Anda di halaman 1dari 38

KASUS UJIAN

I. IDENTITAS PASIEN
Nama : An. AGS
Umur : 9 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tempat/Tanggal Lahir : Manado, 6 Maret 2007
Status perkawinan : Belum kawin
Pendidikan terakhir : -
Kelas : V ( Lima)
Sekolah : SD GMIM VI Manado
Pekerjaan : Siswa/ Pelajar
Suku /Bangsa : Minahasa / Indonesia
Agama : Kristen Protestan
Alamat sekarang : Bahu Ling VII, Manado
Tanggal pemeriksaan : 21 September 2016
Tempat pemeriksaan : Rumah
Sekolah

II. RIWAYAT PSIKIATRIK


Riwayat psikiatri diperoleh dari :
Alloanamnesis dengan:
Ny GP, 29 tahun, ibu pasien, agama Kristen, asal Manado, pendidikan
terakhir SMA, pekerjaan Ibu Rumah Tangga, tempat pemeriksaan rumah
pasien.
Wali kelas V SD GMIM 6 Manado, Ibu Syane Untuh, tempat pemeriksaan
SD GMIM 6 Manad

Keluhan utama :
Tidak dapat diam dan suka sekali menganggu orang serta sulit untuk memusatkan
perhatian saat belajar

A. Riwayat Gangguan Sekarang


Orangtua dan guru pasien mengeluhkan anaknya sangat sulit untuk diam
dan senang sekali mengganggu orang serta sulit memusatkan perhatian saat
belajar atau mengerjakan sebuah tugas, baik di rumah maupun sekolah. Menurut
Ibu pasien, keluhan tidak dapat diam sudah mulai terlihat pasien bisa sejak pasien
mulai bisa berjalan. Ketika berumur 4 tahun, karena aktifnya pasien, pasien
sering jatuh dari tempat tidurnya. Namun, ibu pasien mengira hal ini wajar untuk
anak anak kecil yang gemar sekali bermain main.
Menurut ibunya pasien tidak bisa diam meski hanya sebentar. Jika
diminta diam untuk mengerjakan tugas atau belajar, pasien hanya mampu
1
bertahan kurang dari 30 menit dan berdiri dari kursi untuk berlarian di dalam
maupun luar rumah. Kakak perempuan pasien juga mengeluhkan hal yang sama
saat menemani pasien belajar. Menurutnya, pasien tidak tahan untuk mengerjakan
tugas sampai selesai. Setiap kali belajar, pasien harus dikecam dulu baru mau
menyelesaikan tugas beberapa nomor dan menghabiskan waktu berjam- jam.
Tidak sering kakak pasien dan pasien berkelahi karena hal ini. Saat dihadapkan
dengan tugasnya, pasien akan menatap dulu tugas dihadapannya baru mulai
mengerjakan namun tidak lama kemudian dia akan bangkit pergi bermain
berlarian atau sekedar menganggu kakanya tanpa mengerjakan apapun. Hal ini
juga dibenarkan oleh wali kelas pasien saat di sekolah. Menurutnya, saat
menjelaskan pelajaran kelas sering sekali gaduh karena ulah pasien, yang
menggangu teman kelas bahkan sampai berkelahi dan membuat teman kelasnya
menangis. Jika diminta diam, pasien tidak pernah mengindahkan perintah sekali.
Harus beberapa kali ditegur dan dikecam bahkan dijewer baru pasien akan
tenang. Namun hal ini pun tak bertahan lama. Ketika situasi sudah hening, pasti
akan segera gaduh dan penyebabnya adalah pasien yang mengetok mengetok
meja dengan kaki maupun alat tulisnya. Perhatian dan kemauan untuk belajar
pasien sangat kurang karena dia lebih tertarik untuk bermain dan membuat
keributan. Nilai sekolah dari kelas 1 - 4 SD selalu berada di bawah bahkan
pernah terancam tinggal kelas saat kelas 4 naik ke kelas 5. Pada kelas 5 juga,
pasien tidak memperlihatkan perubahan pada aktivitas belajarnya, sehingga
menurut wali kelasnya, pasien akan dipertimbangkan dahulu untuk dinaikan ke
kelas 6. Menurut penuturan gurunya, gurunya sudah sangat terganggu dengan
tingkah pasien yang tidak pernah mengindahkan teguran dan senang sekali
menggunggu teman jika belajar. Dan apabila ditanya mengenai pelajaran yang
diterangkan, pasien tidak mengerti dan tidak tahu apa yang sedang diajarkan.
Perhatian pasien cepat teralihkan dan cepat merasa bosan saat belajar. Menurut
guru, kakak dan ibu pasien tidak memperhatikan apa yang harus dipelajarinya,
pasien hanya memperhatikan gambar di buku sekolahnya sambil mencoretcoret
buku pelajarannya. Pasien memang hobi menggambar, jadi ketika dihadapkan
dengan sebuah pekerjaan rumah, jika ia bosan dan tidak dapat keluar bermain, ia
akan mencoretcoret buku pelajaran dengan gambar-gambarnya yang memenuhi

2
halaman buku pelajaran. Saat pasien belajar dan ada yang lewat di dekatnya
pasien cepat teralihkan perhatian karena dia akan bangkit bermain atau hanya
sekedar menggangu orang yang lewat. Pasien cepat merasa bosan saat belajar,
ketika bosan dan dipaksa belajar pasien akan menangis dan merontak dan lari
keluar rumah untuk bermain. Menurut ibu pasien dalam tahap perkembangan
yang terlihat normal, awalnya orang tua hanya mengira bahwa wajar jika anak
anak kecil aktif bermain. Namun, Ibu pasien semakin resah dengan kelakuan
pasien yang gemar menganggu orang lain dan tidak tahan melihat orang lain
tenang. Nilai sekolah pasien pun berada di bawah terus. Menurut penuturan ibu
pasien, ketika TK pasien terlihat normal dalam menerima pelajaran walaupun
harus dipaksa untuk duduk diam. Tetapi setelah kejadian trauma yang dialami
pasien, pasien terlihat sulit menerima pelajaran. Ketika pasien berumur 5 tahun,
pasien pernah tertimpah pagar besi yang mengakibatkan trauma pada kepala dan
kepala dijahit. Saat itu pasien sedang berlarian bersama temannya, tanpa
memperhatikan keadaan sekitar. Menurut penuturan ibunya, saat jatuh pasien
tidak menangis. Begitu juga saat dijahit. Pasien tidak dilakukan pemeriksaan
lanjut dan langsung dipulangkan ke rumah karena pasien merontak ingin pulang.
Pasien dipulangkan dengan pertimbangan dokter puskesmas saat itu. Pasien tidak
pernah tahan untuk belajar. Pasien lebih memilih berlarian dari pada duduk diam
dan belajar. Jika di paksa pasien akan memberontak dan lari bermain.
Pasien sudah dapat membaca, walupun masih belum terlalu lancar. Jika
diminta mengeja, pasien bisa melakukannya namun diperlukan tambahan waktu
dan sedikit bantuan. Di sekolah, jika diberikan tugas untuk menulis atau
menghitung, pasien selalu menyelesaikan tugasnya pada urutan terakhir. Menurut
wali kelasnya, masih untung tugas dapat selesai. Jika tidak dikecam tidak akan
pulang jika belum menyelesaikan tugas, pasien tidak akan menyelesaikan tugas
karena gampang sekali beralih perhatian. Ketika diminta belajar pasien ogah-
ogahan, dan jika didesak, pasien hanya akan mencoret buku pelajaran dengan
gambar-gambarnya. Jika ditegur keras, terpaksa pasien akan belajar, tetapi
apabila pasien ditanyakan kembali pasien sudah tidak paham apa yang
dipelajarinya.
Menurut ibunya, pasien dapat menulis saat diejakan sebuah kalimat
namun perlahan dan perlu sedikit arahan dari pendamping tapi jika dia bosan, dia

3
akan berhenti dan tidak mau melanjutkan bahkan merajuk. Pasien dapat menyalin
tulisan yang ada di buku cetak atau yang telah dituliskan oleh orang lain di kertas
walau lamban dan kadang tidak tuntas.
Saat dipaksa duduk, pasien selalu mengoyanggoyangkan kakinya
ataupun sekedar menendak kaki meja sehingga menimbulkan keributan. Inisiatif
pasien untuk mengerjakan pekerjaan rumah sangat kurang. Selalu ibunya yang
menanyakan pada pasien setiap pulang sekolah, apakah pasien mempunyai tugas
rumah atau tidak. Selama ini perkejaan rumahnya selalu dibantu dan harus
diisikan oleh orang lain, yaitu kakanya. Pasien tidak pernah mengatur buku
sesuai jadwal pelajaran sekolah. Selalu ia hanya memasukan buku apapun yang
didapatnya, atau bahkan diatur oleh ibunya.
Menurut ibunya pasien sering kehilangan atau lupa meletakkan alat
tulisnya. Pasien tidak pernah sadar barangbarangnya hilang, nanti ketika ditanya
ayah dan ibunya baru pasien menyadari bahwa kehilangan alat tulis. ketika
ditanya pasien mengaku tidak tahu di mana meletakannya atau bahkan tidak
menyadari kalau buku atau alat tulisnya telah hilang. Pasien menjawab singkat
dan berlalu pergi.
Saat di rumah pasien tidak pernah mengatakan ada pekerjaan rumah yang
harus dikerjakannya kecuali orang tuanya yang bertanya atau mengecek buku
tulisnya. Selain itu menurut guru dan ibu pasien akan sering tidak selesai dalam
menyelesaikan tugasnya. Dan beralih ketugas lain.
Keseharian pasien di rumah diisi dengan bermain bersama teman-
temannya. Menurut ibunya, pasien akan berhenti sejenak bermain ketika pukul
20.00 saat acara televisi kegemarannya diputar. Pasien bersama temantemannya
akan segera berlarian masuk ke dalam rumah dan duduk mengikuti acara televisi
yang mereka gemari. Namun, ketika commercial break mereka akan lari lagi ke
luar rumah untuk bermain. Menurut ibunya, pasien seperti tidak kenal lelah
ketika bermain. Pasien tidak suka istirahat siang. Ketika disuruh, pasien malah
melompat-lompat di tempat tidur kemudian lari keluar rumah menemui teman-
temanya.
Saat bermain bersama temannya, pasien adalah anak yang paling usil. Tidak
jarang ketika bermain, akan terjadi perkelahian atau sekedar melontarkan
cemooh. Jika begitu pasti akan ada diantara mereka yang menangis karena kena
pukulan atau sekedar sakit hati dicemooh pasien. Tetapi ketika ditanya pada

