Anda di halaman 1dari 52

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn.

A DENGAN GANGGUAN
RASA AMAN DAN NYAMAN: HALUSINASI PENDENGARAN
DI KELURAHAN SARI REJO
MEDAN POLONIA

Karya Tulis Ilmiah (KTI)


Disusun dalam Rangka Menyelesaikan
Program Studi DIII Keperawatan

Oleh
VTRIIN BUTARBUTAR
142500119

PROGRAM STUDI DIII


KEPERAWATAN FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
JULI 2017

Universitas Sumatera Utara


i
Universitas Sumatera Utara
ii
Universitas Sumatera Utara
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur penulis ucapkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat

dan karunia-Nya yang melimpah serta kesehatan dan kesempatan yang diberikan kepada

penulis sehingga dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Asuhan

Keperawatan Pada Tn.A Dengan Ganggguan Rasa Aman dan Nyaman: Halusinasi

Pendengaran di Kelurahan Sari Rejo Medan Polonia”. Disusun sebagai persyaratan

dalam menyelesaikan pendidikan diploma bagi mahasiswa Program Studi Ilmu

Keperawatan, Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara , Medan .

Pada kesempatan ini tidak lupa pula penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Setiawan, S.Kp, MNS, Ph.D, selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas

Sumatera Utara.

2. Ibu Sri Eka Wahyuni, S.Kep, Ns, M.Kep, selaku Wakil Dekan I Fakultas

Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Cholina T. Siregar, S.Kep, Ns, M.Kep, Sp.KMB, selaku Wakil Dekan II Fakultas

Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

4. Ibu Siti Saidah Nasution, S.Kp, M.Kep, Sp.Mat, selaku Wakil Dekan III Fakultas

Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

5. Ibu Mahnum Lailan Nasution, S.Kep, Ns, M.Kep, selaku Ketua Prodi D-III

Keperawatan, Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

6. Ibu Jenny M. Purba, S.Kp, MNS, Ph.D, selaku Dosen Pembimbing yang telah

membimbing penulis dengan sabar, dan memberikan waktunya kepada penulis Karya

Tulis Ilmiah sehingga dapat selesai tepat waktu

7. Ibu Wardiyah Daulay, S.Kep, Ns, M.Kep, selaku Dosen Penguji yang dengan sabar

telah menguji dan membimbing penulis

iii
Universitas Sumatera Utara
8. Seluruh Staf pengajar di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan,

yang telah memberikan ilmu dan nasehat kepada penulis selama di bangku

perkuliahan.

9. Teristemewa kepada orang tua saya tercinta yaitu Papa S. Butarbutar ST dan Mama

H. Silitonga S.Pt yang tidak pernah menyerah dalam memotivasi saya dalam bentuk

nasehat, dorongan dan doa.

10. Seluruh teman-teman seangkatan D3 Fakultas Keperawatan stambuk 2014 yang

selalu memberi, dukungan, semangat, serta doanya dalam proses pembuatan Karya

Tulis Ilmiah ini

Penulis menyadari bahwa dalam Penulisan Tulis Ilmiah ini masih jauh dari kata

sempurna, dan diharapkan ada kritikan yang membangun, penulis berharap kiranya karya

Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Semoga Tuhan Yang Maha Esa

Senantiasa melimpahkan rahmatnya dan karuniaNYA bagi kita semua

Medan, Juli 2017


Hormat Saya

Vtriin Butarbutar

iv
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ..................................................................... i


LEMBAR ORISINALITAS ..................................................................... ii
KATA PENGANTAR .............................................................................. iii
DAFTAR ISI ............................................................................................ v

BAB 1 PENDAHULUAN ......................................................................... 1


1.1. Latar Belakang ..................................................................................... 1
1.2.Tujuan .................................................................................................. 2
1.3.Manfaat ................................................................................................ 3

BAB 2 PENGELOLAHAN KASUS ......................................................... 4


2.1.Konsep Dasar
2.1.1. Defenisi Aman dan Nyaman……………………………………… 4
2.1.2. Faktor faktor yang mempengaruhi Aman dan Nyaman ................ 5
2.2. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan dengan Masalah Halusinasi
Pendengaran
2.2.1. Defenisi Halusinasi Pendengaran .................................................. 9
2.2.2. Jenis Halusinasi ............................................................................ 10
2.2.3. Penyebab Halusinasi ..................................................................... 10
2.2.4. Tanda dan Gejala Halusinasi……………………………………... 12
2.2.5. Fase-Fase Halusinasi .................................................................... 13
2.2.6. Penatalaksanaan ........................................................................... 18
2.2.7. Asuhan Keperawatan
2.2.7.1. Pengkajian ........................................................................... 20
2.2.7.2. Analisa Data ........................................................................ 25
2.2.7.3. Perencanaan ......................................................................... 27
2.2.3 Asuhan Keperawatan Kasus
2.2.3.1. Pengkajian .......................................................................... 28
2.2.3.2. Analisa Data ....................................................................... 35
2.2.3.3 Rumusan Masalah .............................................................. 36
2.2.3.4. Perencanaan Keperawatan .................................................. 36
2.2.3.5. Implementasi dan Evaluasi ................................................. 37
BAB 3 KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................... 42
3.1. Kesimpulan .............................................................................. 42
3.2. .Saran ....................................................................................... 42
DAFTAR PUSTAKA................................................................................ 43
LAMPIRAN .............................................................................................. 44
Lampiran 1: Catatan Perkembangan............................................................ 44
Lampiran 2 : Lembar Konsultasi ................................................................. 46

v
Universitas Sumatera Utara
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Gangguan kejiwaan merupakan masalah klinis dan sosial yang harus diatasi karena

sangat meresahkan masyarakat baik dalam bentuk dampak penyimpangan prilaku

maupun semakin tinginya jumlah penderitahan gangguan jiwa. Gangguan atau masalah

kesehatan jiwa yang berupa proses pikir maupun ganguan sensori persepsi yang sering

adalah halusinasi. Halusinasi merupakan persepsi tanpa adanya rangsangan apapun

panca indera seseorang yag terjadi pada keadaan sadar. Halusinasi satu gejala

skizofrenia. Skizofrenia merupakan kekacauan jiwa yang serius ditandai dengan

kehilangan kontak pada kenyataan (Erlinafsiah, 2010).

World Health Organization(2016) memperkirakan sekitar 35 juta orang terkena

depresi, 60 juta orang terkena bipolar, 21 juta terkena skizofrenia, serta 47,5 juta terkena

dimensia. Di Indonesia, dengan berbagai faktor biologis, psikologis dan sosial dengan

keanekaragaman penduduk, maka jumlah kasus gangguan jiwa terus bertambah yang

berdampak pada penambahan beban negara dan penurunan produktivitas manusia untuk

jangka panjang. Data Riskesdas (2013), memunjukkan prevalensi ganggunan mental

emosional yang ditunjukkan dengan gejala-gejala depresi dan kecemasan untuk usia 15

tahun ke atas mencapai sekitar 14 juta orang atau 6% dari jumlah penduduk Indonesia.

Sedangkan prevalensi gangguan jiwa berat, seperti skizofrenia mencapai sekitar

400.000 orang atau sebanyak 1,7 per 1.000 penduduk.

Prevalensi gangguan jiwa tertinggi di indonesia terdapat di daerah khususPasien

dengan halusinasi jika tidak segera ditangani akan memberikan dampak yang buruk

bagi penderita, orang lain, ataupun lingkungan disekitarnya, karena pasien dengan

halusinasi akan kehilangan kontrol dirinya. Pasien akan mengalami panik dan

1
Universitas Sumatera Utara
perilakunya dikendalikan oleh halusinasinya, pada situasi ini pasien dapat melakukan

bunuh diri (suicide), membunuh orang lain (homicide), bahkan merusak lingkungan.

Untuk meminimalkan dampak yang ditimbulkan dibutuhkan peran perawat yang

optimal dan cermat untuk melakukan pendekatan dan membantu klien memecahkan

masalah yang dihadapinya dengan memberikan penatalaksanaan untuk mengatasi

halusinasi. Penatalaksanaan yang diberikan antara lain meliputi farmakologis dan non-

farmakologis. Penatalaksanaan farmakologis antara lain dengan memberikan obat-

obatan antipsikotik. Adapun penatalaksanaan non-farmakologis dari halusinasi dapat

meliputi pemberian terapi-terapi modalitas (Direja, 2011).

Halusinasi pendengaran adalah kemapuan manusia dalam membedakan

rangsangan internal (pikiran) dan rangsangan eksternal (dunia luar). Klien memberi

persepsi atau pendapat tentang ligkungan tanpa ada objek atau rangsangan yang nyata

sebagai contoh klien mengatakan mendengar suara padahal tidak ada orang berbicara

sehingga pasien sering merasa tidak nyaman dengan halusinasi yang dialaminya

(Dalami, 2010). Kebutuhan dasar manusia menurut Maslow dalam. kebutuhan

menyatakan bahwa setiap manusia memiliki 5 kebutuhan dasar yaitu kebutuhan

fisiologi, keamanan dan cinta, harga diri dan aktualisasi diri (Mubarak, 2007)

1.2 Tujuan Penulisan

Tujuan Umum

Tujuan umum penulisan Karya Tulisan Ilmiah ini agar mahasiswa memperoleh

pengalaman nyata dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien denganTn. A

dengan Gangguan RasaAman dan Nyaman: Halusinasi Pendengaran di Sari Rejo

Medan Polonia.

