PROPOSAL
Disetujui Pembimbing
Pembimbing
Mengetahui
Ns. Abdul Wahab Pakaya, S.Kep, MM, M.Kep Ns. Harismayanti, S.Kep, M.Kep
NBM : 1328876 NIDN : 920048704
2
BAB I PENGESAHAN KOMISI PENGUJI
KOMISI PENGUJI
2. ……………. (………………………….)
3. ………….. (………………………….)
Mengetahui
Ns. Abdul Wahab Pakaya, S.Kep, MM, M.Kep Ns. Harismayanti, S.Kep, M.Kep
3
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi Robbil Alamin, puji syukur ke hadirat Allah SWT karena
dengan izin dan kuasa-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan proposal
penelitian dengan judul “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Insomnia Pada
Lansia Di Desa Bongopini Kecamatan Tilongkabila Kabupaten Bone Bolango”.
Penyusunan proposal penelitian ini tidak terlepas dari berbagai macam
hambatan, namun berkat bantuan dari berbagai pihak sehingga proposal ini
selesai tepat pada waktunya. Oleh karena itu, melalui kesempatan ini saya
menyampaikan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Abd. Kadim Masaong, M.Pd selaku Rektor Universitas
Muhammadiyah Gorontalo (UMG).
2. Prof. Dr. Hj. Moon Otoluwa, M.Hum selaku Wakil rektor I dalam Bidang
Akademik Universitas Muhammadiyah Gorontalo
3. Dr. Salahudin Pakaya, MH selaku Wakil rektor II dalam Bidang
Administrasi Umum, Keuangan, Perencanaan dan Sumber Daya
Universitas Muhammadiyah Gorontalo.
4. Apris Ara Tilome, S.Ag., M.Si. selaku Wakil rektor III dalam Bidang
Kemahasiswaan, Al-Islam Kemuhammadiyahan & Kerja sama Universitas
Muhammadiyah Gorontalo.
5. Ns. Abdul Wahab Pakaya, S.Kep., MM., M.Kep selaku Dekan Fakultas
Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Gorontalo.
6. Ns. Harismayanti, S.Kep., M.Kep selaku Ketua Program Studi Ilmu
Keperawatan Universitas Muhammadiyah Gorontalo.
7. Ns, Fadli Syamsuddin, S.Kep., M.Kep, S.p.Keb, M.B sebagai
pembimbing, yang telah banyak membantu dan memberikan bimbingan,
serta masukan dalam menyelesaikan proposal ini
8. Staf Dosen Program Studi S1 Keperawatan yang selama ini banyak
membimbing dan memotivasi selama saya studi.
9. Kedua orang tua dan keluarga yang selalu mendukung dan memberikan
semangat dalam menyusun proposal ini
10. Seluruh teman-teman Keperawatan yang telah saling memotivasi dan
membantu terselesaikannya hasil ini.
4
Penulis menyadari penyusunan proposal penelitian ini masih banyak
kekurangan akibat dari keterbatasan pengetahuan dan wawasan penulis. Oleh
karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun
untuk penyempurnaan dalam penulisan proposal penelitian ini. Akhir kata,
semoga proposal ini bermanfaat bagi penulis dan rekan-rekan mahasiswa.
Penulis
5
DAFTAR ISI
Halaman
PENGESAHAN PEMBIMBING
PENGESAHAN KOMISI PENGUJI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang................................................................................. 1
1.2 Identifikasi Masalah.......................................................................... 6
1.3 Rumusan Masalah........................................................................... 6
1.4 Tujuan Penelitian............................................................................. 6
1.5 Manfaat Penelitian........................................................................... 7
6
3.5 Populasi Dan Sampel......................................................................39
3.5.1 Populasi................................................................................39
3.5.2 Sampel..................................................................................39
3.6 Teknik Pengambilan Sampel ...........................................................39
3.7 Instrumen Penelitian........................................................................40
3.8 Teknik Pengumpulan Data...............................................................40
3.8.1 Data Primer..........................................................................40
3.8.2 Data Sekunder.....................................................................41
3.9 Tekhnik Pengolahan Data................................................................41
3.10 Tekhnik Analisis Data......................................................................42
3.10.1 Analisis Univariat..................................................................42
3.10.2 Analisis Bivariat....................................................................42
3.11 Hipotesis Penelitian ......................................................................43
3.12 Etika Penelitian .............................................................................43
3.13 Alur Penelitian................................................................................44
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
7
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Klasifikasi Hipertensi menurut WHO......................................... 9
Tabel 2.2 Klasifikasi Hipertensi menurut JNC VII....................................... 9
Tabel 2.3 Klasifikasi Hipertensi menurut Perhimpunan Dokter Spesialis
Kardiovaskular Indonesia........................................................... 9
Tabel 2.4 Lavender dan beberapa sifatnya................................................ 28
Tabel 2.5 Penelitian yang Relevan............................................................ 30
Tabel 3.1 Definisi Operasional................................................................... 38
8
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Prevalence of controlled hypertension among adults with
Hypertension agen 18 and over, by sex and age : United
States, 2015-2016 .................................................................13
Gambar 2.2 Masase kaki pada penderita hipertensi .................................22
Gambar 2.3 Masase kaki pada penderita hipertensi..................................22
Gambar 2.4 Masase kaki pada penderita hipertensi..................................23
Gambar 2.5 Masase kaki pada penderita hipertensi..................................23
Gambar 2.6 Masase kaki pada penderita hipertensi..................................24
Gambar 2.7 Masase kaki pada penderita hipertensi..................................24
Gambar 2.8 Masase kaki pada penderita hipertensi..................................25
Gambar 2.9 Masase kaki pada penderita hipertensi..................................25
Gambar 2.10 Masase kaki pada penderita hipertensi..................................26
Gambar 2.11 Masase kaki pada penderita hipertensi..................................26
Gambar 2.12 Masase kaki pada penderita hipertensi..................................27
Gambar 2.13 Kerangka Teori......................................................................34
Gambar 2.14 Kerangka Konsep...................................................................35
Gambar 3.1 Desain Penelitian...................................................................36
Gambar 3.2 Alur Penelitian........................................................................45
9
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Permohonan Menjadi Responden............................................48
Lampiran 2 Surat Persetujuan Responden.................................................49
Lampiran 3 Identitas Responden................................................................50
Lampiran 4 Lembar Observasi Efektivitas Masase Kaki dengan Minyak
Esensial Lavender terhadap Penurunan Tekanan Darah pada
Penderita Hipertensi................................................................51
10
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LatarBelakang
Lanjut usia merupakan proses penuaan serta perlahan-lahan kemampuan
jaringan untuk memperbaiki diri atau menggantikan dan mempertahankan
fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi atau
kerusakan. Lansia adalah individu berusia 60 tahun dimana memiliki tanda-
tanda penurunan fungsi biologis, psikologis, sosial, dan ekonomi yang terus
menerus secara alamiah (Sari & Leonard, 2018)
11
Masalah kesehatan yang sering terjadi pada lansia berbeda dengan
masalah kesehatan yag dialami oleh orang dewasa, contoh masalah
kesehatan yang sering dialami oleh lansia yaitu immobility (imobilitas),
inkontinensia, depresi, malnutrisi, menurunnya kekebalan tubuh, dan
gangguan tidur atau insomnia. (Sari & Leonard, 2018:122). Insomnia
merupakan suatu keadaan seseorang yang mengalami sulit untuk tidur atau
tidur sering terbangun dimalam hari atau terbangun dipagi hari. Insomnia
diklasifikasikan dalam dua kategori yaitu insomnia dengan gejala susah untuk
tertidur dan insomnia yang ditandai dengan sering atau gampang terbangun
dari tidur. (Maisharoh & Purwito, 2020:139)
Lansia dapat mengalami insomnia akibat tingkat stres, stres yang terjadi
pada lansia berhubungan dengan kematian pasangan, masalah keluarga
12
status sosial ekonomi, penyakit yang diderita oleh lansia, pensiun, serta
menurunya kondisi fisik dan mental juga dapat mengakibatkan stress pada
lansia.(Buanasari, 2019)
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Rafikah & Tiwi (2016) dengan judul
Hubungan tingkat stres dengan kejadian insomnia pada lansia didapatkan
hasil penelitian yaitu x2=25,155 dengan p value=0,00 (p < 0,05), maka
Ho ditolak dan Ha diterima yang artinya ada hubungan antara tingkat
stres dengan kejadian insomnia. Berdasarkan hasil perhitungan dari
koefisiensi kontingensi dengan hasil 0,579 yang artinya keeratan
antara dua variabel tingkat stres dengan kejadian insomnia
mempunyai tingkat hubungan yang sedang
13
Dalam penelitian dengan I Nengah Sumirtha (2017) dengan judul faktor-
faktor yang menyebabkan gangguan tidur pada lansia didapatkan paling
banyak lansia mengalami insomnia kategori tinggi sebanyak 46,7%,
kelompok umur paling banyaak 55-74 tahun sebanyak 57,1% , 78,6%
memiliki kebiasaan minum kopi, 64,36% memiliki kebiasaan merokok, 57,1%
mengalami kecemasan sedang, 78,6% tidak nyaman dengan kondisi
lingkungannya, dan 78,6% status kesehatannya kurang.
