Anda di halaman 1dari 52

Asuhan Keperawatan pada Tn.

J dengan Prioritas
Masalah Kebutuhan Dasar Gangguan Aktualisasi Diri
di RSU Jiwa Prof. Dr. Moh. Ildrem Provsu Medan

Karya Tulis Ilmiah (KTI)

Disusun dalam Rangka Menyelesaikan


Program Studi DIII Keperawatan

Oleh
Zisela Agustina Panjaitan
122500006

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
JULI 2015
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
berkat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah dengan
judul “Asuhan Keperawatan pada Tn. J dengan Prioritas Masalah Kebutuhan
Dasar Gangguan Aktualisasi Diri di RSU Jiwa Prof. Dr. Moh. Ildrem Provsu
Medan”, yang merupakan salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan DIII
Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini masih
banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan karena keterbatasan pengetahuan
kemampuan serta pengalaman penulis. Karena itu penulis sangat mengharapkan
adanya kritik serta saran dari semua pihak yang bersifat membangun guna
dijadikan pedoman bagi penulis dikemudian hari.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih yang sebesar-
besarnya kepada :
1. dr. Dedi Ardinata, M.Kes. selaku Dekan Fakultas Keperawatan
Universitas Sumatera Utara.
2. Erniyati, SKp., MNS. selaku Wakil Dekan I Fakultas Keperawatan
Universitas Sumatera Utara.
3. Nur Afi Darti, SKp., M.Kep selaku Ketua Program Studi DIII
Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
4. Mula Tarigan, SKp., M.Kes selaku Sekretaris Program Studi DIII
Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
5. Mahnum Lailan Nst, S.Kep., Ns., M.Kep selaku dosen pembimbing yang
telah meluangkan waktu untuk membimbing saya menyelesaikan Karya
Tulis Ilmiah ini.
6. Eryunita Lubis S.Kep., Ns selaku dosen penguji yang memberikan saran
dan kritik.
7. Seluruh Dosen Fakultas Keperawatan khususnya jurusan DIII
Keperawatan Universitas Sumatera Utara yang telah banyak mendidik

ii
penulis selama proses perkuliahan dan Staff non akademik yang telah
banyak membantu penulis di bidang administrasi.
8. Teristimewa ayah T. Panjaitan dan ibu A. Mangunsong yang telah
membesarkan, mendidik, serta yang memberikan dukungan baik moril
maupun materi sehingga mampu menyelesaikan perkuliahan saya, dan
adik-adik saya Ferdinan dan Gideon Panjaitan yang selalu memberi
motivasi dan juga dukungan kepada saya.
9. Sahabat- sahabat tercinta saya, Megawati, Ana, dan Bastia yang selalu
memberi motivasi.
10. Seluruh teman seperjuanganku di Fakultas Keperawatan khususnya untuk
menyusun Karya Tulis Ilmiah Depi, Devita, Loly, dan Enda.
11. Serta kak Tantri sebagai kakak kelompok di KMK yang selalu memberi
motivasi kepada saya.
Akhir kata, penulis mengharapkan Karya Tulis Ilmiah ini dapat
bermanfaat bagi penulis dan bagi semua pihak yang memerlukan.

Medan, Juli 2015


Penulis

Zisela Agustina Panjaitan

iii
DAFTAR ISI
Lembar pengesahan ....................................................................................... i
Kata pengantar ............................................................................................... ii
Daftar isi.......................................................................................................... iv
Bab I pendahuluan ........................................................................................ 1
A. Latar belakang.................................................................. 1
B. Tujuan ............................................................................... 4
C. Manfaat ............................................................................. 5
Bab II Pengelolaan Kasus.............................................................................. 6
A. Konsep dasar aktualisasi diri.... ............................................... 6
1. Pengkajian.............................................................................. 15
2. Analisa data ........................................................................... 16
3. Rumusan masalah ................................................................. 16
4. Perencanaan ........................................................................... 17
B. Asuhan keperawatan kasus..... ................................................. 20
1. Pengkajian .............................................................................. 20
2. Analisa data ........................................................................... 29
3. Rumusan masalah ................................................................. 32
4. Perencanaan ........................................................................... 32
5. Implementasi.......................................................................... 37
6. Evaluasi .................................................................................. 40
Bab III Kesimpulan dan Saran ................................................................... 41
A. Kesimpulan ................................................................................ 41
B. Saran ........................................................................................... 42

Daftar pustaka
Lampiran

iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Secara global, diperkirakan sebanyak 24 juta orang telah menderita
skizofrenia (WHO, 2009). Di Indonesia, menurut Riskesdas (2007), sebanyak 1
juta orang atau sekitar 0,46% dari total penduduk Indonesia menderita skizofrenia,
sedangkan yang mengalami gangguan mental emosional (cemas dan depresi)
sebesar 11,6% atau sekitar 19 juta penduduk.
Seseorang dikatakan sehat jika ia dalam keadaan yang sempurna baik
fisik, mental maupun sosial, dengan demikian seseorang dikatakan sehat jiwa
apabila mampu mengendalikan diri dalam menghadapi stressor di lingkungan
sekitar dengan selalu berfikir positif dalam keselarasan tanpa adanya tekanan fisik
dan psikologis, baik secara internal maupun eksternal yang mengarah pada
kestabilan emosional. Gangguan jiwa merupakan manifestasi dari bentuk
penyimpangan perilaku akibat adanya distorsi emosi sehingga ditemukan
ketidakwajaran dalam bertingkah laku. Hal ini terjadi karena menurunnya semua
fungsi kejiwaan (Nasir & Muhith, 2011).
WHO (2009), prevalensi masalah kesehatan jiwa saat ini cukup tinggi,
sekitar 10% orang dewasa mengalami gangguan jiwa saat ini dan 25% penduduk
dunia diperkirakan akan mengalami gangguan jiwa pada usia tertentu hidupnya.
Usia ini biasanya terjadi pada dewasa muda antara 18-20 tahun 1% diantaranya
adalah gangguan jiwa berat, potensi seseorang mudah terserang gangguan jiwa
cukup tinggi. Setiap saat 450 juta orang diseluruh dunia terkena dampak
permasalahan jiwa, saraf maupun perilaku. Salah satu bentuk gangguan jiwa yang
paling banyak terjadi di seluruh dunia adalah gangguan jiwa skizofrenia.
Prevalensi skizofrenia di dunia 0,1 per mil dengan tanpa memandang perbedaan
status sosial atau budaya (Hanafebriyanti, 2009).
Menurut National Institute of Mental Health gangguan jiwa mencapai
13% dari penyakit secara keseluruhan dan diperkirakan akan berkembang menjadi
25% di tahun 2030. Kejadian tersebut akan memberikan andil meningkatnya
prevalensi gangguan jiwa dari tahun ke tahun di berbagai Negara. Berdasarkan
hasil sensus penduduk Amerika Serikat (2004), diperkirakan 26,2% penduduk

1
yang berusia 18-30 tahun atau lebih mengalami gangguan jiwa, jika prevalensi
gangguan jiwa diatas 100 jiwa per 1000 penduduk dunia, maka berarti di
Indonesia mencapai 264 per 1000 penduduk (Hanafebriyanti, 2009).
Hasil Riset Dasar Kesehatan Nasional (2007), menyebutkan bahwa
sebanyak 0,46 per mil masyarakat Indonesia mengalami gangguan jiwa berat.
Mereka adalah yang diketahui mengidap skizofrenia dan mengalami gangguan
psikotik berat (Depkes RI, 2007).
Prevalensi gangguan jiwa tertinggi di Indonesia terdapat di Provinsi
Daerah Khusus Jakarta (24,3%), di ikuti Nangroe Aceh Darussalam (18,5%),
Sumatra Barat (17,7%), NTB (10,9%), Sumatera Selatan (9,2%), dan Jawa
Tengah (6,8%) (Depkes RI, 2008).
Kebijakan Pemerintah dalam menangani pasien gangguan jiwa tercantum
dalam Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 tentang kesehatan jiwa, disebutkan
dalam pasal 149 ayat (2) mengatakan bahwa Pemerintah dan masyarakat wajib
melakukan pengobatan dan perawatan di fasilitas pelayanan kesehatan bagi
penderita gangguan jiwa yang terlantar, menggelandang, mengancam keselamatan
dirinya dan mengganggu ketertiban atau keamanan umum, termasuk pembiayaan
pengobatan dan perawatan penderita gangguan jiwa untuk masyarakat miskin.
Berdasarkan data yang diperoleh dari medical record Rumah Sakit Jiwa
Daerah Provinsi Sumatera Utara awal (2015), klien skizofrenia yang dirawat inap
adalah 380 orang. Berdasarkan hasil survey awal penelitian di ruangan Sipiso-piso
Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara Medan, dari 20 klien yang
dirawat inap di ruangan Sipiso-piso, 12 klien mengalami isolasi sosial. Masalah
keperawatan yang paling sering ditemukan di Rumah Sakit Umum Jiwa adalah
perilaku kekerasan, halusinasi, menarik diri, harga diri rendah, waham, bunuh diri,
ketergantungan Napza, dan defisit perawatan diri. Penelitian ini menunjukkan
bahwa dari delapan masalah keperawatan diatas akan mempunyai manifestasi
yang berbeda, proses terjadinya masalah yang berbeda dan sehingga dibutuhkan
penanganan yang berbeda pula. Kedelapan masalah itu dipandang sama
pentingnya, antara masalah satu dengan masalah lainnya. Namun, pada setiap
masalah keperawataan jiwa diatas, yang selalu dan bahkan dapat terjadi pada tiap
pasien yang mengalami gangguan jiwa adalah isolasi sosial.

