengah pada
klien yang menggunakan ventilator.
b. Luka operasi atau sepsis intraabdomen (tidak selalu
menimbulkan gejala yang jelas) ,ulkus akibat tekanan atau
infeksi kulit .
c. Diare clostridium difficile merupakan penyebab demam yang
makin sering dijumpai hal ini yang sering terkena adalah

24
klien yang lemah atau berusia sangat tua dan klien yang
mendapat antibiotik spektrumluas khususnya sefaloporin .
2. Penyebab non infeksi
a. Reaksi obat
b. Tromboemboli vena , hematoma yang menyembuh
c. Infark miokard dan infark pada jaringan lain
d. Trauma dan pembedahan
3. Pemeriksaan klinis
a. Penilaian status imun
b. Riwayat baru menjalani pembedahan atau prosedur infasif
c. Pemeriksaan pada setiap selang infus dan kateter
d. Pemeriksaan obat-obatan ,termasuk antibiotik yang
dikonsumsi
e. Pemeriksaan penunjang yang penting

II.4. Konsep Tumbuh Kembang Anak Toddlers


II.4.1 Definisi Pertumbuhan dan Perkembangan
Pertumbuhan merupakan perubahan fisik dan pertambahan
jumlah dan ukuran sel secara kuantitatif ,dimana sel-sel tersebut
mensintesis protein baru yang nantinya akan menunjukkan
pertambahan seperti umur , tinggi badan , berat badan , dan
pertumbuhan gigi . Perkembangan merupakan peningkatan
kompleksitas fungsi dan keahlian dan merupakan aspek tingkah laku
pertumbuhan contohnya : kemampuan berbicara , berjalan , dan
berlari .istilah tumbuh kembang terdiri dari atas 2 peristiwa yang
sifatnya berbeda tetapi saling berkaitan dan sulit untuk
dipisahkan ,yaitu pertumbuhan dan perkembangan .Pertumbuhan
berkaitan dengan masalah perubahan ukuran ,besar , jumlah atau
disfungsi pada sel ,organ , maupun individu . Pertumbuhan bersifat
kuantitatif sehingga dapat diukur dengan satuan berat
(gram,kilogram) ,satuan panjang (centi meter) umur tulang dan
keseimbangan metabolik (retensi kalsium , dan nitrogen dalam
tubuh) (Setiawan , 2014).

25
1. Tumbuh Kembang Anak Usia 1-3 Tahun (Toddlers) menurut
(Setiawan , 2014)
a. Petumbuhan fisik
Pada bayi berat badan akan meningkat 4 kali pada umur
2,5 tahun dimana setiap tahun akan bertambah 2-3 kg
sedangkan tinggi badan bertambah panjang kira-kira 50% dari
panjang badan umur 1 tahun untuk tahun keduanya ,sedangkan
pada umur ke – 3 penambahan sekitar 6 – 8 cm .
b. Perkembangan motorik
Anak pada usia 12 – 18 bulan dapat berdiri sendiri,
berjalan dengan tegak, dapat menumpuk 2 balok keatas ,
minum dengan cangkir , buang air kecil lebih teratur
sedangkan pada umur 18 – 24 bulan sudah dapat duduk sendiri
pada kursi yang kecil , mendorong dan menarik bola kedepan ,
menyusun bangunan 3 – 4 balok , menggunakan sendok makan
tanpa jatuh , mencoba membuat garis. Untuk umur 2 – 3 tahun
dapat berjalan berjinjit , menyusun 7 – 8 balok , memegang
pensil dengan baik , naik tangga , menaruh pensil kedalam
botol , memakai sepatu sendiri
c. Perkembangan bahasa
Pada usia 12 – 18 bulan suara lebih keras , menggelengkan
kepala saat tidak setuju , mengatakan kata-kata sederhana
secara berulang-ulang , pada umur 18 – 24 bulan dapat
menyebutkan bagian tubuh dan nama benda , menggunakan
kata tunggal , mengikuti langsung contoh kalimat , sedangkan
pada umur 2 – 3 tahun dapat mengetauhi satu warna ,
menyebut nama lengkap , nama panggilannya sendiri ,
mengerti arti lelah dan lapar , aktif bertanya dan berbicara ,
serta penambahan artikulasi .
d. Perkembangan kognitif
Pada umur 3 tahun mereka dapat bermain imajinasi sendiri
, mengetauhi jenis kelamin sendiri , dapat memanjat dengan