Dari dua penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa tingkat stres, gaya
hidup dan lingkungan dapat mempengaruhi insomnia pada lansia. Dari
berbagai permasalahan insomnia pada lansia tersebut maka diperlukan
penanganan atau sikap yang tepat untuk mengatasinya dengan tindakan
farmakologi maupun nonfarmakologi. Farmakologi yaitu dengan pemberian
obat tidur dari golongan benzodiazeoin, kloralhidrat, dan promethazine
(penergen). Non farmakologi yaitu dengan cara hindari dan minimalkan
penggunaan minum yang berkafein, alkohol, merokok sebelum tidur, serta
stres yang berlebihan yang dapat mengganggu tidur.
اروَّ َج َع َل ُس َبا ًتاوَّ ال َّن ْو َملِ َباسًاالَّ ْي َل َل ُكم َُج َعاَل لَّ ِذي َْوه َُو ُ ُن
َ ش ْورً اال َّن َه
14
Yang artinya :Dan Dialah yang menjadikan malam untukmu (sebagai)
pakaian, dan tidur untuk istirahat, dan Dia menjadikan siang untuk bangkit
berusaha.
Ayat diatas menjelaskan bahwa: Dan di antara bukti-bukti keesaan Allah
dan kekuasaanNya adalah bahwa Dia-lah sendiri yang menjadikan untuk
kamu sekalian malam dengan kegelapannya sebagai pakaia nyang menutupi
diri kamu, dan menjadikan tidur sebagai pakaian yang menutupi diri kamu,
danmenjadikan tidur sebagai pemutusan kakegiatan kamu sehingga kamu
dapat beristirahat guna memulihkan tenaga, dan Dia juga menjadikan siang
untuk bertebaran antara lain berusaha mencari rezeki.
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut maka peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian mengenai “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Insomnia Pada Lansia di desa Bongopini Kecamatan Tilongkabila
Kabupaten Bone Bolango”.
1.2 Identifikasi Masalah
1.) Pada tahun 2020, hampir separuh lansia indonesia mengalami keluhan
kesehatan, baik fisik maupun psikis 48,14%. Sementara itu, persentase
lansia yang mengalami sakit, besarannya hampir mencapai seperempat
lansia yang ada di indonesia 24,35%.
2.) Menurut National sleep Foundation, kejadian insomnia di seluruh dunia
mencapai 67% dari 1.508 orang di Asia Tenggara dan di dapatkan 50%
penduduk Amerika Serikat pernah mengalami sulit tidur dan 12%
mengatakan sulit tidur. Prevelensi sulit tidur (insomnia) pada lansia di
Amerika adalah 36% untuk laki-laki dan 54% pada wanita dan di
Hongkong terdapat 10% pada usia lanjut. . (Fernando & Hidayat, 2020).
3.) Insomnia merupakan gangguan tidur yang paling sering di temukan,
setiap tahun diperkirakan sekitar 20%-50% lansia mengalami insomnia,
dan sekitar 17% mengalami gangguan tidur serius yang menyebabkan
seringnya terjadi insomnia. Prevalensi insomnia pada lansia cukup tinggi
yaitu sekitar 67% (Sumirta & Laraswati, 2017:30)
4.) Tingginya angka insomnia pada lansia dapat menyebabkan berbagai
dampak yang ditimbulkan. Dampak dari insomnia pada lansia antara lain
dapat mengakibatkan gangguan fungsi mental, stress dan depresi, sakit
15
kepala, kecelakan, kecenderungan untuk bunuh diri. (Sari & Leonard,
2018:117)
1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan masalah di atas maka rumusan masalah yang akan diteliti
ini adalah Apa saja “Faktor-Faktor Yang mempengaruhi insomnia pada
lansia?”
1.4 Tujuan Penelitian
1.4.1 Tujuan Umum
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-
faktor yang mempengaruhi insmonia pada lansia di desa Bongopini"
1.4.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengidentifikasi karakteristik responden ( Usia, Jenis Kelamin,
Pendidikan, status pernikahan, Tempat tinggal, Pekerjaan dan
Penyakit)
2. Untuk mengidentifikasikan pengaruh tingkat stres pada lansia yang
insomnia di Desa Bongopini.
3. Untuk mengidentifikasi pengaruh gaya hidup pada lansia yang
insomnia di Desa Bongopini
4. Untuk mengidentifikasi pengaruh lingkungan pada lansia yang
insomnia
1.5 Manfaat Penelitian
1.5.1 Manfaat Teoritis
Secara teoritis hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan,
pengalaman, dan wawasan ilmiah, serta bahan penerapan ilmu metode
penelitian, khususnya mengenai Faktor-faktor yang mempengaruhi
insomnia pada lansia
1.5.2 Manfaat Praktis
1. Bagi Pendidikan Keperawatan
Hasil penelitian ini dapat menjadi tambahan pengetahuan perawat
khususnya dalam hal perawatan gerontik mengenai faktor-faktor apa
saja yang dapat mempengaruhi insomnia pada lansia.
2. Bagi Instansi
Manfaat yang bisa diperoleh bagi instansi kesehatan adalah data
dan hasil yang diperoleh dapat dijadikan sumber informasi dan
16
masukan untuk optimalisasi program pencegahan dan penanganan
gangguan tidur pada lansia. Data yang didapatkan di masyarakat
terkait dengan kualitas tidur yang buruk pada lansia dapat dijadikan
masukan pada instansi kesehatan setempat bahwa kebutuhan tidur
pada lansia juga penting untuk dipenuhi selain kebutuhan dasar
lansia lainnya
3. Bagi Masyarakat
Penelitian ini bisa menjadi informasi untuk meningkatkan
pengetahuan dalam dukungan yang diberikan keluarga terhadap
lansia penderita insomnia. Pengetahuan tersebut dapat menjadi dasar
bagi masyarakat dalam memberikan asuhan keperawatan kepada
lansia.
4. Bagi Penelitian Selanjutnya
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan oleh peneliti lain
sebagai bahan informasi untuk melakukan penelitian lebih lanjut,
teruama yang terkait dengan penanganan insomnia pada lansia yang
disebabkan oleh stress dan dari gaya hidup.
17
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
18
Menurut WHO (2013), klasifikasi lansia adalah sebagai berikut
1. Usia pertengahan (middle age), yaitu kelompok usia 45-54 tahun.
2. Lansia (elderly), yaitu kelompok usia 55-65 tahun.
3. Lansia muda (young old), yaitu kelompok usia 66-74 tahun.
4. Lansia tua (old), yaitu kelompok usia 75-90 tahun.
5. Lansia sangat tua (very old), yaitu kelompok usia lebih dari 90
tahun.
Menurut Depkes RI (2013) klasifikasi lansia terdiri dari :
1. Pra lansia yaitu seorang yang berusia antara 45-59 tahun
2. Lansia ialah seorang yang berusia 60 tahun atau lebih
3. Lansia risiko tinggi ialah seorang yang berusia 60 tahun atau
lebih dengan masalah kesehatan
4. Lansia potensial adalah lansia yang masih mampu melakukan
pekerjaan dan kegiatan yang dapat menghasilkan barang atau
jasa
5. Lansia tidak potensial ialah lansia yang tidak berdaya mencari
nafkah sehingga hidupnya bergantung pada bantuan oranglain.
4.) Karakeristik Lansia
Menurut pusat data dan informasi, kementrian kesehatan RI
(2016), karakteristik lansia dapat dilihat berdasarkan kelompok
berikut ini :
1) Jenis Kelamin
Lansia lebih didominasi oleh jenis kelamin perempuan.Artinya, ini
menunjukan bahwa harapan hidup yang paling tinggi adalah
perempuan.
2) Status perkawinan
Penduduk lansia ditilik dari status perkawinannya sebagian besar
berstatus kawin 60% dan cerai mati 37%
3) Living arrangement
Angka beban tanggungan adalah angka yang menunjukan perban
dingan banyaknya orang tidak produktif (umur <15 tahun dan >65
tahun) dengan orang berusia produktif (umur 15-64 tahun). Angka
tersebut menjadi cermin besarnya beban ekonomi yang harus
19
ditanggung penduduk usia produktif untuk membiayai penduduk usia
nonproduktif.
4) Kondisi kesehatan
Angka kesakitan merupakan salah satu indikator yang digunakan
untuk mengukur derajat kesehatan penduduk.Angka kesakitan bisa
menjadi indikator kesehatan negatif. Artinya, semakin rendah angka
kesakitan menunjukan derajat kesehatan penduduk yang semakin
baik
5.) Ciri-ciri Lansia
Menurut Depkes RI (2016:12), Ciri-ciri lansia adalah sebagai
berikut :
1. Lansia merupakan periode kemunduran
Kemunduran pada lansia sebagian dating dari factor fisik dan
factor psikologis sehingga motivasi memiliki peran yang penting
dalam kemunduran pada lansia. Misalnya lansia yang memiliki
motivasi yang rendah dalam melakukan kegiatan, maka akan
mempercepat proses kemunduran fisik, akan tetapi ada juga lansia
yang memiliki motivasi yang tinggi, maka kemunduran fisik pada
lansia akan lebih lama terjadi.
2. Lansia memiliki status kelompok minoritas
Kondisi ini sebagai akibat dari sikap sosial yang tidak
menyenangkan terhadap lansia dan di perkuat oleh pendapat yang
kurang baik, misalnya lansia yang lebih senang mempertahankan
pendapatnya maka sikap sosial di masyarakat menjadi negative
tetapi ada juga lansia yang mempunyai tenggang rasa kepada
orang lain sehingga sikap sosial masyarakat menjadi positif.