2
Salah satu tanda dan gejala dari klien yang mengalami skizofrenia ialah
terjadinya kemunduran sosial. Kemunduran sosial tersebut terjadi apabila
seseorang mengalami ketidakmampuan ataupun kegagalan dalam menyesuaikan
diri (maladaptif) terhadap lingkungannya, seseorang tersebut tidak mampu
berhubungan dengan orang lain atau kelompok lain secara baik, sehingga
menimbulkan gangguan kejiwaan yang mengakibatkan timbulnya perilaku
maladaptif terhadap lingkungan di sekitarnya. Kemunduran fungsi sosial yang
dialami seseorang di dalam diagnosa keperawatan jiwa disebut isolasi sosial.
Isolasi sosial adalah keadaan dimana seorang individu mengalami penurunan atau
bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain disekitarnya
(Purba, 2008).
Pasien isolasi sosial memiliki kemampuan sosialisasi yang rendah karena
sifatnya yang selalu menarik diri dari lingkungannya. Peran perawat dalam
penanggulangan klien dengan gangguan Isolasi Sosial Aktualisasi Diri meliputi
peran promotif, preventif, kuratif dan rehabilitative. Pada peran promotif, perawat
meningkatkan dan memelihara kesehatan mental melalui penyuluhan dan
pendidikan untuk klien dan keluarga. Dari aspek preventif yaitu untuk
meningkatkan kesehatan mental dan pencegahan gangguan Isolasi Sosial
Aktualisasi Diri. Sedangkan pada peran kuratif perawat merencanakan dan
melaksanakan rencana tindakan keperawatan untuk klien dan keluarga. Kemudian
peran rehabilitative berperan pada follow up perawat klien dengan gangguan
konsep diri : Isolasi Sosial Aktualisasi Diri melalui pelayanan di rumah atau home
visite.
Berdasarkan dari data di atas maka penulis tertarik untuk mengangkat
judul “Asuhan keperawatan pada Tn. J dengan Prioritas Masalah Gangguan
Kebutuhan Dasar Gangguan Aktualisasi Diri pada klien Isolasi Sosial di Rumah
Sakit Jiwa Prof. Dr. Moh. Ildrem Povsu Medan.

3
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuan penulisan makalah ini adalah agar mahasiswa mampu
melakukan asuhan keperawatan pada klien dengan Isolasi Sosial Aktualisasi
Diri.
2. Tujuan khusus
Tujuan khusus dan perumusan yang hendak dicapai adalah
kemampuan untuk:
a. Untuk dapat melakukan pengkajian, masalah prioritas kebutuhan
dasar gangguan aktualisasi diri pada klien dengan isolasi sosial di
Rumah Sakit Jiwa.
b. Untuk dapat menganalisa data yang diperoleh di Rumah Sakit Jiwa.
c. Untuk dapat merumuskan masalah-masalah yang terdapat di Rumah
Sakit Jiwa.
d. Untuk dapat menyusun perencanaan tindakan keperawatan untuk
memenuhi kebutuhan klien dan mengatasi masalah klien Rumah
Sakit Jiwa.
e. Untuk dapat mengidentifikasi sebab dan akibat dari isolasi sosial
Rumah Sakit Jiwa.

4
C. Manfaat
1. Praktek Keperawatan
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai sumber pengetahuan dan
strategi bagi keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan dengan
Prioritas Masalah Kebutuhan Dasar Gangguan Aktualisasi Diri Pada Klien
Isolasi Sosial.
2. Pendidikan Keperawatan
Sebagai sarana ilmu untuk memperoleh pengetahuan, pengalaman,
dan mengaplikasikan asuhan keperawatan klien dengan masalah kebutuhan
gangguan aktualisasi diri.
3. Penelitian Keperawatan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai data
tambahan bagi penelitian berikutnya terkait dengan dasar kebutuhan
gangguan aktualisasi diri pada klien isolasi sosial di Rumah Sakit Jiwa.

5
BAB II
PENGELOLAAN KASUS
A. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan dengan Masalah Kebutuhan
Aktualisasi Diri
1. Pengertian Aktualisasi Diri
Pemenuhan kebutuhan akan aktualisasi diri merupakan tingkat
kebutuhan yang tertinggi dari teori Maslow. Ketika seseorang telah tercukupi
dalam ke-4 kebutuhan di bawahnya maka ia pun akan membutuhkan
aktualiasi diri dimana ia diakui sebagai seseorang yang memiliki kontribusi
penting atas sebuah pekerjaan. Kebutuhan aktualisasi diri akan menimbulkan
kepuasan tersendiri dari individu tersebut. Kebutuhan akan kepuasan diri
meliputi; kebutuhan untuk mewujudkan diri yaitu mengenai nilai dan
kepuasan yang di dapat dari sebuah pekerjaan (Maslow, 2002).
Aktualisasi diri adalah kebutuhan naluriah pada manusia untuk
melakukan yang terbaik dari yang dia bisa. Maslow dalam (Arianto, 2009),
menyatakan aktualisasi diri adalah proses menjadi diri sendiri dan
mengembangkan sifat-sifat dan potensi psikologis yang unik. Aktualisasi diri
akan dibantu atau dihalangi oleh pengalaman dan oleh belajar khususnya
dalam masa anak-anak. Aktualisasi diri akan berubah sejalan dengan
perkembangan hidup seseorang. Ketika mencapai usia tertentu (adolensi)
seseorang akan mengalami pergeseran aktualisasi diri dari fisiologis ke
psikologis (Arianto, 2009).
Aktualisasi diri dapat didefinisikan sebagai perkembangan yang
paling tinggi dari semua bakat, pemenuhan semua kualitas dan kapasitas.
Aktualisasi juga memudahkan dan meningkatkan pematangan serta
pertumbuhan. Ketika individu makin bertambah besar, maka "diri" mulai
berkembang. Pada saat itu juga, tekanan aktualisasi beralih dari segi fisiologis
ke segi psikologis. Bentuk tubuh dan fungsinya telah mencapai tingkat
perkembangan dewasa, sehingga perkembangan selanjutnya berpusat pada
kepribadian (Gunadarma, 2010).
Menurut konsep Hirarki Kebutuhan Abraham Maslow, manusia
didorong oleh kebutuhan-kebutuhan universal dan dibawa sejak lahir.

6
Kebutuhan ini tersusun dalam tingkatan-tingkatan dari yang terendah sampai
tertinggi. Kebutuhan paling rendah dan paling kuat harus dipuaskan terlebih
dahulu sebelum muncul kebutuhan tingkat selanjutnya. Kebutuhan paling
tertinggi dalam hirarki kebutuhan individu Abraham Maslow adalah
aktualisasi diri. Aktualisasi diri sangat penting dan merupakan harga mati
apabila ingin mencapai kesuksesan. Aktualisasi diri adalah tahap pencapaian
oleh seorang manusia terhadap apa yang mulai disadarinya ada dalam dirinya.
Semua manusia akan mengalami fase itu, hanya saja sebagian dari manusia
terjebak pada nilai-nilai atau ukuranukuran pencapaian dari tiap tahap yang
dikemukakan Maslow. Andai saja seorang manusia bisa cepat melampaui tiap
tahapan itu dan segera mencapai tahapan akhir yaitu aktualisasi diri, maka dia
punya kesempatan untuk mencari tahu siapa dirinya sebenarnya. (Arianto,
2009).
Ahli jiwa termashur Abraham Maslow, dalam bukunya Hierarchy of
Needs menggunakan istilah aktualisasi diri (self actualization) sebagai
kebutuhan dan pencapaian tertinggi seorang manusia. Maslow menemukan
bahwa tanpa memandang suku asal-usul seseorang, setiap manusia
mengalami tahap-tahap peningkatan kebutuhan atau pencapaian dalam
kehidupannya. Kebutuhan tersebut meliputi:
a. Kebutuhan fisiologis (physiological), meliputi kebutuhan akan pangan,
pakaian, dan tempat tinggal maupun kebutuhan biologis,
b. Kebutuhan keamanan dan keselamatan (safety), meliputi kebutuhan akan
keamanan kerja, kemerdekaan dari rasa takut ataupun tekanan, keamanan
dari kejadian atau lingkungan yang mengancam,
c. Kebutuhan rasa memiliki, sosial dan kasih sayang (social), meliputi
kebutuhan akan persahabatan, berkeluarga, berkelompok, interaksi dan
kasih sayang,
d. Kebutuhan akan penghargaan (esteem), meliputi kebutuhan akan harga
diri, status, prestise, respek, dan penghargaan dari pihak lain,
e. Kebutuhan aktualisasi diri (self actualization), meliputi kebutuhan akan
memenuhi keberadaan diri (self fulfillment) melalui memaksimumkan
penggunaaan kemampuan dan potensi diri.

