Anda di halaman 1dari 26

RUMAH SAKIT KHUSUS IBU DAN ANAK ANNISA

BANJARMASIN

PEDOMAN

PENGURANGAN PASIEN RESIKO JATUH

EDISI 1
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami panjatkan kepada Tuhan yang Maha Kuasa atas
segala berkat dan anugerah yang telah diberikan kepada penyusun, sehingga
Buku Pedoman Pengurangan Pasien Resiko Jatuh RSKIA Annisa ini dapat
selesai disusun.
Buku ini merupakan Pedoman kerja bagi seluruh staf Rumah Sakit
dalam menjalankan program Pengurangan Pasien Resiko Jatuh di RSKIA
Annisa.
Dalam Pedoman ini di uraikan tentang Pengurangan Pasien Resiko
Jatuh di RSKIA Annisa.
Tidak lupa penyusun menyampaikan terima kasih yang sedalam-
dalamnya atas bantuan semua pihak yang telah membantu dalam
menyelesaikan Pedoman Pengurangan Pasien Resiko Jatuh di RSKIA Annisa.

Tim Penyusun
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ………………………………………………………………. i


KATA PENGANTAR ……………………………………………………………… ii
KEPUTUSAN DIREKTUR NO 016/RSKIA-A/VII/2018 TENTANG
PEDOMAN PENGURANGAN PASIEN RESIKO JATUH …………………. iii
DAFTAR ISI ………………………………………………………………………. v
BAB 1 DEFINISI …………………………………………………………………. 1
A. PENGERTIAN ……………………………………………………….. 1
BAB II RUANG LINGKUP ……………………………………………………… 3
BAB III TATA LAKSANA ……………………………………………………….. 6
A. Identifikasi Umum Pasien jatuh ……………………………………. 6
B. Pengkajian Resiko Jatuh …………………………………………….. 7
C. Intervensi Resiko Jatuh ………………………………………………. 11
D. Monitoring dan Evaluasi ……………………………………………… 13
E. Strategi Pencegahan Resiko Jatuh …………………………………. 14
F. Penangan Pasien Pasca Jatuh ………………………………………. 16
G. Kewajiban dan Tanggung Jawab …………………………………... 17
BAB IV DOKUMENTASI ……………………………………………………….. 18
BAB I
DEFINISI

A. Pengertian
Pasien jatuh adalah suatu peristiwa dimana seorang pasien
mengalami jatuh, dengan arah jatuh ke lantai, dengan atau tanpa
ada yang menyaksikan, dengan atau tanpa cedera Penyebab jatuh
dapat disebabkan karena faktor fisik atau lingkungan. Penyebab
jatuh ada yang dapat diantisipasi sebelumnya dan ada yang tidak
dapat diantisipasi.
Falls atau pasien jatuh merupakan insiden di RS yang sering
terjadi dan dapat mengakibatkan cedera serius dan kematian.
Pasien jatuh merupakan adverse event kedua terbanyak dalam
institusi perawatan kesehatan setelah kesalahan pengobatan/
medication errors (AHRQ). Insiden pasien jatuh tidak hanya
berdampak kepada fisik pasien tetapi juga dampak keuangan
yang ditanggung pasien dan rumah sakit (RS).
Jatuh adalah suatu peristiwa di mana seorang
mengalami jatuh dengan atau tanpa disaksikan oleh orang
lain, tak disengaja / tak direncanakan, dengan arah jatuh ke
lantai, dengan atau tanpa mencederai dirinya. Penyebab jatuh
dapat meliputi faktor fisiologis (pingsan) atau lingkungan
(lantai yang licin).
Definisi dan Klasifikasi
1. Kejadian jatuh tak disengaja: kejadian jatuh yang terjadi
secara tidak sengaja (misalnya terpeleset, tersandung). Pasien
yang berisiko mengalami kejadian ini tidak dapat diidentifikasi
sebelum mengalami jatuh dan umumnya tidak dikategorikan
dalam risiko jatuh. Kejadian jatuh jenis ini dapat dicegah
dengan menyediakan lingkungan yang aman.
2. Kejadian jatuh yang tidak diantisipasi: kejadian jatuh yang
terjadi ketika penyebab fisik tidak dapat diidentifikasi.
3. Kejadian jatuh yang dapat diantisipasi (diperkirakan): kejadian
jatuh yang terjadi pada pasien yang memang berisiko
mengalami jatuh (berdasarkan skor assesmen risiko jatuh).
BAB II
RUANG LINGKUP