3. Menua membutuhkan perubahan peran
Perubahan peran pada lansia sebaiknya di lakukan atas
dasar keinginan sendiri bukan atas dasar tekanan dari
lingkungan.Misalnya lansia menduduki jabatan sosial di
masyarakat sebagai ketua RW sebaiknya masyarakat tidak
memberhentikan lansia sebagai ketua RW karena usianya.
4. Penyesuaian yang buruk pada lansia
20
Perlakuan yang buruk terhadap lansia membuat mereka
cenderung mengembangkan konsep diri yang buruk sehingga dapat
memperlihatkan bentuk perilaku yang buruk.Akibat dari perlakuan yang
buruk itu membuat penyesuaian dari lansia menjadi buruk pula.
Contoh: lansia yang tinggal bersama keluarga sering tidak di libatkan
untuk pengambilan keputusan karena di anggap pola pikirnya kuno,
kondisi inilah yang menyebabkan lansia menarik diri dari lingkungan,
cepat tersinggung dan bahkan memiliki harga diri yang rendah.
6.) Proses Penuaan
Penuaan terjadi baik secara fisiologis dan patologis. Bila
seseorang telah mengalami penuaan fisiologis,mereka tua dalam
keadaan sehat (health aging). Penuaan sesuai dengan kronologis
seperti usia,dipengaruhi oleh factor endogen,perubahan dimulai dari
sel jaringan organ system pada tubuh.(Oktaviani.J, 2018)
Penuaan banyak dipengaruhi oleh factor-faktor seperti factor
eksogen,yaitu berupa lingkungan,social budaya,gaya hidup disebut
penuaan sekunder. Penuaan itu tidak sesuai dengan kronologis usia
dan patologis. Factor eksogen juga dapat mempengaruhi factor
endogen, sehingga dikenal dengan factor resiko. Factor resiko
tersebut yang menyebabkan terjadinya penuaan patologis
(Oktaviani.J, 2018:10)
Proses penuaan adalah proses dimana umur seseorang
bertambah dan mengalami perubahan. Semakin bertambahnya umur
maka fungsi organ juga mengalami penurunan.Banyak factor yang
dapat mempengaruhi terjadinya penuaan yang dapat dibagi menjadi
dua bagian, yaitu faktor genetik yang melibatkan perbaikan DNA,
respon terhadap stres dan pertahanan terhadap antioksidan.
Selanjutnya faktor lingkungan meliputi pemasukan kalori, berbagai
macam penyakit dan stres dari luar, misalnya radiasi atau bahan-
bahan kimiawi. Kedua faktor tersebut akan mempengaruhi aktivitas
metabolisme sel yang menyebabkan stres oksidasi sehingga
terjadinya kerusakan sel dan terjadinya proses penuaan (Sunaryo,
et.al, 2016). Semakin bertambahnya umur maka semakin sulit pula
mendapatkan kualitas dan kuantitas tidur yang efektif. Seiring
21
bertambahnya usia, pada lansia akan mengalami perubahan fisik,
fisiologis, psikologis. Salah satu perubahan fisik lansia adalah
perubahan pola tidur.(Erwani & Nofriandi, 2017:124)
7.) Teori Penuaan
Menurut Depkes RI (2016) tentang proses menua yaitu :
a.) Teori genetic dan mutasi (somatic mutatie theory)
Menurut teori ini menua adalah terprogram secara genetic
untuk spesies-spesies tertentu. Menua terjadi sbagai akibat dari
perubahan biokimia yang deprogram oleh molekul-molekul/DNA
dan setiap sel pada saatnya akan mengalami mutasi sehingga
terjadi penurunan kemampuan fungsional sel.
b.) Reaksi dari kekebalan sendiri (auto immune theory)
Didalam proses metabolisme tubuh akan diproduksi zat
khusus. Ada jaringan tubuh tertentu yang tidak tahan terhadap zat
tersebut sehingga jaringan tubuh menjadi emah dan sakit.
c.) Teori “immunology slow virus theory)
Sistem immune menjadi efektif dengan bertambahnya usia dan
masuknya virus kedalam tubuh dapat menyebabkan kerusakan
organ tubuh.
d.) Teori stress
Menua menjadi akibat hilangnya sel-sel yang biasa digunakan
tubuh. Regenerasi jaringan tidak dapat mempertahankan
kestabilan lingkungan internal kelebihan usaha dan stress
menyebabkan sel-sel tubuh lelah terpakai.
e.) Teori radikal bebas
Radikal bebas dapat terbentuk dialam bebas tidak stabilnya
radikal bebas (kelompok atom) mengakibatkan oksidasi ,oksigen,
bahan-bahan organic seperti karbohidrat dan protein. Radikal
bebas ini dapat menyebabkan sel-sel tidak dapat berregenerasi.
f.) Teori rantai silang
Sel-sel yang tua atau using reaksi kimianya menyebabkan
katan yang kuat khususnya jaringan olagen. Ikatan ini datpat
menyebabkan kurangnya elastic,kekacauan,dan hilangnya fungsi.
8.) Perubahan-perubahan yang terjadi pada Lansia
22
Berikut ini merupakan beberapa perubahan yang terjadi pada
lansia menurut Aspiani (2014).
A.) Perubahan fisiologi pada lansia :
1.) Perubahan system kardiovaskuler
Elastisitas dinding aorta menurun, katup jantung menebal dan
menjadi kaku, kemampuan jantung memompa darah menurun 1%
setiap tahun sesudah berumur 20 tahun, kehilangan elastisitas
pembuluh darah, tekanan darah meningkat.
2.) Perubahan system pernapasan
Otot-otot pernapasan kehilangan kekuatan dan menjadi kaku,
menurunnya aktivitas silia, paru-paru kehilangan elastisitas, alveoli
ukurannya melebar dan jumlahnya berkurang, kemampuan batuk
berkurang.
3.) Perubahan system persyarafan
Berat otak menurun 10-20%, lambat dalam merespon dan
waktu, mengecilna saraf panca indera, kurang sensitif terhadap
sentuhan.
4.) Perubahan system gastrointestinal
Kehilangan gigi, indera pengecap menurun, esophagus
melebar, lambung: rasa lapar menurun, peristaltic lemah, fungsi
absorbsi melemah dan liver makin mengecil dan menurun.
5.) Perubahan system urinaria
Fungsi ginjal menurun, otot otot vesika urinaria lemah, kap
asitas nya menurun.
6.) Perubahan system endokrin
Produksi dari hampir semua hormon menurun, fungsi
parathyroid dan sekresinya tidak berubah, menurunnya aktivitas
tiroid, menurunnya BMR (Basal Metabolic Rate).
7.) Perubahan system indera
a) Sistem Pendengaran
Presbiakuisis (gangguan pendengaran), membrane
timpani menjadi atropi, terjadinya pengumpulan serumen,
pendengaran menurun.
b) Sistem Penglihatan
23
Hilangnya respon terhadap sinar, lensa keruh, daya
adaptasi terhadap kegelapan. Lebih lambat dan susah melihat
dalam cahaya gelap, hilangnya daya akomodasi, menurunnya
lapang pandang.
c) Sistem Perabaan
Indera peraba mengalami penurunan.
d) Sistem pengecap dan penghidu
Rasa yang tumpul menyebabkan kesukaan terhadap
makanan yang asin dan banyak berbumbu, penciuman menurun.
8.) Perubahan system integumen
Kulit mengkerut atau keriput, permukaan kulit kasar dan
bersisik, menurunnya respon terhadap trauma, mekanisme
proteksi kulit menurun, kulit kepala dan rambut menipis berwarna
kelabu, pertumbuhan kuku lebih lambat, kuku menjadi pudar,
kurang bercahaya.
9.) Perubahan system musculoskeletal
Tulang kehilangan density (cairan) makin rapuh dan
osteoporosis, kifosis, discus intervertebralis menipis dan menjadi
pendek, persendian membesar dan menjadi kaku, tendon
mengerut dan mengalami sclerosis.
10.) Perubahan system reproduksi
Pada perempuan frekuensi sexual intercourse cenderung
menurun secara bertahap, menciutnya ovary dan uterus, atrofi
payudara, selaput lendir vagina menurun, produksi estrogen dan
progesterone oleh ovarium menurun saat menopause. Pada laki-
laki penurunan produksi spermatozoa, dorongan seksual menetap
sampai usia di atas 70 tahun. Dorongan dan aktivitas seksual
berkurang tetapi tidak hilang sama sekali.
B.) Perubahan psikososial pada lansia
1) Pensiun
Nilai seseorang diukur oleh produktivitas dan identitas
dikaitkan dengan peranan dalam pekerjaannya. Jika seseorang
pensiun, maka akan mengalami kehilangan-kehilangan antara
lain;
24
a.) Kehilangan finansial (pendapatan berkurang).
b.) Kehilangan status (dulu mempunyai jabatan/posisi yang cukup
tinggi, lengkap dengan semua fasilitas).
c.) Kehilangan teman/kenalan atau relasi.
d.) Kehilangan pekerjaan/kegiatan
2) Merasakan atau sadar terhadap kematian.
3) Perubahan cara hidup (memasuki rumah perawatan, bergerak
lebih sempit).
4) Kemampuan ekonomi akibat pemberhentian dari jabatan. Biaya
hidup meningkat dan penghasilan yang sulit, biaya pengobatan
bertambah.
5) Adanya penyakit kronis dan ketidakmampuan.
6) Kesepian akibat pengasingan dari lingkungan sosial.
