Anda di halaman 1dari 9

Lampiran: Peraturan Direktur UPTD Rumah Sakit

Jiwa Daerah Dinas Kesehatan Prov. Kep


Bangka Belitung
Nomor : 188/ /RSJD/2022
Tanggal : 03 Juni 2022

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Assesmen awal adalah suatu proses untuk mengidentifikasi dan menangani kondisi
yang mengancam nyawa, berfokus pada tingkat kesadaran pasien, stabilitas leher dan
tulang belakang, menjaga patensi jalan napas, pernapasan dan sirkulasi
Assesmen awal dari seorang pasien rawat jalan atau rawat inap sangat penting
untuk mengidentifikasi kebutuhan pasien dan untuk memulai proses pelayanan.
Assesmen awal diharapkan dapat memberikan informasi tentang:
1. pemahaman pelayanan apa yang dicari oleh pasien
2. pilihan jenis pelayanan yang terbaik bagi pasien
3. diagnosis awal
4. mengetahui respon pasien terhadap pengobatan sebelumnya
Untuk mendapat informasi ini, assesmen awal termasuk evaluasi kondisi medis
pasien melalui pemeriksaan fisik dan riwayat kesehatannya. Assesmen psikologis
menetapkan status emosional pasien (contoh: pasien depresi, ketakutan atau agresif
dan potensial menyakiti diri sendiri atau orang lain). Tetapi konteks sosial, budaya,
keluarga dan ekonomi pasien merupakan faktor penting yang dapat mempengaruhi
respon pasien terhadap penyakit dan pengobatan. Keluarga dapat sangat menolong
dalam assesmen untuk perihal tersebut dan untuk memahami keinginan dan preferensi
pasien dalam proses assesmen ini. Faktor ekonomis dinilai sebagai bagian dari
assesmen sosial atau dinilai secara terpisah bila pasien dan keluarganya yang
bertanggung jawab terhadap seluruh atau sebagian biaya selama dirawat atau waktu
pemulangan pasien. Berbagai staf kompeten dapat terlibat dalam proses assesmen
pasien. Faktor terpenting adalah bahwa assesmen lengkap dan tersedia bagi mereka
yang merawat pasien. Falls atau pasien jatuh merupakan insiden di RS yang sering
terjadi dan dapatmengakibatkan cedera serius dan kematian. Pasien jatuh merupakan
adverse eventkedua terbanyak dalam institusi perawatan kesehatan setelah
kesalahanpengobatan/medication erors (AHRQ). Insiden pasien jatuh tidak
hanya berdampak kepada fisik pasien tetapi juga dampak keuangan yang ditanggung
pasien dan rumah sakit (RS).Permasalahan pasien jatuh telah menjadi perhatian
penting bagi pemerintahdalam pelayanan pasien di RS melalui peraturan
menteri kesehatan No.1691/MENKES / PER / VII / 2011 tentang keselamatan pasien
rumah sakit, bab 4pasal 8 bahwa : setiap RS wajib mengupayakan pemenuhan sasaran
keselamatan pasien. Enam sasaran keselamatan pasien dan salah satunya adalah
pengurangan risiko pasien jatuh. Dalam rangka menurunkan risiko cedera akibat jatuh,
maka petugas RS perlu melakukan asesmen dan asesmen/penilaian ulang terhadap
kategori risiko pasien jatuh dan bekerja sama dalam memberikan intervesi.

B. Definisi
1. Jatuh adalah suatu peristiwa dimana seseorang mengalami jatuh dengan atau
tanpa disaksikan oleh orang lain,tidak disengaja/tidak direncanakan,dengan arah
jatuh kelantai,dengan atau tanpa menciderai dirinya.. Resiko jatuh adalah pasien
yang berisiko untuk jatuh yang umumnya disebabkan oleh faktor lingkungan dan/
atau faktor fisiologis dapat berakibat cidera
2. Resiko jatuh adalah pasien yang berisiko untuk jatuh yang umumnya disebabkan
oleh faktor lingkungan dan/ atau faktor fisiologis dapat berakibat cidera.
BAB III
RUANG LINGKUP
Ruang lingkup mengurangi cidera pasien akibat jatuh meliputi seluruh instalasi rawat jalan,
IGD dan rawat inap.
BAB III
KEBIJAKAN

1. Rumah sakit telah melakukan skrining pasien rawat jalan pada


kondisi,diagnosis,situasi,atau lokasi yang dapat meyebabkan pasien berisiko jatuh
dengan menggunakan alat bantu/metode skrining yang ditetapkan rumah sakit.
2. Tindakan dan/atau intervensi dilakukan untuk mengurangi risiko jatuh pada pasien jika
hasil skrining menunjukkan adanya risiko jatuh dan hasil skrining serta intervensi
didokumentasikan.
3. Rumah sakit telah melakukan pengkajian risiko jatuh untuk semua pasien rawat inap
menggunakan metode pengkajian Edmonson.
4. Rumah sakit telah melaksanakan pengkajian ulang risiko jatuh pada pasien rawat inap
karena adnya perubahan kondisi,atau memang sudah mempunyai risiko jatuh dari hasil
pengkajian.
5. Tindakan dan /atau intervensi untuk mengurangi risiko jatuh pada pasien rawat inap
telah di lakukan dan didokumentasikan.
BAB IV
TATA LAKSANA

A. Mengurangi resiko cidera akibat jatuh di rawat jalan dan IGD


Rumah sakit menerapkan proses untuk mengurangi Risiko cidera pasien akibat
jatuh di rawat jalan dan IGD. Risiko jatuh pada pasien rawat jalan berhubungan dengan
kondisi pasien,situasi,dan atau lokasi di rumah sakit. Di unit rawat jalan dan di IGD
dilakukan skrining risiko jatuh pada pasien dengan kondisi, diagnosis, situasi, dan atau
lokasi yang menyebabkan risiko jatuh.Jika hasil skrining pasien berisiko jatuh,maka
harus dilakukan intervensi untuk mengurangi risiko jatuh pasien tersebut
Rumah sakit telah melaksanakan skrining pasien rawat jalan pada :
1. Kondisi:pasien geriatric ,dizziness,vertigo,gangguan,keseimbangan,gangguan
penglihatan, penggunaan obat, status kesadaran dan atau kejiwaan,konsumsi
alcohol.
2. Diagnosis : pasien dengan diagnosis penyakit Parkinson
3. Situasi misalnya pasien yang mendapatkan sedasi atau pasien dengan riwayat tirah
baring / perawatan yang lama, yang akan dipindahkan untuk pemeriksaan
penunjang dari ambulans, perubahan posisi akan meningkatkan risiko jatuh.
4. Lokasi:area area yang berisiko pasien jatuh,seperti tangga, lantai yang licin dan
ruang dengan pencahayaan yang kurang,Unit pelayanan dengan peralatan parallel
bars, freestanding staircase seperti di unit rehabilitasi medis.
Skrining awal berupa observasi dan evaluasi sederhana mandiri meliputi
pertanyaan dengan jawaban sederhana: ya/tidak, yang dapat disampaikan secara lisan
dan dapat dilakukan oleh petugas keamanan pada saat pasien datang ke lingkungan
rumah sakit, dengan memakai pertanyaan sederhana antara lain :
1. Apakah Anda merasa tidak stabil ketika berdiri atau berjalan?
2. Apakah Anda khawatir akan jatuh?
3. Apakah anda pernah jatuh dalam seminggu terakhir.?
Tindakan dilakukan untuk mengurangi risiko jatuh pada pasien jika hasil skrining
menunjukkan adanya risiko jatuh dengan criteria hasil jika ada 1 dari pertanyaan
tersebut di jawab” Ya”, maka selanjutnya petugas keamanan akan memberikan
bantuan dengan kursi roda atau brankar untuk membawa pasien ke tempat
pelayananan. Selanjutnya.perawat akan melakukan skrining lanjutan risiko jatuh
dengan menggunakan metode “Modifikasi Get Up And Go Test” dengan komponen
penilaian:
a. Perhatikan cara berjalan pasien (salah satu atau lebih):
1) Tidak seimbang/sempoyongan/limbung
2) Jalan dengan menggunakan alat bantu(kruk,tripot,kursi roda,orang)
b. Apakah pasien memegang pinggiran kursi/meja/benda lain sebagai penopang saat
akan duduk?
Kriteria hasil penilaian:
1. Tidak berisiko(tidak ditemukan a dan b) dari komponen penilaian di atas.
2. Berisiko rendah(ditemukan a atau b) dari. Komponen penilaian diatas.
3. Berisiko tinggi(di temukan a dan b)dari komponen penilaian diatas.
Jika dari hasil skrining tersebut ditemukan pasien berisiko jatuh maka lakukan
Intervensi Pencegahan Jatuh di rawat jalan:
1. Identifikasi pasien menggunakan minimal dua identitas ( nama lengkap,tanggal
lahir, dan /atau nomor rekam medis
2. Siapkan gelang identitas penanda jatuh (berwarna kuning)
3. Jelaskan tujuan dan langkah- langkah prosedur
4. Lakukan enam langkah kebersihan tangan.
5. Ucapkan salam (“Selamat ..... Bapak/Ibu..”)
6. Perkenalkan diri dan jelaskan tindakan yang akan dilakukan (“Perkenalkan
saya....., Saya perawat yang akan memasangkan gelang risiko jatuh pada
Bapak/Ibu”Tujuan pemasangan gelang ini adalah sebagai penanda bahwa Bapak/
Ibu berisiko jatuh”
7. Tanyakan kesiapan pasien (“bagaimana Bapak/ibu apakah sebelumnya ada yang
ditanyakan”)
8. Pasang gelang berwarna kuning pada pasien
9. Lakukan enam langkah kebersihan tangan.
10. Informasikan Pasien dan keluarga mengenai area- area yg berisiko jatuh seperti:
tangga, lantai yang licin dan ruang dengan pencahayaan yang kurang di
lingkungan rumah sakit.
11. Berikan alat bantu seperti kursi roda jika diperlukan.
12. Ajari Pasien menggunakan hand rell
13. Dokumentasikan.semua tindakan yang telah dilakukan ke dalam rekam medis
pasien.