2
Universitas Sumatera Utara
Tujuan Khusus

a. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian pada pasien dengan Gangguan

rasa aman dan nyaman: Halusinasi pendengaran

b. Mahasiswa mampu menentukan masalah keperawatan pada pasien dengan

Gangguan rasa aman dan nyaman: Halusinasi pendengaran

c. Mahasiswa mampu merencanakan tindakan keperawatan pada pasien

dengan Gangguan rasa aman dan nyaman: Halusinasi pendengaran

d. Mahasiswa mampu meleksanakan tindakan keperawatan pada pasien

dengan Gangguan rasa aman dan nyaman: Halusinasi pendengaran

e. Mahasiswa mampu melakukan evaluasi keperawatan pada pasien dengan

Gangguan rasa aman dan nyaman: Halusinasi pendengaran.

1.3.Manfaat

Terkait dengan tujuan, maka tugas akhir dapat memberikan manfaat:

a. Bagi Praktek Keperawatan

Dapat menjadi referensi bagi praktek keperawatan dalam memberikan untuk

mempersiapkan mahasiswa asuhan keperawatan pada pasienyang

mengalami Gangguan rasa aman dan nyaman: Halusinasi pendengaran.

b. Bagi Klien

Dapat memberikan informasi tentang asuhan keperawatan dengan masalah

Gangguan rasa aman nyaman: Halusinasi pendengaran.

c. Bagi Kegiatan Belajar Mengajar

Dapat menambah pengetahuan tentang asuhan keperawatan dengan

perioritas kebutuhan aman nyaman pada halusinasi pendengaran

3
Universitas Sumatera Utara
BAB 2
PENGOLAHAN KASUS

2.1 Konsep Dasar

2.1.1 Defenisi Aman Nyaman

Keamanan adalah kondisi bebas dari cedera fisik dan psikologi (Potter & Perry,

2006). Perawat harus mengkaji bahaya yang mengacam keamanan klien dan

lingkungan, dan selanjut nya melakukan intervensi yang diperlukan. Dengan melakukan

hal ini,maka perawat adalah orang yang berperan aktif dalam usaha pencegahan

penyakit,pemeliharaan kesehatan,dan peningkatan kesehatan. Ketika kebutuhan

fisiologis seseorang telah terpenuhi secara layak, kebutuhan akan rasa aman mulai

muncul. Keaadaan aman, stabilitas, proteksi dan keteraturan akan menjadi kebutuhan

yang meningkat. Jika tidak terpenuhi ,maka akan timbul rasa cemas dan takut sehingga

dapat menghambat pemenuhan kebutahan lainnya.

Menurut Potter dan Perry (2006), kenyamanan atau rasa aman adalah suatu

keadaan terpenuhinya kebutuhan dasar manusia yaitu kebutuhan akan keteraman (suatu

kepuasaan yang menngkatkan penanmpilan sehari-hari),kelegaan (kebutuhan telah

terpenuhi), dan transenden keadaan tentang sesuatu melebihi masalah).

Kenyaman di pandang secara holistik, yaitu :

1. Fisik berhubungan dengan sensasi tubuh.

2. Sosial berhubungan dengan hubungan interpersonal keluarga dan sosial

3. Psikospritual berhungan dengan kewaspadaan internal dalam diri sendiri yang

meliputi harga diri,seksualitas, dan makna kehidupan

4. Lingkungan berhungan dengan latar belakang pengalaman eksternal manusia

seperti cahaya,buyi, temperatur, warna, dan unsur alamiah lainya.

4
Universitas Sumatera Utara
Meningkatkan kebutuhan rasa nyaman diartikan perawat telah memberikan

kekuatan harapan, hiburan, dukungan, dorongan, dan bantuan. Secara umum dalam

aplikasinya.

2.1.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Aman dan Nyaman

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi aman dan nyaman,antara lain:

(Yusuf, 2015)

1. Emosi kecemasan, depresi,dan marah yang tidak terkendali akan mudah terjadi dan

mempengaruhi keamanan dan kenyaman.

Kecemasan adalah emosi perasaan yang timbul sebagai respon awal terhadap stress

psikis dan ancaman terhadap nilai-nilai yang berarti bagi individu (Imam Zainuri,

2016)

Gejala-gejala kecemasan menurut Zainuri (2016), yaitu :

Respon Fisiologi Respon Perilaku Respon Kognitif Respon Afektif


1. Kardivaskuler Gelisah Perhatian Mudah
Palpitasi Ketegangan fisik terganggu terganggu
Jantung berdebar Tremor Konsentrasi Tidak sabar
Rasa mau Gugup hilang Tegang
pingsan Bicara cepat Pelupa Takut
Tekanan darah Tidak dapat Salah penilaian berleihan
menurun, nadi koordinasi Blocking Teror
menurun Kecendrungan Menurunnya Gugup yang
2. Respirasi mendapat cidera lahan persepsi luar biasa
Nafas cepat Menarik diri Kreaktifitas Nervous
Pernafasan Menghindar menurun
dangakal Hiperventilasi Produktifitas
Rasa tertekan Melarikandiri dari menurun
pada dada dan masalah Bingung
tercekik Sangat waspada
Terengah-engah Hilang
3. Neuromuskuler objektifitas
Peningkatan Takut
refleks kecelakaan dan
Mata berkedip- mati
kedip
Insomnia
Gelisah
Wajah tegang
Kelemahan

5
Universitas Sumatera Utara
secara umum
4. Gastroinstestinal
Kehilangan nafsu
makan
Menolak
makanan
Rasa tidak
nyaman pada
abdomen
Rasa tidak
nyaman pada
episgastrium
Nausea, diare
5. Saluran kemih
Tidak dapat
menahan BAB
Tidak dapat
menahan BAK
Nyeri saat BAK
6. Integumen
Rasa terbakar
pada wajah
Berkeringat
setempat (telapak
tangan)
Gatal-gatal
Perasaan panas
dan dingin pada
kulit
Muka pucat
berkeringat
seluruh tubuh

Karakteristik tingkat kecemasan menurut Zainuri 2016 yaitu

Cemas Ringan Cemas Sedang Cemas Berat Panik


1. Tingkah laku 1. Tingkah laku 1. Tingkah laku 1. Tingkah laku
Duduk Tremor halus Pergerakan Tidak
dengan Pada tangan menyentak mampu
tenang, Tidak dapat saat mengendali
posisi duduk dengan gunakan kan
relaks tenang tangan motorik
Isi Banyak Banyak Kasar
pembicaraa bicaradan bicara Aktifikas
n tetap intonasi cepat Kecepatan yang
2. Afektif Tekanan bicara dilakukan
Kurang suara meningkat tidak
perhatian meningkat cepat bertujuan
Nyaman secara Tekanan Pembicaraa

6
Universitas Sumatera Utara
dan aman intermitten meningkat, n sulit
3. Kognitif 2. Afektif volume dimengerti
Mampu Perhatian suara keras Suara
konsentrasi terhadap apa 2. Afektif meninggi
4. Fisiologis yang terjadi Tidak dan
Nafas Khawatir, adekuat, berteriak
pendek nervous tidak aman 2. Afektif
Nadi 3. Kognitif Merasa Merasa
meningkat Lapangan tidak kaget,
Gejala persepsi berguna terjebak,
ringan pada menyempit Takut ditakuti,
lambung Kurang terhadap dan teroro
mampu apa yang 3. Kognitif
memusatkan akan terjadi Persepsi
perhatian Emosi menyempit
pada faktos masih dapat Berfikir
yang penting dikontrol tidak
Kurang sadar 3. Kognitif teratur
pada detail Lapangan Sulit
disekitar yang persepsi membuat
berkaitan. sangat keputusan
4. Fisiologis sempit dan
Nafas pendek Tidak penilaian
HR mampu 4. Fisiologis
meningkat membuat Nafas
Mulut kering kaitan pendek
Anoreksia Tidak Terasa
Diare, mampu tercekik
kontipasi membuat atau
Tidak mampu masalh tersumbat
relaks secara luas Nyeri dada
Susah tidur 4. Fisiologis Gerak
Nafas involunter
pendek Tubuh
Nausea bergerak
Gelisah Ekspresi
Respon wajah
terkejut mengerikan
berlebihan
Ekspresi
takut
Badan
bergetar

7
Universitas Sumatera Utara
1. Status mobilisasi keterbatasan aktivitas, paralisis,kelemahan otot,dan kesadaran

menurut memudahkan terjadinya resiko injury menyebabkan klien selalu merasa

tidak aman dalam beraktivitas dan tidak nyaman dengan keterbatasan fisik yang

dialaminya

2. Gangguan persepsi sensori mempengaruhi adaptasi terhadap rangsangan yang

berbahaya seperti gangguan penciuman, pendengaran dan penglihatan yang lebih

sering tidak nyata menimbulkan rasa tidak nyaman saat gangguan datang.

3. Keadaan imunitas gangguan ini akan menimbulkan daya tahan tubuh kurang

sehingga mudah terserang penyakit

4. Tingkat kesadaran pada pasien koma, respon akan menurun terhadap rangsanganya

paralisis, disorientasi dan kurang tidur

5. Informasi atau komunikasi gangguan kominikasi seperti aphasia atau tidak dapat

membaca dapat menimbulkan kecelakaan

6. Gangguan tingkat pengetahuan kesadaraan akan terjadi gangguan keselamatan dan

keamanan dapat diprediksi sebelumnya

7. Pengguanaan antibiotik yang tidak rasioanal, antibiotik dapat menimbulkan

resistensi dan anafilaktik syok.