7
Berdasarkan uraian di atas dapat dikatakan bahwa aktualisasi diri
merupakan suatu proses menjadi diri sendiri dengan mengembangkan sifat-
sifat serta potensi individu sesuai dengan keunikannya yang ada untuk
menjadi kepribadian yang utuh.

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Aktualisasi Diri


Orang yang mampu mengaktualisasikan dirinya sangat memahami
bahwa ada eksistensi atau hambatan lain tinggal (indwelling) didalam
(internal) atau di luar (eksternal) keberadaannya sendiri yang mengendalikan
perilaku dan tindakannya untuk melakukan sesuatu.
a. Internal
Faktor internal ini merupakan bentuk hambatan yang berasal dari
dalam diri seseorang, yang meliputi:
1) Ketidaktahuan akan potensi diri
2) Perasaan ragu dan takut mengungkapkan potensi diri, sehingga
potensinya tidak dapat terus berkembang.
Potensi diri merupakan modal yang perlu diketahui, digali dan
dimaksimalkan. Sesungguhnya perubahan hanya bisa terjadi jika kita
mengetahui potensi yang ada dalam diri kita kemudian mengarahkannya
kepada tindakan yang tepat dan teruji (Fadlymun, 2009).
b. Eksternal
Faktor eksternal merupakan hambatan yang berasal dari luar diri
seseorang, seperti:
1) Budaya masyarakat yang tidak mendukung upaya aktualisasi potensi
diri seseorang karena perbedaan karakter. Pada kenyataannya
lingkungan masyarakat tidak sepenuhnya menuunjang upaya
aktualisasi diri warganya.
2) Faktor lingkungan
Lingkungan masyarakat berpengaruh terhadap upaya mewujudkan
aktualisasi diri. Aktualisasi diri dapat dilakukan jika lingkungan
mengizinkannya. (Asmadi, 2008). Lingkungan merupakan salah satu
faktor yang mempengaruhi terhadap pembentukan dan

8
perkembangan perilaku individu, baik lingkungan fisik maupun
lingkungan sosio-psikologis (Sudrajat, 2008).
3) Pola asuh
Pengaruh keluarga dalam pembentukan aktualisasi diri anak
sangatlah besar artinya. Banyak faktor dalam keluarga yang ikut
berpengaruh dalam proses perkembangan anak. Salah satu faktor
dalam keluarga yang mempunyai peranan penting dalam
pengaktualisasian diri adalah praktik pengasuhan anak (Brown,
1961).
Aktualisasi diri merupakan kemampuan seseorang untuk
mengatur diri sendiri sehingga bebas dari berbagai tekanan, baik yang
berasal dari dalam diri maupun di luar diri. Kemampuan seseorang
membebaskan diri dari tekanan internal dan eksternal dalam
pengaktualisasian dirinya menunjukkan bahwa orang tersebut telah
mencapai kematangan diri. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa
aktualisasi diri tersebut secara penuh. Hal ini disebabkan oleh
terdapatnya dua kekuatan yang saling tarik-menarik dan akan selalu
pengaruh-mempengaruhi di dalam diri manusia itu sendiri sepanjang
perjalanan hidup manusia. Kekuatan yang satu mengarah pada
pertahanan diri, sehingga yang muncul adalah rasa takut salah atau tidak
percaya diri, takut menghadapi resiko terhadap keputusan yang akan
diambil, mengagungkan masa lalu dengan mengabaikan masa sekarang
dan mendatang, ragu-ragu dalam mengambil keputusan/bertindak, dan
sebagainya. Sementara kekuatan yang lainnya adalah kekuatan yang
mengarah pada keutuhan diri dan terwujudnya seluruh potensi diri yang
dimiliki, sehingga yang muncul adalah kepercayaan diri dan penerimaan
diri secara penuh. (Asmadi, 2008).
3. Karakteristik Aktualisasi Diri
Seseorang yang telah mencapai aktualisasi diri dengan optimal akan
memiliki kepribadian yang berbeda dengan manusia pada umunya.
Menurut Maslow (1970), ada beberapa karakteristik yang
menunjukkan seseorang mencapai aktualisasi diri.

9
Karakteristik tersebut antara lain sebagai berikut:
a. Mampu melihat realitas secara lebih efisien
Karakteristik atau kapasitas ini akan membuat seseorang untuk mampu
mengenali kebohongan, kecurangan, dan kepalsuan yang dilakukan orang
lain, serta mampu menganalisis secara kritis, logis, dan mendalam
terhadap segala fenomena alam dan kehidupan. Karakter tersebut tidak
menimbulkan sikap yang emosional, melainkan lebih objektif. Dia akan
mendengarkan apa yang seharusnya didengarkan, bukan mendengar apa
yang diinginkan, dan ditakuti oleh orang lain. Ketajaman pengamatan
terhadap realitas kehidupan akan menghasilkan pola pikir yang
cemerlang menerawang jauh ke depan tanpa dipengaruhi oleh
kepentingan atau keuntungan sesaat.
b. Penerimaan terhadap diri sendiri dan orang lain apa adanya
Orang yang telah mengaktualisasikan dirinya akan melihat orang lain
seperti melihat dirinya sendiri yang penuh dengan kekurangan dan
kelebihan. Sifat ini akan menghasilkan sikap toleransi yang tinggi
terhadap orang lain serta kesabaran yang tinggi dalam menerima diri
sendiri dan orang lain. Dia akan membuka diri terhadap kritikan, saran,
ataupun nasehat dari orang lain terhadap dirinya.
c. Spontanitas, kesederhaan dan kewajaran
Orang yang mengaktualisasikan diri dengan benar ditandai dengan segala
tindakan, perilaku, dan gagasannya dilakukan secara spontan, wajar, dan
tidak dibuat-buat. Dengan demikian, apa yang ia lakukan tidak pura-pura.
Sifat ini akan melahirkan sikap lapang dada terhadap apa yang menjadi
kebiasaan masyarakatnya asal tidak bertentangan dengan prinsipnya yang
paling utama, meskipun dalam hati ia menertawakannya. Namun apabila
lingkungan/kebiasaan di masyarakat sudah bertentangan dengan prinsip
yang ia yakini, maka ia tidak segan-segan untuk mengemukakannya
dengan asertif. Kebiasaan di masyarakat tersebut antara lain seperti adat-
istiadat yang amoral, kebohongan, dan kehidupan sosial yang tidak
manusiawi.

10
d. Terpusat pada persoalan
Orang yang mengaktualisasikan diri seluruh pikiran, perilaku, dan
gagasannya bukan didasarkan untuk kebaikan dirinya saja, namun
didasarkan atas apa kebaikan dan kepentingan yang dibutuhkan oleh
umat manusia. Dengan demikian, segala pikiran, perilaku, dan
gagasannya terpusat pada persoalan yang dihadapi oleh umat manusia,
bukan persoalan yang bersifat egois.
e. Membutuhkan kesendirian
Pada umumnya orang yang sudah mencapai aktualisasi diri cenderung
memisahkan diri. Sikap ini didasarkan atas persepsinya mengenai sesuatu
yang ia anggap benar, tetapi tidak bersifat egois. Ia tidak bergantung pada
pada pikiran orang lain. Sifat yang demikian, membuatnya tenang dan
logis dalam menghadapi masalah. Ia senantiasa menjaga martabat dan
harga dirinya, meskipun ia berada di lingkungan yang kurang terhormat.
Sifat memisahkan diri ini terwujud dalam otonomi pengambilan
keputusan. Keputusan yang diambilnya tidak dipengaruhi oleh orang
lain. Dia akan bertanggung jawab terhadap segala keputusan/kebijakan
yang diambil.
f. Otonomi (kemandirian terhadap kebudayaan dan lingkungan)
Orang yang sudah mencapai aktualisasi diri, tidak menggantungkan diri
pada lingkungannya. Ia dapat melakukan apa saja dan dimana saja tanpa
dipengaruhi oleh lingkungan (situasi dan kondisi) yang mengelilinginya.
Kemandirian ini menunjukkan ketahanannya terhadap segala persoalan
yang mengguncang, tanpa putus asa apalagi sampai bunuh diri.
Kebutuhan terhadap orang lain tidak bersifat ketergantungan, sehingga
pertumbuhan dan perkembangan dirinya lebih optimal.
g. Kesegaran dan apresiasi yang berkelanjutan
Ini merupakan manifestasi dari rasa syukur atas segala potensi yang
dimiliki pada orang yang mampu mengakualisasikan dirinya. Ia akan
diselimuti perasaan senang, kagum, dan tidak bosan terhadap segala apa
yang dia miliki. Walaupun hal ia miliki tersebut merupakan hal yang
biasa saja. Implikasinya adalah ia mampu mengapresiasikan segala apa

