Anda di halaman 1dari 12

Mata Kuliah : Manajemen Risiko Lingungan

Dosen : Hidayat, SKM.,M.Kes

IDENTIFIKASI RISIKO INDUSTRI KULIT

Disusun oleh :

ANDI RAFIKA REZKY AULIA

PO714221202005

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLTEKKES KEMENKES MAKASSAR

SANITASI LINGKUNGAN

PRODI D-IV/IIA

2021/2022

i
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur atas kehadirat Allah SWT. Atas rahmat Dan
Hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul
Identifikasi Risiko Industri Kulit.
Makalah Identifikasi Risiko Industri Kulit disusun guna memenuhi tugas
pada mata kuliah Manajemen Risiko Lingkungan. Selain itu, saya juga berharap
agar makalah ini dapat menambah wawasan bagi pembaca tentang Manajemen
Risiko Lingkungan.
Ucapan terima kasih sebesar-besarnya kepada Bapak/Ibu selaku dosen mata
kuliah Manajemen Risiko Lingkungan dan kepada semua pihak yang telah
membantu proses penyusunan makalah tersebut. Saya berharap semoga tugas yang
telah diberikan ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan terkait bidang yang
ditekuni. Saya menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, saya memerlukan kritik dan saran yang sifatnya membangun guna kesempurnaan
makalah ini.
Akhir kata saya berharap semoga Makalah Faktor Risiko Lingkungan
Kerja ini dapat bermanfaat bagi para pembaca sekalian.

Makassar, 1 Oktober 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL................................................................................................i
KATA PENGANTAR..............................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...............................................................................................1
B. Tujuan............................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi Industri Penyamakan Kulit...............................................................3
B. Sumber Dan Karakteristik Limbah Industri Penyamakan Kulit....................3
C. Teknologi Pengolahan Limbah Industri Kulit...............................................5
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan....................................................................................................8
B. Saran..............................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Fenomena yang sering timbul berkaitan dengan permasalahan
lingkungan hidup akan senantiasa muncul terus menerus secara serius
diberbagai pelosok bumi sepanjang masyarakat di bumi ini tidak sesegera
mungkin memikirkan dan mengusahakan keselamatan serta keseimbangan
ekosistem lingkungan. Demikian pula yang terjadi di Indonesia, bahwa
permasalahan lingkungan hidup menjadi sebuah problem yang seolah-olah
seperti dibiarkan menggelembung sejalan dengan meningkatnya intensitas
pertumbuhan industri, walaupun industrialisasi tersebut saat ini sedang
menjadi sebuah prioritas utama dalam pembangunan. Bila kita amati bahwa
sebagian besar korban ataupun kerugian yang timbul justru harus ditanggung
oleh masyarakat luas tanpa adanya sebuah kompensasi yang sebanding dari
pihak industri tersebut. Industri penyamakan kulit adalah industri yang
mengolah kulit mentah menjadi kulit jadi. Industri penyamakan kulit
merupakan salah satu industri yang saat ini didorong perkembangannya
sebagai penghasil devisa non migas.

Potensi industri penyamakan kulit di Indonesia tercermin dari data


yang ada, dimana pada tahun 1994 terdapat 586 jumlah perusahaan yang
terdiri dari industri kecil sebesar 489 unit dan industri menengah sebesar 8
unit dan sisanya adalah industri besar dengan kapasitas produksi sebesar
70,994 ton (Dirjen industri aneka 1995 dalam Zaenab, 2008). Kulit jadi
merupakan kulit yang telah melalui proses pengolahan (penyamakan). Proses
penyamakan menggunakan air yang relatif lebih banyak begitu pula dengan
beberapa jenis bahan kimia. Berdasarkan hal tersebut menyebabkan bahwa
industri ini tentunya akan menghasilkan limbah cair yang mengandung

