Anda di halaman 1dari 74

ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH PADA Tn.

A DENGAN
DIAGNOSA KANKER NASOFARING DIRUANGAN RB 3
RSUP.H.ADAM MALIK

Oleh :

Nama : SONIA
Nim : 2014401024

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN FLORA
MEDAN
2023
ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH PADA Tn.A DENGAN
DIAGNOSA KANKER NASOFARING DIRUANGAN RB 3
RSUP.H.ADAM MALIK

Karya Tulis Ilmiah Ini Diajukan Untuk Menyelesaikan Program Pendidikan


Diploma III Keperawatan Di STIKes FLORA

Oleh :

Nama : SONIA
Nim : 2014401024

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN FLORA
MEDAN
2023
LEMBAR PERSETUJUAN

Karya Tulis Ilmiah Ini Telah Disetujui Untuk Dipertahankan Dihadapan Tim

Penguji Ujian Akhir Prodi DIII Keperawatan STIKes Flora

Pembimbing

Youlanda Sari,S,Kep.,Ns.,M.Kep

Mengetahui

Ka.Prodi DIII Keperawatan

STIKes FLORA

Rina Rahmadani Sidabutar,S.Kep.,Ns.,M.Kep

i
ii

LEMBAR PENGESAHAN

Karya Tulis Ilmiah Ini Diajukan Untuk Menyelesaikan Program Pendidikan

Diploma III Keperawatan Di STIKes Flora

Tim penguji Medan, 2023

1. Heni Triana S.Kep.,Ns.,SKM.,M.Kes 1. …………….

2. Saodah Hanim S.Kep.,Ns 2. ………

3. Youlanda Sari S.Kep.,Ns.,M.Kep 3………………

Mengetahui
Ka.Prodi DIII Keperawatan
STIKes Flora

Rina Rahmadani Sidabutar,S.Kep.,Ns.,M.Kep

ii
iii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang mana

telah memberikan kerunianya, sehingga penulis dapat menyelesaikan

karya tulis ilmiah yang berjudul “ Asuhan Keperawatan Medikal Bedah

pada Tn.A Dengan Diagnosa Kanker Nasofaring di Ruangan RB 3 RSUP

H Adam Malik Medan “ karya ilmiah ini sebagai syarat untuk

menyelesaikan Program Pendidikan Diploma III Keperawatan STIKes

Flora.

Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini penulis banyak mendapatkan

pengarahan, serta bantuan, bimbingan, dan arahan berbagai pihak. Baik

secara langsung maupun tidak langsung sehingga karya ilmiah ini dapat

terselesaikan oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terima kasih

sebesar-besarnya yang terhormat :

1. Ibu dr. Fithria Aldy,M.Ked (Oph),SpM(K) selaku ketua STIKes

Flora.

2. Ibu Heni Triana,SKM.,S.Kep.,Ns.,M.Kes selaku Wakil ketua satu

Stikes Flora.

3. Ibu Rina Rahmadani Sidabutar S.Kep.,Ns.,M.Kep selaku ketua

prodi DIII keperawatan STIKes Flora .

4. Bapak Dr.Zainal Safri,Sp.PD-KKV,Sp,Jp(K),selaku Direktur

Utama RSUP H Adam Malik Medan.

iii
iv

5. Ibu Youlanda Sari,S.Kep.,Ns.,M.Kep selaku pembimbing dalam

penyususanan karya tulis ilmiah yang banyak meluangkan waktu

dan saran kepada penulis dalam menyelelesaikan karya tulis

ilmiah

6. Terima kasih kepada Tn.A dan keluarga yang bersedia

meluangkan waktunya untuk memberikan keterangan yang

diperlukan oleh penulis.

7. Seluruh dosen dan staf pegawai program studi DIII Keperawatan

STIKes flora.

8. Dan terima kasih kepeda orang tua saya yang telah berjuang

untuk membahagia dan mewujudkan cita-cita saya hingga saya

menjadi seperti ini serta selalu memotivasi saya untuk tetap

bertahan dalam menghadapi segala tantangan hidup, dan terima

kasih kepada teman teman-teman saya telah support saya

dalam proses pengerjaan karya tulis ilmiah ini.

Akhir kata penulis mengucapkan semoga karya tulis ilmiah ini

dapat bermanfaat bagi para pembaca rekan dan adik tingkat di STIKes

Flora, penulis mengharapakan kritikan dan saran yang sifat nya

membangun untuk menyempurnakan karya tulis ilmiah ini dari pembaca

Medan, Juli 2023

Penulis

iv
v

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN ……………………………………….……. i


LEMBAR PENGESAHAN ………………………………….….……..... ii
KATA PENGANTAR …………………………………..…….………….. iii
DAFTAR ISI ……………………………………………………………… v
BAB I PENDAHULUAN ………………………………………….…… 1
BAB II PEMBAHASAN ………………………………………………... 4
2.1 KONSEP CARSINOMA NASAFARING ………………..………. 4
2.1.1 Definisi ……………………………………………….……… 4
2.1.2 Klasifikasi …………………………………………………… 5
2.1.3 Etiologi ……………………………………………………… 7
2.1.4 Anotomi fisiologis Nasofaring ………………….………… 8
2.1.5 Patofisiologi ………………………………………..……… 12
2.1.6 Manisfetasi klinik ……………………………..…….……… 13
2.1.7 Komplikasi ………………………………………….…….… 14
2.1.8 Pemekriksaan Penunjang ……………………...………… 15
2.1.9 Penatalaksanaan ……………………………..…………… 16
2.2 Teoritis Keperawatan ……………………………………..……… 17
2.2.1 Pengkajian …………………………………………..……… 17
2.2.2 Diagnosa keperawatan ……………………….…………… 19
2.2.3 Intervensi Keperawatan …………………………………… 20
BAB III PENGAKAJIAN ………………………………………….…… 29
3.1 PENGKAJIAN …………………………………………………..… 29
3.1.1 Identitas pasien …………………………………………… 30
3.1.2 Riwayat keperawatan ………………………………….… 30
3.1.3 Riwayat psiko, social, dan spiritual ………………..…… 31
3.1.4 Penampilan umum …………………………….………… 31
3.1.5 Genogram ………………………………………………… 34
3.1.6 Pemeriksaan fisik ………………………………………… 34
3.1.7 Pola Kesehatan …………………………………..………… 36
3.1.8 Pemeriksaan laboratorium ……………...………………… 37

v
vi

3.1.9 Analisi Data …………………………………………..…… 38


3.2 Dignosa Keperawatan ………………………………………… 40
3.3 Intervensi Keperawatan ………………………………….…… 41
3.4 Impelementasi dan Evaluasi ………………………………….. 53
BAB IV PEMBAHASAN ………………………………………..……… 58
4.1 Tahap Pengkajian ………………………………………………….. 58
4.2 Tahap Diagnosa Keperawatan …………………………………… 59
4.3 Tahap Intervensi ……………………………………………….…… 59
4.4 Tahap Implementasi ……………………………………………….. 60
4.5 Tahap Evaluasi ……………………………………………………… 60
BAB V PENUTUP .……………………………………………………… 61
5.1 Kesimpulan ………………………………………………………… 61
5.2 Saran ………………………… ……………………………………. 62
5.2.1 Kepada Pasien …………………………………………….. 62
5.2.2 Kepada Perawat ………………………………………….… 62
5.2.3 Kepada Keluarga Pasien ………………………………..… 63
5.2.4 Kepada Rumah Sakit ……………………………………… 63

Daftar Pustaka
Lembar Konsul
Daftar Riwayat Hidup

vi
1
BAB I

PENDAHULUAN

Karsinoma nasofaring (KNF) adalah tumor ganas yang tumbuh

didaerah nasofaring dengan prediksi difosa Rosenmuller dan atap

nasofaring. Letaknya kadang tersembunyi dan berhubungan dengan

banyak daerah vital sehingga diagnosa dini sulit untuk ditegakkan

(Roezien, C.H. & Iskan, A. 2019). Insiden kanker nasofaring di Amerika

Serikat angka insiden kurang dari 1 kasus per 100.000 penduduk setiap

tahunnya (WHO, 2018). Menurut (Shalehiniya, et al., 2018) menyebutkan

bahwa China, Indonesia, Vietnam, India dan Malaysia, menduduki

prevalensi KNF yang tinggi dibandingkan dengan negara lainnya yakni

pada pria 1,7/100.000 penduduk dan pada wanita, 0,7/100.000 penduduk.

Di Indonesia prevalensi KNF sekitar 6.2/100.000 dengan hampir sekitar

13.000 kasus baru dan paling banyak dilaporkan dari pulau Jawa

(Roezien, C.H. & Iskan, M,I. 2019).

Di Indonesia kasus kanker nasofaring memiliki angka kejadian yang

relatif tinggi yaitu sekitar 5.6 / 100.000 orang atau 15.000 kasus setiap

tahunnya. Penelitian yang dilakukan di Lombok pada tahun 2015 terhadap

angka kejadian kanker nasofaring menunjukkan 48 pasien dengan

karsinoma sel skuamosa yang tidak berdiferensiasi. Berdasarkan data

Global Cancer Observatory (Globocan) pada tahun 2018 menyebutkan

bahwa terdapat 129.079 kasus baru di seluruh dunia atau 0,7% dari

semua kasus kanker dengan 72.987 kematian karena karsinoma

1
2

nasofaring setiap tahunnya (Kadriyan, et al., 2019). Penelitian kanker

nasofaring di Medan juga menyebutkan bahwa kelompok usia terbanyak

untuk kasus kanker nasofaring adalah 50 sampai 59 tahun, sebesar

29,1%. Umur penderita termuda yaitu 21 tahun dan tertua 77 tahun

dengan rerata usia 48,8 tahun (Suta, et al., 2019)

Bersadarkan pemeriksaan histopatologi jaringan yang datang ke

RSUP H. Adam Malik medan pada bulan januari 2006 desember 2010. Di

dapatkan penderita karsinoma nasofaring paling banyak ditemukan pada

laki-laki (73,1%), kelompok umur 51-60 tahun (26,5%), suku batak

(57,1%), bekerja sabagai petani (27,8%), keluhan utama berupa benjolan

dileher (71%).

