Tim Penyusun
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Surat Keputusan Pembentukan Tim Revisi Pedoman Penggunaan
Antibioitk (PPAB) RSUP Dr. Kariadi- Semarang 2015
I Kebijakan Umum Penggunaan Antibiotik RSUP Dr. Kariadi
(antibiotic policy)
II Pedoman Penggunaan Antibiotik untuk Profilaksis Bedah
III Pedoman Penggunaan Antibiotik untuk Profilaksis Non-bedah
III Pedoman Penggunaan Antibiotik untuk Terapi Empirik
A. Pasien Anak
B. Pasien Dewasa
IV Pedoman Penggunaan Antibiotik untuk Terapi Empirik pada
perawatan Intensif
V Pedoman Penggunaan Antibiotik untuk Terapi Empirik
padaInfeksi Daerah Operasi
VI Pengawasan dan Pemantauan
VII Penutup
Surat Keputusan Pemberlakua Pedoman Penggunaan Antibiotik
RSUP Dr. Kariadi
BAB I
KEBIJAKAN UMUM PENGGUNAAN ANTIBIOTIK (Antibiotic Policy)
RSUP DR. KARIADI – SEMARANG
4. Setiap pemberian antibiotik untuk tujuan profilaksis harus mengacu pada PPAB.
Antibiotik yang digunakan untuk profilaksis tidak boleh digunakan untuk
kepentingan terapetik, dan sebaliknya antibiotik untuk terapetik tidak
digunakan untuk profilaksis. Jenis antibiotik untuk profilaksis dan untuk
terapi ditetapkan secara berkala sejalan dengan penetapan PPAB dan
formularium
10. Instalasi Farmasi RSUP Dr. Kariadi menerapkan automatic stop order apabila
permintaan antibiotik dari klinisi tidak sesuai dengan PPAB, dengan terlebih
dahulu melakukan komunikasi dengan DPJP sebagai upaya mengendalikan
dan mengurangi penggunaan antibiotik yang tidak bijak.
BAB II
A. Latar Belakang
Infeksi pasca bedah pada daerah luka operasi ataupu jaringan lunak merupakan
masalah yang sering dijumpai tetapi sebenarnya bisa dihindari. Penggunaan antibiotika
yang tidak rasional baik oleh dokter ataupun masyarakat umum dapat menyebabakan
timbulnya resistensi kuman, meningkatnya efek samping obat, dan meningkatkan biaya
pengobatan akibat biaya yang dikeluarkan oleh penanganan infeksi pasca bedah.
Dalam menggunakan antibiotika hendaknya didasarkan atas beberapa pertimbangan
antara lain: peta medan kuman, spektrum antibiotika, efektifitas, aspek farmakodinamik
serta farmakokinetik, keamanan, pengalaman klinik sebelumnya, kemungkinan terjadinya
resistensi kuman, terjadinya super infeksi dan harga. Diagnosis infeksi sedapat mungkin
ditunjang tes kepekaan mikrobiologi. Sebelum penggunaan antibiotika perlu ditentukan
tujuan dari penggunaannya apakah untuk profilaksis atau terapi. Penggunaan profilaksis
dapat berupa profilaksis bedah dan non bedah.
Penggunaan terapetik dapat secara empiris (educated guess ) yang berdasarkan pengalaman
semata ataupun secara pasti/definitif yang berdasarkan hasil kultur.