1
berbagai polutan organik, baik dari bahan baku itu sendiri maupun polutan
kimia dari bahan-bahan pembantu yang digunakan selama proses penyamakan
berlangsung. Selain itu dihasilkan pula limbah padat berupa hasil pembuangan
daging, hasil pembuangan bulu serta lemak. Limbah padat banyak
mengandung kapur, garam dan bahan kimia pembantu. Kandungan garam
dalam limbah lebih banyak berasal dari sisa hasil penggaraman kulit saat
dilakukan proses pengawetan. Sebagian besar industri kulit di Indonesia
merupakan industri rumah tangga dan industri kecil yang berkembang di
wilayah-wilayah tertentu sehingga membentuk sentra industri. Industri ini
mempunyai ciri-ciri yang hampir sama yaitu berkembang dengan modal usaha
kecil, teknik produksi yang sederhana, belum mengutamakan faktor
kelestarian lingkungan, belum mampu mengolah limbah yang dihasilkan
sampai baku mutu yang dipersyaratkan, kesehatan dan keselamatan kerja
belum menjadi perhatian. Begitu pula dengan kegiatan riset dan
pengembangan juga dapat dikatakan masih sangat minim.

Dengan kondisi yang demikian ini maka sebagian besar industri kulit
masih harus mendapat uluran tangan dari pihak pemerintah dalam upaya
pengembangan usaha, peningkatan teknik produksi untuk meningkatkan
kualitas produk, penerapan teknologi proses produksi yang lebih ramah
lingkungan dan usaha pengolahan limbah secara tepat guna untuk pelestarian
lingkungan.

B. Tujuan
1. Agar mahasiswa mengetahui identifikasi risiko kegiatan dari indutri kulit.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Industri Penyamakan Kulit
Industri penyamakan kulit adalah industri yang mengolah kulit mentah
menjadi kulit jadi. Industri penyamakan kulit merupakan salah satu industri
yang saat ini didorong perkembangannya sebagai penghasil devisa non migas.
Kulit jadi merupakan kulit yang telah melalui proses pengolahan
(penyamakan). Proses penyamakan menggunakan air yang relatif lebih
banyak begitu pula dengan beberapa jenis bahan kimia.
B. Sumber Dan Karakteristik Limbah Industri Penyamakan Kulit
Parameter-parameter berikut ini penting dalam mendefinisikan daya cemar
limbah dari kegiatan penyamakan kulit, yakni : BOD (Biochemical Oxygen
Demand), COD (Chemical Oxygen Demand), krom (keseluruhan), minyak
dan lemak, sulfida, nitrogen total dan pH..
1. Limbah Cair
Limbah cair Penggunaan air untuk proses penyamakan kulit dari tahun
ketahun terdapat kecenderungan semakin menurun. Di Indonesia, sampai
saat ini belum ada penelitian khusus tentang penggunaan air untuk tiap 25
kg kulit, namun berdasarkan pengamatan, pemakaian air bisa mencapai
30-70 l/kg kulit mentah yang diproses. Proses pengolahan primer lain
meliputi penyaringan, ekualisi dan pengendapan untuk mengurangi BOD
dan memperoleh padatan kembali. Pengolahan secara kimia dengan
menggunakan tawas, kapur tohor, fero-chlorida atau polielektrolit lebih
lanjut dapat mengurangi BOD.
a. Air limbah proses perendaman (soaking) Air limbah soaking
mengandung sisa daging, darah, bulu, garam, mineral, debu serta kotoran
lain atau bahkan bakteri antraks. Pada proses perendaman, air limbah
cairnya berbau busuk, kotor dengan kandungan SS (Suspended Solid)
berkisar 0,05-0,1%. Volume limbah soaking berkisar antara 2,5-4 l/kg

