SKRIPSI
Oleh :
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala
rahmatNya sehingga makalah ini dapat tersusun sehingga dapat menyelesaikan
makalah ini tentang Proposal Penelitian Kuantitatif.
Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas Metodologi
Penelitian guna agar proses perkuliahan berjalan dengan lancar.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapat dukungan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk
itu kami menyampaikan terimakasih kepada :
Terlepas dari semua itu, saya menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tatabahasanya. Oleh karena itu
saya sangat mengharapkan saran dan kritik dari pembaca demi kempurnaan
makalah ini.
Semarang, Oktober 2019
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
iii
E. Hipotesa...................................................................................................... 22
BAB III ................................................................................................................. 23
METODOLOGI PENELITIAN ............................................................................ 23
A. Jenis dan Desain Penelitian ........................................................................ 23
B. Waktu dan Tempat Penelitian .................................................................... 23
C. Definisi Operasional................................................................................... 23
D. Populasi, Sampel dan Teknik Sampling..................................................... 24
E. Alat Pengumpulan Data ............................................................................. 25
F. Teknik Pengumpulan Data ......................................................................... 26
G. Pengolahan Data......................................................................................... 28
H. Analisa Data ............................................................................................... 29
I. Etika Penelitian .......................................................................................... 30
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 31
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
penduduk Indonesia. Di Indonesia, usia harapan hidup meningkat dari 68,6
tahun (2004) meningkat menjadi 72 tahun (2015).
2
perubahan perilaku pada penderita seperti, melupakan dirinya, memusuhi
orang-orang sekitar, dan pada lansia biasanya akan mengalami keluyuran
sendiri sehingga akan mudah hilang karena tidak ingat akan arah jalan
pulang (Dyah Nastiti, 2015).
Tujuan Khusus
3
Hasil penelitian diharapkan supaya dapat memberikan informasi pada
warga tentang permainan catur untuk peningkatan kognitif lansia.
4. Bagi peneliti
Hasil penelitian ini diharapkan supaya dapat meningkatkan wawasan
peneliti mengenai pengaruh permainan catur untuk peningkatan
kognitif lansia sehingga menjadi bekal bagi peneliti.
Nama
Peneliti, Judul Penelitian Metode Hasil Perbedaan
Tahun
Emilyani, Pengaruh Life - Quasy Eksperiment Ho ditolak dan Ha Penelitian dahulu :
Desty, Review Therapy dengan rancangan diterima yang artinya variabel dependen
Awan terhadap penelitian “One Group bahwa ada pengaruh kemampuan kognitive
Dramawan, Kemampuan Pre Test-Post Test. Life Review Therapy lansia, variabel
2019 Kognitif Lansia - Populasi sebanyak 10 terhadap tingkat independen Life Review
Demensia di Orang. Sampel diambil kemampuan kognitif Therapy.
PTSW menggunakan tehnik total (intelektual) lansia
Puspakarma sampling. dengan demensia di Penelitian sekarang :
Mataram - Pengumpulan data teknik PSTW “Puspakarma” variabel independen
studi dokumentasi, Mataram. permainan catur,
wawancara dan observasi. sedangkan variabel
- Instrumen : kuesioner dependen peningkatan
MMSE. kognitif lansia
- Variabel dependen
kemampuan kognitive
lansia, variabel
independen Life Review
Therapy.
- Analisa data uji statistik t-
test dengan signifikan
level 0,05 (5%).
Hatmanti, Senam Lansia - Desain pra eksperimental Hasil penelitian senam Penelitian dahulu :
Nety dan Terapi dengan desain one group lansia dan terapi Desain pra eksperimental,
Mawarda, Puzzle Terhadap pra post tes puzzle terhadap teknik pengambilan
Ana Yunita, Demensia Pada - Populasi seluruh lansia 91 demensia didapatkan sampel probability
2019 Lansia lansia. Sampel didapatkan nilai ρ = 0,015, berarti Sampling dengan jenis
35 responden. ρ <ɑ maka Ho ditolak simple random sampling.
- Tehnik pengambilan artinya ada pengaruh
sampel menggunakan senam lansia dan Penelitian sekarang :
probability Sampling terapi Desain quasi
dengan jenis simple puzzle terhadap eksperimental, teknik
random sampling. demensia pada lansia. pengambilan sampel
- Variabel dalam penelitian Nonprobability Sampling
ini adalah senam lansia, dengan jenis purposive
terapi puzzle dan sampling.
demensia.
- Instrumen : lembar
4
kuisioner yaitu MMSE.
- Data dianalisis dengan uji
statistik T-test.