Penggunaan antibiotika profilaksis bedah sebaiknya dipakai sebagai pedoman dalam
mengendalikan infeksi nosokomial. Meskipun antibiotika profilaksis bedah memainkan
peranan penting dalam menurunkan insidens infeksi paska bedah (ILO), didapatkan pula
faktor resiko lain seperti :
• Umur
● Diabetes
● Perokok
● Penggunaan hormone steroid (masih kontroversi)
● Malnutrisi
● Obesitas
● Waktu operasi yang panjang ( lebih dari 2 jam) beratnya penyakit
● Penurunan respon imunitas
1. Definisi
Antibiotik profilaksis bedah adalah antibiotika yang diberikan pada penderita yang
belum terkena infeksi, tetapi diduga mempunyai peluang besar untuk mendapatkan infeksi
daerah operasi, atau bila penderita terkena infeksi dapat menimbulkan dampak buruk pada
penderita. Contoh penggunaan AB Profilaksis :
a. Profilaksis yang bertujuan mencegah infeksi oleh mikroorganisme yang diperkirakan
dapat timbul pada tempat operasi.
b. Pencegahan infeksi pada tempat dengan resiko tinggi untuk terjadinya infeksi misalnya
penggunan implan atau endokard yang rusak
c. Adanya kemungkinan mikroorganisme yang masuk ke dalam darah sebagai akibat
intervensi pada tempat lain ( cabut gigi, operasi rongga mulut ,membuka GI tract,
Urologi dll )
Adalah infeksi yang etrjadi dalam jangka waktu 30 hari pascaoperasi yang mengenai
kulit atau jaringan subkutis di atas fasia disertai :
• Keluarnya pus dari luka insisi atai drain dia atas fasia.
• Adanya mikroorganisme pada biakan yang didapatkan melalui prosedur aseptik dari
luka yang ditutup primer.
• Salah satu tanda-tanda nyeri, pembengkakan, kemerahan, hangat atau luka operasi
• Luka spontan membuka (dehisensi) atau sengaja dibuka oleh ahli bedah disertai
salah satu tanda : panas ( >38oC ), atau nyeri walaupun hasil biakan negatif.
• Abses atau tanda infeksi yang dijumpai pada saat pemeriksaan langsung ( dilihat ),
re-operasi, atau dari hasil pemeriksaan radiologis ataupun histopatologi, atau
disiagnosis infeksi oleh ahli bedah.
c. Kriteria Infeksi Luka Organ/Rongga
Infeksi yang terjadi dalam jangka waktu 30 hari paska operasi bila tanpa implan
atau dalam jangka waktu 1 tahun bila disertai pemasangan implan dan ternyata timbulnya
infeksi terkait dengan tindakan operasi dan infeksi berhubungan dengan anatomi
( organ/rongga), yang dibuka selama operasi disertai sedikitnya salah satu kreteria tersebut
di bawah ini :
• Keluarnya pus dari drain yang ditempatkan pada luka tusuk ke dalam organ atau
rongga.
• Adanya mikro-organisme pada biakan yang diambil secara aseptik dari cairan,
jaringan organ atau rongga.
• Abses atau tanda infeksi yang ditemukan saat pemeriksaan, re-operasi, radiologis atau
histopatologis.
• Disiagnosis infeksi oleh ahli bedah atau dokter yang berwenang.
Di bawah ini adalah faktor resiko untuk ancaman terjadinya ILO. Lama operasi, ko-
morbiditas merupakan faktor resiko terjadinya ILO.
Adanya 2 ko-morbiditas (dapat dilihat dari skor ASA>2) dan lama operasi dapat
diperhitungkan sebagai ”indeks resiko”
• Pilih antibiotika yang paling efektif melawan mikroba yang mungkin sebagai penyebab
infeksi.
• Pilih antibiotika dengan toksisitas rendah.
• Antibiotika tunggal, dengan dosis terapeutik, diberikan secara intravena 30-60 menit
sebelum operasi, sehingga pada saat operasi diharapkan sudah mencapai kadar yang
efektif untuk menghambat pertumbuhan kuman.
• Penggunaan antibiotika selama operasi masih berjalan diulangi bila operasi telah berjalan
lebih dari 3 – 4 jam atau dua kali half life antibiotika, atau perdarahan lebih dari 1500 ml
• Bila diperlukan dapat diberikan 2 atau 3 kali pasca bedah, tetapi tidak lebih dari 24 jam.
