Anda di halaman 1dari 79

SKRIPSI

HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG PERSONAL HYGIENE


GENETALIA DENGAN KEJADIAN FLOUR ALBUS PADA
WANITA USIA SUBUR DI PUSKESMAS LALANG LUAS
KABUPATEN MUKOMUKO

OLEH
DENA SARLITA
NPM. 2026040106.P

PROGRAM STUDI KEBIDANAN PROGRAM SARJANA TERAPAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)
TRI MANDIRI SAKTI
BENGKULU
2021
HALAMAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan tim


penguji skripsi Program Studi Kebidanan
Program Sarjana Terapan

Oleh :

DENA SARLITA
NPM. 2026040106.P

Bengkulu, April 2021


Menyetujui
Pembimbing I Pembimbing II

Drs. H. S. Effendi, MS Tria Nopi Herdiani, SST, M. Kes

Mengesahkan,
Ketua Program Studi Kebidanan Program Sarjana Terapan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES)
Tri Mandiri Sakti Bengkulu

Mika Oktarina, SST, M. Kes


Bengkulu, Agustus 2021

Perihal : Permohonan Pelaksanaan Ujian Skripsi

Kepada YTH.
Ketua Program Studi Kebidanan Program Sarjana Terapan
Stikes Tri Mandiri Sakti Bengkulu
Di
Tempat

Dengan Hormat,
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Dena Sarlita
NPM : 2026040106.P
Prodi/Semester : Program Studi Kebidanan Program Sarjana Terapan
Mengajukan permohonan untuk melakukan seminar skripsi dengan judul:
“Hubungan pengetahuan tentang personal hygiene genetalia dengan
kejadian flour albus pada wanita usia subur di Puskesmas Lalang Luas
Kabupaten Mukomuk”
Demikianlah surat permohonan saya, atas perhatian dan kebijaksanaannya saya
ucapkan terima kasih.
Hormat saya

Dena Sarlita

Menyetujui,
Pembimbing I Pembimbing II

Drs. H. S. Effendi, MS Tria Nopi Herdiani, SST, M. Kes

Lampiran :
1. Tanda pelunasan kuliah semester 1
2. Tanda pelunasan uang skripsi
3. Foto copy KRS semester I
4. Foto copy dokumen skripsi 4 (Empat) rangkap
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat,

karunia dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan

judul “Hubungan pengetahuan tentang personal hygiene genetalia dengan

kejadian flour albus pada wanita usia subur di Puskesmas Lalang Luas

Kabupaten Mukomuko”.

Penulis menyadari dalam penulisan skripsi ini banyak bantuan yang telah

diberikan kepada penulis, untuk itu dengan rasa tulus dan segala kerendahan hati,

penulis menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Drs. H. S. Effendi, MS selaku Ketua STIKES Tri Mandiri Sakti Bengkulu

sekaligus sebagai pembimbing I yang telah memberikan bimbingan dan

pengarahan berhubungan dengan penulisan skripsi ini

2. Mika Oktarina, SST, M. Kes selaku Ketua Program Studi Kebidanan Program

Sarjana Terapan Stikes Tri Mandiri Sakti Bengkulu

3. Tria Nopi Herdiani, SST, M. Kes selaku pembimbing II yang telah penuh

dengan keikhlasan dan kesabaran di sela-sela kesibukan beliau yang padat

telah memberikan bimbingan, bantuan dan petunjuk sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini.

4. Pihak Puskesmas Lalang Luas Kabupaten Mukomuko yang telah bersedia dan

menyetujui sebagai temapt penelitian yang akan dilakukan nanti.

5. Seluruh dosen dan staf tata usaha STIKES Tri Mandiri Sakti Bengkulu yang

telah memberikan dorongan semangat sehingga terselesainya skripsi ini.


Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari

sempurna, oleh karena itu penulis membuka diri dengan segala kerendahan hati

terhadap semua kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan

penulisan skripsi ini. Harapan penulis semoga skripsi ini dapat memberikan

manfaat bagi kita semua

Bengkulu, Agustus 2021

Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN...................................................................... ii
LEMBAR PERNYATAAN............................................................................ iii
ABSTRAK ...................................................................................................... iv
ABSTRACT .................................................................................................... v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................ vi
KATA PENGANTAR.................................................................................... vii
DAFTAR ISI................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL........................................................................................... x
DAFTAR BAGAN.......................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................... xii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang....................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.................................................................. 4
C. Tujuan Penelitian................................................................... 5
1. Tujuan Umum................................................................... 5
2. Tujuan Khusus.................................................................. 5
D. Manfaat Penelitian................................................................. 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori........................................................................... 7
1. Flour albus...................................................................... 7
2. Pengetahuan Tentang Personal Hygiene Genetalia......... 20
3. Hubungan Pengetahuan Tentang Personal Hygiene
Genetalia dengan Kejadian Flour Albus.......................... 29
B. Kerangka Konsep Penelitian ................................................ 30
C. Definisi Operasional Penelitian............................................. 31
D. Hipotesis................................................................................ 31
BAB III METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan waktu penelitian.................................................. 32
B. Desain penelitian................................................................... 32
C. Populasi dan sampel.............................................................. 32
D. Teknik pengumpulan data.................................................... 33
E. Teknik Pengolahan Data Dan Analisis Data......................... 34
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil penelitian...................................................................... 37
1. Gambaran Tempat Penelitian........................................... 37
2. Jalannya Penelitian........................................................... 38
3. Analisis Univariat............................................................. 40
4. Analisis Bivariat............................................................... 41
B. Pembahasan........................................................................... 43
1. Gambaran kejadian flour albus pada wanita usia subur
di Puskesmas Lalang Luas Kabupaten Mukomuko......... 43
2. Gambaran pengetahuan tentang personal hygiene
genetalia pada wanita usia subur di Puskesmas Lalang
Luas Kabupaten Mukomuko........................................... 44
3. Hubungan pengetahuan tentang personal hygiene
genetalia dengan kejadian flour albus pada wanita usia
subur di Puskesmas Lalang Luas Kabupaten
Mukomuko....................................................................... 47
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan............................................................................ 52
B. Saran...................................................................................... 53

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 1. Definisi operasional penelitian.................................................... 31
Tabel 2. Gambaran kejadian flour albus pada wanita usia subur di
Puskesmas Lalang Luas Kabupaten Mukomuko......................... 40
.....................................................................................................
Tabel 3. Gambaran pengetahuan tentang personal hygiene genetalia
pada wanita usia subur di Puskesmas Lalang Luas Kabupaten
Mukomuko.................................................................................. 41
.....................................................................................................
Tabel 4. Hubungan pengetahuan tentang personal hygiene genetalia
dengan kejadian flour albus pada wanita usia subur di
Puskesmas Lalang Luas Kabupaten Mukomuko......................... 41
DAFTAR BAGAN
Halaman

Bagan 1. Kerangka Konsep Penelitian....................................................... 34


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Izin Penelitian dari STIKES Tri Mandri Sakti Bengkulu
Lampiran 2. Surat Izin Penelitian dari KESBANGPOL Kabupaten Mukomuko
Lampiran 3. Surat Izin Penelitian dari Dinkes Kabupaten Mukomuko
Lampiran 4. Surat Selesai Penelitian dari Puskesmas Lalang Luas
Lampiran 5. Lembar permohonan menjadi responden
Lampiran 6. Lembar persetujuan menjadi responden
Lampiran 7. Kuesioner
Lampiran 8. Master Tabel
Lampiran 9. Analisis Data
Lampiran 10. Dokumentasi penelitian
Lampiran 11. Berita Acara Bimbingan Skripsi
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut World Health Organization (WHO), menyatakan bahwa

perempuan jarang memperhatikan kebersihan pada organ genetalia

eksternanya. Infeksi pada vagina setiap tahunnya menyerang perempuan di

seluruh dunia mencapai 10-15% dari 100 juta perempuan, yaitu infeksi bakteri

candida dan mengalami keputihan. Kejadian tersebut dikarenakan remaja tidak

mengetahui permasalahan seputar organ reproduksi (Rahmadayanti, 2020)

Di Indonesia kejadian keputihan semakin meningkat. Berdasarkan

hasil penelitian menyebutkan tahun 2018 sekitar 50% wanita Indonesia

mengalami keputihan, kemudian pada tahun 2013 sekitar 60% wanita pernah

mengalami keputihan. Pada tahun 2014 wanita yang mengalami keputihan

mencapai 70% (Nikmah, 2018)

Keputihan atau flour albus adalah kondisi vagina saat mengeluarkan

cairan atau lendir menyerupai nanah. Berdasarkan teori status kesehatan

model tradisional (ecological) adalah hasil interaksi antara pejamu (host) yaitu

semua faktor yang terdapat dalam diri manusia yang dapat mempengaruhi

timbulnya serta perjalanan suatu penyakit. Faktor tersebut antara lain adalah

mekanisme pertahanan tubuh, umur, jenis kelamin, ras, status perkawinan,

pekerjaan, dan kebiasaan hidup (Kumalasari, 2017).

Flour albus dapat terjadi secara fisiologis maupun patologis. Flour

albus fisiologis adalah mukus berwarna jernih yang dihasilkan oleh serviks

1
2

dan bila terpapar oleh udara akan menjadi putih atau kuning. Flour albus

fisiologis bisa terjadi waktu saat menarche, waktu sekitar ovulasi, pada wanita

selama hamil, atau karena penggunaan kontrasepsi oral, stres, dan kelelahan.

Flour albus patologis yaitu cairan yang keluar sangat kental dan berubah

warna, bau yang menyengat, jumlahnya yang berlebih dan menyebabkan rasa

gatal, nyeri serta rasa sakit dan panas saat berkemih (Sibagariang, 2017).

Tingginya angka kejadian flour albus pada umumnya disebabkan oleh

beberapa hal diantanya pengetahuan tentang perilaku personal hygiene

genetalia. Peningkatan pengetahuan tentang kesehatan reproduksi merupakan

salah satu alternatif, dengan memberikan informasi kepada wanita agar

mengetahui bagaimana cara menjaga kesehatan reproduksi kewanitaan agar

terhindar dari penyakit organ reproduksi mereka yaitu memberikan

pengetahuan tentang kesehatan reproduksi khususnya pada wanita usai subur

dan bagaimana menjaga kebersihan organ reproduksi (Sari, 2018)

Menurut penelitian Novita (2020) yang meneliti tentang hubungan

pengetahuan dan perilaku menjaga kebersihan genetalia eksterna remaja putri

dengan kejadian keputihan. Hasil penelitian menjelaskan bahwa sebagian

besar responden mengalami keputihan patologis dikarenakan kurang

mengetahui apa itu keputihan, cara pencegahannya, dampak dari keputihan itu

sendiri. berdasarkan analisis bivariat didapatkan ada hubungan yang

signifikan antara pengetahuan dengan kejadian keputihan.

Menurut laporan di Profil Kesehatan Provinsi Bengkulu, didapatkan

pada tahun 2018 jumlah wanita usia 30 – 50 sebanyak 255.359 orang,

mendapatkan pemeriksaan genitalia sebanyak 7.698. Dengan cakupan


3

pemeriksaan serviks dan payudara tertinggi berada di Kota Bengkulu yaitu

2.302 orang dari 25.466 wanita usia 30-50 tahun dan cakupan terendah berada

di Kabupaten Lebong sebesar 195 orang dari 15.848 wanita usia 30-50 tahun.