Keperawatan Medikal Bedah Pada Tn.A Dengan Diagnosa Kanker

Nasofaring Di Ruangan RB 3 RSUP.H.Adam Malik sebagai judul

dalam penulisan karya tulis ilmiah ini.

Ruang lingkup penulisan karya tulis ilmiah hanya membahas

permasalahan Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Pada Tn.A

dengan Diagnosa Kanker Nasofaring Dirungan RSUP H Adam Malik

asuhan keperawatan ini dilakukan 3 hari 18-20 Februari 2023

Berdasarkan pernyataan diatas,maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah bagaimana asuhan keperawatan pada pasien

Medikal Bedah Pada Tn.A Dengan Diagnosa Kanker Nasofaring Di

Ruangan RB 3 RSUP.H.Adam Malik.adapun tujuan melaksanakan


3

Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Pada Tn.A Dengan Diagnosa

Kanker Nasofaring Di Ruangan RB 3 RSUP.H.Adam Malik yaitu untuk

melakukan pengkajian keperawatan,menetapkan diagnosa

keperawatan,menyusun rencana keperawatan,melakukan tindakan

keperawatan,dan melakukan evaluasi keparawatan pada asuhan

keperawatan pada asuhan keperawatan pada Pada Tn.A Dengan

Diagnosa Kanker Nasofaring Di Ruangan RB 3 RSUP.H.Adam Malik


BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 KONSEP KARSINOMA NASOFARING

2.1.1 Definisi

Karsinoma nasofaring (KNF) merupakan keganasan yang muncul

pada daerah nasofaring (area di atas tenggorok dan di belakang hidung).

Hal ini kemudian dapat meluas di dalam atau keluar dari nasofaring ke

dinding lateral lain atau sekankerra posterosuperioris ke dasar tengkorak

atau langit-langit rongga mulut, rongga hidung atau orofaring. Ditemukan

hubungan yang erat antara kejadian KNF dengan ditemukannya antibodi

terhadap EBV dan konsumsi ikan asin yang merupakan makanan yang

tersering dimakan di Cina Selatan dan Indonesia. Nitrosamin yang terdapat

di dalam ikan asin diketahui sebagai media yang baik untuk tumbuhnya

EBV. Proses terjadinya KNF tidak semata-mata 7 hanya dikarenakan

adanya infeksi EBV pada pasien. Lebih dari 95% orang dewasa dari

berbagai etnik di seluruh dunia merupakan karier sehat dari EBV.

Berbagai studi epidemiologi menunjukkan adanya hubungan antara

merokok, dan paparan asap kayu bakar, zat kimia inhalasi, dan debu kayu

akan meningkatkan resiko terjadinya KNF (Hartanto et al., 2019)

Kanker nasofaring adalah tumor ganas yang timbul di daerah

nasofaring area di atas tenggorok dan dibelakang hidung (POI,

2010). Kanker sering dikenal sebagai tumor, tetapi tidak semua

4
5

tumor disebut kanker. Tumor merupakan satu sel liar yang berada

dibagian tubuh dan terus membesar di lokasi yang tetap atau tidak

menyebar ke bagian tubuh lain. Mengakibatkan terbentuknya

benjolan di bagian tubuh tertentu dan jika tidak diobati dengan tepat

sel tumor berubah menjadi kanker. Berbeda dengan sel tumor yang

tidak menyebar kebagian tubuh lain, sel kanker akan terus

membelah diri dengan cepat dan tidak terkontrol menyebabkan sel

kanker sangat mudah menyebar ke beberapa bagian tubuh melalui

pembuluh darah dan pembuluh getah bening (Aprianti, 2012).

2.1.2 Klasifikasi

1. Ukuran tumor (T)

 T0 (Tidak tampak tomur 0)

 T1 (Tumor terbatas pada satu lokaais saja)

 T2 (Tumor terdapat pada dua lokasi atau lebih tetapi masi

terbatas pada rongga nasofaring)

 T3 (Tumor telah keluar dari rongga nasofaring)

 T4 (Tumor yang telah keluar dari rongga nasofaring merusak

tulang tenggorokan atau syaraf-syaraf otak)

2. Reginal limfe nodus (N)

 N0 (Tidak ada pembesaran)

 N1 (terdapat pembesaran tetapi homolatral dan masih bisas

digerakkan)
6

 N2 (Terdapat pembesaran di kontralateral dan masi bisa di

gerakkan)

 N3 (terdapat pembesaran baik, homolateral, kontralateral,

bilateral, yang sudah melekat pada jaringan pada jaringan

sekitar)

3. Metatase jauh (M)

 M0 (tidak terdapat metatse jauh)

 M1 (Matatase jauh)

Stadium Tumor Nasofaring antara lain:

 Stadium 0

Sel-sel kanker masih berada dalam batas nasofaring,

biasanya bisa disebut dengan nasopharynx in situ

 Stadium I (T1 N0, M0)

Sel kanker menyebar pada bagian nasofaring

 Stadium II (T2, N0, M0)

sel kanker sudah menyebar pada lebih dari nasofaring ke

rongga hidung, atau dapat pula menyebar getah bening pada

salah satu sisi leher.

 Stadium III (T2/T2/T3 dan N1, M0 atau T3N0M0)

Kanker ini sudah menyerang pada kelenjar getah bening

disemua sisi leher.


7

 Stadium IV (T4 dan N0/N1dan M0 atau T1/T2/T3/T4 dan

N0/N1/N2/N3 dan M0)

Kanker ini sudah menyebar di syaraf dan tulang sekitar wajah

2.1.3 Etiologi

a) Kontak dengan zat karsinogenik

Kontak denga zat karsinogenik yag terlalu sering dapat

mengakibatkan munculnya kanker, antara lain: gas kimia, asap

industri

b) Keturunan

Kejadian KNF mayoritas ditemukan pada kerturunan ras

mongoloid dibandimgkan dengan ras lainnya.

c) Radang kronis di daerah nasofaring

Terjadinya perdangan di daerah nasofering dapat membuat

mukosa nasofaring menjadi lebih rentan terhadap

mikroorganisme.

d) Faktor lingkungan

Aanya kebiasaan diberikannya pengawet pada ikan asin, maka

dapat memberikan efek mutagenic bagi masyarakat

e) Keadaan sosial ekonomi yang rendah dan PHBS yang buruk

Kedaan lingkungan yang tidak kondusif bagi kesehatan yang

dapat tercermin dari ventilasi yang kurang baik, sehingga

sirkulasi udara menjadi terhambat.

f) Genetik
8

g) umur

lansia menjadi lebih rentan dikarenakan penurunan fungsi organ.

h) daya tahan tubuh pasien yang menurun

kebiasaan mengkonsumsi ikan bakar dan ikan as

2.1.4 Anotomi fisiologis Nasofaring

Nasofaring merupakan suatu ruang berstruktur tabung berdinding

muskuloskeletal dan berbentuk kuboid yang berada di belakang rongga

hidung dengan ukuran panjang sekitar 3-4 cm, lebar 4 cm dan tinggi 4 cm

dengan batas-batas sebagai berikut:

1. Pada bagian anterior adalah bagian akhir dari cavum nasalis atau

choanae.

2. Pada bagian superior adalah dasar tulang tengkorak (basis cranii)

dari rongga sinus sfenoidales sampai dengan bagian ujung atas

clivus.

3. Pada bagian posterior adalah clivus, jaringan mukosa dari faring

sampai palatum molle, serta vertebra cervical 1-2.

4. Pada bagian inferior adalah sisi atas palatum molle (soft palate)

dan orofaring.

5. Pada bagian lateral adalah parafaring, otot-otot mastikator faring,

tuba eustachius, torus tubarius dan fossa Rossenmulleri.


9

Gambar 2.1 : anatomi Nasofaring dan kanker nasofaring

Nasofaring banyak memiliki jaringan aliran getah bening yang

berasal dari beberapa kelompok kelenjar getah bening (KGB) di daerah

kepala hingga leher, dimana metastasis yang terjadi melalui sistem

limfatik. Terdapat 7 level kelompok metastase menurut Memorial Sloan

Kettering Cancer Center, yaitu (Hendrik dan Prabowo, 2017):

1. Level I, mencakup daerah segitiga bagian dasar mulut (submental)

dan sub mandibula. Dimana level 1 A dibatasi oleh m. Submentalis,

m. Digastrikus dextra et sinistra, dan os. Hyoid. Sedangkan level 1

B dibatasi oleh daerah menyudut (angulus) mandibula, m.

Digastrikus, dan os. Hyoid. Dapat menjadi indikasi dari beberapa

kanker yang terjadi pada daerah sub mandibula, sinus paranasal,

dan rongga mulut.

2. Level II, mencakup daerah-daerah jugularis superior yang meluas

dari basis cranii hingga os. Hyoid. Dengan batas atas yaitu

processus 7 transversus/vertebra cervical 1. Batas bawah os.

Hyoid. Batas depan arteri carotis. Bagian belakang adalah tepi dari
10

m. Sternokleidomastoideus. Pada level ini dapat merupakan

indikasi dari kanker yang terjadi pada nasofaring, orofaring

posterior, dan sinus maxillaris.

3. Level III, mencakup daerah jugularis medialis dengan batas

atasnya adalah tepi bawah os. Hyoid hingga os. Cricoid. Bagian

depan, belakang dan sisi luarnya adalah m.

Sternokleidomastoideus. Dan bagian tengah adalah m. Longus

colli/capitis. Indikasi kanker pada daerah laring, hipofaring, dan

thyroid.

4. Level IV, mencakup daerah jugularis inferior dengan batas bawah

adalah os. Cricoid sampai 2 cm di atas sterno-clavicula joint.