7) Gangguan saraf panca indera, timbul kebutaan dan ketulian.
8) Rangkaian dari kehilangan, yaitu kehilangan hubungan dengan
teman-teman dan keluarga.
9) Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik, perubahan terhadap
gambaran diri, perubahan konsep diri.
25
dipengaruhi oleh lingkungan, dan bukan sepenuhnya dipengaruhi
oleh penuaan.
2.1.2 Konsep Insomnia
1.) Definisi Insomnia
Insomnia merupakan ketidakpuasan tidur secara kualitatif maupun
kuantitatif yang berhubungan dengan kesulitan memulai tidur,kesulitan
mempertahankan tidur,sering terbangun atau masalah kembali tidur
setelah terbangun atau ketidakmampuan untuk tidur kembali. (Misharoh &
Purwito, 2020:139)
26
Insomnia terdiri atas dua jenis yaitu insomnia primer dan insomnia
sekunder.
1. Insomnia primer
Insomnia yang belum di ketahui pasti penyebabnya dan akan sulit
untuk di obati sehingga biasanya berlangsung dalam jangka waktu
lama dan kronik. Orang yang mengalami insomnia primer sering
mengeluhkan sulit untuk jatuh tertidur dan terbangun berkali-kali
pada malam hari, namun bentuk dari keluhan kesulitan tidur dapat
bervariasi yaitu selain mnegeluh sulit jatuh tertidur seseorang juga
biasanya mengeluh sulit mempertahankan tidur atau tidak merasa
segar walaupun telah tidur lama. Selain itu karena berlangsung lama
maka terjadi komplikasi depresi dan kecemasan yang membuat
insomnia semakin parah.
2. Insomnia sekunder
Insomnia sekunder merupakan insomnia yang di sebabkan oleh
gangguan lain misalnya gangguan fisik atau gangguan kejiwaan.
Masalah yang bisa menimbulkan insomnia sekunder yaitu penyakit
medis, obat-obatan, kebiasan merokok, minum alcohol dan kafein
atau gangguan tidur lain. Pengobatan pada insomnia sekunder akan
mudah di lakukan yaitu dengan mengatasi langsung penyebabnya.
4.) Etiologi Insomnia
Orang-orang yang memiliki gangguan tidur dapat mengalami
irama tidur yang terbalik yakni mereka tertidur bukan pada saatnya tidur
dan justru bangun pada waktu seharusnya mereka tidur.Kadang-
kadang mereka tidur dalam keadaan gelisah dan merasa belum puas
tidur. Berikut adalah beberapa hal yang dapat menjadi penyebab
insomnia:
1. Stres situasional
2. Jet lag (kantuk pada siang hari, sulit tidur pada malam hari)
3. Penyakit
4. Penggunaan hipnotik berlebihan (obat tidur)
5. Kebiasaan tidur yang buruk
27
5.) Patofisiologi
Tidur merupakan suatu ritme biologis yang bekerja 24 jam yang
bertujuan untuk mengembalikan stamina untuk kembali beraktivitas.Tidur
dan terbangun di atur oleh batang otak, thalamus, hypothalamus dan
beberapa neurohormon dan neurotransmitter juga di hubungkan dengan
tidur.Hasil yang di produksi oleh mekanisme serebral dalam batang otak
yaitu serotonin. Serotonin ini merupakan neurotransmitter yang berperan
sangat penting dalam menginduksi rasa kantuk, juga sebagai mendula
kerja otak (Ii & Teori, 2014:11).
28
1.) Insomnia Transient (Insomnia sementara)
Ini merupakan insomnia yang berlangsung beberapa malam dan
biasanya berhubungan dengan kejadian-kejadian tertentu yang
berlangsung sementara. Kondisi ini biasanya menimbulkan stress dan
dapat dikenali dengan mudah oleh penderita yang bersangkutan.
2.) Insomnia jangka pendek
Ini adalah insomnia yang terjadi dalam jangka pendek. Gangguan
tidur ini terjadi dalam waktu 2-3 minggu.kondisi ini akan menyerang
orang-orang yang sedang mengalami stress, berada dilingkungan
yang selalu ramai dan bising, berada dilingkungan yang mengalami
perubahan suhu ekstrim, masalah perubahan jadwal kerja yang
drastic,maupun efek samping dari pengobatan
3.) Insomnia kronis
Kondisi ini merupakan gangguan tidur yang dialami hamper setiap
malam selama satu bulan atau lebih. Salah stu penyebab insomnia
kronis adalah depresi, gangguan fisik seperti arthritis (infeksi sendi),
gangguan ginjal, gagal jantug, sleep apnea (sesak nafas saat
tidur),sindrom restess legs (kelemahan kaki), Parkinson (gangguan
fungsi syaraf), dan hyperthyroidism (hormone tiroid yang meningkat).
Selain itu, insomnia kronis juga disebabkan oleh perilaku penderita
dengan adanya kebiasaan buruk, seperti penyalahgunaan kafein,
alcohol, dan substansi lainnya.
8.) Dampak Insomnia bagi Kesehatan
Adapun dampak insomnia bagi kesehatan menurut (Sumirta & Laraswati,
2017:2) antara lain :
a. Gangguan fungsi mental
Insomnia dapat mempengaruhi konsentrasi dan memori dan dapat
mempengaruhi kemampuan seseorang untuk melakukan tugas sehari-
hari.
b. Stres dan depresi
Insomnia meningkatkan aktivitas hormon dan jalur di otak yang
menyebabkan stres, dan perubahan pola tidur telah terbukti secara
signifikan mempengaruhi suasana hati.Insomnia terus menerus dapat
menjadi tanda kegelisahan dan depresi.
29
c. Sakit kepala
Sakit kepala yang terjadi pada malam hari atau dini hari mungkin
berhubungan dengan insomnia.
d. Penyakit jantung
Sebuah studi menunjukkan bahwa orang dengan insomnia kronis
mengalami tanda-tanda aktivitas jantung dan sistem saraf yang dapat
menempatkan mereka pada risiko penyakit jantung.
e. Kecelakaan
Penelitian telah menunjukkan bahwa insomnia memainkan peran
utama dalam kecelakaan mobil.Setiap tahun, lebih dari 100.000
kecelakaan mobil di jalan raya disebabkan oleh kantuk atau insomnia.
f. Kematian dini
Insomnia yang dipicu kelainan genetik Fatal Familial Insomnia
bisa memicu dampak yang benar-benar fatal, yakni kematian. Kelainan
bawaan yang dicirikan dengan susah tidur ini mempengaruhi fungsi otak
hingga kehilangan memori dan sulit mengendalikan gerakan. Pasien bisa
meninggal karena kelelahan parah setelah berbulan-bulan tidak bisa tidur
nyenyak, ditambah tremor atau gemetaran seluruh badan.
g. Kecenderungan untuk bunuh diri
Sebuah penelitian pada remaja mengungkap, kebiasaan
tidur larut malam berhubungan dengan peningkatan risiko depresi
sebesar 24 % dan kecenderungan bunuh diri sebanyak 20 %. Bukan itu
saja, insomnia ataususah tidur juga banyak dikaitkan dengan peningkatan
risiko paranoia atau ketakutan berlebihan serta gangguan jiwa bipolar.
h. Darah tinggi dan penyakit kronis lainnya
Para ilmuwan di Henry Ford Center of Sleep Disorder membuktika
n, makin lama waktu yang dibutuhkan sejak berbaring hingga terlelap bisa
berarti semakin tinggi pula risiko kematian hipertensi atau tekanan darah
tinggi. Demikian juga yang tidurnya tidak nyenyak, makin sering
terbangun di tengah malam risiko hipertensi juga makin meningkat.Selain
hipertensi, berbagai penyakit kronis lainnya juga sering dikaitkan dengan
riwayat insomnia.Di antaranya yang masih berkaitan dengan hipertensi
adalah serangan jantung, lalu diabetes, obesitas dan kanker payudara.
30
i. Perilaku aneh saat tidur
Penderitaan yang menyertai insomnia tidak berhenti pada usaha
keras dan mati-matian saat mau tidur saja. Begitu jatuh tertidur, berbagai
gangguan perilaku saat tidur bisa muncul sebagai akibat dari kurang tidur
pada malam-malam sebelumnya.Mulai dari ngelindur (sleep talking), SMS
sambil tidur (sleep texting), hingga berhubungan seks tanpa sadar sambil
tidur atau dikenal dengan istilah seksomnia.
j. Gangguan pendengaran
Memang tidak banyak orang yang jadi tuli hanya karena insomnia
atau susah tidur. Namun bagi yang memiliki riwayat tinnitus atau telinga
berdenging, kurang tidur akibat gangguan insomnia bisa memperburuk
kondisi itu dan jika tidak diatasi bukan mungkin bisa berakhir jadi tuli
permanen.
31
rutinitas relaksasi malam, seperti relaksasi otot progresif atau meditasi,
maka pada waktu yang teratur setiap hari hindarimakan dalam jumlah
besar sebelum tidur, hindari stimulus malam hari, gantikan televise atau
radio atau bacaan santai, dan dapatkan kebugaran fiik dengan program
olahraga yang riajin dan berharap dipagi hari.