A. Ruang Lingkup
Keselamatan pasien merupakan hal utama dalam pelayanan
dirumah sakit. Salah satu sasaran keselamatan pasien yaitu
sasaran ke enam adalah penguranan risiko jatuh. Tujuan dari
keselamatan pasien adalah agar rumah sakit memberikan
pelayanan kesehatan yang aman bagi pasien yand dirawat. Maksud
dari aman adalah tebebas dari cidera yang tidak perlu contohnya
cidera akibat jatuh. Risiko jatuh dapat dicegah, namun mencegah
risiko jatuh bukan barati pasien harus membatasi mobilitas dan
aktivitasnya, contohnya berjalan, mandi, bab, bak, dsb) dan
mengharuskan pasien berada ditempat tidur saja. Oleh karena itu
pencegahan risiko jatuh membutuhkan intervensi dan modifikasi
sesusi kebutuhan individual pasien berdasarkan hasil pengkajian
terhadap factor risiko jatuh pasien.
Pengurangan risiko jatuh memerlukan komitmen yang tinggi
dari pimpinan dan seluruh staf. Rumah sakit harus memiliki
budaya aman agar setiap orang sadar dan memiliki tanggung jawab
terhadap keselamatn pasien karena pencegahan pasien jatuh
merupakan tanggung jawab seluruh staf di rumah sakit baik medis
atau non medis, tetap dan tidak tetap. Seluruh karyawan harus
waspada terhadap risiko jatuh paisen dan berpartisipasi dalam
melakukan tindakan pencegahan diseluruh arean rumah sakot
dimana pasien berada, baik area klinis/perawatan maupun area
non klinis. Ruang lingkup panduan ini meliputi :
1. Identifikasi umum risiko jatuh
Semua pasien di puskesmas di identifikasi risiko jatuh.
Identifikasi dilakukan dengan cara visual kemudian
dilanjutkan dengan pengkajian risiko jatuh lebih lanjut dengan
menggunakan Formulir Pengkajian Risiko Jatuh.
2. Faktor risiko jatuh
Sebagai upaya pengurangan risiko jatuh dan cidera yang
ditimbulkan akibat jatuh maka puskesmas menetapkan
langkah-langkah sebagai berikut:
a. Mengenali faktor resiko jatuh dan melakukan penilaian
resiko melalui pengkajian awal dan pengkajian ulang.
b. Melakukan intervensi pencegahan risiko jatuh
c. Memonitor risiko jatuh
Untuk melakukan pengkajian risiko jatuh maka harus
diketahui faktor risiko apa saja yang dapat mengakibatkan
pasien jatuh. Mengenali faktor risiko jatuh yang terdapat
pasda pasien penting dilakukan karena faktor risiko jatuh
adalah hal-hal yang melatar belakangi terjadinya jatuh pada
pasien. Faktor risiko jatuh terbagi menjadi kategori :
a. Ekstrinsik : berhubungan dengan kondisi fisik dan
psikologis pasien
b. Intrinsic : berhubungan dengan lingkungan
c. Dapat diantisipasi : faktor risiko yang dapat diperkirakan
d. Tidak dapat diantisipasi : faktor risiko yang tidak dapat
diperkirakan.
3. Pengkajian Risiko Jatuh
Pengkajian resiko jatuh dilakukan pada setiap pasien
dengan menggunakan Formulir Pengkajian. Semua pasien
anak <5 tahun, geriatric >60 tahun. Pasien disabilitas atau
pasien yang dirawat di unit resiko tinggi yang telah ditetapkan
adalah pasien beresiko jatuh, tidak dilakukan penilaian tetapi
langusng dilakukan intervensi.
4. Intervensi Risiko Jatuh
Intervensi dilakukan bagi pasien yang dalam pengkajian
dikategorikan pasien risiko jatuh.
5. Monitoring dan Evakuasi
Monitoring dan evaluasi harus dilakukan untuk
mengetahui perkembangan, sehingga intervensi mungkin akan
berubah.
6. Strategi Pencegahan Risiko Jatuh
Rumah sakit menggunakan strategi dalam mencegah
pasien jatuh dan diketahui oleh seluruh petugas.
7. Penanganan Pasien Jatuh
Penanganan pasien jatuh dilakukan sesuai prosedur.
8. Kewajiban dan Tanggung Jawab
BAB III
TATA LAKSANA

