Anda di halaman 1dari 45

SKRIPSI

STUDI LITERATUR HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA

DAN PERAN PERAWAT DENGAN KEMANDIRIAN PASIEN

SKIZOFRENIA DI

OLEH

BERNICE HEHANUSSA

NPM: 1211 420 115 0015

FAKULTAS KESEHATAN

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN

UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA MALUKU

AMBON

2021

i
LEMBAR PENGESAHAN

Kami menyatakan menerima dan menyetujui proposal yang disusun oleh Bernice

Hehanussa dengan NPM : 12114201150015 untuk diuji

Ambon, Oktober 2020

Pembimbing I Pembimbing II

Ns. S. R. Maelissa, S.Kep., M.Kep Ns. N. Parinussa, S.Kep., M.Kep


NIDN : 1223038001 NIDN : 0012118109

Mengetahui
Ketua Program Studi Keperawatan

Ns. S. R. Maelissa, S.Kep., M.Kep


NIDN : 1223038001

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur dipanjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah

melimpahkan berkat, hikmah dan kesehatan, sehingga penulis dapat

menyelesaikan proposal dengan judul “Hubungan Dukungan Keluarga dan Peran

Perawat dengan Kemandirian Pasien Skizofrenia. Proposal ini merupakan salah

satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Keperawatan pada Program Studi

Keperawatan Fakultas Kesehatan Universitas Kristen Indonesia Maluku.

Dengan terselesaikannya proposal ini perkenankanlah penulis

mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya dengan hati yang tulus kepada :

1. Dr. J. Damamain, M. Th selaku Rektor Universitas Kristen Indonesia Maluku

dan Para Pembantu Rektor I-IV

2. B. Talarima, SKM., M. Kes selaku Dekan Fakultas Kesehatan Universitas

Kristen Indonesia Maluku serta Para Pembantu Dekan I-III

3. Ns. S. R. Maelissa, S.Kep., M.Kepselaku ketua Program Studi Keperawatan

Fakultas Kesehatan Universitas Kristen Indonesia Maluku sekaligus Dosen

Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan dan mengarahkan penulis

sehingga proposal ini dapat terselesaikan.

4. Ns. N. Parinussa, S.Kep., M.Kepselaku pembimbing II yang telah

mengarahkan dan membimbing penulis sehingga proposal ini dapat

terselesaikan.

iii
5. Seluruh dosen dan staf Program Studi Keperawatan Fakultas Kesehatan

Universitas Kristen Indonesia Maluku.

6. Kedua orangtua yang telah membesarkan, mendidik, mendoakan, menjadi

panduan serta selalu ada bagi penulis juga yang selama ini membantu penulis

baik secara moril maupun materi selama penulis mengikuti pendidikan serta

saudara/I saya yang selalu menyemangati.

7. Para sahabat yang selalu ada, menyemangati dan mendukung penulis dalam

proses pengambilan data awal sampai pada penyusunan.

Penulis menyadari sepenuhnya akan kekurangan dan keterbatasan dalam

penulisan proposal ini, oleh karena itu kritik dan saran untuk kesempurnaan.

Akhirnya, penulis mengharapkan semoga proposal ini dapat dilanjutkan dalam

penelitian.

Ambon, Januari2020

Penulis

iv
DAFTAR ISI

COVER..............................................................................................................................i

LEMBAR PENGESAHAN.............................................................................................ii

KATA PENGANTAR.....................................................................................................iii

DAFTAR GAMBAR.....................................................................................................viii

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................1

A. Latar Belakang......................................................................................................1

B. Rumusan Masalah................................................................................................4

C. Tujuan Penelitian..................................................................................................4

1. Tujuan Umum :..................................................................................................4

2. Tujuan Khusus :.................................................................................................4

D. Manfaat Penelitian................................................................................................5

1. Manfaat Teoritis.................................................................................................5

2. Manfaat Praktis..................................................................................................5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA......................................................................................7

A. Tinjauan Umum Tentang Skizofrenia.................................................................7

1. Definisi...............................................................................................................7

2. Etiologi...............................................................................................................7

3. Manifestasi Klinis (Tanda & Gejala)..................................................................9

4. Klasifikasi Skizofrenia.....................................................................................10

5. Penatalaksanaan...............................................................................................12

B. Tinjauan Umum Tentang Variabel Penelitian.................................................15

1. Tinjauan Umum Dukungan Keluarga...............................................................15

v
2. Tinjauan Umum Peran Perawat........................................................................21

3. Tinjauan Umum Kemandirian..........................................................................26

C. Kerangka Konsep...............................................................................................27

BAB III METODE PENELITIAN................................................................................28

A. Jenis Penelitian....................................................................................................28

B. Tahapan Systematic Review................................................................................28

1. Identifikasi Pertanyaan Penelitian....................................................................28

2. Menyusun Protokol..........................................................................................29

C. Populasi, Sampel dan Teknik Sampling............................................................31

1. Populasi............................................................................................................31

2. Sampel..............................................................................................................31

D. Variabel Penelitian.............................................................................................32

E. Analisa Data........................................................................................................33

vi
DAFTAR GAMBAR

vii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Skizofrenia adalah gangguan psikotik yang ditandai dengan gangguan

utama dalam pikiran, emosi dan perilaku pikiran yang terganggu, berbagai

pikiran tidak terhubung secara logis; persepsi dan perhatian yang keliru; afek

yang datar atau tidak sesuai; dan berbagai gangguan aktivitas motorik yang

bizarre. Pasien skizofrenia menarik diri dari orang lain dan kenyataan,

seringkali masuk ke dalam kehidupan fantasi yang penuh delusi dan halusinasi

(Arita, 2016).Sekitar 7 atau 8 orang dari 1.000 akan mengalami skizofrenia

seumur hidup mereka (NIMH, 2016). Terjadinya skizofrenia diduga karena

proses multifaktor, yang terdiri dari faktor intrinsik dan ekstrinsik. Faktor

instrinsik seperti genetik, biologis. Sedangkan faktor ekstrensik seperti

psikososial, status sosial ekonomi, stress, serta penyalahgunaan obat (Siti. dkk,

2016).

Menurut WHO (2016), terdapat 21 juta orang di dunia menderita

skizofrenia (Profil Kesehatan Indonesia, 2018). Berdasarkan hasil Riset

Kesehatan Dasar penderita skizofrenia menunjukan adanya peningkatan

angka prevalensi yang cukup signifikan selama lima tahun terakhir, yang

diuraikan sebagai berikut pada tahun 2013 angka prevalensi skizofrenia

sebesar 1,7 per 1.000 warga di Indonesia dan di tahun 2018 prevalensi

skizofrenia di Indonesia sebanyak 6,7 per 1000 rumah tangga. Penyebaran

1
prevalensi tertinggi di Indonesia selama lima tahun terakhir terdapat di Bali

yaitu 11,1% dan DI Yogyakarta 10,4%, sedangkan untuk daerah Maluku

menduduki peringkat 32 dengan prevalensi 3,9%. (Riskesdas, 2018).