3.) Terapi psikologis
Cognitive Beavioral Therapy (CBT) merupaan gabungan terapi kognitif
dan perlaku.Tujuan utama dari teknik perilaku untuk pengbatab insomnia
adalah untuk merubah perilaku berkaitan dengan tidur yang merupkan
factor yang memperburuk gangguan tidur. Factor-faktor ini mungkin
karena kebiasaan tidur yang buruk (terlalu) lama ditempat tidur). Pola tidu
r bangun yang tidak teratur, atau hiperaktivitas psikofiiologis, sedangkan
teknik kognitif ditujukan untuk mengidentifikasi dan menganilisis
pemikiran dan keyakinan yang salah yang berkaitan dengan tidur atau
konsekuensi dari insomnia.
4.) Terapi farmakolgis
Prinsip dasar dari terapi pengobatan insomnia yaitu, jangan
menggunakan obat hpnotik sebagi satu-satunya terapi, pengobatan
harus dikombinasikan dengan terapi non farmakologis pemberian obat
golongan hipnotik dimulai dengan dosis yang rendah, selanjutnya di
naikkan perlahan-lahan sesuai kebutuhan, khususnya pada orang tua.
Hindari penggunaan benzodiazepine jangka panjang. Hati-hati pengunaa
n obat golongan hpnotik dan benzodiazepine pada seseorang dengan
riwayat peyalahgunaan atau ketergantungan obat. Monitor untuk melihat
apakah ada toleransi obat, ketergantungan obat atau penghentian
penggunaan obat, memberikan edukasi efek penggunaan obat hipnotik
yaitu mual dan kecelakaan saat mengemudi atau bekerja. Khususnya
golongan obat jangka panjang,melakukan tapering obat secara perlahan
untuk menghindari penghentian obat dan terjadi rebound fenomena.
10.) Tanda dan Gejala Insomnia
32
tidur.Sementara, efek insomnia kronis bervariasi sesuai dengan
penyebabnya. 15 tanda dan gejala umum insomnia sebagai berikut:
33
mengurangi jam istirah. Bahkan, tidur terkadang diabaikan untuk
memaksimalkan aktivitas yang dilakukan. Hal ini juga didorong karena
adanya dorongan homestatik yang memicu berkuragnya waktu tidur.
Pada usia lanjut,gangguan tidur cenderung muncul dalam bentuk
kesulitan tidur dan sering terbangun pada fase pertengahan tidur. Pola
tidur pada lansia cendrung berubah-ubah. hal ini berlangsung karena
kemampuan fisik yang semakin menurun. Pada intinya, gelombang otak
berubah sesuai dengan pertambhan usia. Seperti sebelumnya, kondisi
terjaga pada orang tua akan meningkat.
5.) Repon terhadap Penyakit
Factor penyakit dan nyeri yang diderita oleh lansia merupakan factor
penting yang dapat mempengaruhi insomnia pada lansia. Hal ini
dikarenakan setiap penyakit yang menyebabkan nyeri, ketidaknyamanan
fisik, atau masalah suasana hati dapat menyebabkan masalah tidur
seperti kesulitan tidur atau kesulitan untuk tetap tertidur. (Hartono,
2019:3)
3.) Faktor tingkat stres
Faktor psikologi yang menjadi penyebab insomnia yaitu seperti
terjadinya stres yang berkepanjangan, biasanya stres diakibatkan tingkat
tuntutan yang tinggi atau keinginan yang tidak tercapai, berita-berita
buruk atau kegagalan. Stres sering menjadi pemicu insomnia transient
Penanganan insomnia jenis ini yang harus diselesaikan terlebih dahulu
adalah masalah yang membuat stres, setelah masalahnya diselesaikan,
biasanya insomnia akan sembuh dengan sendirinya.Lansia yang sudah
ditinggal pasangannya dapat mempengaruhi keadaan psikologis mereka
sehingga dapat berdampak pada perubahan pola tidur(Rahman, 2016).
A.) Gejala Stres
Gejala stres berbeda pada setiap orang karena pengalaman stres
bersifat pribadi. Berikut beberapa gejala stres :
a. Gejala Fisik
Gejala stres secara fisik, meliputi: sakit kepala, pusing, dan pening; tidur
tidk teratur, insomnia (sulit tidur), tidur melantur, bangun terlalu awal;
sakit punggung terutama dibagian bawah; sulit buang air besar, sembelit;
gatal-gatal pada kulit; urat tegang-tegang terutama pada leher dan bahu;
34
terganggu pencernaanya, tekanan darah tinggi atau serangan jantung,
berkeringat banyak, tidak selera makan, lelah atau kehilangan energi.
b. Gejala Emosional
Gejala emosional tersebut antara lain: gelisah atau cemas, sedih,
depresi, mudah menangis, merana jiwa dan hati, suasana hati berubah-
ubah, mudah marah, terlalu peka dan mudah tersinggung dan merasa
sudah tidak ada lagi harapan sama sekali.
c. Gejala Kognitif
Gejala kognitif ini misalnya: sulit berkonsentrasi atau memusatkan pikiran
sulit membuat keputusan, mudah lupa, pikiran kacau, daya ingat
menurun, sering melamun, pikirn dipenuhi oleh satu pikiran saja,
kehilangan rasa humor yang sehat, produktivitas atau prestasi menurun,
mutu kerja rendah, dan bertambah jumlah keliru.(Ulum, 2018:18)
B.) Tingkatan stres
Menurut (Arista, 2017) Tingkatan stres yang dibagi menjadi tiga bagian
menurut Psychology Foundation antara lain :
a. Stres ringan
Biasanya tidak merusak aspek fisiologis, sebaliknya stres sedang
dan berat
mempunyai resiko terjadinya penyakit, stres ringan umumnya
dirasakan oleh setiap orang misalnya, lupa, ketiduran, kemacetan,
dikritik, situasi ini biasanya berakhir dalam beberapa jam. Situasi ini
nampaknya tidak akan menimbulkan penyakit kecuali jika dihadapkan
terus-menerus.
b. Stres sedang
Terjadi lebih lama beberapa jam sampai beberapa hari, contohnya
kesepakatan yang belum selesai, beban kerja yang berlebihan,
mengharapkan sesuatu, atau anggota keluarga yang pergi dalam
waktu lama.
c. Stres berat
Stres berat adalah stres kronis yang terjadi beberapa minggu
sampai beberapa tahun, misalnya hubungan suami istri yang tidak
harmonis, kesulitan financial dan penyakit fisik yang lama (Ramaita,
2010).
35
C.) Faktor-faktor Penyebab Stres
1. Faktor Internal Yaitu, stressor yang berasal dari dalam diri individu
sendiri. Ada beberapa hal yang merupakan stressor internal antara
lain: (Sunaryo, 2004)
a. Kepribadian
Seseorang dengan Tipe A memiliki ciri-ciri sebagai berikut: agresif,
ambisius, senang bersaing, senang menyelesaikan pekerjaan dan
kebiasaan berlomba dengan waktu. Pada waktu-waktu tertentu,
mereka mampu menunjukkan kemampuan dan keefisienan
mereka. Namun, bila dihadapkan dalam kondisi stressful, mereka
tidak mampu lagi untuk mengendalikan diri dan kebingungan.
Seseorang dengan Tipe B memiliki ciri-ciri yang berlawanan
dengan Tipe A, yaitu : easygoing, tidak suka berkompetisi dan
tenang.
b. Kognitif
Kognitif juga dapat menjelaskan bagaimana jalannya seseorang
dapat mengalami stres. Stres secara khusus dapat mempengaruhi
individu secara pribadi dalam menerima dan menginterpretasikan
suatu masalah.
2. Faktor Eksternal Yaitu, stressor yang berasal dari luar diri individu.
Beberapa stressor eksternal, antara lain: 48
a. Faktor rumah tangga (stress in the family)
Stres dalam keluarga didefenisikan sebagai tekanan yang dapat
merusak atau mengubah sistem dalam keluarga.Pengaruh stres ini
terhadap keluarga yaitu mengurangi keharmonisan dan merupakan
sumber dari berbagai masalah.
b. Faktor lingkungan (environmental stress)
Lingkungan adalah tempat yang mengarah pada hal di sekeliling
kita, ruang fisik yang dapat dirasakan dan tempat kita
berperilaku.Byrne dan Clare (dalam Rice, 1992) mengemukakan
pengertian stres lingkungan sebagai suatu kondisi sikap seseorang
terhadap aspek-aspek tertentu dari lingkungan.
c. Faktor sosial (social source of stress)
36
Perubahan sosial dapat dilihat dari perubahan gaya hidup (life-style
changes), nilai-nilai dan tradisi-tradisi lama yang telah bergeser.
Perubahan-perubahan yang terjadi meliputi aborsi, kebebasan
homoseksual, pernikahan yang kemudian membuat keluarga,
masyarakat dan pemerintahan terpengaruh untuk mengikuti
perubahan-perubahan tersebut.
4.) Faktor Gaya Hidup
1.) Definisi Gaya Hidup
Gaya hidup merupakan suatu gambaram “keseluruhan diri seseorang”
yang berinteraksi dengan lingkungannya. Hal ini menunjukan rupa
keseluruhan pola perilaku seseorang dalam kehidupan sehari-hari
(Rahmayani,2016).