4
pasien, anak yang menangis kena pukulan adalah mereka yang juga menganggu
pasien. Pasien memukul temannya sebagai bentuk pembalasan. Pasien hanya
gemar mengusili teman-temannya sampai menangis. Dikalangan teman-
temannya, pasien terkenal anak yang bandel dan biang usil. Menurut pengakuan
teman-temannya, hampir dari mereka semua pernah menjadi korban kenakalan
pasien.
Pasien gemar membuat kegaduhan dimanapun dia berada. Saat berjalan,
pasien gemar membuat keributan. Pasien gemar menyentak-nyentakan kakinya
ke tanah atau lantai sehingga menimbulkan keributan yang tidak jarang
membangkitkan kekesalan orang di rumah maupun sekitar.
Pasien tidak pernah beralasan untuk tidak pergi sekolah. Menurut ibunya,
pasien sangat rajin pergi sekolah. Alasannya, untuk bermain bersama teman.
Menurut ibunya pasien bisa melakukan kegiatan seharihari sendiri seperti
mandi, berpakaian. Sehabis makan, ia kadangkadang mencuci piringnya tanpa
diperintah. Namun jika diminta, ia malah tidak mengerjakannya.
Saat pasien BAB pasien tidak memerlukan bantuan orang lain. Dia selalu
meminta izin jika ingin BAB. Pasien sudah tidak pernah BAK di tempat tidur,
pasien akan terbangun dan pergi ke toilet. Pasien pernah melakukan tindakan
agresif seperti memukul orang, melempar barang, merusak barang tetapi tidak
pernah menyakiti dirinya sendiri. Pasien pernah memukul temanya sebagai
bentuk pembalasan. Pasien hanya gemar mengusili temannya bahkan sampai
menangis. Jika pasien menginginkan sesuatu tetapi tidak terpenuhi, pasien
menangis dan merontak.
Pasien tidak memilki masalah dalam berkomunikasi dengan orangtuanya.
Apabila dipanggil pasien selalu merespon, tapi kadang-kadang hanya menyahut
tapi tidak memandang wajah orang yang memanggilnya. Ketika ibunya bercerita
dengan oranglain, pasien sering memotong pembicaraan walau hanya sekedar
meminta uang,. Hal ini terlihat juga saat wawancara berlangsung. Pasien dapat
melakukan kontak mata dengan orang di sekitarnya walaupun tidak lama
kemudian pasien akan mengalihkan pandangannya. Jika mau, pasien dapat
mengikuti perintah sederhana dari orangtuanya apabila orang tua menyuruh
pasien untuk melakukan sesuatu seperti mengambil barang yang diperlukan,
namun untuk melakukan perintah yang lebih rumit dan tidak dia sukai biasanya

5
pasien akan menolak. Pasien tidak suka menunggu lama dalam satu aktivitas
misalnya mengantri.

B. Riwayat gangguan sebelumnya.


1. Riwayat gangguan psikiatri
Orangtua pasien mulai melihat gangguan ini ketika pasien sudah bisa berjalan
tetapi hal ini dianggap merupakan hal yang normal. Nanti ketika pasien
duduk di bangku sekolah, hal ini terlihat semakin jelas dari aktivitas
keseharian pasien yang tidak dapat diam walupun sudah ditegur dan senang
sekali mengganggu orang sekitar. Hal ini berdampak pada nilai di sekolah
karena perhatian pasien selalu teralihkan jika belajar
2. Riwayat gangguan medis Umum
Menurut ibunya, pasien tidak pernah mengalami sakit kronis.
Hanya pada umur 5 tahun, pasien pernah mengalami kecelakaan yaitu
tertimpah pagar besi yang mengakibatkan kepala AGS harus dijahit. AGS
menolak melakukan pemeriksaan lanjut. Jika dipaksa, dia merontak dan
menangis sangat kencang. Atas pertimbangan dokter puskesmas, AGS dibawa
pulang ke rumah

3. Riwayat Penggunaan Zat Psikoaktif


Pasien tidak mengkonsumsi zat psikoaktif.

III. RIWAYAT KEHIDUPAN PRIBADI


A. Prenatal dan Perinatal
Pasien adalah anak kedua dari tiga bersaudara. Kakak pasien berjenis
kelamin perempuan berumur 13 tahun dan sekarang duduk di bangku SMP kelas
2. Adik pasien berjenis kelamin lakilaki dan baru berumur 1 bulan. Orang tua
pasien mengasihi dan menyayangi pasien. Setelah melahirkan anak pertama, ibu
pasien sempat menggunakan alat kontrasepsi suntikan selama 1 bulan. Lalu
memutuskan untuk berhenti karena tidak cocok. Saat hamil pasien usia ibu
pasien adalah 20 tahun, tidak merokok dan tidak minum alkohol. Selama
kehamilan kondisi kesehatan fisik dan mental ibu pasien cukup baik. Ibu pasien
selama hamil ibu pasien berkeseharian sebagai ibu rumah tangga yang
mengerjakan tugas rumah tangga pada umumnya. Menurut ibunya, selama
kehamilan ibunya sering kontrol kandungan ke puskesmas daerah Perkamil. Dan
pada usia kehamilan 8 bulan, ibu pasien pindah ke Bahu karena mengikuti

6
pekerjaan ayah pasien. Pasien lahir normal di Puskesmas Malayang, dibantu oleh
seorang bidan. Berat badan lahir 3900 gram dengan panjang 42 cm. Tidak biru
(sianosis) maupun kuning (ikterus). Menurut penuturan ibunya, selama
mengandung pasien, ibunya tidak pernah merasakan morning sickness ataupun
mengidam

B. Masa Kanak Awal (usia 0-3 tahun)


Pada stadium oral, menurut ibunya saat pasien rewel karena merasa lapar
atau haus pasien akan menangis dan ibunya akan segera memberi ASI sambil
digendong. Setelah diberikan ASI ibu pasien meninabobokan pasien, pasien akan
kembali tenang dan tertidur. ASI ekslusif diberikan sampai pasien berusia 6
bulan. Dan ASI masih tetap diberikan beserta makanan pendamping ASI sampai
berusia 2 tahun, karena pasien tidak menyukai susu botol. Tidak terdapat
masalah dalam proses makanan pengganti ASI.
Pada stadium anal, pasien mulai berbicara, berjalan, dan makan. Pasien
sudah bisa menggenggam benda-benda kecil seperti mobil-mobilan dan sudah
bisa mengucapkan beberapa kata seperti papa, mama. Pasien diajarkan BAB
di toilet oleh ibunya sehingga pada saat pasien ingin BAB pasien akan
memberitahukan kepada orang tua dan membawa pasien ke toilet. Pasien diasuh
dengan kasih sayang oleh kedua orang tuanya. Ibunya lebih memilih mengurus
pasien tanpa pengasuh agar dapat memperhatikan perkembangan pasien, serta
masalah keefektivan biaya. Sepanjang hari, pasien diasuh ibunya. Jika pasien
rewel, ibu pasien cukup menggendong sambil meninabobokan pasien. Tidak
lama, pasien tenang dan tertidur. Pasien tidak menangis jika dipeluk orang yang
baru dilihatnya.
Ayah pasien berangkat bekerja dari jam 6 pagi dan tiba di rumah saat pasien
tertidur. Pasien tidak begitu dekat atau kadang sekali berinteraksi dengan
ayahnya. Saat usia pasien memasuki 3 tahun, pasien tidak mengenali ayahnya.
Dia menangis dengan kencang dan merontak saat akan tidur dengan ayahnya.
Padahal pasien termasuk anak yang tidak menangis jika dipeluk orang asing.
Namun, setelah diajarkan berulang, pasien mulai terbiasa dengan ayahnya.
Pada stadium uretheral pasien diajarkan untuk memberi tahu pada ibunya jika
ingin BAK di toilet (toilet training) oleh ibunya. Pada tahap ini pasien sudah
memberitahukan kepada orang tua dan pasien sudah bisa untuk BAK sendiri di

7
toilet. Pada malam hari pasien akan membangunkan ibunya atau pergi ke kamar
kecil sendiri.
Menurut penuturan ibu pasien, setiap kali ibunya keluar, selalu
mengikutsertakan pasien karena tidak ada yang mengawasi pasien jika di rumah.
Namun jika terpaksa harus ditiggalkan, ibu pasien membawa pasien ke rumah
oma pasien. Menurut ibunya pasien tidak mencari atau bertanya di mana ibunya.
Menurut ibu pasien, pasien mulai belajar merangkak usia 7 bulan sama seperti
kakaknya dan berjalan tanpa berpegangan tangan saat berusia 1 tahun 1 bulan.
Dan tidak ada keterlambatan dalam perkembangan dalam pergerakan dan
berbahasa dari pasien.

C. Masa Kanak Pertengahan (usia 4-11 tahun)


Pasien pernah melakukan tindakan agresif seperti memukul orang,
melempar barang, merusak barang tetapi tidak pernah memukul diri
sendiri/menyakiti diri sendiri. Hal tersebut dia lakukan sebagi bentuk pembalsan
pada teman-teman yang menganggunya. Hanya saja, pasien senang sekali
mengganggu atau menjahili orang lain. Yang sering menjadi korban kejailan
pasien yaitu kakak pasien serta teman sepermaian pasien. Tidak jarang yang
menjadi korban kejahilan pasien, menangis dan mengeluhkan hal ini pada guru
ataupun orang tua pasien. Menurut kakak dan teman pasien, pasien senang sekali
menganggu saat mereka sedang serius mengerjakan sesuatu. Pasien tidak pernah
mengindahkan teguran kakaknya bahkan orang tua atau gurunya. Pasien akan
berhenti jika teguran yang dilontarkan sudah lebih dari 3 x dengan nada yang
keras dan kalimat yang tajam. Pasien akan berhenti, namun tidak berapa lama,
pasien akan memulai keisengannya ataupun sekedar membuat keributan.
Pasein tidak tahan sekedar duduk diam 30 menit walupun saat menonton
acara tv kesukaannya. Jika commercial break, pasien akan berdiri dari tempat
duduk dan berlari keluar rumah ataupun pergi mencari kesenangan yang lain dan
nanti akan kembali jika acara televisi kesukaannya telah tayang kembali. Pasien
akan diam jika merasa lelah dan hal itu nanti pada saat tidur malam yaitu sekitar
pukul 21.00. Sehabis pulang sekolah, pasien makan dan bergaati pakaian dan
langsung bermain bersama teman temannya. Pasien akan tidur pada pukul 9
malam dan sulit untuk bangun pada pagi harinya.

