Dosen Pembimbing :
Disusun Oleh :
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-
Nyakepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah mata kuliah Pengolahan
Limbah Cair-B dengan judul “Sistem Pengolahan Limbah Cair di Industri Kulit BTIK-
LIK Magetan Jawa Timur ”
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapat bantuan dari berbagai
pihak yang dapat memperlancar pembuatan makalah ini, untuk itu kami mengucapkan
terimakasih kepada pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini. Terlepas
dari semua itu, kami menyadari masih banyak kekurangan dari banyak aspek makalah ini.
Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca sekalian, sehingga
kami dapat membuat makalah ini menjadi lebih baik.
Demikian kami selaku penulis berharap semoga makalah yang membahas mengenai “Sistem
Pengolahan Limbah Cair di Industri Kulit BTIK – LIK Magetan Jawa Timur” ini dapat
bermanfaat, khususnya bagi para pembaca sekalian.
Penyusun
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Limbah Padat Pada Industri Kulit............................................................................ 4
2.2 Karakteristik Umum Limbah Cair Pada Industri Kulit............................................ 5
2.3 Baku Mutu Limbah Cair.......................................................................................... 9
2.4 Bahan dan Zat Aditif................................................................................................ 10
2.5 Proses Pengolahan Limbah Cair di BTIK – LIK Magetan...................................... 11
LAMPIRAN I..................................................................................................................... 16
LAMPIRAN II................................................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................ 18
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
Berdasarkan dari rumusan masalah diatas, maka dapat diketahui beberapa tujuan
sebagai berikut :
1. Mahasiswa dapat mengetahu bahan yang digunakan dalam proses penyamakan kulit.
2. Mahasiswa dapat mengetahui zat yang digunakan dalam proses penyamakan kulit.
3. Mahasiswa dapat mengetahui proses penyamakan kulit.
Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Surabaya Page 2
Jl. Menur No. 118 A Surabaya
4. Mahasiswa dapat mengetahui kandungan yang terdapat dalam limbah cair dalam
proses penyamakan kulit.
5. Mahasiswa dapat mengetahui kandungan yang terdapat dalam limbah padat dalam
proses penyamakan kulit.
1.4 Manfaat
Berdasarkan dari tujuan diatas maka adapun manfaatnya yaitu mahasiswa dapat
mengetahui proses pengolahan limbah cair dari pada penyamakan kulit.
TINJAUAN PUSTAKA
Pada pembuatan kulit jadi dengan bahan baku 1 ton kulit mentah awet garam
akan dihasilkan limbah sebesar 600 – 800 kg yang terdiri atas potongan-potongan kecil
kulit dan dari proses buffing yang berupa debu, split wet blue, bulu, sisa trimming,
fleshing, shaving dan lumpur. Jumlah limbah padat shaving dan buffing mencapai 10%
dari 1 ton kulit yang diproses, biasanya sebesar 70 – 230 kg yang dihasilkan. Lalu
menghasilkan sebanyak 120 kg trimming kulit mentah, 115 kg split wet blue, 100 kg
trimming + shaving wet blue, 2 kg debu buffing, dan 250 kg lumpur (Sunaryo &
Sutyasmi, 2011).
Limbah shaving adalah limbah padat kulit tersamak yang mempunyai volume relatif
besar, ringan, tidak mudah rusak oleh perlakuan fisik dan kimia serta tidak mudah
terdegradasi oleh mikrobia (Sutyasmi, 2010). Limbah shaving memiliki komposisi kimia
yang meliputi 25.42% air, 11.29% , abu, 5.42% Cr2O3 dan 3.21% lemak (Sangeeth et al,
2009). Kandungan krom pada limbah shaving dan buffing dapat mencapai 6000-7000
ppm. Hal tersebut dikarenakan penggantian samak nabati menjadi samak krom dengan
jumlah yang sangat tinggi. Peningkatan jumlah kapasitas produksi yang meningkat turut
andil dalam meningkatnya jumlah pencemaran akibat industri penyamakan.
Limbah shaving yang dimanfaatkan oleh industri hanya sebagian kecil saja dari total
volume produksi, dan sebagian besar limbah shaving samak krom yang dihasilkan
seharusnya dibuang ke landfill karena mengandung krom. Namun demikian dalam
kenyataannya limbah shaving tersebut hanya dibuang bersama-sama sampah ke TPA
Dilihat dari asal bahan pencemar, maka sumber dan sifat air limbah industri
penyamakan kulit dapat dibedakan per tahapan proses sebagai berikut (Bapedal, 1996) :
1. Perendaman (Soaking)
Air limbah soaking mengandung sisa daging, darah, bulu, garam, mineral, debu
dan kotoran lain, atau bahkan bakteri anthrax (IS: 5183 - 1977); Committee on
Treatment of Tannery Effluents (CTTE) 1979). Selanjutnya dikatakan bahwa cair
berbau busuk, kotor, dengan kangungan suspended solid 0.05 – 0.1 %. Menurut
ESCAP 1982, volume limbah soaking berkisar antara 2.5 - 4 1/kg kulit ; pH 7.5 - 8;
total solid 8.000 - 28.000 mg/l; supended solid : 2.500 - 400 mg/l. Selain itu UNEP
1991 menambahkan bahwa air limbah soaking akan juga mengandung garam dan
bahan organik lain yang akan mempengaruhi BOD, COD, SS.
2. Buang bulu dan pengapuran (Unhairing dan liming)
Air limbah pengapuran berwarna putih kehijauan dan kotor, berbau menyengat; pH
9 - 10; mengandung calsium, natrium sulfida, albumin, bulu, sisa daging dan lemak;
Tabel 1. Sifat dan Karakteristik Air Limbah Industri Penyamakan Kulit Menurut Jenis
Tahapan Prosesnya
Bahan dan zat aditif yang ditambahkan pada proses industri penyamakan kulit
terdapat pada gambar Diagram Proses Pengolahan Industri Kulit sebagai berikut :
Pengolahan
Proses penstabilan air imbah di secara fisika
bak equalisasi
Pengolahan secara
kimia
Proses Bak Sedimentasi I
(Bak Pengendap Awal)
Proses Aerasi
Penjelasan :
1. Proses Screening
Proses screening mempunyai tujuan yaitu untuk menyaring atau menghilangkan
sampah/benda padat yang besar, agar proses pengolahan selanjutnya dapat lebih
mudah. Dengan hilangnya sampah-sampah padat besar misalnya kulit yang masih
terbawa, sehingga tidak terdapat bahan atau benda-benda yang dapat membahayakan
Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Surabaya Page 12
Jl. Menur No. 118 A Surabaya
atau merusak pompa limbah cair. Jadi proses screening melindungi pompa dan
peralatan lainnya. Perangkat pemroses penyaringan kasar yang biasa digunakan
dikenal pula dengan sebutan bar screen atau bar racks. Alat ini biasanya diletakkan
pada intake bak penampung limbah cair untuk mencegah masuknya material besar
seperti kayu atau daun-daunan.
2. Bak Equalisasi
Baik ini berfungsi untuk menstabilkan aliran limbah yang akan diproses secara fisika
– kimia yang kemudian dilanjutkan dengan proses biologi. Hal ini dilakukan untuk
menjaga agar kondisi IPAL pengolahan limbah penyamakan kulit tetap stabil dan
tidak terjadi over loading yang dapat mengganggu proses kimia maupun proses
biologi.
3. Proses Koagulasi dan Flokulasi
Setelah melalui proses di bak equalisasi, maka air limbah hasil industry kulit akan
masuk ke dalam proses koagulasi dan flokulasi. Pada proses ini terjadi pengolahan
secara kimia, karena terdapat penambahan zat kimia koagulan untuk proses koagulasi
dan flokulasi. Koagulasi adalah proses destabilisasi koloid dengan penambahan
senyawa kimia yang disebut zat koagulan. Flokulasi adalah proses penggumpalan
(agglomeration) dari koloid yang tidak stabil menjadi gumpalan partikel halus (mikro-
flok), dan selanjutnya menjadi gumpalan patikel yang lebih besar dan dapat
diendapkan dengan cepat. Dengan demikian partikel-partikel koloid yang pada
awalnya sukar dipisahkan dari air, setelah proses koagulasi akan menjadi kumpulan
partikel yang lebih besar sehingga mudah dipisahkan dengan cara sedimentasi, filtrasi
atau proses pemisahan lainnya yang lebih mudah.