• Gunakan antibiotika yang sesuai bila infeksi cukup sering terjadi atau bila akibat infeksi
ini memperburuk keadaan penderita.
1. Sangat direkomendasikan
Penggunaan antibiotika profilaksis jelas jelas menurunkan morbiditas, mengurangi
biaya rumah sakit dan juga menurunkan penggunaan antibiotika secara keseluruhan.
2. Direkomendasikan
Antibiotika profilaksis menurunkan angka morbiditas dalam jangka pendek, tetapi
tidak dapat membuktikan bahwa profilaksis menurunkan mortalitas atau morbiditas
jangka panjang, mengurangi biaya rumah sakit dan penggunaan antibiotika secara
keseluruhan.
4. Tidak direkomendasikan
Antibiotika profilaksis tidak terbukti secara klinis efektif, malah
meningkatkan penggunaan antibiotika dengan manfaat minimal.
F. STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PEMBERIAN ANTIBIOTIK
PROFILAKSIS
4. Pencatatan
Data minimum yang harus ada pada penggunaan antibiotika profilaksis bedah.
a. Tanggal
b. Jenis pembedahan
c. Operasi elektif atau emergensi
d. Klasifikasi operasi (bersih/bersih terkontaminasi/terkontaminasi.
e. Alasan penggunaan antibiotika profilaksis.
f. Reaksi penggunaan antibiotika sebelumnya.
g. Nama, dosis, rute obat.
h. Waktu pemberian pertama antibiotika profilaksis.
i. Waktu mulai insisi.
j. Lama operasi.
k. Apakah diperlukan dosis tambahan.
l. Frekuensi dan lama pemberian.
m. Apakah ada indikasi penggunaan tambahan.
n. Nama dokter operator.
o. Tanda tangan operator.
5. Follow up
a. Follow up dan monitoring penggunaan atibiotika profilaksis secara
periodik oleh supervisor dan anggota tim Pencegahan dan Pengendalian
Infeksi (PPI) RSUP Dr. Kariadi.
b. Melakukan pembinaan pada PPDS-1 tentang pentingnya penggunaan antibiotika
profilaksis secara rasional.
c. Melakukan penelitian / surveillance outcome pelaksanaan pedoman penggunaan
antibiotika profilaksis, meliputi :
i. angka kejadian IDO
ii. Kepatuhan terhadap PPAB
iii. Kelengkapan pengisian rekam medik.
G.
0
diberikan
5. Special Sefazolin 1-2 gr 30mg/kgBB Tiap 3 jam
implants (excl atau
shunts/EVDs) atau perdarahan
(ACD, ce- Cefuroxim 1,5 gr 22.5-40mg/ >1500 ml
space graft, saat induksi kgBB
Discocerv, anestesi 2 dosis
Baclofen 2mg/kgBB 2mg/kgBB ulangan @
pumps, spinal Dan 750 mg dgn
gentamisin interval 8
jam
Tidak
diberikan
9. Prosedur Obstetri
No Tindakan Kemungkinan Antibiotik Dosis Lama Ket /
kuman Pemberian Kategori
penyebab Obat
infeksi
1. Pemasangan - - - - Tidak
kateter perlu
antibiotik
2. Partus Streptococcus - - -
Spontan group B
dengan Clostridium
episiotomi/ Chlamydia
laserasi Bakteri
perineum anaerob Tidak
diberikan
Derajat antibiotik
I : mukosa profilaksis
vagina dan
jaringan ikat
II : mengenai
otot dasar
panggul
Derajat Cefazolin atau 1 gr Dalam 30 B
III : mengenai Amoksisilin (IV) menit B
m. asam sebelum B
Springter ani Clavulanat dilakukan
atau prosedur
IV : mengenai Cefuroxime 1 gr
mukosa + (drip
rektum Metronidazole atau
rectal)
BAB III
BAB IV
PEDOMAN PENGGUNAAN ANTIBIOTIK TERAPI EMPIRIK PASIEN UMUM
A. Pasien Pediatrik
hari
1-7
5 mg/kg/24 hari
jam
10
mg/kg/12
jam
hari
1-7
5 mg/kg/24 hari
jam
10
mg/kg/12
jam
PENYEBAB ANTIBIOTIK
1 Demam Salmonella Lini Pertama 14 hari IV,
PENYEBAB ANTIBIOTIK
3 Tetanus Clostridium Lini Kedua
(lanjutan) tetani Metronidazol 1 x 15 mg/KgBB/hari Loading IV
dosis inisial) dose
dilanjutkan IV
30 10 hari
mg/kgBB/hari dibagi
dalam 4 dosis
4. Difteria Corynebacterium Penisilin Prokain 50.000 IU/kgBB/ hari 10 hari IM
diphteriae Dibagi dlm 2 dosis
Eritromicin 40-50 mg/kgBB/ hari 10 hari p.o..