8
Jika ada pekerjaan rumah, pasien malas sekali mengerjakannya dan harus
dipaksa terlebih dahulu. Pasien belajar bersama kakaknya karena ibunya sedang
mengurusi adik bayinya. Saat belajar, pasien tidak pernah fokus dalam
mengerjakan tugas. Harus dibentak terlebih dahulu oleh kakak maupun ibunya.
Jika mengerjakan tugas, pasien sering sekali meninggalkan tugas dan pergi
bermain dengan temannya atau bahkan menggoda kakaknya yang sedang
mengawasi dia belajar. Ibu pasien dan kakaknya mengaku kewalahan saat
menyuruh maupun menemani pasien belajar. Pasien menangis dan
memberontak jika sesuatu yang diinginkanya tidak dia dapatkan.
Pasien senang sekali memainkan permainan mobil mobilan bersama
temannya. Mereka bermain sambil berlarian di dalam rumah maupun di jalan
dekat rumah. Menurut penuturan ibunya, pasien termasuk anak yang dapat
mengatur mainannya jika selesai bermain. Namun, sering maianan pasien
banyak yang hilang karena keasikan bermain dengan teman temannya tanpa
memperhatikan keberadaan mainannya.
Pasien tidak memilki masalah dalam berkomunikasi dengan orangtuanya.
Apabila dipanggil pasien selalu merespon, tapi kadang-kadang hanya menyahut
tapi tidak memandang wajah orang yang memanggilnya. Pasien sering
memotong pembicaraan ibunya dengan orang lain walau hanya untuk meminta
sesuatu. Pasien dapat melakukan kontak mata dengan orang di sekitarnya
walaupun tidak lama kemudian pasien akan mengalihkan pandangannya dan
melirik sekitar seperti mencari sesuatu. Jika ia mau, Pasien dapat mengikuti
perintah sederhana dari orangtuanya apabila orang tua menyuruh pasien untuk
melakukan sesuatu seperti mengambil barang yang diperlukan, namun untuk
melakukan perintah yang lebih rumit dan tidak disukainya biasanya pasien akan
menolak. Apalagi jika diminta untuk menunggu atau antri. Pasien cepat bosan
dan pergi meninggalkan perintah tersebut.
Menurut penuturan ibunya, kadang kadang setelah selesai makan, pasien
berinisiatif mencuci piring. Namun jika di suruh, tidak pernah ia mengerjakan.
Begitupun jika diminta tolong ibunya, pekerjaan selalu tertunda dan hampir
selalu tidak ia kerjakan.

9
Pasien saat ini tidur dikamar bersama ibu dan ayahnya, tapi pasien sudah
tidah mengompol pada saat tidur waktu malam. Pasien selalu akan meminta
untuk ditemani saat tidur. Pasien tidak menolak untuk tidur sendirian.

D. Persepsi Pasien tentang Diri dan Kehidupannya


Pasien mengatakan dia menyayangi keluarganya, mama, papa dan kakak dan
adiknya. Pasien juga merasa bahwa kedua orang tua dan kakak pasien sangat
menyayangi pasien dan berusaha untuk memenuhi semua kebutuhan pasien
dengan baik. Pasien sempat takut berdekatan dengan ayahnya karena mungkin
merasa asing Pasien dekat dengan ibu dan kakanya. Walupun sering berkelahi
dengan kakak pasien karena keusilan pasien.

Riwayat Keluarga
Pasien merupakan anak kedua dan merupakan dari 3 bersaudara. Orang tua
pasien merencanakan kehamilan waktu mengandung pasien. Pasien termasuk
golongan keluarga berkecukupan. Hubungan dengan keluarga baik dan penuh
kasih sayang tanpa membeda-bedakan dari kedua orang tua. Hanya saja, saat ini
perhatian orang tua pasien lebih terfokus pada adik bayinya yang berusia 1
bulan. Pasien menyayangi adik dan kakanya. Pasien sangat dekat dengan ibunya.
Kemanpun ibunya pergi, selalu membawa pasien. Pasien tidak begitu dekat
dengan ayahnya karena jarang melihat ayanghnya di rumah. Pasien sempat takut
ketika harus tidur dengan ayahnya. Pasien memiliki kakak perempuan berumur
13 tahun yang sering menemani pasien belajar. Kakak pasien sering merasa kesal
pada pasien karena keusilannya dan jika diajak belajar, tidak pernah fokus dalam
belajar. Hanya senang berlarian di dalam rumah maupun lari ke luar rumah.
Ibu pasien adalah anak ke dari kedua dari 4 bersaudara, merupakan seorang
ibu sebagai ibu rumah tangga. Ia sangat menyayangi pasien sama seperti anak
anaknya yang lain. Ayah pasien bekerja sebagai pegawai swasta yang memiliki
jam kerja dari jam 6 pagi sampai jam 8 malam. Anak ke 2 dari 3 bersaudara.

Genogram

10
Keterangan:
: Laki-Laki : Pasien
: Perempuan

4 PEMERIKSAAN STATUS MENTALIS

A. Deskripsi umum

1) Penampilan

Seorang anak laki-laki, 9 tahun, tampak sesuai usia, bertubuh kurus,


berkulit sawo matang, rambut hitam. Pasien menggunakan baju kaos
berwarna orange dan celana pendek berwarna hitam, rambut pendek dan rapi.
Ekspresi wajah baik dan sesuai.

2) Perilaku dan aktivitas psikomotor

Selama wawancara, pasien tidak pernah duduk tenag lebih dari 10 menit,
dan jika diberikan pertanyaan, pasien cenderung diam dan selanjutnya tertawa
malu dan kembali lari bermain di luar rumah. Saat mewawancarai ibu pasien
keluar masuk di rumah dan sesekali duduk di lantai sambil mendengar
percakapan. Meskipun sedang duduk di lantai, pasien tidak pernah tenang.
Kepalanya melirik ke atas , bawah, dan kiri kanan laku cepat cepat berdiri
dan lari ke luar rumah. Sesekali ibunya memanggil pasien untuk duduk
bersama, pasien terkadang menurut dan beberapa kali pasien hanya lari
menjauh dan menolak untuk duduk bersama saat wawancara. Pasien kurang
merespon saat diucapkan salam. Pasien menghindari kontak mata dan pasien
hanya diam ketika ibunya menasehatinya dan hanya tersenyum sambil

11
menundukan kepala ketika ditanya. Dan pasien tampak malu malu. .Apabila
diberikan pertanyaan pasien akan menjawab dengan malu malu atau
menjawab singkat pertanyaan. Pasien hanya mengiyakan sambil mengangguk
ketika ditanya oleh ibunya.

3) Sikap terhadap pemeriksa

Kurang kooperatif, pasien menjawab pertanyaan terlihat malu malu.


Jika menjawab, Pasien menjawab dengan suara yang pelan dan menutup
mulutnya sambil menengok ke bawah atau kakan kiri seperti sedang
memperhatikan hal lain dan sering lari pergi meninggalkan ruangan tempat
wawancara.

B. Mood dan afek

1) Mood : Eutimia.
2) Afek : Luas
3) Keserasian : Serasi

C. Bicara

Kualitas : spontan, volume kecil suara tidak begitu jelas,


artikulasi baik
Kuantitas : pasien menjawab pertanyaan seadanya dengan suara
pelan atau hanya anggukan.
Hendaya berbahasa : tidak ada hendaya berbahasa

D. Gangguan persepsi

Tidak ada gangguan persepsi.

E. Pikiran

1)Arus Pikiran : Koheren

2) Isi pikiran : Waham (-)

12
F. Sensorium dan kognitif

1) Kesiagaan dan tingkat kesadaran : compos mentis

2) Orientasi :

- Orientasi waktu : Tidak terganggu.


Pasien dapat menentukan saat diperiksa adalah
malam hari.

- Orientasi tempat : Tidak terganggu.


Pasien sadar sedang berada di rumahnya.

- Orientasi orang : Tidak terganggu. Pasien dapat mengenali


orang-orang di sekitarnya

3) Daya ingat :
- Jangka panjang : Tidak terganggu.
Pasien dapat menceritakan peristiwa yang
penting beberapa tahun lalu dengan baik.
- Jangka pendek : Tidak terganggu. Pasien
masih dapat mengingat aktivitas beberapa hari
lalu yang ia lakukan.
- Segera : Tidak terganggu. Pasien mampu
mengulang apa yang diucapkan oleh pemeriksa.
- Baru : Tidak terganggu.

4) Konsentrasi dan perhatian


Kurang baik, pasien kurang dapat mempertahankan pemeriksa dan dapat
melakukan tatapan mata ketika diajak berkomunikasi namun tidak lama
akan memalingkan wajah ke kanan dan ke kiri seperti sedang mencari
sesuatu atau menunduk ke bawah sambil menggoyangkan kaki dan
tanagan.

13
5) Kapasitas membaca dan menulis
Cukup baik, pasien dapat membaca dengan baik meskipun lamban.
Pasien mampu mengeja dengan baik meskipun lamban dan perlu sedikit
tuntunan. Pasien mampu menulis ketika dieja. Dan pasien bisa melakukan
operasi penghitungan dasar diberikan pemeriksa meskipun diberikan arahan
tetapi jika proses lebih lama, pasien cenderung berdiri dan berlarian ke luar
rumah.

6)Kemampuan visuospasial

Baik. Pasien dapat berjalan tanpa menabrak benda benda di sekitarnya.


Tetapi jika berlari, pasien cenderung menerobos dan tidak memperhatikan
benda atau situasi di sekitarnya.

7) Pengendalian impuls
Pasien tidak mampu duduk tenang saat wawancara. Saat wawancara
berlangsung, pasien sering sekali berlari ke luar rumah dan masuk lagi ke
rumah dan kemudian duduk di lantai dengan kepala melirik sekeliling
seperti sedang mencari sesuatu.

G. Daya nilai dan tilikan


Daya nilai sosial : baik, tidak terdapat gangguan.
Uji daya nilai : pasien dapat merespon dengan menjabat tangan
pemeriksa pada saat pemeriksa mengulurkan tangan
untuk berkenalan dengan pasien.
Tilikan : Derajat 1, tidak menyadari dirinya sakit.

5 PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK LEBIH LANJUT


A. Status internus
Keadaan umum : Tampak sehat
Kesadaran : Compos Mentis
Tanda vital : T : 90/60 mmHg
N :96 x/m
R : 26 x/m
S : 36,6C

14
Kepala : Konjungtiva anemis -/-, sklera ikterus -/-
Thoraks : Jantung SI - SII regular normal, bising (-)
Paru : Suara pernapasan vesikuler, ronki -/-,
wheezing-/-
Abdomen : Datar, lemas, peristaltik (+) normal, hepar dan
lien : Tidak teraba
Ekstremitas : Edema (-), turgor kembali cepat, akral hangat

B. Status Neurologikus
GCS : E4M6V5
TRM : Tidak ditemukan
Mata : Gerakan normal searah,
pupil bulat isokor, refleks
cahaya +/+
Pemeriksaan Nervus Kranialis : Baik
Fungsi sensoris dan motoris di ekstremitas : Baik.
Refleks fisiologis : Normal.
Refleks patologis : Tidak ditemukan
Tremor pada ekstremitas : Tidak ditemukan
Gejala EPS : Tidak ditemukan

C. Pemeriksaan Penunjang
Saat dilakukan wawancara tanggal 21 September 2016 tidak ada pemeriksaan
laboratorium atau pemeriksaan penunjang lainnya.