11
yang dimilikinya. Kegagalan seseorang dalam mengapresiasikan segala
yang dimilikinya dapat menyebabkan ia menjadi manusia yang serakah
dan berperilaku melanggar hak asasi orang lain.
h. Kesadaran sosial
Orang yang mampu mengaktualisasikan diri, jiwanya diliputi oleh
perasaan empati, iba, kasih sayang, dan ingin membantu orang lain.
Perasaan tersebut ada walaupun orang lain berperilaku jahat terhadap
dirinya. Dorongan ini akan memunculkan kesadaran sosial di mana ia
memiliki rasa untuk bermasyarakat dan menolong orang lain.
i. Hubungan interpersonal
Orang yang mampu mengaktualisasikan diri mempunyai kecenderungan
untuk menjalin hubungan yang baik dengan orang lain. Ia dapat menjalin
hubungan yang akrab dengan penuh rasa cinta dan kasih sayang.
Hubungan interpersonal ini tidak didasari oleh tendensi pribadi yang
sesaat, namun dilandasi oleh perasaan cinta, kasih sayang, dan kesabaran
meskipun orang tersebut mungkin tidak cocok dengan perilaku
masyarakat di sekelilingnya.
j. Demokratis
Orang yang mampu mengaktualisasikan diri memiliki sifat demokratis.
Sifat ini dimanifestasikan dengan perilaku yang tidak membedakan orang
lain berdasarkan penggolongan, etis, agama, suku, ras, status sosial
ekonomi, partai dan lain-lain. Sifat demokratis ini lahir karena pada
orang yang mengaktualisasikan diri tidak mempunyai perasaan risih
bergaul dengan orang lain. Juga karena sikapnya yang rendah hati,
sehingga ia senantiasa menghormati orang lain tanpa terkecuali.
k. Rasa humor yang bermakna dan etis
Rasa humor orang yang mengaktualisasikan diri berbeda dengan humor
kebanyakan orang. Ia tidak akan tertawa terhadap humor yang menghina,
merendahkan bahkan menjelekkan orang lain. Humor orang yang
mengaktualisasikan diri bukan saja menimbulkan tertawa, tetapi sarat
dengan makna dan nilai pendidikan. Humornya benar-benar

12
menggambarkan hakikat manusiawi yang menghormati dan menjunjumg
tinggi nilai-nilai kemanusiaan.
l. Kreativitas
Sikap kreatif merupakan karakteristik lain yang dimiliki oleh orang yang
mengaktualisasikan diri. Kreativitas ini diwujudkan dalam
kemampuannya melakukan inovasi-inovasi yang spontan, asli, tidak
dibatasi oleh lingkungan maupun orang lain.
m. Independensi
Ia mampu mempertahankan pendirian dan keputusan-keputusan yang ia
ambil. Tidak goyah atau terpengaruh oleh berbagai guncangan ataupun
kepentingan.
n. Pengalaman puncak (peak experiance)
Orang yang mampu mengaktualisasikan diri akan memiliki perasaan
yang menyatu dengan alam. Ia merasa tidak ada batas atau sekat antara
dirinya dengan alam semesta. Artinya, orang yang mampu
mengaktualisasikan diri terbebas dari sekat-sekat berupa suku, bahasa,
agama, ketakutan, keraguan, dan sekat-sekat lainnya. Oleh karena itu, ia
akan memiliki sifat yang jujur, ikhlas, bersahaja, tulus hati , dan terbuka.
(Kozier & Erb, 1998).
Karakter-karakter ini merupakan cerminan orang yang berada pada
pencapaian kehidupan yang prima (peak experience). Konsekuensinya ia akan
merasakan bersyukur pada Tuhan, orang tua, orang lain, alam, dan segala
sesuatu yang menyebabkan keberuntungan tersebut.
Adapun beberapa langkah sederhana untuk mengaktualisasikan diri
dalam mencapai sukses, yaitu:
a. Kenali potensi dan bakat unik yang ada dalam diri
Jangan pernah menyembunyikan bakat anda karena bakat diciptakan
untuk digunakan, demikianlah nasehat dari Benjamin Franklin. Oleh
karena itu anda harus dan wajib mengenali bakat dan potensi unik yang
ada dalam diri anda. Ia adalah anugerah Tuhan yang tidak ternilai.
Yakinilah masing-masing kita terlahir dengan bakat dan potensi yang

13
luar biasa. Tugas kitalah untuk memahami, mendeteksi dan mengenali
bakat dan potensi apa sajakah yang kita miliki.
b. Asah kemampuan unik anda setiap hari
Orang sukses adalah orang yang senantiasa mengasah kemampuan unik
yang ada dalam dirinya, yang membedakan dirinya dengan 6 milyar
orang lainnya. Tidak perlu malu, kemampuan sekecil apapun yang anda
miliki sekarang adalah modal untuk menciptakan kesuksesan di masa
depan. Petuah bijak mengatakan “Lakukanlah hal-hal kecil yang tidak
anda sukai dengan disiplin tinggi, sehingga kelak anda dapat menikmati
hal-hal besar yang sangat anda sukai.
c. Buat diri anda berbeda dan jadilah “One in a million kind of person”
Kita semua terlahir berbeda dan diciptakan untuk membuat perbedaan
hidup. Yakinilah anda adalah maha karya Tuhan yang luar biasa. Anda
adalah tambang emas dan berlian yang tidak ternilai harganya. Maka
buatlah diri berharga dengan menjadi yang berbeda dan bukan asal beda,
tetapi harus unik. Berikanlah perbedaan besar dalam hidup sehingga
hidup anda merupakan berkah dan anugerah bagi orang lain.
Proses aktualisasi diri berjalan sepanjang kehidupan. Untuk dapat
memenuhi kebutuhan aktualisai diri klien, perawat harus berfokus pada
kemampuan dan kesempatan yang dimiliki klien.
Berikut ini adalah ciri-ciri kebutuhan aktualisasi diri terpenuhi:
a. Memecahkan masalah sendiri
b. Membantu orang lain memecahkan masalah
c. Menerima saran orang lain
d. Memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik sebagai pendengar dan
komunikator
e. Menikmati privacy
f. Mencari pengalaman dan pengetahuan baru
g. Memiliki kepercayaan dalam kemampuan dan mengambil keputusan
h. Mengantisipasi masalah dan berhasil menyenangi diri sendiri

14
1.Pengkajian
Pengkajian merupakan langkah pertama dari proses keperawatan dengan
mengumpulkan data-data yang akurat dari klien sehingga akan diketahui berbagai
permasalahan yang ada. Pengkajian menurut Lyer merupakan tahap awal dari
proses keperawatan dan merupakan suatu proses yang sistematis dalam
pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan
mengidentifikasi status kesehatan klien dan merupakan dasar utama dalam
memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan kebutuhan individu.
Tujuan pengkajian adalah mengidentifikasi dan mendapatkan data yang
sesuai tentang klien. Oleh karenanya, fokus utama dari pengumpulan data adalah
respon klien terhadap kekhawatiran, atau masalah kesehatan yang bersifat
biofisik, sosiokultural, psikologis, dan spiritual. Kegiatan keperawatan dalam
melakukan pengkajian keperawatan ini adalah dengan mengkaji data dari klien
dan keluarga tentang tanda dan gejala serta faktor penyebab, memvalidasi data
dari klien dan keluarga, mengelompokan data, serta menempatkan masalah klien.
Pengkajian Komponen konsep diri:
Citra diri, tanyakan tentang : Persepsi klien terhadap tubuhnya,
bagian tubuh yang disukai dan tidak disukai.
Identitas diri, tanyakan tentang :
1. Status dan posisi klien sebelum dirawat
2. Kepuasan klien terhadap status dan posisinya (sekolah, tempat
kerja, kelompok).
3. Kepuasan klien sbg laki-laki/ perempuan.
Peran diri, tanyakan tentang :
1. Peran/ tugas yang diemban dalam keluarga/ kelompok/ masyarakat.
2. Kemampuan klien dalam melaksanakan tugas/ peran tersebut.
Ideal Diri, tanyakan tentang :
1. Harapan terhadap tubuh, posisi, status, tugas/ peran.
2. Harapan klien terhadap lingkungan (keluarga, sekolah, tempat
kerja, masyarakat).
Harga Diri, tanyakan tentang :