Sedangkan Kabupaten Mukomuko sebesar 295 orang dari 23.603 wanita usia

30-50 tahun (Dinkes Prov. Bengkulu, 2019)

Berdasarkan data profil kesehatan Kabupaten Mukomuko didapatkan

pada tahun 2020 didapatkan sebanyak 57 orang dari 27.437 wanita usia 30-50

tahun yang melakukan pemeriksaan serviks. Cakupan pemeriksaan serviks

tertinggi berada di Puskesmas Lubuk Pinang yaitu sebanyak 30 orang dari

2.352 wanita usia 30-50 tahun dan Puskesmas Pondok Suguh yaitu 21 orang

dari 2.007 wanita usia 30-50 tahun. Sedangkan cakupan terendah terdapat di

12 puskesmas dengan cakupan pemeriksaan serviks dan payudara 0 (nol)

(Dinkes Kabupaten Mukomuko, 2021).

Beradasarkan laporan Puskesmas Lalang Luas Kabupaten Mukomuko

didapatkan pada tahun 2018 angka wanita usia subur dengan kunjungan

mengalami flour albus patologis sebanyak 24 orang dari jumlah WUS 2.122

orang. Pada tahun 2019 terjadi pengingkatan jumlah wanita usia subur yang

berkunjungan dengan keluhan flour albus patologis sebanyak 29 orang dari

jumlah WUS 1.917 orang. Pada tahun 2020 semakin meningkat jumlah wanita

usia subur yang berkunjungan dengan keluhan flour albus patologis sebanyak

37 orang dari jumlah WUS 1.681 orang. Angka kejadian ini tidak

menunjukkan kejadian sebenarnya pada kasus flour albus patologis, karena

hanya sebagian kecil wanita usia subur yang datang untuk melakukan

pengobatan ke puskesmas dan sebagian besar wanita usia subur melakukan


4

pengobatan secara tradisional dan membeli obat di apotik langsung

(Puskesmas Lalang Luas, 2021).

Berdasarkan survey awal pada tanggal 2 dan 3 April 2020 pada pada 6

orang WUS didapatkan 4 orang mengalami flour albus dan 2 orang tidak

mengalami flour albus dalam kurun waktu satu bulan terakhir. Dari 4 orang

yang mengalami flour albus tersebut, 3 diantaranya mengaku tidak

mengetahui tentang flour albus, sedangkan 1 orang lainya hanya mengetahui

sedikit tentang flour albus. Dari 4 orang WUS yang mengalami flour albus

didapatkan seluruhnya mengatakan kurang mengetahua tentang personal

hygiene genetalia yang benar.

Berdasarkan uraian di atas maka peneliti tertarik untuk meneliti

tentang “Hubungan pengetahuan dan personal hygiene genetalia dengan

kejadian flour albus pada wanita usia subur di Puskesmas Lalang Luas

Kabupaten Mukomuko”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti dapat merumuskan masalah

penelitian yaitu “apakah ada hubungan pengetahuan dan personal hygiene

genetalia dengan kejadian flour albus pada wanita usia subur di Puskesmas

Lalang Luas Kabupaten Mukomuko?”.


5

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Dipelajari hubungan pengetahuan tentang personal hygiene

genetalia dengan kejadian flour albus pada wanita usia subur di Puskesmas

Lalang Luas Kabupaten Mukomuko”.

2. Tujuan Khusus

a. Diketahui gambaran kejadian flour albus pada wanita usia subur di

Puskesmas Lalang Luas Kabupaten Mukomuko.

b. Diketahui mengetahui gambaran pengetahuan tentang personal

hygiene genetalia pada wanita usia subur di Puskesmas Lalang Luas

Kabupaten Mukomuko.

c. Diketahui hubungan pengetahuan tentang personal hygiene genetalia

dengan kejadian flour albus pada wanita usia subur di Puskesmas

Lalang Luas Kabupaten Mukomuko.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Puskesmas Lalang Luas Kabupaten Mukomuko.

Diharapkan penelitian ini dapat memberikan informasi bagi

Puskesmas alang Luas Kabupaten Mukomuko khususnya tentang

hubungan pengetahuan tentang personal hygiene genetalia dengan

kejadian flour albus pada wanita usia subur, sehingga dapat menjadi

sumber referensi baru bagi puskesmas untuk meningkatkan pelayanan

kesehatan pada wanita usia subur.


6

2. Bagi STIKES Tri Mandiri Sakti Bengkulu

Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi sumber referensi

baru bagi mahasiswa khususnya tentang hubungan pengetahuan tentang

personal hygiene genetalia dengan kejadian flour albus pada wanita usia

subur, sehingga dapat meningkatkan pengetahuan mahasiswa tentang

kesehatan pada wanita usia subur.

3. Bagi Peneliti Lain

Diharapkan peneltian ini dapat menjadi referensi bagi peneliti

selanjutnya untuk dapat melakukan penelitan lain dengan variabel lain

diluar penelitian ini.


7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Teori

1. Flour albus

a. Definisi

Keputihan atau flour albus atau leukorea atau vaginal

discharge merupakan istilah yang menggambarkan keluarnya cairan

dari organ genitalia atau vagina yang berlebihan dan bukan darah

(Sibagariang, 2017).

Keputihan adalah keluarnya cairan selain darah dari liang

vagina diluar keiasaan, baik berbau ataupun tidak, serta disertai rasa

gatal. penyebab keputihan dapat secara normal (Fisiologis) yang

dipengaruhi oleh hormone tertentu. keputihan yang abnormal bisa juga

disebabkan adanya infeksi/peradangan yang terjadi karena mencuci

vagina dengan air kotor, pemeriksaan dalam yang tidak benar,

pemakaian pembilan vagina yang berlebihan, pemeriksaan yang tidak

higienis dan juga bisa jadi adanya benda asing dalam vagina

(Rosyidah, 2020)

Flour albus (keputihan) adalah kondisi vagina mengeluarkan

cairan atau lendir (Bahari, 2016). Flour albus (keputihan) adalah

cairan yang keluar dari vagina, bukan darah dengan sifat yang

bermacam-macam, baik warna, bau, maupun jumlahnya (Manuaba,

2016).

7
8

b. Tanda Bahaya Flour Albus

Segala perubahan yang menyangkut warna dan jumlah dari

sekret vagina meerupakan suatu tanda infeksi vagina. Infeksi vagina

adalah sesuatu yang sering kali muncul dan sebagian besar perempuan

pernah mengalaminya dan akan memberikan beberapa gejala flour

albus :

1) Keputihan yang disertai rasa gatal, ruam kulit dan nyeri.

2) Sekret vagina yang bertambah banyak

3) Rasa panas saat kencing

4) Sekret vagina berwarna putih dan menggumpal

5) Berwarna putih kerabu-abuan atau kuning dengan bau yang

menusuk

6) Vaginosis bacterial Sekret vagina yang keruh, encer, putih abu-abu

hingga kekuning-kuningan dengan bau busuk atau amis. Bau

semakin bertambah setelah hubungan seksual

7) Trikomoniasis Sekret vagina biasanya sangat banyak kuning

kehijauan, berbusa dan berbau amis.

8) Kandidiasis Sekret vagina menggumpal putih kental. Gatal dari

sedang hingga berat dan rasa terbakar kemerahan dan bengkak

didaerah genital Tidak ada komplikasi yang serius

9) Infeksi klamidia Biasanya tidak bergejala. Sekret vagina yang

berwarna kuning seperti pus. Sering kencing dan terdapat

perdarahan vagina yang abnormal (Manuaba, 2016).


9

c. Klasifikasi

Menurut Sibagariang (2017), flour albus terbagi atas dua

macam yaitu flour albus fisiologis dan flour albus patologis:

1) Flour albus fisiologis

Flour albus fisiologis terdiri atas cairan yang kadang-

kadang berupa mukus yang mengandung banyak epitel dan

leukosit yang jarang. Sedangkan flour albus patologis banyak

mengandung leukosit

Alat kelamin wanita dipengaruhi oleh pengaruhi oleh

berbagai hormon yang dihasilkan sebagai organ yakni:

hipotalamus, hipofisis, ovarium dan adrenal. Estrogen dapat

mengakibatkan maturasi epitel vagina serviks proliferasi stroma

dan kelenjar sedangkan progesteron akan mengakibatkan fungsi

sekresi keputihan normal dapat terjadi pada masa menjelang dan

sesudah menstruasi sekitar fase sekresi antara hari ke 10-16 siklus

menstruasi, saat terangsang, hamil kelelahan, stres dan sedang

mengkonsumsi obat-obatan hormonal seperti pil KB. Keputihan ini

tidak berwarna atau jernih tidak berbau dan tidak menyebabkan

rasa gatal (Sibagariang, 2017)

2) Flour albus patologis

Merupakan cairan eksudat dan cairan ini mengandung

banyak leukosit. Eksudat terdiri atas reaksi tubuh terhadap adanya

jejas atau luka. Jejas ini dapat diakibatkan oleh infeksi


10

mikroorganisme, benda asing, neoplasma jinak, lesi, prakanker dan

neoplasma ganas. Kuman penyakit yang menginfeksi vagina

seperti jamur candida albican, parasit trichomonas, E. Coli

staphylococcus, treponema pallidum, kondiloma akuminata dan

herpes serta luka di daerah vagina benda asing yang tidak sengaja

atau sengaja masuk ke vagina dan kelainan serviks. Akibatnya

timbul gejala-gejala yang mengganggu seperti berubahnya cairan

yang berwarna jernih menjadi kekuningan sampai kehijauan,

jumlahnya berlebihan, kental, berbau tak sedap, rasa gatal atau

panas dan menimbulkan luka di daerah mulut vagina (Sibagariang,

2017)

d. Etiologi

Menurut Sibagariang (2017), flour albus dapat dsebabkan oleh

beberapa hal sebagai berikut:

1) Keputihan yang fisiologis

a) Pengaruh sisa estrogen dari plasenta terhadap uterus dan vagina

janin sehingga bayi baru lahir sampai umur 10 hari

mengeluarkan keputihan

b) Pengaruh estrogen yang meningkat pada saat menarche

c) Rangsangan saat menjelang persetubuhan seksual

menghasilkan sekret yang merupakan akibat adanya pelebaran

pembuluh darah di vagina ataupun pak sekresi kelenjar serviks

yang bertambah sehingga terjadi pengeluaran transudasi dari


11

dinding vagina hal ini diperlukan untuk melancarkan

persetubuhan atau coitus

d) Adanya peningkatan produksi kelenjar kelenjar pada mulut

rahim saat masa ovulasi

2) Keputihan patologis terjadi karena disebabkan oleh

a) Infeksi

Tubuh akan memberikan reaksi terhadap

mikroorganisme yang masuk ini dengan serangkaian reaksi

radang penyebab infeksi yaitu:

(1) Jamur

Jamur yang sering menyebabkan keputihan ialah

candida albican. Penyakit ini disebut juga kandidiasis

genitalia jamur ini merupakan saprofit yang pada keadaan

biasa tidak menimbulkan keluhan gejala, tetapi pada

keadaan tertentu menyebabkan gejala infeksi mulai dari

yang ringan hingga yang berat. Penyakit ini tidak selalu

akibat PMS dan dapat timbul pada wanita yang belum

menikah ada beberapa faktor predisposisi untuk timbulnya

dosis genetalia antara lain:

(a) Pemakaian obat antibiotika dan kortikosteroid yang

lama

(b) Kehamilan

(c) Kontrasepsi hormonal


12

(d) Kelainan endokrin seperti diabetes melitus

(e) Menurunnya kekebalan tubuh seperti penyakit penyakit

kronis

(f) Selalu memakai pakaian dalam yang ketat dan terbuat

dari bahan yang tidak menyerap keringat

Keluhan penyakit ini adalah rasa gatal atau panas

pada alat kelamin, keluarnya lendir yang kental, putih,

bergumpal seperti butiran tepung, keluarnya cairan,

terutama pada saat sebelum menstruasi dan kadang-kadang

disertai rasa nyeri pada waktu senggama. Pada pemeriksaan

klinis terlihat vulva berwarna merah dan sembab, kadang-

kadang ada erosi akibat garukan, terlihat keputihan yang

berwarna putih, kental bergumpal, seperti butiran tepung,

lengket di dinding vagina. Pada pria kelainan yang timbul

adalah balanopostitis radang pada glans penis dan

prepusium (Sibagariang, 2017)

(2) Bakteri

(a) Gonokokus

Penyakit ini disebut dengan  gonorhoe dan

penyebab penyakit ini adalah bakteri neisseria

gonorrhoe atau gonokokus. Penyakit ini sering terjadi

akibat hubungan seksual. Kuman ini berbentuk seperti

ginjal yang berpasangan disebut diplokokus dalam


13

sitoplasma. Sel gonokokus yang purulen mempunyai

silia yang dapat menempel pada sel epitel uretra dan

mukosa vagina pada hari ketiga bakteri tersebut akan

mencapai jaringan ikat dibawa epitel dan menimbulkan

reaksi radang gejala yang ditimbulkan adalah keputihan

yang berwarna kekuningan atau nanah, rasa sakit pada

waktu berkemih maupun saat senggama (Sibagariang,

2017)

(b) Klamidia trakomatis

Kuman ini sering menjadi penyebab penyakit

mata trachoma dan menjadi penyakit menular seksual.

