OLEH :
Mengetahui,
ii
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kehadirat Tuhan yang maha Esa atas berkat dan karunia-Nya penulis
dapat menyelesaikan penulisan laporan kasus pada bagian pediatri RS Wahidin
Sudirohusodo. Laporan ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk
menyelesaikan stase.
Dengan ini perkenankan penulis dengan tulus hati dan rasa hormat menyampaikan
terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada: Orang tua saya, Bapak
dan Ibu serta saudara-saudara yang telah memberikan doa dan motivasi kepada
penulisan laporan ini. Nahdiah Purnamasari, S.Ft., Physio, M.Kes., selaku Clinical
Educator yang telah banyak memberikan ilmu, waktu, serta tenaga dalam memberikan
bimbingan selama proses penyusunan laporan. Tiwi Marannu, S.Ft, Physio, selaku
Clinical Instructur pembimbing dan selaku penanggung jawab tempat stase telah banyak
memberikan ilmu, waktu, serta tenaga dalam memberikan bimbingan selama proses
stase di Moteher and Child RSWS. Amelia Latif, S.Ft., Physio, selaku kepala ruangan
Fisioterapi Mother and Child RSWS. Akhir kata semoga Laporan Kasus ini dapat
memberikan manfaat bagi kita semua.
Demikianlah laporan kasus ini penulis buat, mohon maaf bila ada kesalahan
dalam kata dan penulisan. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih dan semoga
laporan kasus ini bermanfaat bagi kita semua.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL......................................................................................................i
HALAMAN PERSETUJUAN......................................................................................ii
KATA PENGANTAR..................................................................................................iii
DAFTAR ISI................................................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR....................................................................................................vi
BAB I.............................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang....................................................................................................1
1.2 Anatomi dan Fisiologi Sistem Saraf Pusat.........................................................3
1.3 Konsep Pertumbuhan dan perkembangan..........................................................6
BAB II.........................................................................................................................12
2.1 Kerangka/ mind mapping teori.........................................................................12
2.2 Definisi.............................................................................................................13
2.3 Etiologi.............................................................................................................16
2.4 Epidemiologi....................................................................................................17
2.5 Patofisiologi......................................................................................................19
2.6 Manifestasi Klinis.............................................................................................20
2.7 Pemeriksaan dan Penegakan Diagnosis............................................................21
2.8 Diagnosa Banding.............................................................................................33
2.9 Penatalaksanaan Fisioterapi..............................................................................35
BAB III........................................................................................................................39
3.1 Identitas Pasien.................................................................................................39
3.2 Pemeriksaan Fisioterapi (CHARTS)................................................................39
3.3 Diagnosis Fisioterapi........................................................................................45
3.4 Problem Fisioterapi...........................................................................................45
3.5 Tujuan Penanganan Fisioterapi.........................................................................45
3.6 Intervensi Fisioterapi........................................................................................46
3.7 Evaluasi Fisioterapi..........................................................................................47
3.8 Home Program..................................................................................................47
iii
3.9 Modifikasi.........................................................................................................47
