PADA PASIEN TB
LITERATUR REVIEW
PROPOSAL
OLEH :
16010114
2020
LEMBAR PERSETUJUAN
Proposal penelitian ini telah diperiksa oleh pembimbing dan telah disetujui untuk mengikuti
seminar proposal pada Program Studi Ilmu Keperawatan STIKES dr. Soebandi Jember
Jember, 2020
Pembimbing I
Syaiful Bachri,S.KM.,M.Kes
NIP. 1962012019830310041
Pembimbing II
NIDN. 0716088702
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kahadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan rahamat-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan Proposal Literature Review yang berjudul “Hubungan Tingkat
Pengetahuan Dengan Pencegahan Penularan Pada Pasien TB” sebagai salah satu syarat
Selama proses penyusunan skripsi ini penulis dibimbing dan dibantu oleh beberapa
1. Drs. H. Said Mardijanto, S.Kep.,Ns.,M.M selaku Ketua STIKES dr. Soebandi Jember,
2. Ns. Irwina Angelia Silvanasari, S.Kep., Ns., M.Kep. selaku Ketua Program Studi Ilmu
Semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan balasan pahala atas segala amal baik
yang telah diberikan dan semoga Proposal ini berguna bagi semua pihak yang memanfaatkan.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan proposal literature Review ini masih jauh dari
kesempurnaan, untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran untuk perbaikan di
masa mendatang.
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
LEMBAR PERSETUJUAN.....................................................................................................i
KATA PENGANTAR..............................................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................................iii
BAB I PERDAHULUAN.........................................................................................................1
2.1.1 Definisi.......................................................................................................................6
2.1.2 Etiologi.......................................................................................................................7
2.1.3 Patalogi......................................................................................................................8
iii
2.1.4 Patogenesis...............................................................................................................10
2.1.6 Klasifikasi................................................................................................................14
2.1.9 Pengobatan...............................................................................................................30
2.4.1 Definisi.....................................................................................................................49
iv
BAB III METODE PENELITIAN.......................................................................................54
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................65
v
BAB I
PERDAHULUAN
Tuberkulosis adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium
africanum, M. bovis, M. Leprae dsb. Yang juga dikenal sebagai Bakteri Tahan Asam (BTA).
menimbulkan gangguan pada saluran nafas dikenal sebagai MOTT (Mycobacterium Other
Than Tuberculosis) yang terkadang bisa mengganggu penegakan diagnosis dan pengobatan
(berlangsung lama) dan menular. Penyakit ini dapat diderita oleh setiap orang, tetapi paling
sering menyerang orang-orang yang berusia antara 15 – 35 tahun, terutama mereka yang
bertubuh lemah, kurang gizi atau yang tinggal satu rumah dan berdesak-desakan bersama
penderita TBC. Lingkungan yang lembap, gelap dan tidak memiliki ventilasi memberikan
Menurut (WHO, 2017). kasus TBC di Indonesia terbesar akibat merokok, kurang
gizi, diabetes, dan mengonsumsi alkohol. Kejadian TBC menunjukkan kasus TB di
Indonesia mencapai 842 ribu. Sebanyak 442 ribu pengidap TBC melapor dan sekitar 400
ribu lainnya tidak melapor atau tidak terdiagnosa. Penderita TBC tersebut terdiri atas 492
ribu laki-laki, 349 ribu perempuan, dan 49 ribu anak-anak. Jumlah kasus TBC Indonesia
berada di urutan ketiga terbesar dunia setelah India yang mencapai 2,4 juta kasus dan
1
Adapun beberapa faktor yang dapat mempengaruhi prefalensi rate kasus TB yaitu
penularan penyakit TB Paru juga tidak terlepas dari faktor sosial budaya, terutama berkaitan
dengan pengetahuan, sikap dan perilaku dari masyarakat setempat (Depkes, 2010).