Gaya hidup merupakan factor yang berperan penting terhadap
kejadian beberapa penyakit kronik seperti hipertensi. Perubahan gaya
hidup ini tidak lepas darai bergesernya kebiasaan masyarakat dalam
kehidupan sehari-hari baik dipedesaan atau di perkotaan
kecenderungan untuk kurang melakukan aktivitas fisik, kebiasaan
merokok, kebiasaan minum alcohol, mengkonsumsi makanan siap
saji dan berlemak tinggi ( Ridwn& Nurwanti,2013)
2.) Macam-macam gaya Hidup
gaya hidup yang tidak sehat juga dapat memicu munculnya
insomnia kebiasaan mengkonsumsi alkohol, rokok, makanan atau
minuman yang mengandung kafein, atau obat penurun berat bedan
sebelum tidur akan membuat tubuh tetap terjaga, akibatnya tidur
semakin sulit didapatkan. Gaya hidup yang dapat memicu terjadinya
insomnia antara lain:
a. Merokok
Gaya hidup yang biasa merokok menjadi salah satu resiko
terjadinya insomnia karena kandungan beberapa zat yang ada
dalam rokok tersebut. Perilaku merokok merupakan segala
aktivitas yang dilakukan oleh seseorang, dimana hal tersebut dapat
di pengaruhi oleh factor internal dan eksternal ( Indriani,2014).
Kairupan, J. A., (2016), menyatakan bahwa perokok lebih
cenderung melaporkan beberapa keluhan seperti kesulitan untuk
37
tertidur, keluhan terhadap perasaan mengantuk di siang hari, dan
asupan kafein harian yang lebih tinggi dibandingkan dengan
kelompok nonperokok. Pada konsentrasi yang rendah, nikotin
memiliki efek bifasik pada tidur, yaitu dapat menimbulkan relaksasi
dan sedasi.Pada konsentrasi yang tinggi, nikotin justru dapat
menghambat tidur. Menurut (Mas,2013) menghirup nikotin 3mg
atau dalam jumah sekecil sekalipun dapat menyempitkan
pembuluh darah dan meningkatkan denyut jantung dan berakibat
pada system saraf pusat
b. Mengkonsumsi kafein
Kafein merupakan zat yang dapat mengatasi kelelahan dan
meningkatkan konsentrasi serta menggembirakan suasana hati
(Sheps 2005 dalamRustiana, 2014)
Konsumsi kafein normal adalah 200-400 mg/hari, apabila
mengkonsumsi lebih dari 400 mg/hari maka dapat dikategorikan
sebagai konsumsi kafein berlebih. Selain efek positif yang dapat di
kafein juga memiliki efek positif apabila menkonsumsi
berlebihan.Namun kafein dalam jumlah tertinggi terdapat dalam biji
kopi. Jumlah kafein dalam kopi berbeda tergantung dari jenis
minuman kopi.Kopi memiliki dampak positif bagi para penikmatnya
seperti memberikan energy untuk menghindari rasa mengantuk,
memberikan energy semangat pada saat beraktivitas, kopi juga
dapat meningkatkan konsentrasi saat beaktivitas ( samsara, 2012).
Adapun dampak negative dari konsumsi kopi bila dikonsumsi
dalam dosis tinggi, kopi dapat meningkatkan tekanan darah tinggi,
detak jantung lebih cepat, melemahkan daya tahan tubuh.karena
efek kafein dalam tubuh dapat menyerap mineral dan vitamin yang
dipelukan oleh tubuh. Mengkonsumsi secara berlebihan dapat
menimbulkan insomnia atau susah tidur.karena kandungan kopi
dapat menghambat reseptor adenosine cenderung memiliki
kebiasaan tidur yang tidak sehat yang berdampak buruk bagi
kesehatan. ( Selly Oktaria,2019)
c. Pola makan
38
Pola konsumsi makan adalah kebiasaan makan yang
meliputi jumlah makan, frekuensi dan jenis atau macam
makanan.Penentuan konsumsi pola makan harus memperhatikan
nilai gisi makanan dan kecukupan zat gizi yang di anjurkan
(Aisyah, 2016).Sedangkan menurut kemenkes RI (2018), pola
makanan adalah susunan makanan yang mencakup jenis dan
jumlah bahan makanan rata-rata perorang perhari, yang umum
dikonsumsi masyarakat dalam jangka waktu tertentu.Pola makan
yang baik mengandung makanan pokok, lauk-pauk, buah-buahan,
dan sayur-sayuran serta dimakan dalam jumlah cukup sesuai
dengan kebutuhan. Pola makan yang baik dan jenis makanan
yang beraneka ragam dapat menjamin terpenuhinya kecukupan
sumber zat tenaga, zat pembangun dan zat pengatur bagi
kebutuhan gizi seseorang, sehingga status gizi seseorang akan
lebih baik dan memperkuat daya tahan tubuh terhadap serangan
dari penyakit. Factor yang mempengaruhi pola makan diantaranya
ketersediaan waktu, pengaruh teman, jumlah uang yag tersedia
dan factor kesukaan serta pengetahuan dan pendidikan giiszi
( Aisyah,2016)
(Dewi Kusumawati, 2021), menyatakan bahwa makan
besar, berat, dan berbumbu pada makan malam dapat
menyebabkan kesulitan dalam proses pencernaan. Hal ini dapat
mengganggu tidur.Alergi terhadap makanan juga dapat
menyebabkan insomnia. Hauri & Linde (1990, dalam Potter &
Perry, 2012), menyatakan bahwa makanan yang seringkali
menyebabkan alergi meliputi jagung, gandum, kacang-kacangan,
coklat, telur, ikan laut, ragi, pewarna makanan, dan susu.
Perbaikan tidur yang normal memerlukan waktu sampai dua
minggu jika makanan tertentu yang menyebabkan masalah telah
dihilangkan.
6.) Faktor Lingkungan
Iingkungan memegang peranan besar terhadap terjadinya
insomnia seseorang (Hartono, 2019:1). Penyebab ini terkait dengan
lingkungan ketika tidur. Bisa seperti suara dengkuran pasangan, suasana
39
pencahayaan dikamar, tempat tidur yang kurang nyaman, lingkungan
yang rebut, dan lain-lain (Siregar,2012) atau seperti lingkungan lintasan
peawat terbang,lintasan kereta api, pabrik dengan mesin-mesin yang
terus beroperasi sepanjang malam atau suara TV yang keras dan suara
kendaraan yang lalu lalang dijalan juga dapat menjadi penyebab sulit tidur
(Susilo dan Wulandari,2012). Lingkungan yang selalu penuh dengan
ketegangan, pertengkaran, dan situasi berisik yang terus menerus juga
dapat mempengaruhi pla tidur seseorang. Perubahan lngkungan juga
dapat menyebabkan terjadinya insomnia. Contohnya orang yang semula
tinggal didaerah panas, kemudian tinggal didaerah dingin. Perubahan
suhu tersebut akan mempengaruhi pola tidurnya.
7.) Faktor tidur siang yang berlebihan.
Tidur siang bagi sebagian orang memang diperlukan, tapi dalam
batas dan keperluan yang sewajarnya. Gunakan waktu di siang hari untuk
berkerja dan melakukan aktivitas, sehingga ketika malam sudah tidak ada
pekerjaan dan aktivitas, ketika siang hari tubuh digunakan untuk
beraktivitas dan bekerja, pada malam hari tubuh akan merasa lelah dan
akan mempermudah untuk tidur
40
Wibowo/ pada lansia ekriptif kuantitatif. n metode responden
2018 di Posyand Adapun jumlahresp deskriptif pada
u Lansia onden pada kuatitatif.dan penelitian
Wilayah penelitian ini instrument ini hanya 18
kerja UPTD adalah yang sedangkan
Puskesmas sebanyak 18 respo digunakan pada
Puncu nden , adalah sama- peneliti 58
Kabupaten Tehnik sampling da sama responden
Kediri lam penelitian men kuesioner
ggunakan teknik pu
rposive sampling, i
nstrument yang dig
unakan adalah Kue
sioner.
Hasan “Faktor- Pengambilan Sama-sama Penelitian
Basri faktor yang sampel dalam menggunaka ini
Nasution memengaru penelitian ini n instrument mengguana
/2016 hi insomnia menggunakan total kuesioner kan total
pada lansia sampling dilakukan sampling
di dengan mengambil sedangkan
Saman Hud sampel atau peneliti
i Kelurahan responden yang yang akan
Estate kebetulan ada di Di diteliti
Kecamatan Samanhudi menggunak
Binjai Kelurahan Estate an
selatan” Kecamatan Binjai purposive
Selatan. sampling.
sebanyak30 orang.
Dalam penelitian
ini peneliti
menggunakan
pengumpulan data
kuisioner/angket
dengan skala
41
Guttman
Erwani Faktor- Jenis penelitian Sama-sama Perbedaan
dan faktor yang yang digunakan menggunkan dari
Nofriandi berhubunga yaitu analitik a Uji Chi- penelitian
/2016 n dengan dengan desain square,dan ini adalah
insomnia cross sectional desain cross jumlah
pada lansia Dengan jumlah sectional sampel
di sampel 67 Orang pada
Puskesmas dan populasi penelitian
Belimbing sebanyak 806 ini
Padang” orang. Data berjumlah
dianalisis 67
mengunakan sedangkan
analisis univariat pada
dan bivariat denga peneliti 58
n menggunakan uji sampel.
Chi-square nilai p
≤0,05.
