PERATURAN DIREKTUR
RS ROYAL PROGRESS
NOMOR 029/PER/DIR/XI/2014
TENTANG PANDUAN
MANAJEMEN RISIKO
BAB I
PENDAHULUAN
Setiap upaya medik umumnya mengandung resiko, sebagaimana diantaranya beresiko ringan
atau hampir tidak berarti secara klinis. Namun tidak sedikit pula yang memberikan
konsuekensi medik yang cukup berat. resiko yang dicegah beupa klinis dan risiko non klinis.
Resiko didefinisikan sebagai kemungkinan sesuatu terjadi atau potensi bahaya yang terjadi
dapat memberikan pengaruh kepada hasil akhir. Dalam setiap pusat pelayanan kesehatan
harus dibangun sistem yang dapat menjamin bahwa setiap tindakan medik yang dilakukan
haruslah aman bagi pasien maupun petugas dan lingkungan sekitar. Pendekatan yang dapat
dilakukan disebut dengan manajemen risiko.
Setiap staf harus menyadari bahwa mereka adalah bagian dari tim yang bekerja dalam
satu tim. Kerja tim yang baik juga sangat ditentukan oleh kinerja rumah sakit yang
baik, mulai dari dukungan moral, finansial, teknis dan operasional hingga terjalinnya
komunikasi yang baik antara pihak manajemen dengan pihak praktisi.
Dalam pelaksanaan manajemen risiko, ada beberapa kata kunci yang sering digunakan,
yaitu :
1. Risiko adalah dampak dari ketidakpastian terhadap sasaran
2. Dampak : suatu penyimpangan (dapat positif atau negatif) dari yang diharapkan
3. Sasaran dapat mempunyai berbagai macam aspek (proses,keuangan,lingkungan, dll)
dan dapat diterapkan pada berbagai tingkatan organisasi
(strategis,operasional,produk,proses,dll).
4. Risiko klinis adalah risiko yang dikaitkan langsung dengan layanan medis maupun
layanan lain yang dialami pasien selama di RS
Risiko non medis ada yang berupa risiko bagi organisasi maupun risiko finansial
5. Risiko organisasi adalah yang berhubungan langsung dengan komunikasi, produk
layanan data, proteksi data, sistem informasi dan semua risiko yang dapat
mempengaruhi pencapaian organisasi.
6. Risiko finansial adalah risiko yang dapat mengganggu kontorl finansial yang efektif,
salah satunya dalah sistem yang harusnya dapat meneyediakan pencatatan akuntansi
yang baik.
7. Manajemen risiko adalah upaya-upaya yang dilakukan RS yang dirancang untuk
mencegah cedera pada pasien atau meminimalkan kehilangan finansial. Manajemen
risiko dilakukan dengan mengenali kelemahan dalam sistem dan memperbaiki
kelemahan tersebut (dilakukan dengan menerapkan no blame culture) semua aktivitas
organisasi yang terkoordinasi dan diarahkan serta dikendalikan terkait dengan
pengelolaan risiko.
1. Seluruh anggota staff memiliki tanggung jawab pribadi dalam hal pelaksanaan
manajemen risiko, dan seluruh tingkatan manajemen harus mengerti dan
mengimplementasikan manajemen risiko.
2. Direktur RS
a. Memastikan dukungan lingkungan dan organisasi agar manajemen risiko
terlaksana denga efektif
b. Menunjuk panitia peningkatan mutu keselamatan pasien sebagai pelaksana
manajemen risiko.
c. Mengevaluasi pelaksanaan manajemen risiko
d. Memberikan masukan kepada pelaksanaan manajemen risiko
3. Panitia peningkatan mutu dan keselamatan pasien
a. Bertanggung jawab mensosialisasikan manajemen risiko agar setiap staf
mempunyai kesadaran akan risiko.
b. Mengkoordinir pelaksanaan integrated risk management
c. Menghimpun lapoan insiden
d. Menyusun risk register
e. Melakukan analisa
f. Menyusun rekomendasi
4. Seluruh unit kerja
a. Dapat mengidentifikasi risiko dalam setiap lingkup kerjanya
b. Meningkatkan kewaspadaan risiko dilingkungan kerjanya
c. Melaporkan apabila mengidentifikasi risiko baru.
a. Identifikasi Risiko
Proses sistematis dan terstruktur untuk menemukan dan mengenali risiko, keudian dibuat
daftar risiko. Daftar risiko dilengkapi dengan deskripsi risiko termasuk menjelaskan kejadian
dan peristiwa yang mungkin terjadi dan dampak yang ditimbulkannya.
