Anda di halaman 1dari 48

BAB I

PENDAHULUAN
1.1. latar Belakang

Menurut WHO (World Health Organization), kesehatan lingkungan adalah

suatu keseimbangan ekologi yang harus ada antara manusia dan lingkungan agar

dapat menjamin keadaan sehat dari manusia. Tujuan kesehatan lingkungan yaitu

untuk melakukan korelasi, memperkecil terjadinya bahaya dari lingkungan terhadap

kesehatan, untuk pencegahan dengan cara mengefisienkan pengaturan berbagai

sumber lingkungan untuk meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan hidup manusia

serta untuk mencegah dari bahaya penyakit. Kontribusi lingkungan dalam

mewujudkan derajat kesehatan merupakan hal yang esensial di samping masalah

perilaku masyarakat, pelayanan kesehatan, dan faktor keturunan.

Lingkungan memberikan kontribusi besar terhadap timbulnya masalah

kesehatan masyarakat.Untuk itu perlu dilakukan upaya peningkatan kesehatan

lingkungan untuk mencapai mutu lingkungan yang dapat menjamin kesehatan

masyarakat yang optimal, serta untuk mewujudkan keikutsertaan dan kesadaran

masyarakat dan sektor pemerintah berkaitan dengan tanggung jawab upaya

peningkatan dan pelestarian lingkungan.

Masalah kesehatan lingkungan yang dihadapi akan bertambah besar karena

ancaman terhadap kesehatan lingkungan akan bergeser dari usaha sanitasi dasar yang

umumnya dihadapi dewasa ini ke arah pencemaran/penurunan kualitas lingkungan

dari tekanan pembangunan, dengan menyadari masalah yang akan dihadapi dapat

direncanakan dan dipersiapkan segenap potensi untuk mencegah dan

menanggulanginya.

1
Sebagai kota terbesar ketiga di Indonesia dengan jumlah penduduk sekitar 2.9

juta pada 2013, Medan telah membangun instalasi pengolahan air limbah luar lokasi

(off-site) padatahun 1999 di wilayah cemara yang dirancang untuk melayani 18.000

rumah tangga. Namun, sampai saat ini IPA limbah kota Medan masih melayani

16.225. Pelayanan limbah cair domestik kota Medan yang dikelola PDAM Tirtanadi

Medan masih belum optimal karena masih ada kendala yang dihadapi antara lain :

kekurangan dana, biaya operasi dan perawatan masih lebih tinggi dari pendapatan

retribusi, dan jaringan pipa yang masih membutuhkan perbaikan dan pergantian.

Pengolahan air limbah sisten off-site ini juga masih belum optimal digunakan karena

banyak rumah tangga belum familiar dan mereka enggan menggunakan semuanya.

Pengolahan limbah di kota Medan dilakukan karena kebanyakan masyarakat

membuang limbah cair domestik langsung ke lingkungan, bahkan sebagian penduduk

di pusat kota yang tidak mempunyai septictank sehingga perilaku ini dapat merusak

lingkungan dan membahayakan kesehatan dan lingkungan.

Tujuan dari pengelolaan air limbah domestik kota Medan adalah untuk

memperbaiki kualitas dan sarana lingkungan perkotaan melalui pengolahan limbah

cair domestik sebelum dibuang ke badan air, sehingga limbah tersebut tidak

mencemari lingkungan. Secara kelembagaan pengelolaan air limbah dilakukan oleh

PDAM Tirtanadi Medan, Dinas Bangun kota Medan sebagai regulator atau kerjasama

teknis pemberi izin bangunan, kedua instansi tersebut harus dapat bekerjasama dan

melakukan koordinasi yang sinergi dalam teknis pembuangan air limbah, sehingga

masyarakat yang tidak memenuhi ketentuan dikenakan sanksi sesuai dengan

perundang-undangan yang berlaku. Selanjutnya dinas kebersihan kota medan

2
bertanggung jawab terhadap pengosongan septictank secara berkala dikota Medan

dengan mengoperasikan mobil tinja (Laporan PKL Teknik Kimia USU, 2017).

Mahasiswa sebagai peserta didik dalam kegiatannya perlu

mengimplementasikan teori-teori yang telah didapatkan selama proses belajar di

perkuliahan. Perguruan tinggi memiliki tanggung jawab untuk mempersiapkan

mahasiswa sebagai sumber daya manusia yang ahli dan terampil. Oleh karena itu,

Universitas Sumatera Utara Fakultas Kesehatan Masyarakat Departemen Kesehatan

Lingkungan dalam upaya peningkatan sumber daya manusia yang siap pakai,

melaksanakan Program Latihan Kerja Peminatan (LKP) sebagai sarana

pengembangan diri, pengetahuan, dan kemampuan sesuai dengan bidang ilmunya.

Latihan Kerja Peminatan (LKP) adalah suatu bentuk pendidikan dengan cara

memberikan pengalaman belajar bagi mahasiswa untuk berpartisipasi dengan tugas

langsung di Lembaga BUMN, BUMD, Perusahaan Swasta, dan Instansi terkait

lainnya. Latihan Kerja Peminatan (LKP) memberi kesempatan kepada mahasiswa untuk

menerapkan ilmu-ilmu yang telah diperoleh di kampus. Latihan Kerja Peminatan (LKP)

merupakan wujud relevansi antara teori yang didapat selama di perkuliahan dengan

praktik yang ditemui baik dalam dunia usaha swasta maupun pemerintah. Dengan

demikian, PDAM Tirtanadi unit pengolahan ir limbah yang berlokasi di jalan

Perkebunan No.1 Pulo Bryan Bengkel menjadi salah satu wadah Latihan Kerja

Peminatan (LKP) oleh Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyrakat Departemen

Kesehatan Lingkungan Universitas Sumatera Utara tahun 2017.

3
1.2. Tujuan

1.2.1. Tujuan Umum

Latihan Kerja Peminatan (LKP) pada bidang Pengendalian Masalah Kesehatan

bertujuan untuk meningkatkan kemampuan profesional mahasiswa di bidang

pekerjaan yang terkait dengan kesehatan lingkungan.

1.2.2.Tujuan Khusus LKP

1. Mampu menjelaskan struktur organisasi di PDAM Tirtanadi unit pengelolaan

air limbah.

2. Mampu menjelaskan tugas pokok dan metode kerja pada masing-masing

bidang di PDAM Tirtanadi unit pengelolaan air limbah.

3. Mampu berpartisispasi dalam kegiatan pada masing-masing bidang di

PDAM Tirtandai unit pengelolaan air limbah.

4. Mampu melaksanakan analisa dan interpretasi hasil kegiatan pada masing-

masing bidang di PDAM Tirtanadi unit pengelolaan air limbah.

1.3.Manfaat LKP

1. Sebagai sarana bagi mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat untuk

menerapkan ilmu yang diperoleh dari institusi pendidikannya sesuai dengan

bidang pekerjaan masing-masing.

2. Memberikan pengalaman dan menambah pengetahuan mahasiswa dalam

bidang pengelolaan limbah cair domestik.

3. Bagi PDAM Tirtanadi unit pengelolaan air limbah memperoleh sumbangan

pemikiran dalam rangka perbaikan pelaksanaan program kesehatan

lingkungan di bidang Pengelolaan limbah cair domestic

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Air Limbah

Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 tahun 2001, air

limbah adalah sisa dari suatu usaha dan atau kegiatan yang berwujud cair. Sedangkan

menurut P.Ginting (2005), limbah adalah buangan yang kehadirannya pada suatu saat

dan tempat tertentu tidak dikehendaki di lingkungan karena tidak mempunyai nilai

ekonomi. Menurut Metcalf dan Eddy yang dimaksud air limbah (waste water) adalah

kombinasi dari cairan dan sampah–sampah (air yang berasal dari daerah permukiman,

perdagangan, perkantoran, dan industri) bersama–sama dengan air tanah, air

permukaan dan air hujan yang mungkin ada.

Wilgooso (1979), mendefinisikan bahwa air limbah adalah air kotor yang

membawa sampah dari tempat tinggal, bangunan,perdangangan, dan industri berupa

campuran air dan bahan padat terlarut atau bahan tersuspensi. Limbah adalah sampah

cair dari suatu lingkungan masyarakat dan terutama terdiri dari air yang telah

dipergunakan hampir 0,1% dari padanya berupa benda- benda padat yang terdiri dari

zat organik dan bukan organik (Mahida, 1984).

2.2 Air Limbah Domestik

Menurut Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 112 Tahun 2003 yang

dimaksud dengan air limbah domestik adalah air limbah yang berasal dari usaha dan

atau kegiatan permukiman (real estate), rumah makan (restauran), perkantoran,

perniagaan, apartemen dan asrama.

5
Limbah cair ini dapat dibagi menjadi 2 (dua) yaitu limbah cair kakus yang

umum disebut black water dan limbah cair dari mandi-cuci yang disebut grey water.

Black water oleh sebagian penduduk dibuang melalui septic tank, namun sebagian

dibuang langsung ke sungai, sedangkan gray water hampir seluruhnya dibuang ke

sungai-sungai melalui saluran (Mara, 2004).