Andari, Perbedaan - Metode penelitian Hasil analisis data Penelitian dahulu :
Fatsiwi Efektivitas experiment, yaitu Quasi penelitian Teknik total sampling
Nunik, dkk, Senam Otak experiment with pre and menunjukkan dan metode consecutive
2018 terhadap posttest design. bahwa ada perbedaan sampling
Peningkatan - Populasi 35 orang fungsi kognitif antara
Fungsi Kognitif menggunakan tehnik total lansia laki-laki dan Penelitian sekarang :
Antara Lansia sampling dan metode perempuan sesudah Teknik pengambilan
Laki-laki dan consecutive sampling diberikan intervensi sampel Nonprobability
Perempuan didpaat sampel 30 orang senam otak dengan P Sampling dengan jenis
- Instrumen yang digunakan value = 0,025. purposive sampling.
The Short Portable Mental Disimpulkan bahwa
Status Questionnaire ada perbedaan
(SPMSQ). efektivitas senam otak
- Uji t independen terhadap peningkatan
fungsi kognitif antara
lansia aki-laki dan
perempuan. Senam
otak lebih efektif
untuk peningkatan
fungsi kognitif pada
lansia laki-laki.
5
gardening therapy. meningkatkan nilai
SPSMQ pada lansia.
Taplo, Yusti Aktivitas - Metode penelitian quasi - Hasil penelitian Penelitian dahulu :
Muzdalifah, Bermain Domino eksperimen, dengan dengan eksperimental, teknik
dkk, 2019 Sebagai Media pendekatan pretest- menggunakan uji pengambilan sampel
untuk posttest with conrol grup. Mann Whitney pada probability Sampling
Meningkatkan - Pengambilan sampel tingkat kemaknaan dengan jenis simple
Kemampuan dilakukan metode total 95%, didapat bahwa random sampling.
Fungsi Kognitif sampling dengan jumlah nilai signifikan
Berhitung pada sampel sebanyak 40 adalah 0,007 atau Penelitian sekarang :
Lansia responden. lebih kecil dari nilai Desain quasi
- Instrument kuisioner signfikan 0,05 eksperimental, teknik
MMSE dan lembar (0,007< 0,05). pengambilan sampel
observasi. - Hasil penelitian ini Nonprobability Sampling
- Uji Shapiro wilk menunjukan bahwa dengan jenis purposive
aktivitas bermain sampling.
domino dapat
meningkatkan
kemampuan fungsi
kognitif berhitung
lansia.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori
1. Pengertian Demensia
Demensia adalah suatu proses neurodegeneratif dengan gejala
penurunan kognitif meliputi memori, bahasa, atensi, fungsi eksekutif,
dan visuospasial. Gejala demensia meliputi penurunan ingatan,
kesulitan berkomunikasi, dan perubahan mood dan kebiasaan
(Mardjono, 2010; Grabowski et al, 2004; SIGN, 2006). Demensia
adalah sindrom klinis yang meliputi hilangnya fungsi intelektual dan
memori yang sedemikian beratnya sehingga menggangu aktivitas
hidup sehari-hari dan aktivitas sosial. Demensia adalah keadaan ketika
seseorang mengalami penurunan daya ingat dan daya piker lain secara
nyata mengganggu aktivitas kehidupan sehari-hari. Kemunduran
kognitif pada demensia biasanya diawali dengan kemunduran
memori/daya ingat (pelupa). Demensia terutama disebabkan oleh
penyakit Alzheimer berkaitan erat dengan usia lanjut (Wahjudi, 2008).
Penyakit yang meingkatkan gejala demensia antara lain penyait
Alzheimer, masalah vaskuler seperti demensia multi infark,
hidrosefalus, tekanan normal, penyakit Parkinson, alkoholisme kronis,
penyakit Pick, penyakit Huntington, dan AIDS. Sedikitnya setengah
dari seluruh penghuni panti jompo menderita demensia (Maslow,
1994). Demensia Alzheimer adalah penyakit degenaratif otak yang
progresif, yang mematikan sel otak sehingga mengakibatkan
menurunnya daya ingat, kemampuan berpikir, dan perubahan perilaku.
(Wahjudi, 2008).
2. Penyebab Demensia
Penyebab demensia Alzheimer masih belum diketahui secara
pasti (idiopati), tetapi ada beberapa teori menjelaskan kemungkinan
adanya
7
a. Faktor genetic
b. Radikal bebas
c. Toksin amiloid
d. Pengaruh logam alumunium
e. Akibat infeksi virus
f. Pegaruh lingkungan lain.
8
paling menarik adalah bahwa apolipoprotein E e4 alel pada
kromosom 19 mempengaruhi risiko pengembangan penyakit.