Bedasarkan data kementrian kesehatan republik indonesia kasus tuberkulosis di jawa timur
sendiri pada tahun 2017 sebesar 48.323 orang, yang terdiri dari laki – laki sebesar 56,30%
dengan penderita 27.205 orang dan perempuan sebesar 43,70% dengan 21.118 orang
(KEMENKES, 2017).
Berbagai program kesehatan telah dilakukan dalam upaya pencegahan penulan TB.
Tetapi kenyataannya TB masih juga jadi masalah. Program penanggulangan TB yang utama
kini adalah dengan pendekatan directly observed treatment shortcourse (DOTS). DOTS
faktor bakteri, dan faktor lingkungan. Faktor individu merupakan faktor yang berasal dari
diri individu berupa segala hal yang menyebabkan penurunan sistem imunitas seperti HIV,
Diabetes Mellitus, malnutrisi, dan penggunaan obat imunosupresan. Faktor bakteri berupa
jumlah bakteri yang terhirup oleh penderita dan lama kontak dengan bakteri. Sedangkan
faktor lingkungan dapat berupa ventilasi, kepadatan, serta pencahayaan ruangan. Termasuk
juga di dalamnya akan perilaku individu dalam menjaga kesehatannya. (Crofton et al, 2002).
Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi perilaku manusia dari tingkat
kesehatan. Menurut Green.L (1980) prilaku dapat dipengaruhi oleh tiga faktor utama, yaitu
faktor predisposisi, faktor ini mencakup lingkungan, pengetahuan, sikap dan tindakan
masyarakat terhadap kesehatan, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi dan status
2
pekerjaan. Kemudian faktor memungkinkan, faktor ini mencakup keterjangkauan fasilitas
kesehatan bagi masyarakat seperti jarak dan ekonomi masyarakat. Terakhir yaitu faktor
penguat, faktor ini meliputi dukungan tokoh masyarakat, petugas petugas kesehatan dan
dan cara pencegahan akan berpengaruh terhadap sikap dan tindakan sebagai orang yang sakit
dan akhirnya menjadi sumber penular bagi sekelilingnya. Sikap dan tindakan tersebut seperti
batuk tidak menutup mulut, buang dahak di sembarang tempat, dan tidur dalam satu kamar
pengetahuan atau kognitif berperan penting dalam membentuk tindakan seseorang dan
domain dari prilaku adalah pengetahuan, sikap dan tindakan. Oleh karena itu pengetahuan
merupakan faktor penunjang dalam menerapkan prilaku sehat yang salah satunya adalah
upaya pencegahan TB Paru. Menurut hasil penelitian Rahman, dkk (2017) menjelaskan
bahwa masyarakat yang memiliki pengetahuan rendah mempunyai risiko tertular TB Paru
penelitian dengan judul “Hubungan tingkat pengetahuan dengan pencegahan penularan pada
pasien TB”
Berdasarkan latar belakang diaatas maka dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut :
TB”
3
1.3 Tujuan Penelitan
Berdasarkan tujuan pada literature review ini adalah menjelaskan hubungan tingkat
Hasil Literatur Review ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan terkait tingkat
terkait pentingnya menjaga serta mencegah penularan TB. Dan harapannya dapat di
Hasil penelitian dengan menggunakan Literatur Review ini dapat digunakan sebagai
salah satu refrensi bagi institusi keperawatan maupun mahasiswa untuk menambah literasi
serta mengembangkan dan memberikan solusi dari hasil penelitian tentang tingkat
pencegahan penularan pada pasien TB. Sehingga masyarakat dapat melakukan hal