26
kaki bergantian , meletakkan kedua kakinya pada masing-
masing tangga sambil melompat . Anak – anak pada usia 3
tahun mempunyai keinginan yang besar untuk bebas
melakukan hal-hal yang disukainnya , pada umur 4 tahun
mereka dapat mengerti panjang dan pendek , berat dan ringan
dapat meneruskan imajinasi dan bercerita mengenai fantasi dan
realita , dapat menuliskan nama lengkap , dapat menyebutkan
umurnya sendiri , anak laki-laki pada usia ini sering bertengkar
secara fisik meliputi menendang , memukul , mengigit ,
sedangkan anak perempuan lebih suka berteriak pada
temannya ketika tidak setuju .Sedangkan pada usia 5 – 6 tahun
mereka dapat mengidentifikasikan warna , mulai lancar untuk
berbicara mengklasifikasikan benda menurut karakteristiknya.
Stimulasi tumbuh kembang merupakan kegiatan untuk
merangsang kemampuan dan tumbuh kembang anak yang
dilakukan oleh ibu dan keluarga untuk membantu anak tumbuh
dan berkembang sesuai dengan usianya .Hal – hal yang
diperhatikan dalam pemberian STUMULASI tumbuh kembang
anak yaitu : mengajar atau melatih anak dalam berbagai
kegiatan seperti : bermain , berlari , menari , menulis ,
menggambar , makan dan minum sendiri , membantu orang tua
, menghitung dan membaca . Pemberian stimulasi dilakukan
secara bertahap , berkelanjutan dan terus menerus
menggunakan benda atau barang atau alat yang ada disekitar
anak dan tidak berbahaya bagi anak ,jangan memaksa apabila
anak tidak mau melakukan kegiatan stimulasi demikian dapat
pula bila anak sudah bosan , beri pujian setiap anak berhasil
melakukan kegiatan stimulasi yang sesuai dengan tingkat
umurnya ,stimulasi dilakukan dengan penuh kasih sayang dan
dalam suasana yang menyenangkan (Retna dan vita , 2014) .

II.5. Kompres Terapi Tepid Sponge


1. Pengertian Kompres terapi tepid sponge

27
Kompres terapi tepid sponge merupakan suatu tindakan kompres
hangat dengan teknik seka yang diberikan kepada klien yang mengalami
demam tinggi untuk menurunkan atau mengurangi suhu tubuh (Mulyani ,
2020) .
2. Tujuan dan Manfaat
Tujuan utama dari kompres terapi tepid sponge untuk menurunkan
suhu tubuh pada anak yang sedang mengalami demam ,manfaat dari
pemberian kompres terapi tepid sponge untuk menurunkan suhu tubuh
yang sedang mengalami demam ,memberikan rasa nyaman , mengurangi
nyeri dan ansietas yang diakibatkan oleh penyakit yang mendasari
demam (Mulyani , 2020) .

3. Teknik Kompres Terapi Tepid Sponge


Teknik kompres terapi tepid sponge merupakan kombinasi teknik
blok dengan seka teknik ini menggunakan kompres blok tidak hanya
disatu tempat saja , melainkan langsung dibeberapa tempat yang
memiliki pembuluh darah besar ,selain itu masih ada perlakuan tambahan
yaitu dengan memberikan seka dibeberapa area tubuh sehingga
perlakukan yang terapkan terhadap klien pada teknik ini akan semakin
komplek dan rumit dibandingkan dengan teknik yang lain ,namun dengan
kompres blok langsung diberbagai tempat ini akan memfasilitasi
penyampaian sinyal ke hipotalamus dengan lebih cepat ,selain itu
pemberian seka akan mempercepat pelebaran pembuluh darah perifer
akan memfasilitasi perpindahan panas dari tubuh kelingkungan sekitar
yang akan semakin mempercepat penurunan suhu tubuh (Yunianti ,
2019) .
4. Standar operasional prosedur teknik kompres terapi tepid sponge
Menurut (Titis , 2018)
1. Tujuan
a. Untuk menurunkan suhu tubuh
b. Mencegah terjadinya kejang demam