Merupakan indikasi kanker pada daerah laring (subglotis), thyroid,

esofagus, dan infra clavicula

5. Level V, dengan batas atas adalah tepi atas os. Hyoid, bagian

bawahnya adalah cervicales transversus, bagian depan adalah

bagian tepi belakang m. Sternokleidomastoideus, dan bagian

belakangnya adalah bagian sisi depan m. Trapezius. Beberapa

kanker yang terjadi meliputi thyroid, esofagus, cervical, dan infra

clavicula.

6. Level VI, mencakup daerah tempat kelompok kompartemen

anterior dari os. Hyoid sampai supra sternal. Dengan batas sisi

luarnya adalah pembatas bagian tengah kelenjar ludah (sheath of

parotis). Merupakan indikasi dari kanker laring dan thyroid.


11

7. Level VII, mencakup daerah kelompok KGB inferior dan supra-

sternal notch, sampai rongga dada bagian atas (mediastinum

superior). Merupakan indikasi dari kanker pada daerah thyroid dan

esofagus.

Nasofaring merupakan suatu ruangan yang dilapisi mukosa dan

disebelah lateral dibatasi oleh lamina medialis processus pterygoidei,

di superior oleh os sphenoideum, di anterior oleh choanae dan vomer

tengah, di posterior oleh clivus dan di inferior oleh palatum molle.

Tuba eustachii bermuara ke arah posterolateral dan dikelilingi oleh

suatu struktur kartilago. Dibelakang tuba eustachii adalah lekuk-lekuk

mukosa yang disebut sebagai fossae rosenmulleri. Adenoid (tonsilla

pharyngealis) menggantung dari fassae tersebut dan dinding

posterosuperior kubah nasofaring (Khoa dan Gady, 2012).

Nasofaring merupakan rongga dengan dinding kaku yang

berada pada atas, belakang dan lateral.


12

2.1.5 Patofisiologi

Faktor Resiko
- Zat karsinoganik
- Keturunan ( Gen )
- Umur
- Imunitas tubuh
- lingkungan

Pertumbuhan Sel Abnormal

Tumor Nasofaring

Benjolan pada leher

Perumbuhan Sel
Tumor di Kelenjer Nyeri
Getah Bening
Susah menelan
Metastasis sel tumor
kelenjer getah bening
melalui limfe Penumpukan Ketidakefektifan
sekret bersihan jalan nafas
Kelenjer melekat pada
otot dan sulit digerakkan

Nyeri

Kemotrapi Merusak sel-sel


epitel kulit
Mual,muntah
Kerusakan pada
kulit kepala
Ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan Rambut Rontok Harga diri rendah
tubuh
13

2.1.6 Manisfetasi klinik


Simtomatologi ditentukan oleh hubungan anatomi nasofaring

terhadap hidung, tuba Eustachil dan dasar tengkorak.

A. Gejala hidung

 Epistaksis: rapuhnya mukosa hidung sehingga mudah terjadi

pendarahan

 Sumbatan hidung, sumbatan menetap karena pertumbuhan

tumor kedalam rongga nasofaring dan manutupi koana,

gejalanya: pilek kronis, ingus kental, gangguan penciuman.

 Tindakan trakeostomi adalah tindakan pembedahan untuk

membuat lubang di trakea atau batang tenggorokan agar

dapat di pasang tabung pernapasan.tujuan utama adalah

memudahkan masuknya oksigen ke paru-paru,sehingga

memudahkan pasien untuk bernapas.

B. Gejala telinga

 Kataralis/ oklusi tuba Eustachil: tumor mula-mula dofosa

reson mules pertumbuhan tumor dapat menyebabkan muara

tuba (berdengung, rasa penuh , kadang ganggun

pendengaran )

 Otitis media serosa sampai perforasi dan gangguan

pendengaran
14

C. Gejala lanjut

 Limpadenopatiservikal: melalui limfe sel-sel kanker dapat

mencapai kelenjar limfe dan bertahan disana. Dalma

kelenjar ini sel tumbuh dan berkembang biak hingga

kelenjar membesar dan tampak benjolan dileher bagian

samping, lama kelamaan kerena tidak dirasakan kelenjar

akan berkembang dan melekat pada otot sehingga sulit

digerakkan.

D. Gejala akibat metastasis

 Sel-sel kanker dapat ikut bersama aliran darah dan

mengenai bagian organ tubuh yang jauh dari nasofaring.

Organ yang paling peting terkena adalah tulang, hati dan

paru.

2.1.7 Komplikasi

a) komplikasi akut

1) mukositis

inflamasi pada mukosa mulut berupa eitema dan adanya

ulser yang biasanya ditemukan pada pasien yang

mendapatkan terapi kanker. pasien akan mengeluhkan rasa

sakit pada mulut dan dapat mempengaruhi nutrisi dan

kualitas hidup pasien.


15

2) kandidiasis

infeksi opurtunitik berupa kandidiasis pada mukosa mulut

yang disebabkan oleh jamu candida albicans.

3) dysgeusia

respon awal berupa hilangnya salah satu indra pengecapan

oleh terapi radiasi.

b) komplikasi kronis

1) karies gigi

merupakan akibat dari terapi radiasi berupa gigi yang

mengalami destruktif dan mengalami kerusakan.

2) gagal napas

gagal napas terjadi dikarenakan adanya metastase darri

tumor nasofaring sampai pada trachea sehingga terjadi

penyumbatan total pada trachea.

3) peningkatan tekanan intakanial

hal ini dapat tejadi jika tumor sudah menyebar sampai

lapisan otak dan menekan duramater otak.

2.1.8 Pemekriksaan Penunjang

1. nasofaringoskopi adalah prosedur untuk melihat bagian dalam

nasofaring dengan menggunakan metode endoskopi atau disebut

dengan organ dalam tubuh.


16

2. Rinoskopi posterior dikerjakan menggunakan cermin rinoskopi

posterior yang dimasukkan ke dalam mulut dengan cermin

menghadap superior

3. Biopsi adalah sebagai prosedur mengambil jaringan atau sampel

sel dari tubuh.

4. Radiologi: Thorak PA , foto tengkorak, tomografi, ct scan, Bone

scantigraphy ( bila dicurigai metasase tulang )

5. Pemeriksaan Neuro-oftalmologi : untuk mengetahui perluasan

tumor kejaringan sekitar yang menyebebkan penekanan atau

infiltrasi kesaraf otak, manifestasi tergantung dari saraf yang

dikenal.

2.1.9 Penatalaksanaan

Penelitian yang dilakukan Rahman (2014), terdapat beberapa

penatalaksanaan untuk kanker nasofaring, antara lain:

a. Kemotrapi

Kemotrapi dapat diberikan sebagai modalitas neoadjuvant pada

stadium dini,atau sebagai adjuvant pasca pembedahan,terapi

adjuvant dapat diberikan pada stadium IIA,IIB dan IIIA.pada

stadium lanjut,kemotrapi dapat diberikan dengan tujuan

pengobatan jika tampilan umum pasien baik.kemotrapi adalah

sebagai terapi paliatif pada pasien dengan stadium lanjut.


17

b. Radioterapi

Radioterapi merupakan salah satu penatalaksanaan kanker

nasofaring yang masih terbatas lokoregional karena kanker

nasofaring bersifat radiosensitif. Namun, sudah terdapat kemajuan

dibidang teknologi kesehatan yang penting bagi radioterapi yaitu

IMRT (Intensity-Modulated Radiation Therapy). Kelebihan dariIMRT

adalah dapat memberikan radioterapi conformal pada target

yang tidak beraturan (irregular).

c. Kombinasi Kemoradiasi

Kemoradisi konkuren dapat menjadi terapi pilihan pada kanker

nasofaring lokoregional yang advance. Kemoradiasi ini dapat

dibedakan menjadi induction/neoadjuvan (sebelum), concurrent

(selama), dan adjuvant (sesudah).

d. Nasofaring Ektomi

Terapi ini menjadi pilihan terakhir apabila berbagai terapi sudah

tidak dapat dilakukan. Nasofaringektomi diindikasikan pada pasien

dengan tumor persisten atau rekuren yang sudah terlalu besar dan

sudah bermetastasis ke parafari.


18

2.2 Teoritis Keperawatan

2.2.1 Pengkajian

Pengkajian adalah melakukan pengumpulan data yang sengaja

dilakukan secara sistematis untuk mengidentifikasikan keadaan kesehatan

pasien sekarang dan masa lalu.

Tujuan pengkajian adalah :

1. Identifikasi kebutuhan unik dan respon pasien

2. Mengkonsolidasikan dan mengorganisikan informasi dari berbagai

sumber ke dalam sumber yang sifatnya umum ke dalam pola

fungsional kesehatan.

3. Menjamin informasi dasar, referensi untuk mengukur perubahan

kondisi pasien.

Proses Pengkajian

Untuk mewujudkan pengkajian yang akurat perawat harus dapat :

1. Mengkomunikasikan secara efektif

2. Mengorganisasikan secara sistematis

3. Menginterprestasikan data yang akurat

4. Membuat kesimpulan pengkajian

5. Mengidentifikasi diagnosa keperawatan

Pada klien dengan kanker nasofaring yang dikaji

1. Pola penatalaksanaan kesehatan, perepsi sehat

- Pola kesejahteraan yang dirasakan


19

- Pengetahuan tentang gaya hidup dan berhubungan dengan

sehat

- Menanyakan merokok, minum beralhokohol

2. Pola persepsi sensori

- Intensitas nyeri

- Karakteristik nyeri

- Faktor-faktor yang meredakan nyeri

- Efek nyeri terhadap aktifitas kehidupan sehari-hari

Kekhawatiran individu terhadap nyeri.