Rumah Sakit Khusus Daerah Maluku merupakan satu-satunya fasilitas

kesehatan jiwa yang ada di Provinsi Maluku yang berupaya mengadakan

pelayanan kesehatan jiwa kepada masyarakat. Berdasarkan hasil pengambilan

data awal penulis di Rumah Sakit Khusus Daerah Maluku diperoleh jumlah

penderita skizofrenia pada tahun 2018 mencapai 322 orang. sedangkan pada

tahun 2019 mencapai 414 orang.

Orang dengan skizofrenia akan mengalami gangguan dalam

kemandiriannya menjalankan fungsi dan peran dalam kehidupan sehari-hari,

seperti merawat diri sendiri, bekerja dan fungsi di dalam kehidupan sosialnya.

Hal ini disebabkan oleh pikiran yang kacau sehingga tidak mampu

menghubungkan ide-ide yang muncul dalam pikirannya (Yosep, 2012). Oleh

karena itu, pasien dengan skizofrenia memerlukan bantuan dari orang lain

untuk tetap bertahan hidup atau bergantung pada bantuan orang lain. Hal ini

sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Matheus, dkk pada tahun 2016

di PoliKlinik Jiwa RSJ Grhasia DIY di peroleh ketergantungan pada pasien

skizofrenia sebagian besar berada pada kategori sedang yaitu 59.3%.

Salah satu akibat yang dapat ditimbulkan jika tidak ditingkatkannya

kemandirian pada pasien skizofrenia adalah masalah pada personal hygiene

diantaranya gangguan membran mukosa mulut, gatal-gatal, serta gangguan

integritas kulit dan gangguan fisik pada kuku. Selain dapat menimbulkan

2
dampak fisik, dapat pula menimbulkan dampak psikososial. Diantaranya

adalah gangguan kebutuhan rasa nyaman dan kebutuhan harga diri (Kasiati &

Rosmalawati, 2016). Pernyataan ini sejalan dengan penelitian Novi (2019) di

wilayah kerja Puskesmas Tanjung Paku Kota Solok terhadap 32 orang. Yang

menunjukkan bahwa 37.5 % penderita tampak kurang bersih dalam

kebersihan dirinya dan 3.1% penderita skizofrenia kurang mampu dalam hal

makan sendiri.

Hasil wawancara terbuka yang dilakukan peneliti yang berlokasi di Rumah

Sakit Daerah Provinsi Maluku kepada 7 orang pasien skizofrenia dan keluarga

pasien didapatkan hasil, 3 dari 7 orang pasien skizofrenia menjelaskan bahwa

untuk kebutuhan makan dan minum sehari-hari dapat disiapkan sendiri, tanpa

bantuan keluarga. 4 orang pasien skizofrenia, berdasarkan penjelasan keluarga

mengatakan bahwa pasien masih membutuhkan bantuan keluarga untuk

menyiapkan makan dan minum, keluarga juga masih mengingatkan pasien

untuk memenuhi aktivitas kebutuhan dasar yang lain seperti mandi.

Dukungan keluarga menurut Sumarjo (2015), merupakan salah satu faktor

penting bagi penderita skizofrenia untuk sembuh, namun sikap keluarga

terhadap penderita seperti mengasingkan keberadaannya, hal ini disebabkan

karena gangguan jiwa dianggap sebagai aib bagi keluarga sehingga keluarga

merasa cemas, stres, bingung, dan tak berdaya, dan memutuskan untuk

mengasingkan penderita. Pernyataan ini didukung dengan penelitian yang

dilakukan oleh Wardani, dkk (2016) menemukan adanya pengabaian oleh

keluarganya yang ditunjukkan ketika keluarga merawat penderita skizofrenia.

3
Pengabaian yang disebabkan akibat keluarga kelelahan menghadapi

ketidakpatuhan penderita dan keberhasilan keluarga untuk membuat penderita

mau minum obat. Sehingga dukungan keluarga sangatlah dibutuhkan untuk

penderita skizofrenia yang ada di rumah, terutama dukungan instrumental

yang diberikan meliputi seluruh aktivitas yang berorientasi pada perawatan

penderita di rumah (Gracia, 2015).

Sedangkan menurut Niven (2015), peran perawat adalah faktor yang

mempengaruhi kesembuhan penderita skizofrenia. Peran perawat sangat

penting ketika pasien ada dalam kesulitan, begitu juga perawat dapat

mempengaruhi perilaku pasien dengan cara memberikan penghargaan yang

positif bagi pasien yang telah mampu beradaptasi dengan program

pengobatannya dan juga program Activity Daily Living (ADL). Peran perawat

dalam Activity Daily Living adalah mengajarkan tentang kebutuhan dasar

pasien seperti makan, minum, BAB/BAK , mandi. Jika perawat tidak

melaksanakan perannya dengan baik maka penderita pun tidak mampu

melaksanakan kebutuhan dasar serta program pengobatan pun terhambat

(Kuntarto, 2013). Hal ini sejalan dengan penelitian Anggraini pada bulan

Oktober 2015 di Poli Klinik Jiwa RSJ Grhasia DIY yang menyatakan adanya

hubungan peran perawat dengan kemandirian penderita skizofrenia.

Dari uraian di atas, penulis tertarik untuk meneliti tentang hubungan

dukungan keluarga dan peran perawat dengan kemandirian pasien skizofrenia.

4
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang maka penulis merumuskan

masalah sebagi berikut: bagaimana hubungan dukungan keluarga dan peran

perawat dengan kemandirian penderita skizofrenia ?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan dukungan

keluarga dan peran perawat dengan kemandirian penderita skizofrenia

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk bidang Ilmu keperawatan

jiwa sebagai hasil dari pelaksana riset keperawatan serta dapat dijadikan

salah satu sumber bacaan mahasiswa tentang Hubungan Dukungan

Keluarga dan Peran Perawat dengan Kemandirian Pasien Skizofrenia.

2. Manfaat Praktis

a) Bagi Rumah Sakit

Diharapkan dapat menjadi kontribusi bagi peningkatan praktek

keperawatan khususnya dalam penanganan penderita skizofrenia agar

lebih komprehensif mulai dari promotif, preventif, kuratif hingga

rehabilitatif penyakit skizofrenia sehingga diharapkan didapatnya

penderita skizofrenia yang mandiri.

b) Bagi Keluarga

Diharapkan memberi informasi bagi keluarga penderita skizofrenia

mengenai skizofrenia sehingga penderita skizofrenia bisa hidup

5
mandiri dan diharapkan menambah pemahaman dan pola pikir

masyarakat tentang skizofrenia sehingga penderita skizofrenia dapat

diterima dikalangan masyarakat.

c) Bagi peneliti selanjutnya

Sebagai masukan dan bahan pembelajaran bagi peneliti selanjutnya

dalam melakukan penelitian tentang hubungan dukungan keluarga

dan peran perawat dengan kemandirian pasien skizofrenia.