VI. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA


Berdasarkan anamnesis (secara aloanamnesis) didapatkan pasien berusia
9 tahun, laki-laki, belum menikah, suku Minahasa, tinggal di Bahu Manado
bersama kedua orang tua pasien.
Pasien sangat sulit untuk diam dan senang sekali mengganggu orang
serta sulit memusatkan perhatian saat belajar atau mengerjakan sebuah tugas,
baik di rumah maupun sekolah. Menurut Ibu pasien, keluhan tidak dapat diam
sudah mulai terlihat pasien bisa sejak pasien mulai bisa berjalan. Ketika berumur

15
4 tahun, karena aktifnya pasien, pasien sering jatuh dari tempat tidurnya. Namun,
ibu pasien mengira hal ini wajar untuk anak anak kecil yang gemar sekali
bermain main.
Menurut ibunya pasien tidak bisa diam meski hanya sebentar. Jika diminta diam
untuk mengerjakan tugas atau belajar, pasien hanya mampu bertahan kurang dari
30 menit dan berdiri dari kursi untuk berlarian di dalam maupun luar rumah.
Setiap kali belajar, pasien harus dikecam dulu baru mau menyelesaikan
tugas beberapa nomor dan menghabiskan waktu berjam jam. Tidak sering
kakak pasien dan pasien berkelahi karena hal ini. Saat dihadapkan dengan
tugasnya, paseien akan menatap dulu tugas dihadapannya baru mulai
mengerjakan namun tidak lama kemudian dia akan bangkit pergi bermain
berlarian atau sekedar menganggu kakanya tanpa mengerjakan apapun. Hal ini
juga dibenarkan oleh wali kelas pasien saat di sekolah. Menurutnya, saat
menjelaskan pelajaran kelas sering sekali gaduh karena ulah pasien, yang
menggangu teman kelas bahkan sampai berkelahi dan membuat teman kelasnya
menangis. Jika diminta diam, pasien tidak pernah mengindahkan perintah sekali.
Harus beberapa kali ditegur dan dikecam bahkan dijewer baru pasien akan
tenang. Namun hal ini pun tak bertahan lama. Ketika situasi sudah hening, pasti
akan segera gaduh dan penyebabnya adalah pasien yang mengetok mengetok
meja dengan kaki maupun alat tulisnya. Perhatian dan kemauan untuk belajar
pasien sangat kurang karena dia lebih tertarik untuk bermain dan membuat
keributan. Nilai sekolah dari kelas 1 - 4 SD selalu berada di bawah bahkan
pernah terancam tinggal kelas saat kelas 4 naik kelas 5.
Menurut guru, kakak dan ibu pasien tidak memperhatikan apa yang harus
dipelajarinya, pasien hanya memperhatikan gambar di buku sekolahnya sambil
mencoret coret buku pelajarannya. Pasien memang hobi menggambar, jadi
ketika dihadapkan dengan sebuah pekerjaan rumah, jika ia bosan dan tidak dapat
keluar bermain, ia akan mencoret coret buku pelajaran dengan gambar -
gambarnya. Saat pasien belajar dan ada yang lewat didekatnya pasien cepat
teralihkan perhatian karena dia akan bangkit bermain atau hanya sekedar
menggangu orang yang lewat. Pasien cepat merasa bosan saat belajar, ketika
bosan dan dipaksa belajar pasien akan menangis dan merontak dan lari keluar
rumah untuk bermain.

16
Pasien sudah dapat membaca, walupun masih belum terlalu lancar.
Jika diminta mengeja, pasien bisa melakukannya namun diperlukan tambahan
waktu dan sedikit bantuan. Di sekolah, jika diberikan tugas untuk menulis atau
menghitung, pasien selalu menyelesaikan tugasnya pada urutan terakhir. Menurut
wali kelasnya, masih untung tugas dapat selesai. Jika tidak dikecam tidak akan
pulang jika belum menyelesaikan tugas, pasien tidak akan menyelesaikan tugas
karena gampang sekali beralih perhatian. Ketika diminta belajar pasien ogah-
ogahan, dan jika didesak, pasien hanya akan mencoret buku pelajaran dengan
gambar-gambarnya. Jika ditegur keras, terpaksa pasien akan belajar, tetapi
apabila pasien ditanyakan kembali pasien sudah tidak paham apa yang
dipelajarinya.
Saat di rumah pasien tidak pernah mengatakan ada pekerjaan rumah yang
harus dikerjakannya kecuali orang tuanya yang bertanya atau mengecek buku
tulisnya. Selain itu menurut guru dan ibu pasien akan sering tidak selesai dalam
menyelesaikan tugasnya. Dan beralih ketugas lain. Ketika di rumah pasien akan
beralih ke televisi untuk menonton. Keseharian pasien di rumah diisi dengan
bermain bersama teman-temannya.
Menurut ibunya, pasien seperti tidak kenal lelah ketika bermain. Pasien tidak
suka istirahat siang. Ketika disuruh, pasien malah melompat-lompat di tempat
tidur kemudian lari keluar rumah menemui teman-temanya. Saat bermain
bersama temannya, pasien adalah anak yang paling usil. Pasien hanya gemar
mengusili teman-temannya sampai menangis. Dikalangan teman-temannya,
pasien terkenal anak yang bandel dan biang usil. Menurut pengakuan teman-
temannya, hampir dari mereka semua pernah menjadi korban kenakalan pasien.
Pasien gemar membuat kegaduhan dimanapun dia berada. Saat berjalan,
pasien gemar membuat keributan. Pasien gemar menyentak-nyentakan kakinya
ke tanah atau lantai sehingga menimbulkan keributan yang tidak jarang
membangkitkan kekesalan orang di rumah maupun sekitar.
Pasien tidak memilki masalah dalam berkomunikasi dengan orangtuanya.
Apabila dipanggil pasien akan merespon, tapi kadang-kadang hanya menyahut
tapi tidak memandang wajah orang yang memanggilnya. Pasien dapat melakukan
kontak mata dengan orang di sekitarnya walaupun tidak lama kemudian pasien
akan mengalihkan pandangannya. Pasien suka memotong pembicaraan ibunya
dengan orang lain. Hal ini terlihat juga saat wawancara. Ketika pasien meminta

17
uang sementara ibunya menjawab pertanyaan wawancara. Jika suka, pasien dapat
mengikuti perintah sederhana dari orangtuanya apabila orang tua menyuruh
pasien untuk melakukan sesuatu seperti mengambil barang yang diperlukan,
namun untuk melakukan perintah yang lebih rumit dan tidak dia sukai biasanya
pasien akan menolak.
Selama wawancara, pasien tidak pernah duduk tenag lebih dari 10 menit, dan
jika diberikan pertanyaan, pasien cenderung diam dan selanjutnya tertawa malu
dan kembali lari bermain di luar rumah. Saat mewawancarai ibu pasien keluar
masuk di rumah dan sesekali duduk di lantai sambil mendengar percakapan.
Meskipun sedang duduk di lantai, pasien tidak pernah tenang. Kepalanya melirik
ke atas , bawah, dan kiri kanan laku cepat cepat berdiri dan lari ke luar rumah.
Sesekali ibunya memanggil pasien untuk duduk bersama, pasien terkadang
menurut dan beberapa kali pasien hanya lari menjauh dan menolak untuk duduk
bersama saat wawancara. Pasien kurang merespon saat diucapkan salam. Pasien
menghindari kontak mata dan pasien hanya diam ketika ibunya menasehatinya
dan hanya tersenyum sambil menundukan kepala ketika ditanya. Dan pasien
tampak malu malu. .Apabila diberikan pertanyaan pasien akan menjawab
dengan malu malu atau menjawab singkat pertanyaan. Pasien hanya
mengiyakan sambil mengangguk ketika ditanya oleh ibunya.
Kurang kooperatif, pasien menjawab pertanyaan terlihat malu malu. Jika
menjawab, Pasien menjawab dengan suara yang pelan dan menutup mulutnya
sambil menengok ke bawah atau kanan kiri seperti sedang memperhatikan hal
lain dan sering lari pergi meninggalkan ruangan tempat wawancara. Mood
eutimia, afek serasi, volume kecil suara tidak begitu jelas, artikulasi baik.
Kuantitas bicara pasien menjawab sesuai pertanyaan. Namun terkadang pasien
menjawab dengan suara yang begitu pelan. Hendaya berbahasa tidak
ditemukan. Konsentrasi Kurang baik, pasien dapat mempertahankan
pemeriksa dan melakukan tatapan mata ketika diajak berkomunikasi. Namun
tatapan mata tidak begitu lama. Pasien akan teralihkan dengan hal lain.
Kemampuan baca dan menulis cukup baik, pasien dapat membaca dengan
baik meskipun lamban. Pasien mampu mengeja dengan baik meskipun lamban
dan perlu sedikit tuntunan. Pasien mampu menulis ketika dieja. Dan pasien bisa

18
melakukan operasi penghitungan dasar diberikan pemeriksa meskipun diberikan
arahan.

Formulasi Diagnostik
Formulasi diagnostik ini berdasarkan DSM V. Pada anamnesis ditemukan
bahwa pasien tidak dapat diam dan suka sekali menganggu orang serta sulit untuk
memepertahankan perhatian. Pasien tidak dapat duduk tenang meski hanya 10
menit. Jika terpaksa harus duduk, pasien akan mengoyang-goyangkan kakinya
sambil menendang kaki meja sehingga menimbulkan suara gaduh. Pasien gemar
membuat kegaduhan disaat situasi tenang. Pasien sangat senang berlarian, meloncat
dan gemar mengusili temannya sampai menangis. Jika diperhadapkan dengan sebuah
tugas, pasien cepat beralih perhatian. Pasien biasanya tidak dikerjakan sampai
selesai karena lebih tertarik pergi berlarian di luar rumah. Pasien lumayan sering
kehilangan alat tulis dan buku di sekolah. Begitu juga dengan mainannya di rumah.
Pasien biasanya akan menolak untuk belajar. Pasien sering tidak memberi tahu jika
ada pekerjaan rumah. Nilai sekolah pasien selalu berada di bawah. Saat jam
pelajaran, pasien selalu menjadi penyebab kegaduhkan kelas. Gejala pada pasien ini
berlangsung kurang lebih sejak 4 tahun yang lalu pada usia pasien 5 tahun sesuai
yang diamati orang tua pasien. Gejala tersebut tidak hanya di sekolah namun juga di
rumah, pasien seperti itu menurut ibu pasien. Gejala tersebut memberikan dampak
buruk pada bidang akademis pasien, menurut wali kelas, pasien terancam tidak naik
kelas. Maka pada aksis I dapat didiagnosis gangguan Combined presentation
(F90.2).
Pada aksis II, ciri kepribadian atau gangguan kepribadian pada pasien belum
dapat ditentukan karena pasien masih berusia 9 tahun. Untuk penilaian retardasi
mental pada pasien belum dapat ditegakkan karena belum ada penilaian nilai IQ dari
pasien.
Pada aksis III, tidak ada diagnosis karena tidak ditemukan kelainan dari
pemeriksaan fisik.
Pada aksis IV, masalah pada pasien adalah berkaitan dengan kehidupan dan
lingkungan sosial dari pasien karena pasien sulit sekali untuk duduk tenang dan
gemar menganggu orang serta sulit memusatkan perhatiannya.

19
Pada aksis V,Global Assesment of Functioning (GAF) scale, Current 70-61 yaitu
beberapa gejala ringan dan menetap, disabilitas ringan dalam sosial, pekerjaan,
sekolah, dll. HLPY 70-61 yaitu beberapa gejala ringan dan menetap, disabilitas
ringan dalam fungsi secara umum, sosial, pekerjaan, sekolah, dll, masih baik

VII. DIAGNOSIS MULTIAKSIAL


Aksis I : gangguan Combined presentation Attantion Deficit Hiperactive
Disorder (F 90.2).
Aksis II : tidak ada diagnosis
Aksis III : tidak ada diagnosis
Aksis IV : masalah berkaitan dengan kehidupan dan lingkungan sosial dari
pasien karena pasien tidak bisa diam dan gemar menganggu orang
lain serta sulit memusatkan perhatiannya .
Aksis V : GAF scaleCurrent 70-61 yaitu beberapa gejala ringan dan menetap,
disabilitas ringan dalam fungsi secara umum, sosial, pekerjaan,
sekolah, dll, masih baik
HLPY 70-61 yaitu beberapa gejala ringan dan menetap, disabilitas
ringan dalam fungsi secara umum, sosial, pekerjaan, sekolah, dll,
masih baik

VIII. PROBLEM
A. Organobiologi : tidak ada
B. Psikologi : tidak ada
C. Lingkungan & sosial ekonomi :
tidak ada disabilitas dalam interaksi
sosial, keluarga pasien o menengah ke atas

IX. RENCANA TERAPI


A. Psikofarmako
Methylphenidate (Ritalin) 10 mg 2x1/2
B. Psikoterapi dan Intervensi Psikososial
Pasien di diagnosis dengan GPPH pada kasus ini bermanifestasi klnis berupa
perilaku inatensi, hiperaktivitas dan impulsive. Pada umumnya anak dengan
GPPH mengalami berbagai masalah terkait dengan gejala klinisnya. Pada pasien
didapatkan pasien sulit untuk duduk tenang, gemar menganggu orang, sulit
mengikuti kegiatan belajar mengajar, serta sulit mengikuti peraturan di sekolah
maupun di rumah.

20
Berdasarkan evidence based, dan National Institute of Mental Health, serta
organisasi professional lainnya di dunia seperti AACAP (American Academy of
Child and Adolescent Psychiatry), tatalaksana anak dengan GPPH yang terbaik
adalah dengan pendekatan komprehesif beralaskan Multi Treatment Approach
(MTA). Dengan pendekatan ini maka anak selain mendapatkan terapi dengan
obat, maka juga diberikan terapi psikososial seperti terapi perilaku (modifikasi
perilaku), terapi kognotif-perilaku dan juga latihan ketrampilan sosial.1
Diberikan juga psikoedukasi kepada orangtua, pengasuh maupun guru yang
sehari-hari berhadaapan dengan anak GPPH.

X. PROGNOSIS
Tidak ada prognosis yang pasti dikemudian hari untuk gangguan Combined
presentation Attantion Deficit Hiperactive Disorder

XI. ANJURAN
Anak-anak dengan GPPH merupakan anak yang dengan kebutuhan khusus oleh
karena itu perencanaan dan tatalaksana yang akan diberikan haruslah dirancang
sedemikian rupa sehingga mencakup seluruh aspek kehidupan anak dan juga
keluarga. Keluarga pasien diharapkan agar mengawasi pasien dengan
memberikan perhatian, kesabaran dan kasih sayang yang tulus, karena pasien
membutuhkan tahapan-tahapan untuk menjalani terapi-terapi yang dianjurkan
agar dapat mencapai kemampuan yang lebih maksimal dikemudian hari. Semua
hal ini tergantung peran dari orang tua anak ini sendiri karena kasabaran dan
kasih sayang berperan penting untuk perkembangan perilaku anak di kemudian
hari.

XII. DISKUSI
A. Formulasi Diagnostik.
Attention-deficit/hyperactivity disorder (ADHD) merupakan kelainan
neurobehavioral yang umum terjadi pada anak-anak, yang juga merupakan suatu
keadaan kronis yang paling sering berpengaruh pada anak-anak usia sekolah,
dan merupakan gangguan mental yang sering ditemukan pada anak-anak. 2

21
Attention Deficit/Hyperactivity Disorder (ADHD) merupakan gangguan perilaku
yang ditandai dengan adanya inattention (gangguan pemusatan perhatian dan
gangguan konsentrasi), impulsif (berbuat dan berbicara tanpa memikirkan
akibatnya), dan hiperaktif yang tidak sesuai dengan usianya3,4
Disamping gejala di atas, anak dengan gangguan ini juga menunjukan beberapa
gejala lain seperti : adanya ambang toleransi rendah, perilaku agresif.
Semua kondisi ini menimbulkan penderitaan dan hambatan bagi anak dalam
menjalankan fungsi sehari-hari seperti berinteraksi dengan teman sebaya,
keluarga dan terpenting adalah menganggu kesiapan anak untuk belajar. Dampak
ADHD tidak hanya dirasakan oleh anak tersebut, namun juga dirasakan oleh
keluarga.Dampak pada anak bisa berupa nilai akademis yang buruk,
gangguanbersosialisasi, status pekerjaan yang rendah, dan risiko kecelakaan
meningkat. Sedangkan dampak pada keluarga adalah menimbulkan stres dan
depresi pada keluarga,keharmonisan keluarga terganggu dan perubahan status
pekerjaan. Secara keseluruhan,membuat penurunan kualitas hidup anak dengan
ADHD di kemudian hari.
Lebih dari 40 % pasien anak dengan gangguan psikiatrik pada anak akan
dirujuk pada psikiatri dengan ADHD. Pada penelitian di beberapa negara
menunjukan angka prevalensi pemusatan perhatian/ hiperaktifitas sangat
bervariasi dari 1% - 2%. Di Indonesia didapatkan angka prevalensi ADHD
diantara anak sekolah dasar di Jakarta sebesar 26,2% pada rentang usia 6 13
tahun, dengan rasio laki laki : wanita adalah 2:1.5
Selama beberapa dekade terakhir, para ilmuwan telah meneliti beberapa
teori yang mungkin menyebabkan gangguan Beberapa teori ini menemui
kebuntuhan, namun beberapa beberapa menemui jalan baru untuk penyelidikan.
ADHD memiliki kontribusi biologis yang sangat kuat untuk kejadian tersebut.
Sementara penyebab yang tepat belum teridentifikasi, ada sedikit pertanyaan
bahwa faktor keturunan / genetik memberikan kontribusi terbesar terhadap
ekspresi dari gangguan dalam populasi. Heritabilitas rata-rata ADHD sekitar 80
persen, yang berarti bahwa faktor genetik untuk 80 persen pada perbedaan
antara individu dalam set ciri-ciri perilaku. Beberapa gen yang terkait dengan
gangguan tersebut telah diidentifikasi dan pasti ADHD merupakan seperangkat
ciri-ciri perilaku yang kompleks dan sebuah gen tunggal tidak mungkin untuk
menjelaskan gangguan ini. Dalam kasus ini di mana faktor keturunan tampaknya

22
tidak menjadi faktor, kesulitan selama kehamilan, paparan prenatal dengan
alkohol dan asap tembakau, kelahiran prematur dan berat lahir rendah,
berlebihan kadar timbal tubuh yang tinggi, serta cedera pasca-natal daerah
prefrontal otak semuanya ditemukan berkontribusi pada risiko untuk gangguan
Beberapa obat yang digunakan untuk mengobati gangguan kejang pada anak-
anak dapat meningkatkan gejala ADHD pada anak-anak sebagai efek samping
dari obat ini, tetapi efek ini adalah reversibel.6,7,8,9
1. Agen lingkungan
Penelitian telah menunjukkan kemungkinan korelasi antara penggunaan
rokok dan alkohol selama kehamilan dan risiko ADHD pada anak. Sebagai
tindakan pencegahan, yang terbaik adalah selama kehamilan untuk menahan
diri dari rokok dan alkohol. Agen lingkungan lain yang mungkin terkait
dengan risiko yang lebih tinggi dari ADHD adalah kadar tinggi timbal dalam
tubuh
2. Kerusakan otak
Salah satu teori awal adalah bahwa ADHD disebabkan oleh cedera otak.
Beberapa anak-anak yang menderita kecelakaan dan menyebabkan cedera
otak dapat menunjukkan beberapa tanda-tanda perilaku yang mirip dengan
ADHD, tetapi hanya kecil persentase anak-anak dengan ADHD ditemukan
mengalami cedera otak traumatis.
3. Aditif Makanan dan Gula.
Menyatakan bahwa gangguan perhatian disebabkan oleh gula halus atau
makanan aditif, atau bahwa gejala ADHD diperburuk oleh gula atau aditif
makanan. National Institutes of Health mengadakan konferensi konsensus
ilmiah untuk membahas masalah ini. Ditemukan bahwa pembatasan diet
membantu sekitar 5 persen dari anak-anak dengan ADHD, kebanyakan pada
anak-anak dengan alergi makanan. Sebuah studi yang lebih baru pada efek
gula pada anak-anak, menggunakan gula satu hari dan pengganti gula pada
hari alternatif, tanpa orang tua, staf, atau anak-anak mengetahui substansi
sedang digunakan, tidak menunjukkan efek yang signifikan dari gula pada
perilaku atau belajar. Dalam studi lain, anak-anak yang ibunya merasa mereka
gula-sensitif diberi aspartam sebagai pengganti gula. Setengah ibu diberitahu
anak-anak mereka diberi gula, Setengah tahu diberi aspartam. Para ibu yang

23
mengira anak-anak mereka telah menerima gula, dinilai lebih hiperaktif
daripada anak-anak lain dan memiliki perilaku lebih kritis,
4. Genetika.
ADHD kemungkinan ada pengaruh genetik. Studi menunjukkan bahwa 25
persen dari kerabat dekat di keluarga anak ADHD juga memiliki ADHD,
sedangkan angka ini sekitar 5 persen di population umum. Banyak penelitian
sekarang menunjukkan bahwa pengaruh genetic memiliki pengaruh yang
yang kuat.
Beberapa penelitian mengenai struktur otak sangat membantu dalam
pemahaman penelitian para ilmuwan melakukan dalam mencari gangguan
fisik pada ADHD. Peneliti memfokuskan perhatian pada satu bagian dari
otak yaitu lobus frontal dari otak besar. Lobus frontal memungkinkan kita
untuk memecahkan masalah, merencanakan ke depan, memahami perilaku
orang lain, dan menahan impuls. Dua lobus frontal, kanan dan kiri,
berkomunikasi satu sama lain melalui serabut korpus callosum, (saraf yang
menghubungkan kanan dan frontal kiri lobus). Ganglia basal adalah massa
abu-abu yang saling berhubungan jauh di belahan otak yang berfungsi
sebagai koneksi antara otak dan otak kecil dan, dengan cerebellum yang
bertanggung jawab untuk koordinasi motorik. Otak dibagi menjadi tiga
bagian. Bagian tengah disebut vermis. Semua bagian-bagian dari otak telah
dipelajari melalui penggunaan berbagai metode untuk melihat pencitraan
otak. Metode ini termasuk resonansi magnetik fungsional imaging (fMRI)
tomografi emisi positron (PET), dan emisi foton tunggal computed
tomography (SPECT). Bagian oatak tersebut menjadi pusat defisit psikologis
pada mereka dengan ADHD. Pada tahun 2002 para peneliti di NIMH Psikiatri
Anak telah mempelajari 152 anak laki-laki dan perempuan dengan ADHD,
dengan 139 anak tanpa ADHD usia dan gender yang sama sebagai control.
Anak-anak diperikasa dua kali. Kelompok anak-anak ADHD menunjukkan
volume otak 3-4 persen lebih kecil di semua daerah-lobus frontal, gray
matter, nucleus kaudatus, dan otak kecil.
Penelitian ini juga menunjukkan bahwa anak-anak ADHD yang menerima
pengobatan memiliki volume white matter tidak berbeda dari yang kontrol.
Pasien yang tidak pernah diobati memiliki volume white matter abnormal
White matter terdiri dari serat yang membentuk koneksi jarak jauh antara