8. Status nutrisi keadaan nutrisi yang kurang menimbulkan kelemahan dan mudah

menimbulkan penyakit, demikian sebaliknya kelebihan nutrisi berisiko terhadap

penyakit tertentu

9. Usia perbedaan usia membedakan akibat yang terjadi dari apa yang dilakukan

10. Jenis kelamin secara umum pria dan wanita tidak berbeda secara bermakna dalam

berspon terhadap tingkat kenyamanannya

11. Kebudayaan keyakianan dan nilai-nilai kebudayan mempengaruhi cara individu

meningkatkan dan mengatasi kenyamanan dala hidupnya

8
Universitas Sumatera Utara
2.2 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan dengan masalah Halusinasi Pendengaran

2.2.1 Defenisi Halusinasi Pendengaran

Halusinasi adalah persepsi klien terhadap lingkungan tanpa stimulus yang nyata,

artinya klien mengetripestasikan sesuatu yang tidak nyata tanpa stimulus/rangsangan

dari luar. Halusinasi adalah hilangnya kemampuan manusia dalam membedakan

rangsangan internal (pikiran) dan rangsanga eksternal (dunia luar). Klien memberi

persepsi atau pendapat tentang lingkungan tanpa ada objek atau rangsangan yang nyata.

Sebagai contoh klien mengatakan mendengar suara padahal tidak ada orang bebicara

(Dalami, 2010).

Halusinasi dapat didefinisikan sebagai suatu persepsi yang salah tanpa dijumpai

adanya rangsangan dari luar. Menurut Direja (2011), halusinasi merupakan hilangnya

kemampuan manusia dalam membedakan rangsangan internal (pikiran) dan rangsangan

eksternal (dunia luar). Sedangkan halusinasi menurut Keliat dan Akemat, adalah suatu

gejala gangguan jiwa pada individu yang ditandai dengan perubahan sensori persepsi;

merasakan sensasi palsu berupa penglihatan, pengecapan, perabaan penghiduan, atau

pendengaran.

Halusinasi pendengaran adalah bentuk yang paling sering terjadi pada gangguan

persepsi dengan klien gangguan jiwa (skizofernia) bentuk halusinasi ini berupa suara-

suara ribut dan dengung, tapi paling sering berupa kata-kata yang tersusun dalam

kalimat yang mempengaruhi tingkah laku klien, sehingga klien menghasilkan respon

tertentu:berbicara-bicara sendiri atau respon lain yang membahayakan membuat klien

bertengkar dan mencederai orang lain dan diri sendiri (Erlinafsiah, 2010).

9
Universitas Sumatera Utara
2.2.2. JenisHalusinasi

Tabel berikut ini memuat jenis halusinasi, dan objektif dan subjektif yang bisa

di dapatkan bardasarkan pengkajian yaitu:

Tabel: Jenis Halusinasi

Jenis Halusinasi Data subjektif Data Objektif


Halusinasi Pendengaran Bicara atau Tertawa Mendengar suara-suara atau
sendiri,marah-marah tanpa kegadungan, mendengar
sebab, menyedangkan suara-suara yang mengajak
telinga ke arah tertentu, bercakap cakap,mendengar
menutup telinga suara menyuruh melakukan
sesuatu yang berbahaya
Halusinasi Penglihatan Menunjuk-nunjuk ke arah Melihat bayangan,
tertentu, ketakutan pada sinar,bentuk geometris,
sesuatu yang tidak jelas bentuk kartoon, melihat
hantu atau monster
Halusinasi Menghidung seperti sedang Membaui bau-bauan seperti
penghidungan membau-baui, bau-bauan bau darah, urin, feses,
tertentu, menutup hidung kadang- kadang bau itu
menyenangkan
Halusinasi pengecapan Sering meludah, muntah Merasakan rasa seperti
darah, urin dan feses
Halusinasi perabaaan Mengaruk-ngaruk Mengatakan ada serangga di
permukaan kulit permukaaan kulit, merasa
seperti tersengat listrik

2.2.3. Penyebab Halusinasi

1. Faktor predisposisi

Menurut Yosep (2009), faktor predisposisi yang menyebabkan halusinasi adalah:

a. Faktor Perkembangan

Tugas perkembangan klien terganggu misalnya rendahnya kontrol dan

kehangatan keluarga menyebabkan klien tidak mampu mandiri sejak kecil,

mudah frustasi, hilang percaya diri dan lebih rentan terhadap stress

b. Faktor Sosiokultural

Seseorang yang merasa tidak diterima lingkungan sejak bayi akan merasa

disingkirkan, kesepian, dan tidak percaya pada lingkunganya.

10
Universitas Sumatera Utara
c. Faktor Biokimia

Mempuyai pengaruh terhadap terjadinya gangguan jiwa. Adanya steres yang

berlebihan dialami seseorang maka di dalam tubuh akan dihasilkan suatu zat

yang dapat bersifat halusinogenik neurokimia. Akibat stress berkepanjangan

menyebabkan teraktivitasnya neutrotransmitter otak.

Abnormalitas perkembangan sistem saraf yang berhubungan dengan respon

neurobiologis yang maladaptif baru mulai dipahami. Ini ditunjikan oleh

penelitian yang berikut:

1) Penelitian pencitraan otak sudah menunjukan keterlibatan otak yang lebih

luas dalam perembangan skizofrenia.lesi pada daerah frontal. Temporal

dan limbik berhubungan dengan prilaku psikotik.

2) Beerapa zat kimia di otak seperti dopamin neutroransmitter yang

belebihan dan masalah pada sistem reseptor dopamin dikaitakan dengan

terjadinya skizoprenia

3) Pemasaraan vertikal pada dan penurunan masa kortotikal menunjukkan

terjadi atropi yang signifikan pada otak manusia pada anotomi otak klien

dengan skizofrenia kronis, ditemukan pelebaran lateral atropi koeteks

bagian depan dan atropi atak kecil(cerebellum)temukan kelain anatomi

otak tersebut didukung oleh otopsi (post-mortem)

d. Faktor Psikologis

Tipe kepribadian lemah dan tidak bertanggung jawab mudah terjerumus pada

penyalahgunaan zat adiktif. hal ini berpengaruh pada ketidakmampuan klien

dalam mengambil keputusan yang tepat demi masa depannya. Klien lebih

memilih kesenangan sesaat dan lari dari alam nyata menuju alam hayal.

11
Universitas Sumatera Utara
e. Faktor Genetik dan Pola Asuh

Penelitian menunjukan bahwa anak sehat yang diasuh oleh orang tua

skizofrenia cenderung mengalami skizofrenia. Hasil studi menjunjukan bahwa

fakor keluarga menunjukkan hubungan yang sangat berpengaruh pada penyakit

ini.

2. Faktor Presipitasi

Menurut Stuart (2007), faktor presipitasi terjadinya gangguan halusinasi adalah :

a. Biologis

Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak yang mengatur proses

informasi serta abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam otak yang

mengakibatakan ketidakmampuan untu secara selektif menanggapi stimulus

yang diterima oleh otak untuk diinterprestasikan

b. Stress lingkungan

Ambang tolenrasi terhadap stress yang berinteraksi terhadap stressor

lingkungan untuk menentukan terjadi gangguan perilku.

c. Sumber Koping

Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam menanggapi stressor.

2.2.4. Tanda Dan Gejala Halusinasi

Menurut Hamid (dalam Jallo 2008), dan menurut Keliat (dalam Syahbana2009), prilaku

pasein yang berkaitan dengan halusinasi adalah sebagai berikut:

1. Bicara,senyum,dan ketawa sendiri

2. Menggerakkan bibir tanpa suara,pergerakan mata yang cepat,dan respon verbal

yang lambat

3. Menarik diri dari orang lain dan berusaha untuk menghindari diri dari orang lain

4. Tidak dapat membedakan antara keadaan nyaya dan keadaan yang tidak nyata

12
Universitas Sumatera Utara
5. Terjadi peningkatan denyut jantu

6. Perhatian dengan lingkungan yang kurang atau hanya beberapa detik dan

berkonsentrasi dengan pengalaman sensorinya

7. Curiga, bermusuhan, merusak (diri sendiri, orang lain dan lingkungannya), dan

takut

8. Sulit berhubungan dengan orang lain

9. Ekspresi muka tegang, mudah tersinggung, jengkel dan marah

10. Tidak mampu mengikuti perintah dari perawat

11. Tampak tremor dan berkeringat, prilaku panik, agitasi dan katatong, pernapasan

dan tekanan darah

2.2.5. Fase-Fase Halusinasi

Fase / Tahap Karakteristik Prilaku klien


Fase 1 : Comforting Mengalami ansietas Tertawa/tersenyum tidak
Menyenangkan kesepian rasa bersalah sesuai
atau memberikan dan ketakutan . Mengerakan bibir tanpa
rasa aman Mencoba berfokus pada suara
Tingkat ansietas pikiran yang dapat Pergerakan mata yang
sedang secara menghilangkan ansietas cepat
umum halusinasi Pikiran dan pengalaman Respon verbal yang
merupakan suatu sensori masalah ada lambat
kesenaangan dalam kontrol kesadaran Diam dan dipenuhi
Non psikotik sesuatu yang mengasyikan
Fase II : Condeming Pengalaman sensorik Ansietas terjadi
halusinasi menjadi menakutkan peningkatan denyut
menjijikan Merasa dilecehkan oleh jantung, RR dan TD
Menyalahkan alam sensorik tersebut . Perhatian dengan
Tingkat Mulai merasa lingkungan kurang
kecemasan berat kehilangan kontrol Penyimpitan kemampuan
secara umum MD dari orang lain Non konsentrasi
halusinasi psikotik Kehilangan kemampuan
meyebabkan rasa konsentarasi
antipati Kehilangan kemampuan
membedakan halusinasi
dengan realita
Fase III : Controling Klien meyerahkan dan Perintah halusinasi ditaati
Tingkat menerima pengalaman Sulit berhubungan dengan
kecemasan berat sendiri (halusinasi) orang lain
Mengkontrol/ Isi halusinasi menjadi Perhatian terhadap
mengendalikan atraktif lingkungan kurang / hanya