2.2.2 Diagnosa keperawatan

1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas b/d tersumbatnya jalan

nafas ditandain dengan adanya sesak nafas

2. Nyeri akut b/d kompres/ destruksi jaringan saraf ditandai

dengan nyeri seperti ditusuk-tusuk

3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d

anoreksia, mual muntah sekunder kemoterapi radiasi

ditandai dengan adanya mual muntah

4. Kerusakan integritas kulit b/d penurunan imunologi, efek

radiasi kemoterapi

5. Harga diri rendah situasional b/d samping radioterapi:

kehilangan rambut.
20

2.2.3 Intervensi Keperawatan

No Diagnosa NOC NIC


1. Ketidakefektifan bersihan jalan  Respiratory status : ventilation Airway suction
napas b/d tersumbatnya jalan nafas  Respiratory status : airway - Pastikan kebutuhan
ditandain dengan adanya sesak patency oral/tracheal suctioning
nafas Kriteria hasil : - Auskultasi suara nafas
Defenisi :ketidakmampuan untuk  Mendemonstrasikan batuk sebelum dan sesudah
membersihkan sekresi atau efektif dan suara naps bersih, suctioning
obstruksi dari saluran pernafasan todak ada sianosis dan - Informasikan pada klien
untuk mempertahankan kebersihan dyspnea ( mampu dan keluarga tentang
jalan nafas. mengeluarkan sputum, mampu suctioning
Batasan karakteristik : bernafas dengna mudah, tidak - Minta klien nafs dalam
 Tidak ada batuk ada pursed lips ) sebelum suctioning
 Suara nafas tambahan  Menunjukkan jalan napas yang - Berikan O2 dengan
 Perubahan irama nafas paten ( klien tidak merasa menggukana nasal
 Sianosis tercekik, frekuensi pernafasan untuk memfasilitasi
 Kesulitan berbicara atau dalam nafas abnormal ) suksion nasotrakeal
mengeluarkan suara  Mampu mengidentifikasikan - Gunakan alat yang steril
 Penurunan bunyi nafas dan mencegah faktor yang setiap melakukan
 Dipsneu dapat menghambat jalan nafas tindakan
- Anjurkan pasien untuk
 Sputum dalam jumlah yang
istirahat dan nafas
berlebihan
dalam setelah kateter
 Batuk yang tidak efektif
dikeluarkan dari
 Ortopneu nasotrakeal
 Gelisa - Monitor status oksigen
 Mata terbuka lebar pasien
21

Faktor-faktor yang bearhubungan - Anjarkan keluarga


 Lingkungan bagaimana cara
- Perokok pasif melakukan suksion
- Mengisap asap - Hentikan suksion dan
- Merokok berikan oksigen apabila
 Obstruksi jalan nafas pasien menunjukan
- Spasme jalan nafas bradikardi, peningkatan
- Mokus dalam jumlah saturasi O2, dll
berlebihan Airway management
- Eksudat dalam jalan - Buka jalan nafas,
alveoli gunakan teknik chinlift
- Materi asing dalam atau jaw thrust bila perlu
jalan nafas - Posisikan pasien untuk
- Adanya jlan nafas memaksimalkan
buatan ventilasi
- Sekresi bertahan/sisa - Indentifikasi pasien
sekresi perlunya
- Sekresi dalam bronki - Pasang mayo bila perlu
 Fisiologis: - Lakukan fisioterapi dada
- Jalan nafas alergik jika perlu
- Asma - Keluarkan secret
- Penyakit paru dengan batuk atau
abstruktif kronik suction
- Hiperplasi - Auskultasi suara nafas,
- Disfungsi catat adanya suara
neuromuskular tambahan
- Lakukan suction pada
mayo
22

- Berikan bronkodilator
bila perlu
- Berikan pelembab udara
kassa basah NaCl
lembab
- Antu intake untuk cairan
mengoptimalkan
keseimbangan
- Monitor respirasi dan
status O2

2. Nyeri akut b/d kompres/ destruksi Setelah dilakukan tindakan - Lakukan pengkajian
jaringan saraf ditandai dengan nyeri keperawatan selama 1x 24jam secara komprehensif
seperti ditusuk-tusuk Tujuan termasuk lokasi,
 Pain level karakteristik, durasi,
 Pain control frekuensi, kualitas dam
 Confort level factor presipitasi.
Kreteria hasil : - Observasi reaksi
- Mampu mengontrol nyeri, tahu nonverbal dari
penyebeb nyeri, mampu ketidaknyamanan.
menggunakan tehnik - Bantu pasien dan
nonfarmakologi untuk keluarga untuk mencari
mengurangi nyeri, mencari dan menemukan
bantuan. dukungan.
- Melaporkan bahwa nyeri - Kontrol lingkungan yang
berkurang dengan dapat mempengaruhi
menggunakan manajemen nyeri seperti suhu
nyeri. ruang, pencahayaan
23

- Mampu mengenali nyeri ( skala dan kebisingan.


intensitas, frekuensi dan tanda - Kurangi factor
nyeri) presipitasi.
- Menyatakan rasa nyaman - Kaji tipe dan sumber
setelah nyeri berkurang nyeri untuk menentukan
- Tanda vital dalam rentang intervensi.
normal - Ajarkan tentang tehnik
- Tidak mengalami gangguan non farmakologi : nafas
tidur. dalam, relaksasi,
distraksi, kompres
hangat/ dingin.
- Berikan informasi
tentang penyebeb nyeri,
berapa lama nyeri akan
berkurang dan antiripasi
ketidaknyamanan
prosedur
- Monitor vital sign
sebelum dan sesudah
pemberian analgetik
pertama kali.
3 Ketidakseimbangan nutrisi kurang NOC NIC
dari kebutuhan tubuh - Nutritional status Nutrition management
Defenisi :Asuhan nutrisi tidak cukup - Nutritional status :food and - Kaji adanya alergi
untuk memenuhi kebutuhan fluid makannan
metabolik Intake - Kolaborasi dengan ahli
Batasan karakteristik : - Nutritional status : nutrient gizi untuk menentukan
- Kehilangan rambut intake jumlah kalori dan nutrisi
24

berlebihan - Weight control yang dibutuhkan pasien


- Kurang makan Kriteria hasil : - Anjurkan pasien untuk
- Kurang minat pada makanan - Adanya peningkatan berat meningkatkan intake FE
- Penurunan berat badan badan sesuai dengan tujuan - Anjurkan pasien untuk
dengan asupan makan - Berat badan ideal sesuai meningkatkan protein
adekuat dengan tinggi badan dan vitamin c
- Mengekul gangguan asupan - Mampu mengidentifikasi - Yakinkan diet yang
makann kurangb dari RDA kebutuhan nutrisi dimakan menggandung
( recommended daily - Tidak ada tanda-tanda tinggi serat untuk
allowance ) malnutrisi mencegah konstipasi
- Cepat kenyang setelah - Berikan makan yang
makan terpilih (sudah
- Berat badan 20% atau lebih dikonsuktasikan denagn
dibawah badan ideal ahli gizi )
- Kelemahan otot mengunyah - Ajarkan pasien
- Kelemahan otot untuk bagaiman membuat
menelan catatan makann harian
Faktor –faktor yang berhubungan : - Kaji kemampuan pasien
- Faktor biologis untuk mendapatkan
- Faktor ekonomi nutrisi yang di butuhkan
- Ketidak mampuan untuk Nutrition Monitoring
mengabsorbsi nutrein - BB pasien dalam batas
- Ketidak mampuan untuk normal
mencerna makanan - Monitoring adanya
- Ketidak mampuan menelan penurunan berat badan
makanan - Mmonitoring tipe dan
- Faktoe psikologis jumlah aktivitas biasa
yang dilakukan
25

- Monitoring turgo kulit


- Monitoring kekeringan,
rambut kusam, dan
mudah patah
- Monitoring mual dan
muntah
- Monitoring kadar
albumin, total protein,
Hb , dan kadar Ht
- Monitoring pertumbuhan
dan perkembangan
- Moniitoring kalori dam
intake nurtisi

4. Kerusakan integritas kulit b/d  Tissue interrity : skin and Pressure management :
penurunan imunologi, efek radiasi mucous membranes - Anjurkan pasien untuk
kemoterapi  Hemodyalis akses menggunakan pakaian
Defenisi ;perubahan / gangguan Kriteria hasil : longgar
epidermis dan/ dermis.  Integritas kulit yang baik bis - Hindari kerutan pada
Batasan karakteristik dipertahankan ( sensasi, tempat tidur
 Kerusakan lapisan kulit( elastisitas, temperature, - Jaga kebersihan kulit
dermis ) hidrasi, pigmentasi ) agar tetap bersih dan
 Gangguan permukaan kulit  Tidak ada luka/lesi pada kulit kering
(epidermis )  Perkusi jaringan bagus - Mobilitasi pasien setiap
 Invasi struktur tubuh  Menunjukan pemahaman 2 jam sekali
Faktor yang berhubungan : dalam proses perbaikan cedera - Monitor kulit akan
 Eksternal berulang adanya kemerahan
- Oleskan lotion atau
- Zat kimia, radiasi  Mampu melindungin kulit dan
26

- Usia yang ekstrim mempertahankan kelembapan minyak baby oil pada


- Kelembapan kulit dan perawatan alami daerah yang tertekan
- Faktor mekanik (mis., - Monitor aktifitas dan
gaya gunting shearing mobilitas pasien
forces ) - Monitor status nutrisi
- Medikasi pasien
- Lembab - Memamndikan pasoen
- Imobilitas fisik dengan sabun dan air
 Internal hangat
- Perubahan status Inssion site care
cairan - Membersihkan,
- Perubahan pigmentasi memantau dan
- Perubahan turgo meningkatkan proses
- Faktor perkembangan penyembuhan pada luka
- Kondisi yang tertutup dengna
perkembangan nutrisi jahitan, klip atau plester
- Penurunan imunologis - Monitor proses
- Penurunan sirkulasi kesembuhan area iritasi
- Kondisi gangguan - Monitor tanda dan
metabolik gejala infeksi pada area
- Gangguan sensasi insis
- Tonjolan tulang - Bersihkan area sekitar
jahitan atau staples,
menggukana lidi kapas
sretil
- Gunakan preparat
antiseptic, sesuai
program
27

