RUMKITAL Dr.OEPOMO
Tentang
PANDUAN PENGAMANAN KEBAKARAN
DI RUMKITAL Dr. OEPOMO
Ditetapkan di Surabaya
Pada Tanggal 04 Mei 2022
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Bahwa rumah sakit sebagai tempat dan sarana jasa pelayanan kesehatan adalah tempat
dan sarana untuk mengupayakan penyelamatan terhadap pasien. Untuk dapat memberikan
jasa pelayanan kesehatan secara maksimal, rumah sakit harus selalu dalam keadaan aman
dan terhindar dari bencana baik eksternal maupun internal termasuk diantaranya bencana
kebakaran.
Rumkital Dr. Oepomo Surabaya memiliki fasilitas untuk mendukung kegiatan operasional
rumah sakit berupa fasilitas fisik/bangunan, peralatan medis, perlatan umum dan fasilitas lain
yang harus selalu dalam keadaan siap pakai dan aman.
Mengingat bahwa fasilitas yang ada di lingkungan rumah sakit sewaktu-waktu dapat menjadi
1
BAB II
RUANG LINGKUP
A. Ruang lingkup
Panduan ini mencakup ketentuan-ketentuan persyaratan umum untuk pencegahan bahaya
kebakaran dan penanggulangan kebakaran di Rumkital Dr. Oepomo Surabaya meliputi :
1. Faktor penyebab kebakaran
2. Peralatan pemadam kebakaran
3. Tindakan pencegahan dan penanggulangan kebakaran
4. Evakuasi
2
BAB III
TATA LAKSANA
1. Api
Api adalah suatu reaksi kimia yang dikenal sebagai pembakaran. Nyala api yang tampak
pada hakekatnya adalah masa zat yang sedang berpijar yang dihasilkan didalam proses
kimia oksida yang berlangsung sangat cepat dan disertai pelepasan sinar dan
energi/panas.
Api atau kebakaran dapat terjadi karena adanya pertemuan 3 unsur dalam perbandingan
yang tepat yaitu :
a. Unsur bahan yang beroksidasi baik padat, cair dan gas.
b. Oksigen dari udara atau bahan oksidator.
c. Panas/sumber nyala yang cukup.
Api akan padam jika salah satu unsur tersebut diatas dapat dihilangkan.
3
3. Ruangan yang digunakan di Rumah Sakit
a. Ruang perawatan
b. Ruang Operasi
1) Pemakaian zat-zat yang mudah terbakar pada peralatan anasthesi.
2) Terjadinya kegagalan isolasi pada alat sterilisasi kecil atau alat elektromedis
lainnya.
c. Ruang Sterilisasi
1) Peralatan CSSD seperti steam sterilizer, sterilisasi basah, dan yang perlu
diperhatikan adalah uap air panas yang bertekanan tinggi.
2) Terjadinya kegagalan isolasi pada alat.
d. Ruang Radiologi
1) Terjadinya gerakan/gesekan mekanis pada alat rontgen sehingga menimbulkan
panas dan dapat mengakibatkan kebakaran.
2) Terjadinya kegagalan isolasi pada rangkaian listrik dari alat juga pada kabel
tegangan tinggi.
e. Ruang Laboratorium
1) Untuk keperluan pemeriksaan laboratories sering menggunakan asam dan basa
yang dapat menimbulkan luka bakar.
2) Penggunaan bahan-bahan kimia yang mudah terbakar seperti alcohol absolute.
3) Penggunaan bahan-bahan kimia lain yang efeknya belum diketahui dengan pasti
terutama reagensia-reagensia yang baru.
f. Ruang Farmasi
Didalam ruang farmasi ada juga bahan mudah terbakar yaitu alkohol.
4
g. Ruang Dapur
1) Pada umumnya di dapur menggunakan LPG sebagai bahan bakar untuk
keperluan memasak.
2) Disamping itu juga dalam proses memasak menggunakan minyak goreng dan air
panas yang apabila tumpah dapat menimbulkan luka bakar.
5
2) Alat Pemadam api CO2
Alat pemadam api CO2 berisi cairan CO2 yang ditekan pada tekanan 800-900
kg/cm² pada suhu udara biasa (30°C) pada alat ini terdiri dari tabung yang tahan
terhadap tekanan tinggi,sebuah kran katup untuk mengatur pengeluaran gas
CO2 dan penyalur slang serta corong untuk mengarahkan semprotan gas CO2
pada titik api.
b. Penempatan APAR
Setiap APAR harus ditempatkan pada posisi yang mudah dilihat dengan jelas,
mudah dicapai dan diambil serta dilengkapi dengan cara penggunaan. Pemasangan
dan penempatan APAR harus sesuai dengan jenis dan penggolongan kebakaran.
Penempatan antara APAR yang satu dengan lainnya tidak boleh melebihi 15 meter.
6
C. Tindakan Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran serta Evakuasi
1. Pencegahan Kebakaran
a. Tindakan pencegahan kebakaran
1) Meningkatkan disiplin dan tanggung jawab personil
2) Peningkatan kewaspadaan dan kesiagaan personil
3) Pengawasan dan penggantian alat-alat yang mengandung bahaya potensial
rawan kebakaran tinggi secara teratur
4) Adanya petunjuk pelaksanaan/petunjuk teknis pada setiap peralatan dengan
jelas
5) Peningkatan kesadaran bahaya akan kebakaran
6) Dilarang merokok di area Kawasan Dilarang Merokok
7) Dilarang menyambung atau menambah instalasi listrik tanpa diperiksa terlebih
dahulu oleh teknisi
8) Dilarang membakar sampah atau sisa-sisa kayu dilingkungan rumah sakit
9) Dilarang lengah bila menyimpan bahan-bahan yang mudah terbakar seperti
elpiji, bensin, alcohol dan lain-lain
10) Dilarang membiarkan orang-orang yang tidak berkepentingan berada ditempat
peka terhadap bahaya kebakaran
11) Dilarang memperbaiki kendaraan ditempat parkir
12) Dilarang meninggalkan tugas pada waktu mesin-mesin dinyalakan bagi
petugas jaga genset dan boiler
13) Sosialisasi, diklat dan simulasi/gladi pencegahan dan penanggulangan bahaya
kebakaran
7
1) Bangunan rumah sakit harus direncanakan, diawasi dan dilakukan oleh tenaga
ahli yang professional dibidangnya.
2) Beban penggunaan ruang ditetapkan berdasarkan kepada jumlah penghuni
yang menempati setiap ruangan sesuai perencanaan.
3) Gedung yang langsung menghadap keluar, daun pintunya harus
menghadap/membuka keluar.
4) Semua jalan keluar atau penghubung dari bangunan baik berupa pintu
penyelamatan/pintu kebakaran, koridor maupun jenis lainnya harus mudah
dilihat, jelas dan tanpa hambatan.
5) Perhitungan jalan keluar berdasarkan pada fungsi/kegiatan, intensitas
penggunaan dan kapasitas ruangan.
6) Jalan masuk kearah tangga penyelamatan yang melayani lebih dari 4 lantai
hanya diperkenankan melalui ruang/lobby bebas asap.
7) Jalan masuk atau keluar pada bangunan yang tinggi lebih dari 4 (empat) lantai,
maka harus dilengkapi dengan lift.
8) Koridor bebas dari penimbunan barang-barang.
9) Lantai dibuat dari bahan yang tidak licin.
8
2. Penanggulangan Kebakaran
a. Organisasi Penanggulangan Kebakaran.
Organisasi Penanggulangan Kebakaran disusun secara struktural sebagai
berikut :
Direktur
- Dinas Jaga
Tim Pengendali - K3
- Pam Provos
Keterangan :
Catatan :
Setiap unit kerja terdiri-dari
Sub Tim pemadam
Sub Tim evakuasi pasien
Sub Tim evakuasi penyelamatan dokumen dan peralatan urgent
9
b. Uraian tugas
1) Direktur bertugas :
a) Memimpin dan mengendalikan penanggulangan kebakaran, serta
memerintahkan untuk membunyikan tanda bahaya.
b) Segera melaporkan kejadian kebakaran kepada Dinas Pemadam Kebakaran
dan Kebakaran.
c) Memberitahukan kejadian kebakaran kepada unit kerja lain (K3 dan Provos).
d) Menentukan tempat untuk evakuasi pasien, dokumen dan peralatan.
e) Pada pelaksanaannya, Karumkit bisa mendelegasikan kepada Wakil
Rumkital Dr. Oepomo Surabaya.