6
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Skizofrenia

1. Definisi

Skizofreniaberasal dari dua kata, yaitu “Skizo” yang artinya retak atau

pecah (Split), dan “frenia” yang artinya jiwa. Dengan demikian seseorang

yang menderita skizofrenia adalah seseorang yang mengalami keretakan

jiwa atau keretakan kepribadian (Hawari,2014). Skizofrenia merupakan

gangguan kejiwaan dan kondisi medis yang mempengaruhi fungsi otak

manusia, mempengaruhi fungsi normal kognitif, mempengaruhi emosional

dan tingkah laku (Depkes RI, 2015).

Skizofrenia adalah suatu gangguan jiwa berat yang ditandai dengan

penurunan atau ketidakmampuan berkomunikasi, gangguan realitas

(halusinasi atau waham), efek yang tidak wajar atau tumpul, gangguan

kognitif (tidak mampu berpikir abstrak) serta mengalami kesukaran

melakukan aktivitas sehari-hari (Afnuhazi, 2015).

2. Etiologi

Skizofrenia bukanlah gangguan yang tunggal namun merupakan suatu

sindrom dengan banyak variasi dan banyak penyebab. Menurut Stuart dan

Laraia (2014) penyebab skizofrenia terdiri atas biologis, psikologis, sosial

dan lingkungan.

7
a. Biologis

Bila dilihat penyebab skizofrenia dari segi biologis maka faktor-

faktor yang termasuk didalamnya adalah genetik, neurotransmiter,

neurobiologi, perkembangan saraf otak dan teori-teori virus. Pengaruh

faktor genetik terhadap skizofrenia belum teridentifikasi secara

spesifik, anak dengan orangtua yang salah satunya mengalami

skizofrenia mempunyai resiko 15% dan bila kedua orangtua

mengalami skizofrenia maka anak akan beresiko 35% mengalami

skizofrenia juga (Stuart & Laraia, 2014).

b. Psikologi

Skizofrenia disebabkan karena keluarga dan perilaku individu itu

sendiri. Bila dilihat dari keluarga, ibu yang sering cemas, perhatian

yang berlebihan atau tidak ada perhatian, ayah yang jauh atau yang

memberikan perhatian berlebihan, konflik pernikahan, dan anak yang

didalam keluarga selalu dipersalahkan (Stuart & Laraia, 2014), ini

semua merupakan teori yang menggambarkan komunikasi dalam

bentuk pesan ganda sehingga individu yang menerimanya beresiko

untuk mengalami skizofrenia.

c. Sosial dan Lingkungan

Menurut Townsend (2013), banyak hal yang telah dicoba untuk

dikaitkan dengan masalah gangguan jiwa seperti skizofrenia dan salah

satu faktornya adalah masalah status sosial. Status sosio-ekonomi

mengacu pada pendapatan, pendidikan dan pekerjaan individu

8
(Videbeck, 2013). Status sosioekonomi yang rendah lebih banyak

menimbulkan risiko mengalami skizofrenia dibanding pada tingkat

sosioekonomi tinggi (Yosep, 2014). Disamping sosial, budaya juga

merupakan faktor yang mempengaruhi perilaku agresif atau

kekerasan. Kemiskinan, sosial dan budaya yang tidak harmonis dapat

menyebabkan skizofrenia. Stressor sosiokultural, stress yang

menumpuk dapat mendorong terjadinya awitan skizofrenia dan

gangguan psikotik lainnya (Stuart & Sundeen, 2014).

3. Manifestasi Klinis

Menurut Hawari (2014) gejala skizofreniadapat dibagi dalam dua

kelompok yaitu :

a. Gejala Positif

1) Delusi atau Waham

Suatu keyakinan yang tidak rasional (masuk akal). Meskipun telah

dibuktikan secara objektif bahwa keyakinannya itu tidak rasional,

namun penderita tetap meyakini kebenarannya.

2) Halusinasi

Pengalaman panca indera tanpa ada rangsangan (stimulus).

Misalnya penderita mendengar suara-suara/bisikan-bisikan di

telinganya padahal tidak ada sumber dari suara/bisikan itu.

3) Kekacauan Alam Pikiran

Dapat dilihat dari isi pembicaraannya. Misalnya bicara kacau,

sehingga tidak dapat diikuti alur pikirannya.

9
4) Gaduh, gelisah, tidak dapat diam, mondar-mandir, agresif, bicara

dengan semangat dan gembira berlebihan.

5) Merasa dirinya “Orang besar”, merasa serba mampu dan

sejenisnya.

6) Pikirannya penuh dengan kecurigaan atau seakan-akan ada

ancaman terhadap dirinya.

7) Menyimpan rasa permusuhan.

b. Gejala Negatif

1) Alam perasaan (affect) tumpul dan mendatar

Gambaran alam perasaan ini dapat terlihat dari wajahnya yang

tidak menunjukan ekspresi

2) Menarik diri atau mengasingkan diri, tidak mau bergaul atau

kontak dengan orang lain dan suka melamun.

3) Kontak emosional amat sedikit, sukar diajak bicara dan pendiam.

4) Pasif dan apatis serta menarik diri dari pergaulan sosial

5) Sulit dalam berpikir nyata

6) Pola pikir steorotip

7) Tidak ada/kehilangan dorongan kehendak dan tidak ada inisiatif

4. Klasifikasi Skizofrenia

Skizofrenia dibagi menjadi lima bagian menurut Hawari (2014) yaitu:

a. Skizofrenia Paranoid

Seseorang yang menderita skizofrenia tipe paranoid menunjukan

gejala-gejala sebagai berikut:

10
1) Waham kejar atau waham kebesaran

2) Halusinasi yang mengancam pasien

b. Skizofrenia Hebefrenik

Seseorang yang menderita skizofreniatipe ini, disebut juga

disorganized type atau kacau balau yang ditandai dengan gejala-gejala

antara lain sebagai berikut:

1) Senang menyendiri (solitary)

2) Afek dangkal dan tidak wajar (sering tertawa sendiri)

3) Pembicaraan tidak tentu / melompat-lompat

c. Skizofrenia Katatonik

Seseorang yang menderita skizofreniakatatonik menunjukan gejala

sebagai berikut:

1) Stupor katatonik, yaitu pengurangan hebat dalam reaktivitas

terhadap lingkungan dan pengurangan dari pergerakan atau

aktivitas spontan sehingga nampak seperti patung.