28
2. Persiapan alat
a. Baskom atau ember bersih berisi air hangat
b. Handuk 2 buah
c. Alas linen tahan air
d. Termometer tubuh
e. Selimut mandi
f. Pakaian bersih
g. Sarung tangan
h. Keranjang kotor
i. Washlap 6 buah
3. Prosedur tindakan
a. Siapkan alat
b. Cuci tangan
c. Jelaskan pada anak atau orang tua anak mengenai tindakan
(tujuan dan waktu) yang akan dilakukan
d. Tutup sampiran atau tirai dan lingkungan klien
e. Gunakan sarung tangan (jika diperlukan)
f. Ukur TTV klien (suhu , tekanan darah , denyut nadi ,
respirasi)
g. Pasang alas linen tahan air dibawah tubuh klien
h. Pasangkan handuk atau selimut mandi diatas tubuh klien
i. Periksa suhu air , pastikan suhunya tidak lebih tinggi dari
suhu klien
j. Lepaskan pakaian klien dan pertahankan selimut mandi
tetap berada diatas tubuh klien
k. Celupkan washlap ke dalam air hangat , keringkan sedikit
demi sedikit dengan cara diperes
l. Letakkan washlap tersebut pada daerah dahi , leher , aksila
(ketiak) , lipatan paha , dan daerah perut selama 15 menit
m. Perlahan lakukan teknik kompres terapi tepid sponge pada
daerah ektermitas atau tubuh selama 15 menit dan periksa
respon anak

29
n. Keringkan ektermitas atau tubuh yang sudah di kompres
dan kaji ulang suhu dan nadi klien ,observasi atau cek
kembali keadaan klien terhadap tindakan yang sudah
diberikan tadi
o. Lanjutkan kembali mengompres ekstermitas atau tubuh
lainnya dan di daerah dahi , leher , ketiak , lipatan paha ,
dan perut
p. Dan kaji ulang suhu tubuh klien secara menyeluruh
q. Kenakan kembali pakaian klien
r. Simpan handuk atau selimut mandi yang kotor pada
keranjang pakaian kotor
s. Merapihkan alat kembali ketempatnya

4. Evaluasi
a. Tanyakan bagaimana perasaan atau respon klien yang sudah
dilakukan tindakan non farmakologi
b. Periksa kembali suhu tubuh klien (Tanda Tanda Vital)
5. Dokumentasikan tindakan keperawatan yang sudah dilakukan
a. Tanggal dan waktu pemberian tindakan keperawatan
b. Bertanya kembali nama klien atau identitas klien
c. Tanyakan kembali respon klien
d. Periksa kembali suhu tubuh klien yang sebelumnya dan
sesudah dilakukan tindakan keperawatan
e. Tanda tangan atau paraf nama petugas yang sudah
memberikan tindakan keperawatan

30
BAB III
METODE PENULISAN

III.1 Rancangan Studi Kasus


Rancangan studi kasus yang digunakan dalam penulisan karya tulis
ilmiah ini dengan menggunakan metode deskriptif, metode deskriptif
merupakan suatu rumusan masalah yang berkenaan dengan pertanyaan
terhadap keberadaan variable mandiri ,baik hanya pada satu variable atau
lebih, studi kasus yang akan dilakukan untuk mengatauhi pengaruh
pemberian teknik kompres terapi tepid sponge untuk menurunkan suhu
tubuh pada anak usia toddler (1-3) tahun yang mengalami kejang demam
(Wulandari , 2016) .

III.2 Subyek Studi Kasus


Subyek studi kasus ini merupakan pada anak usia toddler (1- 3 )
tahun yang mengalami kejang demam .

III.3 Fokus Studi Kasus


Fokus studi kasus ini merupakan pengkajian utama dari
permasalahan yang akan dijadikan titik acuan studi kasus ,yang menjadi
fokus studi kasus dalam penulisan karya tulis ilmiah ini merupakan
penerapan teknik kompres terapi tepid sponge untuk menurunkan suhu
tubuh pada anak usia toddler (1-3) tahun yang mengalami kejang demam .

