Anda di halaman 1dari 15

PEDOMAN UKGM

(USAHA KESEHATAN GIGI MASYARAKAT)


PUSKESMAS BRANG REA

KABUPATEN SUMBAWA BARAT


NUSA TENGGARA BARAT
2023
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Puskesmas (Pusat Kesehatan Masyarakat) adalah salah satu sarana pelayanan kesehatan
masyarakat yang amat penting di Indonesia. Puskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas
kabupaten/kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah
kerja (Depkes, 2011). Puskesmas Brang Rea memiliki visi yaitu terwujudnya masyarakat Brang Rea
yang mandiri dalam hidup sehat. Salah satu cara perwujudan visi Puskesmas Brang Rea dalam
kesehatan gigi dan mulut adalah dengan upaya promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Upaya
promotif dan preventif sangat berperan penting dalam perkembangan kesehatan gigi dan mulut bagi
anak dan penduduk usia produktif.
Kesehatan gigi dan mulut dapat mendukung percepatan pencapaian MDGs khususnya 4 dan 5
yaitu meningkatkan kesehatan balita dan ibu hamil. Untuk mencapai kesehatan gigi dan mulut yang
optimal pada balita dan ibu hamil, maka harus dilakukan perawatan secara berkala. Perawatan dapat
dimulai dengan memperhatikan konsumsi makanan, pembersihan plak dan sisa makanan yang tersisa
dengan menyikat gigi secara teratur dan benar, pembersihan karang gigi, penambalan gigi yang
berlubang, dan pencabutan gigi yang sudah tidak bisa dipertahankan lagi oleh dokter gigi, serta
kunjungan berkala ke dokter gigi baik ada keluhan ataupun tidak ada keluhan. Dengan memperhatikan
hal-hal tersebut, maka akan dicapai suatu kesehatan gigi dan mulut yang optimal yang akan
meningkatkan kesehatan tubuh secara keseluruhan.
Keadaan rongga mulut ibu hamil dapat mempengaruhi kondisi bayi yang dikandungnya. Jika
seorang ibu menderita infeksi periodontal, pada saat ibu tersebut hamil akan memiliki resiko lebih
besar untuk melahirkan bayi dengan berat lahir rendah dan mengalami kelahiran prematur. Penelitian
di RS Hasan Sadikin, Jabar (Komara,2006) menyatakan bahwa terdapat hubungan yang sangat
bermakna antara penderita periodontitis marginalis kronis dengan kejadian BBLR. Ibu hamil penderita
periodontitis kronis beresiko 10,9 kali lebih besar memiliki bayi BBLR, bahkan ibu hamil yang
menderita infeksi periodontal, memiliki resiko terhadap terjadinya Bayi BBLR sebanyak 19,2 kali
dibanding yang normal.
Perawatan gigi dan mulut dapat dilakukan pada masa kehamilan dengan aman, tetapi tenaga
pelayanan kesehatan gigi harus tetap mempertimbangkan perlindungan terhadap ibu hamil dan janin
yang sedang berkembang. Keadaan ini menjadikan perhatian yang cukup serius bagi tenaga pelayanan
kesehatan gigi dalam melakukan perawatan gigi dan mulut. Tenaga pelayanan kesehatan gigi juga
harus menyadari bahwa pasien yang dihadapi bukanlah pasien yang selalu dalam kondisi kesehatan
yang optimal. Untuk itu kadang-kadang perlu bagi tenaga pelayanan kesehatan gigi untuk menunda
perawatan gigi dan mulut terutama pada trimester I dan diakhir trimester III dengan alasan
pertimbangan riwayat medis pasien. Konsultasi dengan dokter ahli kandungan ada baiknya dilakukan
bila ibu hamil memiliki faktor risiko terhadap perawatan yang akan dilakukan.
Kegiatan UKGM (Usaha Kesehatan Gigi Masyarakat) Puskesmas Brang Rea dilaksanakan di
masing-masing posyandu sesuai dengan SPM (Standar Pelayanan Minimal). Kegiatan yang dilakukan
2
adalah promotif-preventif dalam bentuk pemeriksaan dan penyuluhan personal ibu hamil sesuai
dengan kasus masing-masing, dan rujukan. Kegiatan ini dilaksanakan setahun 2x pada semua
posyandu. Yang diperiksa pada ibu hamil adalah skor DMF-T (decay, missing, filling – teeth) dan ada
tidak nya kalkulus/karang gigi (positif/negatif yang nantinya skor menjadi persentase). Skor DMF-T
ibu hamil tahun 2016 adalah 2,53. Sedangkan untuk persentase kalkulus pada ibu hamil tahun 2016
adalah 80,7%. Dengan masih tingginya skor DMF-T dan persentase kalkulus pada ibu hamil di
wilayah kerja Puskesmas Brang Rea inilah yang mendorong adanya peningkatan kegiatan UKGM.
Kegiatan tidak hanya fokus pada ibu hamil saja tapi juga pendidikan pada kader-kader posyandu
mengenai kesehatan gigi dan mulut. Di masing-masing posyandu juga sudah terdapat buku pedoman
UKGM mengenai kesehatan gigi dan mulu ibu hamil dan balita. Dengan ini diharapkan kader juga
dapat mengerti, memahami, melaksanakan, dan memberi pengaruh baik ke lingkungan sekitar
mengenai kesehatan gigi dan mulut.
Pemerintah melalui posyandu berusaha memberikan pendidikan dan pelayanan kesehatan gigi
primer dengan penyelenggaraan UKGM. Karena itu, pemberian pengetahuan dan pembentukan
perilaku baik dalam menjaga kesehatan gigi dan mulut, dalam kegiatan UKGM, perlu ditanamkan
secara berkelanjutan, terutama pada ibu hamil dan balita di posyandu, serta pada kader-kader
posyandu.