The e4 alel gen ini meningkatkan risiko dan alel e2 dapat
mengurangi itu. Meskipun penelitian awal dengan sampel
klinis menunjukkan hubungan yang sangat kuat antara
apolipoprotein E e4 genotipe dan demensia tipe Alzheimer,
studi lainnya-baru dengan sampel populasi umum
menunjukkan hubungan lemah. Saat ini banyak minat ada
dalam temuan awal bahwa kombinasi memiliki alel e4 dan
terinfeksi dengan herpes simpleks tipe 1 virus memberikan
risiko yang sangat tinggi. Sekarang jelas bahwa meskipun
semua individu dengan alel e4 berada pada peningkatan risiko,
bahkan homozigot dapat hidup sampai usia 90 5 dengan hanya
50 persen kemungkinan terkena demensia a. Usulan menarik
adalah bahwa apolipoprotein E genotipe memprediksi kapan
(bukan apakah) seseorang cenderung untuk mengembangkan
demensia ini. Temuan epidemiologi mungkin dalam waktu
mengarah pada pengembangan metode farmakologis untuk
memperlambat pengendapan b-amiloid.
d. Down Syndrome
Orang dengan sindrom Down mengembangkan perubahan otak
demensia tipe Alzheimer’s sebelum usia 40. Hal ini diyakini
berhubungan dengan mereka memiliki salinan tambahan dari
gen prekursor amiloid pada kromosom 21. Menariknya, mereka
biasanya tidak mengembangkan demensia hingga jauh lebih
tua, yang mungkin berarti bahwa akumulasi amiloid adalah
diperlukan tetapi tidak cukup untuk pengembangan demensia
tipe Alzheimer.
9
4. Patofisiologis Demensia Alzheimer
Dr. Alois Alzheimer pertama kali mendeskripsikan dua jenis
struktur abnormal yang ditemukan pada otak mayat penderita penyakit
Alzheimer : plak amiloid dan kekusutan neurofibril. Terdapat juga
penurunan neurotransmiter tertentu, terutama asetikolin. Area otak
yang terkena penyakit Alzheimer terutama adalah korteks serebri dan
hipokampus, keduanya merupakan bagian penting dalam fungsi
kognitif dan memori.
10
5. Klasifikasi Demensia
Klasifikasi Demensia (Sjahrir, 1999) Demensia terbagi atas 2 dimensi:
a. Menurut umur, terbagi atas:
1) Demensia senilis, onset > 65 tahun
2) Demensia presenilis, onset < 65 tahun
b. Menurut level kortikal
1) Demensia kortikal
2) Demensia subkortikal
11
neurofibrilary tangle (hyperphosphorylated protein tau). Saat ini
terdapat kecenderungan melibatkan pemeriksaan biomarka
pencitraan Magnetic Resonance Imaging (MRI) struktural dan
fungsional serta pemeriksaan cairan otak (β-amiloid dan protein
tau) untuk menambah akurasi diagnosis (Ong dkk, 2015).
b. Demensia Vaskuler Vascular Cognitive Impairment (VCI)
merupakan terminologi yang memuat defisit kognisi yang luas
mulai dari gangguan kognisi ringan sampai demensia yang
dihubungkan dengan faktor risiko vaskuler (Ong dkk, 2015).
Demensia vaskuler adalah penyakit heterogen dengan patologi
vaskuler yang luas termasuk infark tunggal, demensia multi-infark,
lesi kortikal iskemik, stroke perdarahan, gangguan hipoperfusi,
gangguan hipoksik dan demensia tipe campuran (penyakit
Alzheimer dan stroke/lesi vaskuler). Faktor risiko mayor
kardiovaskuler berhubungan dengan kejadian aterosklerosis dan
VaD. Faktor risiko Universitas Sumatera Utara 13 vaskuler ini juga
memacu terjadinya stroke akut yang merupakan faktor risiko untuk
terjadinya VaD. Cerebral Autosomal Dominant Arteriopathy with
Subcortical Infarcts and Leucoensefalopathy (CADASIL), adalah
bentuk small vessel disease usia dini dengan lesi iskemik luas pada
white matter dan stroke lakuner yang bersifat herediter (Ong dkk,
2015).
c. Demensia Lewy Body dan Demensia Penyakit Parkinson
Demensia Lewy Body (DLB) adalah jenis demensia yang sering
ditemukan. Sekitar 15-25% dari kasus autopsi demensia menemui
kriteria demensia ini. Gejala inti demensia ini berupa demensia
dengan fluktuasi kognisi, halusinasi visual yang nyata (vivid) dan
terjadi pada awal perjalanan penyakit orang dengan Parkinsonism.