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kerangka teori adalah abstrak dari suatu realitas agar dapat dikomunikasikan dan
membentuk suatu teori yang menjelaskan keterkaitan antar variabel (baik variabel yang
diteliti maupun yang tidak diteliti). Kerangka konsep akan membantu penelitian
menghubungkan hasil penemuan dengan teori. Untuk memudahkan suatu konsep dari suatu
istilah dapat dicermati pada batasan istilahnya (Nursalam, 2018). Kerangka teori pada
Gambar 2.2
Faktor Resiko TB
Tuberkulosis
5
Diteliti =
Tidak Diteliti =
Variabel dependen (terikat) penelitian ini adalah Tingkat Pengetahuan Dengan Pencegahan
6
BAB III
METODE PENELITIAN
Populasi Populasi
-tidak sesuai dengan Identifikasi jurnal fulltext (n=2) -tidak sesuai dengan
topik (n-1) topik (n-0)
Intervension Intervension
-tidak sesuai intervensi Jurnal akhir yang dapat di analisis -tidak sesuai intervensi
(n=0) (n=0)
sesuai dengan tujuan dan rumusan
Comparator Comparator
-faktor pembanding masalah (n=4) -faktor pembanding
(n=0) (n=1)
Outcome Outcome
-tujuan penelitian tidak Analisa telaah jurnal -tujuan penelitian tidak
sesuai sesuai
(n=1) (n=0)
Hasil dan pembahasan
Gambar 3.1 kerangka kerja literature review (Polit and Beck, 2013)
7
3.2 Desain Penelitian
mangacu pada jenis atau macam penelitian yang dipilih untuk mencapai tujuan penelitian,
serta berperan sebagai alat dan pedoman untuk mencapai tujuan tersebut (Setiadi, 2013).
penelitian yang di lakukan oleh peneliti dengan mengumpulkan sejumlah buku-buku majalah
yang berkaitan dengan masalah dan tujuan penelitian. Teknik ini dilakukan dengan tujuan
untuk mengungkapkan berbagai teori-teori yang relevan dengan permasalahan yang sedang
diteliti sebagai bahan rujukan dalam pembahasan hasil penelitian (Danial, 2009).
karena penelitian ini bertujuan menganalisis hubungan antar fenomena. Peneliti ingin
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu data
yang di peroleh dari artikel – artikel dalam karya ilmiah ini ditemukan di berbagai Database
yaitu google scholar. Berbagai pencarian di mulai dengan kata kunci “tingkat pengetahuan”
pada variable pertama. Sedangkan kata kunci untuk variabel kedua yaitu “pencegahan
penularan pasien TB”. Penulis memilih artikel dalam rentan tahun 2015-2020 (Cears et al,
2008).
Strategi Pencarian yang dilakukan oleh peneliti dalam membuat Literature Review
ini adalah dengan menggunakan Kata Kunci sebagai berikut : “hubungan tingkat pengetahuan
8
dengan pencegahan penularan pada pasien TB”. Artikel-artikel tersebut di ditemukan di
berbagai Database yaitu Google Schola. Kriteria Inklusi dalam Penulisan Literature Review
ini yaitu Artikel yang sesuai dengan Topik yang diangkat, Artikel mengandung hubungan
tingkat pengetahuan dengan pencegahan penularan pada pasien TB. Peneliti memilih artikel
dalam rentang tahun 2015 – 2020 dan ditemukan 3 artikel yang berhubungan tingkat
pengetahuan dengan pencegahan penularan pada pasien TB. Sedangkan Kriteria Eksklusi
dalam pencarian artikel yaitu Artikel yang tidak berkaitan dengan Topik dan artikel dalam
pengetahuan dengan
pencegahan penularan
pada pasien tb
Intervention - -
pembanding pembanding
tb tb
9
Study Design and Case control, Cross Quasi eksperimen
dan deskriptif