Volume limbah cair dari daerah perumahan bervariasi, dari 200 sampai 400

liter per orang per hari, tergantung pada tipe rumah. Aliran terbesar berasal dari

rumah keluarga tunggal yang mempunyai beberapa kamar mandi, mesin cuci

otomatis, dan peralatan lain yang menggunakan air. Angka volume limbah cair

sebesar 400 liter/orang/hari bisa digunakan untuk limbah cair dari perumahan dan

perdagangan, ditambah dengan rembesan air tanah ( infiltration ).

Menurut Mara (2004), untuk timbulan limbah, faktor yang menentukan

kekuatan limbah cair domestik adalah BOD (jumlah limbah organik) yang diproduksi

per orang/hari adalah bervariasi dan berbeda untuk setiap negara. Perbedaan yang

terbesar adalah pada kuantitas dan kualitas di badan limbah dari variasi makanannya.

2.3. Komposisi Air Limbah

Menurut Sugiharto (2003), komposisi air limbah sangat bervariasi dari setiap

saat menurut dari sumber asal air limbahnya. Komposisi air limbah tersebut adalah :

6
AIR LIMBAH

Air ( 99%) Bahan Padat (0,1


%)

Organik Anorganik
Protein 65% Butiran
Karbohidrat Garam
25%
Metal
Lemak 10 %

Gambar 2.1 Komposisi Air Limbah

2.4 Sumber Air Limbah

Sumber–sumber air limbah tersebut oleh Haryoto Kusnoputranto (1986)

dibedakan menjadi 3, yaitu :

a) Air limbah rumah tangga (domestic wasted water) yaitu air limbah dari

permukiman ini umumnya mempunyai komposisi yang terdiri atas ekskreta (tinja

dan urin), air bekas cucian dapur dan kamar mandi, dimana sebagian besar

merupakan bahan organik.

b) Air limbah kotapraja (municipal wastes water) yaitu air limbah ini umumnya

berasal dari daerah perkotaan, perkantoran, perdagangan, sekolah, tempat–tempat

ibadah dan tempat–tempat umum lainnya seperti hotel, restoran, dan lain– lain.

7
c) Air limbah industri (industrial wastes water) yaitu air limbah yang berasal dari

berbagai jenis industri akibat proses produksi ini pada umumnya lebih sulit dalam

pengolahannya serta mempunyai variasi yang luas. Misalnya air limbah dari pabrik

baja, pabrik tinta, pabrik cat, dan dari pabrik karet.

2.5. Karakteristik Air Limbah Domestik

Karakteristik limbah cair dapat diketahui menurut sifat dan karakteristik fisika,

kimia, dan biologi.

a) Karateristik fisik

Ciri-ciri fisik utama air limbah adalah sebagai berikut :

 Bahan padat yaitu air yang terpolusi selalu mengandung padatan yang dapat

dibedakan atas empat kelompok berdasarkan besar partikelnya dan sifat-sifat

lainnya (Fardiaz, 1992). Empat kelompok tersebut yaitu padatan terendap

(sedimen), padatan tersuspensi dan koloid, padatan terlarut, serta minyak dan

lemak. Padatan tersuspensi terdiri dari partikel koloid dan partikel biasa.

Jenis partikel dapat dibedakan berdasarkan diameternya. Jenis padatan

terlarut maupun tersuspensi dapat bersifat organis dan anorganis tergantung

dari mana sumber limbah. Padatan terendap mempunyai diameter yang lebih

besar dan dalam keadaan tenang dalam beberapa waktu akan mengendap

sendiri karena beratnya. Zat padat tersuspensi yang mengandung zat-zat

organik pada umumnya terdiri dari protein, ganggang dan bakteri.

 Kekeruhan. Sifat keruh air dapat dilihat dengan mata secara langsung karena

ada partikel koloid yang terdiri dari tanah liat, sisa bahan-bahan, protein dan

ganggang yang terdapat dalam limbah, kekeruhan merupakan sifat optis

larutan. Sifat keruh membuat hilang nilai estetikanya.

8
 Warna adalah ciri kualitatif yang dapat dipakai untuk mengkaji kondisi

umum air limbah. Air buangan industri serta bangkai benda organis yang

menentukan warna air limbah itu sendiri (Sugiharto, 1987).

 Bau atau pembusukan air limbah adalah merupakan sumber dari bau air

limbah (Sugiharto, 1987). Sifat bau limbah disebabkan karena zat-zat

organik yang telah berurai dalam limbah mengeluarkan gas-gas seperti

sulfida atau amoniak yang menimbulkan penciuman tidak enak yang

disebabkan adanya campuran dari nitrogen, sulfur dan fosfor yang berasal

dari pembusukan protein yang dikandung limbah. Timbulnya bau yang

diakibatkan limbah merupakan suatu indikator bahwa terjadi proses alamiah.

Bau dapat juga disebabkan karena adanya zat organik terurai secara tidak

sempurna dalam air limbah ( Yazied, 2009).

 Suhu air limbah biasanya lebih tinggi daripada air bersih, karena adanya

tambahan air hangat dari perkotaan (Tchobanoglous, 1991). Limbah yang

mempunyai suhu panas akan mengganggu pertumbuhan biota tertentu. Suhu

yang dikeluarkan suatu limbah cair harus merupakan suhu alami. Suhu

berfungsi memperlihatkan aktivitas kimiawi dan biologis. Pada suhu tinggi

pengentalan cairan berkurang dan mengurangi sedimentasi. Tingkat zat

oksidasi lebih besar dari pada suhu tinggi dan pembusukan jarang terjadi

pada suhu rendah

 Warna dalam air disebabkan adanya ion-ion logam besi, mangan, humus,

plankton, tanaman air dan buangan industri. Warna berkaitan dengan

kekeruhan dan dengan menghilangkan kekeruhan kelihatan warna nyata.

Demikian pula warna dapat disebabkan oleh zat-zat terlarut dan zat

9
tersuspensi. Warna menimbulkan pemandangan yang jelek dalam air limbah

meskipun warna tidak menimbulkan racun.

b) Karateristik kimia

Air limbah tentunya mengandung berbagai macam zat kimia. Bahan organik

pada air limbah dapat menghabiskan oksigen serta akan menimbulkan rasa dan bau

yang tidak sedap pada penyediaan air bersih (Sugiharto, 1987). Pengujian kimia yang

utama adalah yang bersangkutan dengan amonia bebas, nitrogen organik, nitrit, nitrat,

fosfor organik dan fosfor anorganik (Tchobanoglous, 1991).

 Biological Oxygen Demand (BOD). Pemeriksaan BOD dalam limbah

didasarkan atas reaksi oksidasi zat-zat organis dengan oksigen dalam air

dimana proses tersebut dapat berlangsung karena ada sejumlah bakteri.

Diperhitungkan selama dua hari reaksi lebih dari sebagian reaksi telah

tercapai. BOD adalah kebutuhan oksigen bagi sejumlah bakteri untuk

menguraikan semua zat-zat organik yang terlarut maupun sebagian tersuspensi

dalam air menjadi bahan organik yang lebih sederhana. Nilai ini hanya

merupakan jumlah bahan organik yang dikonsumsi bakteri. Penguraian zat-zat

organik ini terjadi secara alami. Dengan habisnya oksigen terkonsumsi

membuat biota lainnya yang membutuhkan oksigen menjadi kekurangan dan

akibatnya biota yang memerlukan oksigen ini tidak dapat hidup. Semakin

tinggi angka BOD semakin sulit bagi makhluk air yang membutuhkan oksigen

untuk bertahan hidup.

 Chemical Oxygen Demand (COD) adalah sejumlah oksigen yang dibutuhkan

untuk mengoksidasi zat-zat anorganis dan organis sebagaimana pada BOD.

Angka COD merupakan ukuran bagi pencemaran air oleh zat organik.

10
Semakin dekat nilai BOD terhadap COD menunjukkan bahwa semakin sedikit

bahan anorganik yang dapat dioksidasi dengan bahan kimia. Pengukuran

kekuatan limbah dengan COD adalah bentuk lain pengukuran kebutuhan

oksigen dalam air limbah. Metode ini lebih singkat waktunya dibandingkan

dengan analisis BOD. Pengukuran ini menekankan kebutuhan oksigen akan

kimia dimana senyawa-senyawa yang diukur adalah bahanbahan yang tidak

dipecah secara biokimia. Adanya racun atau logam tertentu dalam limbah

pertumbuhan bakteri akan terhalang dan pengukuran BOD menjadi tidak

realistis. Untuk mengatasinya lebih tepat menggunakan analisis COD.

 Keasaman Air (pH). Keasaman air diukur dengan pH meter. Keasaman

ditetapkan berdasarkan tinggi rendahnya konsentrasi ion hidrogen dalam air.

