Anda di halaman 1dari 16

LAMPIRAN

PERATURAN DIREKTUR
RS ROYAL PROGRESS
NOMOR 029/PER/DIR/XI/2014
TENTANG PANDUAN
MANAJEMEN RISIKO

BAB I
PENDAHULUAN

Setiap upaya medik umumnya mengandung resiko, sebagaimana diantaranya beresiko ringan
atau hampir tidak berarti secara klinis. Namun tidak sedikit pula yang memberikan
konsuekensi medik yang cukup berat. resiko yang dicegah beupa klinis dan risiko non klinis.

Kategori Risiko di Rumah Sakit :


1. Patient care-related risks
2. Medical staff care-related risks
3. Employee-related risks
4. Property-related risks
5. Financial risks
6. Other risks

Resiko didefinisikan sebagai kemungkinan sesuatu terjadi atau potensi bahaya yang terjadi
dapat memberikan pengaruh kepada hasil akhir. Dalam setiap pusat pelayanan kesehatan
harus dibangun sistem yang dapat menjamin bahwa setiap tindakan medik yang dilakukan
haruslah aman bagi pasien maupun petugas dan lingkungan sekitar. Pendekatan yang dapat
dilakukan disebut dengan manajemen risiko.

Langkah-langkah untuk meminimalkan risiko :


 Meningkatkan Peran RS Dan Manajemen Dalam Mencegah Error Dengan Cara
Mengembangkan sistem yang selain bertujuan untuk meningkatkan mutu pelayanan
kesehatan juga menjamin setiap upaya, prosedur dan sistem pelayanan yang dilakukan
aman untuk pasien, petugas dan lingkungan. hal tersebut dipresentasikan dalam
bentuk SPO , clinical practice guidelines, clinical patway dll.

 Meningkatkan peran staf RS agar terlibat langsung maupun tidak langsung


dalampelayanan kesehatan di RS untuk mampu mengenali, mengidentifikasi dan
menganalisis kejadian medical error dan melakukan upaya yang adekuat untuk
mengatasi error yang sudah terlanjur terjadi.

 Setiap staf harus menyadari bahwa mereka adalah bagian dari tim yang bekerja dalam
satu tim. Kerja tim yang baik juga sangat ditentukan oleh kinerja rumah sakit yang
baik, mulai dari dukungan moral, finansial, teknis dan operasional hingga terjalinnya
komunikasi yang baik antara pihak manajemen dengan pihak praktisi.

Panduan Manajemen Risiko 1


Tahapan manajemen risiko adalah :
1. Risk Awarenes. seluruh staff RS harus menyadari risiko yang mungkin terjadi diunit
kerjanya masing-masing, baik medis maupun non medis.
metode yang digunakan untuk mengenali risiko antara lain : self-assesment, sistem
pelaporan kejadian yang berpotensi menimbulkan risiko (laporan insiden),
pengamatan KPC (kondisi potensi cidera) dan audit klinis.
2. Risk control (and or Risk Preventantion). Langkah-langkah yang diambil manajemen
untuk mengendalikan risiko. upaya yang dilakukan :
Mencari jalan untuk menghilangkan risiko (engineering solution)
Mengurangi risiko (control solution) baik terhadap probabilitasnya maupun terhadap
derajat keparahannya.
Mengurangi dampak.
3. Risk containment. Dalam hal telah terjadi suatu insiden, baik akibat suatu tindakan
atau kelalaian ataupun akibat dari suatu kecelakaan yang tidak terprediksikan
sebelumnya, maka sikap yang terpenting adalah mengurangi besarnya risiko dengan
melakukan langkah-langkah yang tepat dalam mengelola pasien dan insidennya..
unsur utama biasanya adalah respons yang cepat dan tepat terhadap setiap
kepentingan pasien, dengan didasari oleh komunikasi yang efektif.
4. Risk transfer. akhirnya apabila risiko itu akhirnya terjadi juga dan menimbulkan
kerugiaan, maka diperlukan pengalihan penanganan risiko tersebut kepada pihak yang
sesuai, misalnya menyerahkannya kepada sistem asuransi.
Dari sisi sumber daya manusia, manajemen risiko dimulai dari pembuatan standar (set
standar), patuhi standar tersebut (comply with them, kenali bahaya (identify hazards), dan
cari pemecahannya (roselve them)