24
daerah otak. Meskipun studi jangka panjang ini digunakan MRI untuk
memeriksa anak-anak, para peneliti menekankan bahwa MRI tetap alat
penelitian dan tidak dapat digunakan untuk mendiagnosa ADHD pada setiap
anak. Hal ini berlaku untuk metode neurologis untuk mengevaluasi otak
lainnya, seperti PET dan SPECT.
Formulasi diagnostik ini berdasarkan DSM-V. Kriteria diagnostik
gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktifs berdasarkan DSM-V, sebagai
berikut:10
A.
Pola inatensi dan/atau hiperaktif-impilsif yang menetap yang
mengganggu fungsi atau perkembangan, ditandai oleh 1 dan/atau 2:
1.
Inatensi: Enam (atau lebih) gangguan berikut harus menetap
setidaknya 6 bulan yang tidak konsisten dengan fungsi
perkembangan dan berdampak negatif secara langsung pada
aktifitas sosial dan akademi:
a.
Sering gagal memusatkan perhatian pada hal-hal kecil
atau membuat kesalahan yang ceroboh (tidak hati hati)
dalam pekerjaan sekolah, pekerjaan, kegiatan lain.
b.
Sering sulit mempertahankan perhatian pada waktu
melaksanakan tugas atau kegiatan bermain
c.
Sering seperti tidak mendengarkan pada waktu diajak
bicara langsung
d.
Sering tidak mengikuti petunjuk dan gagal menyelesaikan
pekerjaan sekolah dan tugas (tidak disebabkan oleh
perilaku menentang atau kegagalan memahami petunjuk.
e.
Sering sulit mengatur tugas dan kegiatan
f.
Sering menghindar, tidak suka atau enggan melibatkan
diri dalam tugas yang memerlukan ketekunan yang
berkesinambungan (seperti : melakukan pekerjaan rumah
atau pekerjaan sekolah).
g.
Sering menghilangkan benda benda yang diperlukan
untuk melaksanakan tugas atau kegiatan
h.
Perhatiannya sering mudah dialihkan oleh rangsangan dari
luar
i.
Sering lupa dalam kegiatan sehari hari
2. Hiperaktif dan impulsifitas: Enam (atau lebih) gejala berikut yang
menetap selama setidaknya 6 bulan yang tidak konsisten dengan

25
tingkat perkembangan dan banyak berdampak negatif secara
langsung pada aktifitas sosial atau akademi/pekerjaan :
a. Sering tangan dan kakinya tidak bisa diam atau tidak bisa
duduk diam
b. Sering meninggalkan tempat duduk di dalam kelas atau di
situasi lain dimana diharapkan untuk tetapi diam
c. Sering berlari lari atau memanjat secara berlebihan dalam
situasi yang tidak sesuai untuk hal tersebut
d. Sering mengalami kesulitan bermain atau mengikuti
kegiatan waktu senggang denga tenang
e. Sering dalam keadaan siap gerak (atau bertindak seperti
digerakkan oleh mesin)
f. Sering bicara berlebihan impulsivitas
g. Sering melontarkan jawaban sebelum pertanyaan selesai
dilontarkan
h. Sering sulit menunggu giiran
i. Sering menyelak atau memaksakan diri terhadap orang
lain ( misalnya : memotong percakapan atau mengganggu
permainan.
B. Gejala hiperaktif-impulsif atau tidak mampu memusatkan perhatian yang
menimbulkan masalah telah ada sebelum usia 7 tahun
C. Kegagalan yang ditimbulkan oleh gejala gejala tersebut tampak pada
dua atau lebih tempat ( misalnya di sekolah atau tempat kerja dan di
rumah)
D. Didapatkan bukti yang jelas adanya kegagalan yang bermakna secara
klinis pada fungsi social, akademik dan okupasional
E. Gejala gejala tersebut tidak disebabkan oleh gangguan psikotik dan
tidak diakibatkan oleh adanya gangguan mental lain (misalnya :
gangguan alam perasaan, gangguan cemas, gangguan disosiatif,
gangguan kepribadian)10

B. Diagnosis Banding
Gangguan Perkembangan Pervasif jenis PDD-NOS
PDD-NOS merujuk istilah atypical autis, diagnosis PPD-NOS berlaku bila
seorang anak tidak menunjukkan keseluruhan kriteria pada diagnosis tertentu
(Autis, Asperger atau Retts Sindrom). Gangguan perkembangan pervasif atau
pervasif developmental disorder (PDDs) adalah suatu gangguan perilaku atau
fungsi pada berbagai area perkembangan. Gangguan ini pada umumnya menjadi

26
tampak nyata pada tahun-tahun pertama kehidupan dan seringkali dihubungkan
dengan retardasi mental. Gangguan ini pada umumnya diklasifikasikan sebagai
bentuk psikosis pada edisi awal Diagnostic and Statistical Manual of Mental
Disorder (DSM). Terdapat beberapa jenis gangguan perkembangan pervasive
lain dengan masing-masing karakteristik berbeda, yaitu
a) Autistic Spectrum Disorder (ASD)
Muncul sebelum usia 3 tahun dengan gejala adanya hambatan dalam
interaksi sosial, komunikasi, dan kemampuan bermain secara imaginatif
serta adanya perilaku stereotip pada minat dan aktivitas.

b) Aspergers Sindrom
Hambatan perkembangan interaksi sosial, aktivitas yang terbatas, secara
umum tidak menunjukan keterlambatan bahasa dan bicara, memiliki tingkat
intelegensi rata-rata hingga diatas rata-rata.
c) Retts Sindrom
Lebih sering terjadi pada anak perempuan dan jarang terjadi pada anak laki-
laki. Anak sempat mengalami perkembangan yang normal kemudian terjadi
kemunduran atau kehilangan kemampuan yang dimilikinya, kehilangan
kemampuan fungsional tangan yang digantikan dengan gerakan-gerakan
tangan yang berulang-ulang pada rentang usia 1-4 tahun.
d) Childhood Disintregative Disorder (CDD)
Menunjukan perkembangan yang normal selama 2 tahun pertama usia
perkembangan. Pada tahun berikutnya anak kehilangan kemampuan-
kemampuan yang telah dicapai sebelumnya.
Gangguan lain yang menyerupai GPPH adalah gangguan penyesuaian, gangguan
11
cemas, gangguan distimik, gangguan afektif bipolar, serta retardasi mental

C. Terapi
GPPH adalah gangguan dengan manifestasi klinis beragam. Sampai saat
ini belum ada satu jenis terapi yang diakui untuk menyembuhkan anak dengan
GPPH secara total. Berdasarkan evidence based, tatalaksana GPPH yang tebaik
adalah dengan pendekatan komprehensif beralaskan prinsip Multi Treatment
Approach (MTA). Selain mendapatkan terapi farmakologi, diberikan juga terapi
psikososial dan psikoedukasi pada orang tua, pengasuh amupun guru.
Tujuan utama dari tatalaksana anak dengan GPPH adalah memperbaiki
pola perilaku dan sikap anak dalam menjalankan fungsinya sehari-hari dengan
memperbaiki fungsi control diri, sehingga anak mampu memenuhi tugas

27
tanggung jawab secara optimal sebagaimana usianya. Tujuan lain adalah
memperbaiki pola adaptasi dan penyesuaian social bagi anak sehingga terbentuk
suatu kemampuan adaptasi yang lebih baik dan matur sesuai tingkat
perkembangan.
Agen farmakologis untuk GPPH adalah stimulan system saraf pusat,
terutama dextroamphetamine (Dexedrine), methylphenidate, dan pemoline
(Cylert). Food and Drug administration mengizinkan dextroamphetamine pada
anak berusia 3 tahun dan lebih dan methylphenidate pada anak yang berusia 6
tahun dan lebih. Keduanya adalah obat yang paling sering digunakan.
Methilphenidate telah terbukti sangat efektif pada hampir tigaperempat
anak dengan GPPH dan memiliki efek samping yang relatif kecil. Medikasi kerja
singkat yang biasanya digunakan secara efektif selama jam-jam sekolah,
sehingga anak dengan GPPH dapat memperhatikan tugasnya dan tetap di dalam
ruang kelasnya. Obat dipilih karena merupakan line pertama pada penanganan
GPPH. Methylphenidate merupakan golongan stimulant yang memiliki respon
70% pada GPPH tanpa komplikasi dan kormobid. Pada golongan stimulan
menimbulkan efek samping kehilangan napsu makan sehingga perlu dberikan
setelah makan.12,13 Efek samping obat paling sering adalah nyeri kepala, nyeri
lambung, mual, dan insomnia. Obat ini telah ditunjukan memperbaiki skor anak
hiperkatif pada tugas yang membutuhkan kegigihan3,4
Terapi tunggal farmakologi jarang memuaskan kebutuhan terapeutik yang
menyeluruh pada anak GPPH dan biasanya merupakan satu segi dari regimen
multimodalitas. Jika diberikan terapi farmakologi, anak dengan GPPH harus
diberikan kesempatan untuk menggali arti medikasi untuk mereka. Hal itu akan
menghilangkan kekeliruan pengertian tentang pemakaian obat dan menjelaskan
bahwa terapi obat hanya sebagai tambahan.
Jenis psikoterapi yang diberikan.3,4,13
1. Edukasi Bagi Orang Tua dan Guru
Hal yang pertama dan sangat perlu dilakukan sebagai dokter adalah edukasi
pada orang tua dan guru.Karena pada umumnya banyak orang tua dan guru
belum mengerti tentang GPPH serta penanganan pada anak dengan GPPH.
Kondisi pasien pada umumnya membuat mereka ragu akan diagnosis maupun
tatalaksana yang dianjurkan. Untuk itu sangat dianjurkan untuk anak dengan