- gantikan balutanpada
interval waktu yang
sesuai atau barkan luka
tetap terbuka ( tidak
dibalut ) sesuai program

5. Harga diri rendah situasional b/d  Body Image, disiturbed Self Esteem Enhancement
samping radioterapi: kehilangan  Coping, ineffective - Tunjukan rasa percaya
rambut  Personal identity, disturbed diri terhadap
Definisi : Perkembangan persepsi
 Health behavior, risk kemampuan pasien
negative tentang harga diri sebagai
respons terhadap situasi saat ini  Self esteem situasional, low untuk mengatasi situasi
(sebutkan) Kriteria Hasil : - Dorong pasien
Batasan Karakteristik :  Adaptasi terhadap mengidentifikasi
 Evaluasi diri bahwa individu ketunadayaan fisik : respon kekuatan dirinya
tidak mampu menghadapi adaptif klien terhadap - Ajarkan keterampilan
peristiwa tantangan fungsional penting
perilaku yang positif
 Evaluasi diri bahwa individu akibat ketunadayaan fisik
melalui bermain peran,
tidak mampu menghadapai  Resolusi berduka :
penyesuaian dengan model peran, diskusi
situasi
 Perilaku bimbang kehilangan aktual atau - Dukung peningkatan
 Perilaku tidak asertif kehilangan yang akan terjadi tanggung jawab diri, jika
 Secara verbal melaporkan  Penyesuaian psikososial : diperlukan
tantangan situasional saat ini perubahan hidup : respon - Buat statement positif
tenhadap harga diri psikososial adaptiv individu
terhadap pasien
terhadap perubahan
 Ekspresi ketidakberdayaan - Monitor frekuensi
bermakna dalam hidup
 Ekspresi ketidakbergunaan komunikasi verbal
 Menunjukkan Penilaian
 Verbalisasi meniadakan diri
28

Faktor Yang Berhubungan pribadi tentang harga diri pasien yang negative
 Perilaku tidak selaras dengan  Mengungkapkan penerimaan - Dukung pasien untuk
nilai diri menerima tantangan
 Perubahan perkembangan  Komunikasi terbuka baru
 Gangguan citra tubuh  Mengatakan optimisme
- Kaji alasan-alasan untuk
 Kegagalan tentang masa depan
 mengkritik atau
 Gangguan fungsional Menggunakan strategi koping
efektif menyalahkan diri sendiri
 Kurang penghargaan
 Kehilangan - Kolaborasi dengan
 Penolakan sumber-sumber lain
 Perubahan peran sosial (petugas dinas social,
perawat spesialis klinis,
dan layanan
keagamaan)
Counseling
- Menggunakan proses
pertolongan interakftif
yang berfokus pada
kebutuhan, masalah,
atau perasaan pasien
dan orang terdekat untuk
meningkatkan atau
mendukung koping
pemecahan masalah
Coping Enhancement Body
Image enhancement
Bab 3

TINJAUAN KASUS

3.1 PENGKAJIAN

3.1.1 Identitas pasien

Nama : Holong Batara Tanjung

Jenis Kelamin : Laki-Laki

Umur : 30 Tahun

Pendidikan : SMP

Pekerjaan : Supir

Alamat : Si Jantung Julu

Tgl Masuk RS : 13 Febuari 2023

No.RM : 88.47.56

Agama : Islam

Satus : Menikah

Pekerjaan : Supir

Diagnosa Medis : Tumor Nasofaring

29
30

Identitas Penanggung Jawab

Nama : Kartini

Pekerjaan : IRT

Alamat : Sijantung Hulu

Hubungan dengan Pasien : Istri

Umur : 28 tahun

3.1.2 Riwayat keperawatan

a. Keluhan Utama

Pasien datang kerumah sakit dengan keluhan nyeri, muncul bengkak di

sekitar pipi dan leher bagian kiri.

Pengkajian nyeri :

- P : Nyeri karena sesudah melakukan kemotrapi

- Q : Nyeri yang dirasakan terasa ditusuk-tusuk

- R : Nyeri yang dirasakan dibagian leher bagian kiri

- S : Skala nyeri 6

- T : Pada saat leher banyak digerakan

b. Riwayat penyakit saat ini

Pasien mengeluh lemas, sulit menelan, nyeri dan bengkak disekitar

pipi dan leher bagian kiri, serta mual dan nafsu makan menurun, leher
31

terasa sulit digerakan karena menggunakan trakeostomi dan sulit

berbicara,pasien sedang menjalankan kemotrapi.

e. Riwayat penyakit dahulu

Pasien sebelumnya tidak pernah dirawat dirumah sakit

f. Riwayat penyakit

Anggota keluarga pasien tidak ada menderita penyakit kronis dan

penyakit menular. Pasien anak kedua dari 7 bersaudara.

3.1.3 Riwayat psiko, sosial, dan spiritual

Bahasa yang digunkn pasien dalam kehidupan sehari-hari

menggunkan bahas indonesia, gambaran diri dan citra diri pasien, pasien

mengatakan senang dan menyukai seluruh tubuhnya, persepsi pasien

terhadap penyakitnya pasien merasa yakin akan segera sembuh seperti

semula.

3.1.4 Penampilan umum

1. Bernafas

Pasien mengatakan pernah mengalami kesulitan pernafasan

baik sebelum masuk rumah sakit maupun setelah masuk rumah

sakit.
32

2. Makan dan minum

a. Makan: sebelum masuk rumah sakit pasien bisa makan 2-3 x

sehari dan habis 1 porsi. Selama dirawat dirumah sakit pasien

mengeluh tidak nafsu makan dan susah nelan disertai mual dan

muntah

b. Minum: sebelum masuk rumah sakit pasien biasa minum 2-3

gelas sehari. Selama dirumah sakit pasien minum 2-3 gelas

perhari dan minum air.

3. Eliminasi

Pasien tidak ada gangguan pada eliminasinya.

4. Gerak dan aktivitas

Pasien mengatakan sedikit lemas, tetapi pasien mampu

melakukan aktivitas sendiri seperti makan, ketoilet, berpakaian

walaupun kadang-kadang dibantu keluarga.

5. Istirahat tidur

Pasien mengatakan ada gangguan dalam tidurnya Pasien

mengatakan ada gangguan dalam tidurnya

6. Kebersihan diri
33

Sebelum masuk rumah sakit pasien mengatakan mandi 1x

sehari setelah dirumah sakit pasien hanya dilap dengan air

hangat oleh istrinya.

7. Pengaturan suhu tubuh

Pada saat pengkajian pasien tidak ada keluhan panas suhu

tubuh pasien 36.5 °c

8. Rasa nyaman

Pasien tampak meringis, lemas dan agak sedikit sesak bagian

antara leher dan pipinya nyeri hilang timbul, nyeri yang

dirasakan seperti ditusuk jarum dengan skala nyeri 6 dari

skala 0-10. Pasien tampak meringis.

9. Sosialisasi dan komunikasi

Pasien dapat berintaksi dengan perawat, dokter, serta pasien

tidak mengalami kesulitan dan bersosialisasi dengan keluarga

ataupun lingkungan dirumah sakit walaupun suara yang sedikit

serak.

10. Prestasi dan preduktivitas

Sebelum sakit pasien bekerja sebagai sopir.


34

11. Ibadah

Pasien beragama islam. Selama dirumah sakit pasien tidak

pernah melakukan sholat

3.1.5 Genogram

Keterangan :

= Laki-Laki

= Perempuan

= Pasien

= Meninggal

= Serumah

3.1.6 Pemeriksaan fisik

1. Keadaan umum

Kedaan umum : Lemah

Kesadaran : Compos Mentis


35

Warna Kulit : Sawo Matang

Turgor Kulit : Elastis

Berat Badan : 55 Kg

2. Vital Sign

Nadi : 80 X Permenit

Suhu : 36.5 °C

HR : 30xmenit

TD : 130/80

3. Pemeriksaan fisik

a. kepala: simetris, bentuk lonjong, rambut hitam, rambut tersebar

merata, tidak ada benjolan dan tidak ada lesi.

b. Mata: simetris, kornea normal,telinga simetris dan pendengaran

kurang baik.

c Mulut: kebersihan gigi dan mulut bersih

d. Leher: ada benjolen dileher sebelah kiri

e. Thorax: simetris tidak ada nyeri, gerakan teratur dan tidak ada

benjolan.

f. Abdomen: simetris tidak ada lesi, dan tidak kembung.


36

g. Genitalia: tidak terkaji

3.1.7 Pola Kesehatan

Sebelum sakit Sebelum sakit


Pola Nutrisi Pola Nutrisi
Makanan Makanan
 Pola makanan pasien  Pola makanan pasien
3xsehari dan teratur nafsu makan berkurang
 Jenis makanan nasi,lauk karena kesulitan menelan.
pauk kadang pakai buah  Tidak pernah lagi makan
 Tidak memiliki pantangan bakso dan makanan pedas
makanan
 Sebelum sakit pasien
selama 1 minggu hamper
5 kali makan bakso dan
makan pedas Minum
Minum  Pasien jarang minum
 Pasien minum air putih 8- karena kesulitan
9 gelas setiap hari nya ( 1 menelan.jenis minum air
gelas kurang lebih 300 ml putih.
)
Pola tidur Pola tidur
 Pasien tidur malam 8 jam  Pasien susah tidur malam
dan pasien tidur siang tidur hanya 3-5 jam
sekitar 2 jam setiap  Selalu mengantuk disiang
harinya hari
 Tidak ada gangguan tidur
Eliminasi Eliminasi
 BAK : pasien BAK 3-  BAK : pasien BAK 1x/hari
4x/hari warna kuning dan warna kuning dan bau
bau khas khas
 BAB : pasien BAB 1x/hari  BAB : pasien BAB 1x/hari
warna peses kuning dan warna peses kuning dan
bau khas,konsitensi bau khas,konsitensi
Aktifitas Aktifitas
 Pasien pergi kerja dari jam  Pasien tidak dapat kerja
7 pagi hingga jam 5 sore.
Personal hygine Personal hygine
 Pasien mandi dan gosok  Pasien mandi dan gosok
gigi 2xsehari dan gigi 1xsehari dan dilakukan
dilakukan secara mandiri secara dibantu oleh
keluarganya
37