15
1. Hubungan klien dengan orang lain sesuai dengan kondisi citra diri,
identitas diri, ideal diri, peran diri.
2. Penilaian/ penghargaan orang lain terhadap diri dan kehidupannya
Data yang di dapatkan bisa dikelompokan menjadi dua macam, yaitu data
subyektif dan obyektif. Data subyektif adalah data yang disampaikan secara lisan
oleh klien dan keluarga, data ini didapatkan melalui wawancara oleh perawat
kepada klien dan keluarga. Data obyektif adalah data yang ditemukan secara
nyata, data yang didapat melalui observasi atau pemeriksaan langsung oleh
perawat.
Data yang perlu dikaji pada klien dengan isolasi sosial menurut Nita Fitria
dalam bukunya antara lain : data sukjektif seperti klien mengatakan malas bergaul
dengan orang lain, klien mengatakan dirinya tidak ingin ditemani perawat dan
meminta untuk sendiri, klien mengatakan tidak mau berbicara dengan orang lain,
tidak mau berkomunikasi, data tentang klien biasanya didapat dari keluarga yang
mengetahui keterbatasan klien (suami, istri, anak, ibu, ayah, atau teman
dekat) dan data objektif seperti kurang spontan, apatis (acuh terhadap
lingkungan), ekspresi wajah kurang berseri, tidak merawat diri dan tidak
memperhatikan kebersihan diri, tidak ada atau kurang komunikasi verbal,
mengisolasi diri, tidak sadar terhadap lingkungan sekitarnya, asupan makanan dan
minuman terganggu, retensi urine dan feses, aktivitas menurun dan kurang energi,
rendah diri, dan postur tubuh berubah.
2.Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah cara mengidentifikasi, memfokuskan, dan
mengatasi kebutuhan spesifik klien serta respons terhadap masalah aktual dan
resiko tinggi. Diagnosa keperawatan merupakan suatu pernyataan masalah
keperawatan klien mencakup baik respon adaptif dan maladaptif serta stressor
yang menunjang. Rumusan diagnosis adalah problem/masalah (P) berhubungan
dengan penyebab (etiologi), dan keduanya ini saling berhubungan sebab akibat
secara ilmiah.
Masalah keperawatan yg Mungkin Muncul
1. Isolasi sosial
2. Gangguan harga diri (HDR) : situasional/ kronis

16
3. Gangguan pola tidur
4. Gangguan citra tubuh
5. Perubahan penampilan peran
6. Ketidakberdayaan
7. Keputusasaan
3.Perencanaan Keperawatan
Intervensi keperawatan/rencana keperawatan adalah preskripsi untuk
perilaku spesifik yang diharapkan dari klien dan/atau tindakan yang harus
dilakukan oleh perawat. Intervensi keperawatan harus spesifik, dinyatakan dengan
jelas dan dimulai dengan kata kerja aksi. Rencana/intervensi keperawatan
didasarkan pada pengkajian dan diagnosis dari status kesehatan klien, kekuatan,
dan masalah klien. Komponen perencanaan meliputi menilai prioritas,
menentapkan tujuan jangka panjang, menetapkan tujuan jangka pendek,
mengidentifikasi strategi dan mengurai intervensi keperawatan untuk
implementasi.
Konsep rencana keperawatan klien dengan Isolasi Sosial: Aktualisasi diri
menurut Budi Anna K adalah sebagai berikut :
a. Tindakan keperawatan pada klien
1) Tujuan keperawatan
a. Klien dapat meningkatkan gambaran dirinya dengan
membina hubungan saling percaya.
b. Klien dapat menyadari penyebab isolasi sosial.
c. Klien dapat berinteraksi dengan orang lain.
d. Klien dapat mengungkapkan perasaan tentang dirinya
Meningkatkan harga diri klien, dengan cara :
1. Membantu klien untuk mengurangi ketergantungan dengan bersikap
mendukung dan menerima.
2. Memberi kesadaran klien akan pentingnya keinginan atau semangat
hidup yg tinggi
3. Meningkatkan sensitifitas klien terhadap dirinya dengan memberi
perhatian, membangun harga diri dengan memberi umpan balik
positif atas penyelesaian yg dicapai, menghargai privacy dan

17
mendorong klien untuk melakukan latihan yang membangkitkan
harga dirinya.
4. Membantu klien mengekspresikan pikiran dan perasaan dengan
mendorong untuk mengungkapkan perasaan baik positif maupun
negatif.
5. Memberi kesempatan untuk melakukan aktifitas sosial yg positif.
6. Mendorong klien untuk berhubungan dengan teman, kerabat dekat
dan terlibat aktifitas sosial. Jangan biarkan klien mengisolasi diri.
7. Memberi kesempatan mengembangkan ketrampilan sosial &
vokasional dengan mendorong sikap optimis dan berpartisipasi dalam
segala aktifitas.
4 Implementasi Keperawatan
Implementasi adalah pelaksanaan rencana keperawatan oleh perawat dan
klien, perawat bertanggung jawab terhadap asuhan keperawatan yang berfokus
pada klien dan berorientasi pada hasil, sebagaimana digambarkan dalam rencana.
Tujuan dari pelaksanaan/implementasi adalah membantu klien dalam
mencapai tujuan yang telah ditetapkan, yang mencakup peningkatan kesehatan,
pencegahan penyakit, pemulihan kesehatan dan memfasilitasi koping. Fokus
utama dari komponen implementasi adalah pemberian asuhan keperawatan yang
aman dan individual dengan pendekatan multifokal.
5 Evaluasi
Evaluasi adalah suatu proses yang terencana dan sistematis dalam
mengumpulkan, mengorganisasi, menganalisis, dan membandingkan status
kesehatan klien dengan kriteria hasil yang diinginkan, serta menilai derajat
pencapaian hasil klien. Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses
keperawatan dengan cara melakukan identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana
keperawatan tercapai atau tidak.
Tujuan evaluasi adalah untuk menilai kemampuan klien dalam mencapai
tujuan serta untuk menentukan apakah tujuan tersebut dapat dicapai secara
efektif . Evaluasi dapat dibagi menjadi dua yaitu evaluasi proses (formatif) yang
dilakukan setiap selesai melaksanakan tindakan keperawatan, dan evaluasi hasil
(sumatif) dilakukan dengan cara membandingkan respons klien dengan tujuan

18
yang telah ditentukan. Proses evaluasi yang menentukan efektivitas asuhan
keperawatan meliputi lima unsur yaitu, mengidentifikasi kriteria dan standar
evaluasi, mengumpulkan data untuk menentukan apakah kriteria dan standar telah
dipenuhi, menginterpretasi dan meringkas data, mendokumentasikan temuan dan
setiap pertimbangan klinis, dan menghentikan, meneruskan, atau merevisi rencana
perawatan.

19
B. Asuhan Keperawatan Kasus

PROGRAM DIII KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN USU

PENGKAJIAN PASIEN DI RUMAH SAKIT


I. BIODATA
IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. J
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 29 tahun
Status : Sudah Menikah
Agama : Kristen
Pendidikan : SMP
Pekerjaan :-
Alamat : Jln. Karet XX No.5 P. Simalingkar Medan
Tanggal Masuk RS : 12 September 2014
No. Registrasi : 03.23.27
Ruangan/kamar : Sipiso-piso
Golongan Darah :B
Tanggal Pengkajian : 18 Mei 2015
Tanggal operasi :
Diagnosa Medis : Skizofrenia paranoid

II. KELUHAN UTAMA


Klien mengatakan dirinya kurang bergaul dengan orang lain dan lingkungan
sekitarnya lebih suka untuk menyendiri. Klien juga suka berbicara sendiri,
dan tertawa sendiri, suka mondar-mandir karena gelisah. Klien juga sering
mendengar suara yang berisik memanggil namanya. Klien juga mengeluhkan
susah untuk tidur dan sering terbangun dimalam hari.

20
III. RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG
A. Provocative/palliative
1. Apa Penyebabnya: Isolasi sosial
2. Hal-hal yang Memperbaiki Keadaan : Klien bisa tenang jika minum
obat.
B. Quantity/Quality
1. Bagaimana dirasakan: Klien mengatakan dirinya merasa tidak
berguna bagi orang lain karena pernah memakai narkoba. Klien
tampak cemas dan gelisah, karena mendengar suara-suara yang
mengganggu.
2. Bagimana dilihat: Klien tampak gelisah, mondar-mandir, ekspresi
tampak sedih dan murung.
C. Region /lokasi
1. Dimana lokasinya : -
2. Apakah menyebar : -
D. Severity
Klien mengatakan suara-suara yang di dengar sangat mengganggu
dirinya sehingga dia kesulitan untuk tidur siang terutama pada malam
hari.
E. Time/waktu
Klien mengatakan dirinya mendengar suara-suara ketika mau tidur pada
malam hari dan siang hari ketika istirahat dan pada saat sendirian.

IV. RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU


A. Penyakit yang pernah dialami
Klien mengatakan dirinya di masa lalu juga pernah mengalami gangguan
jiwa karena sering bicara-bicara sendiri, gelisah, suka mondar-mandir,
dan mempunyai riwayat memakai narkoba. Bahkan delapan tahun yang
lalu pasien pernah di Rawat di RSJ Provinsi Sumatera Utara dengan
riwayat yang sama dan juga karena pasien tidak teratur makan obat
sehingga gejala gangguan jiwa semakin meningkat.