B. TUJUAN PEDOMAN
Tujuan Umum :
 Kegiatan yang sesuai dengan tujuan program, tata nilai, visi dan misi UPTD Puskesmas
Brang Rea
 Meningkatkan wawasan, pengetahuan, ketrampilan, dan pemahaman tentang pentingnya
menjaga kesehatan gigi dan mulut serta pencegahannya pada ibu hamil dan balita
 Membentuk kader kesehatan gigi dan mulut di posyandu agar memiliki pengetahuan
tentang penyakit dan cara menjaga kesehatan gigi dan mulut
 Tercapainya derajat kesehatan gigi dan mulut ibu hamil dan balita yang optimal
Tujuan khusus :
 Ibu hamil memahami bagaimana prosedur menggosok gigi yang benar, meliputi waktu,
frekuensi, dan cara menggosok gigi secara berkesinambungan
 Ibu hamil dan ibu balita memahami macam-macam penyakit gigi pada bumil dan balita
serta tindak lanjut yang harus dilakukan bila menderita penyakit gigi dan mulut
 Ibu hamil dan ibu balita memahami frekuensi kunjungan ke dokter gigi
 Ibu hamil dan ibu balita memahami pola makan yang baik untuk kesehatan gigi dan
makanan apa sajaj yang boleh dimakan untuk pencegahan karies gigi
 Ibu balita memahami model sikat gigi yang boleh digunakan untuk anak-anak dan jumlah
pasta gigi yang digunakan
 Ibu hamil dan anak balita mempunyai kebiasaan/sikap memelihara kebiasan baik dalam hal
kesehatan gigi dan mulut
3
 Memberikan pengertian dan pemahaman kesehatan gigi dan mulut pada kader posyandu

C. SASARAN PEDOMAN
1. 100% posyandu dengan ibu hamil yang dilakukan pemeriksaan gigi dan mulut per tahun
(sesuai SPM)
2. 100% posyandu dengan ibu hamil yang dilakukan penyuluhan mengenai kesehatan gigi dan
mulut per tahun (sesuai SPM)
3. Rujukan pada ibu hamil yang memerlukan perawatan lebih lanjut ke Puskesmas
4. Memberikan pengetahuan dasar mengenai kesehatan gigi dan mulut pada kader melalui buku
pedoman UKGM