Data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan metode analisis deskriptif yaitu
menelaah persamaan dan perbedaan ataupun penelitian mana yang saling mendukung, dan
Analisis dimulai dengan materi hasil penelitian yang diperhatikan mulai dari paling
relevan, relevan dan cukup relevan. Adapun cara lain yang dapat dilakukan yaitu dengan
melihat tahun penelitian diawali dari yang paling baru dan berangsur-angsur pada tahun yang
10
BAB IV
Pada bab 4 ini di sampaikan riview hasil dan pembahasan hubungan tingkat pengetahuan dengan pencegahan penularan pada pasien tb balita
sebagai berikut :
Pada review hasil penelitian penelitian ini di sampaikan deskripsi hubungan tingkat pengetahuan dengan pencegahan penularan pada pasien tb
Tabel 4.1 hubungan tingkat pengetahuan dengan pencegahan penularan pada pasien tb
No. Peneliti Tahun Volume Judul Metode (Desain, Sampel, Hasil Penelitian Database
Sampling, Variabel,
Instrumen, Analisis
1. Offi 2019 Volume Hubungan Desain : Pendekatan metode hasil penelitian menunjukan Google
Miranda M1 IV No. 2 Tingkatan kuantitatif dengan desain cross bahwa ada hubungan antara scholar
pencegahan
Instrumen : Kuisioner
digunakan Chi-Square
2. Fauzie 2017 JURNAL Pengetahuan Dan Desain : Metode penelitian ini Hasil penelitian menggunakan Google
Rahman,dkk MKMI, Sikap adalah kuantitatif dengan uji chi square menunjukkan ada scholar
2
Pencegahan Sampel : sampel sebanyak dapat disimpulkan bahwa ada
rumus slovin
Variabel : Pengetahuan,
sikap, pencegahan,
tuberkulosis
Instrumen : Kuisoner
3
dilakukan dengan cara pengetahuan buruk tentang
Pencegahan
memasukkan semua subjek pencegahan penularan TB paru.
Penularan Tb
yang memenuhi kriteria Terbanyak pada rentang umur
Paru Pada
pemilihan ke dalam penelitian 41-50 tahun. Sedangkan untuk
Mantan
Variabel : Tuberkulosis, sikap, sebanyak 30 responden
Penderita Tb
Pengetahuan, Sikap, Perilaku (88,24%) bersikap baik terhadap
Paru Di Wilayah
Instrumen : kuesioner pencegahan penularan TB paru
Kerja Puskesmas
Analisis : teknik analisis dan sebanyak 4 responden
Sungai Durian
univariat dan bivariat dengan (11,76%) bersikap buruk
Kabupaten Kubu
Uji statistik yang digunakan terhadap perilaku pencegahan
Raya
adalah Chi Square. penularan TB paru. Kemudian
4
kerja Puskesmas Sungai Durian
Raya (p=0,031).
5
Berdasarkan hasil review penelitian dari 3 artikel, hasil penelitian dari Offi Miranda
M1 , Arfiza Ridwan (2019) dengan judul “Hubungan Tingkatan Pengetahuan Dengan Upaya
dengan desain cross sectional study. Sampel dalam penelitian ini adalah warga desa di salah
satu Kabupaten Aceh Besar yang berjumlah 87 responden ≥ 18 tahun. Teknik pengambilan
sampel menggunakan Non Probability Sampling dengan metode Purposive Sampling. Uji
statistik yang digunakan adalah Chi-Square dengan hasil penelitian menunjukan bahwa ada
hubungan antara tingkat pengetahuan dengan upaya pencegahan TB Paru (p-value= 0,000),
tingkat pengetahuan yang kurang terhadap penyakit TB Paru sebesar 62,1% dan upaya
Sedangkan menurut penelitian Fauzie Rahman,dkk pada tahun (2017) yang berjudul
penelitian ini adalah mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan dan sikap dengan
upaya pencegahan penyakit tuberkulosis di wilayah kerja Puskesmas Bawahan Selan tahun