2) Kegaduhan katatonik, yaitu kegaduhan aktivitas motorik, yang

nampaknya tak bertujuan dan tidak dipengaruhi oleh rangsangan

luar.

3) Sikap tubuh katatonik, yaitu sikap yang tidak wajar atau aneh

4) Negative katatonik, yaitu suatu perlawanan yang nampaknya

tanpa motif terhadap semua perintah atau upaya untuk

menggerakan dirinya.

11
d. Skizofrenia tidak terinci

1) Tidak memenuhi kriteria untuk diagnosis skizofrenia paranoid,

hebefrenik dan katatonik

2) Tidak memenuhi untuk kriteria skizofrenia residual atau depresi

pasca skizofrenia

e. Skizofrenia Residual

Tipe ini merupakan sisa-sisa (residu) dari gejala skizofrenia yang

tidak begitu menonjol. Misalnya alam perasaan yang tumpul dan

mendatar serta tidak serasi, penarikan diri dari pergaulan sosial,

tingkah laku eksentrik, pikiran tidak logis dan tidak rasional atau

pelonggaran asosiasi pikiran.

5. Penatalaksanaan

a. Terapi Biologis

Pada penatalaksanaan terapi biologis terdapat tiga bagian yaitu

terapi dengan menggunakan obat antipsikosis, terapi elektrokonvulsif,

dan pembedahan bagian otak. Antipsikosis bekerja mengontrol

halusinasi, delusi, dan perubahan pola pikir yang terjadi pada

skizofrenia. Pasien mungkin dapat mencoba beberapa jenis

antipsikotik sebelum mendapatkan obat atau kombinasi obat

antipsikotik yang benar-benar efektif bagi pasien. Antipsikosis

pertama diperkenalkan 50 tahun yang lalu dan merupakan terapi obat-

obatan yang efektif untuk mengobati skizofrenia (Kaplan & Sadock,

2013). Obat antipsikosis yang dikenal saat ini, yaitu:

12
1) Antipsikotik Tipikal

Obat antipsikotik yang paling lama penggunaannya disebut

antipsikotik tipikal. Walaupun sangat efektif, antipsikotik ini

sering menimbulkan efek samping yang serius. Contoh obat

antipsikotik tipikal antara lain haloperidol, trifluoperazine,

thioridazine, chlorpromazine, thiothixene, perphenazine. Akibat

berbagai efek samping yang dapat ditimbulkan oleh antipsikotik

tipikal, banyak ahli lebih merekomendasikan penggunaan

antipsikotik atipikal.

2) Antipsikotik Atipikal

Obat-obatan yang tergolong kelompok ini disebut atipikal

karena prinsip kerjanya berbeda, serta sedikit menimbulkan efek

samping bila dibandingkan dengan antipsikotik tipikal. Beberapa

contoh antipsikotik atipikal yang tersedia, antara lain risperidone,

quatiapine, olanzapine, clozapine. Para ahli banyak

merekomendasikan obat-obat ini untuk menangani pasien-pasien

dengan skizofrenia.

Selain antipsikotik ada juga terapi yang dilakukan di rumah

sakit yaitu terapi elektrokonvulsif. Mekanisme penyembuhan

penderita dengan terapi ini belum diketahui secara pasti. Alat

yang digunakan adalah alat yang mengeluarkan aliran listrik

sinusoid sehingga penderita menerima aliran listrik yang terputus-

13
putus. Tegangan yang digunakan 100-150 volt dan waktu yang

digunakan 2-3 detik (Direja,2014).

b. Terapi Psikososial

Gejala-gejala gangguan skizofrenia yang kronik mengakibatkan

situasi pengobatan di dalam maupun di luar Rumah Sakit Jiwa (RSJ)

menjadi monoton dan menjemukan. Secara historism sejumlah

penanganan psikososial telah diberikan pada pasien skizofrenia, yang

mencerminkan adanya keyakinan bahwa gangguan ini merupakan

akibat masalah adaptasi terhadap dunia karena berbagai pengalaman

yang dialami di usia dini. Pada terapi psikososial terdapat dua bagian

yaitu terapi kelompok dan terapi keluarga (Hawari, 2012).

Terapi kelompok merupakan salah satu jenis terapi humanistik.

Pada terapi ini, beberapa klien berkumpul dan saling berkomunikasi

dan terapis berperan sebagai fasilitator dan sebagai pemberi arah di

dalamnya. Para peserta terapi saling memberikan feedback tentang

pikiran dan perasaan yang dialami. Peserta diposisikan pada situasi

sosial yang mendorong peserta untuk berkomunikasi, sehingga dapat

memperkaya pengalaman peserta dalam kemampuan berkomunikasi

(Stuart, 2013).

Terapi keluarga merupakan suatu bentuk khusus dari terapi

kelompok. Terapi ini digunakan untuk penderita yang telah keluar

dari rumah sakit jiwa dan tinggal bersama keluarganya. Keluarga

berusaha untuk menghindari ungkapan-ungkapan emosi yang bisa

14
mengakibatkan penyakit penderita kambuh kembali. Dalam hal ini,

keluarga diberi informasi tentang cara-cara untuk mengekspresikan

perasaan-perasaan, baik yang positif maupun yang negatif secara

konstruktif dan jelas, dan untuk memecahkan setiap persoalan secara

bersama-sama. Keluarga diberi pengetahuan tentang keadaan

penderita dan cara-cara untuk menghadapinya. (Salvari,2013).

B. Tinjauan Umum Tentang Variabel Penelitian

1. Tinjauan Umum Dukungan Keluarga

a. Definisi Dukungan

Dukungan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah

sesuatu yang didukung, sokongan; bantuan. Dukungan juga dapat

diartikan sebagai memberikan dorongan/motivasi atau semangat dan

nasihat kepada orang lain dalam situasi pembuat keputusan

(Chaplin,2011).

Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa dukungan adalah

sesuatu yang diberikan kepada seseorang, baik itu berupa motivasi dan

.nasehat agar ia bisa bertahan dalam menghadapi sesuatu keadaan yang

dihadapi atau dijalaninya.

b. Definisi Keluarga

Keluarga adalah dua atau lebih dari dua individu yang tergabung

karena berhubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan

dan mereka hidup dalam satu rumah tangga, berinteraksi satu sama

15
lain dan didalam perannya masing-masing menciptakan serta

mempertahankan kebudayaan (Friedman, 2014).

c. Definisi Dukungan Keluarga

Dukungan keluarga menurut Friedman (2014) adalah sikap,

tindakan, dan penerimaan keluarga terhadap anggota keluarganya,

berupa dukungan penilaian, dukungan instrumental dan dukungan

emosional. Jadi dukungan keluarga adalah suatu bentuk sokongan atau

bantuan dari anggota keluarga yang meliputi sikap, tindakan dan

penerimaan terhadap anggota keluarga lainnya, sehingga anggota

keluarga merasa ada yang memperhatikan.