TUJUAN MANAJEMEN RISIKO DI RS ROYAL PROGRESS


1. Terciptanya budaya keselamatan pasien di RS Royal Progres
2. Meningkatkan akuntabilitas.
3. Menurunnya kejadian tidak diharapkan (KTD)
4. Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi pengulangan
kejadian yang tidak diharapkan.
5. Meminimalisir risiko yang mungkin terjadi dimasa mendatang. Dengan adanya
antisipasi resiko, apabila terjadi insiden sudah terdapat alternatif penyelesaiannya.
6. Melindungi pasien, karyawan, pengunjung dan pemangku kepentingan lainnya.

Panduan Manajemen Risiko 2


BAB II
PENGERTIAN

Dalam pelaksanaan manajemen risiko, ada beberapa kata kunci yang sering digunakan,
yaitu :
1. Risiko adalah dampak dari ketidakpastian terhadap sasaran
2. Dampak : suatu penyimpangan (dapat positif atau negatif) dari yang diharapkan
3. Sasaran dapat mempunyai berbagai macam aspek (proses,keuangan,lingkungan, dll)
dan dapat diterapkan pada berbagai tingkatan organisasi
(strategis,operasional,produk,proses,dll).
4. Risiko klinis adalah risiko yang dikaitkan langsung dengan layanan medis maupun
layanan lain yang dialami pasien selama di RS
Risiko non medis ada yang berupa risiko bagi organisasi maupun risiko finansial
5. Risiko organisasi adalah yang berhubungan langsung dengan komunikasi, produk
layanan data, proteksi data, sistem informasi dan semua risiko yang dapat
mempengaruhi pencapaian organisasi.
6. Risiko finansial adalah risiko yang dapat mengganggu kontorl finansial yang efektif,
salah satunya dalah sistem yang harusnya dapat meneyediakan pencatatan akuntansi
yang baik.
7. Manajemen risiko adalah upaya-upaya yang dilakukan RS yang dirancang untuk
mencegah cedera pada pasien atau meminimalkan kehilangan finansial. Manajemen
risiko dilakukan dengan mengenali kelemahan dalam sistem dan memperbaiki
kelemahan tersebut (dilakukan dengan menerapkan no blame culture) semua aktivitas
organisasi yang terkoordinasi dan diarahkan serta dikendalikan terkait dengan
pengelolaan risiko.

Panduan Manajemen Risiko 3


BAB III
PERAN DAN TANGGUNG JAWAB DALAM MANAJEMEN RISIKO

1. Seluruh anggota staff memiliki tanggung jawab pribadi dalam hal pelaksanaan
manajemen risiko, dan seluruh tingkatan manajemen harus mengerti dan
mengimplementasikan manajemen risiko.
2. Direktur RS
a. Memastikan dukungan lingkungan dan organisasi agar manajemen risiko
terlaksana denga efektif
b. Menunjuk panitia peningkatan mutu keselamatan pasien sebagai pelaksana
manajemen risiko.
c. Mengevaluasi pelaksanaan manajemen risiko
d. Memberikan masukan kepada pelaksanaan manajemen risiko
3. Panitia peningkatan mutu dan keselamatan pasien
a. Bertanggung jawab mensosialisasikan manajemen risiko agar setiap staf
mempunyai kesadaran akan risiko.
b. Mengkoordinir pelaksanaan integrated risk management
c. Menghimpun lapoan insiden
d. Menyusun risk register
e. Melakukan analisa
f. Menyusun rekomendasi
4. Seluruh unit kerja
a. Dapat mengidentifikasi risiko dalam setiap lingkup kerjanya
b. Meningkatkan kewaspadaan risiko dilingkungan kerjanya
c. Melaporkan apabila mengidentifikasi risiko baru.

Panduan Manajemen Risiko 4


BAB IV
PROSES MANAJEMEN RISIKO

Manajemen risiko menurut The joint commision on acrediation of healhcare organization


adalah aktivitas linik dan administratif yang dilakukan oleh RS untuk melakukan identifikasi,
evaluasi dan pengurangan risiko terjadinya cedera atau kerugian pada pasien, pengunjung dan
institusi RS.