III.4 Definisi Operasional Fokus Studi Kasus


1. Teknik Kompres Terapi Tepid Sponge

Teknik kompres terapi tepid sponge merupakan suatu tindakan


kompres hangat dengan menempelkan washlap atau kain pada daerah
dahi , leher , ketiak , pangkal paha dan perut yang telah dibasahi oleh
air hangat untuk menurunkan suhu tubuh pemberian teknik kompres
terapi tepid sponge yang akan dilakukan pada anak yang mengalami
kejang demam dengan suhu 38,0⁰C.

31
Terapi kompres terapi tepid sponge akan dilakukan sebanyak 2 kali
dalam satu hari dengan berkolaborasi dengan orang tua klien ,lama
pemberian teknik kompres terapi tepid sponge dengan waktunya 15
menit dengan suhu air 43⁰C - 46⁰C atau sehangat kuku .

2. Kejang Demam
Kejang demam merupakan gangguan suatu masalah yang timbul
akibat meningkatnya suhu tubuh yang tidak normal (abnormal) suhu
(>38,0⁰C) kejang demam sering dikatkan dengan aktivitas sel saraf di
otak terganggu yang menyebabkan kejang disebut dengan (epilepsi) dan
risiko keterbelakangan mental pada anak sebagian besar kasus kejang
demam berkaitan dengan demam tinggi yang terjadi karena infeksi
telinga , cacar air , tonsillitis , atau infeksi virus flu , pada beberapa
kasus kejang demam juga bisa terjadi setelah anak diimunisasi .

III.5 Tempat dan Waktu


Tempat yang akan dilakukan untuk penerapan kasus ini akan
dilaksanakan di Ruang Melati 5 RSUD dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya ,
terhitung dari tanggal 1 Mei 2023 – 6 Mei 2023 .

III.6 Metode Pengumpulan Data


Metode pengumpulan data yang akan dilakukan dalam studi kasus
ini dengan menggunakan metode wawancara dan observasi dalam
pelaksanaannya .

1. Wawancara
Pada studi kasus wawancara ini ,penulis akan melakukan
komunikasi terapeutik atau tanya jawab bersama klien dan keluarga
klien untuk mendapatkan keterangan atau informasi mengenai
masalah yang dihadapi ,instrument yang nantinya akan digunakan
dalam wawancara yaitu buku catatan yang digunakan untuk mencatat
hasil wawancara atau mencatat hal-hal yang dianggap penting ketika
wawancara berlangsung .

32
2. Observasi
Dalam pelaksanaan observasi ini , penulis akan melakukan
pengamatan pada klien anak yang mengalami kejang demam dengan
mencatat secara berkala semua hasil yang penting saat melakukan
observasi pada klien anak yang mengalami demam kejang di ruang
Melati 5 RSUD dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya yaitu dengan
melakukan pengamatan terhadap perilaku dan keadaan umum yang
mencakup tanda – tanda vital , dan pemeriksaan fisik serta dilakukan
dengan mengaplikasikan beberapa model instrument , seperti :
a. Catatan anecdotal : mencatat gejala-gejala khusus atau luar biasa
menurut urutan kejadian .
b. Catatan berkala : mencatat gejala secara berurutan menurut
kejadian waktu namun tidak terus – menerus .
c. Daftar cek list : menggunakan daftar yang memuat nama observer
disertai jenis gejala yang dialami
3. Catatan perkembangan
4. Buku status pasien

III.7 Penyajian Data


Penyajian data hasil studi kasus ini dengan hasil pengolahan data
dalam asuhan keperawatan dengan bentuk naratif dan pengelompokan data
sesuai respon dan perkembangan suhu tubuh klien .

III.8 Etika Studi Kasus


1. Persetujuan
Pada tahap persetujuan merupakan dalam bahasa keperawatan adalah
(informed consen) yaitu penulis menemui responden dan keluarga
yang menjalin hubungan saling percaya dengan menyampaikan
beberapa argument yang sudah penulis siapkan dari yang dipelajarinya
dengan beberapa teori yang bertujuan dengan tindakan keperawatan
yang akan dilakukan .
2. Hak untuk ikut atau tidak menjadi responden
Pada tahap hak untuk ikut atau tidak menjadi responden merupakan
dalam bahasa keperawatan adalah (right to self determination) yaitu