Klamida adalah organisme intraseluler obligat pada

manusia bakteri ini umumnya berkoloni secara lokal di

permukaan mukosa termasuk mukosa servik. Klamidia

sering menjadi faktor etiologi pada penyakit radang

pelvis penyakit kehamilan diluar kandungan dan

infertilitas gejala utama yang ditemukan adalah

servisitis pada wanita dan uteritis pada pria

(Sibagariang, 2017)

(c) Grandnerella

Menyebabkan peradangan vagina tak spesifik

biasanya mengisi penuh sel-sel epitel vagina berbentuk

khas clue cell. Menghasilkan asam amino yang akan


14

diubah menjadi senyawa amin, bau amis, berwarna

keabu-abuan. Gejala klinis yang ditimbulkan adalah

flour albus yang berlebihan dan berbau disertai rasa

tidak nyaman di perut bagian bawah (Sibagariang,

2017)

(d) Treponema pallidum

Penyebab penyakit kelamin sifilis ditandai

kondiloma lata pada vulva dan vagina kuman ini

berbentuk spiral bergerak aktif (Sibagariang, 2017)

(e) Parasit

Parasit yang sering menyebabkan keputihan

adalah trichomonas vaginalis berbentuk lonjong bersilia

dapat bergerak berputar-putar dengan cepat. Walaupun

infeksi ini dapat terjadi dengan berbagai cara penularan

dengan jalan koitus ialah cara yang paling sering

terdapat pada pria dengan trichomonas biasanya parasit

ini terdapat di uretra dan prostat gejala yang

ditimbulkan ialah flour albus yang encer sampai kental

berwarna kekuningan dan agak bau serta terasa gatal

dan panas (Sibagariang, 2017)

(f) Virus

Sering disebabkan oleh Human Papilloma Virus

dan herpes simpleks. HPV sering ditandai dengan


15

kondiloma akuminata cairan berbau tanpa rasa gatal

(Sibagariang, 2017)

b) Kelainan alat kelamin didapat atau bawaan

Adanya fistel vesikovaginalis atau rectovaginalis akibat

cacat bawaan cedera persalinan dan radiasi kanker genetalia

atau kanker itu sendiri (Sibagariang, 2017)

c) Gangguan psikologis

Otak mempengaruhi kerja semua organ tubuh, jadi jika

reseptor otak mengalami stres maka hormonal di dalam tubuh

mengalami perubahan keseimbangan dan dapat menyebabkan

timbulnya keputihan

d) Benda asing

Kondom yang tertinggal dan pesarium untuk penderita

hernia atau prolaps uteri pada dapat merangsang sekret vagina

berlebihan (Sibagariang, 2017)

e) Neoplasma jinak

Berbagai tumor jinak yang tumbuh ke dalam lumen akan

mudah mengalami peradangan sehingga menimbulkan keputihan

(Sibagariang, 2017)

f) Kanker

Leukorea ditemukan pada neoplasma jinak maupun ganas

apabila tumor itu dengan permukaannya untuk sebagian atau

seluruhnya memasuki lumen saluran alat-alat genetalia sel akan


16

tumbuh sangat cepat secara abnormal dan mudah rusak akibat dari

pembusukan dan pendarahan akibat pemecahan pembuluh darah

pada yang hipervaskularisasi gejala yang ditimbulkan ialah cairan

yang banyak berbau busuk disertai darah tak segar (Sibagariang,

2017)

g) Fisik

Tampon, trauma dan IUD

h) Menopause

Pada menopause sel-sel vagina mengalami hambatan dan

dalam pematangan sel akibat tidak adanya hormon estrogen

sehingga vagina kering sering timbul gatal karena tipisnya lapisan

sel sehingga mudah luka dan timbul infeksi penyerta (Sibagariang,

2017)

e. Patogenesis

Leukorea atau flora albus merupakan gejala dimana terjadi

pengeluaran cairan dari alat kelamin wanita yang tidak berupa darah.

Dalam perkembangan alat kelamin wanita mengalami berbagai perubahan

mulai bayi hingga menopause. Flour albus merupakan keadaan yang

dapat terjadi fisiologis dan dapat menjadi flour albus yang patologis

karena terinfeksi kuman penyakit. Bila vagina terinfeksi kuman penyakit

seperti jamur, parasit, bakteri dan virus maka keseimbangan ekosistem

vagina akan terganggu, yang tadinya bakteri doderlein dan lactobacillus

memakan glikogen yang dihasilkan oleh estrogen pada dinding vagina


17

untuk pertumbuhannya dan menjadikan pH vagina menjadi asam, hal ini

tidak dapat terjadi bila pH vagina basa. Keadaan pH vagina basa

merupakan kuman penyakit berkembang dan hidup subur di dalam vagina

(Manuaba, 2016)

f. Manifestasi klinis

Menurut Sibagariang (2016), gejala yang ditimbulkan oleh kuman

penyakit berbeda-beda, yaitu:

a. Sekret yang berlebihan seperti susu dan dapat menyebabkan labia

menjadi terasa gatal, umumnya disebabkan oleh infeksi jamur candida

dan biasa terjadi pada kehamilan, penderita diabetes dan akseptor pil

KB

b. Sekret yang berlebihan berwarna putih kehijauan atau kekuningan dan

berbau tak sedap, kemungkinan disebabkan oleh infeksi trichomonas

atau ada benda asing di vagina

c. Keputihan disertai nyeri perut bagian bawah kemungkinan terinfeksi

sampai pada organ dalam rongga panggul

d. Sedikit atau banyak berupa nana rasa sakit dan panas saat berkemih

atau terjadi saat hubungan seksual kemungkinan disebabkan oleh

infeksi gonorhoe.

e. Darah terjadi saat senggama kemungkinan disebabkan oleh erosi pada

mulut rahim

f. Sekret bercampur darah dan disertai bau khas akibat sel mati

kemungkinan adanya sel-sel kanker pada serviks


18

g. Penatalaksanaan

Untuk menghindari komplikasi yang serius dari keputihan,

sebaiknya penatalaksanaan dilakukan sedini mungkin sekaligus untuk

menyingkirkan kemungkinan adanya penyebab lain seperti kanker leher

rahim yang juga memberikan gejala keputihan berupa sekret encer

berwarna merah muda, coklat yang mengandung darah atau hitam serta

bau busuk (Manuaba, 2016)

Penatalaksanaan keputihan tergantung dari penyebab infeksi

seperti jamur bakteri atau parasit. umumnya diberikan obat-obatan untuk

mengatasi keluhan dan menghentikan proses infeksi sesuai dengan

penyebabnya obat-obatan yang digunakan dalam mengatasi keputihan

biasanya berasal dari golongan flukonazol untuk mengatasi infeksi candida

dan golongan metronidazol untuk mengatasi infeksi bakteri dan parasit.

sediaan obat dapat merubah sediaan oral, topikal seperti krim yang

dioleskan dan pukulan yang dimasukkan langsung ke dalam liang vagina.

untuk keputihan yang ditularkan melalui hubungan seksual, terapi juga

diberikan kepada pasangan seksual dan dianjurkan untuk tidak

berhubungan seksual selama masih dalam pengobatan perioda selain itu

dianjurkan untuk selalu menjaga kebersihan daerah intim sebagai tindakan

pencegahan sekaligus mencegah berulangnya keputihan (Sibagariang,

2017)
19

h. Pencegahan

1) Pola hidup sehat yaitu diet yang seimbang koma olahraga rutin

istirahat cukup koma hindari rokok dan alkohol serta hindari stress

berkepanjangan

2) Setia kepada pasangan periode hindari promiskuitas atau gunakan

kondom untuk mencegah penularan penyakit menular seksual

3) Selalu menjaga kebersihan daerah pribadi dengan menjaganya agar

tetap kering dan tidak lembab misalnya dengan menggunakan celana

dengan bahan yang menyerap keringat hindari pemakaian celana

terlalu ketat periode biasakan untuk mengganti pembalut koma

pentiliner pada waktu untuk pada waktunya untuk mencegah bakteri

berkembang biak

4) Biasakan membasuh dengan cara yang benar tiap kali buang air yaitu

dari arah depan ke belakang

5) Penggunaan cairan pembersih vagina sebaiknya tidak berlebihan

karena dapat mematikan flora normal vagina periode jika perlu

melakukan konsultasi medis dahulu sebelum menggunakan cairan

pembersih vagina periode

6) Hindari penggunaan bedak talkum tisu atau sabun dengan pewangi

pada daerah vagina karena dapat menyebabkan iritasi

7) Hindari pemakaian barang yang memudahkan penularan seperti

meminjam perlengkapan mandi dan sebagainya periode sedapat

mungkin tidak duduk diatas kloset di wc umum atau gak akan


20

mengelap dudukan kloset sebelum menggunakannya (Sibagariang,

2017)

2. Pengetahuan Personal Hygiene Genetalia.

a. Definisi

Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu

seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata,

hidung, telinga dan sebagainya). Dengan sendirinya, pada waktu

penginderaan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat

dipengaruhi intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek. Sebagian

besar pengetahuan seseorang diperoleh melalui indra pendengaran

(telinga), dan indra penglihatan (mata) (Notoatmodjo, 2014).

Personal hygiene berasal dari bahasa Yunani yaitu personal yang

artinya perorangan dan hygiene berarti sehat. Kebersihan seseorang

adalah tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang

untuk kesejahteraan fisik dan psikis. Personal hygiene genetalia

merupakan perawatan diri, dimana seseorang merawat daerah

genetalia (Isro’in, 2018).

Personal Hygiene adalah pemeliharaan kebutuhan fisik

diperlukan untuk rasa nyaman, rasa aman dari perasaan sehat dari

individu. Personal hygiene yang secara positif mempengaruhi

kesehatan manusia yang dialkukan sebagai aktivitas sehari-hari.

Personal hygiene adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam

kebutuhannya guna mempertahankan kehidupannya, kesehatan dan


21

kesejahteraan sesuai dengan kondisi kesehatannya, klien dinyatakan

terganggu keperawatannya jika tidak dapat melakukan personal

hygiene (Randy, 2017).

b. Tingkat pengetahuan

Pengetahuan yang cukup dalam domain kognitif mempunyai 6

tingkatan, yaitu (Notoatmodjo, 2014).

1) Tahu (know)

Tahu diartikan hanya sebagai recall (memanggil) memori

yang telah ada sebelumnya setelah mengamati sesuatu. Misalnya :

tahu bahwa buah tomat banyak mengandung vitamin C, jamban

adalah tempat membuang air besar, penyakit demam berdarah

ditularkan oleh gigitan nyamuk Aedes Agepti, dan sebagainya.