3
kulit, pH 7,5-8. Total solid 8.000- 28.000 mg/l dan kandungan SS 2,5- 4
mg/l. Air limbah soaking juga mengandung garam dan bahan organik lain
yang akan mempengaruhi BOD, COD dan SS.
b. Air limbah proses pembuangan bulu (unhairing) dan pengapuran
(liming) Air limbah dari proses ini berwarna putih kehijauan serta kotor,
berbau menyengat, pH air limbah pada proses ini berkisar antara 9-10,
mengandung kalsium, natrium disulfida (Na2S), albumin, bulu, sisa
daging dan lemak. Kadar SS berkisar 36%. Air limbah pada proses
unhairing mengandung Total Solid (TS) 16.000-45.000 mg/l, SS 4.500-
6.500 mg/l, BOD 1.100-2.500 mg/l, pH berkisar 10-12,5. Dampak yang
ditimbulkan akibat buangan dalam proses tersebut bahwa air limbah ini
berpengaruh besar terhadap air, tanah dan udara. Pengaruh terhadap air
terutama kadar BOD, COD, SS, alkalinitas, sulfida, N- Organik, N-
ammonia. Adanya gas H2S hasil pencemaran ini dapat menyebabkan
terjadinya pencemaran udara.
c. Air limbah proses pembuangan kapur (deliming) Air limbah pada
proses deliming mempunyai beban polutan yang lebih kecil dibanding air
limbah hasil proses unhairing dan liming. Air limbah pada proses tersebut
mempunyai pH 3-9, TS sebesar 1.200-12.000 mg/l, SS 200-1.200 mg/l
dan BOD 1.000-2.000 mg/l. Air limbah tersebut akan menyebabkan
pencemaran air berupa BOD, COD, SS dan N-ammonia. Adanya bahan
amoniak akan menimbulkan pencemaran udara.
d. Air limbah proses pengikisan protein (degreasing) Pada proses ini air
limbah yang dihasilkan memiliki nilai COD, BOD, DS dan lemak yang
relatif lebih tinggi (UNEP, 2003).
e. Air limbah proses pikel (pickling) dan krom (tanning) Air limbah dari
proses ini akan mengandung bahan protein, sisa garam, sejumlah kecil
mineral dan krom velensi 3 yang apabila tercampur dengan alkali akan

4
terbentuk krom hidroksida, pH berkisar antara 3,5-4, SS berkisar 0,01-
0,02 %. Sunaryo dkk., (1993) dalam Zaenab (2008).
2. Limbah Padat
Limbah padat Didalam proses penyamakan disamping limbah cair, juga
menghasilkan limbah padat sebagai hasil samping. Dikatakan hasil
samping karena dimanfaatkan untuk berbagai keperluan, misalnya sebagai
bahan makanan, obatobatan, kosmetik, pupuk, kerajinan dan bahan
lainnya. Bahan padat yang dimaksud antara lain bulu, sisa trimming,
fleshing, sisa split, shaving, buffing dan lumpur. Banyak limbah padat
penyamakan kulit dapat dijual sebagai hasil sampingan, yaitu pangkasan
bulu, daging dan lain-lainnya. Sebagian besar limbah padat lainnya
meliputi sisa bahan organik, babakan nabati dan kulit kayu untuk
penyamakan. Lumpur kapur dan lumpur dari pengolahan air limbah
bersifat merusak tetapi tidak beracun dan biasanya dapat disebar di atas
tanah atau ditimbun dalam tanah. Lumpur dan limbah lain yang
mengandung krom lebih berbahaya dan harus di simpan ditempat
penimbunan yang aman.
C. Teknologi Pengolahan Limbah Industri Kulit
Industri penyamakan kulit menggunakan bahan kimia yang sifatnya
berbahaya dan beracun di hampir setiap tahapan proses penyamakan, terutama
pada tahapan pra-tanning dan tanning. Bahan-bahan kimia yang digunakan
hanya berkisar 70% saja yang terikat pada kulit sedangkan sisanya terdapat
dalam bentuk limbah cair maupun limbah padat. Penanganan limbah
membutuhkan teknologi yang maju, peralatan yang mahal, sumber daya
manusia yang berkualitas dan biaya tinggi. Penanganan limbah juga tidak
menyelesaikan masalah, hanya mengubah dari fase satu ke fase lainnya dan
memindahkan dari suatu tempat ke tempat lainnya.
1. Penerapan Konsep Produksi Bersih Produksi bersih (cleaner production)
didefinisikan sebagai segala upaya yang dapat mengurangi jumlah bahan