33
penulis memusyawarahkan kesedian responden dan keluarga harus
ikut serta dalam kegiatan yang akan dilakukan tidak lupa penulis juga
menyampaikan kontrak waktu untuk pelaksanaan kegiatan tindakan
keperawatan yang akan dilakukan .
3. Tanpa nama
Pada tahap ini merupakan dalam bahasa keperawatan adalah
(anonymity) yaitu dalam penulisan penulis harus mengutamakan
identitas pada lembar pengumpulan data ataupun hasil studi kasus
dengan itu penulis harus mencantumkan inisial dari nama klien.
4. Kerahasiaan
Pada tahap ini merupakan dalam bahasa keperawatan adalah
(confidentiality) yaitu penulis mengumpulkan data dari klien atau
keluarga klien untuk di olah dan dikelompokkan sebagaimana
mestinya dengan tetap menjaga kerahasiaan atas data yang diberikan
kecuali untuk proses keperawatan dan pengembangan ilmu
keperawatan .
5. Pribadi
Pada tahap ini merupakan dalam bahasa keperawatan adalah (privacy)
yaitu penulis harus menjaga keadaan privasi klien dengan menutup
sampiran atau tirai pada saat kegiatan berlangsung serta
memberitahukan pada klien atau keluarga klien yang mengenai
apapun yang dilakukan terhadap klien serta hasil yang telah
dikumpulkan selama kegiatan tindakan keperawatan yang dilakukan
secara berlangsung .

34
DAFTAR PUSTAKA

Arief, R.F. (2015). Penatalaksanaan Kejang Demam. Continuing Medical


Education. Cermin Dunia Kedokteran Edisi 232 Volume 42 Nomor 9.
https://cdkjournal.com/index.php/CDK/article/viewFile/968/693, diakses
tanggal 24 April 2022.
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (2019). Laporan Riset
Kesehatan Dasar Tahun 2018. Jakarta: Lembaga Penerbit Badan Penelitian
dan Pengembangan Kesehatan (LPB)
Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jawa Barat. Berita Resmi Statistik :
Indikator Statistik Terkini Provinsi Jawa Barat. (Online). Tersedia :
https://jabar.bps.go.id/.
Deliana,M. (2016). Tata Laksana Kejang Demam Pada Anak. Sari Pediatri,
4(2), 59-62
Dewi, A. K. (2016). Perbedaan Penurunan Suhu Tubuh Antara Pemberian
Kompres Air Hangat Dengan Tepid Sponge Bath Pada Anak Demam.
Jurnal Keperawatan Muhammadiyah, 1 (1): 63-71.
Hijriani, H. (2019). Pengaruh Pemberian Tepid Sponge Terhadap Penurunan
Suhu Tubuh Pada Anak Demam Usia Toddler (1-3 tahun). Jurnal
Keperawatan Dan Kesehatan, V(Juli),1-8
https://ejournal.akperypib.ac.id/wp-content/uploads/2019/07/MEDISINA-
Jurnal-Keperawatan-dan kesehatan-AKPER-YPIB-Majalengka Volume-
V-Nomor-10-Juli-2019-4.pdf
Indrayati, N., & Haryanti, D. (2019). Peningkatan Kemampuan Orang Tua
Dalam Penanganan Pertama Kejang Demam Pada Anak. Jurnal Peduli M,1
(Desember), 7-12.
Irdawati. (2015). Kejang Demam dan Penatalaksanaannya. Berita Ilmu
Keperawatan, 2 No.3 (September), 143-146.
Lestari, (2016). Asuhan Keperawatan Anak.Yogyakarta: Nuha Medika
Makarim, R. F. 2019 Ketauhi Gejala yang muncul saat Kejang Demam. Diakses
pada 7 Januari 2021 melalui https://www.alodokter.com
Mubarak, dkk, (2015), Standar Asuhan Keperawatan Dan Prosedur Tetap
Dalam Praktek Keperawatan ,Jakarta:Salemba Medika
Mulyani, E., & Lestari, N.E. (2020). Efektifitas Tepid Water Sponge Terhadap
Penurunan Suhu Tubuh Pada Anak Dengan Masalah Keperawatan
Hipertermia: Studi Kasus. Jurnal Keperawatan Terpadu (Integrated
Nursing Journal), 2(1), 7-14. http://jkt.poltekkes-mataram.
Nova Ari Pangesti, Bayu Seto Rindi Atmojo, Kiki A. (2020). Penerapan
Kompres Hangat Dalam Menurunkan Hipotermia Pada Anak Yang
Mengalami Kejang Demam Sederhana. Nursing Science Journal (NSJ), 1