3.10Kemitraan.........................................................................................................48
3.11Dokumentasi.....................................................................................................48
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................50
LAMPIRAN................................................................................................................52
iv
DAFTAR GAMBAR
2. Cerebellum ...............................................................................................3
v
BAB I
PENDAHULUAN
bisa nampak, seperti tinggi badan, berat badan dan lingkar kepala. Sedangkan
anak. Faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang anak usia dini salah satunya
adalah mengenai nutrisi dan gizi yang didapatkan anak baik saat masih dalam
atau disebut dengan Delay Development (DD) adalah suatu ketertinggalan secara
sosial seorang anak bila dibandingkan dengan anak normal seusianya. Seorang anak
Masalah tumbuh kembang anak yang sering di jumpai salah satunya adalah
1
2
dengan teknik Neuro Development Treatment (NDT) yang di temukan oleh Bobath
pada tahun 1966. Teknik tersebut adalah sebagai suatu teknik terapi yang tujuannya
untuk menangani gangguan system saraf pusat pada bayi dan anak-anak
palsy. Selain itu anak dengan mikrosefali lebih beresiko untuk mengalami epilepsy,
Cerebral Palsy (CP) yang dikenal sebagai gangguan yang berefek pada
gerakan dan postur. Cerebral palsy adalah gangguan pada otak yang bersifat non
progresif, gangguan ini dapat disebabkan oleh adanya lesi atau gangguan
cerebral palsy adalah akibat dari lesi atau gangguan pekembangan otak, bersifat
non-progresif dan terjadi akibat bayi lahir terlalu dini (premature). Defisit motorik
Sistem saraf pusat terdiri atas otak dan sumsum tulang belakang yang
dilindungi oleh os. cranium dan canal vertebra yang berfungsi untuk
a. Otak
Otak terletak dalam rongga kranium (tengkorak), terdiri atas semua bagian
sistem saraf pusat (SSP) diatas korda spinalis. Otak terdiri dari sel- sel otak yang
Otak merupakan bagian utama dari sistem saraf pusat yang terdiri atas tiga
bagian yaitu:
masing kiri dan kanan. Permukaan cerebrum dibentuk oleh cortex cerebelli
Gambar 2 Cerebellum
Sumber : vectorstock, 2012
5
3) Cerebrum
Cerebrum merupakan bagian otak yang terbesar yang terdiri dari
sepasang hemisfer kanan dan kiri dan tersusun dari korteks. Korteks ditandai
dengan sulkus (celah) dan girus (Untari, 2012). Cerebrum dibagi menjadi
a) Lobus frontalis
tinggi, seperti kemampuan berpikir abstrak dan nalar, bicara (area broca di
hemisfer kiri), pusat penghidu, dan emosi. Bagian ini mengandung pusat
dan terdapat area asosiasi motorik (area premotor). Pada lobus ini terdapat
daerah broca yang mengatur ekspresi bicara, lobus ini juga mengatur
2012).
b) Lobus temporalis
yang berjalan ke bawah dari fisura lateralis dan sebelah posterior dari
c) Lobus parietalis
gyrus postsentralis (area sensorik primer) untuk rasa raba dan pendengaran
(Untari, 2012).
6
d) Lobus oksipitalis
e) Lobus limbic
b. Medulla spinalis
mulai dari C1 hingga L2. Ujung caudal medulla spinalis membentuk conus
dalam 1/3 bagian caudal canalis vertebralis terdapat kumpulan serabut nervus
bisa nampak, seperti tinggi badan, berat badan dan lingkar kepala. Sedangkan
meliputi pengukuran berat badan, tinggi badan (panjang badan), lingkar kepala,
lingkar lengan atas dan lingkar dada. Pengukuran berat badan digunakan untuk
menilai hasil peningkatan atau penurunan semua jaringan yang ada pada tubuh,
pengukuran tinggi badan digunakan untuk menilai status perbaikan gizi disamping
reterdasi mental, apabila otaknya besar (volume kepala meningkat) terjadi akibat
Usia Motorik Kasar Motorik Halus Kemandiri Penyelesaian Sosial/ Emosi Bahasa
masalah
-an
Usia Motorik Kasar Motorik Halus Kemandiri Penyelesaian Sosial/ Emosi Bahasa
masalah
-an
Usia Motorik Kasar Motorik Halus Kemandiri Penyelesaian Sosial/ Emosi Bahasa
masalah
-an
tangan
dipegang
Usia Motorik Kasar Motorik Halus Kemandiri Penyelesaian Sosial/ Emosi Bahasa
masalah
-an
menyuarak
an
(misalnya,
melambaik
an tangan,
menggapai)
BAB II
Etiologi
mikrosefali
Sindrom Aspirasi
Mekonium
Primer:
-Genetik Sekunder
-Kromosom
Kelainan
Kelainan
Herpes Sifilis jantung dst
paru-paru
kronik
Mikrosefali
Kelumpuhan
otak/cerebral palsy
13
2.2 Mikrosefali
jauh lebih kecil dibandingkan dengan bayi lain pada usia dan jenis kelamin yang
sama. Ukuran kepala adalah ukuran penting untuk memantau pertumbuhan otak
Mikrosefali dapat hadir saat lahir (bawaan) atau dapat berkembang setelah lahir
akhir trimester kedua, sekitar 28 minggu, atau pada trimester ketiga kehamilan.
Seringkali diagnosis dibuat saat lahir atau pada tahap selanjutnya (WHO, 2018).