Proses manajemen risiko di gambarkan pada bagan dibawah ini :

5.3. MENENTUKAN KONTES

5.4. ASESMEN RISIKO

5.4.2 IDENTIFIKASI RISIKO


5.2
KOMUNIKASI 5.6.
DAN MONITORING
KONSULTASI 5.4.3 ANALISA RISIKO DAN REVIU

5.4.4. EVALUASI RISIKO

5.5 PERLAKUAN RISIKO

Pelaksanaan Sistem Manajemen Risiko


1. Asesmen Risiko merupakan peroses untuk membantu organisasi menilai tentang
luasnya risiko yang dihadapi, kemampuan mengontrol frekuensi dan dampak risiko.
Harus dilakukan oleh seluruh staf dan semua pihak yang terlibat termasuk pasien dan
publik dapat terlibat bila memungkinkan.

a. Identifikasi Risiko

Proses sistematis dan terstruktur untuk menemukan dan mengenali risiko, keudian dibuat
daftar risiko. Daftar risiko dilengkapi dengan deskripsi risiko termasuk menjelaskan kejadian
dan peristiwa yang mungkin terjadi dan dampak yang ditimbulkannya.
Identifikasi dilakukan pada; Sumber risiko, area risiko, peristiwa dan penyebabnya dan
potensi akibatnya. metode identifikasi risiko dilakukan dengan proaktif melalui self
assesment, incident reporting sistem dan clinical audit, pengamatan KPC (Kondisi potensi
cidera) dan dilakukan menyeluruh terhadap medis dan non medis.

Panduan Manajemen Risiko 5


RS menyusun Risk Register (daftar risiko), yaitu sebauh daftar risiko yang teridentifikasi
dalam 1 tahun. Seluruh unit kerja mengidentifikasi risiko yang mungkin terjadi di unit kerja
dan dikomplikasikan oleh panitia PMKP.

b. Analisa Risiko

Analisa risiko dilakukan dengan menggunakan Risk Matrix untuk menentukan prioitas risiko.
Prioritas risiko membantu proses pengambilan keputusan. Pengelolaan risiko diawali dengan
menilai konsekuensi yang dapat dapat diakibatkan sebuah insiden dan kemungkinan
terjadinya risiko setelah teridentifikasi. Kemudian risiko dievalusasi lalu diberikan skor untuk
menentukan bobaot dan prioritas risiko yang telah terjadi. Sesuai dengan bobotnya ditentukan
tindakan yang akan diberlakukan terhadap masing-masing risiko. Bila bobotnya ringan dan
tidak prioritas tindakannya dapat hanya mentoleransi saja dan menjadikannya catatan. Namun
bila risiko yang terjadi memiliki bobot besar dan mengganggu pencapaian tujuan RS, maka
ditentukan sebagai prioritas utama dan harus diatasi atau ditransfer, atau bahkan
menghentikan kegiatan yang meningkatkan terjadinya risiko.

Rumus yang digunakan:

TINGKAT = PELUANG X DAMPAK AKIBAT

Kriteria Peluang (P)


Nilai Kriteria Peluang
5 Sangat Besar Hampir pasti akan terjadi (81 – 100 %)
4 Besar Sangat mungkin (51-80%)
3 Subtansial Mungkin terjadi/bisa terjadi (21-50 %)
2 Menengah Jarang tapi bukan tidak mungkin terjadi (6-20 %)
1 kecil Hampir tidak mungkin terjadi (0-5 %)

Panduan Manajemen Risiko 6


kriteria Dampak (A)
Aspek Insignifi cant MINOR MODERATE MAJOR CATASTRO
Nilai 1 2 3 4 PHIC
5
Cedera Tidak ada Dapat Berkurangnya Cedera luas kematian
pasien cedera diatasi fungsi Kehilangan
dengan motorik/sensorik fungsi utama
petolongan setiap kasus yang permanen
pertama memperpanjang
perawatan
operasional Terhenti lebih Terhenti Terhenti lebih dari Terhenti lebih Terhenti
dari 1 jam lebih dar 8 1 hari dari 1 minggu permanen
jam
Keuangan Kerugian kecil Kerugian > Kerugian > 0,25 Kerugian > 0,5 Kerugian > 1
0,1 % % anggaran % anggaran % anggaran
anggaran
Publikasi Rumor Media lokal Media lokal Media Media
Waktu Waktu lama Nasional Nasional
singkat < 3 hari < 3 hari