21
B. Pengobatan atau tindakan yang dilakukan
Klien mengatakan dirinya diberikan obat THP, Haloperidol, CPZ, dan
pernah dilakukan tindakan ECT.
C. Pernah dirawat/dioperasi
Klien mengatakan dirinya belum pernah dirawat di RS lain selain di
RSJD Provinsi Sumatera Utara.
D. Lama rawat
Klien mengatakan dirinya dirawat selama delapan bulan.
E. Alergi
Klien mengatakan dirinya tidak mempunyai riwayat alergi,
F. Imunisasi
Klien mengatakan dirinya mendapatkan imunisasi lengkap sewaktu
masih kecil.

V. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA


A. Orang tua
Klien mengatakan kedua orang tuanya tidak pernah ada riwayat
mengalami gangguan jiwa.
B. Saudara kandung
Klien mengatakan semua saudara kandungnya sehat.
C. Penyakit keturunan yang ada
Klien mengatakan keluarganya tidak mempunyai penyakit keturunan.
D. Anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa
Klien mengatakan tidak ada anggota keluarganya yang pernah
mengalami gangguan jiwa.
E. Anggota keluarga yang meninggal
Klien mengatakan kedua orang tuanya belum meninggal dunia.
F. Penyebab meninggal
Tidak ada penyebab karena kedua orang tua klien belum meninggal.

22
VI. RIWAYAT KEADAAN PSIKOSOSIAL
A. Genogram

Ket :
: Perempuan

: Laki-laki

: Klien

B. Konsep Diri
– Gambaran diri
Klien mengatakan dirinya menyukai seluruh anggota tubuhnya.
– Ideal diri
Klien mengatakan dirinya ingin cepat sembuh, supaya bisa
berkumpul lagi dengan keluarganya, bisa membiayai kehidupan
keluarganya lagi. Klien juga mengatakan dirinya ingin bekerja dan
ingin membahagiakan istri dan anak-anaknya.
– Harga diri
Klien mengatakan dirinya merasa rendah diri karena mengalami
gangguan jiwa.
– Peran diri
Klien mengatakan dirinya sebagai seorang ayah ingin bertanggung
jawab terhadap keluarganya.
– Identitas diri
Klien mengatakan hanya tamat SMP saja.

23
C. Keadaan emosi
Klien merasa depresi, tampak gelisah, cemas dengan suara-suara yang
sering muncul mengganggu pikirannya, dan tampak khawatir dengan
keadaan dirinya.
D. Hubungan sosial
– Orang yang berarti: Orang tua.
– Hubungan dengan keluarga: Klien sering menganggap rendah
dirinya karena merasa tidak berguna di dalam keluarga dan
lingkungan masyarakat.
– Hubungan dengan orang lain: Klien mengatakan hubungannya
dengan orang lain kurang baik dan kurang suka bergaul apalagi
setelah mengalami gangguan jiwa.
– Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain: Klien mengatakan
dirinya merasa minder karena terkadang sering diasingkan oleh
lingkungannya, dan merendahkan dirinya.
E. Spiritual
– Nilai dan keyakinan : Klien beragama Kristen. Klien mengatakan
dirinya mempunyai nilai dan keyakinan yang kuat tentang agama
yang dianutnya.
– Kegiatan ibadah : Klien mengatakan sebelum masuk RS jiwa
dirinya jarang beribadah ke gereja, dan setelah masuk rumah sakit
jiwa juga jarang berdoa dan beribadah.

VII. STATUS MENTAL


1. Tingkat kesadaran
Tingkat kesadaran klien compos mentis yaitu kesadaran normal, sadar
sepenuhnya, dapat menjawab semua pertanyaan tentang keadaan
sekelilingnya.
2. Penampilan
Penampilan klien tampak rapi baik cara berpakaian, dalam hal makan,
mandi, dan toileting.

24
3. Pembicaraan
Klien berbicara kurang jelas, nada suara lembut dan pelan.
4. Alam perasaan
Klien merasa ketakutan karena halusinasi yang masih sering muncul,
klien juga merasa menyesal dengan semua kejadian hidup yang dia
alami.
5. Afek
Klien mengalami gangguan pada afek, yaitu afek tumpul karena klien
selalu tampak murung dan sedih.
6. Interaksi selama wawancara
Klien kurang kooperatif, kurang mau diajak bicara, kontak mata pasien
saat dilakukan pengkajian kurang baik, klien kurang mau menatap
lawan bicara, klien tidak mudah tersinggung, tidak curiga pada lawan
bicara.
7. Persepsi
Klien mengalami persepsi pendengaran berupa suara-suara berisik yang
memanggil namanya.
8. Proses pikir
Klien tidak mengalami gangguan proses pikir seperti sirkuntasial
(pikiran berputar-putar), tangensial (pembicaraan yang berbelit-belit),
flight of idea (pikiran melayang).
9. Isi pikir
Klien tidak mengalami gangguan isi pikir seperti obsesi (pikiran yang
terus muncul meskipun pasien berusaha menghilangkannya), fobia (rasa
ketakutan yang patologis/tidak rasional terhadap suatu objek/
situasi/benda tertentu yang tidak dapat dihilangkan).
10. Waham
Klien tidak mengalami gangguan waham seperti waham agama, waham
kebesaran, waham curiga, maupun waham somatic/hipokondrik.
11. Memori
Klien tidak mengalami gangguan memori baik jangka panjang, jangka
pendek maupun gangguan memori saat ini.

25
VIII. PEMERIKSAAN FISIK
A. Keadaan Umum
Kesadaran compos mentis, tampak gelisah, sering mondar-mandir,
masih sering mendengar suara-suara, sering termenung, kurang bergaul
dan bercakap-cakap dengan yang lain lebih suka untuk menyendiri.
B. Tanda-tanda Vital
– Suhu tubuh : 37
– Tekanan darah : 120/70 mmHg
– Nadi : 80 x/i
– Pernapasan : 20 x/i
– Skala nyeri :-
– TB : 160 cm
– BB : 55 kg

IX. POLA KEBIASAAN SEHARI-HARI


I. Pola makan dan minum
– Frekuensi makan/hari : 3 kali sehari.
– Nafsu/selera makan : selera makan baik.
– Nyeri ulu hati : tidak ada nyeri ulu hati.
– Alergi : tidak ada mengalami alergi.
– Mual dan muntah : tidak ada mual dan muntah.
– Tampak makan memisahkan diri (klien gangguan jiwa) : klien
makan memisahkan diri dari teman-temannya yang lain.
– Waktu pemberian makanan : pagi, siang, sore.
– Jumlah dan jenis makanan : sesuai porsi nasi, lauk, sayur.
– Waktu pemberian cairan/minum : saat sebelum dan setelah
makan saja.
– Masalah makanan dan minuman (kesulitan mengunyah, menelan) :
normal, tidak ada masalah makanan dan minuman.

26
II. Perawatan diri/personal hygiene
– Kebersihan tubuh : tubuh tampak bersih.
– Kebersihan gigi dan mulut : gigi tampak kuning dan
kurang bersih.
– Kebersihan kuku kaki dan tangan : kuku dan kaki tangan pendek
dan bersih

III. Pola kegiatan/aktivitas


– Uraian aktivitas pasien mandi, makan, eliminasi, ganti pakaian
dilakukan secara mandiri, sebahagian, atau total.
Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri, seperti
mandi, makan, eliminasi, ganti pakaian.
– Uraian aktivitas ibadah pasien selama dirawat/sakit.
Pasien selama dirawat di RS jarang melakukan ibadah.

IV. Pola eliminasi


1. BAB
– Pola BAB : teratur 1 x/hari.
– Karakter feses : keras.
– Riwayat perdarahan : tidak ada riwayat
perdarahan.
– BAB terakhir : pagi hari sebelum dilakukan
pengkajian.
– Diare : tidak ada diare.
– Penggunaan laksatif : tidak ada penggunaan
laktasif.
2. BAK
– Pola BAK : 5-6 x/hari.
– Karakter urine : kuning jernih.
– Nyeri/rasa terbakar/kesulitan BAK :
tidak ada rasa nyeri/kesulitan.

27
– Riwayat penyakit ginjal/kandung kemih :
tidak ada.
– Penggunaan diuretic : tidak ada penggunaan
diuretik.
– Upaya mengatasi masalah : tidak ada upaya mengatasi
masalah.

V. Mekanisme koping
– Adaptif
Klien kurang mau untuk bicara dan bergaul dengan orang lain.
– Maladaptif
Klien tidak meminum alkohol, tidak bekerja berlebihan, tidak
menghindar, dan tidak menciderai diri sendiri.