2015. Metode penelitian ini adalah kuantitatif dengan pendekatan cross sectional study.
metode cluster random sampling, kemudian jumlah sampel ditentukan menggunakan rumus
slovin dan didapat sampel sebanyak 100 orang. Instrumen penelitian menggunakan
kuesioner. Hasil penelitian menggunakan uji chi square menunjukkan ada hubungan antara
pengetahuan (p=0,000) dan sikap (p=0,000), dapat disimpulkan bahwa ada hubungan
Dan menurut penelitian Wasis Setyo Bowo tahun 2015 dengan judul “Hubungan
Antara Tingkat Pengetahuan Dan Sikap Terhadap Perilaku Pencegahan Penularan Tb Paru
Pada Mantan Penderita Tb Paru Di Wilayah Kerja Puskesmas Sungai Durian Kabupaten
1
Kubu Raya” Metode penelitian ini besifat analitik dengan pendekatan cross sectional yang
dilakukan dengan pengisian kuesioner oleh mantan penderita TB paru di wilayah kerja
puskesmas Sungai Durian Kabupaten Kubu Raya. Hasil terdapat sebanyak 34 orang yang
memenuhi kriteria penelitian yaitu 15 orang laki-laki dan 19 orang perempuan. Pada variable
yang diukur mempunyai hubungan secara statistik yang diukur dengan uji Fisher.
Kesimpulan Terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan dan sikap terhadap perilaku
pencegahan penularan TB paru pada mantan penderita TB Paru di wilayah kerja Puskesmas
4.2 Pembahasan
artikel hubungan tingkat pengetahuan dengan pencegahan penularan pada pasien TB sebagai
berikut. Berdasarkan 3 artikel yang telah di review , didapatkan hasil penelitian bahwa ada 3
artikel menunjukkan ada hubungan tingkat pengetahuan dengan pencegahan penularan pada
pasien TB.
pendekatan metode kuantitatif dengan desain cross sectional study. Sampel dalam penelitian
ini adalah warga desa di salah satu Kabupaten Aceh Besar yang berjumlah 87 responden ≥ 18
tahun. Teknik pengambilan sampel menggunakan Non Probability Sampling dengan metode
Purposive Sampling. Uji statistik yang digunakan adalah Chi-Square dengan hasil penelitian
menunjukan bahwa ada hubungan antara tingkat pengetahuan dengan upaya pencegahan TB
Paru (p-value= 0,000), tingkat pengetahuan yang kurang terhadap penyakit TB Paru sebesar
62,1% dan upaya pencegahan penularan penyakit TB Paru yang rendah sebesar 52,9%.
Berdasarkan hasil penelitian Pada masyarakat Desa Tanjung Selamat Kecamatan Darussalam
Aceh Besar sebagian besar memiliki tingkat pengetahuan yang kurang terhadap penyakit
2
Tuberkulosis Paru sebesar 62,1%. Tingkat upaya pencegahan penularan penyakit TB Paru
yang rendah sebesar 52,9% dan ada hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan
dengan upaya pencegahan penularan Tuberkulosis paru di Desa Tanjung Selamat Kecamatan
Darussalam Aceh Besar dengan nilai p-value 0,000. Dalam penelitian lain juga dinyatakan
bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan perilaku pencegahan
penularan TB Paru. Semakin baik tingkat pengetahuan maka semakin tinggi tindakan
merupakan hasil dari tahu , dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap
terbentuknya tindakan seseoranng. ( Notoadmojo, 2012) Hal ini dapat diartikan bahwa
pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang
karena dengan pengetahuan yang tinggi dapat menciptakan perilaku yang baik (Notoatmodjo,
2007).
Peneliti berpendapat bahwa ada hubungan antara tingkat pengetahuan dengan upaya
pencegahan penularan TB Paru pada masyarakat di wilayah Aceh Besar. Semakin baik
tingkat pengetahuan maka semakin baik pula upaya masyarakat dalam pencegahan penularan
TB Paru. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian bahwa dari 10 responden yang
berpengetahuan baik ternyata hanya 2 orang (20,0%) yang memiliki upaya pencegahan yang
(72,2%) responden yang memiliki upaya pencegahan rendah terhadap penularan TB Paru.