Reputasi Rumor Dampak Dampak Dampak serius Menjadi


kecil bermakna terhadap moril masalah berat
terhadap terhadap moril karyawan dan PR
moril karyawan dan kepercayaan
karyawan kepercayaan masyarakat
dan masyarakat
kepercayaa
n
masyarakat

MATRIKS GRADING RISIKO

Propabilitas Tidak Minor Moderat Mayor Katastropik


Significant 2 3 4 5
Sangat sering Moderat Moderat Tinggi Ekstrim Ekstrim
terjadi (tiap
minggu/bulan)
Sering terjadi Moderat Moderat Tinggi Ekstrim Ekstrim
(beberapa
kali/tahun)
Mungkin Rendah Moderat Tinggi Ekstrim Ekstrim
terjadi (1-
<x/Tahun 3)
Jarang Terjadi Rendah Rendah Moderat Tinggi Ekstrim
(>2-
<5kali/Tahun
2)
Sangat jarang Rendah Rendah Moderat Tinggi Ekstrim
terjadi (tiap

Panduan Manajemen Risiko 7


>5x/Tahun 1)
c. Evaluasi Risiko/Penilaian Risiko
i. risk rangking
ii. prioritize the risk (meprioritaskan risiko)
iii. cost benefit analysis (membandingkan biaya pengurangan risiko dengan
biaya yang timbul apabila terjadi risikio)
iv. menentukan apakah risiko diterima atau tidak

Proses menganalisa risiko yang perlu dipertimbangkan adalah dampak dari risiko tersebut
bila benar terjadi :
a. risiko yang nampaknya besar harus segera ditindaklanjuti dan mendapat perhatian dari
pimpinan.
b. risiko yang dampaknya menengah-ringan akan dikelola oleh panitia PMKP bersama
kepala unit kerja untuk membuat rencana tindak lanjut dan pengawasan.
c.

Tindakan sesuai tingkat dan bands risiko

Level / bands Tindakan

High (tinggi) Risiko tinggi. perlu tindakan segera serta membutuhkan


perhatian dari direksi
Moderate (sedang) Risiko sedang. manajer / pimpinan klinis sebaiknya
menilai dampak terhadap biaya dan kelola risiko
Low (rendah) Risiko ringan. dapat dikelola dengan prosedur rutin.
terima risiko.

2. penanganan risiko / kelola kasus risiko untuk meminimalkan kerugian (risk


control)
perlakuan risiko adalah upaya untuk menyeleksi pilihan-pilihan yang dapat mengurangi
atau meniadakan dampak serta kemungkinan terjadi risiko.
perlakuan yang dapat dipilih adalah :
 pengendalian = upaya-upaya untuk mengubah risiko yang merupakan langkah-
langkah antisipatif yang direncanakan dan dilakukan secara rutin untuk
mengurangi risiko.
 penanganan = langkah-langkah yang diambil untuk mengurangi risiko jika
tindakan pengendalian belum memadai. dapat juga bermakna langkah-langkah
yang direncanakan dan akan dilakukan apabila risiko benar-benar terjadi.

sementara menurut NHS (National Helath System) pengelolaan risiko adalah :


1. Mengambil kesempatan dengan kondisi yang ada dengan mempertimbangkan
keuntungan lebih besar daripada kerugian.
2. Mentolerasi risiko
3. Mentransfer risiko pada pihak 3 sepeti asuransi
4. Menghentikan aktivitas yang menimbulkan risiko