d. Fungsi Dukungan Keluarga

House dan Kahn dalam Friedman (2014), menerangkan bahwa

keluarga memiliki empat fungsi dukungan, diantaranya :

1) Dukungan Emosional

Merupakan bentuk atau jenis dukungan yang diberikan keluarga

berupa memberikan perhatian, kasih sayang, serta empati. Dukungan

emosional merupakan fungsi afektif keluarga yang harus diterapkan

kepada seluruh anggota keluarga termasuk individu dengan

skizofrenia. Fungsi afektif berhubungan dengan fungsi internal

keluarga dalam memberikan perlindungan dan dukungan psikososial

bagi anggota keluarga, keluarga bertindak sebagai sumber utama dari

cinta, kasih sayang, dan pengasuhan. Salah satu nilai keluarga yang

penting ialah menganggap keluarga sebagai tempat memperoleh

16
kehangatan, dukungan, dan penerimaan. kasih sayang dikalangan

anggota keluarga menghasilkan susasana emosional pengasuhan

yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan secara positif.

2) Dukungan Informasi

Pemberian dukungan informasi peran keluarga dinilai sebagai

pusat informasi, artinya keluarga diharapkan mengetahui segala

informasi terkait dengan anggota keluarga dan penyakitnya.

Seperti pemberian saran dan sugesti, informasi yang dapat

digunakan untuk mengungkap suatu permasalahan. Manfaat dari

dukungan ini adalah dapat meminimalisir munculnya tekanan

yang ada pada diri individu akibat tuntutan di lingkungan

masyarakat, seperti memberikan nasehat, usulan, petunjuk, serta

pemberian informasi yang mungkin akan dibutuhkan oleh anggota

keluarga yang lain, juga diberikan kepada anggota keluarga

dengan skizofrenia sebagai upaya meningkatkan status

kesembuhannya.

Dukungan informasi yang dapat diberikan pada anggota

keluarga dengan skizofrenia seperti memberikan pengertian juga

penjelasan mengenai gangguan yang tengah dialami sekarang,

ketika ia dapat mengerti maka penting baginya untuk mengikuti

aturan dalam mengkonsumsi obat-obat yang ia perlukan dengan

tepat waktu sehingga individu dengan skizofrenia mampu

memberikan coping adaptif pada stimulus. Selain itu dapat pula

17
memberitahukan akan tugas-tugas sosialnya, paling tidak sampai

ia mampu untuk mengurus kebutuhan dirinya sendiri, seperti

mandi sendiri, makan sendiri, dll.

3) Dukungan Instrumental

Dukungan instrumental keluarga merupakan suatu dukungan

atau bantuan penuh dari keluarga dalam bentuk memberikan

bantuan tenaga, dana, maupun meluangkan waktu untuk

membantu melayani dan mendengarkan anggota keluarga dalam

menyampaikan pesannya. Dukungan instrumental keluarga

merupakan fungsi ekonomi dan fungsi perawatan kesehatan yang

diterapkan keluarga terhadap anggota keluarga yang sakit

(Suwardiman, 2015).

4) Dukungan Penilaian

Keluarga bertindak sebagai pemberi umpan balik untuk

membimbing dan menengahi pemecahan masalah, seperti

memberikan support, penghargaan, dan perhatian. Dukungan

penilaian merupakan suatu dukungan dari keluarga dalam bentuk

memberikan umpan balik dan penghargaan kepada anggota

keluarga, menunjukkan respon positif yaitu dorongan atau

persetujuan terhadap gagasan, ide, juga perasaan seseorang.

Menurut Friedman dukungan penilaian keluarga merupakan

bentuk fungsi afektif keluarga terhadap anggota keluarga yang

dapat meningkatkan status kesehatannya. Dengan adanya

18
dukungan ini maka anggota keluarga akan mendapatkan

pengakuan atas kema/mpuan dan usaha yang telah dilakukannya

(Suwardiman, 2015).

e. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dukungan Keluarga

Faktor-faktor yang mempengaruhi dukungan keluarga menurut

Setiadi (2014) adalah:

1) Faktor Internal

a) Tahap Perkembangan

Artinya dukungan dapat ditentukan oleh faktor usia

perkembangan, dalam hal ini tahap perkembangan sangat

berpengaruh dalam setiap dukungan keluarga individu.

b) Pendidikan atau Tingkat Pengetahuan

Keyakinan seseorang terhadap adanya dukungan terbentuk

oleh variabel intelektual yang terdiri dari pengetahuan, latar

belakang pendidikan, dan pengalaman masa lalu. Kemampuan

kognitif akan membentuk cara berfikir seseorang termasuk

kemampuan untuk memahami faktor-faktor yang berhubungan

dengan penyakit dan menggunakan pengetahuan tentang

kesehatan untuk menjaga kesehatan sehingga lebih kooperatif

dalam memberi dukungan. Dukungan yang diberikan pada

penderita skizofrenia tergantung dari tingkat pengetahuan

keluarga. Keluarga yang memiliki tingkat pengetahuan tinggi

19
akan memberikan dukungan kepada penderita skizofrenia

untuk dapat mandiri.

c) Faktor Emosi

Faktor emosional juga mempengaruhi keyakinan terhadap

adanya dukungan dan cara melaksanakannya. Seseorang yang

mengalami respon stress dalam setiap perubahan hidupnya

cenderung berespon terhadap berbagai tanda sakit, mungkin

dilakukan dengan cara mengkhawatirkan bahwa penyakit

tersebut dapat mengancam kehidupannya. Seseorang yang

secara umum terlihat sangat tenang mungkin mempunyai

respon emosional yang kecil selama ia sakit. Seseorang

individu yang tidak mampu melakukan koping secara

emosional terhadap ancaman penyakit mungkin akan

menyangkal adanya gejala penyakit pada dirinya dan tidak mau

menjalani pengobatan.

d) Spiritual

Aspek spiritual dapat terlihat dari bagaimana seseorang

menjalani kehidupannya, mencakup nilai dan keyakinan yang

dilaksanakan, hubungan dengan keluarga atau teman, dan

kemampuan mencari harapan dan arti dalam hidup.

2) Faktor Eksternal

a) Praktik di Keluarga

20
Cara bagaimana keluarga memberikan dukungan biasanya

mempengaruhi penderita dalam melaksanakan kesehatannya.

Misalnya: klien juga kemungkinan besar akan melakukan

tindakan pencegahan jika keluarganya melakukan hal yang

sama. Misal: anak yang selalu diajak orang tuanya untuk

melakukan pemeriksaan kesehatan rutin, maka ketika punya

anak dia akan melakukan hal yang sama.

b) Faktor Sosial Ekonomi

Faktor sosial dan psikososial dapat meningkatkan resiko

terjadinya penyakit dan mempengaruhi cara seseorang

mendefinisikan dan bereaksi terhadap penyakitnya. Variabel

psikososial mencakup : stabilitas perkawinan, gaya hidup, dan

lingkungan kerja.