3.1.8 Pemeriksaan laboratorium

No Parameter Hasil Satuan Nilai rujukan Rimatks

1 WBc 1,97 X 10^3/ul 4.10 -11.00 Rendah

2 NE %ss 80.10 % 47.00 –80.00

3 LY % 12.70 % 13.00 40.00

4 Mo % 3.30 % 2.00 –11.00

5 Eo % 1.10 % -
6 Luc % 0.50 % 0.60 – 4.00
7 NE% 2.40 X10^3/ul 0.60 – 4.00
8 LY % 1.58 X10^3/ul 2.50 – 7.50
9 Mo % 0.25 X10^3/ul 1.00 – 4.00
10 EO % 0.07 X10^3/ul 0.10 – 1.20
11 BH % 0.02 X10^3/ul 0.00 – 1.10
12 LUC% 0.01 X10^3/ul 0.00 – 0.40
13 RBC 3.39 X10^6/ul 4.50 – 50.0 Rendah
14 HGB 13.00 9 / dl 13.50 –17.90 Rendah
15 MCT 30.50 % 41.00 -53.00 Rendah
16 MCH 89.80 FL 80.00 –100.00
17 MCHC 32.60 Pq 31.00 –36.00
38

3.1.9 Analisi Data

Data Etiologi Masalah


No
1 DS : Pasien sesak nafas,
mengatakan sering
batuk dan sering
mengeluarkan lendir penumpukan lendir
tumor - Bersihan jalan nafas
DO : tidak efektif
 K/U Lemah
 Batuk (+) bersihan jalan nafas
 Spotum (+) tidak efektif
 Sianosis (+)
 Suara Nafas ronkhi

2 DS : Pertumbuhan sel
tumor pada
 Pasien mengatakan
nasofaring
nyeri pada
leher,seperti ditusuk- Nyeri Akut
tusuk Terbentuknya massa
 Nyeri terasa terus tumor
menerus
 Skala nyeri 6
 Nyeri timbul saat Sel menekan jaringan
banyak bergerak sekitar
dibagian leher
 Nyeri tidak
menganggu dan tidak Nyeri pada ujung
menyebar saraf

Nyeri
DO :
 Wajah pasien tampak
meringis
 Ttv
TD : 110/70 mmHg
39

HR : 80X/i
Suhu : 36
RR : 20X/i

3 DS : Pertumbuhan sel
abnormal
 pasien mengeluh tidak
bisa makan
 pasien mengeluh tidak Kanker nasofaring
ada nafsu makan
Ketidak seimbangan nutrisi
DO : Kemotrapi : Kurang darikebutuhan
tubuh
 pasien tampak lemah
BB menurun dari 50 Pembengkakan
kelenjar limfe
kg, ke 40 kg
 Porsi makan tidak di
habiskan Sakit untuk menelan

Porsi makan
berkurang

4 . DS : benjolan pada leher Gangguan pertukaran gas


Pasien mengeluh sesak
nafas,saat bernafas terasa
Tumor nasofaring
berat.

DO :
Obstruksi mekanik
- Pasien tampak gelisah
saluran pernapasan
- Dispneu
- Mukosa bibir sianosis

Penyumbatan jalan
nafas
40

Pemasangan
trakeostomi

3.2 Dignosa Keperawatan

1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan

penumpukan lendir tumor ditandai dengan benjolan pada

leher sebelah kiri.

2. Nyeri akut yang berhubungan dengan pertumbuhan sel

tumor pada nasofaring ditandai dengan nyeri seperti

ditusuk-tusuk,skala nyeri 6 dan wajah tampak meringis.

3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

yang berhubungan dengan penurunan berat badan

ditandai dengan adanya mual muntah,dan berat badan

yang tidak diharapkan selama 3 bulan terakhir berat

badan awal 50 turun menjadi 40kg.

4. Ganggauan pertukaran gas yang berhubungan dengan

penyumbatan jalan nafas ditandai dengan benjolan pada

leher sebelah kiri.


41

3.3 Intervensi Keperawatan

Diagnosa Tujuan dan Intervensi Rasional


No
Hasil
Bersihkan jalan nafas tidak efektif NOC : NIC : Memper
1 b.d sekresi berlebihan Definisi: mudah fungsi
Ketidakmampu an untuk  Mendemons a. Pastikan kebutuhan oral pernafasan.
membersihkan sekresi atau trasikan batuk
b. auskultasi suara nafas
obstruksi dari saluran efektif dan
sebelum dan sesudah
suara nafas
yang bersih c. informasikan pada klien
tidak ada tentang suctioning
sianosis dan
dipsme d. Minta klien
mampu
mengeluarkan
sputum
42

pernapasan untuk mempertahank an  mampu nafas dalam sebelum


kebersihan jalan nafas Batasan bernafas suction dilakukan
karakteristik: dengan mudah
e. berikan O2 dengan
tidak ada
1. Dispneu, penurunan suara nafas menggunakan nasal
pursed lips
2. Orthopneu untuk memfasilitasi
3. Sianosis  Menunjukka n suction Nasotrakeal
4. Kelainan suara nafas jalan nafas f. Gunakan alat steril
5. Kesulitan berbicara yang paten setiap melakukan
klien tidak tindakan
6. batuk tidak efektif atau tidak
merasa
ada mata melebar g. anjurkan pasien untuk
tercekik irama
7. produksi sputum istirahat dan nafas
nafas
8. gelisah dalam setelah kateter
frekuensi
9. perubahan frekuensi dan irama dikeluarkan dari naso
pernapasan
nafas trakeal
dalam rentang
h. monitor status
Faktor-faktor yang normal tidak
oksigen pasien
ada suara
berhubungan: i. Ajarkan keluarga
nafas
bagaimana cara
abnormal
melakukan suction
 mampu j. Tentukan suction dan
mengidentifi berikan oksigen
kasi dan apabila pasien
mencegah menunjukan bradikar di
faktor yang peningkatan siturasi
dapat O2 dan lain nya.
menghamba t
jalan nafas
43

Lingkungan: merokok, menghirup k. Buka jalan nafas


asap rokok, perokok pasif- perokok gunakan teknik Chin lift
atau jaw thrust bila
 Fisiologis: disfungsi periv
neuromuscul ar, hiperplasia l. Posisikan pasien untuk
dinding bronkus, alergi jalan memaksimalka n
nafas, asma ventilasi
 Obstruksi jalan nafas, spasme m. Identifikasi pasien
jalan nafas, sekresi tertahan perlunya pemasangan
banyaknya mucus, Adanya alat jalan nafas
jalan nafas buatan, sekresi n. Pasang mayo bila
bronkus,adanyaeksudatdi perlu
alveolus,adanya benda asing di o. Lakukan
jalan nafas
fisioterapi dada jika
perlu
p. Auskultasi suara nafas,
catat adanya suara
tambahan
q. Berikan pelembab
udara
Kasa basah NaCl
yang lembab
44

 Lingkungan: r. Buka jalan nafas


merokok, gunakan teknik
menghirup asap Chin lift atau jaw
rokok, perokok thrust bila periv
pasif- perokok s. Posisikan
 Fisiologis: pasien untuk
disfungsi memaksimalka
neuromuscul ar, n ventilasi
hiperplasia t. Identifikasi
dinding bronkus, pasien perlunya
alergi jalan nafas, pemasangan
asma alat jalan nafas

 Obstruksi jalan u. Pasang mayo


nafas, spasme bila perlu
jalan nafas, Lakukan
sekresi isioterapi dada
tertahan jika perlu
banyaknya v. Auskultasi suara
mucus, Adanya nafas, catat
jalan nafas adanya suara
buatan, sekresi tambahan
bronkus,adany w. Berikan
aeksudatdi pelembab udara
alveolus,adany Kasa basah
a benda asing NaCl yang
di j a l a n lembab
nafas
45

dari ringan sampai intensitas  nyeri pasien  membantu memfokus kan kembali
berat yang dapat frekuensi dan  Kaji kultur yang perhatian
diantisipasi tanda- tanda mempengaru hi
dengan akhir yang  Nyeri adalah komplikasi sering dari
nyeri respon nyeri
kanker. Meskipun respon individual
Menyatakan  Evaluasi
dapat diprediksi
dan dengan berbeda saat perubahan penyakit atau
rasa nyaman pengalaman
durasi kurang dari pengobata n terjadi penilaian dosis dan
setelah nyeri nyeri masa
6 bulan. pemberian akan diperlukan
berkurang lampau
Batasan Tanda vital  Evaluasi
karakteristik: dalam bersama pasien
rentang dan tim
 Lapor normal kesehatan lain
tentang
secara verbal ketidakefektif an
atau nonverbal kontrol nyeri
 Fakta dari masa lampau
observasi  Analgesik
 Gerakan administratio n:
melindung  Tentukan lokasi
 Terfokus pada karakteristik
diri sendiri kualitas dan
 Gangguan derajat nyeri
tidur (mata sebelum
sayu, sulit pemberian Obat
atau gerakan
kacau
menyeringai )
46