Panduan Manajemen Risiko 8


Opsi Perlakuan Risiko

Klarifikasi Jenis Pengendalian


Menghindari risiko 1 Menghentikan kegiatan
2 Tidak melakukan kegiatan
Mengurangi risiko 1 Membuat kebijakan/SPO (pembuatan dan pembaharuan
prosedur, standar dan check-list);
Mengganti atau membeli alat;
2 Mengembangkan sistem informasi (IT), pelatihan
3 penyegaran bagi personil, seminar, pembahasan kasus;
Melaksanakan prosedur (pengadaan, perbaikan dan
pemeliharaan bangunan dan instrumen yang sesuai
4 dengan persyaratan; pengadaan bahan habis pakai sesuai
dengan prosedur dan persyaratan.
Mentransfer risiko 1 Asuransi
2 Alih dayakan pekerjaan
Menerima risiko

1. Membangun upaya pencegahan.


Dalam hal ini adalah monitoring dan tinjauan. Monitoring adalah pemantauan rutin
terhadap kinerja aktual proses manajemen risiko dibandingkan dengan rencana atau
harapan yang akan dihasilkan. Tinjauan atau pengkajian berkala atas kondisi saat ini dan
dengan fokus tertentu.

2. Kelola pembiayaan risiko (risk financing)


Biaya pengelolaan untuk pengendalian atau penanganan yang dilakukan.

Panduan Manajemen Risiko 9


BAB V
MANAJEMEN RISIKO KHUSUS

Infection Control Risk Assesment (ICRA)


Adalah alat untuk menilai tingkat risiko infeksi pada sebuah infeksi pada sebuah aktivitas.
ICRA dapat digunakan pada kegiatan pembangunan dan renovasi bangunan. manajemen
risiko ICRA dilakukan oleh Panitia PPI (contoh terlampir)

tata cara kajian resikopengendalian infeksi untuk pembangunan dan renovasi.


langkah pertama :
Identifikasi Tipe Aktivitas Proyek Kontruksi (Tipe AD)

Tipe A Aktivitas inpeksi dan non-invasif.


Meliputi (tetapi tidak hanya berbatas pada):
pelepasan atau pemasangan plafon untuk pemeriksaan visual saja, maksimal 1
flafon per 50 m2
pengecatan (tanpa proses penggosokan)
pemasangan walpaper, pekerjaan trim listrik, perbaikan ledeng ringan, dan
aktivitas yang tidak menyebabkan debu atau membutuhkan pembongkaran
dinding atau akses kelangit-langit selain untuk pemeriksaan visual.
Tipe B Skala kecil, durasi aktivitas tidak lama yang menghasilkan debu minimal.
meliputi (tetapi tidak hanye terbatas pada) :
instalasi kabel telephone dan komputer
pembongkaran didnding atau langit-langit dimana perpindahan debu dapat
dikontrol
Tipe C Pekerjaan yang menyebabkan timbulnya debu dalam jumlah yang sedang
dan besar atau membutuhkan pembongkaran terhadap komponen gedung
yang tetap atau telah dirakit.
Meliputi (tetapi tidak hanye terbatas pada) :
pengampelasan dinding atau pengecatan atau pemasangan walpaper
pembongkaran lantai, lantai, langit-langit (plafon) dan kusen
pembangunan dinding baru
pembuatan saluran atau instalasi listrik diatas plafon
pekerjaan pemasangan kabel dalam jumlah besar
semua aktivitas yang tidak dapat diselesaikan dalam shift jam kerja
Tipe D Proyek pembongkaran dan kontruksi mayor
meliputi (tetapi tidak hanye terbatas pada) :
aktivitas yang membutuhkan lebih dari 1 shift jam kerja
membutuhkan pembongkaran berat atau pembuangan seluruh sistem kabel
kontruksi baru

Panduan Manajemen Risiko 10


langkah kedua :
identifikasi kelompok resiko pasien yang terpengaruh. apabila lebih dari 1 kelompok resiko,
pilih kelompok dengan resiko terbesar :

Resiko rendah Resiko sedang Resiko tinggi Resiko sangat tinggi


 area perkantoran  Cardiology  Instalasi gawat  Area dengan
 Echocardiography darurat pasien immuno
 Endoscopy  Kamar bersalin compromised
 Fisioterapi  Laboratorium  Perawatan luka
 Radiologi  Kamar perawatan bakar
 Perinatologi  Cath lab jantung
 Poli bedah  CSSD
 Poli anak  ICU
 Farmasi  Kamar isolasi
 Kamar pemulihan bertekanan
(recovery room) negatif
 Perawatan
onkologi
 Kamar operasi

Langkah ketiga :
padankan antara kelompok resiko pasien dengan tipe proyek kontruksi pada matrikx berikut
untuk mendapatkan kelas pencegahan atau level aktivitas pencegahan infeksi diperlukan.