PENYEBAB ANTIBIOTIK
8 Meningitis Mycobacterium Rifampisin 1x 10-20 12 p.o..
tuberkulosa Tuberkulosis Isoniazid mg/kgBB/hari bulan p.o..
Pirazinamid 1x 10-20 12 p.o..
Streptomisin atau mg/kg/hari bulan IM
Etambutol 1x 20-40 2 bulan p.o..
mg/kgBB/hari 2 bulan
1x 20 2 bulan
mg/kgBB/hari
1x 15-25
mg/kgBB/hari
(max 2500)
9 Abses serebri - S. aureus Lini Pertama 4-6 IV
- S. Ampisilin 200- minggu
pneumoniae dan 400mg/kgBB/hari
- P. aeruginosa Kloramfenikol dibagi dlm 4 dosis
- dan 50-150
Enterobacteria- Metronidazol mg/kgBB/hari
dibagi dlm 3 dosis
ceae 1x 15 mg/kgBB
- Viridans ATAU (inisial) dilanjutkan
cocci 7,5 mg/kgBB/hari
- Anaerobic dibagi dalam 2 dosis
Streptococci
Sefotaksim 200mg/kgBB/hari 4-6 IV
dan dibagi dalam 2 minggu
Metronidazol dosis
1x 15 mg/kgBB
(inisial) dilanjutkan
7,5 mg/kgBB/hari
dibagi dalam 2
dosis
No DIAGNOSIS KUMAN REKOMENDASI DOSIS LAMA CARA KET
PENYEBAB ANTIBIOTIK
9 Abses serebri Lini Kedua
lanjutan Seftriakson 200mg/kgBB/hari 4-6 IV
dan dibagi dalam 2 minggu
dosis
Metronidazol
1x 15 mg/kgBB
(inisial) dilanjutkan
7,5 mg/kgBB/hari
dibagi dalam 2
dosis
10 Tuberculosis Mycobacterium Lini pertama
Paru tuberculosa Isoniazide 7-15 (10) 6 bulan p.o.
Rifampicin mg/kgBB/hari 6 bulan p.o.
Pyrazinamide 10-20 2 bulan p.o.
Lini kedua (15)mg/kgBB/hari
30-40
Ethambutol (35)mg/kgBB/hari 2 bulan p.o.
Streptomisin 2 bulan I.M
15-25 (20)
mg/kgBB/hari
15-40 (25)
mg/kgBB/hari
11 Tuberkulosis Mycobacterium Lini pertama 7-15 6-10 p.o.
Berat/Ekstra Tuberculosis Isoniazide (10)mg/kgBB/hari bulan p.o.
Paru Rifampicin 10-20 (15) 6-10 p.o.
Pyrazinamide mg/kgBB/hari bulan p.o.