10
b) Menyiapkan APAR dan membawanya kelokasi kebakaran.
c) Melaksanakan kegiatan dan usaha agar kebakaran tidak meluas.
d) Melakukan pengawasan dilokasi kebakaran agar usaha pemadaman api
berjalan lancar.
e) Mencegah orang yang tidak berkepentingan mendekati lokasi kebakaran.
f) Mengamankan jalan untuk evakuasi.
11
7) Petugas unit kerja diluar lokasi kebakaran : (Perawat, Petugas
Administrasi dan petugas lain).
a) Meninggalkan beberapa petugas untuk mengawasi ketertiban dan menjaga
pasien diunit kerja masing-masing agar tidak panik.
b) Menyiapkan tempat tidur bagi pasien diunit kerja masing-masing agar
sewaktu-waktu diperlukan dapat menampung pasien yang dievakuasi dari
tempat kebakaran.
c) Perawat dan petugas administrasi lainnya dikirim kelokasi kebakaran untuk
membantu evakuasi pasien, dokumen dan peralatan rumah sakit.
c. Tindakan yang diperlukan pada waktu terjadinya kebakaran. Hal-
hal yang harus dilakukan adalah
1) Membunyikan tanda bahaya.
Untuk setiap kebakaran di rumah sakit baik kecil maupun besar, bunyikan tanda
alarm/tanda bahaya umum dengan segera. Alarm ini harus dapat didengar di
seluruh bagian rumah sakit.
4) Evakuasi
Untuk mencegah keterlambatan dalam evakuasi haruslah terdapat
12
d. Tindakan Pada Waktu Terjadinya Kebakaran.
1) Setiap anggota yang mengetahui adanya kebakaran, segera mengambil
tindakan untuk memadamkan kebakaran dengan alarm yang terdekat, sambil
meneriakkan kode merah / kebakaran berulang kali.
2) Anggota yang mendengar adanya kebakaran segera menuju ketempat kejadian
untuk meneliti kebenarannya.
3) Segera meminta bantuan kepada petugas lain untuk membantu pemadaman
dan sekaligus melapor kepada kepala.
3. Evakuasi
a. Tim evakuasi
1) Bahwa untuk melaksanakan kegiatan evakuasi pada saat terjadi kebakaran perlu
di bentuk tim evakuasi
2) Tim evakuasi bertugas untuk melaksanakan evakuasi terhadap pasien,
dokumen, dan peralatan rumah sakit yang penting/urgent
b. Peralatan Evakuasi
1) Agar evakuasi dapat dilakukan secara baik dan benar diperlukan peralatan
evakuasi yang memadai dan siap pakai
2) Peralatan evakuasi yang diperlukan dalam rangka menyelamatkan jiwa pasien,
dokumen dan peralatan rumah sakit yang penting/urgent diperlukan
sarana/peralatan sebagai berikut :
a) Denah evakuasi yang dipasang ruangan perawatan
b) Petunjuk alur evakuasi yang dipasang di dinding koridor rumah sakit dan titik
kumpul (Assembly point)
c) Alat angkut evakuasi yaitu tandu, kursi roda, box bayi, sprei dan selasar
c. Metode evakuasi.
1) Pasien
a) Pasien yang dapat berjalan dibimbing/dituntun keluar dari lokasi kebakaran
melalui tangga darurat menuju ke titik kumpul.
b) Pasien yang tidak dapat berjalan dievakuasi dengan cara : dipapah, digendong,
kursi roda, brankar dan dibungkus dengan selimut/sprei kemudian ditarik.
c) Pasien yang berada diruangan gedung bertingkat dievakuasi melalui tangga
darurat dengan selasar.
d) Menyiapkan tempat penampungan dengan cara menggunakan tempat tidur
kosong beserta kasur, bantal sprei, sarung bantal yang tersedia/cadangan dan
13
e) peralatan tempat tidur pasien dilokasi kebakaran yang masih dapat
diselamatkan
f) dikirim ketempat penampungan.
14
BAB IV
DOKUMENTASI
4. Pencegahan Kebakaran
15