(DISASTER PLAN)
TAHUN 2022
BAB I PENDAHULUAN
A. PENDAHULUAN
B. TUJUAN
C. DASAR HUKUM
Luas Wilayah 4.249 Ha. (pembulatan) yang terdiri dari 2.588 Ha Lahan Pertanian
Sawah, 270 Ha Lahan Pertanian Bukan Sawah dan 1.421 Ha Lahan Buna Pertanian.
Struktur tanah Kecamatan Pati adalah Red Yellow mediteran latosol, Aluvial dan Hidromer.
Iklim curah hujan tahun 2016 Kecamatan Pati sebanyak 3026 mm dengan hari hujan
sebanyak 166 hari. Keadaan hujan cukup, suhu terendah 24°C, tertinggi Secara
Administratif Kecamatan Pati terdiri atas 29 Desa, 570 Rukun tetangga, 100 Rukun Warga
dan 66 Dukuh. dengan total luas 4.249 Ha terdiri dari :
1) Panjunan : 202.84 Ha
2) Gajahmati : 148.29 Ha
3) Mustokoharjo : 67.03 Ha
4) Semampir : 45.81 Ha
6) Blaru : 86.82 Ha
8) Plangitan : 83.98 Ha
9) Puri : 104.56 Ha
JUMLAH : 4.249.00 Ha
Kecamatan Pati merupakan salah satu kecamatan yang terletak dijantung Ibukota
Kabupaten Pati, tepatnya terletak 0 Km dari kota Pati.
Tabel 2.1
Klasifikasi Kepadatan Penduduk
PENGHUBUNG HUMAS
STRUKTUR ORGANISASI
PENANGGULANGAN BENCANA
KLINIK
SEKRETARIS HUBUNGAN
MASYARAKAT
PENANGGUNG PENANGGUNG
JAWAB LOGISTIK JAWAB OPERASI
PENANGGUNG PENANGGUNG
JAWAB OPERASI JAWAB Sarana Prasarana, Data Informasi dan
PERENCANAAN obat lab dan alat laporan
kesehatan
1. Epidemiologi
PENANGGUNG JAWAB
2. Sistem Pelayanan KEUANGAN
3. Surveilans
2. Tugas pokok dan Job Diskripsi
a. Kartu Tugas Jobdiskripsi
1) Komandan Penanggulangan Bencana
4) Hubungan Masyarakat
11)Koordinator Keperawatan
Strategi dan Program yang komprehensif perlu disusun dalam dokumen Rencana
Operasi (Renops) Penanggulangan COVID-19 yang melibatkan lintas sektor. Renops
mencakup (1) Koordinasi, perencanaan dan monitoring; (2) komunikasi risiko dan
pemberdayaan Masyarakat (3) Surveilans, Tim Gerak Cepat (TGC), Analisis Risiko,
Penyelidikan Epidemiologi; Tracing / penelusuran kasus baru dengan cepat (4)
Perjalanan Pariwisata dan transportasi (5) Peningkatan Mutu layanan Klinik Marga
Husada dan Rumah Sakit (5) Pemeriksaan Laboratorium yang cepat akurat dan
akuntabel ; (6) Pengendalian Infeksi dan Manajemen resiko (7) Manajemen Kasus; (8)
Dukungan Operasional , Logistik termasuk APD; (9) Keberlangsungan Pelayanan
Deteksi Respons dan perawatan kasus suspek Kontak erat, kasus Probabble dan Kasus
konfirmasi .
Dalam sistem Kewaspadaan Dini dan Respon ( SKDR) Klinik Marga Husada
memberikan rekomendasi terkait masalah kesehatan masyarakat kepada dinas
kesehatan daerah kabupaten/kota, melaksanakan sistem kewaspadaan dini, dan respon
penanggulangan penyakit; ( Permenkes 43 th 2019). Penyelenggaraan Surveilans
Kesehatan Pengumpulan data secara aktif dilakukan dengan cara mendapatkan data
secara langsung dari Fasilitas Pelayanan Kesehatan, masyarakat atau sumber data
lainnya, melalui kegiatan Penyelidikan Epidemiologi, surveilans aktif Klinik Marga
Husada /rumah sakit, survei khusus, dan kegiatan lainnya ( Permenkes 45 th 2019).
Klinik Marga Husada dalam Pengendalian Penyakit menular Setiap orang yang
mengetahui adanya penderita penyakit Menular berkewajiban melaporkan kepada
tenaga kesehatan atau Klinik Marga Husada , Tenaga kesehatan harus melaporkan
kepada Klinik Marga Husada untuk dilakukan verifikasi, pengobatan, dan upaya lain
yang diperlukan agar tidak terjadi penularan penyakit. ( Permenkes 82 th 2014)
Jenis surveilans Klinik Marga Husada (1) Surveilans pasif memantau penyakit
secara pasif, dengan menggunakan data penyakit yang harus dilaporkan (reportable
diseases) yang tersedia di fasilitas pelayanan kesehatan. (2) Surveilans aktif
menggunakan petugas khusus surveilans untuk kunjungan berkala ke lapangan, desa-
desa, tempat praktik pribadi dokter dan tenaga medis lainnya, Klinik Marga Husada ,
klinik, dan rumah sakit, dengan tujuan mengidentifikasi kasus baru penyakit atau
kematian, disebut penemuan kasus (case finding), dan konfirmasi laporan kasus indeks.
Tidak diketahui
sumber rantai
penularan
Tidak terdapat Satu atau Dominasi dengan jumlah
kasus yang lebih kasus, penularan lokal kasus yang
TINGKAT kasus bisa yang berkaitan
terlaporkan besar atau
PENULARAN import dengan rantai peningkatan
maupun lokal penyebaran kasus dengan
tapi belum test positif
terbukti melalui sampel
adanya sentinel
penularan (pengujian
lokal sampel secara
massif dari
laboratorium
yang kompeten)
Menghambat
penularan,
Menghentikan Menghentikan Mengehentikan
mengurangi
penularan dan penularan dan penularan dan
TUJUAN jumlah kasus,
mencegah mencegah mencegah
PENANGGULANGAN mengakhiri
penyebaran penyebaran penyebaran
wabah di
komunitas
PILAR PENANGGULANGAN
Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan RT-PCR untuk Suspek dan sampling pada kasus yang terdeteksi melalui surveilans
sentinel ILI, SARI, dan Pneumonia.
Apabila kapasitas diagnostik tidak mencukupi, lakukan langkah prioritas untuk mengurangi
penyebaran (seperti: isolasi), termasuk prioritas pemeriksaan:
1. Kelompok risiko tinggi dan populasi rentan yang memerlukan rawat inap dan perawatan
intensif
2. Tenaga kesehatan yang mengalami gejala sekalipun merasa tidak pernah kontak dengan
pasien konfirmasi (Untuk melindungi tenaga kesehatan dan mengurangi risiko transmisi
nosokomial)
3. Individu dengan gejala pada populasi di fasilitas tertutup (seperti: penjara, panti asuhan/
jompo)
Manajemen Klinis
1. Mengatur screening dan protokol triase pada setiap titik akses fasyankes
2. Mempersiapkan pengobatan COVID-19 pada pasien terinfeksi
3. Mengatur hotline COVID-19 dan sistem rujukan di Rumah Sakit
4. Mempersiapkan rumah sakit terhadap lonjakan kasus
a. Menyaring dan melakukan triase pasien pada setiap titik akses sistem kesehatan
b. Perawatan untuk seluruh pasien suspek dan konfirmasi berdasarkan keparahan
penyakit dan kebutuhan pelayanan akut
c. Mempersiapkan rumah sakit terhadap lonjakan
d. Mempersiapkan komunitas terhadap lonjakan, termasuk mengatur fasilitas umum
untuk isolasi kasus ringan/sedang
e. Membuat protokol untuk isolasi rumah
Komunikasi Risiko dan Pemberdayaan Masyarakat Mengedukasi dan berkomunikasi secara aktif
dengan masyarakat melalui komunikasi risiko dan pemberdayaan masyarakat, membangun dan
menjaga kepercayaan publik melalui komunikasi dua arah:
1. Membentuk/memperbarui Tim Komunikasi Risiko dan Pemberdayaan Masyarakat (KRPM)
2. Menilai situasi dan menyusun serta mengembangkan perencanaan dan strategi komunikasi,
Menilai dan memperbarui perencanaan dan strategi komunikasi berdasarkan situasi dan kondisi
dari hasil kerja dan pemantauan Tim KRPM:
1. Menyediakan pelatihan untuk tambahan anggota Tim KRPM
2. Memberdayakan masyarakat dengan menggerakan para pemengaruh/influencer dan
3. Menerapkan langkah-langkah tindakan dari kasus sporadik.
4. Memelihara kepercayaan, mempererat jalinan komunikasi, dan melibatkan
masyarakat/kelompok secara berkesinambungan untuk mencegah kesalahpahaman,
kesalahan informasi, isu/rumor/hoaks, dan pertanyaan yang sering diajukan :
1. Menerapkan langkah-langkah tindakan dari kasus klister
2. Mengedukasi individu, kelompok/masyarakat untuk melakukan upaya pencegahan dan
pengendalian di masyarakat dilakukan melalui upaya kebersihan personal dan rumah,
peningkatan imunitas diri dan mengendalikan komorbid, serta peningkatan Kesehatan jiwa
dan psikososial, pembatasan interaksi fisik
p) Pelayanan Klinik Marga Husada dimasa Bencana Pandemi Covid 19 ; Kondisi dimana kapasitas
sistem Kesehatan esensial yang memadai tetap berjalan, namun tetap dapat mengontrol risiko
infeksi ( PPI) Covid 19, Protokol Kesehatan ; Peraturan / + Kebijakan Baru , Pedoman , Panduan /
Juknis & SOP baru, Adaptasi Budaya Pelayanan Mutu Covid , Indikator mutu dan Kinerja BARU,
Melindungi Kelompok rentan , Sasaran Keselamatan Pasien, Meningkatkan Manajemen Risiko
dengan mengelola ancaman, mengurangi kerentanan dan meningkatkan kapasitas bencana
dengan Program Kesehatan
PERKEMBANGAN PANDEMI BENCANA PENYAKIT
A. Manajemen Resiko
Risiko dalam penyelenggaraan berbagai upaya Klinik Marga Husada terhadap pasien,
keluarga, masyarakat, petugas, dan lingkungan diidentifikasi, dianalisis dan di lakukan
penatalaksanaannya. Pelaksanaan setiap kegiatan Klinik Marga Husada dapat menimbulkan
risiko. Risiko terhadap pasien, keluarga, masyarakat, petugas, dan lingkungan perlu dikelola oleh
penanggung jawab dan pelaksana untuk mengupayakan langkah-langkah pencegahan dan/ atau
minimalisasi risiko dan tidak memberi akibat negatif atau merugikan tersebut. Program Manajemen
risiko merupakan pendekatan proaktif yang komponen-komponen pentingnya meliputi :
a) Identifikasi Risiko,
b) Prioritas Risiko,
c) Pelaporan Risiko,
d) Manajemen Risiko,
e) Invesigasi terhadap insiden yang terjadi baik pada pasien, petugas keluarga dan
pengunjung
f) Manajemen Terkait Tuntutan (Klaim)
Identifikasi Risiko terhadap kejadian /Insiden yang sudah terjadi didokumentasikan dalam
Register Risiko. Sedangkan risiko yang belum terjadi dan berpotensi menimbulkan kejadian/
insiden didokumentasikan pada Identifikasi Proses Berisiko Tinggi . Kategori risiko di Klinik Marga
Husada adalah Risiko yang berhubungan dengan KMP, UKPP, dan UKM. Register Risiko dan
Identifikasi Proses Berisiko Tinggi harus dibuat sebagai dasar penyusunan Program Manajemen
risiko untuk membantu petugas Klinik Marga Husada mengenal dan mewaspadai kemungkinan
risiko dan akibatnya terhadap sasaran program, pasien, keluarga, masyarakat, petugas,
lingkungan, dan fasilitas pelayanan kesehatan.ICRA ( infection Control Risk Assesment)
Tahapan manajemen risiko ; menetapkan lingkup manajemen risiko, dilanjutkan dengan
kajian risiko: mengenal risiko ( identifikasi Resiko Register Resiko ) , menganalisis risiko,
mengevaluasi risiko, dan diakhiri dengan menentukan tindakan terhadap risiko. Setiap tahapan
proses manajemen risiko harus dikomunikasikan dan dikonsultasikan pada pihakpihak yang
berkepentingan. Tiap tahapan manajemen risiko perlu dimonitor, diaudit, ditinjau, dan memerlukan
dukungan internal.
Lingkup manajemen risiko dalam pelayanan kesehatan; Risiko yang terkait dengan
pelayanan pasien atau kegiatan pelayanan kesehatan Masyarakat : adalah risiko yang mungkin
dialami oleh pasien atau sasaran kegiatan UKM, atau masyarakat akibat pelayanan yang
disediakan oleh FKTP, misalnya: risiko yang dialami pasien ketika terjadi kesalahan pemberian
obat.; Risiko yang terkait dengan petugas klinis yang memberikan pelayanan: adalah risiko yang
mungkin dialami oleh petugas klinis ketika memberikan pelayanan, misalnya perawat tertusuk
jarum suntik sehabis melakukan penyuntikan. Risiko yang terkait dengan petugas non klinis yang
memberikan pelayanan: adalah risiko yang mungkin dialami petugas non klinis, seperti petugas
laundry, petugas kebersihan, petugas sanitasi, petugas lapangan ketika melaksanakan kegiatan
pelayanan. Risiko yang terkait dengan sarana tempat pelayanan: adalah risiko yang mungkin
dialami oleh petugas,pasien, sasaran kegiatan pelayanan, masyarakat, maupun lingkungan akibat
fasilitas pelayanan. Risiko finansial: adalah risiko kerugian finansial yang mungkin dialami oleh
FKTP akibat pelayanan yang disediakan. Risiko lain diluar lima risiko di atas: adalah risiko-risiko
lain misalnya kecelakaan ambulans, kecelakaan kendaraan dinas yang digunakan. Resiko atau
insiden ;
1. Insiden di fasilitas pelayanan kesehatan meliputi:
a) Kondisi Potensial Cedera (KPC);
b) KejadianNyaris Cedera (KNC);
c) Kejadian Tidak Cedera (KTC);
d) Kejadian Tidak Diharapkan (KTD).
2. Kondisi Potensial Cedera (KPC) ; merupakan kondisi yang sangat berpotensi untuk
menimbulkan cedera, tetapi belum terjadi insiden.
3. Kejadian Nyaris Cedera (KNC) ; merupakan terjadinya insiden yang belum sampai
terpapar ke pasien.
4. Kejadian Tidak Cedera (KTC) ; merupakan insiden yang sudah terpapar ke pasien,
tetapi tidak timbul cedera.
5. Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) ; merupakan Insiden yang mengakibatkan cedera
pada pasien.
B. Analisa resiko
Suatu penilaian potensi ancaman bencana di suatu wilayah dan menilai dampak yang
ditimbulkannya sehingga dapat dilakukan prioritas mitigasi dan kesiapsiagaannya. Cara
sederhana melakukan analisis risiko ;
1. Menentukan kemungkinan potensi Bencana ;
2. Menilai Dampak Bencana
3. Menganalisis Resiko
D. PENGORGANISASIAN
Untuk memudahkan koordinasi dan mengintegrasikan seluruh komponen dalam sistem
komando di Klinik Marga Husada , maka diperlukan lokasi sebagai tempat pusat komando. Pusat
komando ini digunakan sebagai pusat komunikasi dengan pihak luar, pusat penyampaian
informasi kepada publik. Identifikasi kapasitas dan sumber daya yang ada dan sekaligus sebagai
pusat koordinasi terpadu keseluruhan sistem penanggulangan bencana. Sebagai Pusat Komando
yaitu Ruang Pertemuan . Pusat Komando sebagai tempat pusat komando maka perlu dilengkapi
dengan akses telepon keluar, papan-papan informasi, akses internet dan sarana lain yang
diperlukan. Organisasi sistem komando Sistem Komando setidaknya mengandung unsur-unsur
utama yaitu
1. Komando Penanggulangan Bencana
2. Penanggung jawab Operasi : Epidemiolgi, Sistem Pelayanan danSurveilans
3. Penangung Jawab Perencanaan
4. Penangung Jawab Logistik; Sarana Prasarana, alat kesehatan ,Obat dan Reagen dan alat
Laboratorium
5. Penangung Jawab Data Informasi dan Laporan
Selain komponen dasar tersebut masih banyak komponen lain yang perlu
ditambahkan sesuai dengan kondisi dan situasi Klinik Marga Husada.Gambaran
keseluruhan sistem komando di Klinik Marga Husada tercantum pada gambar di halaman
berikut :
Penanggung Jawab :
I. Ketua Tim Komando :
Sekretaris :
Hubungan Masyarakat :
Staf Sekretaris :
Perwakilan Lembaga-Instansi BPBD :
Keamanan dan Keselamatan Pasien :
II. Bidang Pelayanan :
1. Unit Pelayanan Medis :
a. Koordinator Unit Triase :
b. Koordinator Unit UGD :
c. Koordinator Pelayanan Klinis :
2. Unit Pelayanan Kesmas :
3. Unit Laboratorium :
III. Bidang Logistik :
1. Koordinator Sarana Prasarana, alat kesehatan :
2. Koordinaor Obat dan Reagen Laboratorium :
IV. Penanggung Jawab Data Informasi dan Laporan :