D. RUANG LINGKUP PEDOMAN


Ruang lingkup program UKGM yaitu:
1. Penyelenggaraan Pendidikan kesehatan gigi dan mulut
2. Penyelenggaraan Pelayanan kesehatan gigi dan mulut
3. Pembinaan lingkungan kehidupan posyandu, keluarga, dan masyarakat

E. BATASAN OPERASIONAL
1. Kegiatan di dalam gedung :
 Pemeriksaan kesehatan rujukan hasil pemeriksaan di posyandu
 Penyuluhan dan konseling kesehatan (KIE dan DHE)
2. Kegiatan di luar gedung
 Pemeriksaan kesehatan ibu hamil
 Penyuluhan kesehatan gigi dan mulut
 Demo sikat gigi

4
BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. KUALIFIKASI SUMBER DAYA MANUSIA


1. Dokter Gigi :
 S1 Profesi Kedokteran Gigi
 memiliki STR yang berlaku
 telah mengikuti pelatihan kegawatdaruratan gigi
 Telah mengikuti pelatihan BHD
 mampu mengoperasikan komputer dan internet
2. Perawat Gigi :
 Sekolah Perawat Gigi, Sekolah Pengatur Rawat Gigi, Akademi Kesehatan Gigi
Program DIII, DIV Perawat Gigi Pendidik/DIV Keperawatan Gigi,
 Memiliki STR yang masih berlaku
 Telah mgnikuti pelatihan BHD
 mampu mengoperasikan komputer dan internet

B. DISTRIBUSI KETENAGAAN
Dokter Gigi Penanggung jawab pelaksanaan operasional
Bersama perawat gigi menyusun rencana kegiatan, menentukan target tahunan serta
jadwal kegiatan bulanan, memonitoring program dan evaluasi
Melaporkan serta mengkoordinasikan ke Kepala Puskesmas dan petugas UKGM
Membina integrasi dengan unit-unit yang terkait di Desa
Memberi bimbingan dan pengarahan kepada Kader
Bila tidak ada perawat gigi, dokter gigi dapat sebagai pelaksanan UKGM
Melakukan kegiatan analis teknis & edukatif
Perawat Gigi Bersama dokter gigi menyusun rencana UKGM
Melakukan persiapan lokakarya mini untuk menyampaikan rencana kegiatan
Membina kerjasama dengan Kader Posyandu
Melakukan persiapan lokakarya mini untuk menyampaikan rencana kegiatan
pelaksana terkait
Pengumpulan data UKGM
Melaksanakan pencatatan dan pelaporan
Evaluasi cakupan program, pencapaian target untuk menjadi dasar Rencana
Kegiatan Tahunan berikutnya

5
C. JADWAL KEGIATAN
Kegiatan UKGM dilaksanakan setahun 2x pada seluruh Posyandu di wilayah kerja Puskesmas
Brang Rea.
JAN FEB MAR AP MEI JUN JUL AGS SEP OKT NOV DES
R
Kegiatan
UKGM

6
BAB III
STANDAR FASILITAS
Kegiatan UKGM Alat & Bahan
Kegiatan di luar gedung 1. Alat
 Kaca mulut (alat diagnostik)
 Ballpoint
 Phantom gigi dan sikat gigi
 Poster dan video penyuluhan
2. Bahan
 Alkohol
 H2O2
 Register UKGM
 Buku kegiatan lapangan UKM
 Lembar rujukan

7
BAB IV
TATA LAKSANA UKGM
A. LINGKUP KEGIATAN
UKGM merupakan kegiatan diluar gedung yang termasuk dalam pelayanan kesehatan gigi dan
mulut UPTD Puskesmas Brang Rea. Kegiatan yang dilakukan adalah :
 Pemeriksaan gigi dan mulut ibu hamil, balita
 Penyuluhan kesehatan gigi dan mulut untuk ibu hamil, ibu balita, dan balita
 Demo sikat gigi
 Rujukan