Gejala yang mendukung diagnosis berupa kejadian jatuh berulang
dan sinkope, sensitif terhadap neuroleptik, delusi, dan atau
halusinasi modalitas lain yang sistematik. Juga terdapat tumpang
12
tindih dengan temuan patologi antara DLB dengan penyakit
Alzheimer. Namun secara klinis orang dengan DLB cenderung
mengalami gangguan fungsi eksekutif dan visuospasial sedangkan
performa memori verbalnya relatif baik jika dibanding penyakit
Alzheimer yang terutama mengenai memori verbal (Ong dkk,
2015). Demensia Penyakit Parkinson/Parkinson Disease Dementia
(PDD) adalah bentuk demensia yang juga sering ditemukan.
Prevalensi demensia pada penyakit Parkinson 23-32% enam kali
lipat dibanding populasi umum (3-4%). Secara klinis, sulit
membedakan antara DLB dan PDD. Pada DLB, awitan demensia
dan Parkinsonism harus terjadi dalam satu tahun sedangkan pada
PDD gangguan fungsi motorik terjadi bertahun-tahun sebelum
demensia (10-15 tahun) (Ong dkk, 2015).
d. Demensia Frontotemporal Demensia
Frontotemporal/Frontotemporal Dementia (FTD) adalah jenis
tersering dari Demensia Lobus Frontotemporal/ Frontotemporal
Lobar Dementia (FTLD). Terjadi pada usia muda (early onset
dementia/EOD) sebelum umur 65 tahun dengan rerata usia adalah
52,8–56 tahun. Karakteristik klinis berupa perburukan progresif
perilaku dan atau kognisi pada observasi atau riwayat penyakit.
Gejala yang menyokong yaitu pada tahap dini (3 tahun pertama)
terjadi perilaku disinhibisi, apati atau inersia, kehilangan
simpati/empati, perseverasi, stereotipi atau perilaku
kompulsif/ritual, hiperoralitas/perubahan diet dan gangguan fungsi
eksekutif tanpa gangguan memori dan visuospasial pada
pemeriksaan neuropsikologi (Ong dkk, 2015). Pada pemeriksaan
Computed Tomography (CT) atau MRI ditemukan atrofi lobus
frontal dan atau anterior temporal dan hipoperfusi frontal atau
hipometabolisme pada Single-photon Emmision Tomography
(SPECT) atau Positron Emission Tomography (PET). Dua jenis
FTLD lain yaitu Demensia Semantik dan Primary Non-Fluent
13
Aphasia (PNFA), dimana gambaran disfungsi bahasa adalah
dominan disertai gangguan perilaku lainnya. Kejadian FTD dan
Demensia Semantik masing-masing adalah 40% dan kejadian
PNFA sebanyak 20% dari total FTLD (Ong dkk, 2015).
e. Demensia Tipe Campuran Koeksistensi patologi vaskular pada
penyakit Alzheimer sering terjadi. Dilaporkan sekitar 24-28%
orang dengan penyakit Alzheimer dari klinik demensia yang
diautopsi. Pada umumnya pasien demensia tipe campuran ini lebih
tua dengan penyakit komorbid yang lebih sering. Patologi penyakit
Parkinson ditemukan pada 20% orang dengan penyakit Alzheimer
dan 50% orang dengan DLB memiliki patologi penyakit Alzheimer
(Ong dkk, 2015).
14
f. Gangguan berkomunikasi, yaitu kesulitan berbicara dan mencari
kata yang tepat untuk menjelaskan suatu benda, seringkali berhenti
di tengah percakapan dan bingung untuk melanjutkannya.
g. Menaruh barang tidak pada tempatnya dan kadang curiga ada yang
mencuri atau menyembunyikan barang tersebut, juga termasuk
gejala Demensia Alzheimer.
h. Salah membuat keputusan, seperti kesulitan berbicara dan mencari
kata yang tepat untuk menjelaskan suatu benda seringkali berhenti
ditengah jalan dan sulit untuk melanjutkan kembali. Kesembilan,
menarik diri dari pergaulan, tidak memiliki semangat ataupun
inisiatif untuk melakukan aktivitas atau hobby yang biasa
dinikmati, tidak terlalu semangat untuk pergi bersosialisasi.
i. Adanya perubahan perilaku dan kepribadian, emosi berubah seara
drastis, menjadi bingung, curiga, depresi, takut atau tergantung
yang berlebihan pada anggota keluarga, mudah kecewa, marah dan
putus asa baik di rumah maupun dalam pekerjaan (Kemenkes RI,
2013).
7. Tahapan Demensia
a. Stadium I / awal
Berlangsung 2-4 tahun dan disebut stadium amnestik dengan gejala
gangguan memori, berhitung dan aktivitas spontan menurun.