Identifikasi dilakukan pada; Sumber risiko, area risiko, peristiwa dan penyebabnya dan
potensi akibatnya. metode identifikasi risiko dilakukan dengan proaktif melalui self
assesment, incident reporting sistem dan clinical audit, pengamatan KPC (Kondisi potensi
cidera) dan dilakukan menyeluruh terhadap medis dan non medis.
b. Analisa Risiko
Analisa risiko dilakukan dengan menggunakan Risk Matrix untuk menentukan prioitas risiko.
Prioritas risiko membantu proses pengambilan keputusan. Pengelolaan risiko diawali dengan
menilai konsekuensi yang dapat dapat diakibatkan sebuah insiden dan kemungkinan
terjadinya risiko setelah teridentifikasi. Kemudian risiko dievalusasi lalu diberikan skor untuk
menentukan bobaot dan prioritas risiko yang telah terjadi. Sesuai dengan bobotnya ditentukan
tindakan yang akan diberlakukan terhadap masing-masing risiko. Bila bobotnya ringan dan
tidak prioritas tindakannya dapat hanya mentoleransi saja dan menjadikannya catatan. Namun
bila risiko yang terjadi memiliki bobot besar dan mengganggu pencapaian tujuan RS, maka
ditentukan sebagai prioritas utama dan harus diatasi atau ditransfer, atau bahkan
menghentikan kegiatan yang meningkatkan terjadinya risiko.
Proses menganalisa risiko yang perlu dipertimbangkan adalah dampak dari risiko tersebut
bila benar terjadi :
a. risiko yang nampaknya besar harus segera ditindaklanjuti dan mendapat perhatian dari
pimpinan.
b. risiko yang dampaknya menengah-ringan akan dikelola oleh panitia PMKP bersama
kepala unit kerja untuk membuat rencana tindak lanjut dan pengawasan.
c.
Langkah ketiga :
padankan antara kelompok resiko pasien dengan tipe proyek kontruksi pada matrikx berikut
untuk mendapatkan kelas pencegahan atau level aktivitas pencegahan infeksi diperlukan.
Persetujuan dari panitia pencegahan dan pengendalian infeksi diperlukan bila aktifitas
kontruksi dan level resiko mencapai kelas III atau Kelas III atau kelas IV dan membutuhkan
prosedur pencegahan infeksi.
Langkah keempat
Identifikasi hal-hal lain terkait proyek kontruksi, antara lain :
1. Identifikasi area sekekeliling area proyek, kaji potensi akibat yang dapat ditimbulkan
akibat proyek kontruksi.
2. Identifikasi lokal aktifitas spesifik, contoh kama pasien, ruangan obat, dll
3. Identifikasi masalah berkaitan dengan :
Ventilasi
Pipa air
Intalasi listrik dengan kemungkinan terjadinya pemadaman listrik
4. Identifikasi penghalang yang diperlukan dengan menggunakan kajian pencegahan
infeksi sebelumnya. Tipe penghalang apa yang diperlukan HEPA filter?
5. pertimbangkan potensi resiko kerusakan akibat air, apakah ada resiko terkait dengan
ketahanan struktur (dinding,atap,langit-langit)
6. jam kerja : apakah pekerjaan kontruksi dikerjakan diluar jam pelayanan pasien?
7. lakukan perencanaan terkait kebutuhan jumlah kamar isolasi atau kamar dengan
tekanan udara negatif
8. lakukan perencanaan terkait dengan jumlah dan tipe wastafel sarana cuci tangan
9. apakah panitia PPI setuju dengan jumlah minimal wastafel pada proyek ini?
10. apakah panitia PPI Setuju dengan rencana pembersihan area kerja
11. Lakukan perencanaan pembuangan limbah kontruksi dengan tim proyek, seperti jalur
keluar-masuk, pembersihan, pembuangan debris, dll.
RUMAH SAKIT
ROYAL PROGRESS KAJIAN RESIKO PENGENDALIAN INFEKSI
Melayani Dengan Penuh Cinta Kasih KONTRUKSI DAN PERAWATAN FASILITAS
Proyek jangka pendek : Durasi poyek selama 1 shift atau kurang dari 24 jam
Proyek janga panjang : Durasi proyek lebih dari 24 jam
Proyek Skala besar : Proyek yang menimbulkan gangguan yang signifikan
Tanggal : ..............................................