Air buangan yang mempunyai pH tinggi atau rendah menjadikan air steril

sebagai akibatnya membunuh mikroorganisme air yang diperlukan untuk

keperluan biota tertentu. Demikian juga makhluk-makhluk lain tidak dapat

hidup seperti ikan. Air yang mempunyai pH rendah membuat air korosif

terhadap bahan-bahan kontruksi besi dengan kontak air. Limbah atau air

buangan rumah tangga mempunyai pH < 7 atau bersifat asam. Adapun pH

yang baik untuk air minum maupun air limbah adalah netral (7).

 Alkalinitas. Tinggi rendahnya alkalinitas air ditentukan air senyawa karbonat,

garamgaram hidroksida, kalsium, magnesium, dan natrium dalam air.

Tingginya kandungan zat-zat tersebut mengakibatkan kesadahan dalam air.

Semakin tinggi kesadahan suatu air semakin sulit air berbuih. Untuk

menurunkan kesadahan air dilakukan pelunakan air. Pengukuran alkalinitas air

adalah pengukuran kandungan ion CaCO, ion, Mg bikarbonat dan lain-lain.

11
 Lemak dan Minyak. Kandungan lemak dan minyak yang terkandung dalam

limbah bersumber dari instalasi yang mengolah bahan baku mengandung

minyak. Lemak dan minyak merupakan bahan organis bersifat tetap dan sukar

diuraikan bakteri. Limbah ini membuat lapisan pada permukaan air sehingga

membentuk selaput.

 Oksigen Terlarut (DO). Keadaan oksigen terlarut berlawanan dengan keadaan

BOD. Semakin tinggi BOD semakin rendah oksigen terlarut. Keadaan oksigen

terlarut dalam air dapat menunjukkan tanda-tanda kehidupan ikan dan biota

dalam perairan. Kemampuan air untuk mengadakan pemulihan secara alami

banyak tergantung pada tersedianya oksigen terlarut. Angka oksigen yang

tinggi menunjukkan keadaan semakin baik. Pada temperatur dan tekanan udara

alami kandungan oksigen dalam air alami bisa mencapai 8 mg/lt. Lumut dan

sejenis ganggang menjadi sumber oksigen karena proses fotosintesis melalui

bantuan sinar matahari. Semakin banyak ganggang semakin besar kandungan

oksigennya. Aerator salah satu alat yang berfungsi meningkatkan kandungan

oksigen dalam air.

 Klorida merupakan zat terlarut dan tidak menyerap. Sebagai klor bebas

berfungsi desinfektan tetapi dalam bentuk ion yang bersenyawa dengan ion

natrium menyebaban air menjadi asin dan dapat merusak pipa-pipa instalasi.

 Phospat. Kandungan phospat yang tinggi menyebabkan suburnya algae dan

organisme lainnya yang dikenal dengan eutrophikasi. Ini terdapat pada ketel

uap yang berfungsi untuk mencegah tigginya kadar phospat sehingga tumbuh-

tumbuhan dalam air berkurang jenisnya pada gilirannya tidak merangsang

pertumbuhan tanaman air. Kesuburan tanaman ini akan menghalangi

12
kelancaran arus air. Pada danau suburnya tumbuh-tumbuhan air akan

mengakibatkan berkurangnya oksigen terlarut.

c) Karateristik biologi

Pemeriksaan biologis di dalam air limbah untuk memisahkan apakah ada

bakteri-bakteri pathogen berada di dalam air limbah (Sugiharto, 1987).

2.6 Tujuan Pengelolaan Limbah

Air limbah sebelum dilepas ke pembuangan akhir harus menjalani pengolahan

terlebih dahulu. Untuk dapat melaksanakan pengolahan air limbah yang efektif

diperlukan rencana pengelolaan yang baik. Menurut Unus Suriawiria, tujuan

pengolahan air limbah antara lain adalah :

a) Ditinjau dari segi kelangsungan kehidupan di dalam air yaitu untuk

menghindari kerusakan dalam biota lingkungan misal untuk kelompok hewan

dan tanaman air.

b) Ditinjau dari segi kesehatan untuk menghindari penyakit menular. Karena air

merupakan media terbaik untuk kelangsungan hidup mikroba penyebab

penyakit menular.

c) Ditinjau dari segi estetika untuk melindungi air terhadap bau dan warna yang

tidak menyenangkan atau tidak diharapkan.

Adapun tujuan dari pengelolaan air limbah itu sendiri, antara lain :

a) Mencegah pencemaran pada sumber air rumah tangga.

b) Melindungi hewan dan tanaman yang hidup di dalam air.

c) Menghindari pencemaran tanah permukaan.

d) Menghilangkan tempat berkembangbiaknya bibit dan vektor penyakit.

13
2.7 Dampak Limbah

Menurut Said, NI (1999), ditinjau dari segi kesehatan, secara umum dibagi

menjadi dua yakni bahaya langsung dan bahaya tidak langsung. Bahya langsung

terhadap kesehatan terjadi bila mengkonsumsi air yang tercemar atau air dengan

kualitas yang buruk baik secara langsung diminum, melalui makanan,bahkan melalui

kegiatan sehari- hari misalnya mencuci peralatan makan, mandi dan rekreasi.

Sedangkan bahaya tidak langsung dapat terjadi misalnya akibat mengkonsumsi hasil

perikanan dimana ikan tersebut dapat mengakumulasi zat- zat polutan yang

berbahaya. Resiko kesehatan dapat diakibatkan oleh polutan senyawa kimia yang

tidak menimbulkan gejala akut, akan tetapi dapat berpengaruh terhadap kesehatan

karen adanya pemajanan yang terus menerus pada dosisi yang rendah. Berikut

dampak dari limbah sebgai berikut :

a) Gangguan terhadap kesehatan

Air limbah berbahaya bagi manusia karena terdapat banyak bakteri pathogen

dan dapat menularkan penyakit.Air limbah juga dapat menyebabkan iritasi pada kulit,

bau dan suhu yang tinggi serta bahan yang mudah terbakar.

b). Gangguan terhadap kehidupan biotik

Banyak zat yang terkandung dalam air yang dapat menyebabkan kadar

oksigen terlarut dalam air menurun sehingga kehidupan di dalam air yang

membutuhkan oksigen akan terganggu.Temperatur limbah yang tinggi dapat

menyebabkan kematian organisme air. Kematian bakteri akan menyebabkan

penjernihan air limbah menjadi terhambat dan sukar diuraikan.

c). Gangguan terhadap keindahan

14
Limbah yang mengandung ampas, lemak, dan minyak akan menimbulkan bau

wilayah sekitar akan licin oleh minyak, tumpukan ampas yang emngganggu dan

gangguan pemandangan.

d). Gangguan terhadap benda

Air limbah yang emngandung gas CO2 akan mempercepat proses

terbentuknya karat pada benda yang terbuat dari besi dan bangunan. Kadar Ph limbah

yang terlalu rendah atau tinggi dapat menyebabkan kerusakan pada benda yang

dilaluinya. Lemak pada air limbah akan menyebabkan terjadinya penyumbatan dan

membocorkan saluran air limbah. Hal tersebut dapat menyebabkan kerusakan materiil

karen abiaya perawatan yang semakin besar (Sugiharto, 1987).

Dampak limbah terhadap manusia menurut Mukono (2000), disebabkan oleh

karena adanya mikrobiologi dalam air. Contoh penyakit yang dapata ditimbulkan

adalah :

 Tifoid disebabkan oleh kuman Salmonella thposa

 Kolera disebabkan oleh bakteri Vibrio kolera

 Leptospirosis disebabkan oleh Spirochaeta

 Giardiasis dapat menimbulkan diare disebabkan oleh sejenis Ptrotozoa

 Disentri disebabkan oleh Entamoeba histolytica

Dampak kandungan Ph, BOD, COD,TSS, dan Amonia dalam air limbah

terhadap kesehatan manusia adalah:

a) Terhadap kesehatan manusia

Limbah cair yang memiliki nilai BOD dan COD rendah tentunya akan

memiliki kandungan organik yang tinggi sehingga memudahkan bakteri- bakteri

patogen untuk tumbuh. Apabila limbah cair yang memiliki BOD dan COD yang

15
rendah dibuang ke lingkungan atau perairan maka tentunya akan memiliki kandungan

bahan organik tinggi yang telah ditumbuhi bakteri- bakteri patogen beserta hasil

metabolismenya yang menimbulkan bau menyengat serta menyebabkan gangguan

pada kesehatan manusia maupun hewan yang ada di sekitar perairan tersebut

(Soemirat, 1994). Kebanyakan penyakit yang timbul adalah penyakit saluran

pencernaan seperti kolera, disentri, tipus.

Limbah cair yang mengandung bahan kimia dapat membahayakan kesehtan

manusia. Bahan pencemar kimia tersebut dapat menimbulkan penyakit baik secara

langsung maupun tidak langsung ( Sastrodimedjo, 1985). Kandungan pH yang terlalu

rendah atau terlalu tinggi adalah salah satu parameter pencemar oleh bahan kimia,

yang apabila bila langsung dibuang ke lingkungan akan menimbulkan penyakit.

Beberapa penyalkit yang dapat ditimbulkan adalah penyakit dermatitis (kulit), iritasi

pada mata, dan pada titik ekstrim dapat menimbulkan keracunan akut.