28
GPPH beserta orang tua dan guru mendapat suatu edukasi untuk membant
terapi kepada anak dengan GPPH.

2. Terapi edukatif (Remedial Teaching)


Terapi ini diberikan bagi anak yang mengalami gangguan kemampuan
akademis dan yang dijadikan acuan Terapi remedial merupakan upaya
perbaikan dan peningkatan kecakapan seseorang untuk menjadi normal atau
mendekati normal sesuai tahap perkembangannya. Pada dasarnya prosedur
remedial teaching terbagi menjadi tiga antara lain yang pertama corrective
teaching meliputi konten dibagi menjadi unit-unit kecil, adanya supervisi
dalam mengajar, tutoring secara individual dan adanya pengulangan kembali.
Kedua adalah evaluasi secara formatif berupa kuis-kuis. Ketiga adalah
evaluasi sumatif.
3. Adanya Pelatihan Keterampilan Sosial
Sebagaimana diketahui bahwa anak dengan GPPH seringkali juga disertai
dengan perilaku agresivitas dan impulsivitas. Kondisi ini membuat mereka
tidak mampu untuk menjalin relasi yang optimal dengan teman-teman
sebayanya. Dampak yang cukup sering terjadi ialah mereka disingkirkan oleh
kelompok teman sebayanya dan kesulitan untuk mencari teman baru.
Diperlukannya suatu pelatihan keterampilan sosial bagi mereka, dengan
harapan mereka akan lebih mengerti norma sosial yang berlaku dan
berperilaku serta bereaksi sesuai dengan norma yang ada.
4. Terapi Modifikasi Perilaku
Modifikasi perilaku merupakan suatu teknik terapi perilaku dengan
menggunakan prinsip ABC (Antecedent Behaviour, and Consequence).
Antecedent adalah semua bentuk sikap, perilaku dan juga kondisi yang
terjadi sebelum anak menampilkan perilaku tertentu, misalnya cara orang
tua/guru memberikan instruksi pada anak. Behavior adalah perilaku yang
ditampilkan oleh anak (yang sebenarnya ingin diubah) dan Consequence
adalah reaksi orang tua/guru yang terjadi setelah anak menunjukkan perilaku
tertentu. Dalam modifikasi perilaku maka orang tua dan guru diharapkan
untuk merubah antecedents dan juga consequentnya sehingga diharapkan
anak juga dapat merubah perilaku yang tadinya kurang adaptif menjadi lebih
adaptif dengan lingkungan sekitarnya. Teknik ini pada umumnya

29
membutuhkan waktu yang cukup lama dan sebaiknya dijalankan secara
konsisten, sehingga hasilnya akan tampak lebih jelas.
5. Terapi Diet Makanan
Terapi diet makanan adalah suatu terapi yang mengatur makanan yang
dimakan anak GPPH/ADHD.Pengaturan makanan dilakukan dengan
memberikan perhatian dari segi jenis, jumlah dan frekuensi pemberian
makanan.Ada beberapa jenis makanan yang dapat mempengaruhi terjadinya
atau meningkatkan perilaku hiperaktivitas pada anak
GPPH/ADHD.Makanan-makanan tersebut adalah jenis makanan yang
mengandung zat aditif makanan (seperti zat pewarna, pengawet, aroma rasa,
dll).Dari hasil penelitian membuktikan anak-anak yang menghindari jenis-
jenis makanan di atas menunjukkan penurunan perilaku hiperaktivitas. Selain
makanan yang mengandung zat aditif dan salisilat, makanan yang
mengandung banyak gula juga mempengaruhi terjadinya atau meningkatnya
perilaku hiperaktivitas pada anak GPPH/ADHD.
6. Edukasi dan Pelatihan Pada Guru
Merupakan hal sangat penting karena salah satu permasalahan utama pada
anak dengan GPPH adalah permasalahan akademik. Selain itu, pelatihan dan
edukasi ini juga akan menghindari terjadinya stigmatisasi pada anak dengan
GPPH, sehingga menghindari adanya anggapan buruk terhadap anak-anak ini,
misalnya cap sebagai anak nakal, bandel atau malas dsb. Pendekatan sekolah
merupakan hal yang sangat penting mengingat bahwa sebagian besar waktu
anak dihabiskan di sekolah. Tingkat pemahaman guru yang baik akan GPPH
ini diharapkan akan meningkatkan kemampuan guru dalam mengempati
sikap, perilaku dan reaksi emosi anak didik mereka yang mengalami GPPH.
Untuk memenuhi kebutuhan ini maka perlu dipertimbangkan untuk
mengembangkan upaya kesehatan mental di sekolah yang melibatkan guru
kelas, orang tua, konselor, psikolog dan juga psikiater anak.
7. Terapi Keluarga
Kebutuhan akan kelompok dukungan keluarga (family support group) atau
kelompok antar orang tua. Di dalam kelompok ini, orang tua akan merasa
lebih nyaman dan secara terbuka dapat mengemukakan masalah yang
dihadapi anak mereka, serta lebih mudah mengekspresikan apa yang mereka

30
Pola asuh orang tua merupakan segala bentuk dan proses interaksi
yang terjadi antara orang tua dan anak yang merupakan pola pengasuhan
tertentu dalam keluarga yang akan memberi pengaruh terhadap
perkembangan kepribadian anak. Jenis pola asuh antara lain :
a) Authoritarian parenting; pola asuh ini mengkombinasikan
tingginya demandingness/control dan rendahnya acceptance/responsive.
Orang tua memaksakan banyak peraturan, mengharapkan kepatuhan yang
ketat, jarang menjelaskan mengapa anak harus memenuhi peraturan-
peraturan tersebut, dan biasanya mengandalkan taktik kekuasaan seperti
hukuman fisik untuk memenuhi kebutuhannya.
b) Authoritative parenting; orang tua authoritative lebih
flexibel; mereka mengendalikan dan menggunakan kontrol, tetapi mereka
juga menerima dan responsif. Seimbang dalam kedua dimensi baik
demandingness/control maupun acceptance/responsive. Mereka membuat
peraturan yang jelas dan secara konsisten melakukannya, mereka juga
menjelaskan rasionalisasi dari peraturan mereka dan pembatasannya. Mereka
juga responsif pada kebutuhan anak-anak mereka dan sudut pandang anak,
serta melibatkan anak dalam pengambilan keputusan keluarga. Mereka dapat
diterima secara rasional dan demokratis dalam pendekatan mereka, meski
dalam hal ini jelas mereka berkuasa, tetapi mereka berkomunikasi secara
hormat dengan anak-anak mereka.
c) Permissive parenting; pola pengasuhan ini mengandung
demandingness/control yang rendah dan acceptance/responsive yang tinggi.
Orang tua permisif penyabar, mereka membuat beberapa pengendalian pada
anak-anak untuk berperilaku matang, mendorong anak untuk
mengekspresikan perasaan dan dorongan mereka dan jarang menggunakan
kontrol pada prilaku mereka.
d) Neglectful parenting; merupakan orang tua yang
mengkombinasikan rendahnya demandingness/control dan
acceptance/responsive yang rendah pula. Secara relatif tidak melibatkan diri
pada pengasuhan anak mereka mereka terlihat tidak terlalu perduli pada
anak-anak mereka dan bahkan mungkin menolak mereka atau yang lainnya

31
mereka kewalahan dengan masalah-masalah mereka sendiri yang mana
mereka tidak dapat memberikan energi yang cukup untuk menetapkan dan
menegakkan aturan.

WAWANCARA
A: Pewawancara
B: Narasumber

Wawancara dilakukan di rumah pasien di Bahu Ling VII Manado pada pukul 16.00
WITA.
Wawancara diawali dengan perkenalan dari pewawancara dan narasumber.

A : Maaf ibu, boleh minta ade pe data dulu


B : oh iya boleh
A : Nama lengkap A, siapa bu kalau boleh tau?
B : AGS
A : Umur berapa sekarang?
B : 9 tahun
A : Lahir di mana?
B : Puskesmas Bahu
A : Tanggal lahirnya kapan bu?
B : 6 Maret 2007
Sementara wawancara berlangsung, AGS datang bersama beberapa temannya.
Mereka duduk di lantai sambil tertawa bersama temannya. Tetapi tidak lama
kemudian, AGS berdiri dan keluar rumah kemudian diikuti oleh teman-temannya.
A : Ini semua teman-teman AGS?
B : Io. Dorang-dorang ini yang bias main sama-sama tiap hari
A : Kalau sore setiap atau pulang sekolah, AGS memang langsung main-main
seperti ini? Atau dari ibu dibuatkan jadwal?
B : Bagitu sebenarnya, mar ya lantaran dia ada ade kecil 1 bulan ya nda no. dia
kalu pulang sekolah, sudah no.Cuma pulang ba ganti, makan, kong langsung main
A : AGS nda tidur siang?
B : Nda mau dia kalo tidor siang. Lebeh suka dia kalo kaluar rumah kong lari-
lari deng depe teman-teman.

32
A : Kalau disuruh belajar dang?
B : Adoh, malas skali dia kalu mo suruh blajar. Lebeh suka bermain dia. Talalu
banya bermain kwa dia ini. AGS ini nanti mo ta badiam kalu dia somo tidor. Kalo
nyanda, selama masih jam-jam bagini, masih mo lari-lari dia. Dia ja tidor jam 9
malam.
A : Jam 9 itu memang so di suruh tidor ato?
B : jam 9 itu, memang depe jam tidor. Nyanda disuruh mar karena so lelah,
langsung tidor no dia
A : AGS kalo beking tugas sendiri atau?
B : Ada deng depe kaka cewe
A : Bagimana dang dia jaba belajar?
B : Napa cuma hobi ganggu-ganggu depe kaka, kong nimboleh ta badiam.
Jabakale no dorang karena itu. Suka skali kwa ja ganggu depe kaka. Nimboleh ja lia
depe kaka babadiam. Selalu Cuma suka mo ba ganggu. Ni satu pe pang baterek
sekali to. Jadi leng kali, depe kaka ja napsu no
A : oh iya iya. Kong kalu jaba belajar, gampang ja maso? Ato harus diulang
beberapa kali?
B : ya bagitu no. Musti mo ulang-ulang. Tal banyak bermain kwa. Depe tugas
kurang ja suruh depe kaka ja beking
A : oh ya..
B : Ini no dia. Talalu banya banyak bermain. Nimboleh tabadiam kwa
A : Dari kecil memang aktif sekali bagini?
B : Io, dari dia pe tau jo bajalang pas umur 1 tahun 1 bulan so mulai dapa lia.
Mar wajar to kang kalu pa anak-anak.Dia ini, kalo sementara senyap kong dia
bajalang, dia hobi sekali ja se sentak-sentak lante sampe ba bunyi pe ribut sekali. Nda
tenang dia lia tenang.
A : ibu, klo boleh tau, pa AGS pe atas kening ada luka. Itu karena apa?
B : Oh, itu no dia. Karena nimboleh ta badiam, pas umur 5 tahun, dia daba lari
kong ada ta sambar dip agar, kong jatuh akang pagar besi pa dia.
Sementara wawancara, AGS berlari masuk ke rumah menghampiri ibunya yang
sedang menggendong bayi dan sambil meminta uang.
B : Tunggu kwa AGS. Kakak ja tanya akang
A : De, saki tu kapala waktu da jatuh akang? Da menangis?
AGS setengah tidur di sandaran sofa sambil mencondongkan badannya kearah
ibunya. Kaki kirinya ditekuk ke atas sambil digoyang-goyangkan.
B : Ya apa jo. Pas da bawa pa dokter di puskesmas, dokter da manjae. Dia nda
menangis no. Malahan tre dia Cuma tanya Dokter, mo beking apa ley kita?
(menirukan gaya AGS dengan suara nyaring dan cepat)

33
B : Bagitu memang dia. Cuma suka-suka ba tere kong nimboleh ta badiam.
Waktu 2 minggu abis menjae itu, karena depe nimboleh ta badiam ini, 2 kali dia ciri
dari tampa tidor.
A : Oh begitu bu.
AGS, cita-cita apa katu?
AGS terdiam menunduk tanpa menatap penanya dan tersenyum malu.
B : De, cita-cita apa kata, kakak da tanya. Ja tanya akang kwa Cuma badiam
AGS : Pilot
A : Oh mantap
B : kalu mo jadi pilot, musti rajin belajar jangan Cuma banyak berman. Ini oh
tuhay Cuma banyak bermain. Ini no, pas pulang sekolah dorang samua langsung ta
kumpul sini. Hari-hari bagini.