2. Tinjauan Umum Peran Perawat

a. Definisi Peran Perawat

Peran adalah seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh

orang lain terhadap seseorang sesuai kedudukannya dalam suatu

sistem. Peran dipengaruhi oleh keadaan sosial baik dari dalam

maupun dari luar dan bersifat stabil (Hilman, 2013). Menurut

Peraturan Perundang-undangan (RI, 2014 no 38), Perawat adalah

seseorang yang telah lulus pendidikan tinggi Keperawatan, baik di

dalam maupun di luar negeri yang diakui oleh Pemerintah.

21
Sedangkan perawat adalah orang yang mengasuh dan merawat

orang lain yang mengalami masalah kesehatan. Namun pada

perkembangannya, pengertian perawat semakin meluas. Pada saat ini,

pengertian perawat merujuk pada posisinya sebagai bagian dari

tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan kepada masyarakat

secara profesional (Nisya, 2013).

Keperawatan juga dapat diartikan sebagai suatu bentuk

pelayanan profesional yang didasarkan pada ilmu kiat-kiat kesehatan,

secara komprehensif yaitu berbentuk pelayanan bio-psikososio-

spiritual, ditujukan kepada individu, keluarga, masyarakat, dan

kelompok baik sehat maupun sakit yang mencakup seluruh proses

kehidupan manusia (Azizah, 2015).

Dari beberapa definisi di atas maka dapat disimpulkan bahwa

peran perawat adalah seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh

orang lain untuk mengasuh dan merawat orang yang mengalami

kesehatan secara profesional.

Perawat berperan dalam meningkatkan kesehatan dan

pencegahan penyakit serta memandang klien secara komprehensif.

Perawat sebagai pendidik (edukator) harus mempunyai latar belakang

pengalaman klinis dan pengetahuan teoritis. Pengetahuan terkait

penyakit gangguan jiwa salah satunya skizofrenia merupakan hal

yang penting. Banyak keluarga pasien maupun masyarakat yang

belum mendapatkan informasi tentang penyakit gangguan jiwa

22
tersebut sehingga minimnya pengetahuan yang dimiliki

mempengaruhi tindakan yang akan diambil. Edukasi diberikan pada

pasien dan keluarga, dengan tujuan pasien dan keluarga dapat

mengambil keputusan yang tepat untuk memperbaiki kesehatannya.

b. Peran Perawat

Dalam melaksanakan asuhan keperawatan, perawat mempunyai

peran sebagai pemberi asuhan keperawatan, advokad keluarga,

edukator, koordinator, konsultan, kolaborator dan pembaharu yang

dapat digambarkan sebagai berikut (Hidayat, 2014) :

1) Peran sebagai Pemberi Asuhan Keperawatan

Peran ini dapat dilakukan perawat dengan memperhatikan

keadaan kebutuhan dasar manusia yang dibutuhkan melalui

pemberian pelayanan keperawatan untuk membantu proses

penyembuhan.

2) Peran sebagai Advokat

Perawat berperan dalam memberikan informasi yang

dibutuhkan oleh klien dan keluarga dan membantu klien dalam

pengambilan keputusan tindakan pengobatan yang akan

diberikan, dan juga berperan mempertahankan dan melindungi

hak-hak pasien yang meliputi hak atas pelayanan sebaik-baiknya,

hak atas informasi tentang penyakitnya dan hak atas privasi.

3) Peran Edukator

23
Peran ini dilakukan dengan membantu pasien dalam

meningkatkan tingkat pengetahuan kesehatan, gejala penyakit

bahkan tindakan yang diberikan, sehingga terjadi perubahan

perilaku dari pasien setelah dilakukan pendidikan kesehatan.

4) Peran Koordinator

Peran ini dilaksanakan dengan mengarahkan, merencanakan

serta mengorganisasi pelayanan kesehatan dari tim kesehatan

sehingga pemberian pelayanan kesehatan dapat terarah serta

sesuai dengan kebutuhan pasien.

5) Peran Kolaborator

Perawat berkolaborasi dengan tim kesehatan lain, seperti

dokter dan farmasi dengan berupaya mengidentifikasi pelayanan

keperawatan yang diperlukan termasuk diskusi atau tukar

pendapat dalam penentuan bentuk pelayanan selanjutnya.

6) Peran Konsultan

Perawat berperan sebagai tempat konsultasi terhadap masalah

atau tindakan keperawatan yang tepat untuk diberikan.

7) Peran Pembaharu

Peran ini dapat dilakukan dengan mengadakan perencanaan,

kerja sama, perubahan yang sistematis dan terarah sesuai dengan

metode pemberian pelayanan keperawatan.

c. Fungsi Perawat

24
Menurut Hidayat (2008) fungsi merupakan suatu pekerjaan yang

dilakukan sesuai dengan perannya. Fungsi dapat berubah dan

disesuaikan dengan keadaan yang ada. Dalam menjalankan perannya,

perawat akan menjalankan berbagai fungsi diantaranya fungsi

independen, fungsi dependen, dan fungsi interdependen

1) Fungsi Independen

Merupakan fungsi mandiri dan tidak tergantung pada orang

lain, di mana perawat dalam melaksanakan tugasnya dillakukan

secara sendiri dengan keputusan sendiri dalam melakukan

tindakan dalam rangka memenuhi kebutuhan dasar manusia

seperti pemenuhan kebutuhan fisiologis (pemenuhan kebutuhan

oksigenasi, pemenuhan kebutuhan cairan dan elektrolit,

pemenuhan kebutuhan nutrisi, pemenuhan kebutuhan aktifitas

dan lain-lain), pemenuhan kebutuhan keamanan dan

kenyamanan, pemenuhan kebutuhan cinta mencintai, pemenuhan

kebutuhan harga diri dan aktualisasi diri.

2) Fungsi Dependen

Merupakan fungsi perawat dalam melaksankan kegiatannya

atas pesan atau instruksi dari perawat lain. Sehingga sebagai

tindakan pelimpahan tugas yang diberikan. Hal ini biasanya

dilakukan oleh perawat spesialis kepada perawat umum, atau dari

perawat primer ke perawat pelaksana.

3) Fungsi Interdependen

25
Fungsi ini dilakukan dalam kelompok tim yang bersifat

saling ketergantungan di antara tim satu dengan lainnya. Fungsi

ini dapat terjadi apabila bentuk pelayanan membutuhkan kerja

sama tim dalam pemberian pelayanan seperti dalam memberikan

asuhan keperawatan pada penderita yang mempunyai penyakit

kompleks. Keadaan ini tidak dapat diatasi dengan tim perawat saja

melainkan juga dokter ataupun lainnya, seperti dokter dalam

memberikan tindakan pengobatan bekerja sama dengan perawat

dalam pemantauan reaksi obat yang telah diberikan.