B. METODE
 Menumbuhkembangkan kemampuan dan potensi masyarakat (empowering)
 Menumbuhkembangkan peran serta masyarakat dalam pembangunan kesehatan
 Membangun semangat gotong royong dalam pembangunan kesehatan
 Bekerja bersama masyarakat
 Menggalang kemitraan dengan Lembaga Swadaya Masyarakat dan Organisasi Masyarakat

C. LANGKAH KEGIATAN
1. Melakukan koordinasi dengan Tim Posyandu
2. Membuat surat pemberitahuan dan jadwal kegiatan ke Posyandu
3. Mempersiapkan alat dan bahan di Puskesmas
4. Mendatangi lokasi/posyandu bersama tim
5. Pemeriksaan gigi dan mulut ibu hamil dan balita
6. Memberikan materi penyuluhan tentang kesehatan gigi dan mulut pada ibu hamil secara
personal dan pada balita secara umum
7. Koordinasi dengan kepala kader posyandu untuk ibu hamil/balita yang memerlukan rujukan :
pencatatan nama ibu hamil/balita yang perlu dirujuk
8. Demo sikat gigi
9. Tanda tangan kader/bidan pada buku kegiatan UKGM/UKGS dan Kepala Desa pada SPT dan
buku kegiatan UKGM/UKGS
10. Mengisi buku tamu posyandu

8
BAB V
LOGISTIK
Alat yang digunakan :
1. Kaca mulut (diagnostik set)
2. Buku register UKGM
3. Poster, video, phantom gigi

Bahan habis pakai yang digunakan pada pelaksanaan kegiatan UKGM adalah :
1. Betadine solution atau desinfektan lain Sesuai kebutuhan
2. Sabun tangan atau antiseptic Sesuai kebutuhan
3. Kasa Sesuai kebutuhan
4. Alkohol Sesuai kebutuhan
5. Kapas Sesuai kebutuhan
6. Masker Sesuai kebutuhan
7. Handscoon Sesuai kebutuhan
8. Ballpoint 2
9. Lembar rujukan UKGM Sesuai kebutuhan

9
BAB VI
KESELAMATAN SASARAN KEGIATAN

Enam sasaran keselamatan pasien :


1. Ketepatan identifikasi pasien
a. Pasien diidentifikasi menggunakan dua identitas unik pasien, tidak boleh menggunakan
nomor kamar atau lokasi pasien
b. Pasien diidentifikasi sebelum pemberian obat, darah, atau produk darah
c. Pasien diidentifikasi sebelum mengambil darah dan spesimen lain untuk pemeriksaan klinis
d. Pasien diidentifikasi sebelum pemberian pengobatan dan tindakan / prosedur
e. Kebijakan dan prosedur mengarahkan pelaksanaan identifikasi yang konsisten pada semua
situasi dan lokasi
2. Peningkatan komunikasi yang efektif
a. Perintah lengkap secara lisan dan yang melalui telpon atau hasil pemeriksaan dituliskan
secara lengkap oleh penerima perintah
b. Perintah lengkap lisan dan telpon atau hasil pemeriksaan dibacakan kembali secara lengkap
oleh penerima telpon
c. Perintah atau hasil pemeriksaan dikonfirmasi oleh pemberi pemerintah atau yang
menyampaikan hasil pemeriksaan
d. Kebijakan dan prosedur mengarahkan pelaksaan verifikasi keakuratan komunikasi lisan
atau melalui telepon secara konsisten
3. Peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai (high-alert)
a. Kebijakan dan / atau prosedur dikembangkan agar memuat proses identifikasi, menetapkan
lokasi, pemberian label, dan penyimpanan elektrolit konsentrat
b. Implementasi kebijakan dan prosedur
c. Elektrolit konsentrat tidak berada di unit pelayanan pasien kecuali jika dibutuhkan secara
klinis dan tindakan diambil untuk mencegahpemberian yang kurang hati-hati di area
tersebut sesuai kebijakan
d. Elektrolit konsentrat yang disempan pada unit pelayanan pasien harus diberi label yang
jelas, dan disimpan pada araea yang dibatasi ketat (restricted)
4. Kepastian tepat lokasi, tepat prosedur, tepat pasien
5. Pengurangan resiko infeksi terkait pelayanan
6. Pengurangan resiko cedera akibat pasien jatuh