AGS hanya menatap meja sambil menggoyang-goyangkan kakinya. Dan kemudian


berlari ke luar rumah lagi
A : AGS bu, waktu lahir cukup bulan?
B : Cukup. Normal
A : ASI?
B : ASI. Sampe 2 tahun lebih baru berhenti ASI mar da kase makanan selingan
bagitu
A : Ada kesulitan waktu da se belajar berhenti ASI?
B : Ada sadiki. Soalnyakan dia ini nda talalu suka susu botol to. Pokoknya yang
penting so rasa dang. Sama no deng depe kaka. Jadi nanti 2 tahun baru lepas ASI.
A : AGS pe panjang dan berat waktu lahir?
B : Kalo depe panjang 43. Depe berat 3.3 kg
A : Waktu kecil, AGS bagimana kalu ja se tinggal?
B : Adoh dia ini. Boleh sambarang orang mo pelo. Mar waktu dia kecil, karena
torang Cuma tinggal sandiri, jadi dia nda pernah ja se tinggal. Ke mana-mana musti
ja bawa pa dia.
A : AGS nendak pernah pengasuh rawat? Ato kase titip pa oma?
B : Oh nda pernah dia. Kita yang da urus sandiri.
A : oh iya iya. Berarti ibu mengikuti setiap tahap perkembangan AGS kang?
Waktu dia tahu ba cerita kapan bu? Ato sekedar ba celoteh?
B : adoh kalu itu koman, kita so nda inga. Pokoknya depe tau ba jalan jo itu
unur 1 tahun 1 bulan. Kalo bacerita, dia ini sama deng anak-anak laeng. Yang boleh
pangge mama.
A : Ibu juga melatih AGS BAK dan BAB di toilet?
B : Io kita. Kita so lupa kwa umur-umur berapa. Mar kalo mo lia, sama deng
anak-anak seusia dia no. Sampe sekarang, dia ini kalo mo ba BAB jaba bilang dulu.
Ma, kita mo BAB
A : berarti AGS paling dekat deng ibu? Kalo deng bapak dang?

34
B : Io. Qt da lia-lia no dia da besar. Kalo deng depe papa kwa nda talau.
Soalnya depe papa pigi kerja pagi jam 6 kong nanti pulang so malam pas dia so tidor.
A : AGS pernah protes pa dia pe papa?
B : Oh nyanda. So biasa kwa dia. So dari kecil. Waktu umur 3 4 tahun, dia
pernah nda suka mo tidor deng depe papa. Dia manangis keras. Mar sekarang karena
so besar, so nendak no
A : Da beking bagimana bu sampe dia mau?
B : Cuma ja bilang akang kong karena so besar, sudah no
A : Waktu kecil, AGS paling senang main apa?
B : Kalo dia ini kwa, paling suka main oto-oto. Apalagi kalo so deng depe
tamang-tamang.
A : Masih ada itu mainan bu?
B : ya no, so ilang. Padahal dia ini kalo main, dia tau mo ator depe maianan.
Mar karena sto banyak tamang, so nintau di mana depe mainan-mainan
A : Dia jaba paksa kalo suka sesuatu?
B : Io, jaba paksa.
A : Jadi langsung diikuti bu?
B : Oh nda samua.
A : Kalo nendak, dia jabagimna dang bu?
B : Maraju dia ini. Manangis deng marontak sadiki. Nanti bilang akang,
lengkali so deng ba marah, baru dia mo berhenti.
A : AGS, so tau babaca? (bertanya pada pasien)
Pasien menunduk tanpa menengok
A : Ini dang baca apa? (menunjuk tajuk Koran)
Pasien hanya melihat, dan membaca sesuai tajuk walaupun terbata-bata dan perlu
tuntunan
A : Kalo ini dang boleh tulis?
Pasien malu-malu dan segera lari keluar
B : Dia ini kwa so tau b abaca mar masih pelan. Kalu ba tulis, apalagi kalu
torang eja, pelang dia. Mar dia tau. Cuma masih perlu tuntunan
A : Mata pelajaran yang dia suka deng yang nimau apa?
B : olaraga dia suka sekali kata. Kalu ambe rapot, Cuma itu tu bagus. Matem,
deng tu laeng-laeng di bawah terus tu nilai.
A : menurut ibu, AGS pe nilai sekolah bagiman?
B : Adoh dia ini kwa, rendah terus tu nilai. Mar so bagitu no. Cuma suka-suka
bermain. Malas sekali ja belajar. Ja suruh belajar, Cuma pi lari kong baku dusu deng
depe tamang. Nanti pulang rumah kalo so lalah. Depe beso, bangun lat karena lelah
sto kang
A : AGS pernah ba alasan nda masuk sekolah?
B : Oh nyanda kalo itu. Dia ini. Suka sekali ja pi sekolah. Nendak pernah absen
komang.
A : Kalu boleh tau bu, kalo AGS ba nakal, ibu ja kase hukuman bagimana?

35
B : Ini satu kan, kalu mo bilang akang, nda pernah langsung mo beking.
Adakalanya, nyanda suruh dia beking. Mar serta suruh, dia nimau beking. Rupa kalu
abis making, lengkali kalo datang depe oras, tu piring dia cuci sandiri. Mar komang
kalu mo suruh, nda pernah dia mo beking. Depe pang terek ley. Kalu ja bilang akang,
dia tre Cuma lebeh beking. Ya, kalo torang to kan tetap mo didik. Kalo so bilang
akang kong nda badengar apalgi keterlaluan, so ja cubit sadiki no. Mar dorang kwa
ini paling tako pa dorang pe papa
A : oh io bu? Kypa?
B : Ya,, (terdiam) bagitu. Langsung ja dapa marah dorang
A : Kesulitan bu, mengurus AGS?
B : yaa so bagitu no. Mar nikmati to. Anak-anak
A : Ibu pe harapan for AGS?
B : Mudah-mudahan dia jadi anak yang sayang orang tua kong berguna for
banyak orang.

DAFTAR PUSTAKA

36
1 Wiguna T. Pendekatan Tatalaksana Non-farmakologi pada Anak dengan
Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktifitas. Asosiasi Kesehatan Jiwa
Anak Dan Remaja Indonesia. ADHD. Throughtout The Lifestyle. The Brain, The
Fact and The Best Treatment. AKESWARI. Jakarta. 2009. Hal 37-41
2 Simms MD. Attention Deficit/Hyperactivity Disorder. In: Behrman RE,
Kliegman RM, Jenson HB (eds). Nelson Textbook of Pediatrics. 17th edition.
Saunders, USA. 2004. p. 107-10.
3 Kaplan HI, Saddock BJ, Greb JA. Synopsis of Psychiatry: Behavioral Sciences /
Clinical Psychiatry. 9th ed. USA : Lippincott Williams & Wilkins. 2009. H 3540-
51.
4 Asosiasi Kesehatan Jiwa Anak Dan Remaja Indonesia. ADHD. Throughtout The
Lifestyle. The Brain, The Fact and The Best Treatment. AKESWARI. Jakarta.
2009.
5 Saputro D. Garis Besar Pedoman Terapi Psikoterapi Pada ADHD. Asosiasi
Kesehatan Jiwa Anak Dan Remaja Indonesia. ADHD. Throughtout The
Lifestyle. The Brain, The Fact and The Best Treatment. AKESWARI. Jakarta.
2009. Hal 113
6 Hoover DW, Milich R. Effects of sugar ingestion expectancies on mother-child
interaction. Journal of Abnormal Child Psychology, 1994; 22; 501-515.
7 Biederman J, Faraone SV, Keenan K, Knee D, Tsuang MF. Family-genetic and
psychosocial risk factors in DSM-III attention deficit disorder. Journal of the
American Academy of Child and Adolescent Psychiatry, 1990; 29(4): 526-533.
8 Faraone SV, Biederman J. Neurobiology of Attention- Deficit Hyperactivity
Disorder. Biological Psychiatry, 1998; 44; 951-958. The ADHD Molecular
Genetics Network. Report from the third international meeting of the attention-
deficit hyperactivity disorder molecular genetics network. American Journal of
Medical Genetics, 2002, 114:272-277.
9 Astellanos FX, Lee PP, Sharp W, Jeffries NO, Greenstein DK, Clasen LS,
Blumenthal JD, James RS, Ebens CI, Walter JM, Zijdenbos A, Evans AC, Giedd
JN, Rapoport JL. Developmental trajectories of brain volume abnormalities in

37
children and adolescents with attentiondeficit/ hyperactivity disorder. Journal of
the American Medical Association, 2002, 288:14:1740-1748.
10 American Psychiatric Association. Diagnostic and statistical manual of mental
disorders. Edisi 5. Washington, DC: American Psychiatric Publishing. 2013. h.
6-8.
11 Pusponegoro HD. ADHD, Beberapa Masalah Diagnosis, Diagnosis Banding,
Komorbiditas dan Penyakit Penyerta. Asosiasi Kesehatan Jiwa Anak Dan
Remaja Indonesia. ADHD. Throughtout The Lifestyle. The Brain, The Fact and
The Best Treatment. AKESWARI. Jakarta. 2009. Hal 77-85
12 Prasetyo J. Garis Besar Pedoman Terapi Psikoterapi Pada ADHD. Asosiasi
Kesehatan Jiwa Anak Dan Remaja Indonesia. ADHD. Throughtout The
Lifestyle. The Brain, The Fact and The Best Treatment. AKESWARI. Jakarta.
2009. Hal 29 - 36
13 Arga Paternotte & Jan Buitelear. ADHD Attention Deficit Hyperactivity
Disorder. Gejala, Diagnosis, Terapi, Serta Penanganannya di Rumah dan di
Sekolah. 1st ed. Jakarta: Prenada. 2010

LAMPIRAN

38

Anda mungkin juga menyukai