35
(1), 29-35. Retrieved from https://journal
.akperkabpurworejo.ac.id/index.php/njs/aticle/view/18
Nursalam, D. (2015).Manajemen Keperawatan ’’Aplikasi dalam Praktik
Keperawatan Profesional. Salemba Medika.
Nursalam. (2017). Konsep Penerapan Metode Penelitian Ilmu Keperawatan
Salemba Medika.
Permatasari , Sri & Muslim, Perbedaan Efektifitas Kompres Air Hangat Dan
Kompres Air Biasa Terhadap Penurunan Suhu Tubuh Pada Anak Dengan
Demam Di RSUD Tugurejo Semarang , Semarang , 2013 , diperoleh
Tanggal 14 Mei 2015 dari
http://ejournal.stikestelogorejo.acid/e-journal/index.php/ilmukeperawatan/
article/download/126/151
PPNI (2018). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia ; Definisi dan
Indikator Diagnostik, Edisi 1. Jakarta; DPP PPNI.
PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia; Definisi dan
Tindakan Keperawatan, Edisi 1. Jakarta; DPP PPNI.
PPNI (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia; Definisi dan Kriteria
Hasil , Edisi 1. Jakarta; DPP PPNI.
Profil RSUD dr.SOEKARDJO TAHUN 2020.
https://rsud.tasikmalayakota.go.id/wp-content/uploads/2021/05/PROFIL-
RSUD-dr. SOEKARDJO-KOTA-TASIKMALAYA-TH.2020.pdf
Retna Ambarwati, E. Puttu Yahya,A. & Vita Sutanto,A.(2014).Tinkat
Pengetauhan Ibu Tentang Stimulasi Tumbuh Kembang dengan
Perkembangan pada Anak.
Ridha,N. (2017). Buku Ajar Keperawatan Anak. Pustaka Pelajar.Rudianto,
S.2010.Demam Pada Anak.Jakarta:Gramedia Press
Setiawan, dkk, (2014). Keperawatan Anak & Tumbuh
Kembang .Yogyakarta:Nuha Medika
Setyowati, Lina, (2013). Hubungan Tingkat Pengetauhan Orang Tua Dengan
Penanganan Demam Pada Anak Balita Di Kampung Bakalan Kadipiro
Banjarsari Surakarta, Skripsi, STIKES PKU Muhamadiah Surakarta, 2013,
dari http://stikespku.com/digilib/files/diskI/I/stikes%20pku--linasetyow-
44-I-20101292.pdf
Standar Operasional Prosedur (SOP) Tepid Sponge Modul Praktikum
Keperawatan Anak dari https://eprints.ukh.ac.id/
Sugihartiningsih, Efektifitas Kompres Tepid Sponge Terhadap Penurunan Suhu
Tubuh Anak Dengan Demam Di RS PKU Muhammadiyah Surakarta,
Surakarta , 2015 , diperoleh tanggal 14 Mei 2015 dari
http://eprints.ums.ac.id/32263/24/2.
Sutini, (2018).Modul Ajar Konsep Keperawatan Anak. Jakarta:AIPVIKI

36
Wardiyah, Aryanti.(2016). Perbandingan efektifitas pemberian kompres hangat
dan tepid sponge terhadap penurunan suhu tubuh anak yang mengalami
demam di ruang alamanda RSUD dr.H.Abdul Moeloek Provinsi Lampung.
Wulandari, D & Erawati, M. (2016). Buku ajar keperawatan anak. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar
Wulandari, D.,& Erawati, M. (2016). Buku Ajar Keperawatan Anak. Pustaka
Pelajar
Yunianti, Astini & Sugiani. (2019). Pengaruh Suhu Tubuh dengan Metode
Tepid Sponge dan Kompres Hangat Pada Balita Demam , Jurnal
Kesehatan, 10(1), 10-16.
http://www.ejurnal.poltekkes-tjk.ac.id/index.php/JK/article/view/897
diakses tanggal 25 April 2022.
Yuniarti, N . (2018). Pemahaman Hadis Demam Sebagai Uap Jahanam.

37

Anda mungkin juga menyukai