penelitian ini adalah mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan dan sikap dengan
3
upaya pencegahan penyakit tuberkulosis di wilayah kerja Puskesmas Bawahan Selan tahun
2015. Metode penelitian ini adalah kuantitatif dengan pendekatan cross sectional study.
metode cluster random sampling, kemudian jumlah sampel ditentukan menggunakan rumus
slovin dan didapat sampel sebanyak 100 orang. Instrumen penelitian menggunakan
kuesioner. Hasil penelitian menggunakan uji chi square menunjukkan ada hubungan antara
pengetahuan (p=0,000) dan sikap (p=0,000), dapat disimpulkan bahwa ada hubungan
pengetahuan dan sikap dengan upaya pencegahan tuberkulosis. Hasil penelitian yang
dilakukan menunjukkan bahwa sebagian responden memiliki pengetahuan yang kurang, yaitu
sebesar 50 responden (50%). Hal ini disebabkan kurangnya informasi yang didapatkan oleh
responden dari media massa seperti buku, televisi ataupun radio dan juga dari puskesmas
terdekat yang memberikan penyuluhan tentang penyakit tuberkulosis. Faktor lain yang
karena tingkat pendidikan responden yang dominan SMA.9 Masyarakat banyak yang tidak
mengetahui bahwa sumber penularan penyakit tuberkulosis Paru adalah pasien Tuberkulosis
BTA positif. Peneliti ini menyimpulkan bahwa ada hubungan antara pengetahuan (p=0,000)
dan sikap (p=0,000) Hal ini disebabkan walaupun pengetahuan masyarakat tentang upaya
tuberkulosis masih ada yang kurang. Misalnya, masih ada masyarakat yang tidak menutup
mulut saat bersin atau batuk, walaupun mereka sebenarnya mengetahui bahwa menutup
mulut saat bersin atau batuk merupakan salah satu upaya pencegahan tuberkulosis. Namun,
tuberkulosis disebabkan adanya keinginan atau rasa takut tertular penyakit tuberkulosis.
tentang upaya pencegahan Tuberkulosis pada masyarakat, sehingga diperlukan adanya upaya
intervensi untuk peningkatan pengetahuan pada masyarakat. Adapun saran yang dapat
4
diberikan berdasarkan hasil penelitian ini adalah perlu adanya pemberian Komunikasi,
Informasi dan Edukasi (KIE) yang dilakukan oleh tenaga kesehatan bekerjasama dengan
kader kesehatan di desa tentang upaya pencegahan tuberkolusis di masyarakat, agar terjadi
membentuk tindakan seseorang (overt behavior). Pengetahuan yang baik apabila tidak
ditunjang dengan sikap yang positif yang diperlihatkan akan memengaruhi seseorang untuk
berperilaku, seperti yang diungkapkan Notoatmodjo yang menyatakan bahwa domain dari
baik tingkat pengetahuan maka semakin tinggi juga tindakan pencegahan penularan penyakit
Sikap dan Perilaku Masyarakat tentang Penyakit Tuberkulosis Paru di Kecamatan Sungai
Tarab, Kabupaten Tanah Datar Provinsi Sumatera Barat”. Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa pengetahuan sebagian masyarakat mengenai gejala penyakit tuberkulosis relatif cukup
baik, sikap masyarakat masih kurang peduli terhadap akibat yang dapat ditimbulkan oleh
dahak dan menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan masih kurang, karena mereka malu
dan takut divonis menderita tuberkulosis. Penelitian ini sejalan dengan penelitian Suhardi,
yang menunjukkan ada hubungan antara pengetahuan responden tentang tuberkulosis dengan
5
Dari pertanyaan yang diajukan menunjukkan banyak responden yang belum mengetahui
Dan menurut penelitian Wasis Setyo Bowo tahun 2015 dengan judul “Hubungan
Antara Tingkat Pengetahuan Dan Sikap Terhadap Perilaku Pencegahan Penularan Tb Paru
Pada Mantan Penderita Tb Paru Di Wilayah Kerja Puskesmas Sungai Durian Kabupaten
Kubu Raya” Metode penelitian ini besifat analitik dengan pendekatan cross sectional yang
dilakukan dengan pengisian kuesioner oleh mantan penderita TB paru di wilayah kerja
puskesmas Sungai Durian Kabupaten Kubu Raya. Hasil terdapat sebanyak 34 orang yang
memenuhi kriteria penelitian yaitu 15 orang laki-laki dan 19 orang perempuan. Pada variable
yang diukur mempunyai hubungan secara statistik yang diukur dengan uji Fisher.