3. Tinjauan Umum Kemandirian

a. Definisi Kemandirian

Dalam kamus psikologi kemandirian berasal dari kata “bebas”

yang diartikan sebagai suatu kondisi dimana seseorang tidak tergantung

pada orang lain dalam menentukan keputusan dan adanya sikap percaya

diri. Kemandirian merupakan sikap individu yang diperoleh secara

kumulatif dalam perkembangan dimana individu akan terus belajar

untuk bersikap mandiri dalam menghadapi berbagai situasi di

lingkungan, sehingga individu mampu berpikir dan bertindak sendiri.

Dengan kemandirian seseorang dapat memilih jalan hidupnya untuk

berkembang ke yang lebih mantap (Husain,2013).

b. Aspek-aspek Kemandirian

Seseorang dapat dikatakan mandiri bila ia memenuhi aspek-aspek

kemandirian, yang terdiri dari empat aspek yaitu (Husein,2013):

26
1) Emosi

Aspek ini ditunjukkan dengan kemampuan mengontrol emosi dan

tidak tergantungnya dari emosi keluarga

2) Ekonomi

Aspek ini di tunjukkan dengan kemampuan mengatur ekonomi dan

tidak tergantungnya kebutuhan ekonomi keluarga.

3) Intelektual

Aspek ini di tunjukkan dengan kemampuan mengatasi berbagai

masalah yang di hadapi.

4) Sosial

Aspek ini di tunjukkan dengan kemampuan untuk mengadakan

interaksi dengan orang lain dan tidak tergantung atau menunggu

aksi dari orang lain.

27
C. Kerangka Konsep

Kerangka konsep dalam penelitian ini dapat dilihat pada gambar berikut

ini:

Dukungan Keluarga
Kemandirian pasien
Skizofrenia
Peran Perawat

Gambar 2.1 Kerangka Konsep

Ket:

Variabel Independen

Variabel Dependen

Hubungan

28
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah Deskriptif dengan menggunakan

metode Systematic Review yaitu suatu metode penelitian untuk melakukan

identifikasi, evaluasi dan interpretasi terhadap semua hasil penelitian yang

relevan terkait pertanyaan penelitian tertentu, topik tertentu, atau fenomena

yang menjadi perhatian. Tujuan dari metode ini adalah untuk membantu

peneliti lebih memahami latar belakang dari penelitian yang menjadi subjek

topik yang dicari serta memahami bagaimana hasil dari penelitian tersebut

sehingga dapat menjadi acuan bagi penelitian baru(Fakultas Kesehatan UKIM,

2020)

B. Tahapan Systematic Review

1. Identifikasi Pertanyaan Penelitian

Identifikasi pertanyaan penelitian merupakan pertanyaan yang akan kita

gunakan sebagai dasar melakukan review, sebagai acuan untuk kita

merumuskan pertanyaan penelitian kita dapat menggunakan “PICO”

(Population, in Question, Intervention of Interest, Comparator dan

Outcome). Berdasarkan judul penelitian dapat menentukan PICO sebagai

berikut :

29
a. (P) Populasi

Populasi merupakan sebuah kelompok yang dijadikan sebagai unit

analisis. Oleh karena itu populasi dalam study literature ini adalah

jurnal nasional yang membahas tentang hubungan dukungan keluarga

dan peran perawat dengan kemandirian pasien skizofrenia

b. (I) Intervensi

Intervensi adalah treatment yang akan diberikan kepada unit analisis

untuk melihat pengaruhnya. Intervensi yang diberikan diantaranya

dukungan keluarga dan peran perawat

c. (C) Comparator

Komparator adalah pembanding sebagai control, ada kelompok yang

diberi treatment da nada kelompok yang tidak diberikan treatment.

Dalam study literature ini tidak menggunakan jurnal atau artikel

pembanding.

d. (O) Outcome

Outcome adalah dampak, manfaat, harapan perubahan dari sebuah

kegiatan atau pelayanan suatu program. Adapun hasil yang diinginkan

yaitu kemandirian pada pasien skizofrenia.

Pertanyaan study literature berdasarkan “PICO” adalah apakah ada

hubungan dukungan keluarga dan peran perawat dengan kemandirian pasien

skizofrenia ?

30
2. Menyusun Protokol

Merupakan detail perencanaan yang dipersiapkan secara matang, yang

mencakup beberapa hal seperti lingkup dari studi, prosedur, kriteria untuk

menilai kualitas (kriteria inklusi dan eksklusi), skala penelitian yang akan

dilakukan. Untuk menyusun protokol review kita menggunakan metode

PRISMA (Preferred Reporting Items for Systematic Reviews and Meta

Analyses) (Fakultas kesehatan UKIM, 2020)

a. Pencarian Data

pencarian data megacu pada sumber Google Scholar yang sifatnya

resmi, yang disesuaikan dengan judul penelitian, abstrak dan kata

kunci yang digunakan untuk mencari artikel. Kata kunci ini dapat

disesuaikan dengan pertanyaan penelitian yang telah dibuat

sebelumnya.

b. Skrining Data

Skrining adalah penyaringan atau pemilihan data (artikel

penelitian) yang bertujuan untuk memilih masalah penelitian yang

sesuai dengan topik atau judul, abstrak dan kata kunci yang diteliti.

c. Penilaian Kualitas/Kelayakan Data

Penelitian kualitas atau kelayakan didasarkan pada data (artikel

penelitian) dengan teks lengkap (full text) dengan memenuhi kriteria

yang ditentukan (kriteria inklusi dan eksklusi).

d. Hasil Pencarian Data

31
Berikut ini merupakan “PRISMA Flow Diagram” dari studi literatur

“Hubungan dukungan keluarga dan peran perawat dengan kemandirian

pasien skizofrenia”

Pencarian pada situs google scholar

Hasil jurnal secara keseluruhan (n = 621)

Screening
Screening a. Rentang waktu publikasi 5 tahun
(n = 480) (2016 – 2020)
b. Jurnal bahasa Indonesia
c. Tipe (Reserch, articles, review
articles)

Kriteria Inklusi :
Jumlah jurnal yang a. Jurnal yang berkaitan dengan
dapat diakses full dukungan keluarga dengan
text (n = 26 ) kemandirian pasien skizofrenia
b. Jurnal yang berkaitan dengan
peran perawat dengan
kemandirian pasien skizofrenia
c. Jurnal yang membahas tentang
kemandirian pasien skizofrenia

Jurnal akhir yang


sesuai dengan
kriteria inklusi
(n= 15)

Gambar 3.1 hasil Pencarian Data

32
3. Ekstraksi Data

Ekstraksi data dapat dilakukan setelah proses protokol telah

dilakukan dengan menggunakan metode PRISMA, ekstrasi data dapat

dilakukan secara manual dengan membuat formulir yang berisi tentang;

tipe artikel, nama jurnal atau konferensi, tahun, judul, kata kunci, metode

penelitian dan lain-lain.