Menurut Kusnoputranto (1997), adanya amonia dalam air menunjukkan

adanya pencemaran oleh kotoran manusia atau kotoran hewan dalam perairan.

Apabila limbah yang mengandung kadar amonia tinggi dibuang langsung ke badan-

badan air maka akan menyebabkan penyakit pada manusia. Jalur penularannya yaitu

secara oral fecal infection, bahkan ada pula infeksi secara langsung melalui penetrasi

kulit, misalnnya penyakit cacing tambang dan Shistosomiasis.

2.8 Syarat Pengolahan Air Limbah

a) Tidak mengakibatkan kontaminasi terhadap sumber-sumber air minum.

b) Tidak mengakibatkan pencemaran air permukaan.

c) Tidak menimbulkan pencemaran pada flora dan fauna yang hidup di air di

dalam penggunaannya sehari-hari.

16
d) Tidak dihinggapi oleh vektor atau serangga yang menyebabkan penyakit.

e) Tidak terbuka dan harus tertutup.

f) Tidak menimbulkan bau atau aroma tidak sedap. (Chandra,2006 )

2.9 Teknologi Pengolahan Limbah Cair

Pengolahan air limbah dapat dilakukan dengan dua cara yaitu :

a) Secara Alami

Pengolahan air limbah secara alamiah dapat dilakukan dengan pembuatan

kolam stabilisasi. Dalam kolam stabilisasi, air limbah diolah secara alamiah untuk

menetralisasi zat- zat pencemar sebelum air limbah dialirkan ke sungai.Kolam

satabilisasi yang umum digunakan adalah kolam anaerobik, kolam fakultatif

(pengolahhan air limbah yang tercemar bahan organik pekat ), dan kolam maturasi

(pemusnahan mikroorganisme patogen). Akibat biaya yang murah, cara ini

direkomendasi8kan untuk daerah tropis dan sedang berkembang.

b) Secara Buatan

Pengolahan air limbah dengan bantuan alat dilakukan pada Instalasi

Pengolahan Air Limbah (IPAL). Pengolahan air limbah domestik pada suatu Instalasi

Pengolahan Air Limbah dapat dilakukan dalam 5 tahap yaitu :

1) Pengolahan Pertama

Pengolahan pertama bertujuan untuk memisahkan zat padat dan zat cair yang

tercampur dengan menggunakan filter ( saaringan ) baik untuk mensortir kerikil,,

lumpur, dan memisahkan lemak yang dilakukan dengan cara pengendapan atau

pengapungan. Bbeberapa alat yang digunakan adalah saringan pasir lambat, saringan

pasir cepat, parcoal filter, dan vakum filter.

2) Pengolahan Kedua

17
Pada pengolahan kedua bertujuan untuk mengkoagulasikan, menghilangkan

koloid, mengurangi bahan- bahan organik melalui mikroorganisme yang ada

didalamnya. Penguraian bahan organik ini dilakukan oleh mahkluk hidup secara

aerobik atau menggunakan oksigen dan aerobik atau tanp oksigen. Secara aerobik,

penguraian bahan organik dilakukan mikroorganisme dengan bantuan oksigen

sebagai electon acceptor dalam air limbah.. Selain itu, aktivitas aerobik ini dilakukan

dengan bantuan lumpur aktif atau activated sludge yang banyak mengandung bakteri

pengurai. Secara anaerobik, penguraian bahan organik dilakukan tanpa menggunakan

oksigen. Hasil akhir aktivitas anaerobik adalah biogas, uap air, dan sisa lumpur.

Dalam pengolahan ini terdapat dua hal yang penting dalam proses biologis yaitu

proses penambahan oksigen dan proses pertumbuhan bakteri.

Kemudian pada proses ini juga akan dibahas tentang kurva pertumbuhan

bakteri yang nantinya terjadi beberapa tahap dan juga akan terjadi penggunaan actived

sludge konventional dan juga akan terjadi proses aerasi yaitu memasukkan udara ke

dalam tangki aerasi.

c) Pengolahan Ketiga

Pada pengolahan ini merupakan pengolahan secara khusus sesuai dengan

kandungan zat yang terbanyak dalam air limbah. Pada pengolahan ini akan terjadi

pengolahan secara kimiawi yang akan terjadi reasi secara kimia akibat adanya

penambahan zat kimia baik itu seperti karbon aktif maupun aluminium aktif.

Pengolahan ini dilakukan dengan cara penyaringan baik itu secara lambat, cepat dan

juga akan terjadi penyerapan dan pengurangan besi dan mangan. Pengolahan ketiga

merupakan penghilangan nutrisi atau unsur hara, khususnya nitrar dan fosfat serta

penambahan klor untuk memusnahkan mikroorganisme patogen.

18
d) Pengolahan Kuman atau Desinfection

Pada pengolahan ini bertujuan untuk pembunuhan bakteri yang nantinya

bertujuan untuk mengurangi atau membunuh mikroorganisme patogen yang ada di

dalam air. Pada pengolahan ini akan terjadi reaksi kimiawi dengan adanya reaksi

klorin yang bertujuan untuk membunuh bakteri.

e) Pengolahan Lanjutan

Pengolahan ini merupakan pengolahan terakhir ataupun dapat dikatakan

pengolahan daur ulang. Hasil dari pengolahan limbah tersebut di proses untuk

nantinya dapat digunakan untuk kehidupan baik itu sebagai pupukk maupun air baku

yang di salurkan ke sungai. Pada pengolahan ini hasil terakhir dari pengolahan

limbah tersebut yaitu lumpur akan di proses lagi. Dengan melihat proses nya maka

pengolahan air limbah dapat dikelompokkan menjadi :

 Proses pengolahan secara fisik yang terjadi pada saringan kasar, penangkap

pasir, pengendapan I dan pengendapan II.

 Proses pengolahan secara biologis yang terjadi pada aerasi dan pengaktifan

lumpur karena ada proses tersebut terjadi pengaktifan mikroorganisme secara

aerobik.

 Pengolahan secara kimia yang terjadi pda aerasi karena pada bangunan ini

terjadi pengikatan oleh oksigen terhadap unsur maupun senyawa yang terdapat

di air limbah.

19
BAB III

METODE PELAKSANAAN LKP

3.1 Teknik Latihan Kerja Peminatan (LKP)

Teknik latihan kerja peminatan yang dilakukan adalah berupa observasi dan

bersifat deskriptif. Dalam hal ini dilakukan observasi terhadap pelaksanaan proses

pengolahan air limbah domestik, sumber air limbah yang diolah, sistem pengolahan

air limbah.

3.2 Lokasi dan Waktu Pelaksanaan Latihan Kerja Peminatan (LKP)

3.2.1 Lokasi Pelaksanaan Latihan Kerja Peminatan (LKP)

Latihan kerja peminatan (LKP) dilaksanakan di kantor IPAL PDAM Tirtanadi

Cabang Cemara yang berlokasi di Pulo Brayan Bengkel, Jalan Perkebunan No.1,

Kecamatan Medan Timur.

3.2.2 Waktu Pelaksanaan Latihan Kerja Peminatan (LKP)

Latihan kerja peminatan ini dilaksanakan mulai tanggal 26 April 2017 sampai

dengan 24 Mei 2017 dengan alokasi waktu yang dapat dilihat pada lampiran tentang

pelaksanaan kegiatan latihan kerja peminatan.

3.3 Kegiatan Pelaksanaan Latihan Kerja Peminatan (LKP)

Selama pelaksanaan latihan kerja peminatan (LKP) adapun kegiatan yang

dilaksanakan adalah sebagai berikut :

1. Pengumpulan data skunder yang meliputi : struktur organisasi IPA Limbah

PDAM Tirtanadi Cemara, Sistem Pengolahan Air Limbah IPA Limbah PDAM

Tirtanadi Cemara, Standar pengendalian mutu ISO 9001 : 2008.

20
2. Pemeriksaan kualitas bulanan yang meliputi 16 parameter yaitu : Residu

Tersuspensi (TSS), Temperatur, Daya Hantar (DHL), BOD5, Ph, Minyak dan

Lemak, COD, DO, Phospat (Po42), Total Padatan Terlarut (TDS), Salinitas,

Kekeruhan (turbidity), Amoniak, Total Coliform, Faecal Coli, Debit.

3.4 Metode Pelaksanaan Latihan Kerja Peminatan (LKP)

3.4.1 Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan meliputi : Struktur Organisasi IPA Limbah PDAM

Tirtanadi Cemara, Sumber Air Limbah yang Diolah, Sistem Pengolahan Air Limbah,

Proses Pengolahan Air Limbah, Hasil Pengolahan Air Limbah dan Sumur Pantau,

Standar Pengendalian Mutu ISO 9001:2008.

21
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Latihan Kerja Peminatan (LKP)

4.1.1 Sejarah Singkat PDAM Tirtanadi

Perusahaan Daserah Air Minum (PDAM) Tirtanadi milik Pemerintah

Sumatera Utara adalah perusahaan penyedia air minum dan penelolah air limbah yang

mengutamakan kepuasaan pelanggan dan sebagai salah satu sumber pendapatan asli

daerah (PAD) Pemerintah Provinsi Sumatera Utara.

Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirtanadi sejak berdirinya telah

melampaui tiga zaman yakni zaman penjajahan Belanda, zaman Jepang dan zaman

kemerdekaan.

a. Zaman Penjajahan Belanda

Atas kebijakan Pemerintah pada tahun 1903 Deli Maatschappij mengadakan

hubungan dengan ahli-ahli di bidang pengolahan air antara lain dengan Ir. J.

Schotel di Roterrdam dan sebagai penyelidik dikontrak juga saudara F.Boshunyer.

Pada bulan Februari 1904 beliau mengajukan usulan penyediaan air untuk Kota

Medan hanya air alami yang berasal dari sumber mata air dataran tinggi Bandar

Baru, sungai Petani dan sungai Betimus dipercayakan kepada Firma Vander Berg

dan Co yang berkedudukan di Amsterdam. Oleh karena itu, akhirnya pemerintah

Belanda mendirikan “N.V Waterleding Maatschapjj Ajer Berisih”, yang saat ini

dikenal dengan nama Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirtanadi yang

didirikan pada tanggal 8 September 1905 dan berkantor pusat di Amsterdam,

Negara Belanda. Perusahaan ini berkembang dengan fungsinya sampai kemudian

Jepang masuk ke Indonesia.

22
b. Zaman Penjajahan Belanda

Pada tahun 1943 Jepang merebut Indonesia dari kekuasaan Belanda. Dengan

berpindahnya kekuasaan ini maka N.V Waterleiding Maatschapjj Ajer Berisih

juga beralih kekuasaan. Kekuasaan Jepang atas proyek air bersih ini beralih pada

tahun 1945 setelah Jepang menyerahkan pada sekutu.

c. Zaman Kemerdekaan

Setelah melalui berbagai kendala dan prosedur yang agak rumit maka tanggal 14

April 1959 Badan Pengusahaan Belanda menyerahkan perusahaan ini kepada

Bangsa Indonesia atas nama Menteri Pekerjaan Umum. Dan pada tahun 1964

Pemerintah Pusat (BPU-PMB) menyerahkan seluruh daerah yang dinasionalkan

kepada Pemerintah Daerah Tingkat 1 Sumatera Utara termasuk didalamnya adalah

Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirtanadi.

Dengan melewati zaman penjajahan Belanda dan zaman Jepang serta

memasuki zaman Kemerdekaan Republik Indonesia dengan beranti-ganti nama

dan status maka pada tahun 1979 berdasarkan Peraturan Daerah No. 11 Tahun

1979 yang berpedoman kepada Undang-Undang No. 5 Tahun 1962, perusahaan

ini kemudian ditetapkan menjadi Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM)

Tirtanadi yang berkedudukan di Medan tepatnya Jl. SM. Raja No.1 Medan.

Seiring dengan perjalanan waktu, peran dan fungsi perusahaan terus

berkembang. Berdasarkan Peraturan Daerah No. 25 Tahun 1985 yang

disempurnakan dengan Peraturan Daerah No. 6 Tahun 1991, perusahaan

memperoleh tambahan kegiatan usaha, yang kemudian diperbaharui lagi dengan

Peraturan Daerah No. 3 Tahun 1999, disamping melayani kebutuhan air bersih

juga memberikan pelayanan air limbah. Perusahaan juga berfungsi sebagai

23
penyumbang Pendapatan Asli Daerah (PAD) Provinsi Sumatera Utara. Dengan

perjalanan sejarah yang relatif panjang, ektensi Perusahaan Daerah Air Minum

(PDAM) Tirtanadi semakin diakui masyarakat. Hal ini dibuktikan dengan

dijadikan menara air yang berdiri sejak tahun 1908 sebagai symbol dan

kebanggaan Kota Medan.

Meningkatnya pelayanan kepada konsumen sebagai salah satu wujud

keberadaan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirtanadi sebagai milik

masyarakat merupakan prinsip yang harus direalisasikan. Perusahaan Daerah Air

Minum (PDAM) Tirtanadi sebagai milik masyarakat merupakan prinsip yang

harus direalisasikan. Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirtanadi Medan

sebagai BUMN yang berada dibawah Pemerintah Provinsi Sumatera Utara selain

memberdayakan dirinya sendiri, telah memberi solusi dan terobosan baru dalam

pelayanan air bersih bagi masyarakat Sumatera Utara yaitu dengan melakukan

kerjasama operasi (KSO). Tujuan kerjasama ini untuk meningkatkan pendapatan

bagi kedua belah pihak dalam bentuk kontribusi dana baik kepada pemerintah

provinsi maupun pemerintah kabupaten / kota.

Saat ini Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirtanadi kabupaten/kota ada

6 cabang kerjasama koperasi (KSO), yaitu :

1. Deli Serdang

2. Padang Sidimpuan

3. Toba Samosir

4. Tapanuli Tengah

5. Nias Selatan

6. Samosir

24
Dalam kurun waktu 1 tahun pelaksanaan kerjasama operasi (KSO) telah terjadi

peningkatan pelayanan baik ditinjau dari segi kualitas dan kontinuitas.

4.1.2 Visi dan Misi PDAM Tirtanadi

a. Visi

Visi PDAM Tirtanadi Sumatera Utara adalah PDAM Tirtanadi mampu melayani

kebutuhan air minum bagi seluruh penduduk Kota Medan pada Tahun 2020.

b. Misi

Misi PDAM Tirtanadi Provinsi Sumatera Utara yaitu :

1. Mengelolah pelayanan air minum yang memenuhi persyaratan kesehatan

kapada masyarakat secara merata, tertib, dan teratur.

2. Mengelolah perusahaan dengan Good Corporate Government.

3. Meningkatkan kualitas lingkungan dengan memberikan pelayanan

pengumpulan dan penyaluran air limbah melalui system perpipaan.

4. Meningkatkan pendapatan daerah.

4.1.3 Logo PDAM Tirtanadi

Pada umumnya setiap perusahaan mempunyai logo masing-masing. Logo ini

dibuat sebagai lambang dari suatu perusahaan atau ciri khas perusahaan tersebut. Oleh

sebab itu perusahaan yang satu dengan yang lain mempunyai bentuk logo yang

berbeda. Logo dari suatu perusahaan mempunyai arti dan makna tersendiri bagi

perusahaan tersebut. Demikian juga dengan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM)

Tirtanadi Medan.

Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirtanadi mempunyai logo yang

terdiri dari beberapa unsur dan setiap unsur memiliki makna tertentu yang dapat

25
dilihat dari bentuk dan warnanya. Adapun bentuk dari loo Perusahaan Daerah Air

Minum (PDAM) Tirtanadi dapat dilihat seperti gambar berikut :

Gambar 4.1 Logo PDAM Tirtanadi

4.1.4 Instalasi Pengolahan Air Limbah PDAM Tirtanadi

Pengelolahan air limbah kota Medan mulai tahun 1995 ditandai dengan

selesainya proyek MMUDP II sektor air limbah dengan pelanggan 18.787 NPAL per

bulan Mei 2017. Lokasi pengolahan air limbah terletak di kawasan jalan Flamboyan

No.1 Kelurahan Pulo Brayan Bengkel di atas tanah seluas ± 20 Ha dan total

kebutuhan listrik dengan beberapa tipe mesin (total nominal 641 KVA) berada pada

kisaran 54.555 Kwh. Jalur sarana dan prasarana air limbah saat ini dibangun di bagian

kawasan inti kota dengan luar 520 Ha terbagi dalam 8 zona di batasi jalan Arif

Rahman Hakim, Jalan Halat, Jalan Mahkamah, dan sepanjang jalur kereta api.

Sedangkan di kota Parapat yang di kenal dengan kota pariwisata kebanggaan

Provinsi Sumatera Utara, pengelolaan air limbah dimulai sejak tahun 2000 dengan

jumlah pelanggan 309 NPAL perbulan April 2017. Unit pengelolahannya berlokasi di

kelurahan Ajibata di bangun di atas tanah seluas 2 Ha dengan target 1000 NPAL.

26
Sarana dan prasarana pengelolahan air limbah ini dibangun pada tahun 1995 oleh

departemen Kimpraswil. Bangunan tersebut dilengkapi dengan bermacam tipe

elektromotor sebagai penggerak utama dengan total nominal daya 396,5 KVA,

dimana kebutuhan energi listrik berkisar 550 Kwh per bulan.

Salah satu misi PDAM Tirtanadi Medan adalah menjalankan pengelolaan air

limbah kepada masyarakat Sumatera Utara dan mengembangkannya dimasa yang

akan datang. Tujuan pembangunan sistem air limbah kota Medan adalah memperbaiki

kualitas sarana lingkungan perkotaan melalui pengelolaan air limbah tersebut tidak

mencemari lingkungan.

