PENDAHULUAN
Penyakit infeksi masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang
penting, khususnya di negara berkembang. Salah satu obat andalan untuk mengatasi
masalah tersebut adalah antimikroba antara lain antibakteri/antibiotik, antijamur, antivirus,
dan antiprotozoa. Antibiotik merupakan obat yang paling banyak digunakan pada infeksi
yang disebabkan oleh bakteri. Berbagai studi menemukan bahwa sekitar 40-62% antibiotik
digunakan secara tidak tepat antara lain untuk penyakit-penyakit yang sebenarnya tidak
memerlukan antibiotik. Pada penelitian kualitas penggunaan antibiotik di berbagai rumah
sakit ditemukan 30% sampai dengan 80% tidak didasarkan pada indikasi (Hadi, 2009).
1.2 Tujuan
a. Sebagai acuan bagi klinisi dalam memberikan terapi antimikroba baik profilaksis
maupun terapi empiris secara bijak
Bln : bulan
IM : Intramuskular
IU : International Unit
IV : Intravena
kg : kilogram
mgg : minggu
ml : milliliter
PO : per oral
SC : Sectio Caesar
SMX : Sulfamethoxazole
TB/TBC : Tuberculosis
TMP : Trimethoprim
µg : microgram
Panduan ini juga ditunjang dengan kebijakan Automatic Stop Order (ASO) yaitu
penghentian penggunaan antimikroba yang diberikan kepada pasien secara otomatis.
Farmasi akan dengan sendirinya menghentikan antimikroba tersebut bila lama terapi yang
ditentukan terlewati. Pemberian antimikroba juga akan otomatis dihentikan ketika pasien :
- dipindahkan keatau dari ruang intensif (ICU, PICU/NICU, ICCU, HCU)
- dipindahkan ke atau dari pelayanan medis lain (misalkan dari bagian Bedah ke
Penyakit Dalam)
- dikirim ke ruang operasi
Apoteker akan mengingatkan dokter dan perawat jika mendapati suatu penggunaan
antimikroba yang hampir mencapai batas pemberian yang aman. Penggunaan akan
dilanjutkan setelah dinyatakan secara tertulis oleh dokter yang bersangkutan Identifikasi
dan komunikasi terkait Automatic Stop Order akan disampaikan 48 jam sebelum batas
waktu pemesanan ;
Apoteker akan mengirim peringatan tentang Automatic Stop Order yang akan
dilakukan peringatan akan ditandai dengan stiker yang akan ditempatkan pada Lembar
Catatan Perkembangan Pasien Terpadu (CPPT) di rekam medis.
Untuk Obat :
Digunakan untuk indikasi khusus atau ketika antimikroba kelompok access tidak
efektif. Kelompok ini memiliki kemampuan lebih tinggi untuk menimbulkan
resistensi sehingga diprioritaskan sebagai target utama program pengawasan dan
pemantauan.
Diresepkan oleh dokter spesialis, dokter gigi spesialis, dikaji oleh farmasis, dan
disetujui oleh dokter konsultan penyakit infeksi. Apabila tidak tersedia dokter
konsultan penyakit infeksi persetujuan diberikan oleh dokter yang ditetapkan oleh
pimpinan rumah sakit.
Penggunaannya sesuai dengan PPK dan/atau CP untuk penyakit infeksi dan
PPAB yang berlaku.
Tersedia di fasilitas pelayanan kesehatan tingkat lanjut.
Daftar antimikroba kelompok Watch pada Lampiran 2
c. Antimikroba kelompok Reserve
Dicadangkan untuk mengatasi infeksi bakteri yang disebabkan oleh MDRO, serta
merupakan pilihan terakhir pada infeksi berat yang mengancam jiwa.
Menjadi prioritas program pengendalian resistensi antimikroba secara nasional
dan internasional, yang dipantau dan dilaporkan penggunaannya.
Diresepkan oleh dokter spesialis, dokter gigi spesialis, dikaji oleh farmasis dan
disetujui penggunaannya oleh KPRA.
Penggunaannya sesuai dengan PPK dan/atau CP untuk penyakit infeksi dan
PPAB yang berlaku
Tersedia di fasilitas pelayanan kesehatan tingkat lanjut.