13
Universitas Sumatera Utara
Pengalaman Kesepian bila beberapa detilk
sensorik pengalaman sensorik Gejala fisik ansietas berat
(halusinasi) tidak berakhir psikotik : berkeringatan, tremor,
dapat di tolak lagi ketidakmampuan
mengikuti petunjuk
Fase IV : Conquering Pengalaman sensorik Prilaku panik
Klien panik menakutkan jika klien Resti mencederai: bunuh
Menakutkan tidak mengikuti perintah diri / membunuh orang
Klien sudah halusinasi lain.
dikusai oleh Bisa berlangsung dalam Refleksi isi halusinasi
halusinasi beberapa jam atau hari amuk, agitasi menarik diri
apabila tidak ada atau katatonik
interaksi terapeutik
Psikotik berat Tidak mampu berespon
terhadap pejuntuk yang
kompleks
Tidak mampu berespon
terhadap lebih dari satu
orang

Rentang Respon Halusinasi

Respon Adptif Respon Psikososial Respon Maladaptif

1. Pikiran logis 1. Kadang-kadang 1. Waham

2. Persepsi akurat proses pikir/terganggu 2. Halusinasi

3. Emosi kosisten dengan 2. Ilusi 3. Kerusakan proses

Pengalaman 3. Emosi berlebihan emosi

4. Prilaku cocok 4. Prilaku yang tidak biasa 4. Prilaku tidak

5. Hubungan sosial 5. Menarik diri terorganisasi

Harmonis 5. Isolasi sosial

Keterangan gambar :

1. Respon Adaptif adalah respon yang dapat norma-norma sosial budaya yang

berlaku. Dengan kata lain individu tersebut dalam batas normal jikamenghadapi

suatu masalah akan dapat memecahkan tersebut.

14
Universitas Sumatera Utara
a. Pikiran logis adalah pandangan yang mengarah pada kenyataan

b. Persepsi akurat adalah pandangan yang tepat pada kenyataan

c. Emosi konsisten dengan pengalaman yaitu perasaan yang timbul dari

pengalaman ahli

d. Prilaku sosial adalah sikap dan tingkah yang masih dalam batas kewajaran

2. Respon psikososial meliputi :

a. Proses pikir terganggu adalah proses pikir yang menimbulkan gangguan

b. Ilusi adalah miss interpretasi atau penilaian yang salah tentang penerapan yang

benar-benar terjadi (objek nyata) karena rangsangan panca indera

c. Emosi berlebihan atau berkurang

d. Perilaku tidak biasa adalah sikap dan tingkah laku yang melebihi batas

kewajaran

e. Menarik diri adalah percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang lain

3. Respon maladaptif

Respon maladaptif respon individu dalam menyelesaikan masalah yang

menyimpang dari norma-norma sosial budaya dan lingkungan. Adapun maladaptif

meliputi:

a. Kelainan pikiran adalah keyakinan yang secara kokoh dipertahankan walaupun

tidak diyakini oleh orang lain dan bertentang dengan kenyataan sosial

b. Halusinasi merupakan defenisi persepsi sensori yang salah atau persepsi

eksternal yang tidak realita atau tidak ada

c. Kerusakan proses adalah perubahan sesuatu yang timbul dari hati

d. Perilaku tidak terorganisasi merupakan suatu yang tidak teratur

15
Universitas Sumatera Utara
e. Isolasi sosial adalah kondisi kesendirian yng dialami oleh individu dan diterima

sebagai ketentuan oleh orang lain dan sebagai suatu kecelakaan yang negatif

mengacam

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya halusinasi, yaitu:

1. Faktor predisposisi

Faktor predisposisi adalah faktor resiko yang mempengaruhi jenis dan jumlah

sumber dan dapat dibangkitkan oleh individu untuk mengatasi stres. Diperoleh dari

klien maupun keluarganya. Faktor predisposisi dapat mengikuti faktor

perkembangan,sosiokultural biokimia,psikologis dan genetik. Menurut Yosep

(2010), faktor predisposisi yang menyebabkan halusinasi adalah:

a. Faktor Perkembangan

Tugas perkembangan pasein terganggu misalnya rendahnya kontrol dan

kehangatan keluarga menyebabkan pasein tidak mampu mandiri sejak

kecil,mudah prustasi,hilang percaya diri dan lebih rentan terhadap stress.

b. Faktor sosiokoltural

Seseorang yang merasa tidak diterima lingkungannya sejak bayi akan merasa

disingkirkan,kesepian dsn tidsk percaya pada lingkungannya.

c. Faktor biokimia

Mempunyai pengaruh terhadap terjadinya gangguan jiwa. Adanya stress yang

berlebihan dialami seseorang maka didalam tubuh akan dihasilkan suatu zat

yang dapat bersifat halusinogenik neurokimia.Akibat stress berkepanjangan

menyebabkan teraktivasinya neurotransmitter otak.

d. Faktor psikologis

Tipe kepribadian lemah dan tidak bertanggung jawab mudah terjerumus pada

penyalahgunaan zat adektif.Hal ini berpengaruh pada ketidakmampuan pasein

16
Universitas Sumatera Utara
dalam mengambil keputusan yang tepat demi masa depannya.Pasein lebih

memilih kesenangan sesaat dan lari dari alam nyata menuju alam hayal.

e. Faktor Genetik

Penelitian menunjukkan bawah anak sehat yang diasuh oleh orang tua

skizofrenia cenderung mengalami skizofrenia.Hasil studi menunjukkan bawah

faktor keluarga menunjukkan hubungan yang sangat berpengaruh pada

penyakit ini.

2. Faktor Presipitasi

Faktor Presipitasi adalah stimulus yang dipersepsikan oleh individu sebagai

tantangan,ancaman,atau tuntutan yang memerlukan energi ekstra untuk

menghadapinya.Adanya rangsangan dari lingkungan,seperti partisipasi klien dalam

kelompok,terlalu lama tidak diajak berkomunikasi,objek yang ada

dilingkungan,dan juga suasana sepi atau terisolasi sering menjadi pencitus

terjadinya halusinasi.Hal tersebut dapat meningkatkan stress dan kecemasan yang

meranggsang tubuh mengelurkan zat halusinogenik.

Menurut Stuart dan Sundeen (dalam Jallo2008),faktor presipitasi terjadinya

gangguan halusinasi adalah:

a. Biologis

Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak,yang mengatur proses

informasi serta abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam otak yang

mengakibatkan ketidak mampuan untuk secara selektif menanggapi stimulus

yang diterima oleh otak untuk diinterprestasikan.

b. Stress Lingkungan

Ambang toleransi terhadap stress yang berinteraksi terhadap sestresor

lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan prilaku.

17
Universitas Sumatera Utara
c. Sumber Koping

Sumber Koping mempengaruhi respon individu dalam menamggapi stress

2.2.6. Penatalaksanaan

Menurut Townsend (2003), ada 2(dua) jenis penatalaksanaan yaitu sebagai

berikut:

1. Terapi Farmakologi

a. Haloperidol (HLP)

1) Klasifikasi antipsikotik, neuroleptik, butirofenon

2) Indikasi

Penatalaksanaan psikosis kronik dan akut, pengendalian hiperaktivitas dan

masalah prilaku berat pada anak-anak.

3) Mekanisme kerja

Mekanisme kerja anti psikotik yang tepat belum dipahami sepenuhnya,

tampak menekan SSP pada tingkat subkortikal formasi reticular otak,

mesenfalon dan batang otak.

4) Kontra indikasi

Hipersensitifitas terhadap obat ini pasien depresi SSP dan sumsum tulang,

kerusakan otak subkortikal, penyakit Parkinson dan anak dibawah usia 3

tahun.

5) Efek samping

Sedasi, sakit kepala, kejang, insomnia, pusing, mulut kering dan anoreksia.

b. Chlorpromazin

1) Klasifikasi sebagai antipsikotik, antiemetik.

2) Indikasi

18
Universitas Sumatera Utara
Penanganan gangguan psikotik seperti skizofrenia, fase mania pada

gangguan bipolar, gangguan skizoaktif, ansietas dan agitasi, anak

hiperaktif yang menunjukkan aktivitas motorik berlebihan.

3) Mekanisme Kerja

Mekanisme kerja antipsiotik yang tepat belum dipahami sepenuhnya,

namun mungkin berhubungan dengan efek antidopaminergik. Antipsikotik

dapat menyekat reseptor dopamine postsinaps pada ganglia basal,

hipotalamus, system limbik, batang otak dan medula.

4) Kontra Indikasi

Hipersensitivitas terhadap obat ini, pasien koma atau depresi sum-sum

tulang, penyakit Parkinson, insufiensi hati, ginjal dan jantung, anak usia

dibawah 6 bulan dan wanita selama kehamilan dan laktasi.

5) Efek Samping

Sedasi, sakit kepala, kejang, insomnia, pusing, hipotensi, ortostatik,

hipertensi, mulut kering, mual dan muntah.

c. Trihexypenidil (THP)

1) Klasifikasi antiparkinson

2) Indikasi

Segala penyakit Parkinson, gejala ekstra pyramidal berkaitan dengan obat

antiparkinson

3) Mekanisme kerja

Mengoreksi ketidakseimbangan defisiensi dopamine dan kelebihan

asetilkolin dalam korpus striatum, asetilkolin disekat oleh sinaps untuk

mengurangi efek kolinergik berlebihan.

4) Kontra indikasi

19
Universitas Sumatera Utara
Hipersensitifitas terhadap obat ini, glaucoma sudut tertutup, hipertropi

prostat pada anak dibawah usia 3 tahun.