4. Proses Sedimentasi
Sedimentasi adalah suatu unit operasi untuk menghilangkan materi tersuspensi atau
flok kimia secara gravitasi. Proses sedimentasi pada pengolahan air limbah umumnya
untuk menghilangkan padatan tersuspensi sebelum dilakukan proses pengolahan
selanjutnya. Gumpalan padatan yang terbentuk pada proses koagulasi masih
berukuran kecil. Gumpalan-gumpalan kecil ini akan terus saling bergabung menjadi
gumpalan yang lebih besar dalam proses flokulasi. Dengan terbentuknya gumpalan-
gumpalan besar, maka beratnya akan bertambah, sehingga karena gaya beratnya
gumpalan-gumpalan tersebut akan bergerak ke bawah dan mengendap pada bagian
dasar tangki sedimentasi
Suatu industri penyamakan kulit umumnya menghasilkan limbah cair yang memiliki
9 (sembilan) kelompok pencemar yaitu patogen, organik terurai, organik sulit terurai,
sedimen, koloid, senyawa terapung, logam berat, anorganik terlarut, asam-basa. Dilihat
dari asal bahan pencemar, maka sumber dan sifat air limbah industri penyamakan kulit
dapat dibedakan per tahapan proses sebagai berikut perendaman (soaking), buang bulu
dan pengapuran (unhairing dan liming), air limbah buang kapur (deliming), air limbah
pengikisan protein (degreasing), air limbah pikel (pickling) dan krom (tannin), air
limbah gabungan termasuk pencucian
3.2 Saran
Pengolahan limbah padat dan limbah cair pada industri penyamakan kulit dilakukan
sedemikian efektif dengan pengolahan secara aerobik dan anaerobik untuk
menghilangkan dan mengurangi senyawa krom yang membahayakan bagi keshehatan.
Selain itu dapat menggunakan metode lain untuk mengolah limbah dari industri
penyamakan kulit yang lebih efektif dan efisien sehingga diperlukan penelitian lanjutan.
Drum Screen pada IPAL BTIK Magetan Bak equalisasi di IPAL BTIK Magetan
Anisti Nia Rahmahida, Salimin Zainus, Junaidi. 2012. Proses Pengolahan Logam Berat
Khrom Pada Limbah Cair Penyamakan Kulit Dengan Eps Terimobilisasi. Semarang :
Universitas Diponegoro
Ardinal, Kasim Anwar, dan Mutiar Sri. 2013. Karakteristik Penyamakan Kulit Menggunakan
Gambir Pada Ph 4 Dan 8. Universitas Andalas
Belay, A. A. (2010). Impacts of chromium from tannery efluent and evaluation of alternative
treatment options. Journal of Environmental Protection, 1, 53-58
Ferreira, M. J., Almeida, M. F., Pinho, S. C. & Santos, I. C. (2010). Finished leather waste
chromium acid extraction and anaerobic biodegradation of the products. Waste
Management, 30(6), 1091-1100
Giacinta Maria AS. Salimin Zainus dan Junaidi, tanpa tahun. Pengolahan Logam Berat
Khrom (Cr) Pada Limbah Cair Industri Penyamakan Kulit Dengan Proses Koagulasi
Flokulasi Dan Presipitasi.
Okoh, S., Okunade, I. O., Adeyemo, D. J., Ahmed, Y. A., Audu, A. A., & Amali, E. (2012).
Residual chromium in leather by instrumental neutron activation analysis. American
Journal of Applied Sciences, 9(3), 327-330
Prahutama Pradika, Suryo Yayok Purnomo, tanpa tahun. Pengolahan Limbah Cair Industri
Penyamakan Kulit Dengan Adsorpsi Abu Terbang Bagas. Jawa Timur : Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
Purnomo Sigit H. 2009. Variasi Konsentrasi dan Jenis Pelarut dalam Proses Hidrolisis
Limbah Padat (Shaving) Sisa Penyamakan Kulit. Yogyakarta.Fakultas Sains dan
Teknologi Universitas Sunan Kalijaga diakses dari
http://digilib.uin-suka.ac.id/3832/1/BAB%20I%2CV%2C%20DAFTAR
%20PUSTAKA.pdf pada hari senin 18 Februari 2019 pukul 20.00 WIB
Sutyasmi, Sri dan Supraptiningsih. 2014. Pemanfaatan Kembali Krom Limbah Shaving
Untuk Penyamakan Kulit. Yogyakarta : Balai Besar Kulit, Karet, dan Plastik.
Sutyasmi, S. (2010). Pemisahan protein dalam limbah shaving industri penyamakan kulit.
Dalam Prosiding Workshop Nasional Karya Tulis Ilmiah Jurnal Riset Industri. Bandung,
Indonesia: BPKIMI.
Sunaryo, I., & Sutyasmi, S. (2011). Manfaat limbah padat industri penyamakan kulit dan
pengelolaannya. Dalam Prosiding Workshop Penelitian dan Pengembangan Kulit, Karet
dan Plastik. Yogyakarta, Indonesia: BBKKP.
Yeni Gustri, Syafruddin Dindin , Kasim Anwar, dan Amos. 2016. Pengujian Kemampuan
Daya Samak Cube Black Dan Limbah Cair Gambir Terhadap Mutu Kulit Tersamak.
Jurnal Litbang Industri Vol. 6 No. 1, Juni 2016: 73-82