A. Identifikasi Umum Pasien Jatuh


1. Semua pasien rumah sakit harus diidentifikasi resiko jatuh
dengan benar sebelum dilakukan segala tindakan atau
pengobatan.
2. Semua pasien anak < 5 tahun getiatri > 60 tahun, pasien
disabilitas atau pasien yang dirawat di unit resiko tinggi yang
telah ditetapkan adalah pasien beresiko jatuh, tidak dilakukan
penilaian tetapi langsung dilakukan intervensi.
3. Identifikasi pasien resiko jatuh yang akan dipasangkan
meliputi : gelang kuning yang dipasang bersama gelang
identitas.
4. Jelaskan kepada pasien dan keluarga tentang proses
identifikasi pasien resiko jatuh ini, kegunaan dan resiko jika
menolak dipasangkan tanda resiko jatuh.
5. Sebelum dilakukan pemasangan gelang kuning, keterangan
tentang nama lengkap, tanggal lahir dan nomor rekam medis
pasien harus diperiksa dengan cara bertanya dan dikonfirmasi
antara data rekam medis dan gelang pasien.
6. Ketika menanyakan skla resiko jatuh sesuai pertanyaan yang
ada di skala penilaian dan dari hasil pengamatan, kemudian
dihitung skor total sehingga didapatkan kriteria resiko jatuh.
7. Jika pasien tidak memungkinkan untuk menjawab pertanyaan
makan dinyatakan kepada penjaga/wali/keluarga terdekatnya.
8. Pasien beresiko jatuh dilakukan intervensi setiap shift dan
penilaian kembali dilakukan setiap 3 hari dan jika pasien
ditransfer di unit lain, terdapat penurunan kesadaran,
mendapatkan obat-obat efek sediasi, post operasi, mengalami
jatuh saat dirawat.
9. Pasien yang tidak beresiko jatuh dilakukan penilaian kembali
dilakukan setiap 3 hari dan jika pasien ditransfer di unit lain,
terdapat penurunan kesadaran, mendapatkan obat-obat efek
sedasi, post operasi, mengalami jatuh saat dirawat.
10. Apabila diruang rawat inap ditemukan pasien jatuh (sebelum
re assesment), maka perawat melakukan penanganan pasien
pasca jatuh sesuai prosedur dan dipasang gelang kuning, di
dokumentasikan pada catatan perkembangan terintegrasi
kemudian membuat laporan insiden menggunakan formulir
pelaporan insiden keselamatan pasien.
11. Pasien jatuh di area lain rumah sakit dilakukan penanganan
terlebih dahulu di tempat kejadian.
12. Pasien rawat jalan diidentifikasi risiko jatuh secara visual oleh
petugas yang pertama kali kontak dengan pasien agar
diidentifikasi kebutuhan akan alat bantu. Dalam hal ini
petugas tersebut adalah petugas di pintu masuk arearumah
sakit baik petugas klinis maupun petugas non klinis rumah
sakit.