5) Efek samping

Mengantuk, pusing, disorientasi, hipotensi, mulut kering, mual dan

muntah.

2. Terapi non Farmakologi

a. Terapi Aktivitas Kelompok (TAK)

Terapi aktivitas kelompok yang sesuai dengan Gangguan Sensori Persepsi:

Halusinasi adalah TAK Stimulasi Persepsi.

b. Elektro Convulsif Therapy(ECT)

Merupakan pengobatan secara fisik menggunakan arus listrik dengan kekuatan

75-100 volt, cara kerja belum diketahui secara jelas namun dapat dikatakan

bahwa terapi ini dapat memperpendek lamanya serangan Skizofrenia dan dapat

mempermudah kontak dengan orang lain.

c. Pengekangan atau pengikatan

Pengembangan fisik menggunakan pengekangannya mekanik seperti manset

untuk pergelangan tangan dan pergelangan kaki sprei pengekangan dimana

klien dapat dimobilisasi dengan membalutnya,cara ini dilakukan pada klien

halusinasi yang mulai menunjukan perilaku kekerasan diantaranya : marah-

marah/mengamuk.

2.2.7. Asuhan Keperawatan

2.2.7.1 Pengkajian

Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa pada individu yang ditandai

dengan perubahan sensori persepsi : merasakan sensasi palsu berupa suara, penglihatan,

20
Universitas Sumatera Utara
pengecapan, perabaan, atau penghidungan. Pasien merasakan stimulus yang tidak

sebenarnya tidak ada (Keliat, 2010)

1. Faktor presipitasi

a. Sosial budaya

Teori ini mengatakan bahwa stress lingkungan dapat meyebabkan terjadi

respon neurobiologis yang maladaptif, misalnya lingkungan yang penuh

dengan kritik (bermusuhan) : kehilangan kemandirian dalam kehidupan :

kehilangan harga diri : kerusakan dalam hubungan interpersonal dan gangguan

dalam gangguan interpersonal, kesepian, tekanan dalam pekerjaan dan

kemiskinan. Teori ini mengatakan bahwa stress yang menumpuk dapat

menunjang terhadap terjadi gangguan psikotik tetapi tidak diyakini sebagai

penyebab utama gangguan.

b. Biokimia

Dopamine, norepineprin, zat halusinagen dapat menimbulkan persepsi yang

dingin oleh klien sehingga klien cenderung membenarkan apa yang dikhayal

2. Predisposisi

a. Faktor Biologi

Adanya hambatan dalam perkembangan otak khusus konteks lobus provital,

temporal dan limbik yang disebabkan gangguan perkembangan dan fungsi

susunan saraf pusat. Sehingga menyebabkan hambatan dalam belajar,

berbicara, daya ingat dan mun kin prilaku menarik diri dapat menyebabkan

orang tidak mau bersosialisasi sehingga kemampuan dalam menilai dan

berespon dengan realita dapat hilang dan sulit memberikan rangsang internal

dan eksternal.

b. Faktor psikologis

21
Universitas Sumatera Utara
Halusinasi dapat terjadi pada orang yang mempunyai keluarga overprotektif,

sangat cemas hubungan dalam keluarga yang dingin dan tidak harmonis,

perhatian dengan orang lain yang sangat berlebih ataupun yang sangat kurang

sehingga menyebabkan koping individu dalam menghadapi stress tidak adaptif

c. Faktor sosial Budaya

Kemiskinan dapat sebagai faktor terjadi halusinasi bila individu mempunyai

koping yang tidak efektif maka ia akan suka berkhayal menjadi orang hanya

dan lama kelamaan

3. Perilaku

Pengkajian pada klien dengan halusinasi perlu ditekanan pada fungsi kognitif

(proses pikir), fungsi, persepsi, fungsi emosi, fungsi metorik dan fungsi sosial.

a. Fungsi kognitif

Pada fungsi kognitif terjadi perubahan daya ingat, klien mengalami kesukaran

dalam menilai dan menggunakan memorinya atau klien mengalami daya ingat

jangka panjang/pendek klin menjadi pelupa dan tidak berminat.

1) Cara berpikir magis dan primitif : klien menaggap bahasa diri dapat

melakukan sesuatu yang mustahil bagi orang lain, misalnyadapat berubah

menjadi spiderman. Cara berpikir klien seperti anak pada tingkat

perkembangan anak pra sekolah

2) Perhatian : klien tidak mampu mempertahankan perhatianya atau mudah

teralih, serta konsentrasi buruk, akibatbya mengalami kesulitan dan

berkonsentrasi terhadap tugas

3) Isi pikir : klien tidak mampu memproses stimulus interna dan eksterna

dengan baik sehingga terjadi curiga, siar pikir, sisip pikir, somatic.

22
Universitas Sumatera Utara
4) Bentuk dan perorganisasi bicara : klien tidak mampu mengorganisasian

peikiran dan menyususn pembicaraan yang logis derta kohern. Gejala yang

sering ditimbulkan adalah kehilangan asosiasi, kongensial,

inkoheren/neologisme, sirkumfansial, tidak masuk akal. Hal ini dapat

diidentifikasi dari pembicaraan klien yang tidak relevan, tidak logis bicara

yang berbelit.

b. Fungsi Emosi

Emosi digambarkan dengan istilah mood adalah situasi emosi sedangkan efek

adalah mengacu kepada ekspresi yang dapat diamati dalam ekspresi wajah

.Gerakan tangan, tubuh dan nada suara ketika individu menceritakan

perasaannya pada proses neurologis yang maladaptive terjadi gangguan emosi

yang dapat dikaji melelui perubahan efek :

1) Afek Tumpul : kurangnya respon emosional terhadap pikiran, orang lain

atau pengalaman klien tampak apatis.

2) Afek Datar : tidak tampak ekspresi aktif, suara menahan dan wajah datar,

tidak ada keterlibatan perasaan.

3) Afek tidak sesuai : afek tidak sesuai dengan isis pembicaraan

4) Reaksi Berlebihan : reaksi emosi yang berlebihan terhadap suatu kejadiaan

5) Ambivalen : timbulnya dua perasaan yang bertentangan pada saat yang

bersamaan.

c. Fungsi Motorik

Respon Neurologis Maladaptive menimbulkan prilaku yang aneh,

membinggungkan dan kadang nampak ridak kenal dengan orang lain.

perubahan tersebut adalah:

1) Impulsif : cenderung melakukan gerakan yang tiba-tiba dan spontan

2) Manerisme : dilihat melalui gerakan dan ucapan seperti grimasentik

23
Universitas Sumatera Utara
3) Streobipik : gerakan yang di ulang tidak bertujuan dan tidak dipengaruhi

oleh stimulus yang jelas

4) Katatonia : kekacauan psikomotor pada skizofrenia tipe katatonik (eq :

catatonic excitement, stupor, catalepsy, flexibilitascerea), imobilitas karena

faktor psikologis, kadangkala ditandai oleh periode agitasi atau gembira,

klien tampak tidak bergerak seolah-olah dalam keadaan setengah sadar

d. Fungsi sosial

Perilaku yang terkait dengan hubungan sosial sebagai akibat orang lain respon

neurobiologis yang maladaptive adalah sebagai berikut:

1) Kesepiaan

Perasaan terisolasi dan terasing, perasaan kosong dan merasa putus asa

sehngga klien dengan orang lain.

2) Isolasi sosial

Terjadi ketika klien menarik diri secara fisik dan emosional dan

lingkungan.Isolasi diri klien tergantung pada tingkat kesedihan dan

kecemasan yqang berkaitan dalam berhubungan dengan orang lain.

Pengalaman hugungan tidak menyenagkan klien mengganggap hubungan

saat ini berbahaya. Klien merasa teracam setiapditemani orang lain karena

dia mengganggap orang tersebut akan mengontrolnya, mengacamnya,

menuntunya oleh karena itu klien tetap mengisolosi diri dari pada

pengalaman yang menyedihkan terulang kemnbali.

3) Harga diri rendah

e. Mekanisme Koping

Mekanisme koping merupakan setiap upaya yang diarahkan pada pengendalian

stress, termasuk upaya penyelesaian masalah secara langsung dan mekanisme

24
Universitas Sumatera Utara
pertahanan lain yang digunakan untuk melindungi diri. Mekanisme koping

sebagai berikut :

a. Regresi : menjadi malas beraktivitas sehari-hari.

b. Proyeksi : menjelaskan perubahan suatu persepsi dengan berusaha untuk

mengalihka tanggung jawab kepada orang lain

c. Menarik diri : sulit mempercyai orang lain dan asyik dengan stimulus

internal

2.2.7.2.Analisa Data

Data dasar adalah kumpulan data yang berisikan mengenai status kesehata klien,

kemapuan klien unuk menegelola kesehatan terhadap dirinya sendiri, dan hasil

konsultasi dari medis atau profesi kesehatan lainya. Data fokus adalah data tentang

perubahan-perubahan atau respon klien terhadap kesehatan dan masalah kesehatanya

serta hal-hal yang mencakup tindakan yang dilaksanakan terhadap klien (Potter & Perry

2005).

Pengumpulan data adalah pengumpulan informasi tentang klien yang dilakukan

secara sistematis untuk menetukan masalah-masalah, serta kebutuhan keperawatan dan

kesehatan lainnya. Pengumpulan informasi merupakan tahap awal dalam proses

keperawatan. Dari informasi yang terkumpul didapatkan data dasar tentang masalah-

masalah yang dihadapi klien.

Selanjutnya data dasar itu digunakan untuk menentukan diagnosis keperawatan,

merencanakan asuhan keperawatan, serta tindakan keperwatan untuk mengatasi

masalah-masalah klien. pengumpulan data dimulai sejak pengkajian ulang untuk

menambah/melengkapi data (Prasetyo, 2010).