B. Mengurangi resiko cidera akibat jatuh dirawat inap


Rumah sakit menerapkan proses untuk mengurangi risiko cidera pasien akibat jatuh
di rawat inap..Rumah sakit melakukan pengkajian risiko jatuh untuk semua pasien rawat
inap, dengan menggunakan Formulir Penilaian Risiko Jatuh(‘Edmonson Psychiatric Fall
Risk Asessment”) sesuai SPO Assesment Penilaian Risiko Jatuh Di Rawat Inap dan
SPO Pencegahan Jatuh Di Rawat Inap.
Rumah sakit telah melakukan pengkajian ulang risiko jatuh pada pasien rawat
inap Untuk pasien dari IGD dengan hasil assessment resiko sedang-tingg, terutama untuk
pasien gelisah, untuk mengetahui bila ada perubahan kondisi termasuk risiko lari, risiko
bunuh diri, risiko allergi, dan risiko kekerasan juga dilakukan pengkajian ulang dengan
menggunakan Formulir Assesment Risiko Bunuh diri( untuk Risiko Bunuh Diri),Formulir
Assesmet Risiko Melarikan Diri(untuk Risiko Melarikan Diri),dan Formulir Assesmen Risiko
Kekerasan( untuk Risiko Prilaku Kekerasan).
Tindakan yang dilakukan untuk mengurangi risiko jatuh pada pasien rawat inap:
Perawat yang bertugas akan mengidentifikasi dan menerapkan prosedur pencegahan
jatuh berdasarkan pada:
a. Kategori risiko jatuh (berisiko dan tidak berisiko)
b. Kebutuhan dan keterbatasan per pasien
c. Riwayat jatuh sebelumnya dan penggunaan alat pengaman atau (safety devices)
Assesment klinis harian, Assesment ulang resiko jatuh dan Assesmen ulang risiko
lainnya dilaksanakan setiap hari pada saat pasien akan di transfer ke unit lain, karena
adanya perubahan kondisi pasien,dan karena adanya kejadian jatuh pada pasien.
Prosedur Pencegahan jatuh pada pasien yang berisiko telah diimplementasikan dan
penggunaan peralatan yang sesuai telah optimal untuk mengubah kategori dari berisiko ke
tidak berisiko
Intervensi pencegahan jatuh di rawat inap:
1. Identifikasi pasien mengunakan minimal dua identitas ( nama lengkap,tanggal lahir,
dan /atau nomor rekam medis
2. Jelaskan tujuan dan langkah- langkah prosedur
3. Siapkan alat dan bahan yang diperlukan
a) Baju berwarna kuning sebagai penanda risiko jatuh
b) Formulir penilaian risiko jatuh
c) Alat tulis
4. Lakukan kebersihan tangan enam langkah
5. Lakukan penilaian tingkat risiko jatuh dengan menggunakan Edmonson Psychyatric
Fall Risk.
6. Jika dari hasil penilaian di temukan hasil skor kurang dari 90( tidak berisiko) Lakukan
Intervensi:
a. Orientasikan pasien pada lingkungan kamar atau bangsal
b. Pastikan Rem tempat tidur terkunci
c. Singkirkan barang yang berbahaya terutama pada malam hari
d. Minta persetujuan pasien agar lampu malam tetap menyala
e. Pastikan alat bantu jalan dalam jangkauan
f. Pastikan alas kaki tidak licin
g. Pastikan kebutuhan pribadi dalam jangkauan
h. Atur ketinggian tempat tidur
7. Jika dari hasil penilaian skor lebih dari 90(berisiko)
Lakukan Intervensi:
a. Lakukan tindakan sesuai skor kurang dari 90
b. Pasang penanda risiko jatuh (memakai baju berwarna kuning)
c. Awasi/ bantu pasien dalam memenuhi ADL
d. Cepat menanggapi keluhan pasien
e. Review kembali obat-obat yang berisiko
f. Beritahu pasien agar mobilisasi secara bertahap
g. Libatkan pasien secara aktif
8. Lakukan kebersihan tangan enam langkah
9. Dokumentasikan prosedur yang telah dilakukan kedalam rekam medis

C. Manajemen setelah kejadian jatuh:


1. Nilai apakah terdapat cedera akibat jatuh ( abrasi, kontusio, laserasi, fraktur, cedera
kepala )
2. Nilai tanda vital
3. Nilia adanya keterbatasan gerak
4. Pantau pasien dengan ketat
5. Catat dalam status pasien ( rekam medis )
6. Laporkan kejadian jatuh kepada perawat yang bertugas dan lengkapi laporan
insidens
7. Modifikasi rencana keperawatan interdisiplin sesuai dengan kondisi pasien

D. Edukasi pasien / keluarga:


1. Informasikan pasien dan keluarga mengenai faktor resiko jatuh dan setuju untuk
mengikuti strategi pencegahan jatuh yang telah ditetapkan.
2. Edukasi pasien dan keluarga mengenai faktor resiko jatuh dilingkungan rumah sakit
dan melanjutkan keikut sertaannya sepanjang keperawatan pasien
3. Informasikan pasien dan keluarga dalam semua aktifitas sebelum memulai
penggunaan alat bantu
4. Ajari pasien untuk menggunakan pegangan dinding (Hand rail)
5. Informasikan pasien mengenai dosis dan frekuensi konsumsi obat – obatan efek
samping serta interaksinya dengan makanan dan obat obatan lain.
BAB V
DOKUMENTASI

1. Formulir Skrining “Modifikasi Get Up And Go Test”


2. Formulir Penilaian Resiko Jatuh (‘Edmonson Psychiatric Fall Risk Asessment”)
3. Formulir Assesmet Risiko Melarikan Diri
4. Formulir Assesmet Risiko Bunuh Diri
5. Formulir Assesmet Risiko Perilaku Kekerasan

DIREKTUR
UPTD RUMAH SAKIT JIWA DAERAH
DINAS KESEHATAN
PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

dr.Hj. Ria Agustine


Pembina
NIP. 19810815 201001 2 010

Anda mungkin juga menyukai