2 Nyeri akut b/d Setelah dilakukan - Lakukan pengkajian


kompres/ tindakan keperawatan secara komprehensif
destruksi selama 1x 24jam termasuk lokasi,
jaringan saraf Tujuan karakteristik, durasi,
ditandai  Pain level frekuensi, kualitas
dengan nyeri  Pain control dam factor
seperti ditusuk-  Confort level presipitasi.
tusuk - Observasi reaksi
Kreteria hasil: nonverbal dari
- Mampu ketidaknyamanan.
mengontrol - Bantu pasien dan
nyeri, tahu keluarga untuk
penyebeb mencari dan
nyeri, mampu menemukan
menggunakan dukungan.
tehnik - Kontrol lingkungan
nonfarmakologi yang dapat
untuk mempengaruhi nyeri
mengurangi seperti suhu ruang,
nyeri, mencari pencahayaan dan
bantuan. kebisingan.
- Melaporkan - Kurangi factor
bahwa nyeri presipitasi.
berkurang - Kaji tipe dan
dengan sumber nyeri untuk
menggunakan menentukan
manajemen intervensi.
47

nyeri. - Ajarkan tentang


- Mampu tehnik non
mengenali farmakologi: nafas
nyeri (skala dalam, relaksasi,
intensitas, distraksi, kompres
frekuensi dan hangat/ dingin.
tanda nyeri) - Berikan informasi
- Menyatakan tentang penyebeb
rasa nyaman nyeri, berapa lama
setelah nyeri nyeri akan
berkurang berkurang dan
- Tanda vital antiripasi
dalam rentang ketidaknyamanan
normal prosedur
Monitor vital sign
Tidak mengalami sebelum dan sesudah
gangguan tidur. pemberian analgetik
pertama kali.
48

3. Ketidak Setelah dilakukan tidakan 1.Kaji adanya alergi 1. Untuk mengetahui adanya
seimbangan keperawatan 1X24 jam makanan alergi makanan
nutrisi Ketidakseimbangan nutrisi
2.Anjurkan klien untuk 2. Untuk mengetahui asupan
kurang dari teratasi dengan kriteria
kebutuhan hasil: meningkatkan intake nutrisi
tubuh b/d 1 . Adanya peningkatan Fe
3. Untuk mengetahui peningkatan
mual muntah berat badan sesuai 3. Anjurkan klien untuk intake cairan
dengan tujuan. meningkatkan protein
2 . Berat badan ideal 4.Untuk mengetahui catatan hasil
dan vit c
sesuai dengan tinggi yang akurat dan jelas
badan 4. Berikan informasi
3 . Mampu tentang kebutuhan 5. Untuk menentukan jumlah
kalori dan nutrisi yang
mengidentifikasi nutrisi
dibutuhkan klien
kebutuhan nutrisi 5.Kolaborasi dengan
4. Tidak ada tanda-tanda ahli gizi untuk 6. Untuk pemeliharaan cairan
mal nutrisi menentukan jumlah tubuh dan mencegah naiknya
kalori dan nutrisi tekanan darah
5. Menunjukkan
peningkatan fungsi 6. Berikan makanan
pengecapan dari yang terpilih (sudah
menelan di konsultasi dengan
6. Tidak terjadi penurunan ahli gizi)
berat badan.
49

4. Gangguan NOC NIC


pertukaran 1. Respiratori status :
gas b/d gas exchange 1. Buka jalan
nafas,gunakan
kelebihan 2. Respiratory status
atau :ventilation teknik chin lift
atau jaw thrust
kekurangan 3. Vital sign status
dalam Setalah dilakukan tindakan bila perlu
2. Posisikan pasien
oksigenasi keperawatan selama
dan atau gangguan pertukaran untuk
pengeluaran pasien teratasi dengan memaksimalkan
karbondioksi Kreteria hasil : ventilasi
da didalam 1. Mendemonstrasikan 3. Identifikasi
membran peningkatan ventilasi pasien perlunya
kapiler oksigan yang kuat. pemasangan alat
2. Memelihara jalan nafas
alveoli
kebersihan paru paru buatan
dan bebas dari tanda 4. Pasang mayo
–tanda distress bila perlu
pernafasan 5. Lakukan fisiotrapi
3. Mendemonstrasikan dada jika perlu
batuk efektif dan 6. Keluarkan sekret
suara nafas yang dengan batu atau
bersih,tidak ada suction
sianosis dan 7. Auskultasi suara
dyspnea ( mampu nafas,catat
mengeluarka adanya suara
sputum,mampu tambahan
bernafas dengan 8. Lakukan suction
pada mayo
50

Smudah ,tidak ada 9. Berikan


pursed lips) bronkodilator biar
4. Tanda tanda vital perlu
dalam rentang 10. Berikan
normal pelembab udara
5. Status neurologis 11. Atur intake untuk
dalam batas normal cairan
mengoptimalkan
keseimbangan.
12. Monitor respirasi
dan status O2
Respiratory monitoring
1. Monitor rata-
rata,kedalaman,ir
ama dan usaha
respirasi
2. Catat pergerakan
dada,amati
kesimetrisan,pen
ggunaan otot
tambahan,retraks
i otot
supraclavicular
dan intercostal
3. Monitor suara
nafas,seperti
dengkur
51

4. Monitor pola
nafas:
bradipena,takipe
nia,kussmaul,hip
erventilasi,cheyn
e stokes,biot
5. Catat lokasi
trakea
6. Monitor
kelelahan otot
diagfragma
(gerakan
paradoksis)
7. Auskultasi suara
nafas catat area
penurunan/tidak
adanya ventilasi
dan suara
tambahan
8. Tentukan
kebutuhan
suction dengan
mengauskultasi
crakles dan
ronkhi pada jalan
nafas utama
52

3.4 Impelementasi dan Evaluasi

Hari/Tanggal No.Dx Jam Implementasi Evaluasi

17 Maret 1 08.00 - Mengkaji S:


2023 skala nyeri Pasien mengatakan
Dengan nyeri masih ada.
Menjelaskan rensstang skala
Nyeri 6 O : Pasien tanpak
Meringis
- Mengukur Ttv
09.01 TD : 120/80 A : Masalah belum
mmHg Teratasi
T : 37 C 1. Nyeri
RR : 20x/i 2. Mobilitas fisik
Hr : 80x/i
P: Intervensi
- Mengukur dilanjutkan.
10.00 posisi yang nyaman dengan 1. Ttv
mengganjal bantal pada 2. Cek cairan infus
punggung klien. 3. Ajarkan teknik
relaksasi
- Memberikan injeksi
13.00 Keterolog 30 gr/12 jam.

-
15.15 - Mengukur TTV
53

TD : 120/80 mmHg
T : 37 C
RR : 20x/i
Hr : 80x/i

- Menganjurkan relaksasi dan


16.30 semifowler

20.00 - Melakukan pemantauan kondisi


pasien.

21.00 - Ajarkan tehnik relaksasi dengan


cara tarik nafas dan kompres
hangat/dingin

00.30 - Mengukur TTV

TD : 110/70
T : 37 C
RR : 20x/i
HR : 80x/i
18 maret 2 08.00 - Memberikan injeksi ceterolac S:
2023 dan ranitidine Pasien mengatakan tidak
Mampu melakukan
09.00 - Membantu pasien memenuhi Aktifitas
personal hygine
54

O: Pasien bedres
09.30 - Mengajurkan pasien mengubah
posisi tidur
A: Masalah belum
- Mengkaji skala nyeri dan teratasi
11.00 memberikan posisi yang 1. Nyreri
nyaman untuk mengurangi rasa 2. Mobilitas fisik
nyeri 3. Defisit pengetahuan

11.30 - Mengukur P: Intervensi dilanjutkan


TTV TD : 120/80 1. Ttv
mmHg T : 37 C 2. Cek cairan infus
RR : 20x/I Hr : 80x/i 3. Menjelaskan penyebab
nyeri timbul

- Memberikan injeksi Keterolog


12.30 dan
Ranitidine

13.00 - Menganjurkan pasien banyak


istirahat

15.00 - Mengukur
TTV TD : 120/80
55

mmHg T : 37 C
RR : 20x/I Hr : 80x/i

- mengkaji skala nyeri dan


17.00 memberikan posisi yang nyaman
untuk mengurangi rasa nyeri

- Membantu pasien dalam


personal hygine
20.30 (mandi,BAK,BAB)

- Mengajak pasien berbicara untuk


21.00 mengurangi rasa nyeri

00.30 - Kolaborasikan pemberian obat


radangdexsamethasone 2x50mg

19 maret 3 08.00 - Mengukur S:


2023 TTV TD : 120/80 pasien mengatakan nyeri
mmHg T : 37 C berkurang dan sudah mulai
RR : 20x/I Hr : 80x/i bias berjalan tanpa bantuan
56

10.00 - mengkaji skala nyeri dan O :


memberikan posisi yang nyaman Pasien tampak bisa berjalan
untuk mengurangi rasa nyeri sendiri tanpa bantuan

13.00 - Memberikan injeksi A : masalah teratasi


Keterolog 30 gr/12 jam. 1. Mobilitas fisik
2. Defisit pengetahuan
- Membantu pasien dalam
15.00 personal hygine P : intervensi di lanjutkan
(mandi,BAK,BAB) 1. Ttv
2. Cek cairan infus
- Mengajak pasien berbicara untuk 3. Menjelaskan cara
20.30 mengurangi rasa nyeri Mengatasi nyeri

- Mengukur
TTV TD : 120/80
21.30 mmHg T : 37 C
RR : 20x/I Hr : 80x/i

- Menganjurkan teknik relaksasi


22.00 dengan menarik nafas dalam
untuk mengurangi rasa nyeri

- Kolaborasikan pemberian obat


00.00 radangdexsamethasone 2x50mg
BAB 4

PEMBAHASAN

Selain penulis melakukan asuhan keperawatan pada Tn.A dengan

diagnosa Tumor Nasofaring di ruang RB 3 Rumah pusat H Adam Malik,

maka dalam bab ini penulisan akan membahas kesenjangan antara

tinjauan kasus teoritis dengan tinjauan kasus secara nyata sesuai dengan

proses keperawatan ,mulai dari tahap pengkajian ,diagnosa keperawatan

,perencanaan ,pelaksanaan ,sampai dengan tahap evaluasi.