Kelompok resiko Tipe proyek kontruksi


pasien Tipe A Tipe B Tipe C Tipe D
Resiko rendah I II II III/IV
Resiko Sedang I II III IV
Resiko Tinggi I II III/IV IV
Resiko Sangat Tinggi II III/IV III/IV IV

Persetujuan dari panitia pencegahan dan pengendalian infeksi diperlukan bila aktifitas
kontruksi dan level resiko mencapai kelas III atau Kelas III atau kelas IV dan membutuhkan
prosedur pencegahan infeksi.

Aktivitas Pencegahan Infeksi yang Di Butuhkan Berdasarkan Kelas

Kelas Selama Proyek Kontruksi Setelah Proyek Kontruksi Selesai


Kelas I 1. lakukan pekerjaan dengan metode 1. bersihkan area kerja setelah
meminimalisir timbulnya debu dari pekerjaan selesai.
pekerjaan kontruksi
2. segera mengganti plaforn yang
diambil untuk pemeriksaan visual
Kelas II 1. Lakukan tindakan aktif untuk 1. Usap permukaan kerja dengan
mencegah debu terdispersi ke cairan pembersih/desinfektan
atmosfer 2. sebelum ditransportasikan,
2. lakukan penguapan pada tempat-kan sampah kontruksi

Panduan Manajemen Risiko 11


permukaan kerja untuk mengontrol dalam wadah tetrtutup rapat
debu saat memotong/membongkar 3. Lap dengan lap basah
3. segel pintu yang tidak digunakan permukaan atau sedot dengan
dengan tape HEPA filter vacum sebelum
4. segel dan tutup ventilasi udara meninggalkan area kerja.
5. pindahkan atau isolasi sistem 4. Setelah selesai, perbaiki sistem
HVAC di area keja HVAC diarea keja.
Kelas III 1. Pindahkan atau isolasi sistem 1. Jangan melepas penghalangdari
HVAC diarea kerja untuk area kerja sampai dengan proyek
mencegah kontaminasi pada sistem yang sudah selesai diinspeksi
saluran oleh panitia K3 dan Panitia PPI,
2. Lengkapi semua barier kritikal serta telah dibersihkan
seperti gipsum,triplek,plastik, seluruhnya oleh Unit
untuk menyegel area kerja dari Kebersihan.
area perawatan atau gunakan 2. lepaskan bahan penghalang
metode kubik kontrol (keranjang secara hati-hati untuk
dilapisi palstik dan disegel meminimalisir penyebaran debu
koneksinya dengan area kerja dan debris sehubungan dengan
menggunakan HEPA vacum untuk proyek kontruksi
memvacum bila keluar) sebelum 3. sedot area kerja dengan HEPA
kontruksi dimulai. filter room
3. Pertahankan tekanan udara negatif 4. usap permukaan kerja dengan
didalam area kerja menggunakan cairan pembersih / desinfektan
unit filtrasi udara dengan HEPA 5. setelah selesai, perbaiki sistem
4. Angkut sampah kontruksi didalam HVAC dia area kerja.
kontrainer tertutup rapat.
5. Pada saat pemindahan, tutupi
wadah atau troli, segel dengan tape
kecuali memiliki tutup yang solid.
Kelas IV 1. isolasi sistem HVAC di area kerja 1. jangan melepas penghalang dari
untuk mencegah kontaminasi pada area kerja sampai dengan proyek
sistem saluran yang sudah selesai diinpeksi oleh
2. Lengkapi semua barier kritikal panitia K3 dan Panitia PPI, serta
seperti gypsum, triplek, plastik, telah dibersihkan seluruhnya
untuk menyegel area kerja dari oleh unit kebersihan.
area perawatan atau gunakan 2. Lepaskan bahan penghalang
metode kubik kontrol (keranjang secara berhati-hati untuk
dilapisi plastik dan disegel menimilasir penyebaran debu
koneksinya dengan area kerja dan debris sehubungan dengan
menggunakan HEPA vacum untuk proyek kontuksi.
memvacum bila keluar) sebelum 3. sebelum ditransportasikan,
kontruksi dimulai. tempat-kan sampah kontruksi
3. pertahankan tekanan udara negatif dalam wadah tertutup rapat.
didalam area kerja menggunakan 4. pada saat pemindahan, tutupi
unit filtrasi udara dengan HEPA wadah atau troli, segel dengan
4. Bangun anteroom (ruang antara) tape kecuali memiliki tutup yang
dan minta semua personil untuk solid.
melewati ruangan ini sehingga bisa 5. sedot area kerja dengan HEPA
divacum dengan HEPA filter filter room
sebelum meninggalkan aea kerja 6. usap permukaan kerja dengan