Fungsi memori yang terganggu adalah memori baru atau lupa hal
baru yang dialami, dan tidak menggangu aktivitas rutin dalam
keluarga (Stanley, 2007).
b. Stadium II / pertengahan
Berlangsung 2-10 tahun dan disebut fase demensia. Gejalanya
antara lain, disorientasi, gangguan bahasa (afasia). Penderita
mudah bingung, penurunan fungsi memori lebih berat sehingga
penderita tidak dapat melakukan kegiatan sampai selesai, gangguan
kemampuan merawat diri yang sangat besar, gangguan siklus tidur,
mulai terjadi inkontinensia, tidak mengenal anggota keluarganya,
15
tidak ingat sudah melakukan suatu tindakan sehingga
mengulanginya lagi. Dan ada gangguan visuospasial yang
menyebabkan penderita mudah tersesat di lingkungan (Stanley,
2007).
c. Stadium III / akhir
Berlangsung 6-12 tahun. Penderita menjadi vegetatif, tidak
bergerak dengan gangguan komunikasi yang parah (membisu),
ketidakmampuan untuk mengenali keluarga dan teman-teman,
gangguan mobilisasi dengan hilangnya kemampuan untuk berjalan,
kaku otot, gangguan siklus tidur-bangun, dengan peningkatan
waktu tidur, tidak bisa mengendalikan buang air besar atau kecil.
Kegiatan sehari-hari membutuhkan bantuan orang lain dan
kematian terjadi akibat infeksi atau trauma (Stanley, 2007).
8. Fungsi Kognitif
Kognitif adalah salah satu fungsi tingkat tinggi otak manusia
yang terdiri dari beberapa aspek seperti; persepsi visual dan konstruksi
kemampuan berhitung, persepsi dan pengguanan bahasa, pemahaman
dan penggunaan bahasa, proses informasi, memori, fungsi eksekutif,
dan pemecahan masalah sehingga jika terjadi gangguan fungsi kognitif
dalam jangka waktu yang panjang dan tidak dilakukan penanganan
yang optimal dapat mengganggu aktifitas sehari-hari (Wibowo, 2014).
16
Perkembangan kognitif seseorang sangat dipengaruhi oleh latihan-
latihan dan pengalaman.
c. Interaksi Sosial
Perkembnagan fungsi kognitif juga dipengaruhi oleh hubungan
dengan lingkungan sekitar, terutama situasi sosial, baik itu
interaksi antara teman sebaya maupun orang terdekat.
d. Ekuilibrasi
Proses terjadinya keseimbangan yang mengacu pada keempat thap
perkembangan kognitif.
a. Orientasi
Orientasi dinilai dengan pengacauan pada personal, tempat dan
waktu. Orientasi terhadap personal menunjukkan informasi yang
“over-learned”. Orinetasi tempat dengan menanyakan Negara,
provinsi, kota, gedung. Sednagkan orientsi wkatu dinilai dengan
menanyakan tahun, bulan, hari, tanggal.
b. Bahasa
Fungsi bahasa merupakan kemampuan yang meliputi 4 parameter
yaitu kelancaran, pemahaman, pengulanga dan naming. Kelancaran
merujuk pada kemampuan menghasilkan kalimat panjang, ritme,
dan melodu yang normal. Pemahaman merujuk pada kemapuan
untuk memahami suatu perkataan atau peritah, dibuktikan dengan
mampunya seseorang melakukan perintah tersebut. Pengulangan
menilai kemampuan seseornag untuk mengulangi suatu pernyataan
17
atau kalimat yang diucapkan seseorang. Naming merujuk pada
kemampuan seseorang untuk menamai suatu objek beserta bagian-
bagiannya.
c. Atensi
Goldman (2000) menjelaskan bahwa atensi merujuk pada
kemampuan seseorang untuk merespon stimulus spesifik dengan
mengabaikan stimulus yang lain dari lingkungannya.
d. Memori
Memori dibagi 2 bentuk yaitu tersurt dan tersirt. Memori tersurat
berhubungan dengan kesadaran sednagkan memori tersirat tidak
berhubungan dengan kesadaran.
e. Konstruksi, Kalkulasi dan Penalaran
Fungsi konstruksi mengacu pada kemmpuan seseorang untuk
membangun dengan sempurna, dinilai dengan meminta seseorang
untuk menyalin gambar, manipulasi balok . kalkulasi yaitu
kemampuan seseorang unutk menghitung angka sedangkan
penalaran merupakan kemampuan seseorang membedakan baik
burukny suatu hak serta berpikir abstrak.
18
Penurunan terkait penuaan ditunjukkan dalam kecepatan, memori
jangka pendek, memori kerja dan memori jangka panjang. Perubahan
ini telah dihubungkan dengan perubahan pada struktur dan fungsi otak
(Myers, 2008).