Keselamatan pada sasaran harus diperhatikan karena masyarakat tidak hanya menjadi sasaran satu
kegiatan saja melainkan menjadi sasaran banyak program kesehatan lainnya. Tahapan dalam
mengelola keselamatan sasaran antara lain :
1. Identifikasi resiko

10
Sebelum melaksanakan kegiatan, penanggung jawab program harus melakukan identifikasi
resiko terhdap segala kemungkinan yang dapat terjadi pada saat pelaksanaan kegiatan.
Identifikasi resiko atau dampak dari pelaksanaan kegiatan dimulai sejak membuat
perencanaan. Hal ini dilakukan untuk meminimalisasi dampak yang ditimbulkan dari
pelaksanaan kegiatan. Upaya pencegahan resiko terhadap sasaran harus dilakukan untuk tiap-
tiap kegiatan yang akan dilaksanakan
2. Analisa resiko
Tahap selanjutnya adalah petugas melakukan analisa terhadap resiko atau dampak dari
pelaksanaan kegiatan yang sudah diidentifikasi. Hal ini perlu dilakukan untuk menentukan
langkah-langkah yang akan diambil dalam menangani resiko yang terjadi.
3. Rencana pencegahan resiko dan meminimalisasi resiko
Setelah dilakukan identifikasi dan analisa resiko, tahap selanjutnya adalah menentukan
rencana yang akan dilakukan untuk emncegah terjadinya resiko atau dampak yang mungkin
terjadi. Hal ini perlu dilakukan untuk mencegah atau meminimalkan resiko yang mungkin
terjadi.
4. Rencana Upaya Pencegahan
Membuat rencana tindakan yang akan dilakukan untuk mengatasi resiko yang ditimbulkan
oleh kegiatan yang dilakukan. Hal ini perlu dilakukan untuk menentukan langkah yang tepat
dalam mengatasi resiko atau dampak yang terjadi.
5. Monitoring dan evaluasi
Monitoring adalah proses rutin pengumpulan data dan pengukuran objektifitas dari suatu
program/kegiatan. Sedangkan evaluasi adalah penggunaan metode penelitian sosial untuk
secara sistematis mengivestigasi efektifitas program. Menilai kontribusi program terhadap
perubahan (goal/tujuan/objektif) dan menilai kebutuhan perbaikan, kelanjutan atau perluasan
program (rekomendasi). Evaluasi memerlukan hasil dari monitoring dan digunakan untuk
kontribusi program UKGM yang sesuai dengan tujuan UKGM Puskesmas Brang Rea.

11
BAB VII
KESELAMATAN KERJA

Keselamatan kerja pada saat pelaksanaan UKGM harus dilakukan dengan cara pengendalian
resiko yang meliputi :
1. Eliminasi (menghilangkan bahaya) : memastikan hand instrument yang digunakan
disucihamakan
2. Rekayasa (enginering) : dilakukan penggantian hand instrument yang sudah disucihamakan
dengan chlorine
3. Pengendalian administrasi : dengan memberikan pelayanan UKGM sesuai SOP
4. Pemakaian Alat Pelindung Diri (APD) : sebelum melakukan pemeriksaan pada kegiatan
UKGM, petugas memakai masker dan handscoon.