28
ANALISA DATA
No. Data Penyebab Masalah Keperawatan

1. Data Subjek : Klien takut orang lain Kurangnya interaksi sosial


฀Klien akan menyindirnya dan (isolasi sosial)
menyatakan merasa tidak berguna berhubungan dengan
ketidakpuasan sistem pendukung yang
terhadap tidak adekuat
dirinya merasa
tidak berguna
karena berada di
rumah sakit jiwa
฀Klien
menyatakan
kesepian, kurang
untuk
berinteraksi
dengan orang
lain,
฀ Klien
menyatakan
ingin berubah
menjadi lebih
baik jika sudah
sembuh

Data Objek :
฀Klien tampak
murung, ekspresi
wajah sedih,
menghindar dari
orang

29
lain/menyendiri
฀Klien kurang
berkomunikasi
dengan orang
lain, kontak mata
kurang, sering
menunduk
2. Data Subjek : Suara-suara berisik Perubahan persepsi sensori;
฀Klien yang sering memanggil halusinasi pendengaran
mengatakan namanya berhubungan dengan
sering menarik diri
mendengar
suara-suara
berisik yang
memanggil
namanya
Data Objek :
฀ Klien sering
menyendiri
฀ Klien
terkadang suka
berbicara dan
tertawa sendiri

30
3. Data Subjek : Suara yang berisik Gangguan Pola Tidur
฀Klien memanggil dirinya dan
menyatakan sulit keadaan lingkungan
memulai tidur yang tidak nyaman
dan juga sulit menyebabkan klien
untuk tidur sulit untuk tidur
nyenyak dengan nyenyak dan
฀Klien sering terbangun saat
menyatakan malam hari
sering
mendengar suara
yang memanggil
namanya
sehingga
tidurnya
terganggu
฀ Klien
menyatakan
tidak puas
dengan tidurnya
dan sering
terbangun saat
malam hari

Data Objek :
฀Klien tampak
lemas dan pucat
฀Fasilitas tidur
tidak nyaman

31
MASALAH KEPERAWATAN
1. Kurangnya interaksi sosial (isolasi sosial) berhubungan dengan sistem
pendukung yang tidak adekuat
2. Perubahan persepsi sensori; halusinasi pendengaran berhubungan dengan
menarik diri
3. Gangguan pola tidur

DIAGNOSA KEPERAWATAN (PRIORITAS)


1. Kurangnya interaksi sosial (isolasi sosial) berhubungan dengan sistem
pendukung yang tidak adekuat.
2. Perubahan persepsi sensori; halusinasi pendengaran berhubungan dengan
menarik diri.
3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan faktor lingkungan yang tidak
nyaman dan halusinasi pendengaran ditandai dengan klien sering mendengar
suara yang berisik memanggil namanya.

PERENCANAAN KEPERAWATAN DAN RASIONAL


Hari/ No.
Perencanaan Keperawatan
Tanggal Dx
Senin, Kurangnya Tujuan dan Kriteria Hasil:
18 Mei interaksi NOC :
2015 sosial Tujuan umum : klien dapat berinteraksi dengan orang
(isolasi lain
sosial) Tujuan khusus : klien dapat membina hubungan
berhubungan saling percaya
dengan Kriteria evaluasi : Klien mampu berkomunikasi
sistem dengan baik dengan perawat
pendukung Rencana Tindakan Rasional
yang tidak
adekuat
NIC : Hubungan saling
1. a. Bina hubungan saling percaya percaya

32
: merupakan
– Salam perkenalan diri landasan utama
– Ciptakan lingkungan untuk hubungan
yang tenang selanjutnya
– Jelaskan tujuan
interaksi
– Tunjukkan sikap jujur
dan empati setiap kali
berinteraksi
– Buat kontrak interaksi
yang jelas
– Tepat waktu
b. Dorong dan beri Ungkapkan
kesempatan untuk perasaan klien
mengungkapkan kepada perawat
perasaannya sebagai bukti
2.Membantu pasien mengenal bahwa klien
penyebab menarik diri dengan cara mempunyai
: perawat, rasa
– Tanyakan kebiasaan empati akan
pasien tentang meningkatkan
kebiasaan berinteraksi hubungan saling
dengan orang lain percaya
– Tanyakan penyebab
klien tidak ingin
berinteraksi dengan
orang lain
a. Diskusikan dengan klien
penyebab menarik diri
atau tidak mau bergaul
dengan orang lain.
b. Diskusikan dengan klien

33
tentang kemampuan dan
aspek positif yang
dimilikinya
c. Bantu klien memilih
aktifitas yang dapat dilatih
d. Susun daftar aktivitas
yang yang sudah dilatih
bersama klien
e. Berikan pujian terhadap
kemampuan klien
mengungkapkan
perasaannya.
f. Yakinkan bahwa keluarga
mendukung setiap
aktivitas yang dilakukan
oleh klien
Hari/ No.
Perencanaan Keperawatan
Tanggal Dx
Selasa, Perubahan Tujuan dan Kriteria Hasil:
19 Mei persepsi NOC :
2015 sensori; Tujuan dan Kriteria Hasil :
halusinasi Klien dapat berhubungan dengan orang lain untuk
pendengaran mencegah timbulnya halusinasi.
berhubungan
dengan
menarik diri.
Rencana Tindakan Rasional
NIC : 1. Hubungan saling
1. Bina hubungan percaya sebagai dasar
saling percaya interaksi perawat dan
dengan klien klien.
dengan

34
menggunakan
komunikasi
terapeutik
2. Dorong klien 2. Mengetahui
mengungkapkan masalah yang
perasaannya. dialami oleh
3. Ajarkan klien cara klien.
atau tindakan
menghardik
halusinasinya
4. Diskusikan dengan 3. Meningkatkan
klien tentang obat pengetahuan
untuk mengontrol klien tentang
halusinasinya. fungsi obat yang
diminum agar
klien mau minum
obat secara
teratur.
Hari/ No.
Perencanaan Keperawatan
Tanggal Dx
Selasa, Gangguan Tujuan dan Kriteria Hasil:
19 Mei Pola Tidur NOC :
2015 1. Klien mampu mencukupi kebutuhan tidur efektif.
2. Ditujukan dengan perasaan segar setelah tidur, tidak
ada gangguan dalam pola, kualitas, dan rutinitas tidur
serta bangun sesuai pada waktunya.
Rencana Tindakan Rasional
NIC : 1. Mengetahui
Determinasi efek-efek kesadaran, dan
medikasi terhadap pola kondisi tubuh dalam
tidur: keadaan normal atau
1. Jelaskan pentingnya tidak

35
tidur yang adekuat 2. Mengetahui
2. Fasilitasi untuk kemudahan dalam
mempertahankan tidur
aktivitas sebelum tidur 3. Mengidentifikasi
(membaca) penyebab aktual dari
3. Ciptakan lingkungan gangguan tidur
yang nyaman 4. Memudahkan dalam
4. Hindari rangsangan mendapatkan tidur
mental yang tidak yang nyenyak
menyenangkan
sebelum tidur.
Maksudnya, usahakan
psikologis klien
tenang, tidak cemas,
ataupun stres sebelum
tidur.
5. Berikan rasa nyaman
dan rileks, misalnya
dengan:
a. Mengatur posisi
yang nyaman untuk
tidur
b. Anjurkan klien
berkemih sebelum
tidur
c. Tempat tidur yang
bersih dan tidak
boleh basah
6. Kolaborasi pemberian
obat tidur

36
PELAKSANAAN KEPERAWATAN
Hari/ No. Implementasi Keperawatan Evaluasi
Tanggal Dx (SOAP)
Senin, 1.Kurangnya 1. S : Klien
18 Mei interaksi a. Membina hubungan saling mengatakan
2015 sosial percaya : sudah
(isolasi – Memberi salam mengetahui
sosial) perkenalan diri bagaimana
berhubungan – Menjelaskan tujuan berinteraksi
dengan interaksi dengan orang
sistem – Menciptakan lain
pendukung lingkungan yang O : Klien
yang tidak tenang tampak
adekuat – Membuat kontraksi tenang dan
yang jelas nyaman
b. Mendorong dan memberi A : Masalah
kesempatan untuk teratasi
mengungkap-kan sebagian
perasaannya P : Intervensi
mendengarkan klien dilanjutkan
dengan empati
Kurangnya 2. S : Klien
interaksi a. Membantu pasien mengatakan
sosial mengenal penyebab sudah paham
(isolasi menarik diri dengan cara : dan mengerti
sosial) b. Diskusikan dengan klien O : Klien
berhubungan tentang kemampuan dan tampak
dengan aspek positif yang senang
sistem dimilikinya A : Masalah
pendukung c. Membantu klien memilih teratasi
yang tidak aktifitas yang dapat dilatih sebagian
adekuat menyusun daftar aktivitas P : Intervensi
dihentikan

37
yang sudah dilatih bersama
klien
Selasa, 2. Perubahan 1.Membina hubungan saling S : Klien
19 Mei persepsi percaya dengan prinsip mengatakan
2015
sensori; komunikasi teraupetik : sudah
halusinasi -Menyapa klien dengan ramah, mengetahui
pendengaran baik verbal maupun non verbal bagaimana
berhubungan - Memperkenalkan nama cara
dengan lengkap, nama panggilan dan mengontrol
menarik diri. tujuan berkenalan halusinasinya
- Menanyakan nama yang a
disukai klien O : Klien
-Membuat kontrak yang jelas tampak
-Menunjukkan sikap jujur tenang dan
-Memberi perhatian kepada klien nyaman
-Menanyakan perasaan klien dan A : Masalah
masalah yang dihadapi klien teratasi
2. Mengobservasi tingkah laku sebagian
klien terkait dengan P : Intervensi
halusinasinya dilanjutkan