19
komputer mengalami penurunan kerusakan kognitif atau daya guna
otak hingga 30 persen. Sementara itu, mereka yang aktif melakukan
kegiatan sosial hingga membuat kerajinan tangan mengalami
penurunan kerusakan daya guna otak sebesar 22 hingga 28 persen.
Harun (1985:28) mengemukakan bahwa permainan catur
merupakan suatu model perang diatas papan catur. sedangkan
permainan catur modifikasi adalah suatu permainan memindahkan
buah catur pada petak yang dimaksudkan sesuai aturan pergerakan
buah catur dan dilakukan diatas papan catur. Permainan catur
modifikasi ini memiliki berbagai keunggulan yaitu mampu
mengembangkan ketelitian, meningkatkan konsentrasi, mengasah daya
ingat
20
B. Kerangka Teori
Permainan Catur
21
C. Kerangka Konsep
Kerangka konsep adalah suatau biangan atau kaitan antara konsep-
konsep atau variabel-variabel yang akan diamati (diukur) melalui
penelitian yang dimaksud.
D. Variabel Penelitian
Variable adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat, atau
ukuran yang dimiliki atau didapatkan oleh satuan penelitian tentang
sesuatu konsep penelitian tertentu (Notoatmojo, 2012). Dalam penelitian
ini ada 2 variabel yaitu
E. Hipotesa
Hipotesis merupakan jawaban sementara atas pertanyaan penelitian
yang telah dirumuskan dalam perencanaan penelitian (Notoatmojo, 2012).
Hipotesis dalam penelitian ini adalah
Ho: Tidak Ada pengaruh permainan catur terhadap peningkatan fungsi
kognitif lansia dengan demensia.
Ha: Ada pengaruh permainan catur terhadap peningkatan fungsi kognitif
lansia dengan demensia.
22
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
C. Definisi Operasional
Tabel 3.1 Definisi Operasional
No Variabel Alat Ukur dan
Definisi Opersional Hasil Ukur Skala
Penelitian Cara Ukur
1. Permainan Jenis permaian yang Papan catur, SOP - -
Catur menggunakna daya ingat permainan catur
dan konsentrasi penuh
sehingga nanti dapat
meningkatkan fungsi
kognitif
23
2. Fungsi Salah satu fungsi INA-MoCA, ≤ Gangguan/tidak Nominal
Kognitf memori yang umumnya 26 tidak normal normal dan
pada lansia mengalami normal
penurunan kognitifnya
24
2) Lansia bersikap kooperatif yaitu bisa diajak kerja sama selama
penelitian berlangsung
3) Lansia yang mengalami kepikunan/ demensia
4) Lansia bersedia menjadi responden
5) Dapat memainkan permainan catur
b. Kriteria Eksklusi
1) Lansia tidak dengan hipertensi
3. Teknik sampling
Sampling adalah proses menyeleksi porsi dari populasli untuk
dapat mewakili populasi. Teknik Sampling merupakan cara-cara yang
ditempuh dalam pengambilan sampel, agar memperoleh sampel yang
benar-benar sesuai dengan keseluruhan subjek penelitian (Nursalam,
2016). Adapun teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini
adalah teknik non-probability sampling dengan tipe purposive
sampling yaitu teknik pegambilan smapel dengan cara peneliti
menentukan kriteria sampel yang akan diteliti (Nursalam, 2016).
25
dan reabilitas MoCA untuk mendeteksi gangguan kognitif ringan
adalah 90– 96% (sensitifitas) dan 87–95% (spesifisitas) (Doerflinger,
2012). Menurut Doerflinger (2012), MoCA dalam versi Indonesia
(MoCA – Ina) telah diuji oleh Husein et al., (2009). Hasil penelitian
menunjukkan bahwa sensitivitas MoCA-Ina terhadap MMSE untuk
skrining MCI (Mild Cognitive Impairment) adalah 89%, dan untuk
skrining demensia adalah 72%. Spesifisitas MoCA-Ina terhadap
MMSE untuk skrining MCI adalah 48%, dan untuk skrining demensia
adalah 96%. Nilai prediksi positif MoCA-Ina untuk skrining MCI
adalah 66%, dan untuk skrining demensia adalah 80%. Nilai prediksi
negatif MoCA-Ina untuk skrining MCI adalah 80%, dan untuk skrining
demensia adalah 95% (Sangkereng, 2014).
3. Uji realibilitas
Realibilitas adalah kesamaan hasil pengukuran atau pengamatan bila
fakta atau kenyataan hidup tadi diukur atau diamati berkali-kali dalam
waktu yang barlainan (Nursalam, 2016). Pengujian reliabilitas
instrumen dilakukan dapat dilakukan secara eksternal maupun internal.
Secara eksternal pengujian dapat dilakukan dengan test-retest
(stability), equivalent, dan gabungan keduanya. Secara internal
reliabilitas instrumen dapat diuji dengan menganalisis konsistensi
butir-butir yang ada pada instrumen dengan teknik tertentu (Sugiyono,
2014).
26
mengumpulkan data dengan cara melakukan pengamatan langsung
kepada responden untuk mencari perubahan atau hal-hal yang akan
diteliti (Notoatmodjo, 2010). Dalam hal ini peneliti memilih
observasi terstruktur yaitu secara cermat mendefinisikan yang
diobservasi melalui perencanaan yang matang yaitu permainan catur
c. Data sekunder
Data sekunder merupakan data yang didapat tanpa bertemu
langsung dengan responden atau orang kedua. Dalam penelitian
menggunakan data sekunder rekam medis (CM) pasien atau kelurga
pasien.
2. Prosedur
a. Tahap Persiapan
Prosedur pengumpulan data dilakukan oleh peneliti meliputi
beberapa langkah antara lain :
1) Peneliti mengajukan surat permohonan melakukan penelitian
kepada Ketua STIKES Karya Husada Semarang.
2) Penelitian memberikan Surat Pengantar Peneliti kepada Dinas
kesehatan kabupaten demak dan kepala puskesmas Rowosari
Semarang.
3) Melakukan studi pendahuluan
4) Peneliti menentukan responden yang akan dijadikan sampel
peneliti, kemudian memperkenalkan diri dan menjelaskan
tujuan peneliti kepada responden.
5) Setelah responden setuju untuk dijadikan responden dalam
penelitian, maka responden disarankan untuk mengisi lembar
informed concent.
6) Menjelaskan cara melakukan senam hamil dan jalan kaki
7) Melakukan permainan catur selama 6 minggu, seminggu 3
kali dengan durasi 30 menit.
8) Melakukan penyusunan laporan penelitian.
b. Tahap Pelaksanaan
27
Penelitian melakukan intervensi pada kelompok intervensi
diberikan terapi permainan catur seminggu 3 kali yang dilakukan
selama 3 minggu dengan dibentuk menjadi 3 kelompok kecil yang
terdiri dari 6 orang anggota kecil. Pada pertemuan selanjutnya tetap
menggunakan kelompok tersebut. Sedangkan pada kelompok
kontrol diberikan tindakan yang sama seperti kelompok intervensi
tetapi dilakukan setelah didapatkan hasil post test pada kelompok
intervensi dan kelompok kontrol.
c. Tahap Pelaporan
Mendokumentasikan atau menyusun hasil laporan yang
sudah dilakukan.
G. Pengolahan Data
Analisis penelitian dilakukan untuk mendapatkan informasi yang akurat
dan tepat, ada empat dalam pengolahan data yang harus dilakukan
(Arikunto, 2013) :
1. Editing
Editing adalah merupakan kegiatan untuk pengecekan isian formulir
atau kuesioner apakah jawaban yang ada di kuesioner sudah lengkap,
jelas dan konsisten.
2. Coding
Coding merupakan kegiatan mengubah data berbentuk huruf menjadi
data berbentuk angka/bilangan. Kode biasanya digunakan untuk
mengidentifikasi data demografi responde.
3. Processing
Processing yaitu memproses data agar data yang sudah di-entry dapat
dianalisis.
4. Cleaning
Cleaning merupakan bagian pengecekan kembali data yang sudah di-
entry apakah ada kesalahan atau tidak.
28
H. Analisa Data
a. Analisa Univariat
Analisa Univariat adalah dilaukan terhadap tiap variable dari hasil
penelitian pada umumnya dalam analisis ini hanya menghasilkan
distribusi dan parameter dari tiap variable (Notoadmojo, 2010). Data
univariat yang di analisis dalam penelitian ini adalah melihat
permainan catur untuk meningkatkan fungsi kognitif lansia
b. Analisa Bivariat
Analisa yang dilakukan yaitu uji normalitas post senam hamil dan
jalan kaki. Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah ada
distribusi sebuah data mengikuti atau mendekati disribusi normal,
yakni distribusi data yang mempunyai pola seperti distribusi normal
(distribusi data tersebut tidak menceng ke kiri atau ke kanan)
(Sujarweni, 2014).
Penelitian ini memperoleh dua data. Data pertama adalah data hasil
pre test dan post test dari kelompok intervensi dan data kedua adlah
data hasil pre test dan post test dari kelompok control. Setiap data
diatas akan diukur menggunakan uji statistik paired t-test yaitu uji
statisik komparasi dua sampel berpasangan dengan variable skala
interval yang memiliki distribusi data normal menggunakan derajat
kemaknaan ɑ=0,05. Jika hasil analisis penelitian didapatkan nilai p<
0,05 maka hipotesis penelitian diterima yang artinya ada pengaruh
permainan catur terhadpaa peningkatan fungsi kognitif lansia.