Diketahui atau mengukur bahwa orang tahu sesuatu dapat

menggunakan pertanyaan-pertanyaan, misalnya : apa tanda-tanda

anak yang kurang gizi, apa penyebab penyakit TBC, bagaimana

cara melakukan PSN (pemberatasan sarang nyamuk), dan

sebagainya.

2) Memahami (comprehension)

Memahami suatu objek bukan sekadar tahu terhadap

tersebut, tidak sekedar dapat meyebutkan, tetapi orang tersebut

harus dapat menginterprestasikan secara benar tentang objek yang

diketahui tersebut. Misalnya, orang yang memahami cara

pemberantasan penyakit demam berdarah, bukan hanya sekedar


22

menyebutkan 3 M (mengubur, menutup, dan menguras), tetapi

harus dapat menjelaskan mengapa harus dapat menjelaskan

mengapa harus menutup, menguras, dan sebagainya. Tempat-

tempat penampungan air tersebut.

3) Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan apabila seseorang telah memahami objek

yang dimaksud dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip

yang diketahui tersebut pada situasi yang lain. Misalnya, seseorang

yang telah paham tentang proses perencanaan, ia harus dapat

membuat perencanaan program kesehatan di tempat ia berkerja

atau dimana saja, dan seterusnya.

4) Analisis (analysis)

Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan

dan atau memisahkan, kemudian mencari hubungan antara

komponen-komponen yang terdapat dalam suatu masalah atau

objek yang diketahui. Indikasi bahwa pengetahuan seseorang itu

sudah sampai pada tingkat analisis adalah apabila orang tersebut

telah dapat membedakan, atau memisahkan, mengelompokkan,

membuat diagram (bagan) terhadap pengetahuan atas objek

tersebut. Misalnya, dapat membedakan antara nyamuk aedes

agepty dengan nyamuk biasa, dapat membuat diagram (flow chart)

siklus hidup cacing kremi dan sebagainya.


23

5) Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjukan suatu kemampuan seseorang untuk

merangkum atau meletakkan dalam satu hubungan yang logis dari

komponen-komponen pengetahuan yang dimiliki.

Dengan kata lain, sintesis adalah suatu kemampuan untuk

menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang telah ada.

Misalnya, dapat membuat atau meringkas dengan kata-kata atau

kalimat sendiri tentang hal-hal yang telah dibaca atau didengar,

dapat membuat kesimpulan tentang artikel yang telah dibaca.

6) Evaluasi (evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk

melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek tertentu.

Penilaian ini dengan sendirinya didasarkan pada suatu kriteria yang

ditentukan sendiri atau norma-norma yang berlaku dimasyarakat.

Misalnya, seorang ibu dapat menilai atau menentukan seorang

anak menderita malnutrisi atau tidak, seseorang dapat menilai

manfaat ikut keluarga berencana, dan sebagainya.

c. Cara memperoleh pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2014) ada dua cara untuk memperoleh

pengetahuan adalah sebagai berikut :

1) Cara Memperoleh Kebenaran Nonilmiah

a) Cara coba salah (Trail and Error)


24

Cara yang paling tradisional adalah melalui cara coba-coba ini

dilakukan dengan mengunakan kemungkinan dalam

memecahkan masalah, dan apabila kemungkinan tersebut tidak

berhasil dicoba kemungkinan yang lain.

b) Secara kebetulan

Penemuan kebenaran secara kebetulan terjadi karena tidak

disengaja oleh orang yang bersangkutan.

c) Cara kekuasan atau otoritas

Pengetahuan diperoleh berdasarkan pada otoritas atau

kekuasaan baik tradisi otoritas pemerintah, otoritas pemimpin

agama, maupun ahli ilmu pribadi.

2) Berdasarkan pengalaman pribadi

Pengalaman suatu cara untuk memperoleh pengetahuan. Oleh

sebab itu, pengalaman pribadi dapat digunakan sebagai upaya

memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang

kembali pengalaman yang pernah diperoleh dalam memecahkan

permasalahan yang dihadapi masa lalu.

3) Cara akal sehat (Common Sense)

Akal sehat kadang-kadang dapat menemukan teori atau kebenaran.

Misalnya pemberian hadiah atau hukuman merupakan cara yang

masih dianut banyak orang untuk mendisiplinkan

4) Kebenaran Melalui Wahyu


25

Ajaran dan dogma agama adalah suatu kebenaran yang di

wahyukan dari Tuhan melalui para Nabi.

5) Kebenaran secara institutif

Kebenaran diperoleh manusia secara cepat sekali melalui proses

diluar kesadaran dan tanpa melalui proses penalaran atau berfikir.

Kebenaran yang diperoleh melalaui intutif sukar dipercaya karena

kebenaran ini tidak mengunakan cara-cara yang rasional dan

sistematis.

6) Melalui Jalan Fikiran

Dalam memperoleh kebenaran pengetahuan manusia menggunakan

jalan fikiranya, baik melalui induksi dan deduksi. Induksi dan

deduksi pada dasarnya merupakan cara melahirkan pemikiran scera

tidak langsung melalui pertanyaan-pertanyaan yang dikemukakan,

kemudian dicari hubungannya sehingga dapat dibuat suatu

kesimpulan.

7) Induksi

Dasar berfikir induksi pembuatan kesimpulan berdasarkan

pengalaman-pengalaman empiris yang ditangkap oleh indera.

Kemudian disimpulkan kedalam suatu konsep yang

memungkinkan seorang untuk memahami suatu gejala. Proses

berfikir induksi dapat dikatakan induksi beranjak dari hal-hal yang

konkret kepada hal-hal yang abstrak.


26

8) Deduksi

Deduksi adalah pembuatan kesimpulan dari pernyataan-pernyataan

umum ke khusus

d. Faktor-faktor yang mempengaruhi personal hygiene

Menurut Isro’in (2018), terdapat faktor-faktor yang

mempengaruhi personal hygiene seseorang antara lain ialah praktik

sosial, pilihan abadi citra tubuh, status sosial ekonomi, pengetahuan

dan otivasi, variabel budaya, kondisi fisik, lingkungan pekerjaan, dan

lingkungan keluarga.

e. Dampak personal hygiene

Menurut Isro’in (2018), terdapat beberapa dampak akibat personal

hygiene yang kurang, antara lain :

1) Dampak Fisik

Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidk

terpeliharanya kebersihan perorangan dengan baik. Gangguan fisik

yang terjadi adalah gangguan integritas kulit, gangguan membran

mukosa mulut, infeksi pada mata dan telinga,gangguan fisik pada

kuku.

2) Gangguan psikososial

Masalah sosial yang berhubungan dengan personal hygiene adalah

gangguan kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan dicintai dan mncintai,

aktualisasi diri menurun, dan gangguan dalam interaksi sosial, dan

infeksi pada organ genetalia.


27

f. Cara menjaga personal hygiene genetalia

Menurut Rosyidah (2020) tindakan personal hygiene pada alat

kelamin wanita atau perempuan yang dapat dilakukan terkait dengan

keputihan, yaitu :

1) Setelah buang air kecil atau buang air besar

Usahakan untuk selalu mencuci bagian luar alat kelamindengan

air bersih dan jangan menggunakan sabun secara berlebihan. Untuk

wanita, siramlah dengan air dengan arah kedepan ke belakang

bukan sebaliknya. Hal ini mencegah masuknya kuman dari dubur

ke vagina.

2) Kebersihan pakaian dalam

Pilihlah bahan celana dalam yang dapat mudah menyerap

keringat, karena jika tidak jamur bisa menempel di alat kelamin,

hindari untuk saling bertukar pakaian dalam dengan orang lain

bahkan kelurga sendiri, karena setiap orang memiliki kondisi

kelalmin yang berbeda dan gantilah celana dalam minimal dua kali

dalam satu hari.

3) Menggunakan toilet umum

Siramlah sebelum menggunakan (flushing), hal ini untuk

mencegah penularan jika ada pengguna lainnya adalah penyakit

kelamin. Sebaiknya gunakan selalu air yang keluar melalui keran

atau tissue dan hindari penggunaan dari bak atau ember, karena

menurut penelitian air yang tergenang ditoliet mengandung 70%

jamur candida albicans


28

4) Merawat rambut yang tumbuh disekitar alat kelamin

Hindari membersihkan bulu didaerah alat kelamin dengan

cara mencabut karena akan ada lubang pada bekas bulu kemaluan

tersebut dan menjadi jalan masuk bakteri, kuman, dan jamur.

Selanjutnya dapat menimbulkan iritasi dan penyakit kulit.

Sehingga perlu rajin menjaga agar tidak menjadi sarang kutu dan

jamur.

5) Pemakaian Panty liner

Pemakaian Panty liner tidak baik jika digunakan setiap hari,

sebaiknya panty liner digunakan pada saat keputihan saja. Namun,

akan lebih baik jika kita membawa celana dalam pengganti

daripada menggunakan panty liner.

6) Hindari menggunakan celana dalam dan celana jeans yang ketat

Memakai celana dalam dan celana jeans yang ketat diwilayah

selangkangan dapat menyebabkan kulit susah untuk bernafas

sehingga kulit akan mudah berkeringat, lembeb, serta timbul jamur

dan mudah teriritasi.

7) Mencuci tangan sebelum dan sesudah BAK/BAB

Mencuci tangan sebelum dan sesudah BAK/BAB seharusnya

selalu dilakukan, karena mencuci tangan adalah proses yang secara

mekanik melepaskan kotoran dan debris dari kulit tangan dengan

menggunakan sabun dan air.


29

g. Pengukuran pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara

atau angket yang menanyakan isi materi yang ingin diukur dari subjek

penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita

ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkat-tingkat

tersebut di atas (Notoatmodjo, 2014).

Menurut Arikunto (2016) Pengetahuan seseorang dapat diketahui

dan diinterprestasikan dengan skala yang bersifat kualitatif, yaitu :

1) Baik : jika responden menjawab benar 76% - 100%

2) Cukup : jika responden menjawab benar 56% - 75%

3) Kurang : jika responden menjawab benar < 56%

3. Hubungan Pengetahuan tentang Personal Hygiene Genetalia dengan

Kejadian Flour Albus Patologis

Menurut penelitian Sukamto (2018) yang meneliti tentang

hubungan pengetahuan, sikap, dan perilaku perawatan vagina terhadap

kejadian keputihan patologis pada mahasiswi Program Studi Pendidikan

Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya. Hasil penelitian

menjelaskan bahwa pengetahuan tentang keputihan dan perawatan vagina

yang buruk dapat memengaruhi terbentuknya perilaku buruk dalam

kesehatan. Perilaku kesehatan yang buruk akan meningkatkan risiko

seseorang untuk mengalami suatu penyakit keputihan patologis.

Menurut penelitian Febriyanti (2018) yang meneliti tentang

hubungan antara pengetahuan tentang vulva higiene dengan kejadian

keputihan pada remaja putri. Hasil penelitian menjelaskan bahwa

pengetahuan memiliki peranan yang sangat penting dalam terjadinya


30

keputihan. Pengatahuan yang baik tentang perilaku vulva hygiene akan

meningkatkan motivasi dalam melakukan perawatan vulva hygiene

sehingga resiko keputihan yang disebabkan adanya bakteri pada organ

intim dapat dihindari. Semakin baik pengetahuan maka akan semakain

rendah resiko terkena terkena keputihan, sebaliknya semakain rendah

pengatahuan maka akan semakain tinggi resiko terkena keputihan.

Penelitian lain menurut Nisa & Rohaeni (2017) yang meneliti

tentang hubungan antara pengetahuan dan sikap pada remaja putri tentang

fluor albus di SMA Negeri 1 Cileunyi. Disimpulkan bahwa terdapat

hubungan antara pengetahuan pada remaja putri tentang fluor albus di

SMA Negeri 1 Cileunyi. Pengetahuan seseorang tentang suatu objek

mengandung dua aspek yaitu aspek positif dan aspek negatif. Kedua aspek

ini yang akan menentukan sikap seseorang, semakin banyak aspek positif

dari objek yang diketahui, maka akan menimbulkan sikap yang makin

positif terhadap objek tertentu.

B. Kerangka Konsep

Berdasarkan latar belakang dan konsep teori, maka kerangka konsep

dalam penelitian sebagai berikut:

Variabel Independen Variabel Dependen

Pengetahuan Tentang
Personal Hygiene Genetalia Flour Albus

Bagan 1.
Kerangka Konsep Penelitian
31

C. Definisi Operasional

Tabel 1.
Definisi Operasional

No Variabel Definisi Alat Cara Hasil Ukur Skala


Operasional Ukur Ukur Ukur
1 Variabel Cairan bukan Kuisioner Mengisi 0 :Flour albus Nominal
Dependen darah yang kuisioner Patologis
Flour Albus keluar di luar 1: Flour albus
biasanya dari fisiologis atau
liang vagina tidak flour
baik berbau albus
atau tidak,
serta disertai
adanya rasa
gatal
setempat
2 Variabel Pemahaman Kuisioner Mengisi 0 :Kurang, Ordinal
Independen wanita usia kuisioner apabila
Pengetahuan subur tentang jawaban
tentang Personal benar < 56%
Personal Hygiene 1 :Cukup,
Hygiene Genetalia apabila
Genetalia meliputi jawaban
pengertian, benar 56% -
Faktor yang 75%
mempengaru 2 :Baik,
hi, dampak apabila
dan cara jawaban
melakukan benar >
personal 76%-100%
hygine
genitalia

D. Hipotesis penelitian

Ha: Ada hubungan pengetahuan tentang personal hygiene genetalia dengan

kejadian flour albus pada wanita usia subur di Puskesmas Lalang Luas

Kabupaten Mukomuko
32

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di Puskesmas Lalang Luas Kabupaten

Mukomuko pada bulan Juni-Juli 2021.

B. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain survey

analitik yang menggunakan rancangan penelitian cross sectional dimana

variabel independen (pengetahuan tentang personal hygine genetalia) dan

variabel dependen (flour albus) di ukur secara langsung dalam waktu yang

bersamaan.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah seluruh subjek yang sesuai dengan kriteria yang

ditetapkan untuk penelitian (Arikunto, 2016). Populasi penelitian ini

adalah seluruh wanita usia subur di wilayah kerja Puskesmas Lalang Luas

Kabupaten Mukomuko sebanyak 1.839 pada bulan Januari-Maret 2021.

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yang akan diteliti atau

sebagian jumlah dari karakteristik yang dimiliki (Arikunto, 2016).

Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive

sampling yaitu teknik pengambilan sampel non random sampling dimana

32
33

peneliti menentukan pengambilan sampel dengan cara menetapkan ciri-ciri

khusus yang sesuai dengan tujuan penelitian sehingga diharapkan dapat

menjawab permasalahan penelitian. Dengan kriteria sampel sebagai

berikut:

a. Wanita usia subur (WUS) di wilayah kerja Puskesmas Lalang Luas

b. Bisa baca tulis

c. Bersedia menjadi responden

Adapun jumlah sampel yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

N
2
n = 1+N . d Keterangan:
n = Ukuran sampel yang dicari
1. 839
N = Jumlah populasi
1+1 . 839(0,1)2
n= d2 = Nilai toleransi 10% (0, 1).

n = 94,8 atau 95 orang

Jadi sampel yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah sebanyak

95 WUS di wilayah kerja Puskesmas Lalang Luas Kabupaten Bengkulu

tengah.

D. Teknik Pengumpulan Data

1. Data Primer

Data primer merupakan hasil wawancara dan penyebaran kuesioner

kepada seluruh responden yang berkunjung ke Puskesmas Lalang Luas

Kabupaten Mukomuko untuk memperoleh data pengetahuan tentang

personal hygine genetalia dan flour albus. Pengumpulan data dalam


34

penelitian ini nantinya akn teta mematuhi protokol kesehatan Covid-19

yaitu dengan melakukan 3M: mencuci tangan, menggunakan masker dan

menjadaga jarak.

2. Data Sekunder

Sumber data sekunder didapatkan dari dokumen atau data-data

yang dikaitan dengan penelitian yang dipergunakan sebagai pendukung

penelitian yang didapat dari data rekam medik dan buku register.

E. Pengolahan Data dan Analisis Data

1. Pengolahan Data

Teknik pengolahan data dilaksanakan setelah pengumpulan data

selesai dilakukan dengan maksud agar data yang dikumpulkan memiliki

sifat yang jelas, yang dilakukan dengan langkah sebagai berikut:

a. Editing

Adalah langkah untuk memeriksa dan memastikan kelengkapan data

yang diperoleh dari penyebaran kuesioner, selanjutnya pengecekan

dokumentasi apakah sudah sesuai dengan data yang dibutuhkan

peneliti.

b. Coding

Koding merupakan kegiatan merubah data atau bilangan dengan

memberikan kode-kode setiap variabel dengan maksud untuk

memperoleh data. Pada tahap ini peneliti melakukan kegiatan

pemberian tanda, simbol kode bagi tiap-tiap tanda dengan maksud

mempermudah proses pengumpulan data. Pada data flour albus

diberikan kode “0” jika mengalami flour albus patologis dan kode “1”

jika flour albus fisiologis atau tidak mengalami flour albus. Pada data
35

pengetahuan tentang personal hygine genitalia diberikan kode “0” jika

memiliki pengetahuan yang kurang, kode “1” jika memiliki

pengetahuan yang cukup dan kode “2” jika memiliki pengetahuan yang

baik.

c. Entrying

Data yang telah dikoding dimasukkan kedalam tabel agar dihitung

secara statistik/memasukkan data dari kuesioner kedalam paket

program komputer.

d. Tabulating

Setelah dikelompokkan kemudian dilakukan tabulasi agar dengan

mudah dapat dijumlah, disusun dan ditata untuk disajikan dan di

analisis.

e. Prosessing

Data yang sudah diperiksa dan telah melewati pengkodean, selanjutnya

diproses agar dapat dianalisa dengan memasukan data format

pengumpulan data ke komputer dengan menggunakan bantuan SPSS.

f. Cleaning

Yauitu proses pembersihan data untuk melihat apakah data sudah cukup

untuk dilakukan analisa data. Sebelumnya analisis data yang sudah

dimasukkan dilakukan pengecekkan, jika ditemukan kesalahan, maka

entry data dapat diperbaiki dan dinilai (Score) yang ada sesuai dengan

pengumpulan data.

2. Teknik Analisis Data


36

Setelah data dikumpulkan, selanjutnya data diolah dengan

menggunakan program komputer dan dianalisis ke analisis univariat dan

analisis bivariat sebagai berikut:

a. Analisis Univariat

Analisis univariat dilakukan untuk memperoleh gambaran

tentang variabel independen (pengetahuan tentang personal hygiene

genetalia) dan variabel dependen (flour albus) di Puskesmas Lalang

Luas Kabupaten Mukomuko

b. Analisis Bivariat

Analisis yang digunakan untuk melihat hubungan antara

variabel independen (pengetahuan tentang personal hygiene genetalia)

dan variabel dependen (flour albus) yaitu menggunakan analisis Chi-

Square (χ2). Sedangkan. Diketahui keeratan hubungan digunakan uji

statistic Contingency Coefficient (C).


37

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Gambaran Tempat Penelitian

a. Gambaran Geografis

UPTD Puskesmas Lalang Luas terletak dikecamatan V. Koto

adalah Puskesmas yang terbentang disepanjang Pebukitan dan

Pegunungan dengan luas wilayah 169 Km2. Secara geografis

Kecamatan V Koto terletak diantara -2.453257” Lintang Selatan

dan 101.238646” Bujur Timur. UPTD Puskesmas Lalang Luas

merupakan Puskesmas Rawat Jalan di Kecamatan V Koto yang

merupakan pemekaran dari Kecamatan Lubuk Pinang. Letak UPTD

Puskesmas Lalang Luas di desa Lubuk Cabau Kecamatan V Koto.

Jarak antara UPTD Puskesmas Lalang Luas dengan Kota Kabupaten

Mukomuko ± 37 km.

Batas Wilayah kerja UPTD Puskesmas Lalang Luas adalah

bagian utara berbatasan dengan Kabupaten Pesisir Selatan Provinsi

Sumatera Barat dan Kabupaten Kerinci Provinsi Jambi, bagian selatan

berbatasan dengan Kecamatan Teras Terunjam dan Kecamatan Kota

Mukomuko, bagian Barat berbatasan dengan Kecamatan Lubuk Pinang

dan Kecamatan Air Manjunto, bagian timur berbatasan dengan

Kecamatan Selagan Raya dan Kabupaten Kerinci, Provinsi Jambi.

37
38

b. Gambaran Demografis

Wilayah Kecamatan V Koto dibagi menjadi 34 dusun dan

Jumlah penduduk dari pendataan UPTD Puskesmas Lalang LuasTahun

2020 sebanyak 7514 jiwa (Laki-laki 4,091 jiwa atau 54,45 % dan

perempuan 3,423 jiwa atau 45,55 %) dengan jumlah kepala keluarga

1755 KK sedangkan jumlah penduduk miskin sebanyak 1162 jiwa

(15,46 %).

2. Jalannya Penelitian

Pengumpulan data dalam penelitian dilaksanakan di wilayah kerja

Lalang Luas. Penelitian diawali dengan pengurusan surat izin ke STIKES

Tri Mandiri Sakti Bengkulu, peneliti kemudian melanjutkan permohonan

izin ke Kesbangpol Kabupaten Mukomuko, Dinas Kesehatan Kabupaten

Bengkulu Mukomuko dan dilanjutkan ke Puskesmas Lalang Luas sebagai

tempat dilakukannya penelitian.

Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Lalang Luas.

Populasi dalam penelitian ini seluruh wanita usia subur di wilayah kerja

Puskesmas Lalang Luas Kabupaten Mukomuko sebanyak 1.839.

Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive

sampling sebanyak 96 orang. Pengumpulan data dilakukan di Wilayah

Kerja Puskesmas Lalang Luas Kabupaten Mukomuko. Penelitian ini

menggunakan data primer yang diperoleh dengan cara membagikan

kuisioner kepada wanita usai subur.


39

Pengumpulan data dilakukan dengan mengikuti prosedur kesehatan

pandemi Covid-19 yaitu peneliti terlebih dahulu melakukan cuci tangan,

menggunakan masker, serta menjaga jarak. Sebelum dan setelah

memberikan kuesioner, responden nantinya terlebih dahulu akan diberikan

antiseptic atau hand sanitizer.

Penelitian dilakukan dalam beberapa tahap yaitu pada tanggal 22

Juni 2021 di desa Pondok Tengah didapatkan 4 orang, pada tanggal 23

Juni 2021 di desa Pondok Rengas didapatkan 4 orang, pada tanggal 24

Juni 2021 di desa Lalang Luas didapatkan 4 orang, pada tanggal 25 Juni

2021 di desa Lalang Luas didapatkan 10 orang, pada tanggal 26 Juni 2021

di desa Talang Sepakat didapatkan 4 orang, pada tanggal 27 Juni 2021 di

desa Talang Petai didapatkan 4 orang, pada tanggal 29 Juni 2021 di desa

Sungai Rengas didapatkan 4 orang, pada tanggal 30 Juni 2021 di desa

Sungai Rengas didapatkan 4 orang, pada tanggal 1 Juli 2021 di desa

Pondok Panjang didapatkan 5 orang, pada tanggal 2 Juli 2021 di desa

Pondok Panjang didapatkan 3 orang, pada tanggal 3 Juli 2021 di desa

Pondok Panjang didapatkan 4 orang, pada tanggal 5 Juli 2021 di desa

Pondok Panjang didapatkan 5 orang, pada tanggal 6 Juli 2021 di desa

Pondok Panjang didapatkan 2 orang, pada tanggal 7 Juli 2021 di desa

Talang Sepakat didapatkan 4 orang, pada tanggal 8 Juli 2021 di desa

Resno didapatkan 9 orang, pada tanggal 9 Juli 2021 di desa Sungai

Lintang didapatkan 5 orang, pada tanggal 10 Juli 2021 di desa Sungai

Lintang didapatkan 3 orang, pada tanggal 12 Juli 2021 di desa Talang


40

Sakti didapatkan 4 orang, pada tanggal 13 Juli 2021 di desa Talang Sakti

didapatkan 4 orang, pada tanggal 14 Juli 2021 di desa Pondok Tengah

didapatkan 3 orang, pada tanggal 15 Juli 2021 di desa Pondok Tengah

didapatkan 2 orang, pada tanggal 16 Juli 2021 di desa Pondok Tengah

didapatkan 2 orang, pada tanggal 21 Juli 2021 di desa Pondok Tengah

didapatkan 3 orang. Data yang didapatkan selanjutnya dimasukkan

kedalam format pengumpulan data kemudian dilakukan pengolahan data

dan dianalisis secara univariat dan bivariat.

3. Analisis Univariat

Analisis univariat digunakan untuk memperoleh gambaran dari

variabel independen dan variabel dependen.

a. Gambaran kejadian flour albus pada wanita usia subur di Puskesmas

Lalang Luas Kabupaten Mukomuko

Tabel 2
Gambaran kejadian flour albus pada wanita usia subur di Puskesmas
Lalang Luas Kabupaten Mukomuko

No Kejadian Flour Albus Frekuensi Persentase (%)


1 Patologis 42 44,2
Fisiologis atau Tidak Flour
2 53 55,8
Albus
Total 95 100,0

Berdasarkan hasil penelitian terlihat bahwa dari 95 responden

didapatkan 42 responden (44,2%) mengalami flour albus patologis dan

53 responden (55,8%) mengalami flour albus fisiologis atau tidak

mengalami flour albus.


41

b. Gambaran pengetahuan tentang personal hygiene genetalia pada

wanita usia subur di Puskesmas Lalang Luas Kabupaten Mukomuko

Tabel 3
Gambaran pengetahuan tentang personal hygiene genetalia pada
wanita usia subur di Puskesmas Lalang Luas
Kabupaten Mukomuko

No Pengetahuan Frekuensi Persentase (%)


1 Kurang 38 40,0
2 Cukup 36 37,9
3 Baik 21 22,1
Total 95 100,0

Berdasarkan hasil penelitian terlihat bahwa dari 95 responden

didapatkan 38 responden (40%) dengan pengetahuan kurang, 36

responden (37,9%) dengan pengetahuan cukup dan 21 responden

(22,1%) dengan pengetahuan baik.

4. Analisis Bivariat

a. Hubungan pengetahuan tentang personal hygiene genetalia dengan

kejadian flour albus pada wanita usia subur di Puskesmas Lalang Luas

Kabupaten Mukomuko

Tabel 4
Hubungan pengetahuan tentang personal hygiene genetalia dengan
kejadian flour albus pada wanita usia subur di Puskesmas
Lalang Luas Kabupaten Mukomuko

Kejadian Flour Albus


Fisiologis
Total
Pengetahuan Patologis atau Tidak χ2 p C
Flour Albus
F % F % F %
Kurang 25 65,8 13 34,2 38 100
Cukup 14 38,9 22 61,1 36 100
15,212 0,000 0,372
Baik 3 14,3 18 85,7 21 100
Total 42 44,2 53 55,8 95 100
42

Berdasarkan hasil penelitian terlihat bahwa dari 38 responden

dengan pengetahuan kurang terdapat 25 responden mengalami flour

albus patologis dan 13 responden mengalami flour albus fisiologis atau

tidak mengalami flour albus. Dari 36 responden dengan pengetahuan

cukup terdapat 14 responden mengalami flour albus patologis dan 22

responden mengalami flour albus fisiologis atau tidak mengalami flour

albus. Dari 21 responden dengan pengetahuan baik terdapat 3

responden mengalami flour albus patologis dan 18 responden

mengalami flour albus fisiologis atau tidak mengalami flour albus

Hasil uji statistic Pearson Chi-Square didapat nilai χ2= 15,212

dengan p=0,000 < 0,05 berarti signifikan maka Ho ditolak dan Ha

diterima. Jadi ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan

tentang personal hygiene genetalia dengan kejadian flour albus pada

wanita usia subur di Puskesmas Lalang Luas Kabupaten Mukomuko.

Hasil uji Contingency Coefficient didapat nilai C=0,372 dengan

p=0,000 < α (0,05) berarti signifikan. Nilai C=0,372 tersebut

C 0,372
dibandingkan dengan nilai Cmax. Jadi nilai = = 0,52 karena
Cmax 0,707

nilai ini terletak dalam interval 0,4-0,6 maka kategori hubungan

sedang.
43

B. Pembahasan

1. Gambaran kejadian flour albus pada wanita usia subur di Puskesmas

Lalang Luas Kabupaten Mukomuko

Berdasarkan hasil penelitian terlihat bahwa dari 95 responden

didapatkan 42 responden (44,2%) mengalami flour albus patologis yaitu

flour albus yang disertai rasa gatal dan berbau tidak sedap. Angka ini

masih tergolong cukup tinggi, keputihan merupakan permasalahan yang

sudah menjadi persoalan dan pembahasan sejak lama bagi kaum

perempuan pada umumnya. Jika dilihat dari karakteristik usia didapatakan

pada wanita usia subur yang mengalami flour albus patologis mayoritas

berusia 20-35 tahun yaitu 27 orang, sedangkan dengan usia <20 tahun

sebanyak 6 orang dan usia >35 tahun sebanyak 9 orang.

Selain itu hasil penelitian mendapatkan 53 responden (55,8%)

mengalami flour albus fisiologis atau tidak mengalami flour albus. Hasil

penelitian mendapatkan 36 orang mengalami flour albus yang normal atau

fisiologis dan 17 orang tidak mengakami flour albus. Pada sebagian orang,

saat menjelang menstruasi akan mengalami keputihan. Keputihan ini

normal selama jernih (bening), tidak berbau, tidak terasa gatal dan dalam

jumlah yang tidak berlebihan. Bila cairan berubah menjadi berwarna

kuning, berbau dan disertai rasa gatal maka telah terjadi keputihan

patologis.

Menurut penelitian Novita (2020) yang meneliti tentang hubungan

pengetahuan dan perilaku menjaga kebersihan genetalia eksterna remaja


44

putri dengan kejadian keputihan. Hasil penelitian mendapatkan bahwa

25,3% responden yang mengalami keputihan fisiologis dan 74,4%

responden mengalami keputihan patologis. Hasil penelitian menjelaskan

bahwa sebagian besar responden mengalami keputihan patologis

dikarenakan kurang mengetahui apa itu keputihan, cara pencegahannya,

dampak dari keputihan itu sendiri. berdasarkan analisis bivariat didapatkan

ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan kejadian

keputihan

Menurut Rosyidah (2020), bahwa keputihan adalah keluarnya

cairan selain darah dari liang vagina diluar keiasaan, baik berbau ataupun

tidak, serta disertai rasa gatal. penyebab keputihan dapat secara normal

(Fisiologis) yang dipengaruhi oleh hormone tertentu. Keputihan yang

abnormal bisa juga disebabkan adanya infeksi/peradangan yang terjadi

karena mencuci vagina dengan air kotor, pemeriksaan dalam yang tidak

benar, pemakaian pembilan vagina yang berlebihan, pemeriksaan yang

tidak higienis dan juga bisa jadi adanya benda asing dalam vagina.

2. Gambaran pengetahuan tentang personal hygiene genetalia pada

wanita usia subur di Puskesmas Lalang Luas Kabupaten Mukomuko

Berdasarkan hasil penelitian terlihat bahwa dari 95 responden

didapatkan 38 responden (40%) dengan pengetahuan kurang, 36

responden (37,9%) dengan pengetahuan cukup dan 21 responden (22,1%)

dengan pengetahuan baik. hasil ini menunjukkan bahwa hampir sebagian

responden dengan pengetahuan kurang. berdasarkan hasil penyebaran


45

kuesioner didapatkan skor terendah pada pertanyaan tentang manfaat dari

menjaga kebersihan genetalia, akibat jika pemakaian pembalut yang terlalu

lama, kapan menggunakan pantyliner dan manfaat mencukur rambut di

daerah vagina. pengetahun yang dimiliki oleh responden dipengaruhi oleh

beberapa faktor, jika dilihat dari karakteristik responden berdasarkan

pendidikan didapatkan 2 orang tidak sekolah, 16 orang dengan pendidikan

SD, 28 orang dengan pendidikan SMP, 34 orang dengan pendidikan SMA

dan 15 orang dengan pendidikan Perguruan Tinggi.

Hasil penelitian mendapatkan 38 responden (40%) dengan

pengetahuan kurang. dalam penelitian ini pengetahaun responden

dikatakan dalam kategori kurang jika responden hanya mampu menjawab

pertanyaan dengan benar < 9 pertanyaan. Hasil penelitian mendapatkan 1

reponden menjawab 2 pertanyaan dengan benar, 3 responden menjawab 3

pertanyaan dengan benar, 3 responden menjawab 4 pertanyaan dengan

benar, 6 responden menjawab 5 pertanyaan dengan benar, 9 responden

menjawab 6 pertanyaan dengan benar, 10 responden menjawab 7

pertanyaan dengan benar dan 6 responden menjawab 8 pertanyaan dengan

benar

Hasil penelitian juga mendapatkan 36 responden (37,9%) dengan

pengetahuan cukup. Responden dikategorikan dengan pengetahuan cukup

apabila menjawab 9-11 pertanyaan pada kuesioner dengan benar. Hasil

penelitian mendapatkan 13 responden menjawab 9 pertanyaan dengan


46

benar, 15 responden menjawab 10 pertanyaan dengan benar dan 8

responden menjawab 11 pertanyaan dengan benar.

Hasil penelitian juga mendapatkan 21 responden (22,1%) dengan

pengetahuan baik. Responden dikategorikan dengan pengetahuan baik

apabila menjawab > 11 pertanyaan pada kuesioner dengan benar. Hasil

penelitian mendapatkan 9 responden menjawab 12 pertanyaan dengan

benar, 11 responden menjawab 13 pertanyaan dengan benar dan 14

responden menjawab 14 pertanyaan dengan benar.

Hasil penelitian ini tidak jauh berbeda jika dibandingkan dengan

penelitian menurut Nanur, Lumi & Mudah (2020) yang meneliti tentang

gambaran pengetahuan wanita usia subur tentang flour albus di Dusun

Sere Kelurahan Tanah Rata. Hasil penelitian mendapatkan tingkat

pengetahuan WUS tentang flour albus di Kelurahan Tanah Rata mayoritas

beradpa apda kategori cukup sebanyak 48 orang (92%), sedangkan

responden dengan pengetahuan baik sebanyak 1 orang (2%) dan tingkat

pengetahuan kurang sebanyak 3 orang (6%).

Menurut Dagason (2016) bahwa pengetahuan dan perawatan yang

baik merupakan faktor penentu dalam memelihara kesehatan reproduksi.

Salah satu terjadinya gejala kelainan atau penyakit pada organ reproduksi

adalah keputihan yang dialami oleh sebagian besar wanita. Pengetahuan di

bidang kesehatan sangat luas berhubungan dengan terjadinya penemuan–

penemuan tentang masalah kesehatan yang salah satunya adalah

pengetahuan tentang kesehatan organ reproduksi wanita.


47

3. Hubungan pengetahuan tentang personal hygiene genetalia dengan

kejadian flour albus pada wanita usia subur di Puskesmas Lalang

Luas Kabupaten Mukomuko

Berdasarkan hasil penelitian terlihat bahwa dari 38 responden

dengan pengetahuan kurang terdapat 25 responden mengalami flour albus

patologis. Pengetahuan tentang personal hygiene genetalia yang buruk

dapat mempengaruhi terbentuknya perilaku ibu yang kurang baik dalam

menjaga kesehatan genetalia karena ibu tidak mengetahui prinsip-prinsip

dalam melakukan vulva hygiene sehingga akan berdampak pada kejadian

flour albus patologis.

Dari responden dengan pengetahuan kurang terdapat 13 responden

mengalami flour albus fisiologis atau tidak mengalami flour albus. Hasil

penelitian mendapatkan 4 orang tidak mengalami flour albus yang

mengatakan telah terbiasa menjaga pola hidup bersih sehingga tidak

pernah mengalami keputihan walaupun pada dasarnya ibu kurang

mengetahui tentang flour albus dan prinsip personal hygiene genetalia.

Selain itu juga didapatkan 9 orang mengalami flour albus fisiologis yang

mengatakan kurang mengetahui tentang prinsip dasar personal hygiene

genetalia namun ibu mengatakan hanya membiasakan rutin mengganti

pantyliner jika mengalami keputihan dan melakukan konsultasi dengan

bidan jika keputihan dirasa semakin parah.


48

Dari 36 responden dengan pengetahuan cukup terdapat 14

responden mengalami flour albus patologis dan 22 responden mengalami

flour albus fisiologis atau tidak mengalami flour albu. Kondisi ini

menunjukkan bahwa dengan pengetahuan yang cukup akan membentuk

sikap responden dalam menjaga kebersihan organ genetalia sehingga dapat

mencegah terjadinya flour albus, namun dengan pengetahuan yang cukup

saja tidak menjamin responden tidak mengalami flour albus, pada penelitia

ini dapatkan 14 orang dengan pengetahuan cukup dan mengalami flour

albus patologis, hal ini disebabkan karena pengetahuan responden belum

sampai ketingkat aplikasi (melaksanakan) personal hygine gentalia yang

sesuai.

Dari 21 responden dengan pengetahuan baik terdapat 3 responden

mengalami flour albus patologis. Hasil penelitian mendapatkan 2

responden mengatakan mengunakan pembalut terlalu lama saat haid

sehingga terjadi flour albus dan 1 orang mengatakan lupa mencukur

rambut kemaluan dan tidak menggunakan pantyliner saat awal keputihan

sehingga berkembang menjadi flour albus patologis.

Selain itu dari responden dengan pengetahuan baik terdapat 18

responden mengalami flour albus fisiologis atau tidak mengalami flour

albus. Dengan pengetahuan yang baik akan membantu ibu untuk

melakukan personal hygine yang tepat untuk menjaga kesehatan organ

genetalia. Dengan mengetahui segala tindakan yang dilakukan, akan


49

membuat ibu menjadi lebih telaten dan terbiasa dalam menjaga kebersihan

alat genetalia sehingga terhindar dari flour albus patologis.

Hasil uji statistic Pearson Chi-Square didapatkan ada hubungan

yang signifikan antara pengetahuan tentang personal hygiene genetalia

dengan kejadian flour albus pada wanita usia subur di Puskesmas Lalang

Luas Kabupaten Mukomuko. Didapatkan hubungan yang signifikan

menunjukkan bahwa pengetahuan tentang personal hygiene genetalia turut

menentukan ibu untuk mengalami flour albus, dimana ibu dengan

pengetahuan kurang lebih cenderung mengalami flour albus patologis dan

sebaliknya pada ibu dengan pengetahuan baik akan cenderung tidak

mengalami flour albus atau hanya mengami flour albus fisiologis.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Febriyanti (2018)

yang meneliti tentang hubungan antara pengetahuan tentang vulva higiene

dengan kejadian keputihan pada remaja putri. Hasil penelitian

mendapatkan ada hubungan antara pengetahuan tentang vulva higiene

dengan kejadian keputihan. Hasil penelitian menjelaskan bahwa

pengetahuan memiliki peranan yang sangat penting dalam terjadinya

keputihan. Pengatahuan yang baik tentang perilaku vulva hygiene akan

meningkatkan motivasi dalam melakukan perawatan vulva hygiene

sehingga resiko keputihan yang disebabkan adanya bakteri pada organ

intim dapat dihindari.

Menurut Sari (2018) bahwa tingginya angka kejadian flour albus

pada umumnya disebabkan oleh beberapa hal diantanya pengetahuan

tentang perilaku personal hygiene genetalia. Peningkatan pengetahuan


50

tentang kesehatan reproduksi merupakan salah satu alternatif, dengan

memberikan informasi kepada wanita agar mengetahui bagaimana cara

menjaga kesehatan reproduksi kewanitaan agar terhindar dari penyakit

organ reproduksi mereka yaitu memberikan pengetahuan tentang

kesehatan reproduksi khususnya pada wanita usai subur dan bagaimana

menjaga kebersihan organ reproduksi.

Hasil uji Contingency Coefficient didapatkan kategori hubungan

sedang. hasil ini menunjukkan bahwa pengetahuan ibu tentang personal

hygiene genetalia bukanlah faktor utama yang berhubungan dengan

kejadian flour albus, terlihat dari hasil penelitian bahwa tidak seluruh ibu

dengan pengetahuan kurang mengalami flour albus patologis dan tidak

seluruh ibu dengan pengetahuan baik tidak mengalami flour albus atau

hanya mengalami flour albus fisiologis. maka disimpulkan bahwa masih

ada faktor lain yang berhubungan dengan flour albus selain pengetahuan

ibu tentang personal hygiene genetalia.

Menurut penelitian Sukamto (2018) yang meneliti tentang

hubungan pengetahuan, sikap, dan perilaku perawatan vagina terhadap

kejadian keputihan patologis pada mahasiswi Program Studi Pendidikan

Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya. hasil penelitian

mendapatkan bahwa faktor pengetahuan, sikap, dan perilaku perawatan

vagina memiliki hubungan yang signifikan dengan kejadian keputihan

patologis. Pengetahuan tentang keputihan dan perawatan vagina yang

buruk dapat memengaruhi terbentuknya perilaku buruk dalam kesehatan.

Sikap merupaka presdiposisi untuk melakukan suatu tindakan serta suatu


51

keadaan yang memungkinkan timbulnya suatu perbuatan atau tingkah

laku. Perilaku kesehatan yang buruk akan meningkatkan risiko seseorang

untuk mengalami suatu penyakit keputihan patologis.

Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan hubungan yang signifikan

antara pengetahuan tentang personal hygiene genetalia dengan kejadian

flour albus pada wanita usia subur di Puskesmas Lalang Luas Kabupaten

Mukomuko. Namun hasil penelitian juga mendapatkan bahwa responden

dengan pengetahuan cukup dan baik masih mengalami flour albus

patologis. Maka diharapkan kepada petugas kesehatan khususnya bidan

untuk dapat memberikan advokasi melalui pendidikan kesehatan kepada

wanita usia subur tentang menjaga kesehatan organ repoduksi yang baik

dan benar dengan menggunakan media visualisasi sehingga wanita usia

subur dapat memahami sepenuhnya langkah-langkah dalam melakukan

vulva hygine, langkah langkah menjaga kelembapan genetalia dan langkah

langkah menjaga kesehatan organ genetalia, sehingga wanita usia subur

dapat menjaga kesehatan organ reproduksi yang sesuai dengan kondisi

fisiologis dari organ reproduksi.

Diharapkan kepada wanita usia subur untuk dapat senantia mencari

informasi tentang kesehatan genetalia serta lebih memperhatikan kondisi

kebersihan organ genetalia agar terhindar dari flour albus patologis dengan

cara melakukan vulva hygine dengan benar, rutin mengganti pembalut saat

haid, menggunakan pantuliner saat mengalami keputihan serta senantiasa

menjaga kebersihan dan kelembapan genetalia.


52

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian hubungan pengetahuan tentang personal

hygiene genetalia dengan kejadian flour albus pada wanita usia subur di

Puskesmas Lalang Luas Kabupaten Mukomuko, maka dapat disimpulkan

bahwa:

1. Dari 95 responden didapatkan 42 responden (44,2%) mengalami flour

albus patologis dan 53 responden (55,8%) mengalami flour albus fisiologis

atau tidak mengalami flour albus

2. Dari 95 responden didapatkan 38 responden (40%) dengan pengetahuan

kurang, 36 responden (37,9%) dengan pengetahuan cukup dan 21

responden (22,1%) dengan pengetahuan baik

3. Ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan tentang personal

hygiene genetalia dengan kejadian flour albus pada wanita usia subur di

Puskesmas Lalang Luas Kabupaten Mukomuko, dengan kategori sedang

B. Saran

1. Bagi Puskesmas Lalang Luas Kabupaten Mukomuko

Berdasarkan hasil penelitian, maka diharapakan kepada kepada

petugas advokasi melalui pendidikan kesehatan kepada wanita usia subur

tentang menjaga kesehatan organ repoduksi yang baik dan benar dengan

menggunakan media visualisasi sehingga wanita usia subur dapat

52
53

memahami sepenuhnya langkah-langkah dalam melakukan vulva hygine,

menjaga kelembapan genetalia dan langkah langkah menjaga kesehatan

organ genetalia.

2. Bagi STIKES Tri Mandri Sakti Bengkulu

Diharapakan peneltian ini dapat menjadi sumber literatur dan

bahan kajian bagi mahasiswa STIKES Tri Mandiri Sakti khususnya

tentang hubungan pengetahuan tentang personal hygiene genetalia dengan

kejadian flour albus pada wanita usia subur sehingga dapat meningkatkan

kemampuan mahasiswa dalam memberikan asuhan kebidanan khususnya

pada wanita usia subur yang mengalami flour albus.

3. Bagi Peneliti Lain

Diharapakan kepada peneliti selanjutnya untuk dapat melakukan

penelitian selanjutnya tentang kejadian flour albus dengan variabel yang

berbeda diluar peneltian ini seperti perilaku vulva hygine dan sikap.
DAFTRA PUSTAKA

Arikunto, S. 2016. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta :


Rineka Cipta.

Bahari, H. 2016. Cara Mudah Atasi Keputihan. Yogyakarta: Buku Biru

Febriyanti, H. 2018. Hubungan Antara Pengetahuan Tentang Vulva Higiene


Dengan Kejadian Keputihan Pada Remaja Putri. Jurnal Aisyah :
Jurnal Ilmu Kesehatan, 3 (2): 191-197. diakses dari
https://aisyah.journalpress.id/index.php/jika/article/view/YYH

Isro’in, H. M. 2018. Personal Hygiene. Yogyakarta : Graha. Ilmu

Kumalasari, I. 2017. Kesehatan Reproduksi Untuk Mahasiswa Kebidanan dan


Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika

Manuaba, I. B. G. 2016. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan KB untuk


Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC

Sari, P. M. 2018. Hubungan Antara Pengetahuan Dan Sikap Remaja Dengan


Kejadian Fluor Albus Remaja Putri SMKF X Kediri. Jurnal Wiyata 3
(1): 1-4. Diakses dari
https://ojs.iik.ac.id/index.php/wiyata/article/view/64/63

Nikmah, U. S. 2018. Personal Hygiene Habits Dan Kejadian Flour Albus


Patologis Pada Santriwati PP AL-Munawwir Yogyakarta. Jurnal
MKMI, 14 (1): 36-43. Diakses dari
https://journal.unhas.ac.id/index.php/mkmi/article/view/3714

Nisa, I. C., & Rohaeni, E. 2017. Hubungan Antara Pengetahuan Dan Sikap Pada
Remaja Putri Tentang Fluor Albus di SMA Negeri 1 Cileunyi. Syntax
Literate : Jurnal Ilmiah Indonesia, 2 (7): 94-107. Diakses dari
http://jurnal.syntaxliterate.co.id/index.php/syntax-literate/article/
view/165

Notoatmodjo, S. 2014. Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta

Novita,N. 2020. Hubungan Pengetahuan Dan Perilaku Menjaga Kebersihan


Genetalia Eksterna Remaja Putri Dengan Kejadian Keputihan. Jurnal
Antara Kebidanan, 3 (2): 114-123. Diakses dari
https://ojs.abdinusantara.ac.id/index.php/antarakebidanan/article/
view/168
Rahmadayanti, A. M. 2020. Hubungan Vulva Hygiene Dan Penggunaan Tisu
Toilet Terhadap Penurunan Kejadianfluor Albus (Keputihan) Pada
Remaja Putri. Jurnal Kesehatan Abdurahman Palembang, 9 (2): 33-
40. diakses dari
http://ejournal.stikesabdurahman.ac.id/index.php/jkab/article/view/111

Ramayanti. A. 2017. Hubungan Personal Hygiene Dengan Kejadian Keputihan


Pada Remaja Putri Di SMA Muhammadiyah 5 Yogyakarta. Jurnal
Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta. Diakses dari
http://digilib.unisayogya.ac.id/ 2372/1/NASKAH%20PUBLIKASI
%20PDF.pdf.

Rendy, M. C. 2017. Buku Saku: Keterampilan Dasar Keperawatan. Yogyakarta:


Nuha Medika

Rosyidah, D. A. C. 2020. Kesehatan Reproduksi Remaja dan Wanita. Yoyakarta:


PT. Pustaka Baru

Sibagariang, E. 2017. Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta: Trans Info Media

Sukamto, N. R. 2018. Hubungan Pengetahuan, Sikap, Dan Perilaku Perawatan


Vagina Terhadap Kejadian Keputihan Patologis Pada Mahasiswi
Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas
Sriwijaya. Majalah Kedokteran Sriwijaya, 50 (4): 113-122. Diakses
dari https://ejournal.unsri.ac.id/index.php/mks/article/view/8571/0
LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Dengan Hormat,
Saya yang bertanda tangan dibawah ini, Mahasiswa STIKES Tri Mandiri
Sakti Bengkulu Jurusan Kebidanan:
Nama : Dena Sarlita
NPM : 2026040106.P
Prodi/Semester : Program Studi Kebidanan Program Sarjana Terapan
Akan mengadakan penelitian dengan judul “Hubungan pengetahuan dan
personal hygiene genetalia dengan kejadian flour albus pada wanita usia
subur di Puskesmas Lalang Luas Kabupaten Mukomuk”. Bersama ini saya
mohon kepada ibu untuk bersedia menjadi responden dan berpartisipasi dalam
penelitian ini, dengan menandatangani lembar persetujuan serta menjawab
pertanyaan yang saya ajukan. Hasil jawaban yang ibu berikan akan saya jaga
kerahasiaannya dan akan digunkan untuk kepentingan penelitian.
Atas perhatian dan kerjasama ibu sebagai responden saya, saya ucapkan
terima kasih.

Peneliti

(Dena Sarlita)
LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Saya yang bertandatangan dibawah ini:


Nama : ...................................................
Umur : ...................................................
Alamat : ...................................................
Menyatakan bersedia menjadi responden pada penelitian yang dilakukan
oleh Mahasiswa STIKES Tri Mandiri Sakti Bengkulu Jurusan Kebidanan:
Nama : Dena Sarlita
NPM : 2026040106.P
Prodi/Semester : Program Studi Kebidanan Program Sarjana Terapan
Judul Skripsi : Hubungan pengetahuan dan personal hygiene genetalia
dengan kejadian flour albus pada wanita usia subur di
Puskesmas Lalang Luas Kabupaten Mukomuk
Saya bersedia mengikuti semua kegiatan yang di laksanakan sesuai dengan
sistematika dan prosedur yang dilakukan dan menerima hasil yang diberikan.
Demikianlah surat pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya tanpa ada
unsur paksaan dari pihak manapun.

Mukomuko................2021
Responden

( )
KUISIONER
HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG PERSONAL HYGIENE GENETALIA
DENGAN KEJADIAN FLOUR ALBUS PADA WANITA USIA SUBUR DI
PUSKESMAS LALANG LUAS KABUPATEN MUKOMUKO

NO:

I. Identitas responden
Nama :.................................
Umur :.......................Tahun
Jumlah Anak :.......................Orang
Pendidikan :
 Tidak Sekolah  SMP/ Sederajat  Perguruan Tinggi
 SD/ Sederajat  SMA/ Sederajat
Pekerjaan :
 IRT  Pegawai Swasta  Lain-Lain
 Wiraswasta  PNS

II. Keputihan
Berilah tanda chek list () pada kotak yang telah di sedakan sesuai pilihan
anda
1. Apakah anda mengalami keputihan dalam kurun waktu satu bulan
terakhir?

 Ya

 Tidak

2. Jika pernah mengalami keputihan dalam kurun waktu satu bulan terakhir,
bagaimana gejala yang anda alami?
a. Jumlah cairan keluar

 Sedikit

 Banyak
b. Warna Cairan

 Bening, kadang putih

 Kekuningan

 putih kekuningan

 putih keabu-abuan

c. Konsistensi cairan

 Encer

 Kental

d. Aroma

 Tidak berbau

 Berbau amis

 Agak berbau

 Berbau

e. Keluhan

 Tidak terasa gatal

 Gatal

 Sangat gatal

Modifikasi: (Wardani 2017)

III. Pengetahuan Tentang Flour Albus


Berilah tanda silang (x) pada jawaban yang menurut anda benar.
1. Apakah yang dimaksud dengan kebersihan genetalia?
a. Tindakan untuk memelihara kebersihan kewanitaan bagian luar
b. Kebersihan pada daerah kewanitaan untuk menjaga kenyamanan
c. Tindakan untuk mempertahankan dan mencegah infeksi
2. Apakah manfaat dari menjaga kebersihan genetalia?
a. Mencegah penyakit
b. Meningkatkan derajat kesehatan
c. Menjaga vagina tetap bersih dan nyaman
3. Bagaimana cara membasuh vagina yang benar?
a. Dari arah depan (vagina) kebelakang (anus)
b. Dari arah belakang (anus) kedepan (vagina)
c. Membasuh seperlunya
4. Pada saat kapan membasuh bagian vagina?
a. Setiap saat
b. Pada saat BAB dan BAK
c. Saat yang pagi dan sore
5. Air apa yang baik digunakan pada saat membasuh vagina?
a. Air mengalir
b. Air sabun
c. Air tergenang
6. Berapa kali minimal dalam satu hari mengganti celana dalam?
a. Tiga kali sehari
b. Dua kali sehari
c. Satu kali sehari
7. Bahan yang baik digunakan pada pemakaian celana dalam adalah?
a. Berbahan nilon yang memberikan kelembutan pada vagina
b. Berbahan kapas yang membuat nyaman
c. Berbahan katun dan dapat menyerap keringat
8. Berapa kali ganti pembalut pada saat haid?
a. Satu kali 4 jam
b. Satu kali 5 jam
c. Satu kali 3 jam
9. Jika pemakaian pembalut yang terlalu lama dapat menyebabkan?
a. Menyebabkan iritasi
b. Perkembangan bakteri dan jamur
c. Menyebabkan gatal
10. Bagaimana cara untuk menghindari kelembapan pada daerah vagina
setelah BAB/BAK?
a. Mengeringkan vagina dengan handuk kering
b. Mengeringkan vagina dengan tissue kering berparfum
c. Memakai celana dalam yang menyerap keringat
11. Saat kapan kita menggunakan pantyliner?
a. Setiap hari
b. Sesuai kebutuhan
c. Pada saat keputihan banyak
12. Apakah manfaat mencukur rambut di daerah vagina?
a. Supaya lebih untuk membersihkan alat genital
b. Menghindari tumbuhnya bakteri yang menyebabkan gatal
c. Supaya mengurangi kelembapan pada daerah kewanitaan
13. Sabun yang baik digunakan pada vagina adalah ?
a. Sabun mandi
b. Sabun ber Ph netral
c. Sabun mengandung sirih
14. Manakah yang menyebabkan keputihan ?
a. Higienisasi alat genital yang buruk
b. Gangguan keseimbangan hormone
c. Tidak menggunakan sabun pada saat membersihkan vagina
15. Cairan antiseptic yang baik digunakan pada vagina adalah?
a. Cairan yang mengandung deodorant
b. Cairan yang mengandung bahan kimia
c. Cairan yang ber PH netral
Modifikasi: (Wardani 2017)
ANALISIS DATA

1. Analisis Univariat

Flour albus

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Flour abus patogis 42 44.2 44.2 44.2

Flour albus fisiologis atau


53 55.8 55.8 100.0
tidak

Total 95 100.0 100.0

Pengetahuan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Kurang 38 40.0 40.0 40.0

Cukup 36 37.9 37.9 77.9

Baik 21 22.1 22.1 100.0

Total 95 100.0 100.0


2. Analisis Bivariat

Pengetahuan * Flour albus Crosstabulation

Flour albus

Flour albus
Flour abus fisiologis atau
patogis tidak Total

Pengetahuan Kurang Count 25 13 38

% within Pengetahuan 65.8% 34.2% 100.0%

Cukup Count 14 22 36

% within Pengetahuan 38.9% 61.1% 100.0%

Baik Count 3 18 21

% within Pengetahuan 14.3% 85.7% 100.0%

Total Count 42 53 95

% within Pengetahuan 44.2% 55.8% 100.0%

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2-


Value df sided)

Pearson Chi-Square 15.212a 2 .000

Likelihood Ratio 16.259 2 .000

Linear-by-Linear Association 15.040 1 .000

N of Valid Cases 95

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum


expected count is 9,28.

Symmetric Measures

Value Approx. Sig.

Nominal by Nominal Contingency Coefficient .372 .000

N of Valid Cases 95
BERITA ACARA BIMBINGAN SKRIPSI

Nama : Dena Sarlita


NPM : 2026040106.P
Prodi/Semester
: Program Studi Kebidanan Program Sarjana Terapan
Judul Skripsi: Hubungan pengetahuan tentang personal hygiene genetalia
dengan kejadian flour albus pada wanita usia subur di Puskesmas
Lalang Luas Kabupaten Mukomuk
Pembimbing I : Drs. H. S. Effendi, MS

No. Hari/ tanggal Pembahasan Paraf


pembimbing I

Bengkulu, Agustus 2021


Pembimbing I

Drs. H. S. Effendi, MS
BERITA ACARA BIMBINGAN SKRIPSI

Nama : Dena Sarlita


NPM : 2026040106.P
Prodi/Semester: Program Studi Kebidanan Program Sarjana Terapan
Judul Skripsi : Hubungan pengetahuan tentang personal hygiene genetalia
dengan kejadian flour albus pada wanita usia subur di Puskesmas
Lalang Luas Kabupaten Mukomuk
Pembimbing II : Tria Nopi Herdiani, SST, M. Kes

No. Hari/ tanggal Pembahasan Paraf


pembimbing II

Bengkulu, Agustus2021
Pembimbing II

Tria Nopi Herdiani, SST, M. Kes

Anda mungkin juga menyukai