Pelaksaaan Pencegahan Dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit Dan Fasilitas Pelayanan Kesehatan
lainnya :
A. Kebersihan Tangan pada Kegiatan UKGM di lapangan
Kegagalan melakukan kebersihan tangan yang baik dan benar dianggap sebagai penyebab utama
infeksi nosokomial (HAIs) dan penyebaran mikroorganisme multi resisten di fasilitas pelayanan
kesehatan dan telah diakui sebagai kontributor yang penting terhadap timbulnya wabah.
Dari sudut pandang pencegahan dan pengendalian infeksi, praktek membersihkan tangan adalah
untuk mencegah infeksi yang ditularkan melalui tangan. Tujuan kebersihan tangan adalah untuk
menghilangkan semua kotoran dan debris serta menghambat atau membunuh mikroorganisme
pada kulit. Mikroorganisme di tangan ini diperoleh dari kontak dengan pasien dan lingkungan.
Sejumlah mikroorganisme permanen juga tinggal di lapisan terdalam permukaan kulit yaitu
staphylococcus epidermidis. Selain memahami panduan rekomendasi untuk kebersihan tangan,
para petugas kesehatan perlu memahami indikasi dan keuntungan dari kebersihan tangan terutama
keterbatasan, pemakaian sarung tangan.
Alat yang digunakan untuk membersikan tangan:
a. air bersih
b. sabun
c. agen antiseptik (iodofor 7,5-10%, kloroksilenol 0,5- 4%, triklosan 0,2-2%)
d. emollient ( cairan organik seperti gliserol, propilen glikol, atau sorbital di tambahkan
pada handrub dan lotion)
Larutan antiseptik atau disebut juga antimikroba topikal, dipakai pada kulit atau jaringan hidup
lainnya untuk menghambat aktivitas atau membunuh mikroorganisme pada kulit. Antiseptik
memiliki bahan kimia yang memungkinkan untuk digunakan pada kulit dan selaput mukosa.
Antiseptik memiliki keragaman dalam hal efektivitas, aktivitas, akibat dan rasa pada kulit setelah
dipakai sesuai dengan keragaman jenis antiseptik tersebut dan reaksi kulit masing-masing
individu.

12
Cara pemakaian Handrub Antiseptik (handrub berbasis alkohol) :
a. Tuangkan handrub berbasis alkohol untuk dapat mencakup seluruh permukaan tangan dan
jari (kira-kira satu sendok teh)’
b. Gosokan larutan dengan teliti dan benar pada kedua belah dingin, khususnya diantara jari-
jari jemari dan dibawah kuku hingga kering

Handrub antiseptik tidak menghilangkan kotoran atau zat organik, sehingga jika tangan sangat kotor
atau terkontaminasi oleh darah atau cairan tubuh, harus mencuci tangan dengan sabun dan air terlebih
dahulu. Selain itu, untuk mengurangi “penumpukan” emolien pada tangan setelah pemakaian handrub
antiseptik berulang, tetap diperlukan mencuci tangan dengan sabun dan air setiap kali setelah 5-10
aplikasi handrub. Terakhir, handrub yang hanya berisi alkohol sebagai bahan aktifnya, memiliki efek
residual yang terbatas dibandingkan dengan handrub yang berisi campuran alkohol dan antiseptik
seperti khlorheksidin.

B. Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) pada Kegiatan UKGM di lapangan


1. sarung tangan
Melindungi tangan dari bahan yang dapat menularkan penyakit dan melindungi pasien dari
mikroorganisme yang berada di tangan petugas kesehatan, penyebaran infeksi. Sarung tangan
harus diganti antara setiap kontak dengan satu pasien ke pasien lainnya, untuk menghindari
kontaminasi silang.
Ingat : Memakai sarung tangan tidak dapat menggantikan tindakan mencuci tangan atau
pemakaian antiseptik yang digosokkan pada tangan. Penggunaan sarung tangan dan kebersihan
tangan, merupakan komponen kunci dalam meminimalkan penyebaran penyakit dan
mempertahankan suatu lingkungan bebas infeksi (Garner dan Favero 1986).
2. Masker
Harus cukup besar untuk menutupi hidung, mulut, bagian bawah dagu, dan rambut pada wajah
(jenggot). Masker dipakai untuk menahan cipratan yang keluar sewaktu petugas kesehatan atau
petugas bedah berbicara, batuk atau bersin serta untuk mencegah percikan darah atau cairan
tubuh lainnya memasuki hidung atau mulut petugas kesehatan. Bila masker tidak terbuat dari
bahan tahan cairan, maka masker tersebut tidak efektif untuk mencegah kedua hal tersebut.