Kemudian dilakukan lagi uji statistik independent t-test yaitu uji
statistik komparasi dua sampel bebas dengan distribusi data normal
menggunakan derajat kemaknaan ɑ= 0,05. Uji statistik ini digunakan
untuk mengetahui perbandingan hasil post test fungsi kognitif pada
lansia kelompok intervensi dan kelompok kontrol. Jika hasil analisis
penelitian didapatkan nilai p< 0,05 maka hipotesis penelitian diterima
yang artinya ada perbedaan antara kelompok intervensi dan kelompok
kontrol.
29
I. Etika Penelitian
Dalam mengambil data klien, peneliti memiliki beberapa aturan
mengenai masalah etika, antara lain :
1. Informed Concent
Lembar persetujuan akan diberikan kepada responden yang memenuhi
kriteria inklusi. Jika pasien bersedia menjadi responden maka harus
menandatangani lembar persetujuan dan pasien yang menolak tidak
akan dipaksa dan tetap menghormati haknya.
2. Anonimity
Untuk menjaga kerahasiaan, peneliti tidak akan mencantumkan nama
responden, tetapi hanya member kode tertentu pada setiap responden.
3. Confidentiality
Kerahasiaan informasi yang diberikan oleh responden dijamin oleh
peneliti dan hanya sekelompok data yang dilaporkan dalam hasil
penelitian.
4. Autonomi
Setiap manusia memiliki hak-hak dasar kebebasan individu. Peneliti
akan memberikan terbukanya informasi individu termasuk informasi
yang bersifat pribadi. Sedangkan, tidak semua orang menginginkan
informasi yang diketahui orang lain. Sehingga peneliti perlu
memperhatikan hak-hak dasar individu tersebut.
5. Justice (Keadilan)
30
DAFTAR PUSTAKA
Hatmanti, N. M dan Ana Yulita. 2019. “Senam Lansia dan Terapi Puzzle
Terhadap Demensia Pada Lansia” dalam Jurnal Keperawatan
Muhammadiyah 4 (1) http://journal.um-
surabaya.ac.id/index.php/JKM/article/view/2422 diaskses pada 30
September 2019
http://www.depkes.go.id/pdf.php?id=16031000003 diaskses pada 30 September
2019.
https://media.neliti.com/media/publications/247558-pengembangan-media-
permainan-edukatif-te-f23d68a2.pdf diaskses pada 30 September 2019.
https://www21.ha.org.hk/smartpatient/EM/MediaLibraries/EM/EMMedia/Dement
ia-Indonesian.pdf?ext=.pdf diaskses pada 30 September 2019.
Mardjono M, Sidharta P. 2010. Neurologi Klinis Dasar. Jakarta: Dian Rakyat
31
McDowell, FH, and Cedarbaum, FH: Natural history of dopa treated Parkinson’s
disese: 18 years follow-up. In Rose, FC (ed): Parkinson Disease Clinical
and Experimental Advances: John Libby, London, 1987.
Maslow, K: Current knowledge about special care units: Findings of a study by
the U.S Office of Technology Assesment. Alzheimer Dis Assoc Disird
8(1):14-39, 1994
Mufidah Rahmah. https://jurnalmahasiswa.unesa.ac.id/index.php/jurnal-bk-
unesa/article/view/28119/25723 diaskses pada 30 September2019.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka
Cipta..
Novitasari Leonard Tanaya dan Dr. Ir. Joyce M. Laurens, M. Arch.
http://publication.petra.ac.id/index.php/teknik-arsitektur/article/view/7816
diaskses pada 30 September 2019.
Nugroho, Wahjudi. 2008. Keperawatan Gerontik dan Geriatrik. Jakarta : EGC.
32
Widyastuti, R. H, dkk. 2019. “Gardening Therapy: Alternatif Tindakan Dalam
Mencegah Progresivitas Demensia Pada Lansia Di Panti Wreda” dalam
Jurnal Pengabdian dan Pemberdayaan Masayarakt Vol. 3 No. 2
http://jurnalnasional.ump.ac.id/index.php/JPPM/article/view/4053 diaskses
pada 30 September.
Wildan AWL, dkk. 2016. “Pengaruh Chess Game (Permainan Catur) terhadap
Pikiran Nyaman (Kognitif) pada Lansia Demensia” dalam jurnal
Keperawatan Vol. IX No 2 http://journal.poltekkesdepkes-
sby.ac.id/index.php/KEP/article/viewFile/335/277 diaskses pada 30
September 2019.
Williams Lippincott, Wilkins, komprehensive text book of Psychiatry. 7th edition.
In Kaplan & Sadock’s; Philadelphia. Hal:6214-6217
33