Unit utama dalam IPA Limbah adlah reaktor UASB (Up-Flow Anaerobic

Slude Blanket). Dalam proses pengelolahan LCD akan terbentuk sludge blanket yang

berfungsi sebagai penyaring dan pengikat kotoran-kotoran atau zat organik yang ada

dalam air limbah.

4.1.5 Struktur Organisasi Pegawai IPA Limbah PDAM Tirtanadi

Pada IPA Limbah terdapat 34 karyawan yang terdiri dari 1 orang Kepala

Instalasi dan 4 Kepala Bagian yaitu Kabag. Umum dan Personalia, Kabag.

Pengelolahan, Kabag. Jaringan, Kabag. Pengawasan. Masing-masing kepala bagian

memiliki anggota yaitu Kabag. Umum dan Personalia memiliki 10 anggota, Kabag.

Pengolahan 9 anggota, Kabag. Jaringan 9 Anggota, Kabag. Pengawasan 1 anggota.

Adapun struktur organisasi IPA Limbah PDAM Tirtanadi adalah sebagai

berikut :

27
28
4.1.6 Pembagian Tugas Pokok dan Fungsi

PDAM IPAL Cemara mempunyai empat bagian penting dalam mengerjakan

visi misi mereka. Empat bagian tersebut adalah:

1. Umum

Tugas pokok dari bagian ini adalah melayani pelayanan di unit IPAL cemara.

Bagian ini juga bertanggung jawab dengan gaji karyawan yang ada disana.

Fungsi dari bagian ini adalah memberi informasi-informasi baru terkait

dengan pengolahan air limbah.

2. Pengawasan

Tugas Pokok dari bagian ini adalah mengawasi secara keseluruhan pengolahan

limbah yang ada di unit pengolahan. Bagian ini juga bertugas untuk membuat

laporan bulanan, dan laporan tahunan untuk dikirim ke kantor pusat. Fungsi

bagian ini adalah untuk mengawasi proses pengolahan air limbah agar tetap

berjalan maksimal.

3. Pengolahan Air Limbah

Tugas Pokok dari bagian ini adalah mengolah air limbah dari proses awal

hingga akhir. Bagian ini juga bertugas dalam membuat laporan harian

pengolahan air limbah yang diberikan kepada bagian pengawasan. Fungsi dari

bagian ini adalah mencegah pencemaran air dengan cara mengolah, dan

menguji sampel air limbah di laboratorium agar dapat dibuang ke badan air.

4. Jaringan dan ME

Tugas pokok dari bagian ini adalah menjalankan dan memperbaiki mesin-

mesin yang dipakai dalam proses pengolahan air limbah. Fungsi dari bagian

29
ini adalah mencegah terjadinya kerusakan mesin dalam proses pengolahan

limbah.

4.1.7 Sumber Air Limbah yang Diolah di PDAM IPA Limbah

Pengolahan air limbah kota Medan di mulai pada tahun 1995 di tandai dengan

selesainya proyek MMUDP II sektor air limbah dengan jumlah pelanggan 16.225

NPAL sampai bulan Mei 2015. Lokasi pengolahan air limbah terletak di jalan

Flamboyan No. 1 Kelurahan Pulo Brayan Bengkel. Luas area penolahan air limbah

yaitu ± 11 Ha. Sumber utama air limbah yaitu yang diolah oleh IPA Limbah PDAM

Tirtanadi adalah air limbah domestik / rumah tangga. Penyaluran air limbah domestik

melalui jaringan perpipaan menuju unit instalasi pengolahan air limbah domestik

PDAM Tirtanadi Cemara.

Jalur sarana dan prasarana air limbah saat ini dibangun pada kawasan inti kota

dengan luas 520 Ha dalam 8 zona, yaitu :

Zona 1 : Luas area pelayanan 95 Ha, terletak di lokasi Kelurahan Masjid Kota

Matsum III, dan Kota Matsum IV.

Zona 2 : Luas area pelayanan 85 Ha, terletak di lokasi Kelurahan Pusat Pasar,

Kelurahan Rengas I, Kelurahan Rengas Permata.

Zona 3 : Luas area pelayanan 85 Ha, terletak di lokasi Kelurahan Sidodadi, Kelurahan

Pandau Hulu I, Kelurahan Pusat Pasar, Kelurahan Rengas I, dan Kelurahan

Rengas Permata.

Zona 4 : Luas area pelayanan 77 Ha, terletak di lokasi Kelurahan Pandau Hilir, dan

Pandau Hulu I.

Zona 5 : Luas area pelayanan 26 Ha, terletak di lokasi Kelurahan Pandau Hilir dan

pandau Hulu I.

30
Zona 6 : Luas area pelayanan 28 Ha, terletak di lokasi Kelurahan Pandau Hulu II.

Zona 7 : Luas area pelayanan 32 Ha, terletak di lokasi Kelurahan Rengas II,

Kelurahan Rengas Permata, dan Kelurahan Sukaramai.

Zona 8 : Luas area pelayanan 97 Ha, terletak di lokasi Kelurahan Kota Matsum I,

Kelurahan Matsum II, dan Kelurahan Sukaramai.

4.1.8 Sistem Pengolahan Air Limbah IPA Limbah PDAM Tirtanadi

1. Jaringan Pengolahan Air Limbah Domestik IPAL PDAM Tirtanadi

Sumber utama air limbah domestik adalah air limbah yang berasal dari

rumah tangga. Secara khusus berasal dari kamar mandi, WC (berupa feses

rumah tangga dan urin) atau black water dan air bekas cucian dapur atau grey

water. Penyaluran air limbah domestik untuk menuju pusat pengolahan melalui

jaringan tertentu.

Limbah rumah tangga langsung disalurkan melalui pipa yang disebut

House Connection (HC) selanjutnya disalurkan ke Inpection Box (IB) yang

terdiri dari beberapa buah pipa yang banyaknya tergantung jumlah pelanggan.

IB ini berukuran 40x40 Cm, kemudian disalurkan ke Inpection Chamber (IC)

yang juga lebih dari satu box yang ukurannya 60x60 Cm. Selanjutnya air limbah

tersebut dialirkan ke lubang pemeriksaan (Manhole). Semua saluran ini harus

lurus dan mengikuti arah gravitasi, Manhole ini merupakan box yang terdapat

pada belokan.

Pada akhir saluran ini ada box yang disebut Dead End (DE). Yang

merupakan cadangan untuk sambungan pelanggan baru.

2. Lubang Pemeriksaan (Manhole)

31
Lubang pemeriksaan (Manhole) ini dibuat untuk melakukan

pemeriksaan pada saat diperlukan atau pada saat ada laporan dari masyarakat

tentang adanya penyumbatan pada pipa. Penempatan Manhole ini berdasarkan

atas pertimbangan, antara lain :

a. Di tempat-tempat dimana terdapat perubahan arah saluran limbah atau

pembelokan

b. Adalah tempat dimana saluran mendapatkan tambahan aliran dari pipa lain

atau pada sambungan.

Bentuk Manhole yang digunakan adalah bentuk bulat dan mengunakan

konstruksi dengan beberapa persyaratan, antara lain :

a. Bagian bawah dari saluran cukup luas untuk keperluan melakukan

pekerjaan membungkuk dan jongkok bagi pekerja jika diharuskan turun dan

ada sebagian yang memiliki tangga.

b. Bagian atas lubang atau rin cukup luas untuk masuknya pekerja

(minimal berukuran 60 Cm).

3. Pusat Pemompaan (Lift Pump Station)

Untuk mengalirkan air limbah dari suatu sumber asal air limbah ke

tempat pengolahan diperlukan perbedaan tingi dan kemiringan pipa tertentu

agar air limbah dapat mengalir dengan lancar tanpa menimbulkan gangguan

pada pipa. Mengingat jarak yang cukup jauh ke tempat pengolahan, maka

akan memerlukan perbedaan tinggi yang cukup besar. Untuk memperoleh

tinggi seperti yang diharapkan, maka salah satu cara adalah menanam pipa

saluran yang dalam tetapi memakan biaya pemasangan yang besar. Untuk itu

dibangunlah suatu pusat pemompaaan dimana pada tempat tersebut air limbah

32
yan sudah berada pada pipa di tampung kembali ke dalam bak untuk

selanjutnya di pompa kembali ke saluran berikutnya. Ada empat lift station

dan satu pumping station, yaitu :

1. Lift Station Jl. Laksana

Mengcover area zona 1, berjumlah dua unit, kapasitas @42 L / detik.

2. Lift Station Jl. Sutrisno

Mengcover area zona 8, berjumlah tiga unit, kapasitas @42 L / detik.

3. Lift Station Jl. Waja

Mengcover area zona 7, berjumlah tiga unit, kapasitas @42 L / detik.

4. Lift Station Jl. Tulip Perumahan Cemara Asri

Mengcover area zona perumahan Cemara Asri, berjumlah dua unit,

kapasitas @42 L / detik.

5. Pumping Station Jl. H.M. Yamin

Mengcover area zona 1-8, berjumlah tiga unit, kapasitas @107 L/detik.

Dengan adanya pusat pemompaan ini, maka penanaman pipa akan

menjadi dangkal kembali karena air limbah sudah berada pada permukaan

tanah lagi. Untuk mengangkat air limbah ini digunakan pompa yang

dimasukkan ke dasar bak penampungan tersebut. Lumpur yang ada dalam

bak tersebut di bersihkan dan diangkat ke atas. Untuk memudahkan hal itu

setiap bak memiliki tangga. Jumlah pompa masing-masing Lift Pump

Station terdiri dari 3 buah. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari

penumpukan air limbah pada jam tertentu dan mencegah kalau sampai

terjadi kerusakan pada pompa.

33
Dari Lift Station, air limbah akan di salurkan ke Central Pumping

Station Jl. H.M. Yamin yang merupakan bak penampungan yang lebih

besar dengan kedalaman 9 M. Disini juga tersedia beberapa pompa untuk

memompa agar air limbah naik ke atas permukaan. Selanjutnya dialirkan

ke pengolahan di Cemara untuk diolah menjadi air limbah yang memenuhi

standar, yang walaupun di buang ke sungai tidak mencemari lingkungan.

4. Peralatan Pemeliharaan

Salah satu usaha untuk menanggulangi penyumbatan pada pipa

adalah dengan menggunakan kenderaan pembersih keliling yang disebut

mobil flushing. Mobil ini dilengkapi tangki air, alat penyemprot dengan

kekuatan cukup tinggi sampai 2000 psi. Air semprotan ini disalurkan

dengan selang yang cukup panjang, yang ujungnya dipasang nozzle

dengan berbagai ukuran sesuai dengan bahan yang menyumbat saluran.

Nozzle ini mempunyailubang air yang menghadap ke depan dan ke

samping. Apabila air disemprotkan maka nozzle akan terdorong kedepan

dan selang akan bergerak maju sambil menyemprotkan air keluar.

Pancaran air kesamping akan memberishkan saluran, sedangkan pancaran

kedepan akan menghancurkan sumbatan yang berada di depannya.

4.1.9 Proses Pengolahan Air Limbah Domestik di PDAM IPAL Cemara

1. Inlet

Merupakan bak pengumpul utama air limbah yang masuk secara gravitasi

melalui truk sewer RCP Dia 1200 mm dari pumping station di jalan H.M. Yamin

dengan debit maksimum 20.137 m3/hari dan dari Kompleks Perumahan Cemara

Asri dengan debit maksimum 2.945 m3/hari.

34
2. Screw Pump

Berfungsi untuk memompakan air limbah dari Inlet pada elevasi +8,87 sampai

pada ketinggian +16,59 yang cukup dapat mengalirkan air limbah secara gravitasi

ke unit instalasi pengolahan air limbah selanjutnya. Pompa yang digunakan adalah

jenis Ardrimedian Screw. Tipe pompa ini merupakan jenis yang tepat digunakan

untuk mengangkat air terutama bila air limbah mengandung partikel atau benda

yang keras dan besar. Pada kondisi saat ini (tahap 1) dibutuhkan 2 (dua) unit

pompa dengan kapasitas maksimum. Unit ini dilengkapi dengan pipa by pass ke

sungai Kera (overflow).

3. Screen

Screen (saringan) berfungsi untuk menyisihkan benda-benda yang terbawa

dalam aliran. Dengan demikian tidak mengganggu aliran dan dapat melindungi

instalasi pengolahan dari kemungkinan penyumbatan atau kerusakan pada unit-

unit selanjutnya. Screen terdiri dari dua jenis yaitu :

Screen kasar dengan jarak antara kisi-kisi adalah 50 mm, bekerja secara normal.

Screen halus dengan jarak antara kisi adalah 6 mm.

Kotoran yang terkumpul pada screen dibuang ke dalam kontainer yang

selanjutnya diangkut ke tempat pembuangan akhir.

4. Grit Chamber

Fungsi ini untuk memisahkan kerikil dan pasir yang terbawa dalam aliran

untuk mencegah penyumbatan dan terbentuknya endapan pasir dalam reaktor

35
UASB. Pemisahan pasir ini dilaksanakan secara mekanikal dan dilengkapi dengan

alat untuk membuang pasir.

5. Splitter Box

Splitter Box adalah tangki pembagi aliran yang berfungsi untuk

mendistribusikan aliran ke unit pengolahan utama (reaktor UASB). Tanki

pembagi aliran ini mempunyai 6 (enam) outlet yang masing-masing membawa

aliran ke setiap reaktor UASB dengan kapasitas 450 m3/jam.

6. UASB Reaktor

UASB merupakan singkatan Un-Flow Anaerobic Slugde Blanket, yang sering

juga dikenal dengan istilah Pengolahan Air Limbah menggunakan selimut lumpur

aerobik sistem aliran ke atas. Sesuai dengan namanya air buangan yang masuk

dialirkan ke atas dan akan mengalami kontak dengan komunita-komunitas

mikroorganisme yang terdapat pada selimut lumpur. Pada selimut lumpur ini

terjadi proses pengolahan air buangan tersebut. Saat ini terdapat 1 (satu reaktor

UASB dengan volume masing-masing 3.040 m3 (19,2 m x 4,06 m). Dengan waktu

tendensi rata-rata 7 jam, diharapkan efisiensi pemisahan BOD pada proses ini

adalah 79 % . Dalam proses ini juga akan dihasilkan gas metan yang akan

dimanfaatkan sebagai tenaga listrik.

7. Slugde Drying Beds

Lumpur dari reaktor UASB dipompakan dan dikeringkan pada unit ini.

Berdasarkan pengalaman, lumpur dari reaktor UASB mempunyai karakteristik

pengeringan yang sangat baik. Untuk desain ini direncanakan periode 4 (empat)

minggu untuk siklus pengisian, pengeringan, pembersihan, dan perbaikan dari

36
Drying Bed ini. Supernatan dari sistem Drying Bed dialirkan kembali ke stasiun

pompa (intake).

Lumpur yang telah dikeringkan ini tidak diolah lagi untuk ke tahapan selanjutnya

karena PDAM Tirtanadi Cemara masih belum memiliki alat/teknologi untuk itu.

Lumpur yang telah dikeringkan biasanya hanya diambil dan digunakan sebagai

pupuk untuk tanam-tanaman yang ada di kawasan Kantor PDAM Tirtanadi

Cemara.

8. Skimming Tank

Skimming Tank berfungsi untuk menghilangkan scum dari effluent UASB

yang terjadi. Unit ini dilengkapi dengan spray nozzle untuk memecahkan scum.

9. Aerated and Facultative Pond

Merupakan kelanjutan proses pengolahan air limbah dari UASB sehingga

memenuhi kriteria persyaratan yang ditetapkan pemerintah. Kolam aerasi ini

dilengkapi dengan (lima) unit aerator yang berfungsi untuk menginjeksi oksigen

agar kadar oksigen dalam air cukup sehingga mikroorganisme dapat hidup dan air

menjadi lebih bersih. Kedalaman kolam ± 2,5 m mencegah dasar kolam tergerus

oleh turbulensi dari aerator. Kolam fakultatif berfungsi untuk memisahkan

suspended solid yang berasal dari proses aerasi. Total luas kolam ± 3,1 Ha.

4.1.10 Hasil Pengukuran Air Limbah dan Sumur Pantau


Tabel hasil pengukuran sampel pada air limbah di PDAM Tirtanadi IPA
Limbah Cemara bulan Mei tahun 2017.

37
No PARAMETER SATU- *Kadar HASIL UJI
AN Maks.
P1 P2 P3 P4
Utk Air
Limbah
A. FISIKA
1. Residu Tersuspensi (TSS) Mg/L 30 16,50 3,00 2,00 17,50
2. Temperatur oC 26,6 26,6 26,6 26,2
3. Daya Hantar (DHL) µs/cm 370,0 339,0 242,0 199,5

B. KIMIA ANORGANIK
4. BOD5 mg/L 30 28,4 7,6 14,9 15,2
5. PH 6,0-9,0 6,2 6,0 6,2 7,6
6. Minyak dan Lemak mg/L 5 0,50 0,60 0,70 0,40
7. COD mg/L 100 47,40 12,6 24,8 25,4
8. Oksigen Terlarut (DO) mg/L 1,51 3,75 4,55 4,67
3
9. Phosphat (Po4 ) mg/L 1,70 4,60 1,38 1,32
10. Total Padatan Terlarut mg/L 2.000 178,2 163,3 115,8 95,4
(TDS)
0
11. Salinitas /oo 0,10 0,10 0,0 0,0
12. Kekeruhan NTU 133,5 - - 29,65
13. Ammoniak Mg/L 10 5,50 9,78 2,20 0,89

C. MIKROBIOLOGI
14. Total Coliform Jlh/100 3.000 32x1 - - 17x1
10
mL 0 05
15. Faecal Coli Jlh/100 14x1 - - 9,2x1
mL 010 05
16. Debit L/orang 100 - - - -
/hari

Dari hasil pemeriksaan sampel air limbah di laboratorium PDAM Tirtanadi di peroleh

kualitas air limbah berdasarkan PerMenLHK No.P.68 Tahun 2016 yang terdiri dari

beberapa parameter sebagai berikut :

a. Parameter Fisika

38
1. Residu Tersuspensi (TSS)

Pada masing-masing sampel air limbah yang diambil yaitu 16.50 , 3.00 ,

2.00 , dan 17.50. Jika dibandingkan dengan kadar maksimal untuk air

limbah adalah 30 hal ini menunjukkan kadar residu tersuspensi pada

masing-masing air limbah tersebut tidak melebihi baku mutu.

2. Temperatur

Pada masing-masing air limbah saat titik pengambilan sampel diukur suhu

sampel yaitu 24.90 , 26.6 , 26.6 , 26.2 oC.

3. Daya Hantar Listrik

Daya hantar listrik pada masing-masing air limbah adalah 370.0 , 339.0

,242.0 , 199.5 ms/cm.

b. Parameter Kimia Anorganik

Keempat air limbah yang diperiksa untuk nilai BOD 5 pada masing-masing air limbah

pertama, kedua, ketiga dan keempat yaitu 28.4 mg/L , 7.6mg/L , 14.9m/L, dan 15.2

mg/L. Jika dibandingkan dengan PerMenLHK No.P.68 Tahun 2016 yang berlaku,

kadar maksimum untuk uji BOD 5 dalam air limbah adalah 30 mg/L. Hal itu berarti

empat air limbah tersebut masih melebihi baku mutu.

Uji PH keempat air limbah adalah 6.2 , 6.0 6.2 , dan 7.6 jika dibandingkan dengan

PerMenLHK No.P.68 Tahun 2016 yang berlaku, kadar maksimum untuk PH dalam

air limbah adalah 6-9. Hal itu berarti 4 air limbah masih dibawah baku mutu.

Uji minyak dan lemak ke empat air limbah tersebut adalah 0.50 , 0.60 , 0.70 dan 0.40.

Jika dibandingkan dengan PerMenLHK No.P.68 Tahun 2016 yang berlaku kadar

maksimum untuk uji minyak dan lemak dalam air limbah adalah 5mg/L. Itu berarti 4

air limbah tersebut masih dalam kategori dibawah baku mutu.

39
Uji COD keempat air limbah tersebut adalah 47.4 , 12.6 ,24.8 dan 25.4. Jika

dibandingkan dengan PerMenLHK No.P.68 Tahun 2016 yang berlaku, kadar

maksimum untuk COD dalam air limbah adalah 100mg/L. Hal itu bearti 4 air tersebut

masih dalam kategori dibawah baku mutu.

Uji oksigen terlarut (DO) keempat air limbah tersebut adalah 1.51 , 3.75 , 4.55 , dan

4.67. Jika dibandingkan dengan PerMenLHK No.P.68 Tahun 2016 yang berlaku,

kadar maksimum untuk COD adalah 100 mg/L. Artinya 4 sampel air limbah tersebut

masih dalam kategori dibawah stadart ketentuan air limbah.

Uji phospat keempat air limbah adalah 1.70 , 4.60 1.38 , dan 1.32 mg/L.

Uji kadar total padatan terlarut (TDS) keempat air limbah tersebut adalah 178.2 ,

163.3 ,115.8 dan 95.4 . Jika diandingkan dengan PerMenLHK No.P.68 Tahun 2016

yang berlaku, kadar maksimum untuk TDS dalam air limbah adalah 2000mg/L. Hal

itu berarti sampel air limbah tersebut masih dalam kategori dibawah baku mutu. Uji

Salinitas keempat sampel air limbah tersebut adalah 0.10 , 0.10 ,0.0 dan 0.0 0/00. Uji

Kekeruhan keempat sampel air limbah tersebut adalah 133.50 , 0.0 , 0.0 , dan 29.65

NTU. Uji Amoniak keempat air limbah tersebut adalah 5.50 , 9.78 , 2.20 , dan 0.89

mg/L. Jika dibandingkan dengan PerMenLHK No.P.68 Tahun 2016 yang berlaku,

kadar maksimum untuk amoniak adalah 10mg/L. Hal itu mengartikan sampel tersebut

di bawah baku mutu.

c. Mikrobiologi

Untuk keempat sampel air limbah yang diuji ditemukan bakteri coliform. Hal tersebut

menunjukkan bahwa kualitas air limbah berdasarkan parameter mikrobiologi adalah

tidak baik atau dibawah baku mutu. Coliform tinggi kemungkinan karena tidak

dilakukan penambahan desinfektan.

40
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan

1. Instalasi Pengolahan Air Limbah IPA Limbah terdapat 34 karyawan yang

terdiri dari 1 orang Kepala Instalasi dan 4 Kepala Bagian yaitu Kabag. Umum

dan Personalia, Kabag. Pengelolahan, Kabag. Jaringan dan ME, dan Kabag.

Pengawasan. Masing-masing kepala bagian memiliki anggota yaitu Kabag.

Umum dan Personalia memiliki 10 anggota, Kabag. Pengolahan memiliki 9

anggota, Kabag. Jaringan memiliki 9 Anggota, dan Kabag. Pengawasan

memiliki 1 anggota.

2. Sumber utama air limbah yaitu yang diolah oleh IPA Limbah PDAM Tirtanadi

adalah air limbah domestik / rumah tangga yang umunya terdiri dari kotoran

manusia (black water), bekas air cucian dan lain-lain (grey water) kecuali air

hujan. Penyaluran air limbah domestik untuk menuju pusat pengolahan

melalui jaringan tertentu.

3. Proses Pengolahan Air Limbah yang terlaksana di IPA Limbah dilakukan

dengan system off site yang terdiri dari beberapa unit, yaitu Inlet, Screw

Pump, Screen, Grit Chamber, Splitter Box, UASB Reaktor, Slugde Drying

Beds, Skimming Tank, Aerated and Facultative Pond.

4. Hasil pemeriksaan sampel air limbah di laboratorium PDAM Tirtanadi di

peroleh kualitas air limbah berdasarkan PerMenLHK No.P.68 Tahun 2016

41
5.2 Saran

1. Sebaiknya masyarakat menggunakan system pengolahan air limbah yang

dilakukan untuk menghindari dampak-dampak kesehatan yang dilakukan oleh

limbah domestic.

2. Sebaiknya Pengolahan air limbah yang berasal dari kotoran manusia tidak

digabung pengolahannya dengan air limbah bekas cucian, air mandi dan air

masak(grey water)

3. Sebaiknya sosialisasi kepada masyarakat lebih ditingkatkan agar masyarakat ikut

serta dalam penggunaan Instalasi Pengolahan Air Limbah

42
DAFTAR PUSTAKA

Aswadi & Suharno.2012. Dasar-dasar Teknologi Pengolahan Air Limbah. Cetakan


Pertama. Yogyakarta:Gosyen Publishing.

Ginting,P. 2006. Sistem Pengelolaan Lingkungan dan Limbah Industri. Jakarta :


Wrama Widya

Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 112 Tahun 2003 tentang Baku Mutu Air
Limbah Domestik

Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 5 Tahun 2014 tentang Baku Mutu Air
Limbah.

Rahayu,D.E, dan Wijayanti,D.W. 2008. Sistem Pengolahan Air Limbah Domestik dan
Tinja di IPAL Jelawat Samarinda. Fakultas Teknik Universitas
Mulawarman: Samarinda.

Sugiharto. 2005. Dasar-Dasr Pengelolaan Air Limbah. Jakarta. Universitas Indonesia.

43
PLAN OF ACTION (POA)
LATIHAN KERJA PEMINATAN (LKP) KESEHATAN LINGKUNGAN
PDAM TIRTANADI
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2017

NO KEGIATAN MINGGU MINGGU MINGGU MINGGU MINGGU


I II III IV V
1. Pemberian surat izin
LKP dan survei
lokasi
2. Konsultasi kegiatan
LKP dengan dosen
pembimbing dan
koordinator lapangan
3. Perkenalan dan
sosialisasi di
lingkungan PDAM
Tirtanadi
4. Analisa Situasi Proses Pengolahan Air Baku
a. Pemantauan
lingkungan di
PDAM
Tirtanadi
b. Mengetahui
proses
pengolahan
limbah di
PDAM
Tirtanadi
c. Mengetahui
parameter
dan kualitas
air limbah
PDAM
Tirtanadi
5. Memantau
lingkungan instalasi
pengolahan air
limbah
6. Penyusunan laporan

44
LKP

Lampiran

Gambar 1.Bar Screen

Gambar 2.Fine Screen

45
Gambar 3.Sludge Pump

Gambar 4.Sludge Drying Bed 03

Gambar 5.Sludge Drying Bed 04

46
Gambar 6.Sludge Drying Bed 04

Gambar 7.Sludge Drying Bed 07

Gambar 8.Sludge Drying Bed 08

47
Gambar 9.Seluruh Karyawan IPAL Cemara

Gambar 10.Foto Bersama Kabag dan Karyawan IPAL Cemara

48

Anda mungkin juga menyukai