Tujuan pengumpulan data studi kasus dalam Penulisan Tulisan Ilmiah ini antra

lain sebagai berikut :

1. Memperoleh informasi tentang kesehatan klien

25
Universitas Sumatera Utara
2. Untuk menentukan masalah keperawatan dan kesehatan klien

3. Untuk menilai keadaan kesehatan klien

4. Untuk membuat keputusan yang tepat dalam menentukan langkah-langkah

berikutnya.

Data yang perlu dikaji ada dua tipe sebagai berikut :

1. Data Subjektif

Data yang didapatkan dari pasien sebagai suatu pendapat terhadap situasi dan

kejadian. Informasi tersebut tidak bisa ditentukan oleh perawat, mencakup persepsi,

perasaan, ide pasien tentang status kesehatannya.

Misalnya : tentang nyeri, perasaan lemah ketakuta, kecemasan, frustasi, mual,

peasaan malu (Potter &Perry, 2005)

2. Data Objektif

Data yang dapat diobservasi dan diukur, dapat diperoleh menggunakan pabca

indera (lihat, dengar, cium dan raba) selama pemeriksaa fisik. Misalnya : Frekuensi

nadi, pernafasan, tekanan darah, berat badan tingkat kesadaraan (Potter

&Perry,2005).

Sedangkan data yang diperoleh pada pengkajian yang dilakukan Tn.A sebagai

berikut :

a. Data subjektif : klien sering mendengar sesuatu “Kamu jangan berteman

dengan dia, dia tidak baik”, klien juga mengatakan dia mendengar “ Kamu

tidak pantas berteman dengan mereka, tidak ada kelebihan yang kamu miliki

dibanding mereka”

b. Data objektif : bicara atau tertawa sendiri, bersikap seperti mendengarkan

sesuatu, klien kurang bergairah, geliseh, lesu sering menyendiri dikamar dan

sering melamun dikamar pandangan mata tidak terarah.

26
Universitas Sumatera Utara
2.2.7.3.Perencanaan

Langkah selanjutnya dari proses keperawatan adalah perencanan dimana

perawat akan menyusun rencana yang akan dilakukan pada klien untuk mengatasi

masalahnya, perencanaan di susun berdasarkan diagnosa keperawatan (Yosep, 2009).

1. Tindakan keperawatan untuk klien halusinasi pendengaran yaitu :

a. Tujuan tindakan untuk klien adalah sebagai berikut:

1) Klien mengenali halusinasi yang di alaminya

2) Klien dapat mengontrol halusinasinya

3) Klien mengikuti program pengobatan secara optimal

b. Tindakan keperawatan

1) Membantu klien mengenali halusinasi

Untuk membantu pasien mengenali halusinasi, kita dapat melakukan cara

berdiskusi dengan pasien tentang isi halusinasi (apa yang di dengar dan

dilihat), waktu terjadi halusinasi, frekuensi terjadinya halusinasi, situasi

yang menyebabkan halusinasi muncul dan perasaan pasien saat halusinasi

muncul.

2) Melatih pasien mengontrol halusiinasi untuk membantu pasien agar

mampu mengontor halusinasi kita dapat melatih pasien dengan cara yang

sudah terbukti dapat mengendalikan halusinasi.

a) Menghardik halusinasi, bercakap-cakap dengan orang lain

b) Melakukan aktifitas terjadwal dan menggunakan obat secara teratur.

27
Universitas Sumatera Utara
PROGRAM DIII KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN USU

FORMAT PENGKAJIAN PASIEN

I. BIODATA

IDENTITAS PASIEN

Nama : Tn.A

Jenis Kelamin : Laki-laki

Umur : 40 tahun

Status Perkawinan : Belum Menikah

Agama : Islam

Pendidikan : SMP

Pekerjaaan : Tidak Ada

Alamat : Sari Rejo Medan Polonia

Tanggal Pengkajian : 15 Juni 2017

Diagnosa Medis : Halusinasi Pendengaran

II. KELUHAN UTAMA

Tn. A mengatakan dia sering berbicara sendiri, klien juga sering mendengarkan

suara suara yang memintanya untuk tidak berteman dengan semua orang, klien

juga merasakan susah tidur, gelisah dan sering marah tanpa sebab. Klien juga

mengatakan tidak suka bergabung dengan tetangganya dan lebih menyukai

menyendiri dikamar daripada bergabung dengan mereka.

28
Universitas Sumatera Utara
III. RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG

A. Propocative / Palliative

1. Apa penyebabnya : Sejak dua bulan yang lalu klien mendengarkan

suara suara yang memintanya untuk tidak berteman dengan semua

orang, klien sering berbicara sendiri di kamar,dan tertawa sendiri.

2. Hal-hal yang memperbaiki keadaan : ketika orang tua (ibu) klien

menegurnya klien langsung sadar, tetapi hanya beberapa menit saja,

setelah itu klien langsung kembali seperti berbicara sendiri dan

tertawa sendiri.

B. Quantity / Quality

1. Bagaimana dirasakan

Klien mengatakan bahwa diamerasakan halusinasi pada saat klien

akan tidur siang dan malam hari.

2. Bagaimana dilihat

Klien tampak lebih tenang dan klien tidak gelisah, klien lebih sering

melamun di kamarnya sendiri

C. Severity

Klien mengatakan dia merasa tidak nyaman dengan kondisi nya sekarang.

D. Time

Klien mengatakan suara itu muncul pada saat klien sendiri dikamar dan

melamun pada ketika tidur siang dan malam hari

IV. RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU

A. Penyakit yang pernah dialami

Keluarga klien mengatakan klien tidak pernah mengalami gangguan jiwa.

29
Universitas Sumatera Utara
B. Pengobatan / tindakan yang dilakukan

Kelurga klien pernah melakukan pengobatan ke klien namun proses

pengobatan pasien kurang berhasil karena pasien tidak rutin

mengkonsumsi obat.

C. Pernah dirawat / dioperasi

Keluarga mengatakan Tn.A tidak pernah dirawat.

D. Lama dirawat

Tidak ada.

E. Alergi

Klien tidak mengalami riwayat alergi

V. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA

A. Orang Tua

Orang tua klien tidak memiliki riwayat gangguan jiwa seperti klien

B. Saudara kandung

Tidak memiliki riwayat gangguan jiwa

C. Penyakit keturunan yang ada

Tidak ada memeliki riwayat gangguan jiwa

D. Anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa

Tidak ada memilki riwayat gangguan jiwa

E. Anggota keluarga yang meninggal

Ayah klien meninggal dunia saat klien berumur 3 tahun.

F. Penyebab Meninggal

Ayah klien meninggal karna ayahnya memiliki riwayat DM

G. Genogram

Klien anak 3 dari 3 bersaudara

30
Universitas Sumatera Utara
Keterangan:

= meninggal

= perempuan

= klien

= laki laki

VI. RIWAYAT KEADAAN PSIKOSOSIAL

A. Persepsi klien tentang penyakitnya :

Klien mengetahui bawa dirinya menggalami gangguan jiwa dan klien

merasa tidak mau berinteraksi dengan tetangganya karena keadaan

penyakit yang diderita dan ingin cepat sembuh.

B. Konsep Diri

Gambaran diri :

Klien menyukai anggota tubuh nya

Ideal diri :

31
Universitas Sumatera Utara
Klien ingin cepat sembuh dan melakukan aktivitas seperti biasa

(membantu orang tuanya) dan dapat berkerja

Harga diri :

Klien mengatakan dirinya tidak berarti

Peran diri :

Klien sebagai anak dalam keluarganya

Identitas :

Klien berpendidikan SMP, dan belum menikah

C. Keadaan Emosi

Pasiendapat menggontrol emosinya (stabil)

D. Hubungan Sosial

Orang yang berarti:

Bagi klien orang yang berarti adalah orang tuanya (ibu)

Hubungan dengan keluarga :

Klien mengatakan hubungan dengan kelurganya baik, keluarga

perhattian dengan keadaan pasien sekarang.

Hubungan dengan orang lain :

Klien mengatakan tidak dapat berhubungan dengan orang lain

disekitarnya karena sakit..

Hambatan dalam hubungan dengan orang lain :

Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain karena pasien

mengalami gangguan jiwa dan dijauhi oleh orang sekitarnya

32
Universitas Sumatera Utara
VII.STATUS MENTAL

Setelah dilakukan pengkajian status mental pada pasien dengan Gangguan

rasa aman dan nyaman: Halusinasi pendengaran, maka didapatkan pasien

dengan tingkat kesadaran terorientasi, penampilan rapi, pembicaraan sedikit

keras, alam perasaan lesu, afek klien datar, interaksi selama wawancara baik,

klien dengan persepsi pendengaran, proses piker baik, tidak terdapat waham

tertentu pada klien, dan memori klien dengan gagguan ingat jangka panjang.

VIII. PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan klien sadar, dengan tanda-tanda vital.

Tekanan darah : 110 / 80 mmHg , Nadi : 82x/i , Pernapasan : 18x/i dan suhu

tubuh 36.5̊ C. Bentuk kepala bulat, simetris, kulit kepala bersih, penyebaran

rambut merata dan keadaan rambut bersih serta harum, wajah klien oval.

klien memiliki dua mata dengan simetris, dua telingga dengan simetris dan

tidak ada kelainan pendengaran, posisi hidung simetris dan terdapat dua

lubang hidung, keadaan bibir simetris dan lembab klien juga dapat

membedakan rasa asam, manis, pahit,dan asin,keadaan leher simetris tidak

kelainan pada leher klien, kulit klien bersih tidak kelainan kulit.