Bayi harus diukur lingkar kepalanya dalam 24 jam pertama setelah lahir
dalam kaitannya dengan usia kehamilan bayi, dan juga berat dan panjang bayi.
pemindaian otak, dan pengukuran lingkar kepalanya setiap bulan pada awal
masa bayi dan dibandingkan dengan standar pertumbuhan. Dokter juga harus
ibu terhadap logam berat seperti arsenik dan merkuri, alkohol, radiasi, dan
merokok, cedera pra dan perinatal pada otak yang sedang berkembang (hipoksia-
kelainan otak bawaan, termasuk mikrosefali; dan bahwa virus Zika adalah
gejala lain saat lahir tetapi terus mengembangkan epilepsi, cerebral palsy,
untuk menilai dan merawat bayi dan anak-anak dengan mikrosefali. Intervensi
awal dengan stimulasi dan program bermain dapat menunjukkan dampak positif
pada pembangunan. Konseling dan dukungan keluarga untuk orang tua juga
sekelompok gerakan dan gangguan postural yang terjadi sebagai akibat lesi di pusat
motor serebral dan salah satu alasan paling umum untuk kecacatan fisik masa kecil.
sejak dini dan dampaknya terhadap sistem muskuloskeletal berubah seiring dengan
dalam kegiatan dan adaptasi terhadap kehidupan sehari-hari (Lowing, dkk., 2009).
William Little, yang pertama kali mempublikasikan kelainan ini pada tahun
prematuritas atau asfiksia neonatorum. Pada waktu itu, kelainan ini dikenal sebagai
penyakit dari Little. Sigmund Freud menyebut kelainan ini dengan istilah Infantil
(Soetjiningsih. 2014).
16
dengan spasme, hipertonik, dengan demikian otot-otot kaku dan gerakan kaku.
Diplegi adalah paralisis yang menyertai kedua sisi tubuh, paralisis bilateral (Dorlan,
2005). Diplegia merupakan salah satu bentuk CP yang utamanya mengenai kedua
belah kaki (Dorlan, 2005). Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa CP Spastik
Diplegi adalah suatu gangguan tumbuh kembang motorik anak yang disebabkan
karena adanya kerusakan pada otak yang terjadi pada periode sebelum, selama dan
sesudah kelahiran yang ditandai dengan kelemahan pada anggota gerak atas,
dengan karakteristik tonus postural otot yang tinggi terutama pada region trunk
dijumpai. Ukuran otak pada kasus ini relatife amat kecil, dan karena
pertumbuhannya terhenti maka ukuran tengkorak sebagai wadahnya pun juga kecil
(sebenarnya nama yang lebih tepat adalah mikroensefalus). Perbandingan berat otak
terhadap badan yang normal adalah 1 : 30, sedangkan pada kasus mikrosefalus,
perbandingannya dapat menjadi 1 : 100. Bila kasus bisa hidup sampai usia dewasa,
biasanya berat otaknya hanya kurang dari 900 gram (bahkan ada yang hanya 300
2.3 Etiologi
Menurut Allen, (2012) Cerebral Palsy merupakan hasil dari kerusakan yang
terjadi pada otak, biasanya terjadi pada area motorik pada anak khususnya Ganglia
17
basalis dan atau Cerebellum. Kerusakan yang terjadi pada otak tersebut dapat
1. Faktor Pre-Natal
gangguan pada saat kehamilan biasanya karena penyakit bawaan dari ibu.
masa kehamilan, kejadian trauma yang menimpa sang ibu dan bayinya,
2. Trauma Kelahiran
Cerebral Palsy dapat terjadi akibat kekurangan oksigen yang dialami oleh
3. Faktor Post-Natal
Cerebral Palsy juga dapat terjadi setelah bayi tersebut lahir dengan
mobil atau suatu bentuk kekerasan pada anak “shaken baby syndrome”, infeksi
otak kurang. Penyebab mikrosefali dapat dibagi menjadi primer dan sekunder.
18
Mikrosefal primer meliputi kondisi otak kecil karena tidak pernah terbentuk baik
karena genetik atau kelainan kromosom (Fenichel, 2009). Lingkar kepala kecil
mana lingkar kepala mungkin normal saat lahir. Dalam mikrosefal sekunder
pertumbuhan otak normal akan tetapi terganggu oleh proses penyakit yang
diperoleh. Dalam kondisi ini lingkar kepala mungkin normal saat lahir, tetapi
2.4 Epidemiologi
perhatian khusus karena termasuk dari delapan jenis kecacatan yang di data oleh
kesehatan, prevalensi anak dengan cerebral palsy di Indonesia adalah 0,09% dari
jumlah anak berusia 24-59 bulan pada tahun 2013 (Buletin jendela data dan
berkisar 1,2 -2,5 anak tiap 1000 anak usia sekolah dini, sedangkan untuk prevalensi
palsi serebral derajat sedang sampai berat mencapai 1,2 per 1000 anak usia 3
tahun.14 Sedangkan menurut data Riskesdas 2010, presentase untuk palsi serebral
19
pada anak usia 24-59 bulan yang memiliki kelainan/cacat di Indonesia sebesar 0,09
%.15 Menurut sumber lain, prevalensi di Indonesia mencapai 1-5 per 1000
mikrosefali saat lahir adalah 1,3 dan 150 per 100.000 kelahiran hidup. Tingkat
kejadian penyakit tergantung pada jumlah populasi dan ambang batas yang menjadi
jarang, di Inggris angka kejadian mikrosefali tahun 2002 sebanyak 1,02 per 10000
yang dapat lahir hidup dengan menderita mikrosefali, sebanyak satu kasus dengan
diagnosis prenatal mikrosefali yang mengalami abortus dan tidak ada yang lahir
pada tahun 2003 sebanyak 1 per 666.666 (0.00%) kelahiran hidup atau sekitar 407
orang menderita mikrosefali per tahunnya dan sebanyak 33 orang per bulan
2.5 Patofisiologi
yang berfungsi untuk mengontrol pergerakan otot. Ketika sel-sel tersebut mati,
maka tidak ada lagi impuls yang diteruskan ke sel otot. Ataupun hilangnya kontrol
pada otot dapat terlihat pada gejala-gejala yang terdapat pada penderita Cerebral
Palsy. Lesi otak pada suatu paralisis otak walaupun bersifat permanen tetapi tidak
Gambaran lesi otak pada anak-anak dibagi berdasarkan luas dan lokasi
lesi, termasuk pada korteks motoris serebral, ganglia basalis atau serebelum
(Muliati, 2011).
ini menimbulkan gejala yang irreversibel. Lesi irreversibel lainnya akibat trauma
adalah terjadi sikatriks pada sel-sel hipokampus yaitu pada kornu ammonis, yang
nekrosis dari substansi alba sekitar ventrikel akibat menurunnya kadar oksigen dan
arus darah pada otak yang biasanya terjadi pada spastic diplegi. Periventricular
leukomalacia sering terjadi bersamaan dengan lesi haemoragic dan potensi terjadi
mengecil atau tidak berkembang sempurna yang dapat terjadi saat bayi masih
dalam kandungan ibu atau dalam beberapa tahun pertama sejak kelahiran. Pada
kasus yang berat pertumbuhan otak akan berhenti sehingga mengakibatkan masalah
Manifestasi dari gangguan motorik atau postur tubuh dapat berupa spastisitas,
rigiditas, ataksia, tremor, atonik / hipotonik, tidak adanya reflek primitif (pada fase
awal) atau reflek primitif yang menetap (pada fase lanjut), diskinesia (sulit
Menurut Sherrill, 1984, ciri fisik yang sering ditemui adalah sebagai berikut:
1) Pada kasus ini Assymetrical Tonic Neck Reflex dan Moro Reflex atau ATNR
2) Kepala dan leher cenderung ke arah ekstensi, hal ini dapat disebabkan oleh
gangguan visual.
hipertonus.
5) Pergelangan tangan atau wrist seringkali dalam posisi fleksi, sedangkan jari-
6) Sendi panggul atau hip cenderung dalam posisi adduksi, yang menyebabkan
dislokasi hip. Dislokasi ini terjadi karena adanya gaya yang berlebih yang
8) Ankle joint akan cenderung dalam posisi plantar fleksi, karena terjadi ketengan
Anak dengan pola jalan menggunting akan rawan untuk jatuh ke depan.
1. Anamnesis dan pemeriksaan fisik pada pemeriksaan fisik pada anak dengan
a. Kesadaran
Tingkat kesadaran adalah ukuran dari kesadaran dan respon
seseorang terhadap rangsangan dari lingkungan, tingkat kesadaran
dibedakan menjadi :
c. LingkaKepala
d. Nadi
Mengetahui denyut nadi merupakan dasar untuk melakukan
latihan fisik yang benar dan terukur atau mengetahui seberapa keras
jantung bekerja. Pengukuran nadi dilakukan dengan durasi 1 menit.
Frekuensi denyut nadi normal:
7 – 12 tahun 70 – 80 kali/menit
(Pamela, 1993)
Pola nadi yang normal adalah detaknya berirama.
e. Respirasi Rate
Respirasi rate adalah jumlah seseorang mengambil napas per
menit. Tingkat respirasi biasanya diukur ketika seseorang dalam
posisi diam dan hanya melibatkan menghitung jumlah napas selama
satu menit dengan menghitung berapa kali dada meningkat.
Tabel respirasi rate normal pada anak
Usia Pernapasan
1 minggu 30 – 60 kali/menit
2 – 8 minggu 30 – 40 kali/menit
3 – 12 bulan 20 – 30 kali/menit
1 – 6 tahun 19 – 29 kali/menit
7 – 12 tahun 15 – 20 kali/menit
(Pamela, 1993)
f. Suhu Badan
27
g. Status Gizi
Status gizi anak dapat dilihat dari pemeriksaan turgor kulit,
konjungtiva mata, dan proporsi tubuh. Namun, untuk lebih
meyakinkannya lagi, dapat dihitung dari rumus:
Panjang badan = 80 + 5n
Berat badan = 8 + 2n
1. Pengamatan Posisi
Pemeriksaan ini berfungsi untuk menilai ada tidaknya gerakan
ekstremitas abnormal, asimetris, posisi dan gerakan yang
abnormal. Pengamatan posisi dilakukan pada saat terlentang,
berguling, telungkup, merayap, ke duduk, duduk, merangkak, ke
berdiri, berdiri, dan berjalan. Pengamatan posisi anak dilakukan
28
b. Berguling
Komponen yang dilihat:
1.) Via (hip atau shoulder) 2.) Rotasi trunk (ada atau tidak)
c. Telungkup
Komponen yang dilihat:
1.) Head lifting 2.) Head control 3.) Forearm support 4.) Hand
support 5.) Posisi trunk 6.) Posisi hip 7.) Posisi knee 8.) Posisi
ankle
d. Merayap
Komponen yang dilihat:
1.) Head control 2.) Forearm support 3.) Rotasi trunk 4.)
Gerakannya simultan 5.) Trnsfer weight bearing
e. Duduk
Komponen yang dilihat:
1.) Head control 2.) Trunk control 3.) Hand support 4.) Weight
bearing 5.) Sitting balance 6.) Protective reaction
f. Ke duduk
29
g. Merangkak
Komponen yang dilihat:
1.) Head control 2.) Weight bearing 3.) Rotasi trunk 4.) Transfer
wieght bearing 5.) Gerakannya simultan atau tidak
h. Berdiri
Komponen yang dilihat
1.) Head control 2.) Posisi shoulder 3.) Posisi elbow 4.) Posisi
wrist 5.) Posisi jari-jari 6.) Posisi trunk 7.) Trunk control 8.) Posisi
hip 9.) Posisi knee 10.) Posisi ankle 11.) Weight bearing 12.)
Standing balance
i. Ke berdiri
Komponen yang dilihat:
j. Berjalan
Komponen yang dilihat:
1.) Head control 2.) Trunk control 3.) Rotasi trunk4.) Transfer
weight bearing
2. Spastisitas
Spastisitas merupakan fungsi tonus yang meningkat tergantung pada
kecepatan gerakan. Merupakan gambaran lesi pada Upper Motor Neuron.
30
5 : Sendi dalam posisi fleksi atau ekstensi atau dalam satu posisi.
(Malene Wesselhoff, 2012)
3. Ankle Clonus
Bila terjadi rileks yang sangat hiperaktif, maka keadaaan ini disebut
klonus. Jika kaki dibuat dorsi fleksi dengan tiba-tiba, dapat mengakibatkan
dua atau tiga kali gerakan sebelum selesai pada posisi istirahat. Kadang-
kadang pada penyakit Sistem Saraf Pusat terdapat aktivitas ini dan kaki
tidak mampu istirahat di mana tendon menjadi longgar tetapi aktivitas
menjadi berulang-ulang.
4. Tightness
a. Pemeriksaan tightness pada m. hamstring
Posisi os : terlentang
Tatalaksana : fleksikan salah satu hip. Positif jika hip
31
5. Pemeriksaan 7 Refleks
Merupakan salah satu komponen penentu prognosis berjalan.
Pemeriksaan 7 refleks dilakukan mulai usia 1 tahun hingga usia kurang
dari 7 tahun. Pemeriksaan 7 refleks meliputi (Pamela, 1993):
a. ATNR atau Asymetrical Tonic Reflex
Lokasi: brainstem Muncul saat usia 2bulan
Hilang saat usia 4bulan
Cara pemeriksaaan : anak terlentang dengan posisi kepala pada midline,
kemudian kepala dirotasikan ke salah satu sisi. Positif jika elbow dan
knee pada ipsilateral fleksi, dan pada sisi kontralateral: shoulder
abduksi, elbow ekstensi.
c. Neck Righting
Lokasi : Midbrain Muncul saat usia lahir
32
d. Extensor Thrust
Lokasi : Spinal
e. Moro
Lokasi : Spinal
f. Parachute
Lokasi : Cortical
g. Foot placement
Lokasi : Cortical
Penilaian 7 refleks:
ATNR (-) : 0
STNR (-) : 0
Neck righting ( - ) : 0
Extensor thrust ( - ) : 0
Moro (-) : 0
Paracute (+) : 0
Foot placement ( + ) : 0
Keterangan:
Jika skor 0, maka anak bisa berjalan.
Jika skor 1, maka anak bisa berjalan tanpa atau dengan
alat bantu.
Jika skor 2 atau lebih dari 2, maka prognosa berjalan jelek.
Untuk menetapkan diagnosis cerebral palsy , diperlukan beberapa kali
pemeriksaan. Terutama untuk kasus baru atau yang belum kita kenal, harus
dipastikan bahwa proses gangguan otak tersebut tidak progresif. Untuk itu,
diperukan anamnesis yang cermat dan pengamatan yang cukup, agar penyakit
atau sindrom lain yang mirip dengan cerebral palsy dapat disingkirkan.
motorik di atas dan disertai oleh proses penyakit yang tidak progresif. Untuk
menganamnesis cerebral palsy , selain berdasarkan anamnesis yang teliti dan gejala-
5. Analisis kromosom
7. Penilaian psikologik
Menurut Soetjiningsih (2016), ada beberapa diagnosis banding dari cerebral palsy
1. Mental subnormal
Sukar membedakan akan cerebral palsy yang disertai retardasi mental dengan
anak yang hanya menderita retardasi mental. Kedua keadaan ini pada umumnya
saling menyertai. Karena itu, kalau ditemukan anak dengan retardasi mental,
harus dicari apakah ada tanda-tanda cerebral palsy , demikian pula sebaliknya.
Sukar dibedakan cerebral palsy tipe diplagia ringan dan kelainan motorik
abduksi paha.
4. Kelainan persendian
seringkali dikelirukan dengan cerebral palsy tipe spastik. Pada anak dengan
mental subnormal atau hipotonia berat yang tidur pada satu sisi, dapat terjadi
spastisitas.
anak yang agak besar, yang ditandi dengan adanya atrofi otot, arthropati,
kelemahan atau spastisitas dan terdapat gangguan pada rasa sakit. Kelainan
kelemahan pada kaki dan disertai gangguan kontrol spingter. Spastis diplegia
atau monoplegia adalah sangat jarang, oleh kareba itu harus dicari gejala–gejala
7. Sindrom lain
kelainan lain pada dasar kepala, kadang–kadang disertai leher yang pendek,
1. Neuromuskular tehnik
ROM Pasif yaitu energi yang dikeluarkan untuk latihan berasal dari orang
klien sesuai dengan rentang gerak yang normal (klien pasif). Kekuatan otot 50
%. Rentang gerak pasif ini berguna untuk menjaga kelenturan otot-otot dan
38
pada ROM pasif adalah seluruh persendian tubuh atau hanya pada ekstremitas
ROM Aktif yaitu gerakan yang dilakukan oleh seseorang (pasien) dengan
sesuai dengan rentang gerak sendi normal (klien aktif). Keuatan otot 75 %. Hal
ini untuk melatih kelenturan dan kekuatan otot serta sendi dengan cara
menggunakan otot-ototnya secara aktif. Sendi yang digerakkan pada ROM aktif
adalah sendi di seluruh tubuh dari kepala sampai ujung jari kaki oleh klien
3. Stretching Exercise
mengulur otot agar lebih rileks (Kisner & Colby, 2012). Stretching adalah teknik
otot secara fisiologis sehingga otot lebih rileks dan meningkatkan lingkup gerak
sendi.
atau lebih prosdur intervensi berdasarkan pada tujuan akhir dan hasil yang diharapkan
merupakah salah satu metode yang dapat digunakan untuk mengarahkan ke fungsi
motor sehari-hari yang relevan untuk anak-anak dengan gangguan pertumbuhan dan
normal postural reflex mechanism (mekanisme refleks untuk menjaga postural normal
sebagai dasar untuk melakukan gerak. Metode NDT ini memiliki teknik-teknik khusus
1. Inhibisi
abnormal dan reaksi asosiasi serta timbulnya tonu otot yang abnormal.
Sekuensis dalam terapi ini meliputi bagian tubuh dengan tingkat affected
2. Fasilitasi
3. Proprioceptive Stimulation
memelihara posisi dan pola gerak yang dipengaruhi oleh gaya gravitasi
secara otomatis.
40
normal. Letak KPoC yang utama adalah kepala, bahu, dan panggul.
Modalitas Terpilih:
Gerakan Klinis yang muncul : NMT
Stretching excercise
Gerakan kaku PROMEX
Otot Hipotonus Stabilizing-balancing in
Gangguan koordinasi dan sitting and standing
keseimbangan Aproksimasi
Positioning exercise
ADL Exercise
Pemeriksaan Fisik
Vital sign
Lingkar kepala Keterlambatan lebih dari 1
aspek perkembangan dan
Skala Asworth pertumbuhan
Tes Sensorik
Tes Reflex fisiologis
Tes Reflex patologis
Tes koordinasi dan
keseimbangan
Tes kontrol motoric
Tes POSTER
Laboratorium
CT Scan
BAB III
MANAJEMEN FISIOTERAPI
JenisKelamin : Laki-Laki
Alamat : Makassar
Agama : Islam
C : Chief of Complain
H : History Taking
Ibu pasien saat mengandung rutin kontrol dan minum vitamin dari dokter. Ibu
memiliki riwayat hipertensi dan kolestrol serta asam urat sehingga ibu rutin
menjalani sesar dikarenakan preeklamsi sehingga masuk ruang icu sehari. Berat bayi
2,2 kg dan dirawat selama 3 minggu dan masuk incubator selama 2 minggu. Sejak
lahir bayi minum asi kurang lebih 2 minggu selebihnya minum susu formula. Ibu
39
40
merasa curiga dengan anaknya dan sadar kalau perkembangan anaknya tidak baik
saat usia anak 1 tahun 10 bulan padahal si anak tidak pernah jatuh, kejang, bahkan
melakukan imunisasi lengkap. Pasien sudah melakukan terapi kurang lebih 2 tahun,
saat awal datang ke fisioterapi anak hanya bisa duduk dan setelah menjalani terapi
A : Asymmetric
a. Inspeks statis
2) Tampak lordosis
b. Inspeksi dinamis
1) Anak datang dengan berjalan tanpa bantuan tetapi masih ada kelemahan di
tungkai dekstra
c. PFGD
Shoulder
Fleksi DBN
Ekstensi DBN
Abduksi DBN
Adduksi DBN
Endorotasi DBN
Elbow
Ekstensi DBN
Supinasi DBN
Pronasi DBN
Wrist
42
Ulnar DBN
deviasi
Radial DBN
deviasi
Hip
Fleksi DBN
Ekstensi DBN
Abduksi DBN
Adduksi DBN
Endorotasi DBN
Eksorotasi DBN
Knee DBN
43
Fleksi DBN
Ekstensi DBN
Ankle
Inversi DBN
d. Palpasi :
1) Suhu : normal
3) Oedem : (-)
4) Tenderness : (-)
e. Tes orientasi
R : Restrictif
a. Limitasi ROM
: (-)
d. Limitasi rekreasi
: Terbatas (bermain)
T : Tissue Impairment
b. Osteoarthrogen : (-)
d. Psikogen :-
S : Specific Test
2. Vital sign
Suhu : 36.6 c
Berat badan : 16 kg
Tinggi badan : 89 cm
3. Lingkar kepala : 49 cm
4. Skala Asworth
Hasil :1
Hasil : Hipersensasi
Hasil : Hiperrefleks
IP : normal
IP: Tidak ada indikasi cedera traktus piramidalis atau upper motor
neuron lesi
Finger to finger
Heel to toe
Hasil :
11. POSTER
Postur : (-)
Orifaringeal : (+)
Strabismus : (+)
47
Tonus : (+)
Refleks : (+)
13. CT Scan
Hasil : Mikrosepali
14. Laboratorium
pengukurandanpemeriksaantersebut, yaitu:
Spastic Diplegi e.c mikrosefali Dengan Usia Tumbang 26 Bulan dan Usia Kalender
3 Tahun 9 Bulan”
seperti yang telah diajarkan dan penguluran otot-otot serta selalu mengajak
3.9 Modifikasi
Modifikasi program disesuaikan dengan hasil evaluasi yang didapatkan dari
perkembangan hasil terapi yang dicapai pasien. Modifikasi bisa berupa peningkatan
dosis atau modifikasi jenis latihan. Mengikuti perubahan patofisiologi dan hasil
3.10 Kemitraan
neurologi, dan psikolog, , dokter spesialis radiologi, terapi wicara, okupasi terapi.
3.11 Dokumentasi
52
DAFTAR PUSTAKA
Allen, and Tina. 2012. Nurturing Touch for the Growing Child. Los Angeles:
LiddleKidz.
Aras, Djohan. 2013. Buku Ajar Proses dan Pengukuran Fisioterapi. Makassar: Fakultas
Kedokteran Universitas Hasanuddin.
Berhman RE, Kliegman RM, Arvin AM. 2000. Ilmu Kesehatan Anak Nelson. ECG:
Jakarta
Bobath, K .1966. The Motor Defisit in Patient with Cerebral Palsy. William Heinemann
Medical Books Ltd, Philadelpia.
Brennan, D. (2018, Januari 9). WebMD. Retrieved September 11, 2019, from
http://www.webmd.com
Jessica, G. (2019, Juni 11). SehatQ. Retrieved September 10, 2019, from
http://www.sehatq.com
Kaindl, AM, Passemard S, Kumar P, Kraemer N, Issa L, Zwirner A, et al. 2010. Many
Roads Lead to Primary Autosomal Recessive Microcephaly. Prog Neurobiol.
90(3): 363-83.
50
51
Kisner, C. & Colby, L.A. 2012. Therapeutic Exercise Foundations and Techniques. 6th
ed. Philadelphia: F.A Davis Company.P.A.
Lowıng K, Bexelıus A, Carlberg EB., 2009. Activity focused and goal directed therapy
for children with cerebral palsy – Do goals make a difference? Disability and
Rehabilitation; 31(22):1808-1816.
Satyanagara; Cacat Otak Bawaan Dalam Ilmu Bedah Syaraf, ed III, Jakarta, 1998,
Gramedia Pustaka Utama, 253-270.
Untari, I. 2012. Kesehatan Otak Modal Dasar Hasilkan SDM Handal. Surakarta:
Stikespku
Willy, T. (2016, Oktober 22). Alodokter. Retrieved september 10, 2019, from
http:///www.alodokter.com
LAMPIRAN
52
53
Skala Interpretasi
0 Tidak ada peningkatan tonus otot
Ada peningkatan sedikit tonus otot, ditandai dengan
1 terasanya tahanan minimal pada akhir ROM pada waktu
sendi digerakkan fleksi atau ekstensi
Adanya peningkatan sedikit tonus otot, ditandai adanya
pemberhentian gerakan dan diikuti adanya tahanan minimal
2
sepanjang sisa ROM, tetapi secara umum sendi mudah
digerakkan.
Peningkatan tonus otot lebih nyata sepanjang sebagian
3
besar ROM, tapi sendi masih mudah digerakkan
Peningkatan tonus otot sangat nyata, gerak pasif sulit
4
dilakukan
Sendi atau ekstremitas kaku/rigid pada gerakan fleksi atau
5
ekstensi
54
Lampiran 4. Laboratorium