Asuhan keperawatan pada Tn. A menggunakan proses perawatan

yang di laksanakan selama tiga hari, yaitu mulai dari tanggal dan waktu

melaksanakan asuhan keperawatan yang telah dilaksanakn pada Tn.A

adalah seperti dibawah ini:

4.1 Tahap pengkajian

tahap pengkajian, penulis tidak menemukan hal-hal

menghambat proses pengkajian, karena di dungan adanya

kerjasama yang baik dengan pasien,perawat,ruang dokter .setelah

dilakukan pengumpulan data baik dari studi

literature,studi,dokumentasi pemeriksaan fisik observasi dan

wawancara sebagai data yang ditemukan pada kasus yang sama

dengan yang ada pada teoritas,pada tahap ini penulis tidak

ditemukan kesenjangan antara tinjauan kasus teoritis dan tinjauan

kasus.

57
58

4.2 Tahap diagnosa keperawatan

Dalam tahap diagnosa keperawatan penulis menemukan

banyak kesenjangan antara tinjauan teoritis dengan tinjauan kasus.

Pada tinjauan teoritis terhadap 5 diagnosa keperawatan sedangkan

pada kasus penulis mengangkat 3 diagnosa keperawatan.

Adapun diagnosa keperawatan yang muncul pada tinjauan teoritis

tetapi tidak di temukan pada kasus adalah:

1. Kerusakan integritas kulit b/d penurunan imunologi,efek

radiasi kemoterapi

2. Harga diri rendah situasional b/d samping radioterapi

4.3 tahap intervensi

Selama tahap perencanaan asuhan keperawatan pada Tn. A

dengan diagnosa Tumor Nasofaring di ruangan RB 3 DI RSUP H. Adam

Malik penulis tidak menemukan hal ha lyang menghambat rencana

tindakan keperawatan karena dukungan atau kerjasama yang baik

dengan keuarga pasien, dan perawat ruangan.

Pada tahap perencanaan asuhan keperawatan Tn. A dengan

diagnosa Tumor Nasofaring DI RB 3 DI RSUP H. Adam Malik ,penulis

tujuan sesuai dengan masalah yang dihadapi klien dan rencana

merencanakan tindakan keperawatan dengan mengatasi masalh tersebut.

Tanpa perencanaan asuhan keperawatan tersebut tidak jauh beda antara

tinjauan teoritis dan tinjauan kasus oleh karna itu asuhan keperawatan
59

yang diberikan berlandasan teoritas dan disesuikan dengan kasus. untuk

penggunaan terapi nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri

meskipun tetap diberikan terapi farmakologi yaitu kaji skala nyri secara

komperatif, minimal aktivitas klien .

4.4 Tahap implementasi

Pada tahap pelaksanaan asuhan keoerawatan pada Tn .A dengan

diagnosa Tumor Nasofaring diruagan RB 3 rumah sakit umum pusat H.

Adam Malik ,dimulai pada tanggal penulis tidak menemukan hambatan

apapun untuk mengobservasi keadaan dan kondisi pasien ,data intervensi

mengkaji skala nyeri klien.

4.5 Tahap evaluasi

Evaluasi adalah tanpa akhir pada proses keperawatan, pada tahap

evaluasi Tn.A dengan diagnosa Tumor Nasofaring di ruangan RB 3 di

RSUP H. Adam Malik evaluasi dilakukan selama 2 hri berturut –turut yaitu

pasien menyatakn nyeri berkurang pada bagian antara leher dan pipinya

,nyeri hilang timbul dan rasa nyeri seperti di tusuk –tusuk .pasien tampak

tenang saat di evaluasi skala nyeri 6 menjadi skala nyeri 4 . nadi

:80x/menit, suhu: 36, 4 C, Pernapasan :20x/menit,TTD : 130/80mmhg

menjadi 120/80 mmHg.


BAB 5

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Setelah penulis melakukan Asuhan Keperawatan Medical

Bedah pada Tn.a dengan diagnosa medis Tumor Nasofaring di

Ruangan RB 3 RSUP H Adam Malik Medan selama 3 (Tiga)

hari. Dimulai tanggal 17 februari 2023 – 19 februari 2023, maka

penulis mengambil beberapa kesimpulan dan menyampaikan

saran semoga dapat diambil sebagai perbandingan dalam

meningkatkan kesehatan khususnya pada kasus tumor

nasofaring.

Setelah melakukan asuhan keperawtan pada Tn.a selama tiga

hari dan melakukan pengkajian kembali secara teoritis maupun

secara tinjauan kasus didapatkan kesimpulan dari pengkajian

dan analisis kasus muncul tiga diagnosa pada pasien yaitu :

1. Saat melakukan pengkajian keperawatan di temukan

keluhan utama pada pasien yaitu nyeri

2. Diagnosa yang berhubungan pada asuhan keperawatan

ini yaitu nyeri, integritas kulit , dan defisit pengetahuan

3. Hasil yang diperoleh oleh perawat dalam melakukan

perawatan, sudah cukup memuaskan. Dengan kondisi

yang lebih membaik dibandingkan pada hari pertama

pengkajian.

60
61

5.2 Saran

5.2.1 Kepada Pasien

Sebaiknya pasien rutin konsultasi dengan dokter sesuai jadwal, dan

meminum obat yang telah diberikan sesuai waktunya agar menerima

kesembuhan yang maksimal.

5.2.2 Kepada Perawat

Diharapkan kepada perawat dalam melakukan pengkajian pasien

harus lebih teliti dan menyeluruh agar mendapatkan tanda-tanda yang

akurat. Dalam perumusan diagnosa keperawatan sebaiknya sesuai

dengan data dan masalah yang ada pada klien sehingga dapat membantu

dalam menentukan rencana tindakan yang dilakukan. Dalam perencanaan

keperawatan seharusnya perawat bekerja sama dengan klien, keluarga

klien, dokter, dan tim kesehatan lainnya. Dalam melaksanakan asuhan

keperawatan kepada klien hendaknya menggunakan proses keperawatan

secara komprehensif baik biospokososial dan spiritual untuk mencapai

kesembuhan sesuai dengan yang diharapkan.


62

5.2.3 Kepada Keluarga Pasien

Bagi keluarga, diharapkan keluarga mampu mengetahui tanda dan

gejala serta dapat merawat pasien jika terjadi kekambuhan lagi, keluarga

juga diharapkan dapat melanjutkan perawatan di rumah sakit.

5.2.4 Kepada Rumah Sakit

Bagi pihak rumah sakit agar lebih meningkatkan layanan dan

fasilitas agar mempermudah proses keperawatan bagi pasien dan

membantu perawat-perawat yang bertugas untuk melakukan kegiatan

asuhan keperawatan tanpa ada hambatan.


LEMBAR KONSUL KARYA TULIS ILMIAH
PRODI DIII KEPERAWATAN STIKes FLORA
T.A 2022/2023

Nama Mahasiswa : Sonia


NIM : 2014401024
Nama Pembimbing : Youlanda Sari, S.Kep.,Ns.,M.Kep
Judul KTI : Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Pada
Tn.A Dengan Diagnosa Medis Tumor
Nasofaring di Ruangan RB 3 RSUP H
Adam Malik Medan
Tanggal Paraf
No. Kegiatan
Bimbingan Pembimbing

1. 16-02-2023 Konsul judul KTI

2. 22-02-2023 Kosul Bab 3

3. 08-03-2023 Perbaikan bab 3,analisa data

4. 18-03-2023 Konsul bab 3 diagnosa


keperawatan

5. 08-06-2023 Konsul bab 1 dan 2

6. 13-03-2023 Perbaikan bab 1 dan 2

7. 20-06-2023 Perbaikan bab 1

8. 22-06-2023 Perbaiki bab 4

9. 24-06-2023 Perbaiki bab 4,lanjut bab 5

10. 26-06-2023 Acc sidang

Medan, 2023
Mengetahui
Ka. Prodi DIII Keperawatan

Rina Rahmadani Sdb, S.Kep., Ns, M.Kep

63
64

DAFTAR PUSTAKA

AmericanCancerSociety. Nasopharyngeal Cancer.American Cancer


Society.2013.p.1-9https://www.cancer»orq/cancer/nasopharynqeai-
cancer.html
Apriyanti, M. 2012. Meracik Sendiri Obat & Menu Sehat Bagi Penderita
Kanker. Pustaka Baru Press. Yogyakarta.
Hartanto Asmah RH, Adjei AA, Kyei F, Simpong DL. Etiological factors
of nasoparyngeal carcionoma oral ocol 2019
Hendrik.,Prabowo,I.2017.Kanker(carcinoma)Nasofaring.Surakarta:
UNS
Kadriayan Gondhowiarjo S, Soediro R. Global Cancer Statistics 2018:
GLOBOCAN Estimates of Incidence and Mortality Worldwide for 36
Cancers in 185 Countries. A Cancer J Clin. 2018;
Khoa, D dan Gady ar-E. Kanker Kepala dan Leher dalam Lecente,
F.E.,Gadi, H.E., Goldsmith, A.J., Turk, J.B (ed). 2012. Ilmu THT
Esensial. Edisi Ke-5. Dialihbahasakan oleh Hartanto, H et al. EGC
Penerbit Buku Kedokteran. Jakarta.
Perhimpunan Onkologi Indonesia (POI). 2010. Pedoman Tatalaksana
Kanker. Badan Penerbit FKUI. Jakarta.
Roezin A , C H dan iskan. Karsinoma nasofaring. Dalam: Buku ajar
ilmu C\ kesehatan telinga hidung tenggorok kepala & leher. Ed. ke-
7. Jakarta:/,Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia 2019
Rahman S. (2014) Update diagnosis dan tatalaksana karsinoma
nasofaring.Research Gate.; 105-9
Siregar, Fathur Rahman, Muhammad Fauzi Gambaran Karakteristik
Pasien Kanker Nasofaring yang Menjalani Terapi Radiasi di Rsup.
H.Adam Malik Medan Pada Tahun 2017-2018
Sute, Adham M, Gondhowiarjo S, Soediro R Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia.Panduan Pelaksanaan kanker nasofaring
Jakarta komite penanggulangan kanker nasofaring 2019

World Health Organization. Indonesia Source GLOBOGA^ 2018. Int


Agency Research Cancer. 2018;256:1-2.
65

Anda mungkin juga menyukai