Ethambutol 30-40 (35) 2 bulan
Lini kedua mg/kgBB/hari 2 bulan
15-25 (20) I.M
Streptomisin mg/kgBB/hari 2 bulan
15-40 (25)
mg/kgBB/hari
No DIAGNOSIS KUMAN REKOMENDASI DOSIS LAMA CARA KET
PENYEBAB ANTIBIOTIK
12 Pneumonia ß-Streptokokus Lini pertama
usia < 2 bulan atau kombinasi Ampicilin 50-100 7-10 i.v
kuman gram dan mg/kgBB/hari hari i.v
positif dan Gentamicin
gram negative Lini kedua 7,5 mg/kgBB/hari 7-10
Ceftriakson 50-100 hari i.v
mg/kgBB/hari 7-10
hari
Pneumonia S. pneumonia, Lini pertama
usia 2 bln - 5 thn H. influenza Amoksisilin 25-50 3-5 p.o.
S. aureus Lini kedua mg/kgBBBB/hari hari i.v
Ampicilin
dan 50-100 7-10
Gentamicin mg/kgBB/hari hari i.v
Lini ketiga
Ceftriakson 7,5 mg/kgBB/hari 7-10 i.v
50-100 hari
mg/kgBB/hari 7-10
hari
Pneumonia S. pneumonia Lini pertama
Usia > 5 Tahun dan Amoksisilin 25- 3-5 p.o.
ß- Lini kedua 50mg/kgBBBB/hari hari
Streptokokus, Ampicilin i.v
M. dan 50-100 7-10
pneumoniae, Gentamicin mg/kgBB/hari hari i.v
C. pneumonia, Lini ketiga
Ceftriakson 7,5 mg/kgBB/hari 7-10 i.v
dan hari
Eritromisin 50-100 p.o./i.
mg/kgBB/hari 7-10
hari
50 mg/kgBB/hari 7-10
hari
No DIAGNOSIS KUMAN REKOMENDASI DOSIS LAMA CARA KET
PENYEBAB ANTIBIOTIK
Tonsilopharingitis Virus Tidak diberikan
akut antibiotik
Streptocomlus Lini pertama
haemoliticus gr. Ampicilin 50-100 7-14 p.o.
A Lini kedua mg/kgBB/hari hari
(S. pyogenes ) Amocycillin p.o.
Lini ketiga 50 mg/kgBB/hari 7-14
Erithromycin 50 mg/kgBB/hari hari p.o.
7-10
hari
Pertusis Bordetella Lini Pertama
pertusis Eritromisin 30-50 7-14 i.v /
Lini kedua mg/kgBB/hari hari p.o.
Azitromisin
Lini ketiga 10 mg/kgBB/hari 3-5 i.v /
Claritromisin 15 mg/kgBB/hari hari p.o.
5-7 i.v /
hari p.o.
60
B. Pasien Dewasa
1. Penentuan Ada/ Tidaknya Indikasi Pemberian Antibiotik untuk Terapi
Empirik
Apabila pasien tidak menunjukkan tanda / gejala infeksi bakterial yang jelas, maka
skrining perlu tidaknya antibiotik didasarkan pada :
a) Hitung lekosit
b) CRP kuantitatif
c) Procalcitonin
Linezolid* atau
vancomycin
Makrolid
(azithrmycin) atau
fluoroquinolone
13Diare IDSAguide
perjalanan Ciprofloxacin 2 x 500 mg 3 hari line 2007
(traveller's (po)
diarrhea’)
14Leptospirosis Leptospira Harrison’s
Flukonazole iv
/po
hematogen atau +
via penetrasi Metronidazole Initial 15mg/kg
kepala dilanjutkan
-Post operasi : Ceftazidim 7.5mg.kg/6 jam
atau 2 gr/ 8 jam IV
Seftazidim atau Cefepim
sefepim 2 gr/ 8 jam IV
(pseudomonas) (monotherapy?)