3. Mengidentifikasi bersama
klien cara atau tindakan yang
dilakukan jika terjadi halusinasi
4. Mendiskusikan cara yang
digunakan klien
5. Mendiskusikan cara untuk
mengontrol halusinasi
-Katakan pada diri sendiri ini
tidak nyata (saya tidak mau
mendengar)
-Menemui orang tua/perawat
untuk menceritakan tentang

38
halusinasinya
-Membuat dan melaksanakan
jadwal kegiatan sehari-hari yang
telah disusun
Selasa, 3. Gangguan 1. Menjelaskan pentingnya tidur S : Klien
18 Mei pola tidur yang adekuat mengatakan
2015
2. Memfasilistasi untuk sudah
mempertahankan aktivitas mengetahui
sebelum tidur (membaca) manfaat tidur
3. Menciptakan lingkungan yang yang baik
nyaman O : Klien
4. Memberikan rasa nyaman dan tampak
rileks pada klien dengan : tenang dan
a. mengatur posisi yang nyaman nyaman
untuk tidur A : Masalah
b. menganjurkan klien berkemih teratasi
sebelum tidur sebagian
c. tempat tidur yang bersih dan P : Intervensi
tidak boleh basah dilanjutkan

5. Kolaborasi pemberian obat tidur

EVALUASI
Evaluasi keberhasilan tindakan keperawatan yang sudah dilakukan untuk klien
dengan prioritas masalah kebutuhan dasar kurangnya interaksi sosial (isolasi
sosial), perubahan persepsi sensori; halusinasi pendengaran berhubungan dengan
menarik diri dan gangguan pola tidur (Purba, 2012).
1. Kurangnya interaksi sosial (isolasi sosial)
a. Klien dapat mengetahui bagaimana cara berinteraksi dengan orang lain
b. Dengan memperkenalkan diri
c. Tujuan dan manfaat berinteraksi
d. Klien mengetahui aspek positif yang dimilikinya
e. Klien dapat melakukan aktivitas yang disukai

39
2. Perubahan persepsi sensori; halusinasi pendengaran berhubungan dengan
menarik diri
a. Bina hubungan saling percaya dengan klien dengan menggunakan
komunikasi terapeutik
b. Klien dapat mengungkapkan perasaannya
c. Klien dapat menghardik halusinasinya
3. Gangguan pola tidur
d. Klien dapat mengatasi gangguan tidur yang dialaminya
e. Klien sudah mulai nyaman dan nyenyak untuk tidur
f. Pola tidur klien sudah mulai normal 7-8 jam/hari

40
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Aktualisasi diri adalah kebutuhan naluriah pada manusia untuk melakukan
yang terbaik dari yang dia bisa. Kebutuhan aktualisasi diri (self actualization),
meliputi kebutuhan akan memenuhi keberadaan diri (self fulfillment) melalui
memaksimumkan penggunaaan kemampuan dan potensi diri. Kebutuhan
aktualisasi diri adalah tingkatan kebutuhan yang paling tinggi menurut Maslow
dan Kalish. Pribadi yang ter-aktualisasi oleh Maslow dilukiskan yaitu: “Pribadi
yang teraktualisasi seseorang yang menggunakan dan memanfaatkan secara penuh
bakat, kapasitas, dan potensi diri.
Orang-orang yang dapat mengaktualisasikan dirinya itu merasa sukses dan
mencapai kepuasaan. Mereka dapat meraih kebahagiaan yang hakiki
dibandingkan orang yang tidak mengalami aktualisasi diri. Pada umumnya orang-
orang yang dapat mengaktualisasikan dirinya bercirikan jujur, menjadi dirinya
sendiri, tepat dalam mengekspresikan pikiran dan emosi-emosinya, melihat
dengan jernih, berusaha mencari dan menghadapi emosi dari pada menghindari,
dan memiliki kemampuan jauh diatas rata-rata Orang yang mampu
mengaktualisasikan dirinya sangat memahami bahwa ada eksistensi atau
hambatan lain tinggal (indwelling) didalam (internal) atau di luar (eksternal)
keberadaannya sendiri yang mengendalikan perilaku dan tindakannya untuk
melakukan sesuatu. Menurut Maslow (1970), ada beberapa 11 karakteristik yang
menunjukkan seseorang mencapai aktualisasi diri antara lain : mampu melihat
realitas secara lebih efisisen, penerimaan terhadap diri sendiri dan orang lain apa
adanya, spontanitas, kesederhanaan dan kewajaran, terpusat pada persoalan,
membutuhkan kesendirian, otonomi (kemandiriaan terhadap kebudayaan dan
lingkungan), kesegaran dan apresiasi yang berkelanjutan, kesadaran sosial,
hubungan interpersonal, demokratis, rasa humor yang bermakna dan etis,
kreativitas, independensi, dan pengalaman puncak (peak experiance).

41
B. Saran
Saya berharap kita sebagai manusia dapat mengaktualisasikan diri kita
dengan baik dan benar. Kita juga dapat mengembangkan bakat, kapasitas, dan
potensi diri yang kita miliki di dalam diri kita masing-masing. Dan dengan
mengembangkan setiap bakat yang unik di dalam diri kita maka kita pun dapat
melakukan hal-hal yang positif di dalam kehidupan sehari-hari. Dan selalu
mempunyai kreativitas dalam setiap bakat yang dimiliki sehingga dapat berguna
bagi orang lain dan juga lingkungan sekitar yang sangat membutuhkan kita.

42
DAFTAR PUSTAKA

Allimul H, Aziz A & Chayatin, Nurul. (2006 ). Pengantar Kebutuhan Dasar


Manusia : Aplikasi Konsep dan Proses Keperawatan Jakarta : Salemba
Medika.

Mubarak dan Nurul. (2007). Buku Ajar Kebutuhan Dasar manusia : teori dan
Aplikasi dalam Praktik. Jakarta : EGC.

M. Wilkinson, Judi & Ahern, Nancy R. (2012). Buku Saku :Diagnosis


Keperawatan. Edisi 9. Jakarta : EGC.

Nanda. (2012). Diagnosis Keperawatan :Definisi dan Klasifikasi. Jakarta: EGC.

Potter, P & Perry, A. (2006). Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep,


Proses dan Praktik. Edisi 4. Jakarata : EGC.

43
LAMPIRAN
CATATAN PERKEMBANGAN
Implementasi dan Evaluasi Keperawatan
No. Hari / Implementasi Evaluasi
DX tanggal /
pukul
1. Kurangnya Rabu/20 - Klien dapat membina S :
interaksi sosial Mei 2015 hubungan saling percaya Klien
(isolasi sosial) 10.00 wib - Klien mengetahui perilaku mengatakan
berhubungan menarik diri tanda dan sudah
dengan sistem gejalanya mengetahui
pendukung yang - Klien dapat bergaul dan bagaimana
tidak adekuat berinteraksi dengan orang berinteraksi
lain dan sekitarnya dengan orang
- Klien dapat melakukan lain
aktivitas-aktivitas dari O : Klien
aspek positif yang tampak tenang
dimilikinya TD : 120/80
mmHg
RR : 20 x/menit
Nadi: 74
x/menit
Suhu : 37o C
A:
Masalah teratasi
sebagian
P:
Tindakan
keperawatan
di Lanjutkan

44
2. Perubahan Kamis/21 - Klien dapat S: Klien
persepsi sensori; Mei 2015 mengidentifikasi cara atau mengatakan
halusinasi 10.00 wib tindakan jika terjadi sudah
pendengaran halusinasi mengetahui dan
berhubungan - Klien dapat mengontrol melakukan cara
dengan menarik dan/atau menghardik mengontrol
diri. halusinasinya halusinasinya
- Klien mau menemui dan O:
menceritakan tentang TD: 120/ 70
halusinasi yang mmHg
didengarnya N: 76×/i
RR: 22×/i
Klien tampak
lelah
A: Masalah
teratasi
sebagian
P: Intervensi
dilanjutkan
3. Gangguan pola Kamis/21 - Menjelaskan pentingnya S: Klien
tidur mei 2015 tidur yang adekuat mengatakan
13.00 wib - Memfasilitasi untuk masih
mempertahankan aktivitas terbangun pada
14.40 sebelum tidur (membaca) saat tengah
- Menciptakan lingkungan malam
yang aman dan nyaman O: Klien
- Memberikan rasa nyaman tampak lemas
dan rileks pada klien A:
dengan: Masalah
a. mengatur posisi yang sebagian
nyaman untuk tidur teratasi
b. menganjurkan klien P:

45
berkemih sebelum Intervensi
tidur dilanjutkan
c. tempat tidur yang
bersih dan tidak boleh
basah
d. kolaborasi pemberian
obat tidur

46

Anda mungkin juga menyukai