Kesimpulan Terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan dan sikap terhadap perilaku
pencegahan penularan TB paru pada mantan penderita TB Paru di wilayah kerja Puskesmas
pengetahuan baik tentang pencegahan penularan TB paru dan sebanyak 3 responden (8,82%)
memiliki pengetahuan buruk tentang pencegahan penularan TB paru. Terbanyak pada rentang
umur 41-50 tahun. Sedangkan untuk sikap, sebanyak 30 responden (88,24%) bersikap baik
terhadap pencegahan penularan TB paru dan sebanyak 4 responden (11,76%) bersikap buruk
penularan TB paru di wilayah kerja Puskesmas Sungai Durian Kabupaten Kubu Raya
(p=0,048).
6
Notoatmojo (2007) mengemukakan bahwa pengetahuan adalah hasil penginderaan
manusia atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya. Secara
teori, pengetahuan dan kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya
tindakan seseorang. Pengetahuan yang dicakup dalam domain kognitif mempunyai enam
tahapan, yaitu tahu, memahami, aplikasi, analisis, sintesis, penilaian kembali (Notoatmodjo,
yang baik. Dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden memiliki kemudahan akses
pengetahuan yang baik tentang pencegahan penularan TB paru. Teori lain yang mendukung
adalah teori pengetahuan yang dikemukakan oleh Kate dan Barbara (1992) dikutip dari
Notoatmodjo (2008) mendefinisikan pengetahuan sebagai suatu bangunan statik yang berisi
fakta-fakta, dibangun secara bertahap, langkah demi langkah dan mencakup tentang ide
bahwa pengetahuan merupakan sebuah cara pandang terhadap sesuatu, sebuah perspektif,
yang belum tentu benar tetapi cukup baik, sampai ditemukan sesuatu yang cukup baik. teori
pengetahuan oleh Notoatmodjo (2008) yang mengatakan bahwa secara lebih terperinci
perilaku manusia sebenarnya merupakan refleksi dari berbagai gejala kejiwaan, seperti
pengetahuan dan sikap. Pengetahuan yang baik diharapkan akan mempunyai sikap yang baik
penularan TB Paru dengan perilaku pencegahan penularan TB paru tidak memenuhi syarat
untuk dianalisis dengan menggunakan uji Chi-Square karena terdapat lebih dari 20% sel
dengan nilai expected< 5, sehingga dilakukan analisis dengan uji Fisher. Setelah dilakukan
uji Fisher didapatkan nilai signifikansi 0,048 nilai signifikansi <0,05 menunjukkan bahwa
terdapat hubungan bermakna secara statistic antara tingkat pengetahuan tentang pencegahan
penularan TB Paru dengan perilaku pencegahan penularan TB paru. Hasil penelitian ini
7
sesuai dengan Begitu pula hasil penelitian yang dilakukan oleh oleh Maitum, J (2010)
menunjukkan terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan, perilaku dan sikap
keluarga dengan pencegahan penularan penyakit tuberkulosis paru di ruangan penyakit dalam
Menurut opini peneliti dari ke 3 artikel yang telah di review didapatkan sebagian
besar 3 artikel menunjukkan ada hubungan signifikan terhadap tingkat pengetahuan dengan
pencegahan penularan pada pasien TB. Kurangnya pengetahuan, sikap, dan perilaku
penderita itu sendiri umtuk mencegah penularan penyakit tuberculosis paru akan
8
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
pencegahan penularan pada pasien TB. Berdasarkan hasil review dari 3 artikel, maka di ambil
kesimpulan sebagai berikut 3 artikel menunjukkan ada hubungan signifikan terhadap tingkat
5.2 Saran
pasien TB.
9
DAFTAR PUSTAKA