-Tidak dijumpai Ceftriaxon
+ 2 gr/ 12 jam IV
faktor Metronidazol
predisposisi Initial 15mg/kg
dilanjutkan
7.5mg.kg/6 jam
- et
29Meningitis/ M. tuberculosis INH 10-15 6 bulan WHO
meningoensefalitis mg/kg/hari Guideline
TB Rifampisin max 300mg 6 bulan
10-20
PZA mg/kg/hari 2 bulan
max 600mg
Streptomycin 15- 2 bulan
30mg/kg/hari
max 2 gr
20-
40mg/kg/hari
max 1 gr
Atau (p.o..)
Fluconazole 800-1200mg/hari
(Konsolidasi): 800mg/hari(p.o..)
Flukonazole
Meningoense- Herpes virus Acyclovir 10mg/kgBB iv 3 minggu
Ibu hamil:
Spiramisin
1 g/8 jam p.o../
IV
BAB IV
PEDOMAN PENGGUNAAN ANTIBIOTIK TERAPI EMPIRIK
PASIEN RAWAT INTENSIF
A. Pasien Pediatrik
1. Algoritme Pemberian Antibiotik untuk Terapi Empirik
60
2. Pedoman Pemberian Antibiotik untuk Terapi Empirik pada Pasien PICU
No Fokus Etiologi Rekomendasi Dosis Frekuensi Durasi Rute
infeksi Jenis Antibiotik
/kg/8 jm
6 Infeksi Pola kuman Ampisilin-sulbak- 25–50 Bagi 2 4-5 IV
intraabdomen tam mg/kg/8 dosis hari IV
berat ATAU jam 1 dosis 4-5 IV
komunitas Ceftriakson 80 mg / hari
kg/hari 4-5
DAN 5-8 mg hari
Gentamisin /kg/hari
DAN
Metronidazol
7 Infeksi Pola kuman Meropenem 20-40 mg 3 x sehari 4-5 IV
intraabdomen DAN /kg/8 jm hari IV
berat dari Gentamisin 5-8
rumah sakit mg/kg/hari
60
B. Pasien Dewasa
1. Algoritme Terapi Antibiotik di ICU
vv
60
2. Panduan Terapi Antibiotik Empirik pada Pasien ICU
No Fokus Etiologi Rekomendasi Dosis Frekuensi Durasi Rute Ketr.
infeksi Jenis
Antibiotik
1 Pneumonia K. pneumoniae Cefotaxim 1g Tiap 8 jam 7- 10 IV
komunitas Gram Negatif ATAU hari
S. pneumoniae Ceftriaxon 2g Tiap 24 IV
L. pneumopila DAN jam
Azithromycin 500
/ mg Tiap 24
Bila dicurigai Levofloxacin 800 jam
mg Tiap 24 7-10
Pseudomnas(riwaya Piperacillin- jam hari Bila
t terapi steroid) tazobactam 3,375 terbu
Cefepim g Tiap 6 jam Pseu
ATAU samp
Imipenem 1- Tiap 8 jam deng
2g Tiap 6 jam hari
DAN 500
mg –
Ciprofloxacin 1 gr Tiap 8 jam
400
mg
DAN jam
(pertimbangkan) Tiap 12
inisial
Tiap 6
jam
3 Infeksi E. coli Ceftriaxon 1 gr Tiap 12
saluran kemih K. pneumoniae ATAU jam
Proteus mirabilis Ciprofloxacin 400 mg
Enterobacter sp Tiap 12
Jika diduga Piperacillin- 3,375 g jam
jam
No Fokus infeksi Etiologi Rekomendasi Dosis Frekuensi Durasi
Jenis Antibiotik
karbunkel, abses)
-Mild or moderate TMP-SMZ 960mg Tiap
atau 12jam
Doxycycline 100mg Tiap 12
-Severe
Vancomycin 30mg/kgBB jam
dosis terbagi
Atau Linezolid* 600mg/12jam
Durasi
No Fokus infeksi Etiologi Rekomendasi Dosis Frekuensi
Jenis Antibiotik
jam
60