5
berbahaya, polutan atau kontaminan yang terbuang melalui saluran
pembuangan limbah atau terlepas ke lingkungan termasuk emisi-emisi
yang cepat menguap di udara sebelum didaur ulang, diolah atau dibuang
(Erliza Noor, 2006 dalam Triatmojo, 2009).
Penerapan produksi bersih akan menguntungkan industri karena dapat
menekan biaya produksi, adanya penghematan dan kinerja lingkungan
sehingga menjadi lebih baik. Penerapan produksi bersih di suatu kawasan
industri dapat digunakan sebagai pendekatan untuk mewujudkan Kawasan
Industri Berwawasan Lingkungan. Konsep produksi bersih dikembangkan
berdasarkan pada empat prinsip utama yaitu : 1. Prinsip kehati-hatian,
produsen mempunyai tanggung jawab yang utuh dalam memproduksi
suatu barang agar tidak menimbulkan dampak yang merugikan 2. Prinsip
pencegahan, didalam proses produksi semua orang yang terlibat penting
untuk memahami siklus hidup produk dari pemilihan bahan baku hingga
terbentuknya limbah 3. Prinsip demokrasi, diperlukan adanya komitmen
dan keterlibatan semua pihak dalam rantai produksi dan konsumsi dan 4.
Prinsip holistik, yaitu pentingnya keterpaduan dalam pemanfaatan
sumberdaya lingkungan dan konsumsi, sebagai satu daur yang tidak dapat
dipisah-pisahkan (Erliza Noor, 2006 dalam Triatmojo, 2009).
Pelaksanaan program produksi bersih ini tidak hanya mengandalkan
peraturan pemerintah saja, tetapi lebih didasarkan pada kesadaran untuk
mengubah sikap dan tingkah laku Produksi bersih dapat dijadikan sebagai
sebuah model pengelolaan lingkungan dengan mengedepankan efisiensi
yang tinggi pada sebuah industri, sehingga produksi limbah dari
sumbernya dapat dicegah dan dikurangi. Disamping manfaat terhadap
keselamatan, kesehatan dan lingkungan, teknologi produksi bersih
memberi peluang untuk menurunkan biaya produksi dan meningkatkan
kualitas produk. Usaha kecil dan mikro mendapat keuntungan dari
penerapan produksi bersih melalui penggunaan input dan peralatan yang

6
lebih efisien, memperoleh barang dengan kualitas lebih baik dan
pengurangan biaya pengolahan limbah. Pengalaman menunjukkan bahwa
dengan pola pendampingan, usaha kecil dan mikro dapat melakukan
identifikasi peluang produksi bersih yang menghasilkan keuntungan lebih
dengan sedikit bahkan sama sekali tanpa penambahan investasi. Banyak
perusahaan yang memperoleh manfaat finansial dan lingkungan yang
cukup signifikan setelah menerapkan teknologi produksi bersih ini. Hal ini
menunjukkan bahwa produksi bersih merupakan pilihan pertama untuk
menyelesaikan masalah-masalah lingkungan yang dihadapi oleh usaha
kecil dan mikro (Anonim, 2009 dalam Triatmojo, 2009).

7
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Industri penyamakan kulit adalah industri yang mengolah kulit mentah
menjadi kulit jadi. Industri penyamakan kulit merupakan salah satu industri yang
saat ini didorong perkembangannya sebagai penghasil devisa non migas. Bahan-
bahan kimia yang merupakan hasil buangan proses tersebut sangat berpotensi
untuk mencemari lingkungan karena sifatnya yang sangat kompleks dan sulit untuk
ditangani. Disamping itu limbah yang dihasilkan selama proses pra-tanning dan
pasca tanning baik sebagai limbah fleshing, triming, spliting, shaving dan buffing
maupun hasil hidrolisis selama proses pra-tanning dapat mengalami proses
pembusukan serta dapat menimbulkan gas dan bau yang sangat menyengat.
B. Saran
Penanganan limbah membutuhkan teknologi yang maju, peralatan yang
mahal, sumber daya manusia yang berkualitas dan biaya tinggi. Penanganan limbah
juga tidak menyelesaikan masalah, hanya mengubah dari fase satu ke fase lainnya
dan memindahkan dari suatu tempat ke tempat lainnya.

8
DAFTAR PUSTAKA

Muhammad Irfan Said. Modul Teknologi Pengolahan Limbah Industri Kulit.


Program Studi Teknologi Hasil Ternak Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin
Makassar.

https://docplayer.info/35215378-Modul-teknologi-pengolahan-limbah-industri-kulit-
oleh-dr-muhammad-irfan-said-s-pt-m-p.html

Anda mungkin juga menyukai