13
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

Pengendalian mutu adalah kegiatan yang bersifat rutin yang dirancang untuk mengukur dan
menilai mutu pelayanan. Pengendalian mutu sangat berhubungan dengan aktivitas pengawasan mutu,
sedangkan pengawasan mutu merupakan upaya untuk menjaga agar kegiatan yang dilakukan dapat
berjalan sesuai rencana dan menghasilkan keluaran yang sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.
Kinerja pelaksanaan dimonitor dengan menggunakan indikator sebagai berikut :
1. Ketepatan pelaksanaan kegiatan sesuai jadwal
2. Kesesuaian petugas yang melaksanakan kegiatan
3. Ketepatan metode yang digunakan
4. Tercapainya indikator kesehatan gigi dan mulut
Pengendalian kegiatan UKGM Puskesmas Brang Rea dilakukan dengan cara :
1. Pengukuran dan analisa pelayanan
 Persentase jumlah ibu hamil yang diperiksa
 Jumlah ibu hamil yang mendapat pemeriksaan dan penyuluhan kesehatan gigi dan
mulut
2. Perbaikan berkelanjutan
i. Intervensi internal
 Perbaikan perencanaan dan pengorganisasian
 Pembangunan sarana dan pengadaan peralatan
 Penyedia ketenagaan
 Peningkatan pengetahuan dan ketrampilan pelaksana UKGM dan kader posyandu
ii. Intervensi eksternal
Dilakukan dalam bentuk Pembinaan, yaitu suatu proses pemantauan dan penilaian terhadap
program yang dilaksanakan oleh SDM serta memberikan bantuan berupa pengarahan dan
bimbingan untuk menuju perbaikan guna pencapaian tujuan seperti yang diharapkan.
Pembinaan dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kabupatan.

14
BAB IX
PENUTUP

Pedoman pelaksanaan UKGM ini dibuat untuk memberikan petunjuk dalam pelaksanaan kegiatan
UKGM di Puskesmas Brang Rea. Penyusunan pedoman disesuaikan dengan kondisi riil yang ada di
puskesmas, disertai dengan inovasi-inovasi yang sesuai dengan pedoman yang berlaku secara nasional.
Masih diperlukan perubahan perbaikan sesuai dengan kebijakan, kesepakatan yang menuju pada hasil
optimal.
Untuk mencapai keberhasilan tujuan UKGM perlu adanya komunikasi yang efektif dan
berkesinambungan dengan seluruh sektor terkait. Perlu juga dilakukan monitoring yang berfungsi
untuk mengurangi resiko kesalahan pegambilan kesimpulan dari hasil akhir evaluasi. Evaluasi
dilakukan untuk menilai keberhasilan tujuan yang telah ditentukan sebelumnya, antara lain
terpenuhinya ketenagaan pada Puskesmas Brang Rea yang sesuai Permenkes no 75 tahun 2014,
terpenuhinya fasilitas pelayanan kesehatan gigi dan mulut, terpenuhinya jenis pelayanan kesehatan gigi
dan mulut pada seluruh lapisan masyarakat Puskesmas Brang Rea, tersedianya logistik yang sesuai
dengan strandar pelayanan, terjaminnya keselamatan sasaran/pasien, terjaminnya keselamatan petugas,
terkendalinya mutu pelayanan kesehatan gigi dan mulut.
Pedoman ini digunakan sebagai acuan bagi petugas dalam melaksanakan pelayanan program
UKGM di Puskesmas Brang Rea agar tidak terjadi penyimpangan atau pengurangan dari kebijakan
yang telah ditentukan.

15

Anda mungkin juga menyukai