Panduan Manajemen Risiko 12


atau mereka dapat menggunakan cairan pembersih / desinfektan
baju kerja yang dilepas setiap 7. setelah selesai, perbaiki sistem
meninggalkan area kerja HVAC dia area kerja.
5. semua personil yang memasuki
area kerja diminta untuk
menggunakan sepatu kerja. sepatu
kerja harus dilepas setiap kali
pekerja meninggalkan aea kerja.

Langkah keempat
Identifikasi hal-hal lain terkait proyek kontruksi, antara lain :
1. Identifikasi area sekekeliling area proyek, kaji potensi akibat yang dapat ditimbulkan
akibat proyek kontruksi.

Unit dibawah Unit diatas Samping kiri Samping Belakang Depan


kanan

Kelompok Kelompok Kelompok Kelompok Kelompok Kelompok


resiko resiko resiko resiko resiko resiko

2. Identifikasi lokal aktifitas spesifik, contoh kama pasien, ruangan obat, dll
3. Identifikasi masalah berkaitan dengan :
 Ventilasi
 Pipa air
 Intalasi listrik dengan kemungkinan terjadinya pemadaman listrik
4. Identifikasi penghalang yang diperlukan dengan menggunakan kajian pencegahan
infeksi sebelumnya. Tipe penghalang apa yang diperlukan HEPA filter?
5. pertimbangkan potensi resiko kerusakan akibat air, apakah ada resiko terkait dengan
ketahanan struktur (dinding,atap,langit-langit)
6. jam kerja : apakah pekerjaan kontruksi dikerjakan diluar jam pelayanan pasien?
7. lakukan perencanaan terkait kebutuhan jumlah kamar isolasi atau kamar dengan
tekanan udara negatif
8. lakukan perencanaan terkait dengan jumlah dan tipe wastafel sarana cuci tangan
9. apakah panitia PPI setuju dengan jumlah minimal wastafel pada proyek ini?
10. apakah panitia PPI Setuju dengan rencana pembersihan area kerja
11. Lakukan perencanaan pembuangan limbah kontruksi dengan tim proyek, seperti jalur
keluar-masuk, pembersihan, pembuangan debris, dll.

Panduan Manajemen Risiko 13


Contoh Formulir

RUMAH SAKIT
ROYAL PROGRESS KAJIAN RESIKO PENGENDALIAN INFEKSI
Melayani Dengan Penuh Cinta Kasih KONTRUKSI DAN PERAWATAN FASILITAS

DAFTAR TILIK KAJIAN AWAL RESIKO

Tanggal Mulai : ............................................................. Tanggal : ..............................


Selesai ...............................
Nama Proyek : ....................................................................................................................
Lokasi proyek : ....................................................................................................................
Lingkup kerja : ....................................................................................................................
Dikaji Oleh : .....................................................................................................................

Matrix pencegahan Infeksi :


Kelompok
Resiko Tipe A Tipe B Tipe C Tipe D
Tipe
Rendah
Sedang
Tinggi
Sangat Tinggi

Kelas Pencegahan Infeksi : ...........................