Batasan Lansia, Klasifikasi Lansia, Karakteristik Lansia, Ciri-ciri Lansia,
Perkembangan Lansia, Perubahan pada lansia,dan Proses penuaan
1. Aspek
Insomnia
Lansia 2. Jenis-jenis
Insomnia
3. Etiologi
4. Patofisiologi
5. Komplikasi
Insomnia
Insomnia
6. Tipe 42
Insomnia
7. Dampak
Insomnia
Faktor Yaang
mempengaruhi
Insomnia pada lansia
Tingkat Stres
Lingkungan Insomnia
Gaya Hidup
43
Keterangan :
= Variabel Independen
= Variabel Dependen
= Pengaruh
2.4 Hipotesis
a.) Hipotesis Kerja
1.) Terdapat pengaruh pada factor tingkat stress terhadap insomnia pada
lansia
2.) Terdapat pengaruh pada factor lingkungan terhadap insomnia pada lansia
3.) Terdapat factor pada Gaya hidup terhadap insomnia pada lansia
b.) Hipotesis Nol
1.) Tidak terdapat pengaruh pada factor tingkat stress terhadap insomnia
pada lansia
2.) Tidak terdapat pengaruh pada factor lingkungan terhadap insomnia pada
lansia
3.) Tidak terdapat pengaruh pada factor gaya hidup terhadap insomnia pada
lansia
44
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
45
penelitian ini, peneliti ingin mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi
insomnia pada lansia di Desa Bongopini.
46
Definisi operasional adalah uraian tentang batasan variabel yang
diteliti, atau tentang apa yang telah diukur oleh variabel yang
bersangkutan (Notoatmodjo, 2012).
47
3. Lingku Kondisi sekitar 1. Suhu Kuesione Ringan Ordin
ngan yang dapat terlalu r bila skor al
mempengaruhik hangat : 0-9
enyamanan 2. Suhu Sedang
tidur lansia terlalu bila skor
dingin : 10-18
3. Suara Berat
bising bila skor
4. Kenyama : 19-27
nan Sangat
kamar berat
tidur bila skor
5. Penggun : 28-36
aan
lampu
ketika
tidur
Variabel Hasil 1. Kesulitan Kuesione 1. Skor Inter
terikat/ pengukuran untuk r 11- val
dependen terhadap berat memulai 19 :
4. Insom ringannya tidur tidur tidak
nia yang di derita/ 2. Tiba-tiba ada
di alami lansia terbangu kelu
berdasarkan n pada han
kualitas dan malam inso
kuantitas tidur hari mnia
yang di alami 3. Bisa 2. Skor
yang di ukur terbangu 20-
dengan n lebih 27 :
berdasarkan awal/dini inso
alat ukur hari mnia
KSPBJ-IRS 4. Merasa ringa
mengant n
uk di 3. 28-
48
siang hari 36
5. Sakit inso
kepala mia
pada berat
siang hari Skor 37-
6. Merasa 44
kurang sangat
puas berart
dalam
tidur
7. Merasa
kurang
nyaman/g
elisah
saat tidur
8. Mendapa
t mimpi
buruk
9. Badan
terasa
lemah,
letih,
kurang
tenaga
setelah
tidur
10. Jadwal
jam tidur
sampai
bangun
tidur tidak
teratur
11. Tidur
selama 6
49
jam
semalam
3.5.1 Populasi
3.5.2 Sampel
N
n=
1+ N ( e)2
Keterangan
n=Ukuran sampel keseluruhan
N= ukuran populasi
e= Perseb kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan
sampel yang masih dapat di tolelir atau di inginkan 5%.
50
n=98,11=98
Tekhnik pengambilan sampel yang akan diambil berdasarkan dua
kriteria, yaitu :
a. Kriteria inklusi
Kriteria inklusi dalam penelitian ini terdiri dari :
1. Responden tinggal di Desa Bongopini
2. Responden yang memilki umur lebih dari 60 tahun
3. Responden yang mengeluhkan masalah tidur
4. Responden yang memiliki insomnia
5. Responden yang tidak menderita demensia
b. Kriteria Ekslusif
Kriteria ekslusi dalam penelitian ini terdiri dari :
1. Responden yang nomaden atau berpindah tempat tinggal dari
Desa Bongopini
2. Tidak bersedia menjadi responden
3.5 Teknik Pengumpulan data
3.5.1 Sumber Data
a. Data Primer
Data primer dalam penelitian ini berupa variabel dependen dan
independen yang diperoleh dari hasil wawancara kuisioner tentang
factor-faktor yang mempengaruhi insomnia pada lansia di Desa
Bongopini.
b. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data yang didapatkan secara tidak
langsung oleh peneliti.Peneliti mendapatkan jumlah data lansia di
Kabupaten Bone bolango melalui Dinas Kesehatan. Data jumlah
lansia di Desa Bongopini kecamatan Tilongkabila kabupaten
bonebolango didapatkan peneliti melalui Kantor Desa Bongopini.
Data sekunder tersebut digunakan untuk menentukan besarnya
populasi penelitian.
3.5.2 Proses Pengumpulan data
Teknik Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan
wawancara terstruktur dengan pedoman kuesioner 1 dan 2.Peneliti
setelah mendapatkan persetujuan peneleitian,maka peneliti selanjutnya
51
melakukan pendekatan dan koordinasi dengan petugas kesehatan yang
menangani program posyandu lansia di desa Bongopini. Prosedur
pengumpulan data dimulai dengan mendata nama-nama lansia yang ada
di masing-masing dusun tempat tinggal tersebut dimasukan oleh peneliti
dalam lembar monitoring. Lembar monitoring digunakan untuk
memudahkan peneliti dalam melakukan pengumpulan data dilapangan.
Peneiti kemudian melakukan pengambilan data dengan
berkunjung kerumah setiap lansia yang terpilih sebagai sampel. Peneliti
menjelaskan tujuan dan manfaat penelitian serta memberikan lembar
informed consent. Lansia yang bersedia menandatangani informed
consent kemudian di wawancarai dengan pedoman kuesioner 1. Apabila
hasil ukur kuesioner 1 adalah insomnia pada lansia, maka peneliti akan
melanjutkan wawancara dengan menggunakan pedoman kuesioner 2.
Waktu, tempat dan hasil pengambilan data dicatat dalam lembar
monitoring yang dibuat oleh peneliti.
3.5.3 Instrumen Penelitian
52
2= kadang-kadang
3= sering
4= selalu
2. Kuesioner Tingkat stress merupakan kuesioner yang digunakan
untuk mengukur tingkat stress pada lansia yang mengalami
insomnia. Kuesioner ini di adopsi dari penelitian Rahma Dwi Putr
(2012) yang terdiri dari dari 32 pertanyaan yang sudah di modifikasi
dan di uji dan memiliki nilai reabilitas r=0,911 menggunakan skala
likert dengan skor yang digunakan yaitu :
1= tidak pernah
2= jarang
3= sering
4= selalu
3. Kuesiioner Gaya Hidup merupakan kuesioner yang digunakan untuk
mengukur gaya hidup pada lansia yang mengalami insomnia.
Kuesioner ini diadopsi dari penelitian Indah Astria (2016) yang terdiri
dari 11 pertanyaan yang sudah di modifikasi dan di uji dan memiliki
nilai reabilitas r=0,845. Kuesioner ini menggunakan skala likert
dengan skor yang digunakan yaitu :
1= Tidak pernah
2= Jarang
3= sering
4= Selalu
4. Kuesioner Lingkungan merupakan kuesioner yang digunakan untuk
mengukur keadaan lingkungan yang dapat menyebabkan insomnia
pada lansia. Kuesioner ini di adopsi dari penelitian Irwina Angelia
Silvanasari (2012) yang terdiri dari 9 pertanyaan yang sudah di
modifikasi dan sudah di uji reabilitas dengan nilai r=0,881. Kuesioner
ini menggunakan skala likert dengan skor yaitu =
1=Tidak pernah
2= Jarang
3= Sering
4= Selalu
53
3.6 Teknik Analisa Data
3.6.1 Teknik pengolahan data
Proses pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan program
SPSS dengan 4 tahap yaitu :
1. Editing / memeriksa
Editing adalah memeriksa data yang telah dikumpulkan untuk
diteliti kelengkapan, kejelasan makna jawaban, konsistensi maupun
kesalahan antar jawaban pada kuesioner.
2. Coding / memberi tanda kode
Coding adalah memberikan kode-kode untuk memudahkan proses
pengolahan data. Setelah kuesioner di edit maka dilakukan
pengkodean atau coding, yakni mengubah data berbentuk kalimat
atau huruf menjadi angka.
3. Processing / entri data
Processing adalah memasukkan data untuk di olah menggunakan
komputer.Jawaban dari masing-masing responden yang dalam
bentuk “kode” (angka atau huruf) dimasukkan kedalam “software”
komputer.
4. Cleaning / pembersihan data
Pada tahap ini apabila semua data dari setiap sumber atau
responden selesai dimasukkan, perlu pengecekan kembali untuk
melihat adanya kemungkinan terjadi kesalahan kode, ketidakpastian
data dan banyak lagi, kemudian dilakukan pembetulan atau koreksi
3.6.2 Analisa Data
a. Analisa Univariat
Analisa univariat adalah analisa yang digunakan untuk
menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik dari masing-masing
variabel, baik variabel bebas dan variabel terikat serta karakteristik
responden Notoatmodjo, (2018). Analisa yang dilakukan pada tiap
variabel dari hasil penelitian yaitu dengan cara membuat table
distribusi pada tiap frekuensi variabel dengan menggunakan rumus :
f
P= x 100 %
n
54
Keterangan :
P : Persentase
f : jumlah
n : jumlah item observasi
b. Analisa Bivariat
Analisa bivariat dilakukan untuk melihat hubungan antara variabel
independent dan variabel dependen.terhadap dua variabel yang
diduga berhubungan atau berkorelasi. Dimana untuk mengetahui
adanya hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat
tergantung dengan menggunakan uji statistic dengan tingkat
kemaknaan (α) : 0,05 uji statistic yang digunakan adalah Chi-square.