B. Pengkajian Risiko Jatuh


Setiap pasien yang masuk dan dirawat di rumah sakit
memiliki risiko untuk jatuh terkait dengan penyakitnya atau alasan
pasien dirawat. Oleh karena itu pengkajian resiko jatuh dilakukan
untuk mengidentifikasi mengenali apakah pasien memiliki
kemungkinan besar untuk jatuh (berisiko tinggi jatuh) atau tidak
(berisiko tidak jatuh). Untuk pasien rawat jalan juga harus dinilai
risiko jatuh dengan melihat kondisi pasien sehingga dapat
dilakukan intervensi terhadap kondisi pasien tersebut.
a. Penilaian resiko jatuh menggunakan Skala Humpty Dumpty
(modifikasi) untuk pasien anak-anak dan Skala Morse
(modifikasi) untuk pasien dewasa dan geriatri.
b. Penilaian dilakukan saat pasien akan dirawat.
c. Penilaian ulang dilakukan:
1). Setiap 3 hari sekali
2). Jika akan transfer ke unit lain, unit baru membuat
penilaian.
3). Terjadi perubahan status klinis meliputi perubahan
kondisi fisik, fisiologis dan psikologis; contohnya
perubahan kesadaran, perubahan pola eliminasi,
perubahan perilaku, hipotensi, hipoglikemi, kelemahan
fisik, dll.
4). Dilakukan apabila pasien mendapat penambahan obat-
obat yang mengakibatkan kelemahan umum, penurunan
tekanan darah, penurunan kadar gula dan yang
mengakibatkan mengamuk. Diantarnya : oabt-obat
anesthesia, sedative, hipnotik, diuretic, antidiabetik dan
antihipertensi.
5). Post operasi
6). Pasien untuk resiko jatuh dilakukan intervensi dan
monitoring setiap shift.
7). Untuk mengubah kategori berisiko jatuh menjadi tidak
berisiko, dinilai ulang setiap shift 2 kali berturut-turut.
1. Pengakajian Risiko Jatuh Pada Anak
a. Pengkajian Risiko Pada Anak
Petugas melakukan pengkajian awal risiko jatuh
pada anak saat menerima pasien baru form penilauan
risiko jatuh pada anak.
Petugas mengkaji faktor risiko meliputi :
1). Usia
2). Jenis kelamin
3). Diagnosa medis
4). Faktro lingkungan
5). Pemakaian obat ( anastesi, antihistamin, anti kejang
narkotik/psikotropika, diuretic, dll.
b. Penilaian risiko jatuh
Setelah melakukan pengkajian, petugas menentukan
resiko jatuh pasien dengan cara menjumlahkan skor yang
ada:
1). Skor ≥ 1 : risiko jatuh
2). Skor 0 : tidak risiko jatuh
c. Intervensi
Setelah menentukan resiko jatuh pasien, petugas
melakukan intervensi setiap shift yang meliputi :
1). Penjelasan mengenai resiko jatuh
2). Memastikan bell pemanggil petugas berfungsi dan
dalam jangkauan tangan pasien
3). Menempatkan tempat tidur dalam posisi rendah,
roda terkunci, dan bed side rail terpasang semua
4). Membantu psien saat transfer / ambulansi
5). Memasang gelang kuning pada pasien
6). Menjelaskan obat-obat yang berefek enestesia, anti
histamine, anti kejang, psikotropika / narkotika,
diuretic, dll.
d. Pengkajian ulang
Perawat melakukan pengkajian ulang secara rutin
setiap 3 hari sekali atau sewaktu-waktu apabila:
1). Terjadi perubahan status klinis meliputi perubahan
kondisi fisik, fisiologis maupun psikologis
2). Pasien pindah ruangan/unit
3). Penambahan obat yang tergolong beresiko jatuh
4). Post operasi
5). Pasien mengalami insiden jatuh saat di rawat.
2. Pengkajian Risiko Jatuh Pada Dewasa
Langkah-langkah pencegahan resiko jatuh adalah
melakukan pengkajian resiko jatuh pasien dewasa
menggunakan form penilaian resiko jatuh dewasa,
menetapkan nilai resiko jatuh, memberikan intervensi yang
sesuai dan melakukan pengkajian ulang.
a. Pengkajian awal risiko pada dewasa
Petugas melakukan pengkajian awal risiko jatuh
pada saat menerima pasien baru form penilaian risiko
jatuh dewasa. Perawat mengkaji faktor risiko meliputi :
1). Riwayat jatuh dalam 6 bulan terakhir
2). Diagnosa medis / penggunaan obat: anesthesia,
antihistamin, anti kejang, narkotik/ psikotropika,
diuretic)
3). Usia
4). Alat bantu jalan
5). Terpasang infus
6). Gaya jalan
7). Kondisi mental
b. Penilaian resiko jatuh
Setelah melakukan pengkajian, perawat menentukan
resiko jatuh pasien dengan cara menjumlahkan skor yang
ada : Skor > 4 : risiko jatuh
c. Intervensi
Setelah menentukan risiko jatuh pasien, perawat
melakukan intervensi setiap shift yang meliputi :
1). Penjelasan mengenai risiko jatuh
2). Memastikan bell pemanggil perawat berfungsi dan
dalam jangkauan tangan pasien
3). Menempatkan tempat tidur dalam posisi rendah,
roda terkunci, dan bed said rail terpasang semua
4). Membantu pasien saat transfer / ambulansi
5). Memasang gelang kuning pada gelang identitas
pasien
6). Menjelaskan obat-obat yang berefek anesthesia, anti
histamine, anti kejang, psikotropika/ narkotika,
diuretic, dll
d. Pengkajian ulang
Petugas melakukan pengkajian ulang secara rutin
setiap 3 hari sekali atau sewaktu-waktu apabila :
1). Terjadi perubahan status klinis meliputi perubahan
kondisi fisik, fisiologis maupun psikologis
2). Pasien pindah ruang / unit
3). Penambahan obat yang tergolong berisiko jatuh
4). Post operasi
5). Pasien mengalami insiden jatuh saat dirawat
3. Penilaian Risiko Jatuh Rawat Jalan
a. Semua pasien rawat jalan dinilai terhadap resiko jatuh
b. Orang yang melakukan penilaian adalah petugas
(siapapun) yang pertama kali kontak dengan pasien yaitu
petugas security rumah sakit
c. Penilaian dilakukan secara visual dengan melihat kondisi
secara umum dari pasien, cara datang ke rumah sakit, cara
mobilitas/ memerlukan alat bantu/ tidak, gaya jalan,
hambatan dalam berjalan.