Daftar antimikroba kelompok Reserve pada Lampiran 3
- Perforasi Organ
- Ensephalopati
ATAU
Bila FOKUS INFEKSI TERIDENTIFIKASI dan terdapat SALAH SATU dengan salah
satu hal berikut ini :
b. Stratifikasi Tipe II
c.Stratifikasi Tipe I
CATATAN :
Pasien Immunocompromised adalah semua pasien dengan salah satu atau lebih
kondisi berikut ini :
CATATAN :
BAB III
PROFILAKSIS ANTIBIOTIK
3.1 Definisi
Antibiotik profilaksis adalah antibiotik yang diberikan sebelum, saat, dan setelah
prosedur operasi untuk mencegah terjadinya komplikasi infeksi atau infeksi daerah operasi
(IDO). Pemberian antibiotik profilaksis setelah prosedur operasi maksimal 24 jam sejak
pemberian pertama.
3.2 Tujuan
Antibiotik berguna untuk mencegah kolonisasi atau berkembangnya bakteri yang
masuk ke jaringan target saat operasi. Antibiotik profilaksis tidak bertujuan mensterilkan
jaringan target karena bakteri akan dimatikan oleh sistem imunitas tubuh. Antibiotik
profilaksis bertujuan mencegah terjadinya komplikasi infeksi pascabedah di daerah operasi
(IDO) dengan segala konsekuensinya, seperti meningkatnya rata-rata lama rawat (average
length of stay, ALOS), meningkatnya biaya perawatan, dan diperlukan tindakan untuk
mengatasi komplikasi, menurunnya kinerja akibat mengalami komplikasi, dan meningkatnya
mortalitas.
3.3 Indikasi
Antibiotik profilaksis digunakan pada prosedur operasi bersih dan bersih
terkontaminasi, Pilihan antibiotik profilaksis dilakukan berdasarkan pembagian kelas operasi
menurut Mayhall seperti tercantum pada tabel 7 Pada operasi bersih yang tidak melibatkan
rongga tubuh tidak perlu pemberian antibiotik profilaksis, misalnya operasi fibroadenoma
mammae (FAM), struma, tumor jaringan lunak, sirkumsisi, eksisi tumor jinak kulit kecil, insisi
dan drainase abses, jahit luka, ekstraksi kuku
3.4. Pilihan antibiotik profilaksis
Pilihan antibiotic profilaksis untuk pembedahan umumnya golongan sefalosforin
sistemik generasi pertama yaitu sefazolin atau generasi tiga seftriaxon. Untuk sefazolin
dosis 2 gram (dosis anak: 30 mg/kgBB). Untuk pasien dengan berat badan >120 kg
diberikan dosis sefazolin 3 gram. Sefazolin terbukti dapat menekan kolonisasi kuman di area
kulit yang akan disayat. Selain itu, sefazolin terbukti kompatibel dengan zat anastetik dan
kurang memicu mutasi bakteri. Untuk pembedahan digestif, terutama kolorektal, pada
umumnya digunakan kombinasi sefazolin dan metronidazol. Apabila pasien alergi terhadap
golongan beta-laktam, dapat digunakan gentamisin 3-5 mg/kgBB.
3.5 Cara Pemberian
Antibiotik diberikan sebelum operasi, 30-60 menit sebelum insisi sehingga saat insisi
sudah terdapat antibiotik dalam kadar yang efektif di jaringan target operasi.
Antibiotik profilaksis diberikan dalam dosis tunggal. Dosis ulangan diberikan pada
operasi yang berlangsung lebih dari 3 jam, kemudian dosis ulangan diberikan 3 jam
setelah pemberian dosis pertama. Dosis ulangan diberikan juga bila terjadi
perdarahan >1500 mL (pada anak-anak perdarahan >15 mL/kgBB) dan
kelipatannya, untuk mempertahankan agar konsentrasi dalam jaringan tetap stabil.
Antibiotik dilarutkan dalam NaCl 0,9% 100 mL, diberikan secara intravena drip
selama 15 menit di kamar operasi.
Sebelum pemberian antibiotik profilaksis tidak diperlukan skin test, tetapi diperlukan
anamnesis cermat tentang riwayat alergi terhadap golongan sefalosporin atau beta-
laktam.