Durasi Proyek :

 Proyek jangka pendek : Durasi poyek selama 1 shift atau kurang dari 24 jam
 Proyek janga panjang : Durasi proyek lebih dari 24 jam
 Proyek Skala besar : Proyek yang menimbulkan gangguan yang signifikan

Pencegahan dan pengendalian infeksi berdasarkan kelas :


Koordinasi aktifitas pada area ini harus dilakukan sebelum proyek dimulai. manager proyek
bertanggung jawab untuk mengkoordinasikan aktifitas di area proyek dengan manager unit
pelayanan dan panitia PPI.
Kelas I
 Area proyek harus kosong
 Tutup pintu pada area lain dan kamar pasien yang berdekatan dengan aktivitas proyek
 segera ganti plafon yang dipotong untuk inspeksi visual
 penghalang plastik ditempelkan/ disegel ketat pada langit-langit, dinding dan lantai.
celah dengan flap tertutup atau resleting dapat digunakan untuk akses keluar-masuk.
 segel pintu yang tidak dipakai dengan tape atau plastik
 debris dan debu dibersihkan dan dibuang dengan segera
 lembabkan atau vacum permukaan area saat melakukan pemotongan untuk
meminimalisir debu.
Kelas II

Panduan Manajemen Risiko 14


 Persyaratan kelas I ditambah :
 bila penghalang keras diperlukan, lengkapi penghalang sebelum pekerjaan kontruksi
atau perawatan dimulai
 tutup atau segel ventilasi udara
 buat tekanan udara negatif dengan HEPA filter, saring exhaust yang mengarah ke luar
 angkut debris kontruksi pada kontainer yang tertutup rapat, rencanakan jalur dan
waktu pembuangan
 keset ditempatkan didalam dan diluar area kerja
 lap / pel atau vacum dengan HEPA filter permukaan pada akhir shift
Kelas III
 Persyaratan kelas II ditambah :
 Penghalang dari lantai kelangit-langit diperlukan dengan menyegel engselnya
 Isolasi sistem HVAC
 Semua personil yang memasuki area kerja harus menggunakan baju dan sepatu kerja
 segel lubang, pipa, saluran dan colokan
 pada akhir proyek, pasang penghalang plastik untuk memindahkan material kontruksi
dan penghalang keras, untuk meminimalisir penyebaran debu.
Kelas IV
 Persyaratan kelas III ditambah :
 Bangun anteroom
 semua personil yang memasuki area kerja harus menggunakan baju dan sepatu kerja,
masker dan penutup rambut ntuk memasuki atau melewati area bersih / steril (pakaian
kerja sebelumnya diletakkan di anteroom dan dipakai lagi bila pekerja meninggalkan
area kerja)
 bila memasuki area prosedur steril / invasive, peralatan harus dilap dengan lap basah
atau diletakkan di kontainer saat memasuki dan eluar dari area kerja.
 troli debris harus dilap dengan lap basah saat memasuki dan keluar dari area kerja
Catatan tambahan :
 Dibutuhkan pengendalian infeksi tambahan yang terkait penelitian
 Kajian infeksi diletakkan diluar area kerja
 ..........................................................................................................................................
..........................................................................................................................................
........................................................................................
..........................................................................................................................................
..........................................................................................................................................
........................................................................................
..........................................................................................................................................
..........................................................................................................................................
........................................................................................

Tanggal : ..............................................

Panitia PPI Manager Unit Manager Poyek


Pelayanan

( ..............................) ( ..............................) ( ..............................)

Panduan Manajemen Risiko 15


BAB VI
DAFTAR PUSTAKA

1. Balsamo RR and Brown MD, Risk Management In; Sanbar SS,Gibolsky


A, Firestone MH, LeBlang TR. (eds) Legal Medicine. Fourth ed, St Louis
(Mosby), 1998.
2. Corporate risk management policy. NHS Direct. 2008
3. UGM, Materi Kuliah MMR FK UGM, 2009
4. SNI ISO 31000
5. Dr. Nico A. Lumenta, K.Nefro, MM dalam WORKSHOP PENINGKATAN MUTU
DAN KESELAMATAN PASIEN, KARS-ARSAMA, 26-27 Februari 2013

Panduan Manajemen Risiko 16

Anda mungkin juga menyukai