C. Intervensi Risiko Jatuh


1. Intervensi Pencegahan Pasien Jatuh Pada Pasien Anak
Intervensi pencegahan pasien jatuh dilakukan
berdasarkan pengkajian resiko jatuh yang dilakukan oleh
perawat.
a. Intervensi risiko jatuh pada anak
1. Orientasikan ruangan kepada keluarga dan
dekatkan bel pasien
2. Pasang gelang kuning pada pasien
3. Berikan edukasi resiko jatuh dan pencegahan jatuh
pada orang tua atau keluarga
4. Posisikan tempat tidur rendah, rem tempat tidur
terkunci
5. Pastikan handrail TT terpasang
6. Gunakan alas kaki yang tidak licin untuk pasien
yang mampu berjalan
7. Bantu pasien saat transfer atau ambulansi
8. Jaga daerah sekitar tempat tidur agar rapi dan
bersih
9. Pastikan penerangan yang cukup
10. Observasi tiap jam
11. Singkirkan benda yang tidak diperlukan untuk
pasien
12. Konsul dengan farmasi klinis dalam melakukan
tinjauan obat-obatan
2. Intervensi Pencegahan Pasien Jatuh Pada Pasien Dewasa
Intervensi pencegahan pasien jatuh dilakukan
berdasarkan pengkajian resiko jatuh yang dilakukan oleh
perawat
a. Intervensi risiko jatuh dewasa
1). Orientasikan ruangan keapda keluarga dan
dekatakn bel pasien
2). Pasang gelang kuning pada pasien
3). Berikan edukasi resiko jatuh dan pencegahan jatuh
pada orang tua atau keluarga
4). Posisikan tempat tidur rendah, rem tempat tidur
terkunci
5). Pastikan handrail TT terpasang
6). Gunakan alas kaki yang tidak licin untuk pasien
yang mampu berjalan
7). Bantu pasien saat transfer atau ambulansi
8). Jaga daerah sekitar tempat tidur agar rapi dan
bersih
9). Pastikan penerangan yang cukup
10). Observasi tiap jam
11). Singkirkan bendayang tidak diperlukan untuk
pasien
12). Konsul dengan farmasi klinis dalam melakukan
tinjauan obat-obatan