55
b. Uji reliabitas
Uji reabilitas digunakan untuk mengukur kestabilan dan konsistensi
responden dalam menjawab pernyataan dalam kuesioner, untuk menguji
reabilitas pada penelitian ini menggunakan cronbach’s alpha. Nilai r alpha
berdasarkan uji reliabilitas tentang insomnia, tingkat stress, gaya hidup,
dan lingkungan masing-masing yaitu : 0,884, 0,911, 0,881, 0,845 , jika
nilai alpha lebih besar dari hasil output maka dikatakan reliable.
Sebaliknya jika nilai alpha lebih kecil dari hasil output maka dinyatakan
tidak reliable.
56
DAFTAR PUSTAKA
57
Buanasari, A. (2019). Gambaran Tingkat Stres Pada Lansia. Gambaran Tingkat
Stres Pada Lansia, 7(2).
Badan Pusat Statistik, (2020)., Statistik Penduduk Lanjut Usia., Jakarta: BPS
Desa, D. I., Demak, T., Faridah, U., Kusumawati, D., Rahayu, S., & Wahab, D.
(2021). DENGAN GEJALA GANGGUAN TIDUR PADA LANSIA. 228–241.
Fernando, R., & Hidayat, R. (2020). JURNAL NERS Research & Learning in
Nursing Science HUBUNGAN LAMA PENGGUNAAN MEDIA SOSIAL
DENGAN KEJADIAN INSOMNIA PADA MAHASISWA FAKULTAS ILMU
KESEHATAN UNIVERSITAS PAHLAWAN TUANKU TAMBUSAI TAHUN
2020. 4(23), 83–89.
Hartono, D., Februanti, S., & Cahyati, A. (2019). Penyakit Fisik dan Lingkungan
terhadap Insomnia bagi Lanjut Usia. 13(1), 1–4.
Padang, P. K., Kelamin, J., & Hidup, G. (2017). FAKTOR – FAKTOR YANG
BERHUBUNGAN DENGAN INSOMNIA PADA. 1, 123–132.
Prodi, S., Stikes, K., Pertiwi, B., & Raya, L. (2021). ANALISA KEJADIAN
INSOMNIA PADA LANSIA DI WILAYAH KERJA Sugiyanto. 6(2), 2–7.
Sari, D., & Leonard, D. (2018). Pengaruh Aroma Terapi Lavender Terhadap
58
Kualitas Tidur Lansia Di Wisma Cinta Kasih. Jurnal Endurance, 3(1), 121.
https://doi.org/10.22216/jen.v3i1.2433
59
` LAMPIRAN 1
Alamat :Jl. Prof. DR. H. Mansoer Pateda, Desa Pentadio Timur Kab.Gorontalo
Website:http://www.umgo.ac.id/Email:info@umgo.ac.idTlp./fax(0435)881135881136
Kepada Yth :
Calon responden
di Puskesmas Telaga
Dengan hormat,
Peneliti,
60
LAMPIRAN 2
Alamat :Jl. Prof. DR. H. Mansoer Pateda, Desa Pentadio Timur Kab.Gorontalo
Website:http://www.umgo.ac.id/Email:info@umgo.ac.idTlp./fax(0435)881135881136
Nama : .....................................................
Umur : .....................................................
Alamat : .....................................................
Responden
61
LAMPIRAN 3
KUISIONER PENELITIAN
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Insomnia Pada Lansia di Desa
Bongopini Tahun 2021
62
b. Pedagang
c. Petani
d. PNS
e. TNI/POLRI
f. Wiraswasta
9. Riwayat penyakit
a. Hipertensi
b. DM
c. Asma
d. Arthritis
e. Jantung
f. Dll, sebutkan….
10. Lama menderita
a. 6 bulan
b. 1 tahun
c. 2 tahun
d. >2tahun
63
Lembar Kuesioner Insomnia
c. Selalu
d. Sering
64
kurang nyaman/gelisah
saat tidur?
8 Apakah anda sering
mimpi
buruk/menyenangkan?
9 Apakah anda merasa
badan anda terasa
lemah, letih, kurang
tenaga setelah tidur?
10 Apakah jadwal jam tidur
anda sampai bangun
tidur tidak beraturan?
11 Apakah anda tidur
selama 6 jam dalam
semalam?
Skor Total
65
Lembar kuisoner Faktor-faktor yang mempengaruhi insomnia pada
lansia
a. Kuesioner Tingkat stress
Berilah tanda centang (√ ) pada kolom yang tersedia pada jawaban ya
atau tidak.
Pilihlah jawaban sesuai dengan perasaan yang anda alami !
66
bapak/ibu di pagi hari atau sore hari?
10. Apakah penyakit bapak/ibu sering
mengganggu tidur bapak/ibu di malam
hari?
B. Gejala
11. Apakah bapak/ibu mempunyai
serangan panic?
12. Apakah bapak/ibu merasa kerja
bapak/ibu maksimal?
13. Apakah bapak/ibu merasa sulit untuk
berkonsentrasi>
14. Apakah bapak/ibu merasa bahwa
bapak/ibu mudah mengingat?
15. Apakah bapak/ibu merasa mudah
bingung?
16. Apakah bapak/ibu merasa sakit kepala
jika ada masalah?
17. Apakah bapak/ibu merasa jantung
bapak/ibu berdebar-debar tanpa
melakukan aktivitas fisik?
18. Apakah bapak/ibu merasa sesak nafas
dimalam hari?
C Penangan
19. Apakah bapak/ibu menceritakan
masalah bapak/ibu dengan teman
atau keluarga?
20. Apakah bapak/ibu merasa kurang
bereaksi terhadap situasi saat ini
21. Jika bapak/ibu ada masalah, apakah
bapak/ibu mengabaikan permasalahan
tersebut?
22. Jika ada masalah bapak/ibu mencoba
untuk memperbaiki situasi?
67
23. Jika bapak/ibu ada masalah, apakah
bapak/ibu mencari kegiatan lainnya?
(misalnya jalan-jalan, masak,
olahraga)
24. Jika bapak/ibu ada masalah, apakah
bapak/ibu memikirkan masalah
tersebut?
25. Apakah bapak/ibu merasa bahwa
selera makan bertambah jika ada
masalah?
26. Apakah bapak/ibu merasa bahwa
selera makan berkurang jika ada
masalah?
D Stabilitas
27. Jika ada pekerjaan, apakah bapak/ibu
mempunyai inisiatif untuk
menyelesaikan pekerjaan tersebut?
28. Apakah bapak/ibu seseorang yang
teliti dalam memeriksa sesuatu?
29. Apakah bapak/ibu seseorang yang
sering meninggalkan sesuatu yang
belum selesai?
30. Apakah bapak/ibu merasa mengalami
kegagalan dalam diri bapak/ibu
31. Apakah bapak/ibu merasa kehilangan
ketertarikan pada sesuatu?
32. Apakah bapak ibu merasa kecewa
pada kehidupan bapak/ibu saat ini?
33. Apakah bapak/ibu merasa ketakutan
pada suatu hal yang membahagian?
Skor total
68
b. Kuesioner Gaya hidup
Beritahukan pada responden tentang penggunaan istilah dibawah ini,
yaitu :
Selalu : hal rutin yang dialami setiap hari
Sering : hal yang rutin dialami tetapi kadang terlwatkan
Jarang ; hal yang pernah dialami tetapi lebih banyak
terlewatkan
Tidak pernah : hal yang tidak pernah dialami sama sekali
Berilah tanda centang (√ ) pada kolom yang tersedia pada jawaban ya
atau tidak.
Pilihlah jawaban sesuai dengan perasaan yang anda alami !
Pola makan
No Pertanyaan selalu sering Jarang Tidak Skor
pernah
1. Apakah
bapak/ibu makan
daging <3 kali
dalam seminggu
2. Apakah
bapak/ibu
makan-makanan
yang berlemak
tinggi (misalnya;
bersantan dll) <3
kali dalam
seminggu?
3. Apakah
bapak/ibu makan
makanan
gorengan tiap 3
kali dalam
seminggu?
4. Apakah
69
bapak/ibu makan
makanan di luar
rumah (cepat
saji) <3 kali
seminggu?
Apakah
bapak/ibu selalu
mengkonsumsi
minuman yang
berkafein lebih
dari 3 kali dalam
seminggu?
5. Apakah
bapak/ibu
menum air 1 liter
dalam sehari?
6. Apakah
bapak/ibu makan
sayuran lebih
dari 3 kali dalam
seminggu?
7. Apakah
bapak/ibu makan
buah lebih dari 3
kali seminggu?
Kebiasaan Merokok/ Minum Alkohol
8. Apakah bapak
ibu sering minum
alcohol?
9. Apakah
bapak/ibu
merokok?
10 Apakah
bapak/ibu saat
70
tertekan atau
gelisah, selalu
menghabiskan 1
bungkus rokok?
11 Apakah bapak
. ibu merokok
lebih dari 5
batang tiap hari?
Skor total
Sumber
c. Kuesioner Lingkungan
71
7. Apakah kamar tidur anda bersih dan
nyaman?
8. Apakah anda rasa nyaman tidur di
tempat tidur anda?
9. Apakah kamar anda sunyi senyap di
. malam hari ?
Total
72