IX. POLA KEBIASAAN SEHARI-HARI

1. Pola makan dan minum

• Frekuensi makan /hari : 3 kali sehari

• Nafsu / selera makan : klien tidak nafsu makan

• Nyeri ulu hati : tidak ada nyeri ulu hati

• Alergi : klien tidak memilki alergi

• Mual dan muntah :tidak ada mual dan muntah

33
Universitas Sumatera Utara
• Tampak makan memisahkan diri : klien tidak ada memisahkan diri

saat makan, klien makan dengan keluarga nya

• Waktu pemberian makan : pagi,siangdan malam

• Jumlah dan jenis makan : 1 porsi, jeni nasi + lauk pauk dan sayur dan

klien apa yang dimasak keluarganya dimakan

• Waktu pemberian cairan : tidak ditentukan

• Masalah makan dan minum : klien tidak mengalami kesulitan makan

dan menelan

2. Perawatan diri / personal hygiene

• Kebersihan tubuh : bersih

• Kebersihan gigi dan mulut : bersih

• Kebersihan kuku dan kaki : bersih dan panjang

3. Pola kegiatan / aktivitas

• Kegiatan aktivitas klien : mandi, makan,eliminasi,ganti pakaian

dilakukan mandiri

• Kegiatan ibadah klien : klien terkadang sholat,dan sering orang tua

klien membaca kan Alquran pada klien

X. POLA ELIMINASI

1. BAB

• Pola BAB : 2x/ sehari

• Karakter feses : lembek

• Riwayat pendarahan : klien tidak memiliki riwayat pendrahan

• BAB Terakhir : malam hari

• Diare : klien tidak mengalami diare

34
Universitas Sumatera Utara
• Penggunaan laksatif : klien tidak menggunakan laksatif

2. BAK

• Pola BAK : 5-6 x/sehari

• Kateter urine : klien tidak menggunakan kateter urine

• Nyeri / kesulitan BAK : tidak ada rasa nyeri atau kesulitan BAK

XI. MEKANISME KOPING

Saat ada masalah klien sering bercerita pada ibunya.

2. Analisa Data

No Data Masalah Keperawatan


1 DS : Halusinasi pendengaran
• Klien sering mendengar suara suara yang
memintanya untuk tidak berteman dengan
semua orang, klien sering berbicara sendiri
di kamar,dan tertawa sendiri klien
bercakap-cakap dan tertawa sendiri
DO :
• bicara dan tertawa sendiri
• klien tampak tidak semangat
• klien gelisah
• klien kurang konsentrasi

2 DS : Harga Diri Rendah


• Klien mengatakanmerasa malu dengan
penyakitnya dan merasa dirinya tidak
berguna
• Klien mengatakan lebih suka di kamar
menyendiri dari pada gabung dengan
tetangganya

DO :
• Klien diam menyendiri di kamarnya
• Kontak mata klien tidak terarah

35
Universitas Sumatera Utara
3.RUMUSAN MASALAH
a. Rumusan Masalah Keperawatan
1. Halusinasi pendengaran

2. Harga Diri Rendah

b. Diagnosa Keperawatan (PRIORITAS)

Halusinasi Pendengaran

4. PERENCANAAN KEPERAWATAN DAN RASIONAL

Hari /
No. Dx Perencanaan Keperawatan
tanggal
Selasa, Halusinasi Tujuan dan Kriteria Hasil
15 Juni pendengaran Halusinasi :
2017 Tujuan : klien dapat mengontrol atau mengendalikan
halusinasi yang dialami
Kriteria Hasil :
• Pasien Kooperatif
• Pasien koopertif bercerita dengan perawat tentang
halusinasinya
Menunjukan rasa percaya dirinya kepada orang tua nya dan
perawat yang datang ke rumah klien
Rencana Tindakan Rasional
1. Strategi Pertemuan 1 Tingkah laku klien
Mengindentifikasi jenis terkait halusinasinya
halusinasi menunjukan isi, waktu
Mengidentifikasi isi frekuensi serta situasi
halusinasi dan kondisi yang
Mengidentifikasi waktu menimbulkan halusinasi
halusinasi
Mengidentifikasi
frekuensi halusinasi
Mengidentifikasi situasi
yang menimbulkan isi
halusinasi
Mengidentifikasi respon
pasien terhadap halusinasi
Mengajarkanpasien
menghardik halusinasinya
Dalam jadwal kegiatan harian
pasien
Rabu, 2. Starategi Pertemuan 2 • Memantau kemajuan
16 Juni • Mengevaluasi jadwal serta efektivitas
2017 kegiatan harian pasien pilihan yang dipilih
• Memberikan pendidikan dan dilatih bersama
kesehatan tentang penting dengan klien.

36
Universitas Sumatera Utara
nya penggunaan obat pada • Memudahkan klien
pasien dalam menyukseskan
• Menganjurkan pasien program pengobatan
memasukan dalam jadwal yang optimal bagi
kegiatan harian pasien klien
• Menganjurkan
keluarga untuk
berobat ke
puskesmas terdekat
• Membantu klien
dalam membangun
hubungan sosial.
Kamis, 3. Strategi pertemuan 3 • Membantu klien
17 Juni • Mengevaluasi jadwal dalam melakukan
2017 kegiatan harian pasien kegiatan harian
• Melatih pasien • Memantau kmajuan
mengendelikan dengan efektivitas klien.
bercakap-cakap pada • Membantu klien
dengan orang lain dalam membangun
• Melatih pasien hubungan sosial.
mengendalikan halusinasi
dengan melakukan
kegiatan yang telah
diajarkan perawat
• Menganjurkan pasien
memasukan dalam jadwal
kegiatan harian pasien
Jumat, 4. Strategi pertemuan 4 • Membantu klien
18 Juni • Mengevaluasi jadwal dalam melakukan
2017 kegiatan harian pasien kegiatan harian
• Melatih pasien • Memantau kmajuan
mengendalikan halusinasi efektivitas klien
dengan melakukan
kegiatan yang telah
diajarkan perawat
Menganjurkan pasien
dalam jadwal kegiatan
harian pasien

5 . Implementasi Dan Evaluasi

Hari /
Diagnosa Implementasi Evaluasi
Tanggal
Selasa, Halusinasi Strategi Pertemuan 1 S: Klien mengatakan
15Juni pendengaran 1. Membina hubungan saling merasa senang dan lega
2017 percaya pada pasien bisa menceritakan
2. Mengidentifikasi jenis halusinasinya.
halusinasi(kalau boleh tahu Klien mengatakan

37
Universitas Sumatera Utara
suara siapa yang bapak dirinya mendengar
dengar ?) suara-suara kamu
3. Mengidentifikasi isi jangan berteman dengan
halusinasi(apa isi suara yang dia, dia tidak baik.
bapak dengar ?) O : Klien tampak
4. Mengidentifikasi waktu gelisah, tidak semangat/
halusinasi (waktu pada saat bergairah
apa suara itu muncul pak?) Klien kurang
5. Mengidentifikasi frekuensi konsentrasi
halusinasi (berapa kali sehari A : Halusinasi (+)
bapak alami bisikan suara P: Intervensi dilanjutkan
itu?) (SP2)
6. Mengidentifikasi situasi
yang menimbulkan isi
halusinasi (bagaiman suara-
suara itu bisa muncul pak?)
7. Mengidentifikasi respon
pasienterhadap
halusinasi(apa yang bapak
rasakan pada saat mendengar
suara itu ? apa yang bisa
abag lakukan?)
8. Mengajarkan pasien
caramenghardik
halusinasinya(cara
menghardik halusinasi : saat
suara-suara itu muncul,
abang lngsung tutup telingga
dengan kedua tangan dan
abag bila pergi sana jauh,
saya tidak mau dengar,
suara-suara itu palsu, itu
tidak mau, begitu lakukan ya
abang sampai suara-suaraitu
hilang atau tidak muncul
9. Menganjurkan pasien
memasukkan cara
menghardik halusinasi dalam
jadwal kegiatan harian
pasien

Rabu, 16 Strategi Pertemuan 2 S :Pasien mengatakan


Juni 1. Mengevaluasijadwal halusinasi nya masih
2017 kegiatan harian pasien. jarang muncul, ketika
(apakah bapak sudah dipakai halusinasi nya muncul
cara yang telah kita latih klien langsung
menghardik halusinasinya ? menghardik
Bagus, sesuai janji semalam halusinasinya
kita hari ini akan m O : Klien tampak

38
Universitas Sumatera Utara
embahas penting nya tenang, gelisah
penggunaan obat halusinasi berkurang konsentrasi
2. Memberikan pendidikan sedikit lebih baik.
kesehatan tentang Klien dapat
penggunaan obat secara mempraktekan kembali
teratur atau mengulannggi cara
(Nah pak obat halusinasi itu mengontrol halusinasi
ada 3 macam yaitu (ZPC yang 1 dan 2 dengan
warna orange, THP warna benar
putih, HP merah jambu) A : Halusinasi (+)
Ketiga macam obat ini dapat P : intervensi
abang gunakan untuk dilanjutkan (SP 3)
mengendalikan halusinasi
yang abang rasakan
Jika uang orang tua
bapaktidak ada bapakbisa
kok berobat ke puskesmas ya
bang)
c. Menganjurkan pasien
memasukan dalam jadwal
kegiatan harian pasien.
Bagaimana perasaan bapak
setelah latihan hari ini ? jadi
sudah dua cara yang bapak
pelajari untuk mencegah
suara-suara tu ? Baik, coba
lah kedua cara ini jika suara-
suara itu muncul kembali.
Bagaimana kalau kita
masukkan kejadwal kegiatan
harian bapak?
Kamis, Strategi Pertemuan 3 S : klien sudah mampun
17 Juni 1. Mengevaluasi jadwal menyebut kan 2 cara
2017 kegiatan harian pasien mengontrol halusinasi
(apakah sudah dipakai dua O: klien tampak tenang ,
cara yang telah kita latih ? dan bersemangat
bagaimana hasil nya? Bagus A: Halusinasi(+)
sesuai janji hari ini kita akan P: intervensi dilanjutkan
membahas cara mengontrol (SP4)
halusinasi dengan
mengendalikan halusinasi
dengan bercakap-cakap
dengan orang lain.
Cara ketiga untuk mencegah
halusinasi dengan cara
bercakap-cakap dengan
orang lain, jadi kalau bapak
mendengar suara-suara,
langsung ajak diajak orang
tua nya ngobrol misalnya :