D. Monitoring dan Evaluasi


1. Pasien dengan resiko jatuh perlu dimonitor, diintervensi setiap
shift dan dinilai ualng setiap 3 hari
2. Penurunan kesadaran, penggunaan obat berefek sedasi, post
operasi, transfer ke unit lain, mengalami jatuh saat dirawat
merupakan kondisi pasien yang memerlukan evaluasi ulang
terhadap penilaian resiko jatuh
3. Setiap perpindahan pasien ke unit lain perlu dinilai ulang unit
yang baru
4. Semua pasien anak <5 tahun, geriatric > 60 tahun, pasien
disabilitas adalah pasien berisiko jatuh tidak dilakukan
penilaian, tidak dipasang gelang kuning tetapi langsung
dilakukan intervensi.
5. Intervensi dilakukan setiap shift
6. Tidak adanya kejadian jatuh merupakan target dari penilaian,
monitoring, dan evaluasi risiko jatuh
7. Monitoring dilakukan agar efek jatuh bisa mendapatkan
penanganan Berikut adalah table intervensi dan monitoring
risiko jatuh.
Intervensi dan monitoring risiko jatuh
1. Orientasikan ruangan kepada keluarga dan dekatakn bel
pasien
2. Pasang gelang kuning pada pasien
3. Berikan edukasi resiko jatuh dan pencegahan jatuh pada
orang tua atau keluarga
4. Posisikan tempat tidur rendah, rem tempat tidur terkunci
5. Pastikan handrail TT terpasang
6. Gunakan alasa kaki yang tidak licin untuk pasien yang
mampu berjalan
7. Bantu pasien saat transfer atau ambulansi
8. Jaga daerah sekitar tempat tidur agar rapid an bersih
9. Pastikan penerangan yang cukup
10. Observasi tiap jam
11. Singkirkan benda yang tidak diperlukan untuk pasien
12. Konsul dengan farmasi klinis dalam melakukan tinjauan obat-
obatan

E. Strategi Pencegahan Risiko Jatuh


1. Peningkatan pelayanan kepada pasien
a. Melakukan 1-3 jam sekali
Secara periodic melakukan pemantauan untuk :
1). Menjamin kebutuhan eliminasi pasien terpenuhi,
misalnya dengan secara periodic menawarkan
bantuan BAB/BAK
2). Menjamin barang-barang yang dibutuhkan pasien
agar berada dalam jangkauan, misalnya
mendekatkan gelas air minum, remote, tisu, bel
3). Menjamin kenyamanan pasien dengan mengatur
atau merubah posisi tidur pasien
b. Melakukan pematauan medikasi
Berkolaborasi dengan farmasi klinis untuk :
1). Meninjau obat-obat yang diresepkan
2). Mengevaluasi pasien yang mendapat obat-obat atau
kombinasi obat yang memungkinkan terjadinya
jatuh, dan obat yng meningkatkan resiko cedera
akibat jatuh (misalnya antikoagalan)
3). Memberikan usulan kepada dokter yang merawat
untuk mempertimbangkan antara manfaat dan
resiko jatuh akibat obat yang digunakan.
c. Meningkatkan kondisi pasien
1). Mobilisasi dini sesuai kondisi pasien, peningkatan
kekuatan dan fungsi otot dan keseimbangan
2). Pemenuhan nutrisi dan cairan yang adekuat
3). Penatalaksanaan medis untuk penyakit pasien,
misalnya gangguan jantung, cidera obat, masalah
persendian, tulang ,dll.
d. Edukasi
1). Pasien dan keluarga
Pasien dan keluarga perlu diedukasi secara
langsung dan menggunakan leaflet yang berisikan
cara pencegahan jatuh yang dapat dilakukan oleh
pasien dan keluarga.
2). Staf
Staf diedukasi mengenai cara mengidentifikasi
pasien beresiko jatuh, intervensi yang harus
dilakukan dan tindakan yang harus dilakukan
apabila pasirn jatuh.
e. Peningkatan keamanan saat ambulansi
1). Pindahkan pasien ke sisi yang lebih stabil
2). Anjurkan pasien menggunakan pegangan
3). Anjurkan pasien memanggil petugas jika ingin turun
dari tempat tidur
4). Ajarkan penggunaan alat bantu jalan, gunakan alat
bantu yang sesuai dengan pasien
2. Penataan lingkungan dan fasilitas
a. Perbaikan lingkungan fisik
Yang dapat dilakukan untuk mengurangi risiko
pasien jatuh antara lain
1). Pencahayaan yang terang pada gang/koridor,
tangga, kamar mandi dan jalan masuk. Cahaya
jangan menyilaukan mata.
2). Mengurangi penghalang dengan mengurangi
penggunaan benda-benda atau furniture yang tidak
perlu dan merapikan kabel listrik.
3). Kursi dan furniture yang digunakan untuk
menopang pada saat pasien duduk dan bangkit
berdiri tidak terlalu rendah atau tinggi.
4). Pengontrolan bahaya yang mungkin terjadi yang
terdapat dikamar mandi seperti pegangan yang
mudah terlihat dan aman serta perekat yang
berwarna mencolok sehingga mudah terlihat dan
tidak licin, lantai tidak berlumut dan licin, letak
toilet yang ditinggikan / toilet duduk posisinya tidak
rendah dan terdapat pegangan tangan arah vertical.
5). Menyiapkan alas kaki yang layak
b. Kursi dan kursi roda
Memastikan pasien resiko jatuh telah duduk dengan
posisi yang baik
c. Tempat tidur
Memasang tempat tidur dalam posisi rendah,
mengunci rem dengan baik, dan tempat tidur mempunyai
pagar pengaman. Pagar pengaman hendaknya memagari
sebagian saja, sebab bila pagar tempat tidur penuh,
memungkinkan pasien yang bingung untuk loncat dari
tempat tidur, kasur, alas kasur dan sprei tidak licin.

F. Penanganan Pasien Pasca Jatuh


Apabila pasien mengalami kejadian jatuh maka berikut ini
adalah langkah-langkah penanganannya:
1. Kaji adanya cedera dan tentukan tingkat cedera
2. Kaji tanda-tanda viral, tingkat kesadaran, perubahan ROM
(Range Of Motion) dan melakukan pemeriksaan GDS ( Gula
Darah Sewaktu) khususnya pada pasien DM
3. Pindahkan pasien dari posisi jatuh dengan aman dan
perhatikan adanya resiko cedera spinal dan kepala
4. Beritahu dokter dan kepala ruangan
5. Observasi pasien secara berkala
6. Dokumentasikan tindakan yang harus dilakukan dalam
catatan keperawatan
7. Lakukan pengkajian ulang risiko jatuh
8. Komunikasikan kepada seluruh petugas kesehatan dan
keluarga pasien bahwa pasien mengalami jatuh dan beresiko
untuk jatuh lagi
9. Buat laporan insiden keselamatan pasien dan laporan ke
PMKP dalam waktu 2x24 jam.
10. Lakukan investigasi pasien jatuh menggunakan format
investigasi pasien jatuh untuk mengetahui faktor intrinsic dan
ektrinsik yang berkontribusi terhadap jatuhnya pasien.

G. Kewajiban dan Tanggung Jawab


Seluruh staf rumah sakit
1. Memahami dan mengerti hasil identifikasi pasien jatuh dengan
melihat gelang resiko jatuh yang dikenakan pasien (gelang
warna kuning)
2. Mematuhi intervensi yang telah ditetapkan sesuai hasil
identifikasi pasien jatuh yang dilakukan
3. Melaporkan kejadian pasien jatuh ditempat tugasnya dengan
menggunakan laporan insiden
4. Melakukan assesmen awal/identifikasi pasien resiko jatuh
5. Menuliskan hasil dan melakukan intervensi pasien jatuh jika
hasil identifikasi ditemukan pasien dengan resiko jatuh
6. Menginformasikan hasil identifikasi jatuh saat serah terima
dengan petugas ruang rawat inap
7. Melakukan penilaian ulang/identifikasi ulan jika diindikasikan
oleh perubahan kondisi pasien atau pengobatan yang lainnya
dan mencatat dalam lembar catatanperawatan
8. Perubahan intervensi pasien jatuh, jika hasil identifikasi ulang
mengalami perubahan
9. Memberikan penjelasan/informasi tentang hasil identifikasi
pasien resiko jatuh kepada pasien jika memungkinkan
maupun keluarga, dan menjelaskan intervensi yang akan
dilakukan keapda pasien dan keterlibatan keluarga.
10. Melaporkan kejadian pasien jatuh di tempat tugasnya dengan
menggunakan laporan insiden.

BAB IV
DOKUMENTASI
A. Gambar tempat tidur pasien diruangan Rumah Sakit Khusus Ibu
dan Anak Annisa

1. Apakah tempat tidur pasien menggunakan pagar penghalang


agar tidak mengalami terjadinya pasien terjatuh ?
( √) Ya ( ) Tidak
2. Apakah tempat tidur bayi menggunakan penghalang agar tidak
mengalami terjadinya bayi terjatuh?
( √) Ya ( ) Tidak

B. Gambar roda tempat tidur pasien diruangan Rumah Sakit Khusus


Ibu dan Anak Annisa
3. Apakah Roda tempat tidur pasien diruangan masih dalam
keadaan baik dan penguncian Roda masih berfungsi ?
(√) Ya ( ) Tidak
C. Gambar lantai pasien diruangan Rumah Sakit Khusus Ibu dan
Anak Annisa

4. Apakah lantai/ keramik diruangan pasien dalam keadaan licin


atau retak dan berlubang ?
( ) Ya (√ ) Tidak

D. Gambar WC ruangan pasien di Rumah Sakit Khusus Ibu dan Anak


Annisa
5. Apakah kah tempat BAB pasien menggunakan vasilitas BAB
jongkok ?
( ) Ya (√) Tidak
E. Lantai WC diruangan pasien Rumah Sakit Khusus Ibu dan Anak
Annisa

6. Apakah WC pasien terdapat pegangan tangan ?


(√) Ya ( ) Tidak

F. Ruang tunggu pasien rawat inap Rumah Sakit Khusus Ibu dan
Anak Annisa
7. Apakah ruang tunggu pasien terdapat pegangan tangan ?
(√) Ya ( ) Tidak

G. Ruang tunggu poli rawat jalan Rumah Sakit Khusus Ibu dan Anak
Annisa

8. Apakah ruang tunggu poli rawat jalan terdapat pegangan


tangan?
(√) Ya ( ) Tidak

Anda mungkin juga menyukai