C. Populasi, Sampel dan Teknik Sampling

1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek

yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh

peneliti untuk dipelajari dan kemudian diambil kesimpulannya.

(Hikmawati, 2017). Populasi dalam penelitian ini adalah artikel atau jurnal

penelitian nasional yang berkaitan dengan judul penelitian: “Hubungan

dukungan keluarga dan peran perawat dengan kemandirian pasien

skizofrenia”.

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi, tidak akan ada sampel jika tidak ada

populasi (Hikmawati, 2017). Sampel dalam penelitian ini berjumlah 15

jurnal penelitian nasional yang berkaitan dengan judul penelitian:

“Hubungan dukungan keluarga dan peran perawat dengan kemandirian

pasien skizofrenia”.

3. Teknik Sampling

33
Teknik sampling menurut cara-cara yang digunakan dalam pengambilan

sampel, agar memperoleh sampel yang sesuai dari keseluruhan subjek

penelitian. Penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling, yaitu

suatu teknik penetapan sampel dengan cara memilih sampel di antara

populasi sesuai dengan yang dikehendaki peneliti (tujuan dan masalah

dalam penelitian), sehingga sampel dapat mewakili karakteristik populasi

yang telah diketahui sebelumnya. Berdasarkan karakteristik populasi yang

telah diketahui, maka dibuat kriteria inklusi dan eksklusi. Kriteria inklusi

adalah sebuah aspek yang harus ada dalam sebuah penelitian yang akan kita

review dan kriteria eksklusi adalah faktor-faktor yang dapat menyebabkan

sebuah penelitian menjadi tidak layak untuk di review; sebagai berikut:

a. Kriteria Inklusi:

1) Artikel penelitian nasional dan internasional yang berkaitan

dengan hubungan dukungan keluarga dan peran perawat

dengan kemandirian pasien skizofrenia

2) Jurnal penelitian diterbitkan dalam rentang waktu 5 tahun

terakhir dari tahun 2016 sampai tahun 2020

3) Tipe artikel penelitian (review articles, research articles).

4) Artikel penelitian yang dapat diakses secara penuh (full text).

b. Kriteria Eksklusi:

1) Jurnal penelitian nasional dan internasional yang tidak

berkaitan dengan permasalahan yang diteliti.

2) Jurnal penelitian diterbitkan lebih dari 5 tahun.

34
D. Variabel Penelitian

Variabel penelitian menunjuk pada variabel yang diteliti, terdiri dari variabel

independen yaitu dukungan keluarga dan peran perawat dengan variabel

dependen yaitu kemandirian pasien skizofrenia.

E. Analisa Data

Setelah melewati tahap protocol sampai eksekusi data, maka analisis data

dilakukan dengan menggabunkan semua data yang telah memenuhi kriteria

inklusi menggunakan teknik secara deskriptif untuk memberikan gambarran

sesuai permasalahan penelitian yang diteliti.

35
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL
Hasil penelitian berisi tentang uraian artikel penelitian yang telah direview dan disajikan dalam bentuk tabel seperti di bawah ini :

Tabel 4.1
Hasil Systematic Review HubunganSikap dan Dukungan Keluarga dengan Kadar Gula Darah Pada Pasien
Diabetes Mellitus

No Desain Jumlah Metode Teknik


Judul/Peneliti Tahun Lokasi Tujuan Intervensi Hasil
. Penelitian Responden Pengukuran Analisis

35
DAFTAR PUSTAKA

Arris Dita Samuddra., 2018. Hubungan dukungan keluarga dengan kemandirian


perawatan diri pasien skizofrenia di kecamatan Geger kabupaten
Madiun. Skripsi online., STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun., From:
http:// repository.stikes-bhm.ac.id/

Chaplin., 2011, Kamus Lengkap Psikologi., Penerjemah Katini Kertono, Jakarta :


PT Raja Grafindo Persada

Direja, 2011., Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Yogyakarta : Nuha Medika

Friedman, Marilyn M., 2010. Keperawatan Keluarga Teori dan Praktek., Edisi 5,
Jakarta : EGC.

Hawari, dkk., 2012. Konsep dasar perawatan jiwa. Jakarta : Trans Info Medika
Hawari, D., 2014. Skizofrenia pendekatan holistik pada gangguan jiwa., Jakarta :
Fk-UL
Hilman, Muh., 2013. Tinjauan peran perawat dalam memberikan pelayanan
kesehatan., Kendari.

Kementerian Kesehatan RI., 2019. Profil Kesehatan Indonesia tahun 2018,


Jakarta : Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

Novi Herawati & Yudistira Afconneri., 2020. Perawatan diri pasien skizofrenia
dengan halusinasi. Jurnal Keperawatan Jiwa, Vol. 8 No. 1.

Salvari, Gusti, ADP., 2013. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Keluarga. Bandung :
Trans Info Media
Setiadi., 2011. Konsep & Proses Keperawatan keluarga., Tangerang : Graha Ilmu

1
Siti Zahniah & Sumekar D. W., 2016. Kajian epidemiologis skizofrenia. Jurnal
kedokteran universitas Lampung, Vol. 5 No. 5., From
juke.kedokteran.unila.ac.id/
Stuart., 2013. Buku Saku Keperawatan Jiwa. (5th Ed). Jakarta : EGC
Stuart & Sundenn., 2014. Priciples Practice Psychiatric Nursing (5th edition). St.
Louis : Mosby

Townsend., 2013. Five-Year Followup Study of Deficit and Nondeficit


Schizophrenia., Schizophrenia research 49 (2013) p.253-260., In Science
Direct

Videbeck, S. L., 2013. Phsyciatric Mental Heart Nursing. USA : Lippincott


William & Wilkins, Inc

Waode Titin Aprilian., 2017. Tinjauan peran perawat sebagai edukator dalam
memberikan pelayanan keperawatan pada pasien post OP di ruang rawat
inap bedah RSU Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara., Karya tulis
ilmiah online., From : http://repository.poltekkes-kdi.ac.id/
Wardani, Y.I, Achir Yani, S.Hamid, Wiwin Wiarsih & Susanti. H., 2012.
Dukungan keluarga: Faktor penyebab ketidakpatuhan klien skizofrenia
menjalani pengobatan. Jurnal Keperawatan Indonesia., Vol. 15 No. 1.,
diakses tgl 10 Sept 2012. From https://media.neliti.com/

Yosep, (2014). Keperawataan Jiwa (edisi revisi). Bandung : Refika Aditama

Anda mungkin juga menyukai