39
Universitas Sumatera Utara
tolong, saya mulai
mendengar suara-suara, ayok
ngobrol dengan saya
2. Menganjurkan pasien
memasukan dalam jadwal
kegiatan harian pasien.
(Bagaimana perasaan abang
? Coba bapak sebutkan 3
cara untuk mencegah
halusinasi yang telah kita
latih, wah bagus ya bang.
nah mari kita masukan
dalam ke jadwal kegiatan
harian bapak. Besok kita
akan membahas cara
mengontrol halusinasi
dengan melakukan kegiatan
rumah seperti menyapu
rumah ya pak )
Jumat, Strategi Pertemuan 4 S : klien mengatakan
18 Juni 1 Mengevaluasi jadwal bawa dirinya sudah
2017 kegiatan harian pasien dapat mengontrol
(apakah suara-suaranya halusinasinya
masih sering muncul ? O : klien tampak tenang
apakah sudah dipakai 3 cara A : Halusinasi (-)
yang telah kita latih ? P: Intervensi dihentikan
bagaimana hasilnya ? coba
saya lihat jadwal kegiatan
harian bapak. Bagus ya pak.
sesuai janji kita, hari ini akan
mendiskusikan tentang
mengendalikan halusinasi
dengan melakukan kegiatan
rumah seperti menyapu
abang)
2 Melatih pasien
mengendalikan halusinasi
dengan melakukan kegiatan
yang dirumah.
(Apa saja yang bisa bapak
lakukan di rumah ? wah
bagus ya pak banyak yang
bisa bapak lakukan di rumah
ini
Nah sekarang kita akan
melakukan menyapu rumah
ya pak ?
Caranya : Ambil sapu,
pegang gangangnya,
menyapu dengan searah ya

40
Universitas Sumatera Utara
bang. kegiatan ini dapat
bapak lakukan jika suara-
suara itu muncul)
3 Menganjurkan pasien
memasukan dalam jadwal
kegiatan harian pasien.
4 (Bagaimana perasaan bapak
? Coba abang sebutkan 3
cara untuk mencegah
halusinasi yang telah kita
latih, wah bagus ya pak. nah
mari kita masukan dalam ke
jadwal kegiatan harian
abang. Besok kita akan
membahas cara
mengendalikan haluisnasi
dengan melakukan kegiatan
sehari-hari bapak seperti
menyapu ya pak)

41
Universitas Sumatera Utara
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Hasil pengakajian yang dilakukan kepada Tn. A mendengar mendengar suara

suara kamu jangan berteman dengan dia, dia tidak baik, tertawa sendiri dan bercakap-

cakap sendiri. Suara-suara itu muncul saat Tn. A melamun di siang hari, Tn.A nampak

tidak bersemangat dan kurang kosentrasi, tampak lesu. Klien juga mengatakan dia tidak

suka bergaul dengan tetangganya dan ia ingin sendiri saja.Dari data diatas Tn. A

mengalami halusinasi pendengaran dan gangguan rasa nyaman.

3.2 Saran

a. Bagi Praktek Keperawatan

Dapat menjadi referensi bagi praktek keperawatan dalam memberikan untuk

mempersiapkan mahasiswa asuhan keperawatan pada pasien yang mengalami

Gangguan rasa aman dan nyaman: Halusinasi pendengaran.

b. Bagi Klien

Dapat memberikan informasi tentang asuhan keperawatan dengan masalah Gangguan

rasa aman nyaman: Halusinasi pendengaran.

c. Bagi Kegiatan Belajar Mengajar

Dapat menambah pengetahuan tentang asuhan keperawatan dengan perioritas

kebutuhan aman nyaman pada halusinasi pendengaran.

42
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR PUSTAKA

Akemat, dkk. (2010). Model pratik keperawatan profesional jiwa. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC.

Dalami, E. (2010). Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Jiwa. Jakarta : Trans
Info Media.

Dermawan&Rusdi. (2013). Keperawatan Jiwa Konsep Dan Kerangka Kerja IAsuhan


Keperawatan Jiwa . Yogyakarta : Gosyen Publishing .

Direja, A.H.S. (201). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta : Nuha
Medika.

Erlinafsiah. (2010). Modal Praktek Keperawatan Jiwa. Jakarta: Trans Info Media

Keliat& Akemat. (2010). Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: ECG

Potter & Perry. (2005) . Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep , Proses , dan
Pratik, edisi ke-4, alih bahasa Renata Komalasari,dkk, Penerbit Buku
Kedokteran, Jakarta: EGC.

Stuart, G.W. (2007). Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi V. Jakarta: ECG.

Yosep, I. (2010). Keperawatan Jiwa. Bandung: Refia Aditama.

Yusuf. (2012). Prinsip Dasar Aplikasi penulisan Laporan Pendahuluan Dan Strategi
Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP) Jakarta : Salemba Medika.

Zainuddin, I. (2014) . Konsep &Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta : Nuha


Medika.

43
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 1

CATATAN PERKEMBANGAN

No Hari /
Pukul Tindakan keperawatan
Dx Tanggal
1 Selasa 15 juni 10 : 00 s/d 1. Strategi Pertemuan 1
2017 12 :30 • Membina hubungan saling percaya
• Mengidentifikasi jenis halusinasi
• Mengidentifikasi isi halusinasi
• Mengidentifikasi waktu halusinasi
• Mengidentifikasi frekuensi halusinasi
• Mengidentifikasi situasi yang
menimbulkan isi halusinasi
• Mengidentifikasi respon pasien
terhadap halusinasi
• Mengajarkan pasien menghardik
halusinasi
• Menganjurkan pasien memasukan cara
menghardik halusinasi dalam jadwal
kegiatan harian

S : klien mengatakan merasa senang


dan lega bisa menceritakan tentang
halusinasinya. Klien mengatakan
dirinya mendengar suara kamu jangan
berteman dengan dia,dia tidak baik.
O : klien tampak tidak bergairah,
gelisah dan kurang konsenterasi
A : Halusinasi (+)
P : intervensi dilanjutkan : SP2
2 Rabu 16 juni 10.00-12.00 2. Strategi Pertemuan 2
2017 • Mengevaluasi jadwal kegiatan harian
pasien
• Menganjurkan pasien minum obat
secara teratur
• Menganjurkan pasien untuk
memasukan dalam jadwal kegiatan
harian pasien

S : pasien mengatakan halusinasinya


sudah jarang muncul ketika muncul
pasien menghardik halusinasinya
O : klien tampak tenang,gelisah
berkurang konsenterasi sedikit lebih
baik klien dapat memperatekkan
kembali cara mengotrol halusinasi dan
dengan benar dan menganjurkan

44
Universitas Sumatera Utara
minum obat secara teratur
A : Halusinasi (+)
P : intevensi dilanjutkan SP3
3 Kamis 17 juni 11.00 - 3. Strategi Pertemuan 3
2017 12.00 • Mengevaluasi jadwal kegiatan harian
pasien
• Mengendalikan halusinasi dengan
bercakap-cakap pada orang lain
• Menganjurkan klien memasukan
jadwal kegiatan harian pasien

S : klien sudah mampu menyebutkan 4


cara mengontrol halusinasi
O : klien tampak tenang
A : Halusinasi (+)
P : intervensi dilanjutkan SP4
4 Jumat 18 juni 13.00 – 4 Strategi Pertemuan 4
2017 14.00 • Mengevaluasi jadwal kegiatan harian
pasien
• Melatih pasien mengendalikan
hlusinasi dengan melakukakan kegiatan
yang biasa dilakukan dirumah, seperti
menyapu rumah
• Menganjurkan klien memasukan
jadwal kegiatan harian pasien

S : klien mengatakan sudah dapat


mengontrol halusinasi
O : klien tampak tenang
A : masalah teratasi
P : intervensi dihentikan

45
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 2

LEMBAR KONSULTASI

NAMA MAHASISWA : VTRIIN BUTARBUTAR

NIM : 1425000119

JUDUL : Asuhan Keperawatan pada Tn. A dengan Gangguan Rasa


Aman dan Nyaman: Halusinasi pendengaran di Sari
Rejo Medan Polonia

No Tanggal Manteri konsul Saran Paraf

18 Mei Menjumpai dosen

2017 pembibing untuk

bimbingan KTI

2 28 Mei Konsultasi pemelihan

2017 judul KTI

3 3 Juni Konsultasi Judul KTI

2017

4 8 Juni Konsultasi BAB 1 Revisi BAB 1

2017

5 22 Juni Konsultasi BAB 1, Revisi BAB 1 , BAB 2,

2017 BAB 2, BAB 3 BAB, 3

6 24 Juli Konsultasi BAB 1, Revisi BAB 1 , dan

2017 BAB 2, BAB 3 pengkajian data 1.

7. 25 Juli Konsultasi BAB 1, Revisi BAB 3

2017 BAB2, BAB 3

46
Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai