Anda di halaman 1dari 128

KERANGKA ACUAN ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN

PT. FRESH PINEAPPLE


JALAN RAYA ARAH MENGGALA KM 77 TERBANGGI BESAR ,
LAMPUNG TENGAH, LAMPUNG

Dosen Pengampu
Haris Kadarusman, S.KM, M.Kes

OLEH :

1. WIDYASTUTI NUR SALSABILA 1913451080


2. SYARA AFINA 1913451088
3. SEKAR HAYU UTAMI 1913451091

REGULER 2 SEMESTER IV

POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNG KARANG


JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
PRODI D-III SANITASI
TAHUN AJARAN 2020/2021

1
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

PT. Fresh Pineapple adalah perusahaan yang bergerak di bidang pengolahan makanan.
Bahan utama dari usaha ini adalah nanas. Nanas sendiri merupakan salah satu tanaman buah
yang banyak dibudidayakan di daerah tropis dan subtropis. Volume ekspor terbesar untuk
komoditas hortikultura berupa nanas olahan yaitu 49,32% dari total ekspor hortikultura
Indonesia tahun 2004. Penelitian yang telah dilakukan oleh Lembaga Penelitian Tanaman
Industri (LPTI) - Bogor, hasil rata-rata satu hektar adalah sekitar 36 ton batang basah
dengan rendemen antara 3,5% - 4,0% sehingga hasil akhimya diperkirakan sekitar 1,3 ton/Ha
serat kering.
Dari buah nanas dapat menghasilkan produk pangan dan non pangan, mulai dari
produk primer yang masih menampakkan ciri-ciri nanas. Buah nanas yang dulu hanya
digunakan sebagai bahan makanan atau selai, sekarang sudah merupakan bahan baku industri
cukup penting. Nanas ini nantinya akan di ekspor ke luar negeri untuk pemasarannya. Pabrik
ini akan didirikan di daerah Lampung Tengah. Dan nantinya juga akan mengambil tenaga
kerja dari daerah setempat.

1.2 Tujuan dan Manfaat


1.2.1 Tujuan
Tujuan dari rencana kegiatan.
Tujuan didirikannya pabrik ini adalah untuk memenuhi kebutuhan konsumen dengan
buah nanas tersebut, memberdayakan masyarakat daerah setempat dengan bekerja di
pabrik ini agar masyarakat mendapatkan keuntungannya.
1.2.2 Manfaat
1. Bagi Pemrakarsa
 Terciptanya olahan makanan yang sehat dan mengandung vitamin
 Meningkatkan pengetahuan konsumen akan pentingnya manfaat buah nanas
2. Bagi Masyarakat
 Terbukanya lapangan pekerjaan dan usaha/jasa yang akan memberikan
dampak positif kepada pembangunan

2
 Dapat memanfaatkan peningkatan pertumbuhan ekonomi lokal akibat
multiplier effect yang ditimbulkan oleh kegiatan yang direncanakan
3. Bagi Pemerintah
 Dapat meningkatkan PAD dan devisa negara
 Mengembangkan pembangunan yang dapat menyerap tenaga kerja

1.3 P elaksana Studi


1.3.1 Identitas Pemrakarsa
a. Nama Perusahaan : PT Fresh Pineapple, Tbk Terbanggi, Lampung
Tengah
b. Alamat Kantor : Jl. Terbanggi Besar No 1 Lampung Tengah
c. No. Telepon/Fax : (021)2345687
d. Bidang Usaha : Buah nanas
e. Penanggungjawab : Salsabila Sihite
Perusahaan
Jabatan : Direktur Utama
f. Penanggungjawab : Utami Ayu
Kegiatan
Jabatan : Direktur Pembangunan Usaha
g. Nama Kegiatan : Pembangunan Usaha Pengolahan Nanas Segar
Dalam Kaleng dengan Kapasitas Total 700 Ribu
Ton/tahun
h. Lokasi Kegiatan : Jalan Raya arah Menggala KM 77 Kec. Terbanggi
Besar

1.3.2 Identitas Penyusun AMDAL


Dalam menyusun dokumen AMDAL Pembangunan Usaha Pengolahan Nanas
Segar dalam Kaleng dengan Kapasitas Total 700 Ribu Ton/ Tahun pemrakarsa
dibantu oleh Lembaga Penyedia Jasa Penyusun Dokumen AMDAL (LPJP) yang telah
mendapat registrasi dari Kementerian Lingkungan Hidup. Identitas LPJP tersebut
adalah sebagai berikut:

3
No. Registrasi Kompetensi : 0019/LPJ/AMDAL-1/LRK/KLH
Masa Berakhir Registrasi : 13 Maret 2023
Nama Perusahaan : PT. SUCOFINDO (Persero) Cabang Bandar Lampung
Alamat Perusahaan : Jalan Gatot Subroto No. 161, Pecoh Raya, Teluk
Betung
Selatan, Kota Bandar Lampung, Lampung 35228

Telepon/Fax : 0215-6789/0718-1920
Email : sucfindo@gmail.com
Penanggung Jawab : Andi Sanjaya
Jabatan : Kepala Cabang Bandar Lampung

Susunan tim studi penyusun AMDAL disampaikan pada Tabel 1.1 .


Tabel 0.1
Tim Penyusun Studi dan Tim Tenaga Ahli Studi AMDAL Pembangunan PT Fresh
Pineapple
No
Nama Posisi Dalam Tim Kualifikasi
.
A TIM PENYUSUN AMDAL
1 Syara Angela, S. Pa - Ketua Tim - S1 Manajemen Sumber Daya
Penyusun Pangan
- Tersertifikasi KTPA LHK No. 564
00604 2020
- Bersertifikat pelatihan dasar-dasar
AMDAL
- Bersertifikat pelatihan AMDAL
Penyusun
2 Widya Nur, M.Si. - Anggota Tim - S2 Teknik Sipil dan Lingkungan
- Tersertifikasi KTPA LHK No.
564001282017
- Bersertifikat pelatihan AMDAL
Penyusun
- Bersertifikat Insinyur Profesional
Madya (IPM)
- Ahli Lingkungan
3 Mega Ayu Nurfitriana S.TP - Anggota Tim - S1 Teknik Pangan
- Bersertifikat ATPA No. 564 00585
2020
- Bersertifikat pelatihan dasar-dasar
AMDAL
B TENAGA AHLI AMDAL
4 An Ikhrandi S.T - Ahli Sosial - S1 Sosial Budaya
Budaya
4
No
Nama Posisi Dalam Tim Kualifikasi
.
A TIM PENYUSUN AMDAL
5 Sekar Hayu Utami, S.KM, - Ahli Kesehatan - S1 Kesehatan Masyarakat
M.Kes Masyarakat - S2 Kesehatan Masyarakat

6 Widyastuti Nur Salsabila, - Ahli Sipil - S1 Teknik Sipil


S.T. Transportasi
C ASSISTEN TIM
7 Wida Wibisono, S.PWK - Asisten Tenaga - S1 Teknik Perencanaan Wilayah
Ahli dan Kota
Transportasi
8. Syara Afina, S.T. - Asisten Tenaga - S1 Teknik Kimia
Ahli Kimia - Bersertifikat pelatihan dasar-dasar
AMDAL
Sumber: Hasil Analisis Tim, 2020

5
1 BAB II
DESKRIPSI DAN URAIAN KEGIATAN

1.1 Deskripsi Rencana Usaha dan/atau Kegiatan Yang Akan Dikaji


PT Fresh Pineapple merupakan perusahaan yang bergerak dibidang pengolahan
makanan. Bahan baku yang akan digunakan pada usaha ini adalah buah nanas. Buah nanas ini
nantinya akan diolah menggunakan teknologi yang canggih dan steril sehingga buah yang
diolah tampak segar dan juga higenis. Nanas ini akan di kemas dalam wadah kaleng. Dan
nantinya produk ini akan di ekspor ke luar negeri. PT Fresh Pineapple bukan hanya
memproduksi dan mengekspor buah nanas dalam kaleng, namun juga memproduksi
concentrate yang sebenarnya merupakan bagian dari pengelolaan limbah padat menjadi
produk samping. Concentrate berasal dari ekstraksi inti buah yang tidak dikalengkan (diolah
menjadi produk Pineapple Juice Concentrate) dan dari kulit buah (diolah menjadi Clarified
Penapple Concentrate/CPC).

Tabel 1.1
Deskripsi Kegiatan Pembangunan Pembangunan Usaha Pengolahan Nanas Segar
Dalam Kaleng dengan Kapasitas Total 700 Ribu Ton/tahun

No Fasilitas & Utilitas Rencana di Lokasi Keterangan


Pengembangan
1 Taman Luas 300 m2 Pembangunan taman seluas
300m2 berada dilokasi depan
dan belakang
Ruang Pengolahan Luas 500 m2 Pembangunan Ruang
Pengolahan seluas 500m2
2 Perkebunan Luas 3.300 hektare Pembangunan Perkebunan
seluas 3300 hektare
3 Ruang Pengemasan Luas 600 m2 Pembangunan Ruang
pengemasan seluas 600m2
4 Komplek Perkantoran Luas 5761 rn2 Pembangunan Komplek
dan Penunjang Perkantoran dan Penunjang
seluas 5761 m2
5 Kolam Pengendapan 1 buah KPL Total keseluruhan 7 KPL
Lumpur
6 Tempat pembuangan Luas 135 m2 Pembangunan TPS seluas
sampah sementara Kap 100 drum/ bulan 135m2
7 Balai Pengobatan Luas 132 m2 Pembangunan Balai
Pengobatan seluas 132m2
8 Mess Luas 635 m2 Pembangunan Mess seluas
635 m2

6
No Fasilitas & Utilitas Rencana di Lokasi Keterangan
Pengembangan
9 Sarana Produksi Luas 552 m2 Pembangunan Sarana
Produksi seluas 552 m2
10 Mushola Luas 50 m2 Pembangunan Mushola seluas
50 m2
9 Fasilitas Bengkel, Luas 5231 m2 Pembangunan Fasilitas
Gudang, PowerHose Bengkel, Gudang, PowerHose
seluas 5231 m2
Sumber :PT Fresh Pineapple., 2019

1.1.1 Lokasi Kegiatan


PT Fresh Pineapple (selanjutnya disebut PTFP) berencana melakukan Pembangunan
Usaha Pengolahan Nanas Segar dalam Kaleng dengan Kapasitas Total 700 Ribu Ton/ Tahun
di Kecamatan Terbanggi Besar, Kabupaten Lampung Tengah, Provinsi Lampung. Secara
geografis, lokasi kegiatan eksisting dan pengembangan berada dalam koordinat berikut.
a. Lokasi Kegiatan : S - 5°30'20.21" & E - 105°20'15.92"
S - 5°30'25.01" & E - 105°20'18.59"
S - 5°30'25.71" & E - 105°20'8.93"
S - 5°30'28.45" & E - 105°20'11.90"
S - 5°30'33.58" & E - 105°20'29.17"
Lokasi eksisting : S - 5°30'40.88" & E - 105°20'44.23"
S - 5°30'57.03" & E - 105°20'53.68"
S - 5°31'9.88" & E - 105°20'41.87"
S - 5°30'52.05" & E - 105°20'29.98"
S - 5°30'44.21" & E - 105°20'27.67"
Adapun batas-batas area lahan rencana Pengembangan Angkutan Batubara dan
Pelabuhan Tarahan oleh PTFP adalah sebagai berikut :
 Batas Utara : perkebunan
 Batas Timur : pemukiman warga
 Batas Selatan : perkebunan
 Batas Barat : perkebunan

7
1.1.2 Status Studi AMDAL
Kelayakan suatu usaha dan/atau kegiatan tidak hanya dinilai dari aspek teknis dan
ekonomis, melainkan juga harus layak secara lingkungan. Studi kelayakan AMDAL rencana
kegiatan Pembangunan PT Fresh Pineapple Lampung Tengah, melingkup kegiatan pada
Tahap Prakonstruksi, Tahap Konstruksi dan Tahap Operasi. Sebagai kesatuan, rencana
Pengembangan Angkutan Batubara dan Pelabuhan Tarahan disusun setelah penyusunan
dokumen feasibility study yang meliputi Penentuan Lokasi, Kelayakan Teknis, Kelayakan
Finansial dan Rekomendasi Desain Engineering. Dimana, studi-studi tersebut dan kajian
AMDAL ini akan saling melengkapi sehingga tercipta pembangunan yang berwawasan
lingkungan hidup.

1.1.3 Kesesuaian Rencana Usaha/Kegiatan Dengan Rencana Tata Ruang Wilayah


(RTRW)
Lokasi rencana pembangunan PT. Fresh Pineapple dengan kapasitas 700 ribu
ton/tahun terhadap peta tata ruang wilayah (RTRW) provinsi lampung dan RTRW Kabupaten
Lampung Tengah. Telaahan kesesuaian tata ruang dilakukan berdasarkan tata ruang provinsi
dan tat ruang kabupaten tersebut,penjelasan kesesuaian lokasi kegiatan dengan rencana tata
ruang sebagaimana tertuang dalam peraturan daerah provinsi lampung No 1 thun 2010
tentang rencana tata ruang wilayah (RTRW) provinsi lampung tahun 2009 sampai 2029 dan
pereturan daerah kbupaten lampung tengah no 6 tahun 2004 tentang recana tata ruang
wilayah (RTRW) kabupaten lampung tengah tahun 2004-2014.

8
1.1.4 Rencana Operasional Kegiatan
1.1.4.1 Struktur Organisasi

Board of
Commissioners

President Director&
Managing Director

Tax & Legal Manager Internal Audit Manager

Corp.
Production Marketing Finance Director General Adm.
Development
Director (CEOS Director & Associate Director
Director

-Factory
-PJC -B & D -Finance -Purchasing
-F.M Plan I
-Asia Mgr -Acct Mgr -Logistic
-F.M Plan II
-Treassury -HRD Mgr
-F.M Plan III -Europe -Tapioka
-Service Mgr -Gen
-Trrafic -Project
-Forc. & Spr -MIS Mgr -P.R Mgr
-TFI
-Tech. Eng
-Research -SSN
-PP & C. Plan
-QA & NPD

9
1.1.4.2 Rencana Tenaga Kerja
Tabel 1.2
Tenaga Kerja yang Berada di PT Fresh Pineapple
PT.fres pineapple
Spesifikasi Pekerjaan dengan kapasitas
700ribu ton/tahun
Board of
1
commissioners
Presiden director dan
1
managing director
Tax dan legal manager 5
Internal audit manager 5
Production director
10
(CEOS)
Marketing director 6
Corp. development
3
director
Finance director dan
5
associate
General adm. Director 5
Production 5
TOTAL 46
Sumber: PT Fresh Pineapple

10
1.1.4.3 Operasional Kegiatan
Proses pengolahan Nanas di lingkungan PT. Fresh Pineapple dapat dijadikan beberapa
macam seperti nanas kaleng, koktail, sirup, serta bahan buangannya diolah menjadi pakan
sapi. Dimana nanas yang sudah di kemas dalam kaleng nanti akan di ekspor ke luar negeri.
Tabel 1.3
Rekapitulasi Pemanenan Nanas di PT Fresh Pineapple tahun 2016 - 2020
Kumulalif (ton)

No. Uraian 2016 2017 2018 1019 2020


kegiatan

1. Mobil Bim 13,497,100 14,706,149 18,261,978 19,670,164 20,783,148


trailer

2. - - - - - -

Total penerimaan 13,497,100 14,706,149 18,261,978 19,670,164 20,783,148

Total 2016 s/d 86,919,139


2020

11
1.1.4.4 Operasional Kantor dan FasilitasPenunjang
Kegiatan penunjang fisik pabrik adalah kegiatan yang dibutuhkan di seluruh tempat
pabrik.Kegiatan ini bertujuan untuk mempermudah para karyawan atau para pekerja
yang ada di pabrik untuk melakukan kewajibanya di dalam pabrik. Kegiatan ini di
perlukan untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi dalam suatu pabrik serta
menunjang kegiatan proses produksi.
Fasilitas penunjang fisik pabrik, meliputi;
a. Panel listrik
b. Post satpam
c. Evacuation side
d. Tempat pembuangan sampah
e. Plang perusahaan
f. Maintanace shop

a) Kolam Pengendapan Lumpur (KPL)


Kolam Pengendapan Lumpur bertujuan untuk mengendapkan material padat yang
terbawa oleh air impasan dari tambang akibat erosi di areal pertambangan atau areal
timbunan sebelum dibuang ke perairan umum. Di dalam KPL terdapat beebrapa ruangan
yaitu Bak Pemisah Lemak, Bak Ekualisasi, Bak Anaerob, Bak Aerob, dan Bak indicator.

b) Pengelolaan Air Larian


Air Larian (surface run off) adalah bagian dari curah hujan yang mengalir di atas
permukaan tanah menuju ke sungai, danau dan lautan. Pengelolaan air larian ini di dapat
dari penampungan air hujan dan didistribusikan untuk menyiram perkebunan nanas dan
taman di sekitar PT Fresh Pineapple.

c) Pengelolaan Limbah Padat Domestik (Sampah)


Pengelolaaan limbah padat pada perusahaan ini adalah dengan memanfaatkan limbah
kulit nanas untuk diolah menjadi pakan ternak.

12
1.1.5 Rencana Pembangunan
Tahapan kegiatan Pembangunan PT Fresh Pineapple meliputi tiga tahapan yaitu Tahap Pra
Konstruksi, Tahap Konstruksi dan Tahap Operasi. Berikut rincian dari kegiatan tersebut:

A. Tahap Pra Konstruksi


1. Survei
2. Perizinan
3. Koordinasi
4. Pembebasan Lahan
B. Tahap Konstruksi
1. Mobilisasi Tenaga Kerja Konstruksi
2. Mobilisasi Material dan Alat Berat
3. Pembangunan dan Pengoperasian Sarana Penunjang Konstruksi
4. Penyiapan Lahan Dasar
5. Pekerjaan Rekayasa Lalu Lintas
6. Pekerjaan Fisik Bangunan
7. Commissioning
C. Tahap Operasi
1. Penyerapan Tenaga kerja Operasi
2. Operasional Lini Produksi
3. Operasional Pembangunan Inti Produksi
4. Operasional FABA
5. Perawatan Bangunan dan Fasilitasnya
Masing-masing rencana kegiatan pada setiap tahapannya merupakan komponen-
komponen kegiatan yang berpotensi menyebabkan dampak lingkungan pada setiap tahapnya.
Penjelasan komponen-komponen kegiatan pada setiap tahapan yang berpotensi menimbulkan
dampak pada komponen lingkungan diuraikan sebagai berikut :

1.1.5.1 Tahap Pra Konstruksi


Kegiatan yang akan dilakukan pada Tahap Pra Konstruksi antara lain Survei, Perizinan,
Koordinasi dankegiatan Pembebasan Lahan. Kegiatan Pembebasan Lahan baru akan dimulai
setelah seluruh proses perizinanselesai dan ketika kegiatan konstruksi akan dimulai.
Deskripsi setiap bagian dari kegiatan diuraikan dibawah ini :

13
1. Survei
Kegiatan survei awal telah dilaksanakan oleh PT Fresh Pineapple sebagai keperluan
untuk perencanaan rencana pembangunan. Beberapa kegiatan survei yang telah
dilakukan yaitu survei mengenai batas batas lokasi pengembangan, luas area
pengembangan, dan juga survei mengenai kondisi fisik kimia lahan yang akan dibangun
kegiatan pengembangan.

2. Perizinan
Kegiatan perizinan diawali dengan pengurusan Izin Lokasi dan Rekomendasi Kesesuaian
Tata Ruang. Kegiatan tersebut dilakukan melalui berbagai tahapan, diantaranya
pengajuan izin, presentasi, dan survei lapangan yang melibatkan beberapa instansi
Pemerintah Daerah dan pihak-pihak terkait lainnya. Selain proses perizinan dengan
pemerintah daerah, pemrakarsa juga telah melakukan koordinasi perijinan di pemerintah
pusat, salah satunya terkait Izin Investasi dengan Badan Koordinasi Penanaman Modal.
PTFP sebelumnya telah beberapa kali melakukan penyusunan dokumen lingkungan
hidup terkait pengembangan wilayah. Berikut perizinan yang telah dimiliki PTFP:

Tabel 1.4
Jenis Perizinan Yang Telah Dimiliki PT. Fresh Pineapple
Tanggal Yang
Jenis Perizinan Nomor
Pengesahan Menerbitkan
Izin Penyimpanan Dinas Penanaman
Sementara Limbah 660.1/029/III.16/VIII/20 Modal dan
06 Agustus 2019
Bahan Berbahaya 19 Pelayanan Terpadu
dan Beracun Datu Pintu
Izin Usaha
Dinas Penanaman
Penyediaan Tenaga
540/2970/IOL/V.16/201 Modal dan
Listrik untuk 18 Maret 2019
9 Pelayanan Terpadu
Kepentingan
Datu Pintu
Sendiri PT. BA
Dinas Penanaman
Izin Pembuangan 660.31/033/III.16/VIII/2 Modal dan
07 Agustus 2019
Air Limbah 019 Pelayanan Terpadu
Datu Pintu
Badan Penanaman
Izin Mendirikan 644/02048/30.7/III.27.9/
11 Desember 2015 Modal dan
Bangunan X/2015
Perizinan
Sertifikat Tanah PT. Badan Pertanahan
08.01.06.04.3.00450 06 Juni 1997
Fresh Pineapple Nasional

14
3. Koordinasi dan Sosialisasi
Koordinasi terkait rencana kegiatan telah dilakukan secara bertahap. Pada tahap awal,
bentuk koordinasi berupa rapat dengan instansi terkait dan penyampaian rencana
kegiatan kepada masyarakat yang berpotensi terkena dampak disekitar area
pengembangan kegiatan. Kegiatan sosialisasi rencana kegiatan telah dilakukan pada
bulan Februari 2020, pada tahap awal dalam bentuk asosiasi adalah rapat kordinasi
dengan instansi terkait dan penyampaian rencana kegiatan kepada masyarakat, serta
disampaikan juga pada saat konsultasi publik. Kegiatan sosialisasi ini, menampung
aspirasi, kritik dan saran dari masyarakat khususnya yang terkenda dampak langsung
akibat kegiatan yang dilakukan

4. Pembebasan Lahan
Pada kegiatan penyiapan lahan dilakukan setelah adanya izin yang dikeluarkan oleh Badan
Pertanahan Nasional (BPN) dan penetapan lokasi rencana pengembangan. Beberapa
kegiatan awal yang dilakukan pada penyiapan lahan tahap pra-konstruksi antara lain:
a. Pengumpulan data informasi awal kondisi lapang (Soil investigasi dan Hidrologi-
Meteorologi). Informasi awal mengenai kondsi lapang yang akan dilakukan
rencana pengembangan diperoleh dari intansi terkait seperti Badan Meteorologi,
Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Bandar Lampung , Dinas Lingkungan Hidup
kota Bandar Lampung, Badan Pertanahan Nasional (BPN) Kelas 1 Bandar
Lampung, Kantor Ke-Syahbandaran dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) Panjang
Bandar Lampung dan juga Dinas Kelautan dan Perikanan Kota Bandar Lampung.
b. Pemetaan wilayah (kondisi topografi, ground site study) dan mempelajari serta
mengidentifikasi lokasi tempat-tempat rencana pembangunan fasilitas. Pemetaan
digunakan untuk mengetahui batasan lokasi dan juga untuk mengetahui kondisi
topografi dari kegiatan yang akan dilaksanakan.
c. Survei kondisi jalan disekitar lokasi yang akan dilakukan pembangunan pabrik
untuk mengetahui akses mobilisasi alat berat. Jalan yang dilalui untuk mobilisasi
alat berat dapat juga berupa jalan raya utama.

15
Tabel. 2.x. Jadwal Rencana Pembangunan Pembangunan PT Fresh Pineapple
2021
Jenis Kegiatan 2020 2021
JAN FEB MARET APR MEI JUNI JULI AGUST SEPT OKT NOV DES
A. Pra Konstruksi
Survei
Perizinan
Koordinasi
Pembebasan Lahan
B. Konstruksi
Mobilisasi Tenaga Kerja
Konstruksi
Mobilisasi Material dan Alat
Berat
Pembangunan dan
Pengoprasian Sarana
Penunjang Konstruksi
Penyiapan Lahan Dasar
Pekerjaan Rekayasa Lalu
Lintas
Pekerjaan Fisik Bangunan
Commisioning
C. Tahap Operasi
Penyerapan Tenaga Kerja
Operasi
Operasional Lini Produksi
Operasional Inti Produksi
Operasional FABA
Perawatan Bangunan dan
Fasilitasnya

16
1.1.5.2 Tahap Konstruksi (Pembangunan)
Kegiatan pada tahap konstruksi akan dimulai setelah kegiatan perizinan selesai
dilakukan. Tahap konstruksi direncanakan akan dilaksanakan dalam kurun waktu 1
tahun, kegiatan yang akan dilakukan pada Tahap Konstruksi antara lain Mobilisasi
Tenaga Kerja Konstruksi, Mobilisasi Material dan Alat Berat, Pembangunan dan
Pengoperasian Sarana Penunjang Konstruksi, Penyiapan Lahan Dasar, Pekerjaan
Rekayasan Lalu Lintas, dan Pekerjaan Sipil. Deskripsi setiap bagian dari kegiatan
diuraikan dibawah ini:

1. Mobilisasi Tenaga Kerja Konstruksi


Tenaga kerja yang dibutuhkan pada tahap konstruksi dibagi menjadi empat bagian, yaitu
tenaga kerja untuk pembangunan pabrik. Dari kebutuhan tersebut, yang akan dipenuhi
dari penduduk lokal diantaranya untuk tenaga pendukung dan buruh (pekerja kasar).
Tenaga kerja pada umumnya direkrut dengan mekanisme terbuka, dilakukan oleh
kontraktor konstruksi yang ditunjuk oleh PTFP. Untuk mekanisme rekrutmen seperti
demikian, Pemrakarsa akan memberlakukan persyaratan bagi kontraktor agar proses
rekrutmen memprioritaskan tenaga kerja lokal untuk jenis pekerjaan yang dapat diisi oleh
tenaga kerja dengan keterampilan terbatas dari desa-desa di sekitar lokasi kegiatan yang
diusulkan.Perekrutan tenaga kerja konstruksi dilakukan dengan mengacu pada Undang
Undang RI Nomer 13 Tahun 2003 tentang ketenaga kerjaan. Rincian kebutuhan tenaga
kerja dan klasifikasinya disampaikan berikut ini:
Tabel 1.5
Rincian dan Deskripsi Tenaga Kerja Konstruksi
Pendidikan Jumlah
Jenis Pekerjaan Kompetensi
Minimal (orang)
A Pekerjaan Pembuatan Sarana Produksi
1 Manajer pelaksanaan S1 Pengalaman 5 tahun 2
2 Supervisor S1 Pengalaman 2 tahun 1
3 Operator alat berat SMA/ SMK Sertifikat alat berat 2
4 Teknisi D3 Sertifikat teknisi 4
5 Safety man (HSE) S1 Sertifikasi AK3U 2
6 Foreman SMA/ SMK Pengalaman 1 tahun 3
7 Helper SMA/ SMK - 5
B Pekerjaan Pembuatan Pabrik
B1 Pemasangan Mud Screen Protector
1 Manager pelaksanaan S1 Pengalaman min. 5 tahun 1
2 Surveyor Bathimetri D3 Pengalaman min 3 tahun 1
3 Pekerja SMA/SMK Sertifikasi alat berat 5
4 Diver SMA/SMK Pengalaman min. 5 tahun 2

17
Pendidikan Jumlah
Jenis Pekerjaan Kompetensi
Minimal (orang)
Sertifikasi pengawas
5 Pengawas D3 2
project
6 Safety man D3 Sertifikasi AK3U 2
7 Helper SMP Pengalaman min. 3 tahun 2
B2 Pekerjaan Jetty Construction
1 Manajer pelaksana S1 Pengalaman min. 5 tahun 1
2 Tim struktur SMA/SMK Pengalaman min. 5 tahun 10
3 Tim pancang SMA/SMK Pengalaman min. 5 tahun 10
4 Surveyor Bathimetri D3 Pengalaman min. 3 tahun 2
5 Operator alat berat SMA/SMK Pengalaman min. 3 tahun 3
6 Helper SMP Pengalaman min. 3 tahun 5
7 Inspector D3 Sertifikat inspector 2
Sertifikat pengawas
8 Pengawas D3 2
project
9 Safety man D3 Sertifikat K3 2
C Pekerjaan FABA
SMA /
Helper 4
1 SMK -

Total pekerjaan 62
Sumber : PT Fresh Pineapple

2. Mobilisasi Material dan Alat Berat


Kegiatan mobilisasi material dan alat berat berlangsung selama tahap konstruksi untuk
melaksanakan pembangunan sarana penunjang. Peralatan – peralatan tersebut
direncanakan untuk dilakukan mobilisasi baik melalui jalur darat maupun jalur perairan.
Selain mobilisasi peralatan, dilakukan pula kegiatan mobilisasi bahan/material baik untuk
konstruksi maupun untuk material timbunan, adapun alat dan material yang
digunakanadalah sebagai berikut:
a. Material yang berasal dari alam: pasir, batu, tanah
b. Material yang berasal dari pabrik: besi, semen,
c. Material yang diolah di tempat lokasi proyek seperti cor beton, base A/B

Adapun moda transportasi untuk kegiatan mobilisasi material dan alat berat akan
menggunakan beberapa jenis kendaraan seperti dump truck dan trailer untuk jalur
darat.Untuk jumlah moda yang digunakan akan disesuaikan kelak dengan kajian teknis
kontraktor pelaksana dan pemrakarsa.Rencana jenis alat berat yang digunakan pada
masing-masing kegiatan pembangunan konstruksi adalah sebagai berikut:

18
Tabel 1.6
Moda Transportasi Kegiatan Mobilisasi Material dan Alat Berat
No Jenis Peralatan Jumlah Keterangan
(unit)
1 Dump truck 5
2 Crane 3
3 Cutter Suction Hope Dredger 2
(CSHD)
4 Excavator Dragline 2
5 Excavator Clampshell 2
6 Tongkang
7 Truck Mixer 1
8 Dump truck 3
9 Mobil Crane 2
10 Excavator 2
Sumber : PT Fresh Pineapple
Tahapan-tahap deskripsi masing-masing pekerjaan, antara lain sebagai berikut:
1. Manager Pelaksana
Adalah orang yang mamastikan kegiatan dalam sebuah proyek dijalankan bersama
para anggota.
2. Supervisor
Seseorang yang diberi tugas dalam sebuah perusahaan sebagaimana ia mempunyai
kuasa dan wewenang untuk mengeluarkan perintah kepada rekan kerja
bawahannya.
3. Operator alat berat
Pekerja yang bertugas untuk mengoperasikan alat berat
4. Teknisi
Seseorang yang menguasai bidang teknologi
5. Safety Man (HSE)
Merupakan salah satu ujung tombak dalam menciptakan lingkungan kerja yang
aman dan sehat.
6. Foreman
Biasanya disebut mandor
7. Helper
Pekerja pembantu
8. Pengawas
Orang yang mengawasi semua hal dalam sebuah perusahaan.

19
1.1.5.3 Tahap Operasi
A. Tenaga Kerja Operasi
Tabel 1.7
Jumlah Tenaga Kerja Tahap Operasi

No. Posisi Pendidikan Jumlah


Minimal kebutuhan
A. Pengoprasian lini produksi
1 Can making smk 450
2 Drum making smk 250
3 Cannery smk 525
4 Labelling smk 450
5 Juice smk 250
B. Pembangunan inti produksi
1 Tenaga Ahli Teknik S-1 / Sarjana 30
2 Supervisor S-1 / Sarjana 5
3 Tenaga Ahli Khusus S-1 / Sarjana 69
4 Pengawas SMK 56
5 Operator SMK 35
6 Satpam dll SMK 35
C. Penimbunan FABA / Landfill
1 Petugas Kebersihan SMK 15
2 Satpam SMK 10
3 Helper SMK 10
Jumlah Total Karyawan 300

Untuk memberikan jaminan sosial bagi tenaga kerja, maka dilakukan pemenuhan
ketentuan normatif bidang ketenaga kerjaan sesuai dengan ketentuan normatif bidang
ketenagakerjaan sesuai dengan ketentuan perundang undangan yang berlaku berupa
pelaksanaan program jamsostek, kebijakan UMR / UMP, pendirian organisasi serikat
pekerja, dan lain lain yang berkaitan dengan kebijakan normatif bidang
ketenagakerjaan seperti :
1. Pengaturan jam kerja, hari kerja, dan waktu lembur
2. Pembayaran gaji, upah, asuransi, pajak-pajak dan jasa produksi
3. Pemberian tunjangan makan, upah lembur, tunjangan pengobatan/ kesehatan,
tunjangan masa kerja, santunan kecelakaan kerja / kematian, dan pesangon
4. Aturan cuti hamil/ melahirkan, hari libur umum dan izin kerja
5. Kentuan tentang kesehatan dan keselamatan kerja (K-3)

B. Operasional lini produksi


1. Overhaul

20
Overhaul atau yang lebih dikenal dengan istilah turun mesin adalah proses
dalam membongkar mesin yang bermasalah agar dapat diperiksa dengan lebih
teliti. Dalam overhaul juga dilakukan penggantian terhadap komponen-
komponen mesin yang bermasalah.
Tujuan dari overhaul adalah untuk membersihkan bagian ruang bakar dari
sisa-sisa karbon, mengatur ulang dudukan katup atau klep, melakukan
pemeriksaan komponen di dalam mesin, dan mengembalikan performa mesin.
Jadi, keunggulan overhaul mesin adalah untuk mengembalikan performa mobil
seperti sebelum mengalami kerusakan.
a. Pemeriksaan
Pemeriksaan merupakan bagian dari overhaul, dengan cara melihat langsung
terhadap material /peralatan/barang maupun konstruksi instalasi mesin yang
telah terpasang, secara kasat mata dan tanpa melalui alat/peralatan bantu.
b. Pengujian
Pengujian merupakan bagian dari overhaul, di mana untuk dilihat dengan kasat
mata tidak bisa dilakukan. Pengujian yang dilakukan ialah pengujian pada
setiap rangkaian mesin sesuai dengan fungsinya.

C. Pembangunan inti produksi


a) Pemeliharaan mesin pabrik
Pemeliharaan mesin pabrik meliputi
Preventive maintenance adalah pemeliharaan rutin, dilakukan untuk
memastikan keandalan aset (mesin dan peralatan) dan menghilangkan
potensi kegagalan peralatan dan/atau downtime yang mungkin
terjadi.Preventive maintenance harus dipandang sebagai pendekatan
proaktif yang menetapkan inspeksi terjadwal atas aset untuk
memverifikasi ketergantungan, serta memperpanjang umur aset tersebut.
Aktivitas preventive maintenance atau PM terdiri dari pengecekan berkala
dan penggantian berkala bagian dari peralatan untuk mempertahankan
kondisi operasional yang memuaskan melalui inspeksi sistematis, juga
pengamatan untuk mendeteksi dan memperbaiki pengaturan default-nya
sebelum kerusakan total terjadi.

21
b) Budidaya nanas
Faktor iklim sangat berpengaruh terhadap penanaman dan pertumbuhan
nanas.Dalam hal ini curah hujan, kelembaban, ketinggian, cahaya
matahari, dan juga suhu sangatlah penting untuk diperhatikan.Lahan yang
tepat adalah lahan yang terletak pada 30 derajat LU dan 30 derajat
LS.Curah hujan yang dibutuhkan sendiri adalah sekitar 600-3500 mm
pertahun. Kelembaban tanah sangat berpengaruh pada tanaman nanas
karena apabila terlalu lembab pada awal masa pembungaan, maka hal
tersebut akan menghambat pertumbuhan buah dan daunnya akan terlalu
banyak.
Suhu yang pas untuk pembuahan nanas adalah sekitar 29-32 derajat
Celsius. Nanas lebih cocok ditanam di daerah tanah yang mengandung
pasir karena ini akan memberikan nutrisi yang dibutuhkan oleh nanas
tersebut.
Suhu yang pas untuk pembuahan nanas adalah sekitar 29-32 derajat
Celsius. Nanas lebih cocok ditanam di daerah tanah yang mengandung
pasir karena ini akan memberikan nutrisi yang dibutuhkan oleh nanas
tersebut.
Pembibitan sangatlah penting sekali karena pastinya bisa memberikan
hasil yang signifikan. Tentu anda membutuhkan zat pengatur tumbuh
untuk mempercepat pertumbuhan akar karena ini penting dang sangat
signifikan. Daun yang diolesi ZPT tadi harus disemaikan sekitar sedalam
1,5-2,5 cm dan jarak tanam yang baik adalah 5-10 cm.
Bibit harus dipelihara dengan baik dan dilakukan dengan penyiraman
secara berkala.Pagi dan sore hari adalah waktu yang paling tepat untuk
menjaga kelembaban pada media tanah.Setelah bibit siap, maka bibit bisa
dipindah ke lahan yang sudah disiapkan untuk ditanam. Banyak cara
menanam dan biasanya bibit harus sudah bisa mencapai 25-30cm dan
berumur sekitar 3-5 bulan.

Pemeliharaan Tanaman Nanas


Tanaman nanas membutuhkan pemeliharaan yang sangat baik yang
meliputi penyiangan, pengairan dan juga pemupukan.Pengendalian gulma
dan penyakit dilakukan dengan penyiangan.Untuk pemupukan

22
dilaksanakan dengan pupuk yang dibenamkan ke dalam parit yang telah
dibuat sedalam 10-15cm. Biasanya jenis pupuk yang digunakan adalah
Urea dan KCI.
Masalah hama memang sedikit kompleks pada tanaman nanas ini dan
pengendalian hama terpadu adalah dengan menggunakan pestisida dengan
dosis tepat. Ini akan menyeimbangkan keadaan tanah, jadi jika dosis tidak
tepat bisa berakibat fatal bagi keadaan tanah dan juga petani tentunya.
Untuk panen sendiri bisa dilakukan setelah umur 24 bulan untuk bibit
yang berasal dari mahkota dan 18 bulan untuk bibit yang berasal dari
tunas akar. Nanas yang sudah siap dipanen adalah nanas yang mahkota
buahnya sudah terbuka dan juga mata buah sudah lebih mendatar, bulat
dan besar.

D. Pengadaan Air Bersih Fase Operasi


Berdasarkan pemakaian air bersih3 (tiga) bulan terakhir, kebutuhan air bersih
digunakan untuk operasional produksi diantara karyawan, utilitas dermaga dan
kapal sekitar 11.85 m3 / hari. Pemenuhan air bersih berasal dari pihak ketiga
yang bekerjasama dengan pihak PT. fresh pineapple untuk kebutuhan yang akan
di suplai ke area operasional. Kebutuhan air bersih untuk kegiatan pembangunan
Pabrik, terjadi peningkatan yang berasal dari penambahan jumlah karyawan yang
ada.Prakiraan kebutuhan dan sumber air bersih untuk memenuhi aktivitas
operasional pembangunan tersaji pada tabel berikut.
Tabel 1.8 Kebutuhan Air Bersih Tahap Operasional Produksi PT. Fresh
Pineapple

No. Jenis Kebutuhan Besaran Standart Total


Maksimum Pengguna (m3/hari) Kebutuhan
(Orang)
1 Pekerja/ Karyawan 90 0,05 2,85 m3/hari
Pembangunan
2 Operasional Produksi 5 5 m3/hari
3 Kegiatan Pembersihan 4 4 m3/hari
Tempat Produksi
Kebutuhan Air Perhari 11,85 m3/hari

23
E. Prakiraan Volume Limbah Cair Domestik
Limbah cair domestik adalah limbah-limbah yang dihasilkan oleh kegiatan
kegiatan domestik, baik kegiatan domestik yang ada disekitar pabrik dan juga
limbah domestik yang berasal dari aktivitas pekerja dermaga yang berjumlah 300
orang. Untuk mengetahui jumlah timbulan limbah cair (domestik) dari kegiatan
operasional dilakukan dengan pendekatan perhitungan perkiraan kebutuhan air
dari kegiatan berdasarkan standart SNI kebutuhan air/ analogy dan informasi
teknis lain. Limbah cair domestik yang dihasilkan diperkirakan dengan asumsi 80
% merupakan limbah di setiap tahapnya, maka dapat diperkirakan volume limbah
cair yang dihasilkan sebagai berikut :
1) Jumlah tenaga kerja konstruksi (a) : 200 orang tinggal, 100 orang tidak
tinggal
2) Standart kebutuhan air pekerja (b) : 75 L/hari/orang, 50 L/hari/orang
(SNI 03-7065-2005)
3) Total pengunaan air : 0,5 m3/hari
4) Total limbah cair yang dihasilkan : 04 m3/ hari {(a x b) x 80%}
Berdasarkan prakiraan perhitungan total produksi limbah cair domestik tersebut,
biotank yang dibutuhkan adalah 1 unit dengan kapasitas 2 m3/hari.Air limbah
domestik yang dihasilkan di bawa ke darat dan diolah di fasilitas eksisting, yaitu
fasilitas IPAL 2 x 4000 liter. Sehingga, tidak ada proses pembuangan air limbah
domestik ke laut.
Air Limbah yang dihasilkan dari kegiatan operasional akan diolah oleh STP.

F. Prakiraan Volume Limbah Padat / Sampah (non-B3)


Uraian*) Volume Sampah
Komponen
Orang Liter/hari (m3/hari)
Pekerja tinggal di area proyek 50 250 2,5
Pekerja tidak tinggal di area
100 50 2,25
proyek
Maintenance operasional **) 0.2
Total timbulan sampah 0.3
Sumber: Analisis konsultan,
Keterangan: *) SNI 19-3964-1994, **)Asumsikegiatan maintenance operasional

24
H. Aktivitas Penghijauan (Penanaman Ruang Terbuka Hijau /RTH)
Kegiatan penghijauan yang telah dilaksanakan oleh PT Fresh Pineapple memiliki luas
total sebesar 12.109 m2. Pengadaan ruang terbuka hijau pada kegiatan industri
berdasarkan Peraturan Menteri PU No.05/PRT/M/2008 tentang penyediaan ruang terbuka
hijau dimana luas RTH yang dibangun minimal 30 % dari luas total area kegiatan. Luas
masing masing RTH di area eksisting adalah sebagai berikut :
Tabel 1.9
Luas RTH yang ada di wilayah PT Fresh Pineapple

No Lokasi RTH di PT Fresh Pineapple Luas RTH


2
(m )
1 RTH Area Taman 300 m2
2 RTH Area Perkantoran 5761 m2
3 RTH Area Balai Pengobatan 132 m2
4 RTH Area Workshop Las dan Blander 5231 m2
5 RTH Area Tempat Ibadah 50 m2
6 RTH Area Mes Karyawan 635 m2
Sumber : PT Fresh Pineapple , 2020

PT. Fresh Pineapple khususnya dibagian eksisting melakukan menanam beberapa jenis
tanaman yang berfungsi penting secara ekologi yaitu; sebagai penyerap kebisingan,
menjaga sirkulasi udara, penyerap karbon monoksida (CO) dan juga berfungsi untuk
menjaga agar tanah tidak longsor. Selain berfungsi secara ekologis, jenis tanaman yang
ditanam juga memiliki nilai estetika. Aktivitas penghijauan telah dilaksanakan oleh
pemrakarsa sejak tahun 2014, dan setiap tahunnya terdapat peningkatan dari jumlah jenis
yang ditanam. Beberapa jenis tanaman penghijauan PT Fresh Pineapple tersaji dalam tabel
2.33 berikut :
Tabel 1.10
Jenis-jenis tanaman penghijauan yang dilakukan PT. Fresh Pineapple

No. Nama Lokal Nama Ilmiah Fungsi Ekologi


1 Alpukat Persea Americana Untuk menyerap zat kimia
dalam tanah
2 Beringin Ficus benjamina Sebagai tanaman penjaga
erosi tanah
3 Cemara kipas thuja occidentalis Mencegah abrasi dan jadi
tameng terhadap tsunami
4 Jambu biji Psidium guajava Meninggkatkan system tanah
5 Jati putih Gmelina arborea Tidak terjadi nya longsor
6 Karet Ficus elastic Mengatasi efek emisi rumah
kaca seprti pemanasan global
7 Lengkeng Dimocarpus longan Sebgai estetika dan ekologis
pada tanah
25
No. Nama Lokal Nama Ilmiah Fungsi Ekologi
8 Mangga Mangifera indica Memberikan perlindungan
terhadap tanah dari bahaya
erosi dan tanah longsor
9 Rambutan Nephelium lappaceum Mengtasi diare dan
menghitamkan rambut
10 Melinjo Gnetum gnemon Mebantu pertumbuhan tanah
11 Mengkudu Morinda citrifolia Untuk meningkatkan daya
tahan tubuh manusia
12 Nangka Artocarpus Baik jika tumbuh di daerah
heterophyllus yang beriklim tropis
13 Sirsak Annona muricata daun sirsak di gunakan untuk
obat kanker
14 Pisang Musa parasidiaca Untuk atur darah dan
sembukan anemia
15 Petai cina Leucaena leucocephala Agar tanah subur
16 Jeruk Citrus Berperan sebagai produsen
karena menghasilkan buah
dan untuk dimakan hewan
lain
17 Kelapa Cocos nucifera Untuk hiasan jika dipantai
18 Manggis Garcinia mangostana Meliputi aspek ekologi untuk
dikaji

1.2 Rona Lingkungan Hidup Awal


1.2.1 Komponen Geofisik-Kimia
1. Iklim
Sumber data komponen iklim di lokasi kegiatan adalah dari Badan Meteorologi
Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Provinsi Lampung di daerah studi yaitu iklim pada
musim hujan dan musim kemarau. Musim hujan terjadi sekitar bulan Oktober sampai dengan
Mei, dan musim kemarau terjadi antara bulan April sampai dengan September.
Data klimatologi sepuluh tahun terakhir diperoleh dari Data Sekunder Klimatologi
Kabupaten Lampung Tengah melalui situs http://dataonline.bmkg.go.id/data_iklim . Data
yang dicantumkan dalam dokumen ini meliputi Suhu Udara Minimum. Suhu Udara
Maksimum, Rata-rata Curah Hujan, Kelembaban Udara, dan Kecepatan Angin

26
Tabel 1.11
Data Suhu Udara Minimum (oC) Kota Bandar Lampung Tahun 2010 – 2019

Bulan
Tah
No Ap Me Ju Agu Se De
un Jan Feb Mar Jul Okt Nop
r i n s p s
21, 21, 21, 20, 21, 21,
1 2010 21,4 21,4 20,4 20,2 21,1 20,9
0 1 4 3 4 0
20, 21, 21, 21, 21, 20,
2 2011 20,4 20,6 20,2 20,7 21,0 21,6
6 0 4 1 3 7
20, 20, 21, 20, 21, 20,
3 2012 21,2 20,7 20,6 20,3 21,6 21,3
6 7 4 8 5 6
20, 21, 21, 21, 21, 20,
4 2013 20,8 21,2 19,8 20,5 21,4 21,0
7 4 5 3 2 3
20, 21, 21, 21, 21, 21,
5 2014 20,6 20,8 21,3 20,3 21,3 21,6
1 2 6 5 1 0
20, 24, 25, 24, 25,
6 2015 21,3 21,5 25,5 24,5 24,2 25,7
9 0 3 5 6
25, 25, 26, 26, 26, 25,
7 2016 25,7 25,7 25,7 24,9 25,7 25,9
7 7 0 0 0 6
25, 26, 25, 25, 25, 25,
8 2017 24,9 25,3 25,7 25,5 26,6 26,4
4 0 7 2 9 4
25, 25, 24, 25, 25, 25,
9 2018 25,0 24,9 24,7 25,4 26,2 26,0
0 5 9 6 6 4
25, 25, 25, 25, 25, 25,
10 2019 25,3 25,0 24,5 24,8 25,8 25,9
3 6 7 8 0 6

Sumber : http://dataonline.bmkg.go.id/data_iklim (Kabupaten Lampung Tengah- Stasiun


Meteorologi Maritim Lampung)

Tabel 1.12
Data Suhu Udara Maksimum (oC) Kabupaten Lampung Tengah Tahun 2010 – 2019

Bulan
N Tahu
Ja Fe Ma Ap Ju Se De
o n Mei Jul Ags Okt Nop
n b r r n p s
31, 31, 32, 32, 32, 31, 32,
1 2010 32,5 31,9 31,0 32,0 32,3
5 4 7 4 0 7 7
31, 32, 32, 32, 31, 31, 32,
2 2011 31,4 30,7 31,4 31,4 32,3
4 1 0 5 3 7 4
32, 31, 32, 31, 31, 32, 32,
3 2012 31,7 31,1 31,5 32,1 32,4
0 7 6 7 7 0 4
31, 32, 33, 32, 32, 32,
4 2013 32,0 30,3 31,2 3,4 32,1 32,2
7 4 0 0 0 0
30, 31, 32, 32, 31, 32, 31,
5 2014 32,6 31,0 31,2 32,4 32,2
8 6 5 6 7 3 6
31, 32, 32, 33, 31, 32,
6 2015 33,1 32,9 31,4 33,2 32,2
7 2 6 2 9 5
33, 33, 33, 32, 32, 32, 32,
7 2016 32,7 32,8 33,0 33,3 32,7
5 5 3 8 7 6 6
27
Bulan
N Tahu
Ja Fe Ma Ap Ju Se De
o n Mei Jul Ags Okt Nop
n b r r n p s
32, 32, 33, 33, 32, 33, 32,
8 2017 32,2 35,5 32,6 33,4 33,4
4 1 2 6 7 3 8
32, 32, 32, 32, 33, 33, 32,
9 2018 33,0 32,7 32,5 33,9 33,3
4 1 9 9 0 8 3
1 34, 32, 33, 32, 32, 33, 33,
2019 32,8 32,3 33,1 34,3 33,2
0 5 4 2 7 6 9 4
Sumber : http://dataonline.bmkg.go.id/data_iklim (Kabupaten Lampung Tengah - Stasiun
Meteorologi Maritim Lampung

Tabel 1.13
Rata-rata Curah Hujan (mm) Kabupaten Lampung Tengah Tahun 2010 – 2019

Bulan
Tahu
No Fe Ma Ap Me Ju Agus Ok No
n Jan Jul Sep Des
b r r i n t t p
1 2010 8,0 6,0 9,8 4,1 7,6 5,4 3,0 4,9 2,1 4,5 3,8 3,3
2 2011 9,7 6,1 1,3 9,0 3,0 4,0 3,0 0,6 4,2 7,8 6,8
15, 11,
3 2012 9,3 5,1 5,0 4,2 1,9 0,4 0,2 0,3 3,3 5,8
2 6
13, 12, 10, 11,
4 2013 9,3 6,8 4,4 3,8 1,3 1,1 8,6 3,7
0 1 2 5
10,
5 2014 6,7 7,6 2,6 1,5 2,2 2,6 6,8 0,2 5,0 6,1 6,5
9
13, 12, 16, 11,
6 2015 1,8 3,8 13,6 2,0 4,1 4,9
5 7 3 5
81, 12, 15,
7 2016 9,4 7,2 5,3 5,3 5,1 3,4 5,0 7,4 6,8
3 0 1
11, 11,
8 2017 4,4 5,5 9,9 8,0 2,5 2,0 2,6 6,0 2,0 9,2
6 2
10, 10, 17, 12,
9 2018 5,7 7,2 3,3 8,8 16,0 5,9 1,6 1,7
7 5 4 1
10, 11, 14, 18, 18,
10 2019 2,0 6,6 7,1 2,3 7,7 3,7
4 6 5 1 6
Sumber : http://dataonline.bmkg.go.id/data_iklim (Kabupaten Lampung Tengah - Stasiun
Meteorologi Maritim Lampung)

28
Tabel 1.14
Rata-rata Kelembaban Udara (%) Kabupaten Lampung Tengah Tahun 2010 – 2019

Bulan
N Tahu
Ma Agus No
o n Jan Feb Apr Mei Jun Jul Sep Okt Des
r t p
76, 78, 77, 80, 75, 75, 76, 76,
1 2010 78,0 77,3 78,6 77,7
9 9 7 9 9 9 4 1
78, 78, 77, 80, 74, 75, 77,
2 2011 8,0 77,1 77,1 76,4 79,1
5 7 4 5 8 9 9
78, 81, 79, 79, 76, 73, 77, 81,
3 2012 75,3 79,1 75,6 81,7
1 7 4 8 9 9 5 1
82, 79, 83, 80, 79, 81, 78, 79,
4 2013 78,2 81,1 79,6 85,1
5 8 6 2 6 3 3 7
83, 85, 81, 81, 81, 75, 78, 82,
5 2014 83,3 83,3 81,8 83,4
5 2 4 8 1 2 5 4
83, 79, 82, 77, 77, 80, 80,
6 2015 82,8 78,4 78,4
7 6 4 9 0 0 5
79, 83, 83, 81, 80, 80, 80,
7 2016 7,3 81,3 84,1 82,7 80,7
9 8 8 5 4 6 1
81, 81, 84, 82, 81, 79, 80, 82,
8 2017 82,5 20,0 81,6 83,7
9 6 4 8 9 0 5 5
81, 81, 86, 78, 79, 76, 82, 82,
9 2018 84,6 86,3 80,9 86,7
3 9 0 2 8 0 0 4
80, 82, 81, 81, 76, 77, 79,
10 2019 83,3 84,3 77,0 80,8
0 8 5 8 6 5 4
Sumber : http://dataonline.bmkg.go.id/data_iklim (Kabupaten Lampung Tengah - Stasiun
Meteorologi Maritim Lampung)

Tabel 1.15
Rata-rata Kecepatan Angin (m/s) Kabupaten Lampung Tengah Tahun 2010 – 2019

Bulan
No Tahun
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Okt Nop Des
1 2010 1,6 1,7 1,6 1,7 1,6 1,7 1,6 1,6 1,7 1,6 1,7 1,6
2 2011 2,8 3,2 3,3 3,4 3,5 3,7 3,2 4,0 4,6 3,6 3,2 2,8
3 2012 2,3 2,6 3,6 3,5 3,7 3,6 4,3 4,7 6,2 5,1 4,1 3,6
4 2013 3,4 3,7 3,0 3,2 3,1 3,1 2,8 2,8 3,7 4,2 3,7 3,4
5 2014 4,0 3,9 3,0 3,2 3,0 3,0 3,6 3,6 4,2 4,2 4,2 3,9
6 2015 3,1 4,9 4,4 2,6 2,0 3,4 3,3 3,5 3,2 3,8 3,6
7 2016 2,8 3,4 3,0 2,4 2,5 2,5 2,6 2,2 4,1 2,9 2,9 2,2
8 2017 2,2 2,2 2,4 3,5 1,6 1,5 2,6 2,7 3,2 5,2 4,2 3,2
9 2018 2,6 2,2 2,7 1,5 0,8 1,9 3,7 4,8 4,6 3,6 3,4 2,8
10 2019 1,8 2,8 2,3 3,0 3,5 2,6 2,6 3,9 3,5 4,7 4,9 2,9
Sumber : http://dataonline.bmkg.go.id/data_iklim (Kabupaten Lampung Tengah - Stasiun
Meteorologi Maritim Lampung)

29
2. Kualitas Udara
Pada umumnya, kualitas udara dinilai dari lebih tinggi atau lebih rendahnya konsentrasi
parameter pencemaran udara dari nilai baku mutu udara yang berlaku. Baku mutu udara
adalah ukuran batas atau kadar unsur pencemaran udara yang dapat diperbolehkan
keberadaanya dalam udara ambient. Tolok ukur pemantauan yang digunakan PT. Fresh
Pineapple terhadap kualitas udara di tapak proyek dan sekitar tapak proyek yaitu Peraturan
Pemerintah No. 41 Tahun 1999 Tentang Pengendalian Pencemaran Udara dan Keputusan
Menteri Negara Lingkungan Hidup No.45 Tahun 1997 Tentang Indeks Pencemaran Udara.
Hasil analisis pemantauan udara ambient masih berada di bawah nilai baku mutu
berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 1999.

3. Tingkat Kebisingan
Kondisi lingkungan kerja diharuskan mampu memberikan jaminan terhadap Kesehatan,
Keselamatan, dan Keamanan Lingkungan bagi seluruh karyawannya. Berdasarkan Keputusan
Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 48 Tahun 1996 Tentang Baku Tingkat
Kebisingan, kebisingan adalah bunyi yang tidak diinginkan dari usaha atau kegiatan dalam
tingkat dan waktu tertentu yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan manusia dan
kenyamanan lingkungan. Baku tingkat kebisingan adalah batas maksimal tingkat kebisingan
yang diperbolehkan dibuang ke lingkungan dari usaha atau kegiatan sehingga tidak
menimbulkan gangguan kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan. Kebisingan dengan
intensitas tinggi adalah salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kesehatan karyawan.
Tingkat kebisingan yang melebihi nilai baku mutu lingkungan yang berlaku dapat
mengakibatkan terjadinya gangguan pendengaran pada karyawan bahkan berpotensi
terjadinya kerusakan pada telinga baik untuk sementara bahkan permanen apabila terpapar
gangguan dalam waktu yang lama tanpa alat pelindung diri yang memadai. Kebisingan akan
mempengaruhi kenyamanan bekerja yang selanjutnya akan berdampak munculnya potensi
resiko baru seperti gangguan stress, percepatan denyut nadi, peningkatan tekanan darah,
kestabilan emosional, gangguan komunikasi serta penurunan motivasi kerja.
Berdasarkan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 48 Tahun 1996
Tentang Baku Tingkat Kebisingan, baku tingkat kebisingan untuk wilayah industri memiliki
ambang batas atau batas baku mutu yang berlaku yaitu 70 dB. Tingkat kebisingan yang
terpantau di lokasi tapak proyek masih memenuhi baku mutu lingkungan yang berlaku.

30
4. Kualitas Air Tanah
Air tanah berasal dari air hujan yang jatuh ke permukaan tanah kemudian meresap ke
dalam lapisan tanah mengisi rongga –rongga atau pori tanah. Air tanah banyak mengandung
garam dan mineral terlarut dan memiliki kualitas yang baik karena zat-zat pencemar air
tertahan oleh lapisan tanah ketika air meresap melalui lapisan tanah. Kualitas air tanah suatu
lokasi dipengaruhi oleh kegiatan yang yang ada di sekitar lokasi tersebut. Berdasarkan hasil
analisi kualitas air tanah di sekitar lokasi kegiatan PT. Fresh Pineapple masih dalam kondisi
baik.

5. Air Larian
Air larian yang ada di PT. Fresh Pineapple diolah dengan penerapan teknologi lubang resapan
biopori dengan memanfaatkan sampah organik. Lubang resapan biopori adalah lubang
berbentuk silinder yang dibuat secara vertikal ke dalam tanah yang kemudian diisi dengan
sampah organik yang bertujuan untuk mengatasi genangan air yang berasal dari air larian.
Secara ekologi dan lingkungan, lubang resapan biopori ini meningkatkan daya resap tanah
sehingga mampu menanggulangi air larian yang timbul di lokasi kegiatan pengolahan
batubara dan juga pemanfaatan sampah organik yang masih bernilai ekonomis di lingkungan
lokasi kegiatan usaha PT. Fresh Pineapple.

6. Geologi
Berdasarkan peta geologi, batuan dasar lokasi PT. Fresh Pineapple termasuk dalam Formasi
Lampung Tengah (Tpot) terdiri atas welded tuff, brecciaswith intercalations of chart (Peta
Geologi Lampung Tengah , Sumatera, 1993, skala 1:1.500.000, Pusat Penelitian dan
Pengembangan Geologi, Bandung). Di beberapa tempat dari garis pantai ditutupi oleh
endapan alluvium terdiri dari cobble, pebble, sand, clay, dan peat. Batuan dasar terlihat keras
dan kuat, sedangkan kekuatan pada endapan alluvial masih perlu penyelidikan.

7. Hidrogeologi
Reservoir air tanah terdapat pada batuan tersier dan kwarter. Endapan kwarter dan
endapan tersier vulkanik menjari/bersilang jari/interfingering dengan endapan kwarter
sungai/delta. Akuifer air tanah dangkal terdapat pada kedalaman 0-20 m dari permukaan
tanah, bersifat preatik. Kedalaman air tanah yang terbesar mengandung air tanah ini
merupakan air tanah semi tak tertekan sampai tertekan. Air tanah dalam dengan tekanan
artesis terdapat di daerah pantai dan di bagian tengah daerah telitian ke arah timur,

31
diperkirakan hingga kedalaman 270 m. Arah aliran air tanah adalah ke utara sesuai dengan
arah umum sistem drainase.

10. Lalu Lintas Darat


Berdasarkan data hasil survei lapangan yang telah dilakukan, kondisi lalu lintas
depan lokasi proyek pembangunan PT. Fresh Pineapple yang berlokasi di Jl. Raya Arah
Menggala KM No. 77, Terbanggi Besar Lampung Tengah, memiliki lebar jalan ± 8 m dengan
kondisi jalan telah beraspal.

1.2.2 Komponen Biologi


1. Flora

Tabel 2. 1 Jenis-Jenis Flora di Area Pembangunan PT Fresh Pineapple, Lampung Tengah


No. Nama Lokal Nama Ilmiah Fungsi Ekologi
1 Alpukat Persea Americana Untuk menyerap zat kimia
dalam tanah
2 Beringin Ficus benjamina Sebagai tanaman penjaga
erosi tanah
3 Cemara kipas thuja occidentalis Mencegah abrasi dan jadi
tameng terhadap tsunami
4 Jambu biji Psidium guajava Meninggkatkan system tanah
5 Jati putih Gmelina arborea Tidak terjadi nya longsor
6 Karet Ficus elastic Mengatasi efek emisi rumah
kaca seprti pemanasan global
7 Lengkeng Dimocarpus longan Sebgai estetika dan ekologis
pada tanah
8 Mangga Mangifera indica Memberikan perlindungan
terhadap tanah dari bahaya
erosi dan tanah longsor
9 Rambutan Nephelium lappaceum Mengtasi diare dan
menghitamkan rambut
10 Melinjo Gnetum gnemon Mebantu pertumbuhan tanah
11 Mengkudu Morinda citrifolia Untuk meningkatkan daya
tahan tubuh manusia
12 Nangka Artocarpus Baik jika tumbuh di daerah
heterophyllus yang beriklim tropis
13 Sirsak Annona muricata daun sirsak di gunakan untuk
obat kanker
14 Pisang Musa parasidiaca Untuk atur darah dan
sembukan anemia
15 Petai cina Leucaena leucocephala Agar tanah subur
16 Jeruk Citrus Berperan sebagai produsen
karena menghasilkan buah
dan untuk dimakan hewan
32
No. Nama Lokal Nama Ilmiah Fungsi Ekologi
lain
17 Kelapa Cocos nucifera Untuk hiasan jika dipantai
18 Manggis Garcinia mangostana Meliputi aspek ekologi untuk
dikaji
Sumber : Hasil Survei Tim AMDAL, 2019
*) Tanaman hias

Data flora yang terdapat pada daerah pembangunan PT Fresh Pineapple merupakan
jenis flora yang tidak dilindungi menurut P.106/MENLHK/SETJEN/KUM.1/12/2018.
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan, vegetasi tersebut dibiarkan tumbuh secara alami
dan kurang terawat secara intensif. Jenis paling banyak ditemukan pada daerah studi adalah
vegetasi tingkat pohon seperti pohon Akasia (Acacia auriculiformis) dan juga tingkat rumput
(Cyperus rotundus dan Axonopus compressus). Pemanfaatan rumput tersebut digunakan oleh
masyarakat sekitar untuk pakan ternak seperti kerbau. Selain itu, beberapa juga merupakan
tanaman konsumsi seperti singkong, pisang dan juga kelapa.

2. Fauna
Berdasarkan data primer ketika di lokasi studi tahun 2019, daerah pengembangan
tidak melewati kawasan hutan dan hanya berada di lahan kosong milik pemrakarsa. Jenis
fauna yang didapati pada area operasional dan penmbangunan PT Fresh Pineapple berjumlah
13 jenis.. Keberadaan jenis fauna di beberapa lokasi erat kaitannya dengan keberadaan jenis
vegetasi. Hal ini dikarenakan vegetasi memiliki peran yang sangat penting bagi ekosistem
terutama bagi makhluk hidup. Keberadaan vegetasi dapat menjadi habitat dan juga tempat
mencari makan bagi beberapa jenis fauna seperti burung. Jenis fauna yang ditemukan di
lokasi studi pada kawasan pembangunan secara lengkap disajikan dalam Tabel 2.46 berikut :

Tabel 1.16
Jenis-Jenis Fauna Di Wilayah Studi

No. Nama Lokal Nama Ilmiah Keterangan IUCN


1 Sapi Bos Taurus Mamalia LC
2 Walet linchi Collocalia linchi Aves LC
3 Burung gereja Passer montanus Aves LC
erasia
4 Burung dara* Columba livia Aves LC
5 Burung madu Cinnyris jugularis Aves LC
sriganti
6 Kucing Felis catus Mamalia LC
7 Kerbau* Bubalus bubalis Mamalia LC
8 Kupu-kupu Eurema blanda Serangga LC

33
9 Kambing Capra aegagrus Mamalia LC
10 Capung Orthetrum Sabina Serangga LC
Sumber : Hasil Survei Tim AMDAL, 2019
*) :Peliharaan warga
**):Merupakan jenis fauna yang termasuk kategori dilindungi menurut
P.106/MENLHK/SETJEN/KUM.1/12/2018.
LC : Least Concern atau beresiko rendah berdasarkan IUCN Red List (International
Union for Conservation of Nature and Natural Resources ) 2019

Data fauna yang didapatkan dibagi menjadi tiga kategori yaitu kelompok burung (aves),
mamalia dan juga serangga. Komposisi jenis burung yang terdapat pada lokasi studi dibagi
menjadi beberapa jenis yaitu burung pemakan daging, burung pemakan ikan, burung pemakan
biji-bijian dan juga burung pemakan serangga.

3. Biota Air
Pengamatan biota perairan difokuskan pada plankton (zooplankton dan fitoplankton) serta
bentos berada pada titik pengambilan sampel yaitu pada area PT Fresh Pineapple Pengamatan
plankton bertujuan untuk mengetahui bagaimana kualitas badan air tersebut secara biologis
berdasarkan kualitas plankton yang hidup di badan air tersebut sehingga dapat dikatakan
bahwa plankton dapat digunakan sebagai bio-indikator perairan. Parameter Biota yang akan
diukur adalah berdasarkan nilai Indeks Keanekaragaman (Shannon W)

a. Indeks Keanekaragaman Jenis Shanon Wienner (H’)

Untuk mengetahui kestabilan ekosistem, dapat menggunakan beberapa jenis indeks salah
satunya indeks keanekaragaman jenis Shanon Wienner (H’). Indeks keanekaragaman jenis
berkorelasi positif dengan indeks kemerataan jenis, semakin tinggi nilai indeks kemerataan
jenis maka akan semakin tinggi juga nilai indeks keanekaragaman jenis. Sebaliknya
semakin rendah nilai indeks kemerataan jenis, maka nilai indeks keanekaragaman jenis
akan semakin tinggi juga. Indeks keanekaragaman jenis yang rendah menunjukkan
tekanan ekosistem, sehingga hanya jenis-jenis tertentu saja yang dapat bertahan dan
beradaptasi pada lingkungan tersebut.

Menurut Odum 1996, kriteria Indeks Keanekaragaman Jenis (H’) diklasifikasikan sebagai
berikut :
- H' < 1 Keragaman rendah, miskin, produktivitas sangat rendah sebagai indikasi adanya
tekanan yang berat dan ekosistem tidak stabil;

34
- 1 < H' < 3 Keragaman sedang, produktivitas cukup, kondisi ekosistem cukup seimbang,
tekanan ekologis sedang;
- H’ > 3 Keragaman tinggi, stabilitas ekosistem stabil, produktivitas tinggi, tahan terhadap
tekanan ekologis.

b. Indeks Kemerataan Jenis /Indeks Eveness (E)

Dalam suatu komunitas, kemerataan individu tiap spesies dapat diketahui dengan
menghitung Indeks Kemerataan Jenis atau Indeks Eveness (e’). Indeks kemerataan ini
merupakan suatu angka yang tidak bersatuan, yang besarnya antara 0 – 1, semakin kecil
nilai indeks kemerataan jenis, semakin kecil pula kemerataan suatu populasi, berarti
penyebaran jumlah individu tiap spesies tidak sama dan kecenderungan bahwa suatu
spesies mendominasi populasi tersebut. Sebaliknya semakin besar nilai indeks kemerataan,
maka populasi menunjukan kemerataan jenis tinggi, yang berarti bahwa jumlah individu
tiap spesies boleh dikatakan sama atau merata.

Apabila nilai e’ < 20 dapat dikatakan kondisi penyebaran jenis tidak stabil, sedangkan
apabila nilai e’ : 0,21 < e’ < 1 dapat dikatakan kondisi penyebaran jenis stabil (Krebs,
1986).

c. Indeks Dominansi Jenis (D)

Indeks dominansi jenis (D) merupakan jenis indeks yang digunakan untuk mengetahui
ada atau tidaknya spesies mendominasi pada suatu tempat. Data jumlah individu
fitoplankton dan zooplankton pada dianalisis menggunakan indeks dominansi Simpson
untuk mengetahui tingkat dominansi pada suatu habitat (Magguran, 1988). Kriteria dalam
indeks dominansi Simpson adalah angka 0-1, apabila nilai indeks mendekati angka 1 maka
pada ekosistem tersebut terdapat spesies yang mendominasi terhadap jenis lainnya.

35
Tabel 1.17
Keanekaragaman Fitoplankton

No Kind of Organism Lokasi Sampling


Phylum Spesies AL-1 AL-2 AL-3 AL-4 AL-5
1 Bacillarophyceae Bacteriuastrum 63 55
sp
Biddulphia sp 72 55 67
Chaetoceros sp 188 204 186 176
Coscinodiscus 124
sp
Eucampia sp 33 47 39 44 37
Nitzchia sp 176 132
Pleurosigma sp 65 64 43
Rhizosdenia 38 45 75 52 36
Thalassionema 34 44
sp
Thalassciothrix 122 117 78 127 117
sp
Trceratium sp 18 40
2 Cyanophyceae Pelagothrix sp 72 27 65 68
Trichodesmium 52 23
sp
Holospaera sp 28 36 56
3 Dinophyceae Ceratium sp 48 56 44
Pyrocystis sp 17 27 22 28
Peridium sp
Jumlah Total Individu (Cell/L) 669 558 787 716 752
Jumlah Jenis 10 8 10 11 11
Indeks Keanekaragaman (H’) 3,301 3,298 3,205 3,236 3,299
Indeks Kemerataan (E) 0,944 0,904 0,935 0,944 0,932
Indeks Dominansi Jenis (D) 0,142 0,147 0,149 0,137 0,148
Sumber :Analisis Lab PT Sucofindo, 2019
Keterangan : AL-1 = Bagian utara depan PT Fresh Pineapple
AL-2 = Bagian selatan depan PT Fresh Pineapple
AL-3 = Bagian selatan ujung PT Fresh Pineapple
AL-4 = Bagian tengah depan PT Fresh Pineapple
AL-5 = Bagian selatan depan PT Fresh Pineapple

Fitoplankton merupakan organisme yang sangat penting bagi keberlangsungan siklus rantai
makanan didalam perairan. Hal ini dikarenakan fitoplankton berperan sebagai penghasil
oksigen pada perairan. Fitoplankton bersifat autotrof atau dapat membuat makanan sendiri
dengan cara mengubah unsur unsur anorganik menjadi zat organik dengan memanfaatkan
energi karbon dari CO2 melalui proses fotosintesis dengan memanfaatkan sinar matahari.
Menurut Samingan (1993), fitoplankton meurpakan dasar dari kehidupan organisme diperairan
dan dalam sistem aliran energi menempati tropical level yang pertama. Faktor fisik kimia

36
lingkungan seperti suhu, pH, kekeruhan, kandungan fosfat, dan juga nitrat dalam perairan
dapat mempengaruhi keberadaan dari fitoplankton disuatu ekosistem.

Dalam suatu perairan fitoplankton berfungsi sebagai pemasok oksigen terbesar melalui proses
fotosintesis, sehingga kelimpahannya dapat menggambarkan seberapa besar kemampuan
suatu perairan dalam mensuplai oksigen ke dalam perairan. Fitoplankton merupakan bagian
dari tumbuhan fotosintetik yang memiliki klorofil-a yang sangat penting, sebagai katalis dan
berperan langsung dalam proses fotosintesis. Klorofil-a dapat digunakan sebagai penduga
besarnya produksi dan produktivitas primer yang dihasilkan oleh populasi fitoplankton.
Dengan melakukan pengukuran klorofil-a, akan diketahui produksi primer bersih dari
fitoplankton (Basmi, 1999).
Zooplankton
Tabel 1.18
Keanekaragaman Zooplankton

No Kind of Organism Lokasi Sampling


Phylum Spesies AL-1 AL-2 AL-3 AL-4 AL-5
1 Crustacea Acartia sp 76 53 60 65
Calanus sp 40 38 43
Eucalanus sp 28
Paracalanus sp 32 15
Euchaeta sp 68 39 65
Oithona sp 27 28
Macrostella sp 58 55 61 37 49
Penaeus sp 6 16
2 Cilliata Tintinnopsis sp 45 53 68 66
Favella sp 59 42 42 12
Leptrotintinnus 50 33
sp
Rhabdonella sp 50 54
3 Tunicata Oikupleura sp 8 38 3 16
Jumlah Total Individu (Cell/L) 496 400 464 408 488
Jumlah Jenis 7 8 7 8 8
Indeks Keanekaragaman (H’) 2,803 2,942 2,887 2,911 2,939
Indeks Kemerataan (E) 0,910 0,946 0,979 0,932 0,943
Indeks Dominansi Jenis (D) 0,143 0,152 0,146 0,151 0,154
Sumber :Analisis Lab PT Sucofindo, 2019
Keterangan : AL-1 = Bagian utara depan PT Fresh Pineapple
AL-2 = Bagian selatan depan PT Fresh Pineapple
AL-3 = Bagian selatan ujung PT Fresh Pineapple
AL-4 = Bagian tengah depan PT Fresh Pineapple
AL-5 = Bagian selatan depan PT Fresh Pineapple

37
1.2.3 Komponen Sosekbud
Kajian terhadap aspek sosial, ekonomi, dan budaya dilakukan pada daerah atau ruang di mana
terdapat masyarakat yang memiliki potensi akan terkena dampak baik dampak langsung atau
tidak langsung dari kegiatan yang dilaksanakan. Di dalam wilayah studi tersebut terdapat
dinamika sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat khususnya aspek yang berkaitan dengan
kegiatan proyek yang dijalankan.Wilayah studi Penyusunan Dokumen AMDAL dan
Pembangunan PT. Fresh Pineapple berada di wilayah administrasi Kecamatan Terbanggi
Besar, Lampung Tengah. Kecamatan Terbanggi Besar terbentuk pada tahun 1945, berada di
Provinsi Lampung.
Berdasarkan UU RI Nomor 12 Tahun 1999, pada wilayah Kabupaten Lampung Tengah
diadakan pemekaran, sehingga wilayah yang semula memiliki luas 9.189,50 km2 dan
sekarang luasnya tinggal sekitar 4.789,82 km2.
Tabel 1.19
Luas Wilayah dan Kepadatan Penduduk Kecamatan Terbanggi Besar Tahun 2019

Jumlah Penduduk (Jiwa) Kepadatan


Sex Penduduk
Nama Desa Laki-
Perempuan Jumlah Ratio (Jiwa /
laki km2)
Adi Jaya 3312 3219 6531 102.89 672
Yukum Jaya 8672 8962 17634 96.76 2519
Indra Putra
2991 2997 5988 99.80 461
Subing
Karang Endah 5412 4990 10402 108.46 1118
Nambah Dadi 5848 6020 11868 97.14 660
Ono Harjo 2049 1941 3990 105.56 471
Terbanggi
15437 15507 30944 99.55 241
Besar
Poncowati 3850 3743 7593 102.86 976
Bandar Jaya
12638 10622 23260 118.98 6684
Barat
Bandar Jaya
6823 6894 13717 98.97 4512
Timur
Jumlah 67.032 64.895 131.927 103.29 633
Sumber : Dinas Pengendalian Penduduk & Keluarga Berencana 2019

a. Demografi (Data Monografi Kelurahan tahun 2018), informasikan jumlah penduduk


menurut umur
b. Kondisi Perekonomian; Mata Pencaharian, Angkatan Kerja, Tingkat Pengangguran
c. Pendidikan; jumlah penduduk menurut tingkat Pendidikan, sarana Pendidikan

38
Pendidikan menjadi aspek penting yang berperan dalam membentuk karakter dasar dari setiap
masyarakat. Tingkat pendidikan dalam suatu masyarakat akan mempengaruhi pertumbuhan
ekonomi, sosial, budaya, dan perkembangan pola pikir masyarakat. Pendidikan akan
menghasilkan pengetahuan yang nantinya akan menciptakan kemajuan dalam masyarakat.
Sarana pendidikan di Kecamatan Panjang tersedia mulai dari tingkat Sekolah Dasar (SD)
sampai dengan tingkat Perguruan Tinggi (PT). Namun, untuk sarana pendidikan yang berada
di Kelurahan Srengsem baru tersedia sarana pendidikan di tingkat Sekolah Dasar (SD) dan
Sekolah Menengah Pertama (SMP). Data jumlah sarana pendidikan di Kecamatan Terbanggi
Besar ditampilkan dalam tabel berikut.

Tabel 2.51 Sarana Pendidikan di Kecamatan Terbanggi Besar


Tingkatan Sekolah Negeri Swasta Jumlah
TK 2 28 30
Sekolah Dasar 35 11 46
Madrasah Ibtidaiyah - 2 2
SLTP Umum 6 14 20
Madrasah Tsanawiyah 1 4 5
Madrasah Aliyah 1 3 4
SMU 1 3 4
SMK 2 6 8
SLB 1 1 1
Jumlah 48 72 120

1.2.4 Kesehatan Masyarakat


Gambaran kondisi kesehatan masyarakat, fasilitas pelayanan kesehatan, tenaga
kesehatan dan kader pada UPT Pukesmas Bandar Jaya adalah sebagai berikut.

2.2.4.1. Gambaran 10 besar penyakit


Kesehatan merupakan bagian salah satu dari indikator kesejahteraan masyarakat dalam hal
kualitas fisik. Masyarakat yang sehat cenderung memiliki kualitas fisik yang baik, sehingga
segala aktivitas dalam kehidupan sehari-hari akan berjalan dengan lancar baik dalam
melakukan pekerjaan rumah tangga atau aktivitas-aktivitas lainnya. Berdasarkan hasil
observasi dan skala tingkat pelayanan kesehatan di UPT Puskesmas Bandar Jaya terdapat data
39
yang merepresentasikan 10 penyakit yang sering di idap masyarakat Kecamatan Terbanggi
Besar dalam kurun waktu Tahun 2019adalah sebagai berikut:

2.2.4.1. Gambaran 10 besar penyakit


Tabel1.20
10 BESAR PENYAKIT UPT PUSKESMAS BANDAR JAYA TAHUN 2019

NO KODE NAMA PENYAKIT LAKI- PEREMPUAN JUMLAH


ICDX LAKI
1 I.10 Hypertensi 3340 6541 9881
2 J00 Nasopharyngitis Akut 2659 3745 6404
(Common Cold)
3 K30 Dispepsia (Gangguan 1231 2689 3920
Lambung)
4 R50.9 Febris/ Demam 1938 2002 3940
5 E11 Diabetes Mellitus Tidak 1177 2309 3486
Tergantung Insulin
(NIDDM)
6 A01.0 Demam Typoid 1415 1446 2861
7 B.54 Malaria Klinis 659 1409 2068
8 M79.1 Mialgia 491 1424 1915
9 A09 Diare & Gastro enteritis 558 614 1172
10 G44 Chepalgia 299 831 1130
Sumber: UPT Puskesmas Bandar Jaya

2.2.4.2. Fasilitas Pelayanan Kesehatan (Fasyankes)


Sarana pelayanan kesehatan di Kecamatan Terbanggi Besar bisa dikatakan untuk tingkat
pelayanan skala kelurahan sudah cukup merata dikarenakan telah terdapat 8 Pos Kesehatan
Kelurahan (Poskeskel) di tiap kelurahan. Selain Poskeskel terdapat juga sarana pelayanan
kesehatan lainnya di Kecamatan Terbanggi Besar seperti Puskesmas Pembantu, Klinik/Balai
Pengobatan, Praktek Dokter, dan Praktek Bidan.
Tabel 1.21
Fasyankes Di Upt Puskesmas di Terbanggi Besar Tahun 2019

JUMLAH
NO FASYANKES
1 Tempat Praktek Dokter 19
2 Tempat Praktek Bidan 57
3 Apotek 11
4 Toko Obat 2
5 Puskesmas 2

40
JUMLAH
NO FASYANKES
6 Puskesmas Pembantu 3
7 Poskesdes/Polindes 8
Posyandu 81
JUMLAH 183
Sumber: UPT Puskesmas dan Pustu se Kec. Terbanggi Besar

2.2.4.3 Tenaga Kesehatan


Jumlah tenaga medis yang bertugas di Kecamatan Terbanggi Besar di tingkat kelurahan
paling banyak adalah tenaga medis Bidan, untuk tenaga medis lainnya untuk skala pelayanan
kecamatan telah terdapat dokter umum, perawat, dan bidan. Namun untuk skala kelurahan
hanya terdapat tenaga kesehatan Bidan berjumlah dua. Untuk tenaga kesehatan lainnya masih
belum tersedia untuk tingkat Kelurahan Terbanggi Besar. Adapun jumlah tenaga medis yang
dimaksud pada tingkat Kelurahan Terbanggi Besar terlampir pada tabel dibawah ini:

Tabel 1.22
Tenaga Kesehatan Di Wilayah Upt Puskesmas di Terbanggi Besar Tahun 2019

JUMLAH
NO TENAGA
KESEHATAN
1 Dokter 15
2 Bidan 56
3 Perawat 29
JUMLAH 100
Sumber: UPT Puskesmas dan Pustu se Kec. Terbanggi Besar

2.2.4.4 Kader Kesehatan


Kader adalah seorang tenaga sukarela yang direkrut dari, oleh dan untuk masyarakat, yang
bertugas membantu kelancaran pelayanan kesehatan. Keberadaan kader sering dikaitkan
dengan pelayanan rutin di posyandu. Sehingga seorang kader posyandu harus mau bekerja
secara sukarela dan ikhlas, mau dan sanggup melaksanakan kegiatan posyandu, serta mau dan
sanggup menggerakkan masyarakat untuk melaksanakan dan mengikuti kegiatan posyandu.
Kader kesehatan dapat dikatakan juga sebagai tenaga sukarela yang dipilih oleh masyarakat
dan bertugas mengembangkan masyarakat. Dalam hal ini kader disebut juga sebagai

41
penggerak atau promotor kesehatan di tingkat paling dasar RT (Rukun Tetangga) yang
harapannya dapat membantu melayani kebutuhan dasar dalam pelayanan kesehatan
masyarakatnya. Kader tenaga kesehatan dalam skala kecamatan terdapat kader Kesehatan
Lingkungan, Gizi, KIA/KB, Gawat Darurat, dan PHBS. Namun untuk Kader Kesehatan di
Kelurahan Terbanggi Besar masing-masing kader tenaga kesehatan hanya berjumlah 5.
Antara lain jumlah tenaga kesehatan ada di UPT Puskesmas Bandar Jaya adalah sebagai
berikut:

Tabel 1.23
Kader Kesehatan Di Wilayah Upt Puskesmas Bandar Jaya Tahun 2019

JUMLAH
NO TENAGA
KESEHATAN

1 Kesehatan Lingkungan 5
2 Gizi 5
3 KIA/ KB 5
4 Gawat Darurat 5
5 PHBS 5
JUMLAH 25
Sumber : UPT Puskesmas Bandar Jaya

2.2.4.5 Sarana Sanitasi Lingkungan


Gambaran sumber air bersih dan pemuangan faeces di wilayah UPT Puskesmas Rawat Inap
Terbanggi Besar dan kelurahan Srengsem adalah sebagai berikut :
Tabel 1.24
Sarana Air Bersih Dan Jamban Keluarga Di Wilayah Upt puskesmas Bandar Jaya,
Terbanggi Besar Tahun 2019

NO KELURAHAN 1 2 3 4 5 6 7 8 9
1 Adi Jaya 9569 5 30 465 2790 1135 6810 9569 100,0
2 Yukum Jaya 10353 25 150 291 17461 601 3606 5502 53,1
3 Indah Putra 14320 15 90 334 2004 702 4212 6306 44,0
Subing
4 Karang Endah 13699 3 58 571 3997 1379 9653 13699 100,0
5 Nambah Dadi 12304 3 18 571 3426 1379 8274 11718 95,2

42
6 Ono Harjo 9586 3 21 238 1666 1154 8078 9586 100,0
7 Terbanggi 3514 11 77 210 1470 281 7967 3514 100,0
Besar
8 Poncowati 2371 8 24 221 663 568 1684 2371 100,0
9 Bandar Jaya 2810 7 30 220 500 276 1579 2810 97,2
Barat
10 Bandar Jaya 1987 6 15 199 354 187 1254 1935 87,7
Timur
Jumlah 75716 73 468 2901 33477 7199 44284 62265 82,2
Sumber : UPT Puskesmas Bandar Jaya

KETERANGAN
1 = Jumlah Penduduk
2 = Jumlah Sarana Komunal
3 = Jumlah Penduduk Pengguna Sarana Komunal

1.3 Kegiatan di Sekitar Lokasi Kegiatan


Kegiatan lain yang terdapat di sekitar lokasi kegiatan studi AMDAL pembangunan PT. Fresh
Pineapple dapat menimbulkan dampak terhadap lingkungan di sekitar lokasi, antara lain:
a) Pemukiman Warga Kecamatan Terbanggi Besar

Rencana kegiatan yang dilakukan yaitu pembangunan PT. Fresh Pineapple direncanakan
akan dilaksanakan di Kecamatan Terbanggi Besar ,Kabupaten Lampung Tengah.
Kawasan pemukiman bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung yang
memiliki fungsi sebagai tempat tinggal. Pemukiman yang bercampur atau berdekatan
dengan lokasi industri berkemungkinan besar akan menimbulkan konflik sosial dan
terkena pencemaran udara dari pabrik tersebut.

b) Ladang dan Kebun Campuran

Rencana kegiatan yang akan dilaksanakan berbatasan dengan ladang dan kebun
campuran milik masyarakat sekitar. Keberlangsungan kegiatan ladang dan kebun akan
dipengaruhi oleh kualitas udara, air, dan tanah sekitar lahan. Rencana Pekerjaan
Pembangunan PT. Fresh Pineapple dalam pelaksaannya mempengaruhi keseimbangan
lingkungan yang ada apabila perubahan yang terjadi tidak diikuti dengan upaya
pengelolaan yang tepat.

43
c) Mes Karyawan

Mes Karyawan yang berbatasan langsung dengan lokasi kegiatan yang berada di bagian
sisi sebelah kiri.

1.4 Konsultasi Publik


Kegiatan konsultasi publik dilakukan kepada masyarakat setempat, baik mengenai
rencana kegiatan maupun mengenai studi AMDAL yang akan dilakukan. Kegiatan
konsultasi publik kepada masyarakat setempat, tujuan dan manfaat kegiatan, sehingga
masyarakat dapat memberikan masukan, pendapat, dan saran terhadap rencana kegiatan
pada area pembangunan PT. Fresh Pineapple, agar menjadi masukan konsultan untuk
melakukan pelingkupan dampak penting hipotesis.
Konsultasi publik dilakukan dengan cara : pengumuman melalui media, pengumuman
pada lokasi kegiatan dan Konsultasi kepada masyarata. Berikut adalah penjelasan masing-
masing kegiatan :
a. Pengumuman melalui media masa telah dilaksanakan melalui penerbitan di koran
lokal Provinsi Lampung, yaitu pada Koran Lampung Post dan Radar Lampung tanggal
20 Februari 2020.

1.5 Dampak Penting Hipotetik


Penentuan Dampak Penting Hipotetik (DPH), dilakukan melalui proses identifikasi dan
evaluasi terhadap dampak potensial yang mungkin timbul akibat interaksi antara komponen
kegiatan dengan komponen lingkungan.
Metode yang digunakan dalam melakukan identifikasi dampak potensial adalah metode
matrik interaksi antara komponen kegiatan dengan komponen lingkungan, sedangkan evaluasi
dampak potensial dilakukan melalui metoda interaksi kelompok (rapat, lokakarya,
brainstorming), survey lapangan, studi literatur, kajian studi eksisting, diskusi antar pakar dan
professional judgement.

2.5.1 Identifikasi Dampak Potensial


Pada tahap ini kegiatan pelingkupan dimaksudkan untuk mengidentifikasi segenap dampak
lingkungan hidup (primer, sekunder, dan seterusya) yang secara potensial akan timbul akibat
adanya rencana pembangunan. Pada tahapan ini hanya diinventarisasi dampak potensial yang
mungkin akan timbul tanpa memperhatikan besar/kecilnya dampak, atau penting tidaknya

44
dampak. Dengan demikian pada tahap ini belum ada upaya untuk menilai apakah dampak
potensial tersebut merupakan dampak penting hipotetik.

Identifikasi dampak potensial diperoleh dari serangkaian hasil konsultasi dan diskusi tenaga
ali, instansi yang bertanggung jawab, masyarakat yang berkepentingan serta dilengkapi
dengan hasil pengamatan lapangan (observasi). Untuk mengidentifikasi dampak potensial
dilakukan dengan menggunakan metode-metode identifikasi dampak sebagai berikut :

- Matriks interaksi sederhana

- Bagan alir dampak

Berdasarkan uraian rencana kegiatan, maka komponen kegiatan yang ditelaah adalah sebagai
berikut :

A. Tahap Pra Konstruksi


1. Survei
2. Perizinan
3. Koordinasi
4. Pembebasan Lahan

B. Tahap Konstruksi
1. Mobilisasi Tenaga Kerja Konstruksi
2. Mobilisasi Material dan Alat Berat
3. Pembangunan dan Pengoperasian Sarana Penunjang Konstruksi
4. Penyiapan Lahan Dasar
5. Pekerjaan Rekayasa Lalu Lintas
6. Pekerjaan Fisik Bangunan
7. Commissioning

C. Tahap Operasi
1. Penyerapan Tenaga kerja Operasi
2. Operasional Produksi
3. Operasional Pembangunan Inti Produksi
4. Operasional FABA
5. Perawatan Bangunan dan Fasilitasnya

45
Berdasarkan ruang lingkup rona lingkungan hidup awal, maka komponen lingkungan yang
diidentifikasi terkena dampak sebagai berikut :

1) Fisika - Kimia

1.1)Kualitas udara

1.2)Kebisingan

1.3)Getaran

1.4)Hidrologi

1.5)Kualitas Air permukaan

1.6) Erosi dan sedimentasi

1.7)Lalu Lintas Darat

1.8)Lalu Lintas Laut

2) Biologi

2.1)Flora

2.2)Fauna

2.3)Biota air

3) Sosial Ekonomi dan Budaya

3.1)Kesempatan kerja

3.2)Peluang usaha

3.3)Pendapatan masyarakat

3.4)Persepsi masyarakat

3.5)Kamtibmas

4) Kesehatan Masyarakat

4.1)Kesehatan masyarakat

4.2)Sampah

4.3)Limbah B3

46
Dampak potensial yang diidentifikasi berdasarkan interaksi komponen kegiatan yang menjadi
sumber dampak dengan komponen lingkungan hidup yang terkena dampak dengan telah
mempertimbangkan beberapa metode identifikasi dampak tersebut di atas, di setiap tahapan
kegiatan adalah sebagai berikut:
- Matriks identifikasi
- Bagan alir sederhana

47
Tabel 1.25
Matriks Identifikasi Dampak Potensial

Komponen Kegiatan
Komponen PK K O
Lingkungan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 1 1 1 1 1 1 1
0 1 2 3 4 5 6 7
Fisika Kimia
1. Kualitas X X X X X X X
Udara
2. Kebisingan X X X X X X X
3. Getaran X X
4. Hidrologi X
5. Kualitas Air X X
Permukaan
6. Erosi dan X X
Sedimentasi
7. Lalu Lintas X X X X X
Darat
8. Lalu Lintas X X X
Laut
Biologi
9. Flora X
10. Fauna X
11. Biota Air X X
Sosekbud
12. Kesempatan X X
Kerja
13. Peluang X X
Usaha
14. Pendapatan
Masyarakat
15. Persepsi X X X X X X X X X X X X X X X
Masyarakat
16. Kamtibmas X
Kesehatan
Masyarakat
17. Kesehatan X
Masyarakat
18. Limbah X X X X
Domestik
(Sampah)
19. Limbah B3 X X X
Keterangan : X : Terdapat interaksi antara komponen kegiatan dan komponen lingkungan

48
Tahap Pra Konstruksi (PK) Tahap Operasi (O)
1. Survei 12. Penyerapan Tenaga kerja Operasi
2. Perizinan 13. Operasional Produksi
3. Koordinasi 14. Operasional Pembangunan Inti
4. Pembebasan Lahan Produksi
15. Operasional FABA
Tahap Konstruksi (K) 16. Perawatan Bangunan dan
5. Mobilisasi Tenaga Kerja Fasilitasnya
Konstruksi
6. Mobilisasi Material dan Alat Berat
7. Pembangunan dan Pengoperasian
Sarana Penunjang Konstruksi
8. Penyiapan Lahan Dasar
9. Pekerjaan Rekayasa Lalu Lintas
10. Pekerjaan Fisik Bangunan
11. Commissioning

Tabel 1.26
Komponen Kegiatan yang Mengasilkan Dampak Potensial

No Sumber Dampak Dampak Potensial


A Tahap Pra Konstruksi
1 Survey Perubahan persepsi masyarakat
2 Perizinan Perubahan persepsi masyarakat
3 Koordinasi Perubahan persepsi masyarakat
4 Pembebasan Lahan Perubahan persepsi masyarakat
Gangguan kamtibmas

B Tahap Konstruksi
1 Mobilisasi Tenaga Kerja Konstruksi Peningkatan kesempatan kerja dan
berusaha
perubahan persepsi masyarakat
2 Mobilisasi Material dan Alat Berat Gangguan lalu lintas laut
Gangguan lalu lintas darat
Penurunan kualitas udara
Peningkatan kebisingan
Perubahan persepsi masyarakat
3 Pembangunan dan Pengoperasian Sarana Penurunan kualitas air permukaan
Penunjang Konstruksi
Timbulnya limbah sampah domestic
4 Penyiapan Lahan Dasar Penurunan kualitas udara
Peningkatan kebisingan
Gangguan terhadap flora
Gangguan terhadap fauna
5 Pekerjaan Rekayasa Lalu Lintas Gangguan lalu lintas darat
Perubahan persepsi masyarakat
6 Pekerjaan Fisik Bangunan Penurunan kualitas udara
Peningkatan kebisingan
49
No Sumber Dampak Dampak Potensial
Peningkatan getaran
Peningkatan air larian
Penurunan kualitas air laut
Erosi dan Sedimentasi
Gangguan terhadap biota air
Gangguan lalu lintas laut
Perubahan persepsi masyarakat
7 Commissioning Penurunan kualitas udara
Peningkatan kebisingan
Penurunan kualitas air laut
Gangguan lalu lintas darat
Perubahan persepsi masyarakat

C Tahap Operasi
1 Penyerapan Tenaga Kerja Operasi Peningkatan kesempatan kerja dan
berusaha
Perubahan persepsi masyarakat
2 Operasional Produksi Peningkatan kebisingan
Timbulan sampah domestic
Timbulan limbah B3
Perubahan persepsi masyarakat
3 Operasional Inti Produksi Penurunan kualitas udara
Peningkatan kebisingan
Gangguan lalu lintas laut
Timbulan sampah domestic
Timbulan limbah B3
Gangguan Kesehatan Masyarakat
Perubahan persepsi masyarakat
4 Operasional FABA Timbulnya limbah B3
Perubahan persepsi masyarakat
5 Perawatan Bangunan dan Fasilitasnya Perubahan persepsi masyarakat

Tabel 1.27
Dampak Potensial dari Suatu Kegiatan

No Dampak Potensial Sumber Dampak


A Tahap Pra Konstruksi
1 Perubahan persepsi masyarakat Survey
Perizinan
Koordinasi
Pembebasan Lahan
2 Gangguan kamtibmas Pembebasan Lahan

B Tahap Konstruksi
1 Penurunan kualitas udara Mobilisasi Material dan Alat Berat
Penyiapan Lahan Dasar
Pekerjaan Fisik Bangunan
Commissioning
50
No Dampak Potensial Sumber Dampak
2 Peningkatan kebisingan Mobilisasi Material dan Alat Berat
Penyiapan Lahan Dasar
Pekerjaan Fisik Bangunan
Commissioning
3 Peningkatan getaran Pekerjaan Fisik Bangunan
4 Penurunan kualitas air permukaan Pembangunan dan Pengoperasian
Sarana Penunjang Konstruksi
5 Peningkatan air larian Pekerjaan Fisik Bangunan
6 Penurunan kualitas air laut Pekerjaan Fisik Bangunan
Commissioning
7 Erosi dan Sedimentasi Pekerjaan Fisik Bangunan
8 Gangguan terhadap biota air Pekerjaan Fisik Bangunan
9 Gangguan lalu lintas darat Mobilisasi Material dan Alat Berat
Pekerjaan Rekayasa Lalu Lintas
Commissioning
10 Gangguan lalu lintas laut Mobilisasi Material dan Alat Berat
Pekerjaan Fisik Bangunan
11 Gangguan terhadap flora Penyiapan Lahan Dasar
12 Gangguan terhadap fauna Penyiapan Lahan Dasar
13 Timbulnya limbah sampah domestic Pembangunan dan Pengoperasian
Sarana Penunjang Konstruksi
14 Peningkatan kesempatan kerja dan berusaha Mobilisasi Tenaga Kerja Konstruksi
15 Perubahan persepsi masyarakat Mobilisasi Tenaga Kerja Konstruksi
Mobilisasi Material dan Alat Berat
Pekerjaan Rekayasa Lalu Lintas
Pekerjaan Fisik Bangunan
Commissioning

C Tahap Operasi
1 Penurunan kualitas udara Operasional Produksi
2 Peningkatan kebisingan Operasional Produksi
6 Gangguan lalu lintas darat Operasional Inti Produksi
8 Timbulan sampah domestic Operasional Inti Produksi
9 Timbulan limbah B3 Operasional Inti Produksi
10 Gangguan Kesehatan Masyarakat Operasional Produksi
11 Peningkatan kesempatan kerja dan berusaha Penyerapan Tenaga Kerja Operasi
12 Perubahan persepsi masyarakat Penyerapan Tenaga Kerja Operasi

51
Tabel 1.28
Evaluasi Dampak Potensial Menjadi Dampak Penting Hipotetik

Pengelolaan Pelingkupan
Rencana Lingkungan
Kegiatan yang Sudah
Komponen
yang Direncanakan Batas
N Lingkunga Dampak Wilayah
Berpotensi Sejak Awal Dampak Waktu
o n Terkena Evaluasi Dampak Potensial Penting Studi
Menimbulk Sebagai Potensial Kajian
Dampak Hipotetik
an Dampak Bagian dari
Lingkungan Rencana
Kegiatan
A Tahap Pra
Konstruksi
1 Survey - Persepsi Perubahan Kegiatan survei awal telah Disimpulkan - -
masyarakat persepsi dilaksanakan oleh PT Fresh tidak menjadi
masyarakat Pineapple sebagai keperluan untuk DPH dan tidak
perencanaan rencana pengembangan dikelola serta
pelabuhan. Beberapa kegiatan tidak dipantau
survei yang telah dilakukan yaitu
survei mengenai batas batas lokasi
pengembangan, luas area
pengembangan, dan juga survei
mengenai kondisi fisik kimia lahan
yang akan dibangun pengembangan
pelabuhan dan juga dilakukan
pengembangan pelabuhan. Dampak
perubahan persepsi masyarakat
akibat kegiatan ini tidak berperan
penting bagi masyarakat sekitar.
Beban komponen lingkungan saat ini
rendah karena masih dapat ditolerir
52
Pengelolaan Pelingkupan
Rencana Lingkungan
Kegiatan yang Sudah
Komponen
yang Direncanakan Batas
N Lingkunga Dampak Wilayah
Berpotensi Sejak Awal Dampak Waktu
o n Terkena Evaluasi Dampak Potensial Penting Studi
Menimbulk Sebagai Potensial Kajian
Dampak Hipotetik
an Dampak Bagian dari
Lingkungan Rencana
Kegiatan
masyarakat sekitar. Berdasarkan
hasil konsultasi public diketahui
dampak ini tidak dikhawatirkan
masyarakat sekitar serta tidak ada
peraturan yang dilanggar. Dengan
demikian dampak ini disimpulkan
tidak menjadi dampak penting
hipotetik serta tidak dikelola dan
tidak dipantau.
2 Perizinan Mengurus Persepsi Perubahan PTFP berencana melakukan Disimpulkan - -
perizinan yang masyarakat persepsi pembangunan sesuai peraturan yang tidak menjadi
diperlukan masyarakat berlaku di mana perizinan-perizianan DPH dan tidak
dalam yang diperlukan akan diselesaikan dikelola serta
pembangunan terlebih dahulu. Hingga saat ini tidak dipantau
PT Fresh perizinan terkait pembangunan PT
Pineapple baik Fresh Pineapple masih proses
secara tata kepengurusan, baik secara tata ruang
ruang maupun maupun perizinan lainnya. Dampak
perizinan perubahan persepsi masyarakat
lainnya akibat kegiatan ini tidak berperan
penting bagi masyarakat sekitar.
Beban komponen lingkungan saat ini
rendah karena masih dapat ditolerir
53
Pengelolaan Pelingkupan
Rencana Lingkungan
Kegiatan yang Sudah
Komponen
yang Direncanakan Batas
N Lingkunga Dampak Wilayah
Berpotensi Sejak Awal Dampak Waktu
o n Terkena Evaluasi Dampak Potensial Penting Studi
Menimbulk Sebagai Potensial Kajian
Dampak Hipotetik
an Dampak Bagian dari
Lingkungan Rencana
Kegiatan
masyarakat sekitar. Berdasarkan
hasil konsultasi public diketahui
dampak ini tidak dikhawatirkan
masyarakat sekitar serta tidak ada
peraturan yang dilanggar. Dengan
demikian dampak ini disimpulkan
tidak menjadi dampak penting
hipotetik serta tidak dikelola dan
tidak dipantau..
3 Koordinasi  Melakukan Persepsi Perubahan Koordinasi terkait rencana kegiatan Disimpulkan - -
koordinasi masyarakat persepsi telah dilakukan secara bertahap. tidak menjadi
terkait masyarakat Pada tahap awal, bentuk koordinasi DPH dan tidak
rencana berupa rapat dengan instansi terkait dikelola serta
pembebasan dan penyampaian rencana kegiatan tidak dipantau
lahan dan kepada masyarakat. Hingga saat ini
mekanismeny pun koordinasi dengan masyarakat
a dan instansi terkait masih dilakukan.
 Melakukan Dampak perubahan persepsi
koordinasi masyarakat akibat kegiatan ini tidak
terkait berperan penting bagi masyarakat
perizinan sekitar. Beban komponen
yang belum lingkungan saat ini rendah karena
dimiliki masih dapat ditolerir masyarakat
54
Pengelolaan Pelingkupan
Rencana Lingkungan
Kegiatan yang Sudah
Komponen
yang Direncanakan Batas
N Lingkunga Dampak Wilayah
Berpotensi Sejak Awal Dampak Waktu
o n Terkena Evaluasi Dampak Potensial Penting Studi
Menimbulk Sebagai Potensial Kajian
Dampak Hipotetik
an Dampak Bagian dari
Lingkungan Rencana
Kegiatan
sekitar. Berdasarkan hasil konsultasi
public diketahui dampak ini tidak
dikhawatirkan masyarakat sekitar
serta tidak ada peraturan yang
dilanggar. Dengan demikian dampak
ini disimpulkan tidak menjadi
dampak penting hipotetik serta tidak
dikelola dan tidak dipantau..
4 Pembebasan  Sosialisasi Persepsi Perubahan Pembebasan lahan dilakukan pada Disimpulkan Masyarakat Selama
Lahan mengenai masyarakat persepsi lahan pembangunan perusahaan menjadi DPH yang kegiatan
rencana masyarakat nanas . Diketahui pembebasan lahan terkena pembebasan
pembebasan akan berdampak kepada masyarakat pembebasan lahan
lahan kepada dan diasumsikan 1 KK terdiri dari 4 lahan di berlangsung
masyarakat orang. Proses penetapan harga dan Kelurahan
pemilik lahan pembayaran dilakukan berdasarkan Terbanggi
 Melakukan hasil appraisal dari konsultan Besar
koordinasi pembebasan lahan, pertimbangan
dengan permintaan warga, NJOP, harga
masyarakat pasaran dan peraturan yang berlaku.
yang PTFP berencana akan melakukan
dibebaskan pembayaran secara langsung gantu
terkait rugi lahan sesuai kesepakatan. Jika
mekanisme pemilik lahan menolak dibebaskan
55
Pengelolaan Pelingkupan
Rencana Lingkungan
Kegiatan yang Sudah
Komponen
yang Direncanakan Batas
N Lingkunga Dampak Wilayah
Berpotensi Sejak Awal Dampak Waktu
o n Terkena Evaluasi Dampak Potensial Penting Studi
Menimbulk Sebagai Potensial Kajian
Dampak Hipotetik
an Dampak Bagian dari
Lingkungan Rencana
Kegiatan
pembebasan atau belum ada kesepatakan, maka
lahan dan PTFP tidak akan melakukan
skema ganti pembebasan lahan secara paksa.
rugi / ganti Lokasi pemukiman warga terkena
untung dampak selanjutnya diserahkan
 Pembebasan masing-masing kepada kepala
lahan tidak keluarga. Untuk asset-aset
dilakukan pemerintahan yang terkena, seperti
secara paksa fasilitas public, tiang listrik dan
lain=lain akan diganti atau dibangun
kembali di lokasi lain. Pada saat
kosultasi public terdapat
kekhawatiran masyarakat terkait
dampak ini dan perlu diperhatikan
beberapa hal yaitu ; kesepakatan
nilai ganti rugi lahan dan waktu
pelaksanaan pembebasan lahan.
Beban lingkungan saat ini sudah
tinggi dan komponen lingkungan
berperan penting secara sosial.
Dikarenakan diprakirakan terdapat
persepsi masyarakat yang berbeda
pada setiap orang, maka dampak ini
56
Pengelolaan Pelingkupan
Rencana Lingkungan
Kegiatan yang Sudah
Komponen
yang Direncanakan Batas
N Lingkunga Dampak Wilayah
Berpotensi Sejak Awal Dampak Waktu
o n Terkena Evaluasi Dampak Potensial Penting Studi
Menimbulk Sebagai Potensial Kajian
Dampak Hipotetik
an Dampak Bagian dari
Lingkungan Rencana
Kegiatan
disimpulkan menjadi dampak
penting hipotetik.
Kamtibmas Gangguan Dampak ini merupakan dampak Disimpulkan Masyarakat Selama
kamtibmas turunan akibat dampak perubahan menjadi DPH yang kegiatan
persepsi masyarakat akibat kegiatan terkena pembebasan
pembebasan lahan yang tidak pembebasan lahan
terkelola dengan baik. Seperti lahan di berlangsung
diketahui bahwasanya dampak Kelurahan
perubahan persepsi masyarakat perlu Terbanggi
dikaji lebih lanjut karena proses Besar
pembebasan lahan hingga saat ini
belum dilakukan dan baru
dilaksanakan survey awal.
Mengingat pentingnya komponen
lingkungan ini bagi masyarakat,
maka dampak ini disimpulkan
menjadi dampak penting hipotetik.

B Tahap
Konstruksi
Koordinasi persepsi perubahan Dampak ini merupakan dampak Disimpulkan Masyarakat selama
terkait masyarakat persepsi turunan dari peningkatan menjadi DPH di mobilisasi
penyerapan masyarakat kesempatan kerja dan berusaha Kelurahan tenaga kerja
57
Pengelolaan Pelingkupan
Rencana Lingkungan
Kegiatan yang Sudah
Komponen
yang Direncanakan Batas
N Lingkunga Dampak Wilayah
Berpotensi Sejak Awal Dampak Waktu
o n Terkena Evaluasi Dampak Potensial Penting Studi
Menimbulk Sebagai Potensial Kajian
Dampak Hipotetik
an Dampak Bagian dari
Lingkungan Rencana
Kegiatan
tenaga kerja akibat mobilisasi tenaga kerja Terbanggi konstruksi
local sesuai konstruksi. Diketahui dampak Besar berlangsung
kebutuhan dan primer akibat kegiatan tersebut perlu
kualifikasi dilakukan kajian lebih mendalam
yang ditetapkan dikarenakan terdapat kekhawatiran
kepada instansi masyarakat sekitar. Dengan
terkait maupun demikian dampak ini disimpulkan
kelurahan menjadi dampak penting hipotetik.
setempat
 Melakukan Kebisingan Peningkata Dampak ini merupakan dampak Disimpulkan - -
penanaman n turunan akibat gangguan lalu lintas tidak menjadi
pohon di kebisingan darat. Diketahui akan ada DPH namun
dekat penambahan 13 – 16 truk yang akan tetap dikelola
pemukiman memberikan pengaruh terhadap dan dipantau
sebagai noise kebisingan. Guna meminimalisisr dengan cara :
barrier dampak peningkatan kebisingan  Melakukan
 Menyediakan maka telah direncanakan beberapa penanaman
pagar pengelolaan untuk meminimalisir pohon di
pembatas di dampak tersebut. Komponen dekat
sekeliling lingkungan bersifat tidak penting pemukiman
secara ekologis dan sosial yang sebagai noise
disampaikan pula saat konsultasi barrier
public. Kebisingan di sekitar  Pembatasan
58
Pengelolaan Pelingkupan
Rencana Lingkungan
Kegiatan yang Sudah
Komponen
yang Direncanakan Batas
N Lingkunga Dampak Wilayah
Berpotensi Sejak Awal Dampak Waktu
o n Terkena Evaluasi Dampak Potensial Penting Studi
Menimbulk Sebagai Potensial Kajian
Dampak Hipotetik
an Dampak Bagian dari
Lingkungan Rencana
Kegiatan
dipengaruhi aktivitas lalu lintas, kecepatan
aktivitas pelabuhan, PLTU, dan kendaraan
industry lainnya yang berada di
dekat laut. Berdasarkan hasil
pemantauan yang dilakukan PTBA
diketahui bahwasanya kebisingan di
lokasi kegiatan masih berada di
bawah baku mutu sesuai
KepmenLHK No. 48 tahun 1996
untuk kegiatan industry (70 dBA)
sedangkan untuk pemukiman,
kebisingan telah melebihi baku mutu
(55 dBA). Namun demikian
masyarakat telah terbiasa dengan
kondisi tersebut dan tidak
mengganggu. Dengan adanya
pengelolaan yang direncanakan,
maka dampak ini disimpulkan tidak
menjadi dampak penting hipotetik
namun tetap dikelola dan dipantau.
- - Perubahan Dampak ini merupakan dampak Disimpulkan - -
persepsi turunan dari seluruh dampak yang tidak menjadi
masyarakat timbul akibat kegiatan mobilisasi DPH serta
59
Pengelolaan Pelingkupan
Rencana Lingkungan
Kegiatan yang Sudah
Komponen
yang Direncanakan Batas
N Lingkunga Dampak Wilayah
Berpotensi Sejak Awal Dampak Waktu
o n Terkena Evaluasi Dampak Potensial Penting Studi
Menimbulk Sebagai Potensial Kajian
Dampak Hipotetik
an Dampak Bagian dari
Lingkungan Rencana
Kegiatan
material dan alat berat. Telah tidak dikelola
direncanakan pengelolaan terhadap dan tidak
dampak primer yang timbul dan dipantau
tidak ada kekhawatiran dari
masyarakat terhadap dampak ini.
Dengan demikian dampak ini
disimpulkan tidak menjadi dampak
penting hipotetik serta tidak dikelola
dan tidak dipantau.
3 Pembanguna  Menyediakan Air Penurunan Dampak penurunan kualitas air Disimpulkan - -
n dan MCK portable permukaan kualitas air permukaan akibat operasional sarana tidak menjadi
Pengoperasi sebanyak 8 permukaan penunjang konstruksi diakibatkan DPH namun
an Sarana unit aktivitas domestic di basecamp tetap dikelola
Penunjang  Bekerja sama pekerja. Diketahui limbah cair dan dipantau
Konstruksi dengan pihak domestic yang dihasilkan akibat dengan cara :
ketiga untuk kegiatan konstruksi. Untuk  Menyediakan
dilakukan mengelola limbah tersebut MCK portable
penyedotan direncanakan akan disediakan MCK sebanyak 8
jika sudah portable sebanyak 8 unit dan akan unit
penuh bekerja sama dengan pihak ketiga  Bekerja sama
untuk dilakukan penyedotan jika dengan pihak
sudah penuh. Dengan demikian tidak ketiga untuk
ada limbah yang dibuang ke dilakukan
60
Pengelolaan Pelingkupan
Rencana Lingkungan
Kegiatan yang Sudah
Komponen
yang Direncanakan Batas
N Lingkunga Dampak Wilayah
Berpotensi Sejak Awal Dampak Waktu
o n Terkena Evaluasi Dampak Potensial Penting Studi
Menimbulk Sebagai Potensial Kajian
Dampak Hipotetik
an Dampak Bagian dari
Lingkungan Rencana
Kegiatan
lingkungan pada kegiatan ini, penyedotan
sehingga dampak ini disimpulkan jika sudah
tidak menjadi dampak penting penuh
hipotetik namun tetap dikelola dan
dipantau.
 Menyediakan Sampah Timbulan Dampak timbulan sampah domestic Disimpulkan - -
TPS terpilah limbah akibat operasional sarana penunjang tidak menjadi
dan tertutup sampah konstruksi diakibatkan aktivitas DPH namun
sebanyak 8 domestic dometik di basecamp pekerja. tetap dikelola
unit Diketahui sampah domestic yang dan dipantau
 Bekerja sama dihasilkan kegiatan konstruksi dengan cara :
dengan pihak adalah sebanyak …. m /hari. Untuk
3
 Menyediakan
ketiga untuk mengelola limbah tersebut TPS terpilah
pengangkutan direncanakan akan disediakan TPS. dan tertutup
sampah setiap Berdasarkan konsultasi public sebanyak 8
1 minggu dampak ini tidak dikhawatirkan unit
sekali masyarakat sekitar. Komponen  Bekerja sama
lingkungan tidak berperan penting dengan pihak
secara ekologis dan sosial karena ketiga untuk
telah ada pngelolaan yang pengangkutan
direncanakan. Beban komponen sampah setiap
lingkungan saat ini rendah. Dengan 1 minggu
beberapa justifikasi tersebut dan sekali
61
Pengelolaan Pelingkupan
Rencana Lingkungan
Kegiatan yang Sudah
Komponen
yang Direncanakan Batas
N Lingkunga Dampak Wilayah
Berpotensi Sejak Awal Dampak Waktu
o n Terkena Evaluasi Dampak Potensial Penting Studi
Menimbulk Sebagai Potensial Kajian
Dampak Hipotetik
an Dampak Bagian dari
Lingkungan Rencana
Kegiatan
adanya pengeolaan lingkungan yang
direncanakan, maka dampak ini
disimpulkan tidak menjadi dampak
penting hipotetik namun tetap
dikelola dan dipantau.
- Fauna Gangguan Berdasarkan rona lingkungan Tidak menjadi - -
terhadap diketahui Jenis fauna yang didapati dampak
fauna pada area operasional dan penting
pengembangan PT Bukit Asam hipotetik dan
Pelabuhan Tarahan berjumlah 14 tidak dipantau
jenis.. Keberadaan jenis fauna di
beberapa lokasi erat kaitannya
dengan keberadaan jenis vegetasi.
Hal ini dikarenakan vegetasi
memiliki peran yang sangat penting
bagi ekosistem terutama bagi
makhluk hidup. Keberadaan vegetasi
dapat menjadi habitat dan juga
tempat mencari makan bagi
beberapa jenis fauna seperti burung.
Diketahui di lokasi rencana
pengembangan tidak ada fauna
dilindungi. Komponen lingkungan
62
Pengelolaan Pelingkupan
Rencana Lingkungan
Kegiatan yang Sudah
Komponen
yang Direncanakan Batas
N Lingkunga Dampak Wilayah
Berpotensi Sejak Awal Dampak Waktu
o n Terkena Evaluasi Dampak Potensial Penting Studi
Menimbulk Sebagai Potensial Kajian
Dampak Hipotetik
an Dampak Bagian dari
Lingkungan Rencana
Kegiatan
berperan penting secara sosial,
namun bagi masyarakat komponen
fauna yang berperan penting lebih
ditekankan yang berada di area
perbukitan atau yang berada di
sebelah utara lokasi kegiatan yang
juga berfungsi secara ekologis.
Umumnya untuk fauna yang ada di
area pesisir tidak menjadi
kekhawatiran dari masyarakat.
Dengan demikian dapat disimpulkan
dampak ini tidak menjadi dampak
penting hipotetik namun tidak
dikelola dan tidak dipantau.
- Persepsi Perubahan Dampak ini merupakan dampak Disimpulkan Masyarakat selama
masyarakat persepsi turunan akibat dampak gangguan menjadi DPH di rekayasa
masyarakat lalu lintas yang dikhawatirkan belum Kelurahan lalu lintas
terkelola dengan baik. Mengingat Terbanggi berlangsung
dampak gangguan lalu lintas selaku Besar
dampak primer perlu kajian lebih
lanjut, maka dampak ini disimpulkan
menjadi dampak penting hipotetik.
6 Pekerjaan  melakukan Kualitas Penurunan Fekerjaan fisik bangunan semua Disimpulkan - -
63
Pengelolaan Pelingkupan
Rencana Lingkungan
Kegiatan yang Sudah
Komponen
yang Direncanakan Batas
N Lingkunga Dampak Wilayah
Berpotensi Sejak Awal Dampak Waktu
o n Terkena Evaluasi Dampak Potensial Penting Studi
Menimbulk Sebagai Potensial Kajian
Dampak Hipotetik
an Dampak Bagian dari
Lingkungan Rencana
Kegiatan
Fisik penanaman udara kualitas kegiatan akan menghasilkan dampak tidak menjadi
Bangunan tumbukan udara penurunan kualitas udara khususnya DPH namun
yang debu. Namun demikian tidak ada tetap dikelola
berfungsi pembangunan bangunan tinggi dan dipantau
secara sehingga dampak ini hanya akan dengan cara :
ekologis dan terjadi di area bawah saja. Guna  melakukan
estetis di area meminimalisisr dampak penurunan penanaman
sekitar yang kualitas udara maka telah tumbukan
bersinggunga direncanakan beberapa pengelolaan yang
n dengan untuk meminimalisir dampak berfungsi
kegiatan lain tersebut yaitu membangun pagar secara
di sekitar. pembatas setinggi +2 m. . ekologis dan
 Membuat Komponen lingkungan bersifat estetis di area
green barrier penting secara ekologis dan sosial sekitar yang
yang yang disampaikan pula saat bersinggunga
berbatasan konsultasi public. Hasil Namun n dengan
langsung demikian diketahui sumber kegiatan lain
dengan pencemaran kualitas udara berpa di sekitar.
pemukiman partikulat yang dikhawatirkan  Membuat
berasal dari aktivitas PLTU. green barrier
Berdasarkan hasil pemantauan yang yang
dilakukan PTFP diketahui berbatasan
bahwasanya kualitas udara di lokasi langsung
64
Pengelolaan Pelingkupan
Rencana Lingkungan
Kegiatan yang Sudah
Komponen
yang Direncanakan Batas
N Lingkunga Dampak Wilayah
Berpotensi Sejak Awal Dampak Waktu
o n Terkena Evaluasi Dampak Potensial Penting Studi
Menimbulk Sebagai Potensial Kajian
Dampak Hipotetik
an Dampak Bagian dari
Lingkungan Rencana
Kegiatan
kegiatan dan sekitarnya masih dengan
berada di bawah baku mutu sesuai pemukiman
PPRI No. 41 tahun 1999. Hal ini
menunjukkan PTFP telah melakukan
pengelolaan kualitas udara dengan
baik. Dengan demikian dapat
diasumsikan kondisi kualitas udara
dikhawatirkan masyarakat berasal
dari kegiatan lain di sekitar. Di
samping itu dampak dari mobilisasi
material dan alat berat tidak akan
berakumulasi dengan pencemaran
yang dihasilkan dari PLTU. Dengan
demikian dampak ini disimpulkan
tidak menjadi dampak penting
hipotetik namun tetap dikelola dan
dipantau.
 Melakukan Kebisingan Peningkata Fekerjaan fisik bangunan semua Disimpulkan - -
penanaman n kegiatan akan menghasilkan dampak tidak menjadi
pohon di kebisingan peningkatan kebisingan. Namun DPH namun
dekat demikian tidak ada pembangunan tetap dikelola
pemukiman bangunan tinggi sehingga dampak dan dipantau
sebagai noise ini hanya akan terjadi di area bawah dengan cara :
65
Pengelolaan Pelingkupan
Rencana Lingkungan
Kegiatan yang Sudah
Komponen
yang Direncanakan Batas
N Lingkunga Dampak Wilayah
Berpotensi Sejak Awal Dampak Waktu
o n Terkena Evaluasi Dampak Potensial Penting Studi
Menimbulk Sebagai Potensial Kajian
Dampak Hipotetik
an Dampak Bagian dari
Lingkungan Rencana
Kegiatan
barrier saja. Guna meminimalisisr dampak  Melakukan
peningkatan kebisingan maka telah penanaman
direncanakan beberapa pengelolaan pohon di
untuk meminimalisir dampak dekat
tersebut. Komponen lingkungan pemukiman
bersifat tidak penting secara ekologis sebagai noise
dan sosial yang disampaikan pula barrier
saat konsultasi public. Kebisingan di
sekitar dipengaruhi aktivitas lalu
lintas, aktivitas pelabuhan, PLTU,
dan industry lainnya yang berada di
dekat laut. Berdasarkan hasil
pemantauan yang dilakukan PTBA
diketahui bahwasanya kebisingan di
lokasi kegiatan masih berada di
bawah baku mutu sesuai
KepmenLHK No. 48 tahun 1996
untuk kegiatan industry (70 dBA)
sedangkan untuk pemukiman,
kebisingan telah melebihi baku mutu
(55 dBA). Kebisingan yang tinggi di
lokasi pemukiman disebabkan
pemukiman berdekatan dengan
66
Pengelolaan Pelingkupan
Rencana Lingkungan
Kegiatan yang Sudah
Komponen
yang Direncanakan Batas
N Lingkunga Dampak Wilayah
Berpotensi Sejak Awal Dampak Waktu
o n Terkena Evaluasi Dampak Potensial Penting Studi
Menimbulk Sebagai Potensial Kajian
Dampak Hipotetik
an Dampak Bagian dari
Lingkungan Rencana
Kegiatan
aktivitas di pesisir yang didominasi
aktivitas pelabuhan serta industry
lainnya yang berakumulasi dengan
aktivitas rumah tangga di
pemukiman serta aktivitas lalu lintas.
Namun demikian masyarakat telah
terbiasa dengan kondisi tersebut dan
tidak mengganggu. Dengan adanya
pengelolaan yang direncanakan,
maka dampak ini disimpulkan tidak
menjadi dampak penting hipotetik
namun tetap dikelola dan dipantau.
- Getaran Peningkata Dampak timbulan getaran bersumber Disimpulkan - -
n getaran dari pekerjaan fisik bangunan yang tidak menjadi
menggunakan alat berat. Diketahui DPH serta
tidak ada pekerjaan bangunan tinggi tidak dikelola
dan pelaksanaan pancang yang dan tidak
dilaksanakan untuk pembangunan di dipantau
daerah pesisir tidak akan
memberikan pengaruh yang
signifikan terhadap getaran di lokasi
pemukiman. Berdasarkan rona
lingkungan diketahui getaran di
67
Pengelolaan Pelingkupan
Rencana Lingkungan
Kegiatan yang Sudah
Komponen
yang Direncanakan Batas
N Lingkunga Dampak Wilayah
Berpotensi Sejak Awal Dampak Waktu
o n Terkena Evaluasi Dampak Potensial Penting Studi
Menimbulk Sebagai Potensial Kajian
Dampak Hipotetik
an Dampak Bagian dari
Lingkungan Rencana
Kegiatan
sekitar lokasi disebabkan aktivitas
lalu lintas kendaraan berat seperti
petikemas dan lain sebagainya yang
melaju dalam kecepatan tinggi.
Berdasarkan konsultasi public
dampak ini tidak dikhawatirkan
masyarakat sekitar serta komponen
lingkungan ini tidak berperan
penting secara ekologis dan sosial.
Dengan demikian dampak ini
disimpulkan tidak menjadi dampak
penting hipotetik serta tidak dipantau
dan tidak dikelola.
- Persepsi Perubahan Dampak ini merupakan dampak DPH Masyarakat selama
Masyarakat persepsi turunan dari seluruh dampak yang di rekayasa
masyarakat timbul akibat aktivitas pekerjaan Kelurahan lalu lintas
fisik bangunan. Diketahui dampak Terbanggi berlangsung
primer dari berbagai aktivitas yang Besar
timbul perlu dikaji lebih lanjut.
Dengan demikian dampak ini juga
perlu dikaji lebih lanjut guna
mengetahui perubahan yang terjadi
setelah dilakukan kajian lebih
68
Pengelolaan Pelingkupan
Rencana Lingkungan
Kegiatan yang Sudah
Komponen
yang Direncanakan Batas
N Lingkunga Dampak Wilayah
Berpotensi Sejak Awal Dampak Waktu
o n Terkena Evaluasi Dampak Potensial Penting Studi
Menimbulk Sebagai Potensial Kajian
Dampak Hipotetik
an Dampak Bagian dari
Lingkungan Rencana
Kegiatan
mendalam.
7 Commission  Melakukan Kualitas Penurunan Dampak ini hanya terjadi saat Disimpulkan - -
ing penanaman udara kualitas dilakukan pengujian dan tidak menjadi
tanaman dan udara pemeriksaan sehingga kegiatan ini DPH namun
pohon yang tidak dilakukan secara terus tetap dikelola
berfungsi menerus. Adapun kegiatan ini akan dan dipantau
secara dilakukan secara terus menerus pada dengan cara :
ekologis tahap operasi sehingga dampak ini  Melakukan
 Membuat akan ditelaah lebih mendalam saat penanaman
pagar kajian tahap operasi. Guna tanaman dan
pembatas meminimalisir dampak penurunan pohon yang
setinggi + 2 m kualitas udara maka telah berfungsi
di sekeliling direncanakan beberapa pengelolaan secara
proyek untuk meminimalisir dampak ekologis
penurunan kualitas udara seperti  Membuat
penanaman tanaman/pohon yang pagar
berfungsi secara ekologis. pembatas
Komponen lingkungan bersifat setinggi + 2 m
penting secara ekologis dan sosial di sekeliling
yang disampaikan pula saat proyek
konsultasi public. Namun demikian
diketahui sumber pencemaran
kualitas udara yang dikhawatirkan
69
Pengelolaan Pelingkupan
Rencana Lingkungan
Kegiatan yang Sudah
Komponen
yang Direncanakan Batas
N Lingkunga Dampak Wilayah
Berpotensi Sejak Awal Dampak Waktu
o n Terkena Evaluasi Dampak Potensial Penting Studi
Menimbulk Sebagai Potensial Kajian
Dampak Hipotetik
an Dampak Bagian dari
Lingkungan Rencana
Kegiatan
ialah partikulat yang berasal dari
aktivitas PLTU. Berdasarkan hasil
pemantauan yang dilakukan PTFP
diketahui bahwasanya kualitas udara
di lokasi kegiatan dan sekitarnya
masih berada di bawah baku mutu
sesuai PPRI No. 41 tahun 1999. Hal
ini menunjukkan PTFP telah
melakukan pengelolaan kualitas
udara dengan baik. Dengan demikian
dapat diasumsikan kondisi kualitas
udara dikhawatirkan masyarakat
berasal dari kegiatan lain di sekitar.
Di samping itu dampak dari kegiatan
ini tidak akan berakumulasi dengan
pencemaran yang dihasilkan dari
PLTU dikarenakan aktivitas yang
dilakukan berada di bawah dan tidak
tersebar luas. Dengan demikian
dampak ini disimpulkan tidak
menjadi dampak penting hipotetik
namun tetap dikelola dan dipantau.
 Melakukan Kebisingan Peningkata Dampak ini hanya terjadi saat Disimpulkan - -
70
Pengelolaan Pelingkupan
Rencana Lingkungan
Kegiatan yang Sudah
Komponen
yang Direncanakan Batas
N Lingkunga Dampak Wilayah
Berpotensi Sejak Awal Dampak Waktu
o n Terkena Evaluasi Dampak Potensial Penting Studi
Menimbulk Sebagai Potensial Kajian
Dampak Hipotetik
an Dampak Bagian dari
Lingkungan Rencana
Kegiatan
penanaman n dilakukan pengujian dan tidak menjadi
pohon di kebisingan pemeriksaan sehingga kegiatan ini DPH namun
dekat tidak dilakukan secara terus tetap dikelola
pemukiman menerus. Adapun kegiatan ini akan dan dipantau
sebagai noise dilakukan secara terus menerus pada dengan cara :
barrier tahap operasi sehingga dampak ini  Melakukan
akan ditelaah lebih mendalam saat penanaman
kajian tahap operasi. Guna pohon di
meminimalisir kebisingan akan dekat
dibangun pagar pembatas setinggi + pemukiman
2 m. Komponen lingkungan bersifat sebagai noise
tidak penting secara ekologis dan barrier
sosial yang disampaikan pula saat
konsultasi public. Kebisingan di
sekitar dipengaruhi aktivitas lalu
lintas, aktivitas pelabuhan, PLTU,
dan industry lainnya yang berada di
dekat laut. Berdasarkan hasil
pemantauan yang dilakukan PTBA
diketahui bahwasanya kebisingan di
lokasi kegiatan masih berada di
bawah baku mutu sesuai
KepmenLHK No. 48 tahun 1996
71
Pengelolaan Pelingkupan
Rencana Lingkungan
Kegiatan yang Sudah
Komponen
yang Direncanakan Batas
N Lingkunga Dampak Wilayah
Berpotensi Sejak Awal Dampak Waktu
o n Terkena Evaluasi Dampak Potensial Penting Studi
Menimbulk Sebagai Potensial Kajian
Dampak Hipotetik
an Dampak Bagian dari
Lingkungan Rencana
Kegiatan
untuk kegiatan industry (70 dBA)
sedangkan untuk pemukiman,
kebisingan telah melebihi baku mutu
(55 dBA). Kebisingan yang tinggi di
lokasi pemukiman disebabkan
pemukiman berdekatan dengan
aktivitas di pesisir yang didominasi
aktivitas pelabuhan serta industry
lainnya yang berakumulasi dengan
aktivitas rumah tangga di
pemukiman serta aktivitas lalu lintas.
Namun demikian masyarakat telah
terbiasa dengan kondisi tersebut dan
tidak mengganggu. Dengan adanya
pengelolaan yang direncanakan,
maka dampak ini disimpulkan tidak
menjadi dampak penting hipotetik
namun tetap dikelola dan dipantau.
 Menyediaka Kualitas air Penurunan Dampak ini hanya terjadi saat Disimpulkan
n pengolahan laut kualitas air dilakukan pengujian dan tidak menjadi
air limbah laut pemeriksaan sehingga kegiatan ini DPH namun
sebelum tidak dilakukan secara terus tetap dikelola
dibuang ke menerus. Adapun kegiatan ini akan dengan cara :
72
Pengelolaan Pelingkupan
Rencana Lingkungan
Kegiatan yang Sudah
Komponen
yang Direncanakan Batas
N Lingkunga Dampak Wilayah
Berpotensi Sejak Awal Dampak Waktu
o n Terkena Evaluasi Dampak Potensial Penting Studi
Menimbulk Sebagai Potensial Kajian
Dampak Hipotetik
an Dampak Bagian dari
Lingkungan Rencana
Kegiatan
laut dilakukan secara terus menerus pada  Menyediaka
 Mengurus tahap operasi sehingga dampak ini n pengolahan
izin akan ditelaah lebih mendalam saat air limbah
pembuangan kajian tahap operasi. Berdasarkan sebelum
air limbah ke rona lingkungan diketahui tidak ada dibuang ke
laut parameter yang melebihi baku mutu. laut
 Melakukan Dengan demikian dampak ini  Mengurus
pemantauan disimpulkan menjadi dampak izin
setiap 1 penting hipotetik. pembuangan
bulan sekali air limbah ke
dengan laut
laboratorium  Melakukan
terakreditasi pemantauan
dan setiap 3 setiap 1
bulan sekali bulan sekali
dengan dengan
laboratorium laboratorium
DLHK. terakreditasi
dan setiap 3
bulan sekali
dengan
laboratorium
DLHK.
73
Pengelolaan Pelingkupan
Rencana Lingkungan
Kegiatan yang Sudah
Komponen
yang Direncanakan Batas
N Lingkunga Dampak Wilayah
Berpotensi Sejak Awal Dampak Waktu
o n Terkena Evaluasi Dampak Potensial Penting Studi
Menimbulk Sebagai Potensial Kajian
Dampak Hipotetik
an Dampak Bagian dari
Lingkungan Rencana
Kegiatan
- Persepsi Perubahan Dampak ini merupakan dampak Tidak menjadi - -
masyarakat persepsi turunan dari seluruh dampak yang DPH serta
masyarakat timbul akibat kegiatan. Diketahui tidak dikelola
seluruh dampak yang timbul telah dan tidak
direncanakan pengelolaannya dan dipantau
tidak ada yang perlu dikaji lebih
mendalam. Dengan demikian
dampak ini disimpulkan tidak
menjadi dampak penting hipotetik
serta tidak dikelola dan tidak
dipantau.

C Tahap
Operasi
1 Penyerapan  Memprioritas Kesempata Peningkata Jumlah tenaga kerja yang akan Disimpulkan Masyarakat Selama
Tenaga kan warga n kerja dan n diserap pekerjaan operasi adalah menjadi DPH di penyerapan
Kerja terkena berusaha kesempata sebanyak 57 orang, yang diharapkan Kelurahan tenaga kerja
Operasi dampak untuk n kerja dan berdasarkan konsultasi public Srengsem operasi
dapat bekerja berusaha berasal dari masyarakat sekitar. berlangsung
dan membuka Adanya peluang kerja sebanyak 57
usaha, sesuai Orang, akan menimbulkan peluang
dengan berusaha bagi warga sekitar seperti
keahlian, penjual makanan, warung, dan lain-
74
Pengelolaan Pelingkupan
Rencana Lingkungan
Kegiatan yang Sudah
Komponen
yang Direncanakan Batas
N Lingkunga Dampak Wilayah
Berpotensi Sejak Awal Dampak Waktu
o n Terkena Evaluasi Dampak Potensial Penting Studi
Menimbulk Sebagai Potensial Kajian
Dampak Hipotetik
an Dampak Bagian dari
Lingkungan Rencana
Kegiatan
ketrampilan, lain, karena berdasarkan monografi
dan tingkat Kelurahan Srengsem sehingga
pendidikanny dampak peningkatan kesempatan
a. kerja dan berusaha akibat mobilisasi
 Memprioritas tenaga kerja disimpulkan menjadi
kan warga dampak penting hipotetik
sekitar dalam
Program
Kemitraan
Dan Bina
Lingkungan
(PKBL)
Koordinasi persepsi perubahan Dampak ini merupakan dampak Disimpulkan Masyarakat Selama
terkait masyarakat persepsi turunan dari peningkatan menjadi DPH di penyerapan
penyerapan masyarakat kesempatan kerja dan berusaha Kelurahan tenaga kerja
tenaga kerja akibat penyerapan tenaga kerja Terbanggi operasi
local sesuai operasi. Diketahui dampak primer Besar berlangsung
kebutuhan dan akibat kegiatan tersebut perlu
kualifikasi dilakukan kajian lebih mendalam
yang ditetapkan dikarenakan terdapat kekhawatiran
kepada instansi masyarakat sekitar. Dengan
terkait maupun demikian dampak ini disimpulkan
kelurahan menjadi dampak penting hipotetik.
75
Pengelolaan Pelingkupan
Rencana Lingkungan
Kegiatan yang Sudah
Komponen
yang Direncanakan Batas
N Lingkunga Dampak Wilayah
Berpotensi Sejak Awal Dampak Waktu
o n Terkena Evaluasi Dampak Potensial Penting Studi
Menimbulk Sebagai Potensial Kajian
Dampak Hipotetik
an Dampak Bagian dari
Lingkungan Rencana
Kegiatan
setempat
 Melakukan Kebisingan Peningkata Dampak ini merupakan dampak Disimpulkan Radius 50 m Selama 5
penanaman n langsung dari operasional kereta api menjadi DPH dari pabrik tahun
pohon di kebisingan yang melintas dan dampak turunan utara beroperasi
dekat akibat antrian kereta api. Diketahui maupun serta rona
pemukiman kegiatan sekitar yang akan dilalui selatan lingkungan
sebagai noise lintasan kereta api ialah warung, tidak
barrier pemukiman warga, dan Stasiun berubah dan
Tarahan. Komponen lingkungan tidak ada
bersifat tidak penting secara ekologis perubahan
dan sosial yang disampaikan pula tata ruang
saat konsultasi public. Kebisingan di secara
sekitar dipengaruhi aktivitas lalu signifikan
lintas, aktivitas pelabuhan, PLTU,
dan industry lainnya yang berada di
dekat laut. Berdasarkan hasil
pemantauan yang dilakukan PTFP
diketahui bahwasanya kebisingan di
lokasi kegiatan masih berada di
bawah baku mutu sesuai
KepmenLHK No. 48 tahun 1996
untuk kegiatan industry (70 dBA)
sedangkan untuk pemukiman,
76
Pengelolaan Pelingkupan
Rencana Lingkungan
Kegiatan yang Sudah
Komponen
yang Direncanakan Batas
N Lingkunga Dampak Wilayah
Berpotensi Sejak Awal Dampak Waktu
o n Terkena Evaluasi Dampak Potensial Penting Studi
Menimbulk Sebagai Potensial Kajian
Dampak Hipotetik
an Dampak Bagian dari
Lingkungan Rencana
Kegiatan
kebisingan telah melebihi baku mutu
(55 dBA). Kebisingan yang tinggi di
lokasi pemukiman disebabkan
pemukiman berdekatan dengan
aktivitas di pesisir yang didominasi
aktivitas pelabuhan serta industry
lainnya yang berakumulasi dengan
aktivitas rumah tangga di
pemukiman serta aktivitas lalu lintas.
Diketahui kegiatan di sekitar yang
akan dilintasi kereta api
pengembangan didominasi
pemukiman sehingga aktivitas
tersebut akan menimbulkan dampak
peningkatan kebisingan secara
signifikan sehingga perlu dikaji lebih
lanjut. Dengan demikian dampak ini
disimpulkan menjadi dampak
penting hipotetik.

3 Operasional  Melakukan Kualitas Penurunan Dampak ini merupakan dampak Disimpulkan Radius 100 Selama 5
Produksi penanaman udara kualitas primer akibat operasional Produksi. menjadi DPH m dari tapak tahun
tumbuhan udara Guna meminimalisir dampak proyek beroperasi
77
Pengelolaan Pelingkupan
Rencana Lingkungan
Kegiatan yang Sudah
Komponen
yang Direncanakan Batas
N Lingkunga Dampak Wilayah
Berpotensi Sejak Awal Dampak Waktu
o n Terkena Evaluasi Dampak Potensial Penting Studi
Menimbulk Sebagai Potensial Kajian
Dampak Hipotetik
an Dampak Bagian dari
Lingkungan Rencana
Kegiatan
yang penurunan kualitas udara maka telah serta rona
berfungsi direncanakan beberapa pengelolaan. lingkungan
secara Komponen lingkungan bersifat tidak
ekologis dan penting secara ekologis dan sosial berubah dan
estetis di area yang disampaikan pula saat tidak ada
sekitar yang konsultasi public. Namun demikian perubahan
bersinggunga diketahui sumber pencemaran tata ruang
n dengan kualitas udara yang dikhawatirkan secara
kegiatan lain berasal dari aktivitas PLTU. signifikan
di sekitar. Berdasarkan hasil pemantauan yang
dilakukan PTFP diketahui
bahwasanya kualitas udara di lokasi
kegiatan dan sekitarnya masih
berada di bawah baku mutu sesuai
PPRI No. 41 tahun 1999. Hal ini
menunjukkan PTFP telah melakukan
pengelolaan kualitas udara dengan
baik. Dengan demikian dapat
diasumsikan kondisi kualitas udara
dikhawatirkan masyarakat berasal
dari kegiatan lain di sekitar. Dengan
demikian dampak ini disimpulkan
menjadi dampak penting hipotetik.
78
Pengelolaan Pelingkupan
Rencana Lingkungan
Kegiatan yang Sudah
Komponen
yang Direncanakan Batas
N Lingkunga Dampak Wilayah
Berpotensi Sejak Awal Dampak Waktu
o n Terkena Evaluasi Dampak Potensial Penting Studi
Menimbulk Sebagai Potensial Kajian
Dampak Hipotetik
an Dampak Bagian dari
Lingkungan Rencana
Kegiatan

 Melakuka Peningkata Dampak ini bersumber dari aktivitas Disimpulkan - -


n n di Produksi di mana terdapat tidak menjadi
penanama kebisingan beberapa alat berat yang digunakan DPH namun
n pohon dalam aktivitasnya. Namun tetap dikelola
di dekat demikian berdasarkan aktivitas dengan cara :
pemukima sejenis pada lokasi eksisting  Melakukan
n sebagai diketahui kebisingan masih berada di penanaman
noise bawah baku mutu untuk industry pohon di
barrier sesuai KepmenLHK No. 48 tahun dekat
 Meletakan 1996 untuk kegiatan industry (70 pemukiman
genset dBA) sedangkan untuk pemukiman, sebagai noise
sebagai kebisingan telah melebihi baku mutu barrier
cadangan (55 dBA). Dengan demikian dampak  Meletakan
di lokasi ini disimpulkan tidak menjadi genset sebagai
yang jauh dampak penting hipotetik namun cadangan di
dari lokasi tetap dikelola dan dipantau. lokasi yang
pemukima jauh dari
n lokasi
 Genset pemukiman
dilengkapi  Genset
ruang dilengkapi
kedap ruang kedap
79
Pengelolaan Pelingkupan
Rencana Lingkungan
Kegiatan yang Sudah
Komponen
yang Direncanakan Batas
N Lingkunga Dampak Wilayah
Berpotensi Sejak Awal Dampak Waktu
o n Terkena Evaluasi Dampak Potensial Penting Studi
Menimbulk Sebagai Potensial Kajian
Dampak Hipotetik
an Dampak Bagian dari
Lingkungan Rencana
Kegiatan
suara suara

 Penyediaan Sampah Timbulan Dampak timbulan sampah domestic Disimpulkan - -


tempat sampah berasal dari aktivitas domestic di tidak menjadi
penampunga area pabrik. Berdasarkan analogi DPH Namun
n sampah kegiatan sejenis yaitu aktivitas di tetap dikelola
sementara pabrk eksisting limbah sisa dengan cara :
(TPS) di konsumsi serta limbah dari aktivitas  Penyediaan
lokasi produksi itu sendiri diketahui tempat
kegiatan volume sampah yang dihasilkan penampunga
 Pemilihan ialah sebanyak 47,04 ton/tahun atau n sampah
sampah 0,13 ton/hari. Selain itu juga terdapat sementara
basah dan limbah sampah organic dari rumput (TPS) di
kering serta dan daun bamboo, kertas, dan batang lokasi
sampah bamboo yang dapat mencapai 19,23 kegiatan
yang masih ton/tahun atau 0,05 ton/hari. Untuk  Pemilihan
dapat mengelola sampah direncanakan sampah
dimanfaatka akan dikelola dengan menyediakan basah dan
n kembali TPS yang terpisah organic dan kering serta
 Pembuangan anorganik kemudian tertutup. sampah
sampah/mat Selanjutnya sampah-sampah tersebut yang masih
erial ke dikumpulkan ke TPS komunal yang dapat
lokasi yang kemudian akan diangkut Dinas dimanfaatka
80
Pengelolaan Pelingkupan
Rencana Lingkungan
Kegiatan yang Sudah
Komponen
yang Direncanakan Batas
N Lingkunga Dampak Wilayah
Berpotensi Sejak Awal Dampak Waktu
o n Terkena Evaluasi Dampak Potensial Penting Studi
Menimbulk Sebagai Potensial Kajian
Dampak Hipotetik
an Dampak Bagian dari
Lingkungan Rencana
Kegiatan
ditentukan. Kebersihan Kab, Lamteng, n kembali
 Penanaman sedangkan sampah yang dapat  Pembuangan
pohon dimanfaatkan kembali akan segera sampah/mat
penyerap dimanfaatkan PTFP. Dengan adanya erial ke
bau di TPS pengelolaan yang direncanakan, lokasi yang
(misalnya maka dampak ini disimpulkan tidak ditentukan.
pohon menjadi dampak penting hipotetik  Penanaman
cempaka, namun tetap dikelola dan dipantau. pohon
kenanga dan penyerap
Tanjung) bau di TPS
serta (misalnya
penyemprota pohon
n untuk cempaka,
menghilangk kenanga dan
an bau. Tanjung)
 Pembuangan serta
sampah/mat penyemprota
erial ke n untuk
lokasi yang menghilangk
telah an bau.
ditentukan.  Pembuangan
sampah/mat
erial ke
81
Pengelolaan Pelingkupan
Rencana Lingkungan
Kegiatan yang Sudah
Komponen
yang Direncanakan Batas
N Lingkunga Dampak Wilayah
Berpotensi Sejak Awal Dampak Waktu
o n Terkena Evaluasi Dampak Potensial Penting Studi
Menimbulk Sebagai Potensial Kajian
Dampak Hipotetik
an Dampak Bagian dari
Lingkungan Rencana
Kegiatan
lokasi yang
telah
ditentukan.

4 Operasional  Menggunaka limbah B3 Timbulnya Dampak ini bersumber dari Disimpulkan - -


FABA n TPS LB3 limbah B3 operasional FABA di mana limbah tidak menjadi
eksisting B3 yang dihasilkan dari seluruh DPH namun
 Menginfenta kegiatan di tampung di TPS LB3 tetap dikelola
risir jenis eksisting yang telah memiliki izin dengan cara :
limbah B3 No. 660.1/029/III.16/VIII/2019.  Menggunaka
yang Operasional FABA ini tidak akan n TPS LB3
dihasilkan, mengubah bentuk maupun fungsi eksisting
mencatat yang ada di TPS LB3 melainkan  Menginfenta
dalam pemanfaatan kembali limbah FABA risir jenis
logbook dan tersebut untuk dapat digunakan limbah B3
membuat sebagai bahan baku konstruksi. yang
neraca Beban komponen lingkungan saat ini dihasilkan,
limbah B3 rendah dan bukan merupakan mencatat
 Bekerja komponen lingkungan yang penting dalam
sama dengan secara ekologis maupun sosial. logbook dan
pihak ketiga Berdasarkan konsultasi public tidak membuat
sebagai terdapat kekhawatiran masyarakat neraca
pengelola terhadap dampak ini serta tidak ada limbah B3
82
Pengelolaan Pelingkupan
Rencana Lingkungan
Kegiatan yang Sudah
Komponen
yang Direncanakan Batas
N Lingkunga Dampak Wilayah
Berpotensi Sejak Awal Dampak Waktu
o n Terkena Evaluasi Dampak Potensial Penting Studi
Menimbulk Sebagai Potensial Kajian
Dampak Hipotetik
an Dampak Bagian dari
Lingkungan Rencana
Kegiatan
lanjutan dan peraturan yang dilanggar karena TPS  Bekerja
akhir yang LB3 telah memiliki izin. Dengan sama dengan
telah berizin informasi terdapat pengelolaan yang pihak ketiga
dari KLHK. direncanakan maka dampak ini sebagai
 Melaporkan disimpulkan tidak menjadi dampak pengelola
Dokumen penting hipotetik namun tetap lanjutan dan
LB3 sesuai dikelola dan dipantau. akhir yang
Kep. Ka telah berizin
Bapedal dari KLHK.
No.021/1995  Melaporkan
Dokumen
LB3 sesuai
Kep. Ka
Bapedal
No.021/1995
5 Perawatan - Persepsi Perubahan Dampak ini merupakan dampak tidak menjadi - -
Bangunan Masyarakat persepsi turunan dari seluruh dampak yang DPH serta
dan masyarakat timbul akibat aktivitas perawatan tidak dikelola
Fasilitasnya bangunan dan fasilitasnya. Diketahui dan tidak
perawatan bangunan dan fasilitasnya dipantau
ini merupakan tindak lanjut dari
pengelolaan dampak pada tahap
operasional, sehingga jika dampak di
83
Pengelolaan Pelingkupan
Rencana Lingkungan
Kegiatan yang Sudah
Komponen
yang Direncanakan Batas
N Lingkunga Dampak Wilayah
Berpotensi Sejak Awal Dampak Waktu
o n Terkena Evaluasi Dampak Potensial Penting Studi
Menimbulk Sebagai Potensial Kajian
Dampak Hipotetik
an Dampak Bagian dari
Lingkungan Rencana
Kegiatan
tahap operasional dikelola dengan
baik, maka dampak yang timbul
pada tahap perawatan bangunan juga
akan terkelola dengan baik. Dengan
demikian dampak ini disimpulkan
tidak menjadi dampak penting
hipotetik.

Tabel 1.29
Dampak Penting Hipotetik

Rencana Kegiatan yang Berpotensi Menimbulkan


No Dampak Penting Hipotetik
Dampak Lingkungan
A Tahap Pra Konstruksi
1 Pembebasan Lahan Perubahan persepsi masyarakat
Gangguan kamtibmas

B Tahap Konstruksi
1 Mobilisasi Tenaga Kerja Konstruksi Peningkatan kesempatan kerja dan berusaha
2 Mobilisasi Material dan Alat Berat Gangguan lalu lintas darat
84
Rencana Kegiatan yang Berpotensi Menimbulkan
No Dampak Penting Hipotetik
Dampak Lingkungan
3 Pekerjaan Rekayasa Lalu Lintas Gangguan lalu lintas darat
4 Pekerjaan Fisik Bangunan Penurunan kualitas air laut
C Tahap Operasi
1 Penyerapan Tenaga Kerja Operasi Peningkatan kesempatan kerja dan berusaha
perubahan persepsi masyarakat
2 Operasional Lini Produksi Gangguan lalu lintas darat
Peningkatan kebisingan
Perubahan persepsi masyarakat
3 Operasional Inti Produksi Penurunan kualitas udara
Perubahan persepsi masyarakat

85
Tabel 1.30
Dampak lain yang dikelola dan dipantau

Rencana Kegiatan yang


Berpotensi Pengelolaan Lingkungan yang Sudah Direncanakan Sejak Awal
No Dampak Lain yang Dikelola
Menimbulkan Dampak Sebagai Bagian dari Rencana Kegiatan
Lingkungan
A Tahap Pra Konstruksi
1 Perizinan Perubahan persepsi masyarakat Mengurus perizinan yang diperlukan dalam pengembangan
Pelabuhan Tarahan baik secara tata ruang maupun perizinan lainnya
2 Koordinasi Perubahan persepsi masyarakat  Melakukan koordinasi terkait rencana pembebasan lahan dan
mekanismenya
Melakukan koordinasi terkait perizinan yang belum dimiliki

B Tahap Konstruksi
1 Mobilisasi Material dan Gangguan lalu lintas laut Berkoordinasi dengan Syahbandar terkait lalu lintas laut
Alat Berat
Penurunan kualitas udara  Mewajibkan kendaraan yang masuk ke Pelabuhan Tarahan untuk
lolos uji emisi gas buang sesuai KepmenLH No. 141 tahun 2003
 mewajibkan kendaraan yang masuk ke Pelabuhan Tarahan untuk
memiliki sertifikat laik jalan
 melakukan penanaman tumbukan yang berfungsi secara ekologis
dan estetis di area sekitar yang bersinggungan dengan kegiatan lain
di sekitar.
 kendaraan pengangkut material dilengkapi terpal tertutup
 Mobilisasi material dan alat berat diutamakan dilakukan pada
malam hari

Peningkatan kebisingan  Melakukan penanaman pohon di dekat pemukiman sebagai noise


barrier
 Menyediakan pagar pembatas di sekeliling
86
Rencana Kegiatan yang
Berpotensi Pengelolaan Lingkungan yang Sudah Direncanakan Sejak Awal
No Dampak Lain yang Dikelola
Menimbulkan Dampak Sebagai Bagian dari Rencana Kegiatan
Lingkungan

2 Pembangunan dan Penurunan kualitas air permukaan  Menyediakan MCK portable sebanyak 8 unit
Pengoperasian Sarana Bekerja sama dengan pihak ketiga untuk dilakukan penyedotan jika
Penunjang Konstruksi sudah penuh
Timbulan limbah sampah  Menyediakan TPS terpilah dan tertutup sebanyak 8 unit
domestic Bekerja sama dengan pihak ketiga untuk pengangkutan sampah
setiap 1 minggu sekali
3 Penyiapan Lahan Dasar Penurunan kualitas udara  Melakukan penanaman tanaman dan pohon yang berfungsi secara
ekologis
membuat pagar pembatas setinggi + 2 m di sekeliling proyek
Peningkatan kebisingan  Melakukan penanaman pohon di dekat pemukiman sebagai noise
barrier
 Pembatasan kecepatan kendaraan

Gangguan terhadap flora  Melakukan penanaman kembali pohon dengan jumlah yang sama
dengan yang ditebang
 memaksimalkan area RTH dan tidak merubah fungsinya
Menggunakan tanaman pagar untuk
4 Pekerjaan Fisik Penurunan kualitas udara  melakukan penanaman tumbukan yang berfungsi secara ekologis
Bangunan dan estetis di area sekitar yang bersinggungan dengan kegiatan lain
di sekitar.
Membuat green barrier yang berbatasan langsung dengan
pemukiman
Peningkatan kebisingan  Melakukan penanaman pohon di dekat pemukiman sebagai noise
barrier

87
Rencana Kegiatan yang
Berpotensi Pengelolaan Lingkungan yang Sudah Direncanakan Sejak Awal
No Dampak Lain yang Dikelola
Menimbulkan Dampak Sebagai Bagian dari Rencana Kegiatan
Lingkungan
Peningkatan air larian  menyediakan area hijau sebagai lahan resapan air
 tidak mengubah fungsi lahan RTH
Gangguan lalu lintas laut  Memasang rambu-rambu di sekitar area pengerukan
 Berkoordinasi dengan Kantor Otoritas Pelabuhan dan
Kesyahbandaran terkait informasi penggunaan kapal keruk baik
lokasi maupun waktu pelaksanaan keruk.
5 Commissioning Penurunan kualitas udara  Melakukan penanaman tanaman dan pohon yang berfungsi secara
ekologis
Membuat pagar pembatas setinggi + 2 m di sekeliling proyek
Peningkatan kebisingan  Melakukan penanaman pohon di dekat pemukiman sebagai noise
barrier

Penurunan kualitas air laut  Menyediakan pengolahan air limbah sebelum dibuang ke laut
 Mengurus izin pembuangan air limbah ke laut
Melakukan pemantauan setiap 1 bulan sekali dengan laboratorium
terakreditasi dan setiap 3 bulan sekali dengan laboratorium DLHK.
Gangguan lalu lintas darat  Mempercepat proses pemindahan batubara ke RCD untuk
kemudian diangkut ke stockpile.
 Menyediakan palang pintu keamanan di perlintasan jalan yang
dilewati babaranjang
 Menyediakan lahan pakir yang cukup di dalam area
pengembangan
Melarang kendaraan operasional parkir di bahu jalan

C Tahap Operasi
1 Operasional Lini penurunan kualitas udara  Melakukan penanaman tumbuhan yang berfungsi secara ekologis

88
Rencana Kegiatan yang
Berpotensi Pengelolaan Lingkungan yang Sudah Direncanakan Sejak Awal
No Dampak Lain yang Dikelola
Menimbulkan Dampak Sebagai Bagian dari Rencana Kegiatan
Lingkungan
Produksi dan estetis di area sekitar yang bersinggungan dengan kegiatan lain
di sekitar.
 Gerbong pengangkut batubara dilengkapi terpal

2 Operasional Inti Produksi Peningkatan kebisingan


Gangguan lalu lintas laut Berkoordinasi dengan Kantor Otoritas Pelabuhan dan
Kesyahbandaran terkait informasi kapal yang tambat di dermaga
Timbulan sampah  Penyediaan tempat penampungan sampah sementara (TPS) di
lokasi kegiatan
 Pemilihan sampah basah dan kering serta sampah yang masih
dapat dimanfaatkan kembali
 Pembuangan sampah/material ke lokasi yang ditentukan.
 Penanaman pohon penyerap bau di TPS (misalnya pohon
cempaka, kenanga dan Tanjung) serta penyemprotan untuk
menghilangkan bau.
 Pembuangan sampah/material ke lokasi yang telah ditentukan.
Berkoordinasi dengan Dinas Kebersihan danp Pertamanan Kota
Bandar Lampung
Timbulan limbah B3  Menggunakan TPS LB3 eksisting
 Menginfentarisir jenis limbah B3 yang dihasilkan, mencatat dalam
logbook dan membuat neraca limbah B3
 Bekerja sama dengan pihak ketiga sebagai pengelola lanjutan dan
akhir yang telah berizin dari KLHK.
Melaporkan Dokumen LB3 sesuai Kep. Ka Bapedal No.021/1995
Gangguan Kesehatan Masyarakat  Menyediakan CSR untuk memberikan susu kepada masyarakat
sekitar yang terkena dampak
 Meminimalisir dampak penurunan kualitas udara dengan
89
Rencana Kegiatan yang
Berpotensi Pengelolaan Lingkungan yang Sudah Direncanakan Sejak Awal
No Dampak Lain yang Dikelola
Menimbulkan Dampak Sebagai Bagian dari Rencana Kegiatan
Lingkungan
menanam tanaman penyerap polutan
3 Operasional FABA Timbulnya limbah B3  Menggunakan TPS LB3 eksisting
 Menginfentarisir jenis limbah B3 yang dihasilkan, mencatat dalam
logbook dan membuat neraca limbah B3
 Bekerja sama dengan pihak ketiga sebagai pengelola lanjutan dan
akhir yang telah berizin dari KLHK
 Melaporkan Dokumen LB3 sesuai Kep. Ka Bapedal No.021/1995

90
2.5.2 Batas Wilayah Studi dan Batas Waktu Kajian
Wilayah studi merupakan resultante atau gabungan batas terluar dari hasil tumpang
susun (overlay) pada batas proyek, batas ekologis, batas sosial dan batas administrasi.
Penentuan batas wilayah studi juga mempertimbangkan kendala teknis, sumber data,
waktu dan biaya. Dasar penentuan batas wilayah studi secara rinci dapat dikemukakan
sebagai berikut.

a. Batas Proyek

Batas proyek yaitu ruang dimana seluruh komponen rencana kegiatan akan dilakukan yang
berlangsung di tahapan kegiatan yang dikaji. Batas proyek yaitu ruang dimana seluruh
komponen rencana kegiatan akan dilakukan yang berlangsung di tahapan kegiatan yang
dikaji. Dari ruang berlangsungnya rencana kegiatan akan timbul dampak yang akan
mempengaruhi komponen lingkungan hidup disekitarnya. Batas proyek diplotkan pada peta
berdasarkan plot batas luasan rencana kegiatan dan juga meliputi fasilitas pendukungnya.
Batas proyek kegiatan yang direncanakan yaitu meliputi lokasi pembangunan PT. Fresh
Pineapple.

b. Batas Ekologis

Batas ekologis yaitu ruang terjadinya sebaran dampak-dampak lingkungan dari suatu rencana
usaha dan/atau kegiatan yang akan dikaji. Batas ekologis yaitu ruang terjadinya sebaran
dampak-dampak lingkungan dari suatu rencana usaha dan/atau kegiatan yang akan dikaji,
mengikuti media lingkungan masing-masing (seperti air dan udara), dimana proses alami
yang berlangsung dalam ruang tersebut diperkirakan akan mengalami perubahan mendasar

c. Batas Sosial
Batas sosial yaitu ruang disekitar rencana usaha dan/atau kegiatan yang merupakan tempat
berlangsungnya berbagai interaksi sosial yang mengandung norma dan nilai tertentu yang
sudah mapan (termasuk sistem dan struktur sosial), sesuai dengan proses dan dinamika sosial
suatu kelompok masyarakat, yang diperkirakan akan mengalami perubahan mendasar akibat
suatu rencana usaha dan/atau kegiatan.
Batas sosial yaitu ruang disekitar rencana usaha dan/atau kegiatan yang merupakan tempat
berlangsungnya berbagai interaksi sosial yang mengandung norma dan nilai tertentu yang
sudah mapan (termasuk sistem dan struktur sosial), sesuai dengan proses dan dinamika sosial
suatu kelompok masyarakat, yang diperkirakan akan mengalami perubahan mendasar akibat

91
suatu rencana usaha dan/atau kegiatan yaitu Kecamatan Terbanggi Besar, Kabupaten
Lampung Tengah.

d. Batas Administrasi

Batas administratif, yaitu wilayah administrative terkecil yang relevan (seperti desa
kecamatan, kabupaten, provinsi) yang wilayahnya tercakup tiga unsur batas diatas (batas
proyek, batas ekologis dan batas sosial).
Batas administratif, yaitu wilayah administratif terkecil yang relevan (seperti desa kecamatan,
kabupaten, provinsi) yang wilayahnya tercakup tiga unsur batas diatas (batas proyek, batas
ekologis dan batas sosial). Batas administrasi yang ditetapkan dalam studi AMDAL ini
adalah Kecamatan Terbanggi Besar, Kabupaten Lampung Tengah.

1.5.1 Batas Waktu Kajian

Batas waktu kajian ditetapkan dengan mempertimbangkan tahun prakiraan dampak dan
rentang waktu terjadinya dampak untuk setiap dampak penting yang akan dikaji. Secara rinci,
batas waktu kajian masing-masing Dampak Penting Hipotetik (DPH) tersaji di table berikut:

Tabel 1.31 Batas Waktu Kajian

Rencana Kegiatan Waktu Kajian


yang Berpotensi
No Dampak Penting Hipotetik
Menimbulkan
Dampak Lingkungan
A Tahap Pra
Konstruksi
1 Pembebasan Lahan Perubahan persepsi Selama kegiatan pembebasan
masyarakat lahan berlangsung
Gangguan kamtibmas Selama kegiatan pembebasan
lahan berlangsung

B Tahap Konstruksi
1 Mobilisasi Tenaga Peningkatan kesempatan kerja selama mobilisasi tenaga
Kerja Konstruksi dan berusaha kerja konstruksi berlangsung
perubahan persepsi selama mobilisasi tenaga
masyarakat kerja konstruksi berlangsung
2 Mobilisasi Material Gangguan lalu lintas darat selama mobilisasi material
dan Alat Berat dan alat berat berlangsung
3 Pekerjaan Rekayasa Gangguan lalu lintas darat selama rekayasa lalu lintas
Lalu Lintas berlangsung
4 Pekerjaan Fisik Perubahan persepsi selama kegiatan pekerjaan
Bangunan masyarakat fisik bangunan (pengerukan)

92
Rencana Kegiatan Waktu Kajian
yang Berpotensi
No Dampak Penting Hipotetik
Menimbulkan
Dampak Lingkungan
berlangsung

C Tahap Operasi
1 Penyerapan Tenaga Peningkatan kesempatan kerja Selama penyerapan tenaga
Kerja Operasi dan berusaha kerja operasi berlangsung
perubahan persepsi
masyarakat
2 Operasional Lini Gangguan lalu lintas darat Selama 5 tahun beroperasi
Produksi serta rona lingkungan tidak
Peningkatan kebisingan berubah dan tidak ada
Perubahan persepsi perubahan tata ruang secara
masyarakat signifikan
3 Operasional Inti Penurunan kualitas udara
Produksi Penurunan kualitas air laut
Perubahan persepsi
masyarakat

93
1 BAB III
METODOLOGI STUDI

3.1. Pendekatan Studi


Berdasarkan ruang lingkup penelitian yang telah dijabarkan dalam Bab II, bagian ini
kemudian menjelaskan mengenai metode studi yang digunakan dalam melaksanakan studi
AMDAL
Berdasarkan ruang lingkup penelitian yang telah dijabarkan dalam Bab II, bagian ini
kemudian menjelaskan mengenai metode studi yang digunakan dalam melaksanakan studi
AMDAL Pembangunan PT Fresh Pineapple, yang terdiri dari:
 Pengumpulan Data dan Metode Analisis
 Metode Prediksi Dampak Penting
 Metode Evaluasi Dampak Penting

Proyek dimaksud berkaitan erat dengan keberlangsungan transportasi batubara untuk


memenuhi kebutuhan masyarakat akan energi, serta konservasi ekosistem yang akan
menerima dampak dari kegiatan tersebut. Studi lingkungan ini akan dilakukan melalui
pendekatan pengembangan kawasan dengan dinamika sosial yang merupakan salah satu
pendekatan yang berperan dalam dinamika dampak spasial. Pendekatan tersebut pada
dasarnya merupakan pendekatan manajemen lingkungan terpadu berdasarkan alokasi
pemanfaatan sumber daya lahan untuk berbagai kebutuhan konstruksi. Studi lingkungan ini
akan dikembangkan berdasarkan estimasi dan evaluasi perubahan penggunaan lahan dan
dinamika proses kegiatan Pembangunan PT Fresh Pineapple.
Data primer dan data sekunder yang diperlukan adalah data prioritas untuk studi
dampak penting hipotetis dari studi AMDAL. Data primer diperoleh melalui survei
menggunakan kuesioner, wawancara langsung dan observasi. Metode pengumpulan dan
analisis data, baik data primer dan sekunder diuraikan pada Gambar 3.1. Data sekunder dan
sumbernya yang digunakan dalam persiapan dokumen AMDAL ditunjukkan dalam Tabel
3.1.

94
Tabel 1.1
Jenis dan sumber data sekunder

No. Data Sumber Data


1. Deskripsi Rencana Usaha PT Fresh Pineapple
dan/atau Kegiatan
2. Data Sekunder Rona Awal  SLHD Kota Bandar Lampung
Lingkungan di Sekitar Lokasi  Kondisi lingkungan dari kegiatan di sekitar
Kegiatan lokasi
 Referensi penelitian yang dilakukan di sekitar
lokasi kegiatan
3. Data Geologi, Seismic, dan Geological Research Center Bandung/Center for
Topografi Environmental Geology and Groundwater
4. Rencana Tata Ruang Government of Lampung Province and Regional
Government of Gorontalo Regency
5. Data Hidrologi, Kemiringan Dinas PU, Bina Marga dan Tata Ruang Provinsi
Lereng, dan Peta Relevan Lampung
Lainnya
6. Data Demografi dan Potensi Badan Pusat Statistik Kabupaten Lampung
Daerah Tengah
7. Penelitian Sejenis Lainnya Instansi Pemerintah dan Referensi lain yang
berkaitan dengan pembangunan perusahaan
nanas.

3.2. Metode Pengumpulan Data dan Analisis Data


Lokasi kegiatan secara administrasi terletak di Kelurahan Terbanggi Besar,Kabupaten
Lampung Tengah. Rangkaian kegiatan pembangunan PT Fresh Pineapple ini baik
langsung ataupun tidak langsung akan berdampak terhadap komponen geofisik kimia,
biologi serta sosial dan kesehatan masyarakat di sekitarnya.
Analisis data dilakukan setelah data yang terkumpul diidentifikasi. Adapun
metodenya dapat dilakukan dengan beberapa cara, tergantung dari tujuan dan
karakteristik data yang berhasil dikumpulkan atau diambil sampelnya. Beberapa data
ada yang harus dianalisis melalui pengujian laboratorium dengan mengacu pada
standar baku mutu yang berlaku, selebihnya dapat dianalisis dengan persamaan
matematis, analogi dan atau menggunakan grafik atau diagram/ peta tertentu guna
mempermudah pengertian.

3.2.1. Komponen Geo-Fisik-Kimia


A. Kualitas Udara
Metode Pengumpulan Data

95
Parameter kualitas udara ambien yang akan ditelaah meliputi: Sulfur Dioksida (SO 2),
Nitrogen oksida (NOx), Karbon Monoksida (CO), dan Total Debu Partikel (TSP).
Data kualitas udara dikumpulkan melalui pengukuran dan atau pengambilan sampel
lapangan pada titik tertentu dan dianalisa di laboratorium. Lokasi pengambilan sampel
udara didasarkan pada dampak pencemaran udara yang disebabkan oleh kegiatan
proyek, kemungkinan dampak kegiatan konstruksi pada masyarakat dan keterkaitan
kegiatan yang ada di sekitarnya. Hasil analisis dibandingkan dengan standar kualitas
udara ambien berdasarkan Peraturan Pemerintah RI No. 41/1999 tentang
Pengendalian Pencemaran Udara. Metode analisis dan peralatan yang digunakan
dalam uji sampel udara dapat dilihat pada Tabel 3.3. Selain itu, kondisi lingkungan
lapangan juga diukur secara langsung yang meliputi parameter arah angin dominan
dan kondisi cuaca selama pengukuran.

Tabel 1.2
Metode dan peralatan sampling kualitas udara

Metode Durasi
No Parameter Satuan Metode Peralatan
Analisa Pengukuran
KIMIA
SNI 19-
1. NO2 µg/Nm3 7119.2- Spectrophotometer Saltzman 1 jam
2005
SNI 19-
3
2. SO2 µg/Nm 7119.7- Spectrophotometer Pararosaniline 1 jam
2005
CDN-
3. CO µg/Nm3 NDIR Analyzer NDIR 1 jam
1C
FISIKA
SNI 19-
24 jam or;
1. Debu µg/Nm 3
7119.3- Hi – Vol Gravimetric
1 jam*
2005
Keterangan:
*Disesuaikan dengan kondisi lapangan, terutama kondisi hutan alam/vegetasi yang cenderung
konstan

Tabel 1.3
Lokasi sampling kualitas udara

No Jenis Sampel Kode Informasi Awal Lokasi


1 Kualitas Udara dan Kebisingan UA1 Jl. Lintas
UA2 Perkebunan
UA3 Area Pabrik Produksi
UA4 Pos Jaga PT Fresh Pineapple
96
UA5 Pemukiman Terbanggi Besar

Metode Analisis Data


Hasil uji kualitas udara ambien dianalisis dengan membandingkan hasil uji dengan standar
kualitas udara ambien sebagaimana tercantum dalam Peraturan Pemerintah RI No. 41/1999
tentang Pengendalian Pencemaran Udara. Jenis parameter pencemar udara, metode analisis
dan peralatan yang digunakan dalam data analisis laboratorium disajikan dalam tabel berikut.

Tabel 1.4
Metode analisa dan peralatan uji kualitas udara

Baku Durasi Metode


No. Parameter Satuan Peralatan
Mutu Pengukuran Analisis
1. SO2 µg/Nm3 900 1 jam Pararosaniline Spectrophotometer
2. CO µg/Nm3 30.000 1 jam NDIR NDIR Analyzer
3. NO2 µg/Nm3 400 1 jam Saltzman Spectrophotometer
4. Debu/TSP µg/Nm3 230 24 jam Gravimetric Hi-Vol
5 PM 10
6 PM 2,5
Sumber: Lampiran PP No 41/2009

B. Kebisingan
Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data kebisingan di sekitar kegiatan yang diusulkan dilakukan berdasarkan data
sekunder dan data primer. Data sekunder dikumpulkan dari studi lingkungan yang relevan
yang telah dilakukan di sekitar kegiatan yang diusulkan, sementara data primer diperoleh
dengan melakukan pengukuran langsung. Pengukuran kebisingan dilakukan menggunakan
Sound Level Meter, yang merupakan alat pengukur kebisingan “pembacaan langsung” , dan
tingkat kebisingan dinyatakan dalam dBA.Hasil pengukuran kebisingan kemudian
dibandingkan dengan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. Kep-48 / MENLH /
1996 tentang Standar Tingkat Kebisingan.Metode analisis dan peralatan yang digunakan
dalam analisis data disajikan pada Tabel 3.6

97
Tabel 1.5
Metode analisis dan peralatan pengukuran tingkat kebisingan

Durasi
Parameter Satuan Baku Mutu Peralatan
Pengukuran
Kawasan Industri: 70 1 jam Sound Level
Kebisingan dBA
Pemukiman: 55 24 jam Meter
Sumber: KepmenLH No.48/MenKLH/11/1996

Tingkat kebisingan dapat diukur secara langsung dengan Integrated Sound Level Meter, yaitu
Leq dengan interval waktu pengukuran 5 detik, selama 10 (sepuluh) menit.Pengukuran juga
dilakukan selama 24 jam (LSM) pada aktivitas puncak selama periode hari selama 10 jam
(LS) antara pukul 06.00 - 22.00 pagi dan selama malam hari selama 8 jam (LM) antara 22.00
- 06.00 pagi .

Metode Analisis Data


Analisis baseline kebisingan akan dilakukan dengan mengacu pada Keputusan Menteri
Lingkungan Hidup No. 48/1996 tentang Standar Tingkat Kebisingan. Metode ini akan
mendapatkan Leq (tingkat kebisingan ekivaeln), LTM5 (Leq dengan interval waktu 5 detik),
Ls (Leq selama periode siang), Lm (Leq selama periode malam), Lsm (Leq selama periode
siang dan malam hari).

Tabel 1.6
Baku mutu tingkat kebisingan

Tingkat
Area Khusus / Lingkungan Kesehatan Kebisingan
(dbA)
A. Area Khusus
1. Perumahan dan Pemukiman 55
2. Perdagangan dan Jasa 70
3. Kantor dan Komersial 65
4. Ruang Terbuka Hijau 50
5. Industri 70
6. Fasilitas Umum 60
7. Rekreasi 70
8. Area Spesial
- Bandara
- Stasiun Kereta 60
- Pelabuhan 70
B. Lingkungan Kegiatan
1. Rumah Sakit dan sejenisnya 55
98
Tingkat
Area Khusus / Lingkungan Kesehatan Kebisingan
(dbA)
2. Sekolah dan sejenisnya 55
3. Tempat Ibadah dan sejenisnya 55

A. Peluang Kerja dan Berusaha

Metode Pengumpulan Data


Pengumpulan data untuk studi aspek peluang kerja dilakukan melalui inventarisasi data dari
Pemrakarsa tentang persyaratan tenaga kerja. Data ketersediaan tenaga kerja diperoleh dari
data tenaga kerja dan pengangguran. Data ketersediaan tenaga kerja berasal dari instansi
pemerintah terkait (dari Kantor Tenaga Kerja dan BPS). Pengumpulan data dilakukan dengan
cara :
 Wawancara mendalam dengan key person
 Pengumpulan data sekunder dari BPS dan Dinas Tenaga Kerja.
Data sekunder yang dibutuhkan adalah: Data BPS Kabupaten OI, OKI dan Banyuasin dalam
Angka; Kecamatan dalam Angka; Monografi Desa Studi; serta Dokumen Tenaga Kerja dan
Tingkat Pengangguran. Data primer yang dibutuhkan adalah: Jenis Pekerjaan di Masyarakat,
Potensi Tenaga Kerja Lokal dan Peluang Kerja yang bisa didapat masyarakat lokal.
Parameter peluang kerja yang akan diteliti adalah :
 Jumlah Angkatan Kerja, Jumlah Non-Angkatan Kerja, Jumlah Pekerja, Tingkat
Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK),
 Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT), jenis pekerjaan yang melibatkan komunitas,
 Tingkat pendidikan, keterampilan Tenaga Kerja dan spesifikasi serta jumlah tenaga kerja
yang dibutuhkan.

Metode Analisis Data


Data yang terkumpul kemudian dianalisis menggunakan analisis deskriptif dan statistik.
Selain itu, analisis rasio ketergantungan penduduk juga dibuat untuk menggambarkan tingkat

99
ketergantungan pada penduduk usia kerja. Metode formal persamaan matematika yang
digunakan untuk analisis adalah sebagai berikut:
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (%)
TPAK = USKK x 100%
USK
Keterangan:
TPAK = tingkat partisipasi angkatan kerja (%)
USK = jumlah populasi total usia kerja 15-54 tahun (orang)
USKK = jumlah populasi usia kerja yang memiliki pekerjaan (orang)

Tingkat Pengangguran (%)


TP = USKBK x 100%
USK
Keterangan:
TP = tingkat pengangguran (%)
USK = jumlah populasi total usia kerja 15-54 tahun (orang)
USKBK = jumlah populasi usia kerja yang menganggur (orang)

Rasio Ketergantungan
P 0 - 14 + Ρ > 55
DR = ×K
P 15 - 54
Keterangan:
DR = Rasio Ketergantungan
P 0 – 14 = Jumlah populasi usia 0 – 14 tahun
P > 55 = Jumlah populasi usia 55 tahun keatas
P 15 – 54 = Jumlah populasi usia 15 – 54 tahun
K = Konstanta (100)

Peningkatan Peluang Kerja (%)


KKLK = (TKLK : PLK) x 100%
Keterangan:
KKLK = Peluang kerja masyarakat lokal (%)
TKLK = Tenaga kerja lokal (orang)
PLK = Jumlah pengangguran di sekitar lokasi kegiatan (orang)

B. Peningkatan Pendapatan dan Tingkat Ekonomi Masyarakat

Metode Pengumpulan Data


Parameter pendapatan rumah tangga yang akan dikumpulkan adalah pekerjaan dan/atau
spesifikasi bisnis, sumber pendapatan, pendapatan tenaga kerja, dan laba bisnis. Data
sekunder yang dibutuhkan adalah nilai UMK lokal, standar upah dari pemrakarsa, jumlah
100
upah harian lokal. Data primer yang diperlukan adalah spesifikasi pekerjaan dan/atau bisnis,
sumber pendapatan, pendapatan tenaga kerja, dan laba bisnis.
Pengumpulan data primer dilakukan dengan menggunakan kuesioner dan melalui wawancara
mendalam dengan tokoh masyarakat. Jumlah sampel adalah 10 responden tiap Desa. Data
sekunder dikumpulkan dari kantor kelurahan, Kantor Tenaga Kerja, Kantor Perdagangan dan
Koperasi Kota, dan kantor Biro Pusat Statistik.

C. Persepsi Masyarakat
Metode Pengumpulan Data
Parameter yang akan diteliti adalah pengetahuan masyarakat tentang proyek yang
diusulkan, bentuk kegiatan proyek, keuntungan dan/atau kerugian dari pelaksanaan
proyek dan sikap terhadap proyek (menerima, menolak, atau menerima secara
kondisional) dan harapan masyarakat terhadap proyek.
Data sekunder yang dibutuhkan adalah Dokumen tentang Masalah Sosial dan Konflik
yang melibatkan masyarakat dengan kegiatan PT Fresh Pineapple. atau yang sejenis,
dan kegiatan CSR, sedangkan data primer yang dibutuhkan adalah persepsi positif dan
negatif responden terhadap PT Fresh Pineapple. Pengumpulan data sekunder
dilakukan dengan metode pengumpulan dari Pemrakarsa dan Layanan/Instansi
Pemerintah terkait. Pengumpulan data primer dilakukan melalui wawancara dan
observasi lapangan. Jumlah sampel adalah 10 responden/desa. Peralatan yang
diperlukan untuk pengumpulan data termasuk alat tulis, panduan wawancara,
kuesioner, kamera, tape recorder dll.

Metode Analisis Data


Analisis data dilakukan dengan metode kuantitatif dan deskriptif kualitatif dari data
persepsi positif dan negatif responden terhadap aktivitas PT Fresh Pineapple.

3.2.2. Komponen Transportasi

101
A. Lalu Lintas Darat
Metode Pengumpulan dan Analisis Data
Perhitungan jumlah kendaraan secara visual (dengan turus), untuk kemudian dilakukan
perhitungan menggunakan rumus kapasitas kendaraan sebagai berikut:

Dimana :
C : kapasitas operasional (smp/jam)
CO : kapasitas dasar (smp/jam)
FCW : faktor koreksi kapasitas untuk lebar jalan
FCSP : faktor koreksi kapasitas untuk pembagian arah
FCSF : faktor koreksi kapasitas untuk lebar jalan hambatan samping dan bahu jalan
FCCS : faktor koreksi kapasitas untuk ukuran kota

Analisa secara mendalam dilakukan pada dokumen Analisis Dampak Lalu Lintas. Beberapa
hal yang dianalisis diantaranya: rute akses mobilisasi peralatan dan material, kinerja lalu
lintas per tahapan kegiatan serta pengelolaan dampak per masing-masing segmen.

3.3. Metode Prakiraan dan Sifat Penting Dampak


Prakiraan dampak dimaksudkan sebagai telaahan secara cermat dan mendalam secara parsial
terhadap kualitas lingkungan yang berubah secara mendasar akibat suatu kegiatan. Perubahan
kualitas lingkungan tersebut diungkapkan sebagai besar dampak (magnitude) dan dampak
penting (importance).
Besaran dampak yang ditimbulkan dari rencana kegiatan pada masing-masing tahap kegiatan
dilakukan secara periodik dengan menggunakan metode yang relevan berdasarkan
metodologi yang telah disampaikan penentuan sifat penting dampak mengacu pada 7 (tujuh)
kriteria dampak penting Pasal 22 Undang-undang No. 32 tahun 2009 tentang Perlindungan
dan Pengelolaan Lingkungan Hidup yaitu sebagai berikut:

1. Jika Besaran jumlah penduduk yang akan terkena dampak rencana usaha dan/atau
kegiatan;
2. Luas wilayah persebaran dampak;
3. Intensitas dan lamanya dampak berlangsung;
4. Banyaknya komponen lingkungan hidup lain yang akan terkena dampak;
5. Sifat kumulatif dampak;
6. Berbalik (reversibel) atau tidak berbaliknya dampak (irreversibel); dan/atau
102
7. Kriteria lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Jika komponen lingkungan yang terkena dampak kegiatan memenuhi salah satu atau lebih
dari ketujuh kriteria dampak penting tersebut, maka komponen lingkungan tersebut disebut
terkena dampak penting. Selanjutnya, importance (tingkat kepentingan) dampak
diklasifikasikan menjadi 2 kelas, yaitu : Tidak penting (TP) dan Penting (P). Metode
prakiraan besarnya dampak dilakukan dengan dua cara yaitu metode formal (matematik) dan
non-formal (profesional judgement).

3.3.1. Metode Formal

A. Penurunan Kualitas Udara


Pendekatan model matematika yang digunakan untuk menghitung besaran dampak adalah:
Prediksi Dampak Partikulat / Debu
Penurunan kualitas udara ambien juga disebabkan oleh tingginya kadar debu di udara. Untuk
menghitung kandungan debu di udara, rumus berikut digunakan :
eu= 5.9 (s/12) (V/30) (W/7)0,7 (N/4)0,5 (d/365)
Dimana:
Eu = jumlah debu di sepanjang jalan (kg / km),
S = konten lanau (%), 5% untuk jalan beraspal
V = kecepatan kendaraan (km / jam), 20 km / jam
W = berat kendaraan (ton)
N = jumlah roda kendaraan
D = jumlah hari tanpa hujan, 240 hari

B. Peningkatan Kebisingan
Prakiraan besaran dampak kebisingan menggunakan formula tingkat kebisingan
fungsi jarak sebagai sumber tidak bergerak (stationary sources) pada peralatan
pengolahan emas saat beroperasi dan menimbulkan suara yang cukup bising.
C. LP2 = LP1 – 20.log r2/r1 – 10.G log r2 / 50 - Ashielding
Dimana:
LP1 = Tingkat kebisingan pada jarak r1 (dBA)
LP2 = Tingkat kebisingan pada jarak r2 (dBA)
r1 = Jarak pengukuran kebisingan dari sumber kebisingan-1 (50 ft = 15,24 m)

103
r2 = Jarak pengukuran kebisingan dari sumber kebisingan-2 dalam ft
G = kondisi lahan (ground)
A shielding = kondisi barrier

D. Penurunan Kualitas Air Laut (tidak ada)


Metode matermatis :
Kt = Ko.10-rt

Dimana :
Kt = konsentrasi parameter cemaran di satuan waktu tertentu
Ko = kondisi parameter cemaransaatini
r = tingkat penambahan cemaran setiap tahun hingga tahun tertentu (telaah data sekunder)
t = periode waktu yang digunakan

E. Gangguan Lalu Lintas Darat


Gangguan transportasi darat umumnya akibat meningkatnya kepadatan lalu lintas di
sekitar lokasi kegiatan. Generasi lalu lintas dapat dihitung dengan rumus berikut:
Kapasitas Segmen Jalan Antar Kota
Kapasitas ruas jalan antar kota dapat ditemukan berdasarkan metode perhitungan dari
Manual Kapasitas Jalan Indonesia (IHCM) 1997, sebagai berikut.
C = Co x Fcw x Fcsf x Fcsp
Keterangan:
C = kapasitas aktual ( pcu / jam )
Co = kapasitas dasar ( pcu / jam )
FCw = faktor penyesuaian untuk lebar jalan
FCsf = faktor penyesuaian untuk gesekan samping
FCsp = faktor penyesuaian untuk pemisahan arah

Kapasitas Persimpangan Tanpa Tanda


Kapasitas persimpangan tanpa tanda mengacu pada metode perhitungan dari Manual
Kapasitas Jalan Indonesia (IHCM) 1997, sebagai berikut.
C = Co x Fw x Fm x Fcs x FRSU x FLT x FRT x FMI
Keterangan:

104
C = kapasitas aktual ( pcu / jam )
Co = kapasitas dasar ( pcu / jam )
Fw = Entri dengan faktor koreksi
FM = Faktor penyesuaian median jalan utama
FCs = Faktor penyesuaian ukuran kota
FRSU = Faktor penyesuaian jenis lingkungan
FLT = Faktor penyesuaian belok kiri
FRT = Faktor penyesuaian belokan kanan
FMI = Faktor penyesuaian rasio aliran persimpangan

F. Kinerja Segmen Jalan


Tingkat layanan ruas jalan yang diteliti dapat ditemukan dari perbandingan antara
volume kendaraan (V) yang lewat dan kapasitas (C) ruas jalan. Dari hasil perhitungan
kapasitas , derajat kejenuhan (DS) yang terjadi dapat diidentifikasi, yaitu
perbandingan antara volume arus lalu lintas kendaraan yang melintas dan kapasitas
ruas jalan. Derajat kejenuhan adalah indikator untuk melihat tingkat kinerja ruas jalan
pada kondisi sebelum aktivitas, selama periode konstruksi dan periode operasional .
DS = V / C
Keterangan:
DS = Tingkat Kejenuhan, rasio aliran lalu lintas ( pcu / jam) ke kapasitas ( pcu /
jam )
V = volume arus lalu lintas ( pcu / jam )
C = kapasitas ( pcu / jam )
G. Persepsi Masyarakat
Kegiatan sosialisasi rencana kegiatan pembangunan PT. Fresh Pineapple kepada
masyarakat dan pemangku kepentingan terkait diprediksi akan berdampak pada
persepsi/sikap masyarakat terhadap proyek yang diusulkan. Prediksi besarnya dampak
persepsi masyarakat dibuat dengan metode penilaian profesional, yang didasarkan
pada data kuesioner, FGD atau wawancara mendalam.

3.3.2. Metode Non Formal


Metode non-formal digunakan jika ditemukan kesulitan dalam mengumpulkan data lapangan.
Prediksi dampak yang dihasilkan menggunakan metode ini sangat tergantung pada

105
pengetahuan dan pengalaman ahli. Pendekatan ini digunakan untuk memprediksi dampak
dari parameter komponen sosial-budaya dan kesehatan masyarakat.

A. Peningkatan Peluang Kerja dan Berusaha


Kegiatan operasional memerlukan tanaga kerja yang diutamakan dari warga sekitar, pada
waktu konsultasipublik terdapat warga yang berkeinginan untuk menjadi tenaga kerja,
dengan demikian diharapkan kebutuhan tenaga kerja dapat terisi oleh warga lokal. Prakiraan
besar dampak Peningkatan kesempatan kerja menggunakan metode professionaljudgement.

B. Perubahan Persepsi Masyarakat


Kegiatan instalasi pengolahan emas bebas merkuri kepada masyarakat dan stakeholderterkait
diprakirakan akan menimbulkan dampak terhadap persepsi/sikap masyarakat kepada rencana
proyek. Prakiraan besar dampak perubahan sikap dan persepsi masyarakat menggunakan
metode professionaljudgement.

C. Perubahan Persepsi Masyarakat


Metode prakiraan yang digunakan ialah metode tabulasi dan analogidarikegiatansejenis. Tren
limbah B3 dari kegiatan sejenis dijadikan acuan dalam prakiraan limbah sampah, dan LB3 di
masa mendatang.

3.4. Metode Evaluasi Holistik Terhadap Dampak Lingkungan


Evaluasi secara holistik terhadap lingkungan yang terjadi dilakukan untuk
menentukan kelayakan atau ketidaklayakan lingkungan hidup. Bagian ini
menguraikan metode-metode yang lazim digunakan dalam studi ANDAL untuk
mengevaluasi keterkaitan dan interaksi dampak lingkungan yang diprakirakan timbul
(seluruh dampak penting hipotetik) secara keseluruhan dalam rangka penentuan
karakteristik dampak rencana usaha dan/atau kegiatan secara total terhadap
lingkungan hidup dengan menggunakan bagan alir. Dalam bab ini akan diuraikan
mengenai hasil telaahan dampak penting dari rencana kegiatan. Hasil evaluasi ini
selanjutnya menjadi masukan bagi instansi yang bertanggung jawab untuk
memutuskan kelayakan lingkungan hidup dari rencana kegiatan sebagaimana
dimaksud dalam Peraturan Pemerintah RI Nomor 27 Tahun 2012 tentang Izin
Lingkungan.

106
3.4.1. Telaahan Terhadap Dampak Penting
Telaahan secara holistik atas berbagai komponen lingkungan hidup yang diprakirakan
mengalami perubahan mendasar sebagaimana dikaji pada pelingkupan isu pokok. Yang
dimaksud dengan evaluasi dampak yang bersifat holistik adalah telaahan secara totalitas
terhadap beragam dampak besar dan penting lingkungan hidup yang dimaksud pada
pelingkupan isu pokok dengan sumber rencana kegiatan penyebab dampak. Beragam
komponen lingkungan hidup yang terkena dampak penting tersebut (baik positif maupun
negatif) ditelaah sebagai satu kesatuan yang saling terkait dan saling pengaruh-
mempengaruhi, sehingga diketahui sejauh mana perimbangan dampak besar dan penting
yang bersifat positif dengan yang bersifat negatif. Telaahan ini akan menggunakan bagan alir

3.4.2. Studi sebagai Dasar Pengelolaan


Hubungan sebab akibat antara kegiatan proyek dengan dampak yang ditimbulkannya
terhadap komponen lingkungan, baik berupa dampak positif maupun negatif, sangat
menentukan bagaimana dasar pengelolaan yang akan dilakukan. Kondisi spesifik lingkungan
lokasi kegiatan dan jenis kegiatan yang akan berlangsung serta prakiraan luas sebaran
dampak yang dapat terjadi sangat dibutuhkan dalam pengelolaan selanjutnya. Dengan
mengetahui aliran dampak penting yaitu dampak awal (primer) menuju dampak lanjutannya,
ditargetkan tindakan pengendalian dampak negatif dan pengembangan dampak positif yang
dilakukan secara tepat melalui beberapa pendekatan, antara lain :
Hubungan sebab akibat (kausatif) antara rencana kegiatan dan rona lingkungan hidup awal
dengan dampak penting baik positif maupun negatif yang mungkin timbul.
Ciri-ciri dampak besar dan penting baik positif maupun negatif dalam arti akan berlangsung
terus selama kegiatan berjalan atau antara dampak satu dengan lainnya akan terdapat
hubungan timbal balik yang antagonistis dan sinergistis.

 Hubungan kausatif dari rencana usaha dan/atau kegiatan serta kondisi rona awal
lingkungan, dengan dampak signifikan baik positif maupun negatif yang mungkin
timbul.
 Karakteristik dampak utama dan penting baik positif maupun negatif dalam arti bahwa
mereka akan bertahan selama kegiatan atau akan ada hubungan antagonis dan sinergis di
antara dampak.

107
 Kelompok-kelompok masyarakat yang akan dipengaruhi oleh dampak besar dan penting
baik positif maupun negatif. Identifikasi kesenjangan antara perubahan yang diharapkan
dan perubahan yang mungkin sebenarnya terjadi karena aktivitas konstruksi .
 Pola dan tingkat penyebaran dampak, luas wilayah yang terkena dampak signifikan pada
skala daerah dan regional.

Karakteristik dampak penting yang mungkin terjadi, baik positif maupun negatif, sifat
kumulatif dampak, hubungan antar dampak (sinergis atau antagonis), dan juga lamanya
dampak. Melalui studi holistik dari Rencana Kegiatan PT Fresh Pineapple. ini, beberapa
informasi penting dapat diperoleh:
 Masukan untuk pengambilan keputusan tentang kelayakan lingkungan dari proyek atau
kegiatan yang diusulkan;
 Arahan strategis untuk persiapan Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) dan Rencana
Pemantauan Lingkungan (RPL ).

Metode yang akan digunakan untuk mengambil keputusan tentang kelayakan lingkungan dari
kegiatan atau proyek yang diusulkan didasarkan pada 10 kriteria kelayakan lingkungan
sebagaimana tercantum dalam Lampiran II Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No
16/2012.

108
Ringkasan Metode Studi
METODE
Rencana Jenis METODE PRAKIRAAN HOLISTIK
No METODE PENGUMPULAN & ANALISSI DATA
Kegiatan Dampak KEPENTINGAN DAMPAK TERHADAP
LINGKUNGAN
Tahap Pra Konstruksi
1 Pembebasan Perubahan a. Metode Pengumpulan Data Besaran dampak : Metode Bagan Alir yang
Lahan Persepsi pengumpulan data di lakukan di Kelurahan Srengsem meliputi : analisa deskriptif kualitatif
menggambarkan
Masyarakat  Masukan masyarakat saat konsultasi public oleh tenaga ahli social
 Masukan masyarakat pemerhati lingkungan ekonomi dan budaya. keterkaitan dan
 Analisis isi dari berbagai media interaksi antara
 Kuesioner dengan sampel 30 responden Untuk memprakirakan jumlah
 Wawancara mendalam (indepth interview) terhadap tokoh dan/atau presentase responden masing-masing
kunci yang menyatakan sikap setuju
dampak dan
 Observasi terhadap kegaitan atau aktivitas masyaratkat yang atau tidak setujuterhadap
diprakirakan akan terkena dampak langsung dan/atau tidak pembebasan lahan. dianalisis apakah
langsung dampak tersebut
Sifat penting dampak : untuk
Pengumpulan data sekunder : mengukur sifat penting saling terkait dan
Diperoleh dari kantor pemerintah setempat ataupun instansi terkait, dampak mengacu penentuan berinteraksi pada
seperti : kantor kecamatan, kantor kelurahan, dan BPS. sifat penting dampak mengacu
pada 7 (tujuh) kriteria dampak ruang dan waktu
b. Metode Analisis Data penting Pasal 22 Undang-
yang sama
tabulasi data undang No. 32 tahun 2009
tentang Perlindungan dan
c. Lokasi Pengumpulan Data Pengelolaan Lingkungan
Masyarakat Kelurahan Srengsem Hidup yaitu sebagai berikut:
8. Jika Besaran jumlah
penduduk yang akan
terkena dampak rencana
usaha dan/atau kegiatan;
9. Luas wilayah persebaran
109
METODE
Rencana Jenis METODE PRAKIRAAN HOLISTIK
No METODE PENGUMPULAN & ANALISSI DATA
Kegiatan Dampak KEPENTINGAN DAMPAK TERHADAP
LINGKUNGAN
dampak;
10. Intensitas dan lamanya
dampak berlangsung;
11. Banyaknya komponen
lingkungan hidup lain yang
akan terkena dampak;
12. Sifat kumulatif
dampak;
13. Berbalik (reversibel)
atau tidak berbaliknya
dampak (irreversibel);
dan/atau
14. Kriteria lain sesuai
dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi

Gangguan a. Metode Pengumpulan Data Besaran dampak : Metode


Kamtibmas pengumpulan data di lakukan di Kelurahan Srengsem meliputi : analisa deskriptif kualitatif
 Masukan masyarakat saat konsultasi public oleh tenaga ahli social
 Masukan masyarakat pemerhati lingkungan ekonomi dan budaya.
 Analisis isi dari berbagai media
 Kuesioner dengan sampel 30 responden Untuk memprakirakan jumlah
 Wawancara mendalam (indepth interview) terhadap tokoh dan/atau presentase responden
kunci yang menyatakan sikap setuju
 Observasi terhadap kegaitan atau aktivitas masyaratkat yang atau tidak setujuterhadap
diprakirakan akan terkena dampak langsung dan/atau tidak pembebasan lahan.
langsung
Sifat penting dampak : untuk

110
METODE
Rencana Jenis METODE PRAKIRAAN HOLISTIK
No METODE PENGUMPULAN & ANALISSI DATA
Kegiatan Dampak KEPENTINGAN DAMPAK TERHADAP
LINGKUNGAN
Pengumpulan data sekunder : mengukur sifat penting
Diperoleh dari kantor pemerintah setempat ataupun instansi terkait, dampak mengacu penentuan
seperti : kantor kecamatan, kantor kelurahan, dan BPS. sifat penting dampak mengacu
pada 7 (tujuh) kriteria dampak
b. Metode Analisis Data penting Pasal 22 Undang-
Membandingkan potensi gangguan kamtibmas dengan kejadian undang No. 32 tahun 2009
gangguan kamtibmas di wilayah studi sebelum pembangunan tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan
c. Lokasi Pengumpulan Data Hidup.
Masyarakat Kelurahan Srengsem

Tahap Konstruksi
1-A Mobilisasi Peningkatan a. Metode Pengumpulan Data Prakiraan besar dampak
Tenaga kesempatan Data dan informasi yang terkait dengan aspek sosial ekonomi yang Peningkatan kesempatan kerja
Kerja kerja dan dikaji pada studi AMDAL ini akan dihimpun dan ditelaah melalui menggunakan metode
Konstruksi berusaha professional judgement dan
metode Desk Study (penelaahan data sekunder atau data monografi
diperkuat dengan konversi
sebagaimana dilakukan pada kajian aspek kependudukan). Untuk
skala kualitas lingkungan.
memperoleh data & informasi yang lebih lengkap dan faktual akan
dilakukan survei dan observasi lapangan dengan melakukan
dokumentasi lapangan, wawancara dengan responden rumah-
tangga dari Kelurahan yang telah dipilih secara purposive; serta
wawancara mendalam dengan informan kunci dari kalangan
Kelurahan dan tokoh masyarakat.
Untuk mendukung kegiatan survei sosial ekonomi pada studi
AMDAL ini akan digunakan alat bantu berupa kamera untuk
dokumentasi lapangan, tape recorder untuk merekam hasil
111
METODE
Rencana Jenis METODE PRAKIRAAN HOLISTIK
No METODE PENGUMPULAN & ANALISSI DATA
Kegiatan Dampak KEPENTINGAN DAMPAK TERHADAP
LINGKUNGAN
wawancara, kuesioner untuk panduan wawancara serta referensi
hasil kajian sosial ekonomi wilayah Monografi Kelurahan
Srengsem. Pemilihan responden dilakukan secara purposive
dengan memperhatikan ”tingkat homogenitas sosial ekonomi
rumah-tangga” menurut pola mata-pencaharian penduduk, kondisi
pemukiman dan penyebaran penduduk serta adat-istiadat, agama
dan norma sosial-budaya yang dianut. Jumlah responden adalah
sebanyak ± 30 responden dari masyarakat yang diprakirakan
terkena dampak yaitu yang tercatat berdasarkan data monografi
Desa dengan memperhatikan aspek keterwakilan keragaman
”populasi” berdasarkan stratifikasi sosial menurut lapangan
pekerjaan utama dan status sosial.
b. Metode Analisis Data
Analisis data sosial ekonomi akan dilakukan dengan metode
kuantitatif dan deskriptif kualitatif. Rumus yang akan digunakan
adalah :

Dimana :
TKL = Daya serap tenaga kerja lokal (%)
∑TK LP = Jumlah tenaga kerja dari Monografi yang terserap
proyek
∑TK L = Jumlah tenaga kerja lokal Monografi (orang)

Dimana :
KK LK = Kesempatan kerja masyarakat lokal (%)
TK LK = Tenaga kerja dari masyarakat lokal (Jiwa)
112
METODE
Rencana Jenis METODE PRAKIRAAN HOLISTIK
No METODE PENGUMPULAN & ANALISSI DATA
Kegiatan Dampak KEPENTINGAN DAMPAK TERHADAP
LINGKUNGAN
P LK = Jumlah pengangguran di tingkat lokal (Jiwa)

c. Lokasi Pengumpulan data


Masyarakat Kelurahan Srengsem
Perubahan a. Metode Pengumpulan Data Besaran dampak : Metode
Persepsi pengumpulan data di lakukan di Kelurahan Srengsem meliputi : analisa deskriptif kualitatif
Masyarakat  Masukan masyarakat saat konsultasi public oleh tenaga ahli social
 Masukan masyarakat pemerhati lingkungan ekonomi dan budaya.
 Analisis isi dari berbagai media
 Kuesioner dengan sampel 30 responden Untuk memprakirakan jumlah
 Wawancara mendalam (indepth interview) terhadap tokoh dan/atau presentase responden
kunci yang menyatakan sikap setuju
 Observasi terhadap kegaitan atau aktivitas masyaratkat yang atau tidak setujuterhadap
diprakirakan akan terkena dampak langsung dan/atau tidak penyerapan tenaga kerja.
langsung
Sifat penting dampak : untuk
Pengumpulan data sekunder : mengukur sifat penting
Diperoleh dari kantor pemerintah setempat ataupun instansi terkait, dampak mengacu penentuan
seperti : kantor kecamatan, kantor kelurahan, dan BPS. sifat penting dampak mengacu
pada 7 (tujuh) kriteria dampak
b. Metode Analisis Data penting Pasal 22 Undang-
tabulasi data undang No. 32 tahun 2009
tentang Perlindungan dan
c. Lokasi Pengumpulan Data Pengelolaan Lingkungan
Masyarakat Kelurahan Srengsem Hidup.

113
METODE
Rencana Jenis METODE PRAKIRAAN HOLISTIK
No METODE PENGUMPULAN & ANALISSI DATA
Kegiatan Dampak KEPENTINGAN DAMPAK TERHADAP
LINGKUNGAN
2 Mobilisasi Gangguan a. Metode Pengumpulan Data Besaran dampak :
Material Lalu Lintas untuk mendapatkan gambaran megenai rona lalu lintas, maka  Prakiraan bangkitan
dan Alat Darat perjalanan
pengumpulan data primer dilakukan secara langsung di lokasi studi
Berat tahap awal dari proses ini
dengan tujuan memperoleh informasi penting berkaitan dengan
pola perjalanan pada daerah studi. Pelaksanaan waktu survey ialah bangkitan perjalanan
dipilih berdasarkan pertimbangan hari-hari yang dianggap yang dalam hal ini sesuai
melakukan puncak kegiatan rutin. Untuk studi lalu lintas ini akan dengan jumlah penambahan
melakukan survey lapangan pada hari kerja dan jam sibuk. Survey unit baru. Dengan mengambil
lapangan yang akan dilakukan didasarkan pada kebutuhan sebagai asumsi adanya keterkaitan
berikut : antara penambahan unir baru
dengan jumlah perjalanan
 Survey inventarisasi jaringan jalan keluar masuk lokasi, maka
 Survey pencacahan volume lalu lntas dapat ditentukan hubungan
matematis yang
untuk pengumpulan data sekunder diperoleh dari data-data dari menggambarkan tingkat
Dinas Perhubungan Provinsi Bandar Lampung. tarikan dan bangkitan
perjalanan ke lokasi tersebut.
b. Metode Analisis Data  Distribusi perjalanan
untuk mengetahui kinerja jaringan jalan, maka disusun beberapa trip distributionpada intinya
scenario jaringan jalan yaitu lalu lintas tanpa adanya kegiatan dan adalah tahapan untuk
dengan adanya kegiatan ( with and without project). mendapatkan prosentasi
penyebaran pergerakan lalu
lintas kendaraan.
c. Lokasi Pengumpulan Data
jalan provinsi dan jalan desa yang dilintasi  Pemilihan moda
dalam melakdanakan tahapan
modal split ada 2 macam
konsep pendekatan, yaitu :
114
METODE
Rencana Jenis METODE PRAKIRAAN HOLISTIK
No METODE PENGUMPULAN & ANALISSI DATA
Kegiatan Dampak KEPENTINGAN DAMPAK TERHADAP
LINGKUNGAN
trip end model dan trip
interchange modal split
model.

 Pembebanan perjalanan
tahap terakhir adalah
trip.traffic assignment.
Tahapan ini menggunakan
model matematis yang
dirumuskan pada MKJI, 1997.
Tahapan ini akan
menghasilkan indicator
kinerja lalu lintas yang berupa
V/C ratio.

Sifat penting dampak :


untuk mengukur sifat penting
dampak mengacu penentuan
sifat penting dampak mengacu
pada 7 (tujuh) kriteria dampak
penting Pasal 22 Undang-
undang No. 32 tahun 2009
tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan
Hidup.
3 Pekerjaan Gangguan a. Metode Pengumpulan Data Besaran dampak :
Rekayasa Lalu Lintas untuk mendapatkan gambaran megenai rona lalu lintas, maka  Prakiraan bangkitan
Lalu Lintas Darat perjalanan
pengumpulan data primer dilakukan secara langsung di lokasi studi
dengan tujuan memperoleh informasi penting berkaitan dengan tahap awal dari proses ini
115
METODE
Rencana Jenis METODE PRAKIRAAN HOLISTIK
No METODE PENGUMPULAN & ANALISSI DATA
Kegiatan Dampak KEPENTINGAN DAMPAK TERHADAP
LINGKUNGAN
pola perjalanan pada daerah studi. Pelaksanaan waktu survey ialah bangkitan perjalanan
dipilih berdasarkan pertimbangan hari-hari yang dianggap yang dalam hal ini sesuai
melakukan puncak kegiatan rutin. Untuk studi lalu lintas ini akan dengan jumlah penambahan
melakukan survey lapangan pada hari kerja dan jam sibuk. Survey unit baru. Dengan mengambil
lapangan yang akan dilakukan didasarkan pada kebutuhan sebagai asumsi adanya keterkaitan
berikut : antara penambahan unir baru
dengan jumlah perjalanan
 Survey inventarisasi jaringan jalan
keluar masuk lokasi, maka
 Survey pencacahan volume lalu lntas dapat ditentukan hubungan
untuk pengumpulan data sekunder diperoleh dari data-data dari matematis yang
menggambarkan tingkat
Dinas Perhubungan Provinsi Bandar Lampung.
tarikan dan bangkitan
perjalanan ke lokasi tersebut.
b. Metode Analisis Data
 Distribusi perjalanan
untuk mengetahui kinerja jaringan jalan, maka disusun beberapa trip distributionpada intinya
scenario jaringan jalan yaitu lalu lintas tanpa adanya kegiatan dan adalah tahapan untuk
dengan adanya kegiatan ( with and without project). mendapatkan prosentasi
penyebaran pergerakan lalu
lintas kendaraan.
c. Lokasi Pengumpulan Data
jalan provinsi dan jalan desa yang dilintasi  Pemilihan moda
dalam melakdanakan tahapan
modal split ada 2 macam
konsep pendekatan, yaitu :
trip end model dan trip
interchange modal split
model.

116
METODE
Rencana Jenis METODE PRAKIRAAN HOLISTIK
No METODE PENGUMPULAN & ANALISSI DATA
Kegiatan Dampak KEPENTINGAN DAMPAK TERHADAP
LINGKUNGAN
 Pembebanan perjalanan
tahap terakhir adalah
trip.traffic assignment.
Tahapan ini menggunakan
model matematis yang
dirumuskan pada MKJI, 1997.
Tahapan ini akan
menghasilkan indicator
kinerja lalu lintas yang berupa
V/C ratio.

Sifat penting dampak :


untuk mengukur sifat penting
dampak mengacu penentuan
sifat penting dampak mengacu
pada 7 (tujuh) kriteria dampak
penting Pasal 22 Undang-
undang No. 32 tahun 2009
tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan
Hidup.
Tahap Operasi
1 Penyerapan Peningkatan b. Metode Pengumpulan Data Prakiraan besar dampak
Tenaga kesempatan Data dan informasi yang terkait dengan aspek sosial ekonomi yang Peningkatan kesempatan kerja
Kerja kerja dan dikaji pada studi AMDAL ini akan dihimpun dan ditelaah melalui menggunakan metode
Operasi berusaha professional judgement dan
metode Desk Study (penelaahan data sekunder atau data monografi
diperkuat dengan konversi
sebagaimana dilakukan pada kajian aspek kependudukan). Untuk
skala kualitas lingkungan.
memperoleh data & informasi yang lebih lengkap dan faktual akan
117
METODE
Rencana Jenis METODE PRAKIRAAN HOLISTIK
No METODE PENGUMPULAN & ANALISSI DATA
Kegiatan Dampak KEPENTINGAN DAMPAK TERHADAP
LINGKUNGAN
dilakukan survei dan observasi lapangan dengan melakukan
dokumentasi lapangan, wawancara dengan responden rumah-
tangga dari Kelurahan yang telah dipilih secara purposive; serta
wawancara mendalam dengan informan kunci dari kalangan
Kelurahan dan tokoh masyarakat.
Untuk mendukung kegiatan survei sosial ekonomi pada studi
AMDAL ini akan digunakan alat bantu berupa kamera untuk
dokumentasi lapangan, tape recorder untuk merekam hasil
wawancara, kuesioner untuk panduan wawancara serta referensi
hasil kajian sosial ekonomi wilayah Monografi Kelurahan
Srengsem. Pemilihan responden dilakukan secara purposive
dengan memperhatikan ”tingkat homogenitas sosial ekonomi
rumah-tangga” menurut pola mata-pencaharian penduduk, kondisi
pemukiman dan penyebaran penduduk serta adat-istiadat, agama
dan norma sosial-budaya yang dianut. Jumlah responden adalah
sebanyak ± 30 responden dari masyarakat yang diprakirakan
terkena dampak yaitu yang tercatat berdasarkan data monografi
Desa dengan memperhatikan aspek keterwakilan keragaman
”populasi” berdasarkan stratifikasi sosial menurut lapangan
pekerjaan utama dan status sosial.
d. Metode Analisis Data
Analisis data sosial ekonomi akan dilakukan dengan metode
kuantitatif dan deskriptif kualitatif. Rumus yang akan digunakan
adalah :

Dimana :
TKL = Daya serap tenaga kerja lokal (%)
118
METODE
Rencana Jenis METODE PRAKIRAAN HOLISTIK
No METODE PENGUMPULAN & ANALISSI DATA
Kegiatan Dampak KEPENTINGAN DAMPAK TERHADAP
LINGKUNGAN
∑TK LP = Jumlah tenaga kerja dari Monografi yang terserap
proyek
∑TK L = Jumlah tenaga kerja lokal Monografi (orang)

Dimana :
KK LK = Kesempatan kerja masyarakat lokal (%)
TK LK = Tenaga kerja dari masyarakat lokal (Jiwa)
P LK = Jumlah pengangguran di tingkat lokal (Jiwa)

e. Lokasi Pengumpulan data


Masyarakat Kelurahan Srengsem
Perubahan a. Metode Pengumpulan Data Besaran dampak : Metode
Persepsi pengumpulan data di lakukan di Kelurahan Srengsem meliputi : analisa deskriptif kualitatif
Masyarakat  Masukan masyarakat saat konsultasi public oleh tenaga ahli social
 Masukan masyarakat pemerhati lingkungan ekonomi dan budaya.
 Analisis isi dari berbagai media
 Kuesioner dengan sampel 30 responden Untuk memprakirakan jumlah
 Wawancara mendalam (indepth interview) terhadap tokoh dan/atau presentase responden
kunci yang menyatakan sikap setuju
 Observasi terhadap kegaitan atau aktivitas masyaratkat yang atau tidak setujuterhadap
diprakirakan akan terkena dampak langsung dan/atau tidak penyerapan tenaga kerja.
langsung
Sifat penting dampak : untuk
Pengumpulan data sekunder : mengukur sifat penting
Diperoleh dari kantor pemerintah setempat ataupun instansi terkait, dampak mengacu penentuan
seperti : kantor kecamatan, kantor kelurahan, dan BPS. sifat penting dampak mengacu
119
METODE
Rencana Jenis METODE PRAKIRAAN HOLISTIK
No METODE PENGUMPULAN & ANALISSI DATA
Kegiatan Dampak KEPENTINGAN DAMPAK TERHADAP
LINGKUNGAN
pada 7 (tujuh) kriteria dampak
b. Metode Analisis Data penting Pasal 22 Undang-
tabulasi data undang No. 32 tahun 2009
tentang Perlindungan dan
c. Lokasi Pengumpulan Data Pengelolaan Lingkungan
Masyarakat Kelurahan Srengsem Hidup.

2 Operasional Gangguan a. Metode Pengumpulan Data Besaran dampak :


Lini Lalu Lintas untuk mendapatkan gambaran megenai rona lalu lintas, maka  Prakiraan bangkitan
Produksi Darat perjalanan
pengumpulan data primer dilakukan secara langsung di lokasi studi
dengan tujuan memperoleh informasi penting berkaitan dengan tahap awal dari proses ini
pola perjalanan pada daerah studi. Pelaksanaan waktu survey ialah bangkitan perjalanan
dipilih berdasarkan pertimbangan hari-hari yang dianggap yang dalam hal ini sesuai
dengan jumlah penambahan
melakukan puncak kegiatan rutin. Untuk studi lalu lintas ini akan
melakukan survey lapangan pada hari kerja dan jam sibuk. Surveyunit baru. Dengan mengambil
lapangan yang akan dilakukan didasarkan pada kebutuhan sebagai asumsi adanya keterkaitan
berikut : antara penambahan unir baru
dengan jumlah perjalanan
 Survey inventarisasi jaringan jalan keluar masuk lokasi, maka
 Survey pencacahan volume lalu lntas dapat ditentukan hubungan
matematis yang
untuk pengumpulan data sekunder diperoleh dari data-data dari menggambarkan tingkat
Dinas Perhubungan Provinsi Bandar Lampung. tarikan dan bangkitan
perjalanan ke lokasi tersebut.
b. Metode Analisis Data  Distribusi perjalanan
untuk mengetahui kinerja jaringan jalan, maka disusun beberapa trip distributionpada intinya
scenario jaringan jalan yaitu lalu lintas tanpa adanya kegiatan dan adalah tahapan untuk
120
METODE
Rencana Jenis METODE PRAKIRAAN HOLISTIK
No METODE PENGUMPULAN & ANALISSI DATA
Kegiatan Dampak KEPENTINGAN DAMPAK TERHADAP
LINGKUNGAN
dengan adanya kegiatan ( with and without project). mendapatkan prosentasi
penyebaran pergerakan lalu
lintas kendaraan.
c. Lokasi Pengumpulan Data
d. jalan provinsi dan jalan desa yang dilintasi  Pemilihan moda
dalam melakdanakan tahapan
modal split ada 2 macam
konsep pendekatan, yaitu :
trip end model dan trip
interchange modal split
model.

 Pembebanan perjalanan
tahap terakhir adalah
trip.traffic assignment.
Tahapan ini menggunakan
model matematis yang
dirumuskan pada MKJI, 1997.
Tahapan ini akan
menghasilkan indicator
kinerja lalu lintas yang berupa
V/C ratio.

Sifat penting dampak :


untuk mengukur sifat penting
dampak mengacu penentuan
sifat penting dampak mengacu
pada 7 (tujuh) kriteria dampak
penting Pasal 22 Undang-
121
METODE
Rencana Jenis METODE PRAKIRAAN HOLISTIK
No METODE PENGUMPULAN & ANALISSI DATA
Kegiatan Dampak KEPENTINGAN DAMPAK TERHADAP
LINGKUNGAN
undang No. 32 tahun 2009
tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan
Hidup.
Peningkatan a. Metode Pengumpulan Data Prakiraan besaran dampak
kebisingan
Pengumpulan data primer tingkat kebisingan di lokasi rencana kebisingan menggunakan
kegiatan dilakukan dengan cara pengukuran langsung di lapangan formula tingkat kebisingan
(in situ). Pengukuran tingkat kebisingan menggunakan alat Sound fungsi jarak sebagai sumber
Level Meter selama 24 jam dengan lama setiap pengukuran selama tidak bergerak (stationary
10 menit dan pembacaan dilakukan setiap 5 (lima) detik. sources) pada peralatan
Pengukuran pada siang hari (LS) dilakukan pada selang waktu pengolahan emas saat
06.00 – 22.00 (16 jam), dan pengukuran pada malam hari (LM) beroperasi dan menimbulkan
pada selang waktu 22.00 – 06.00 (8 jam). Setiap pengukuran harus suara yang cukup bising.
dapat mewakili selang waktu tertentu dengan menetapkan paling LP2 = LP1 – 20.log r2/r1 –
sedikit 4 waktu pengukuran pada siang hari dan 3 waktu 10.G log r2 / 50 - Ashielding
pengukuran pada malam hari. Pembagian waktu pengambilan data Dimana:
kebisingan adalah sebagai berikut: LP1 = Tingkat kebisingan

 L1 dapat diambil pada jam 07.00 mewakili jam 06.00 - pada jarak r1 (dBA)
09.00 LP2 = Tingkat kebisingan
• L2 dapat diambil pada jam 10.00 mewakili jam 09.00 - pada jarak r2 (dBA)
14.00 r1 = Jarak pengukuran
122
METODE
Rencana Jenis METODE PRAKIRAAN HOLISTIK
No METODE PENGUMPULAN & ANALISSI DATA
Kegiatan Dampak KEPENTINGAN DAMPAK TERHADAP
LINGKUNGAN
• L3 dapat diambil pada jam 15.00 mewakili jam 14.00 - kebisingan dari sumber
17.00 kebisingan-1 (50 ft = 15,24 m)
• L4 dapat diambil pada jam 20.00 mewakili jam 17.00.- r2 = Jarak pengukuran
22.00 kebisingan dari sumber
• L5 dapat diambil pada jam 23.00 mewakili jam 22.00 - kebisingan-2 dalam ft
24.00
G = kondisi lahan (ground)
• L6 dapat diambil pada jam 01.00 mewakili jam 24.00 - A shielding = kondisi barrier
03.00
• L7 dapat diambil pada jam 04.00 mewakili jam 03.00 -
06.00
Data-data yang diperoleh kemudian akan dipergunakan sebagai
data dasar kondisi lingkungan saat ini sebelum adanya aktivitas
operasional pengolahan emas bebas merkuri.
Tabel 1-7. Metode Pengumpulan dan Analisa Kebisingan Ambien.

Metode Metode
Komponen Parameter Satuan
Pengumpulan Analisa
Kebisingan Bising dBA Menggunakan Analisa
sound level dilakukan
meter pembacaan

123
METODE
Rencana Jenis METODE PRAKIRAAN HOLISTIK
No METODE PENGUMPULAN & ANALISSI DATA
Kegiatan Dampak KEPENTINGAN DAMPAK TERHADAP
LINGKUNGAN
sound
level meter
(SNI 7231
- 2009 dan
SNI 8427 -
2017)

b. Metode Analisis Data


Hasil pencatatan tingkat kebisingan yang dilakukan selama 24 jam,
kemudian dihitung dengan metode perhitungan sebagai berikut:
LS dihitung sebagai berikut:
Ls = 10 Log 1/16 {T1.100.1 L1 + … + T4.100.1 L4} dB(A)
LM dihitung sebagai berikut:
LM = 10 Log 1/8 {T5.100.1 L5 + … + T7.100.1 L7} dB(A)
Untuk mengetahui apakah tingkat kebisingan sudah sesuai atau
melampaui baku mutu maka perlu diketahui nilai LSM dari
pengukuran lapangan. LSM dihitung menggunakan rumus:
LSM = 10 Log 1/24 {16.100.1 LS + … + 8.100.1(LM+5)} dB(A)
Kemudian hasil nilai kebisingan LSMdibandingkan dengan baku

124
METODE
Rencana Jenis METODE PRAKIRAAN HOLISTIK
No METODE PENGUMPULAN & ANALISSI DATA
Kegiatan Dampak KEPENTINGAN DAMPAK TERHADAP
LINGKUNGAN
tingkat kebisingan dengan toleransi + 3 dB(A) yang mengacu pada
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup RI No. 48 tahun
1996 tentang Baku Mutu Tingkat Kebisingan.
c. Lokasi Pengumpulan Data
Lokasi pengambilan contoh kebisingan akan dilakukan pada lokasi
yang dipandang representatif, titik-titik lokasi pengukuran
kebisingan terdiri dari 4 titik lokasi pemantauan, yakni:
 Pintu keluar masuk TUKS baru
 Rel kereta
 Pemukiman dekat TUKS
 Pemukiman dekat rel kereta
Perubahan a. Metode Pengumpulan Data Besaran dampak : Metode
Persepsi pengumpulan data di lakukan di Kelurahan Srengsem meliputi : analisa deskriptif kualitatif
Masyarakat  Masukan masyarakat saat konsultasi public oleh tenaga ahli social
 Masukan masyarakat pemerhati lingkungan ekonomi dan budaya.
 Analisis isi dari berbagai media
 Kuesioner dengan sampel 30 responden Untuk memprakirakan jumlah
 Wawancara mendalam (indepth interview) terhadap tokoh dan/atau presentase responden
kunci yang menyatakan sikap setuju
 Observasi terhadap kegaitan atau aktivitas masyaratkat yang atau tidak setujuterhadap
diprakirakan akan terkena dampak langsung dan/atau tidak penyerapan tenaga kerja.
langsung
Sifat penting dampak : untuk
Pengumpulan data sekunder : mengukur sifat penting
Diperoleh dari kantor pemerintah setempat ataupun instansi terkait, dampak mengacu penentuan
125
METODE
Rencana Jenis METODE PRAKIRAAN HOLISTIK
No METODE PENGUMPULAN & ANALISSI DATA
Kegiatan Dampak KEPENTINGAN DAMPAK TERHADAP
LINGKUNGAN
seperti : kantor kecamatan, kantor kelurahan, dan BPS. sifat penting dampak mengacu
pada 7 (tujuh) kriteria dampak
b. Metode Analisis Data penting Pasal 22 Undang-
tabulasi data undang No. 32 tahun 2009
tentang Perlindungan dan
c. Lokasi Pengumpulan Data Pengelolaan Lingkungan
Masyarakat Kelurahan Srengsem Hidup.
3 Operasional Penurunan a. Metode Pengumpulan Data besaran dampak :
Inti Kualitas data primer kualitas udara melalui serangkaian pengukuran analisis matematis dengan
Produksi Udara lapangan (insitu) dan analisis laboratorium. Data-data ini akan menggunakan konsep with
digunakan sebagai dasar kondisi lingkungan saat ini dan proyeksi and ithout project. Untuk
kualitas udara saat kegiatan operasional. memprediksi peningkatan
parameter kualitas udara dari
data sekunder diperoleh dari data iklim BMKG setempat dan hasil kegiatan digunakan data
penelitian kualitas udara di sekitar lokasi kegiatan dan berbagai kecepatan angin dan arah
instansi. angin yang diperoleh dari data
sekunder yang ada di lokasi
b. Metode Analisis Data kegiatan, maka dengan
metode analisis data menggunakan standar SNI dan penentuan baik digunakan model isopleth.
buruknya kondisi kualitas udara menggunakan baku mutu PPRI
No. 41 tahun 1999. Sifat penting dampak : untuk
mengukur sifat penting
c. Lokasi Pengambilan Data dampak mengacu penentuan
sifat penting dampak mengacu
Lokasi pengambilan contoh kualitas udara akan dilakukan pada pada 7 (tujuh) kriteria dampak
penting Pasal 22 Undang-
lokasi yang dipandang representatif, titik-titik lokasi pengukuran
undang No. 32 tahun 2009
kebisingan terdiri dari 4 titik lokasi pemantauan, yakni: tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan
 Pintu keluar masuk sarana produksi
126
METODE
Rencana Jenis METODE PRAKIRAAN HOLISTIK
No METODE PENGUMPULAN & ANALISSI DATA
Kegiatan Dampak KEPENTINGAN DAMPAK TERHADAP
LINGKUNGAN
 Area pemukiman dekat pabrik Hidup.
 Area Pengolahan Limbah
Perubahan a. Metode Pengumpulan Data Besaran dampak : Metode
Persepsi pengumpulan data di lakukan di Kelurahan Srengsem meliputi : analisa deskriptif kualitatif
Masyarakat  Masukan masyarakat saat konsultasi public oleh tenaga ahli social
 Masukan masyarakat pemerhati lingkungan ekonomi dan budaya.
 Analisis isi dari berbagai media
 Kuesioner dengan sampel 30 responden Untuk memprakirakan jumlah
 Wawancara mendalam (indepth interview) terhadap tokoh dan/atau presentase responden
kunci yang menyatakan sikap setuju
 Observasi terhadap kegaitan atau aktivitas masyaratkat yang atau tidak setujuterhadap
diprakirakan akan terkena dampak langsung dan/atau tidak penyerapan tenaga kerja.
langsung
Sifat penting dampak : untuk
Pengumpulan data sekunder : mengukur sifat penting
Diperoleh dari kantor pemerintah setempat ataupun instansi terkait, dampak mengacu penentuan
seperti : kantor kecamatan, kantor kelurahan, dan BPS. sifat penting dampak mengacu
pada 7 (tujuh) kriteria dampak
b. Metode Analisis Data penting Pasal 22 Undang-
tabulasi data undang No. 32 tahun 2009
tentang Perlindungan dan
c. Lokasi Pengumpulan Data Pengelolaan Lingkungan
Masyarakat Kelurahan Srengsem Hidup.

127
128

Anda mungkin juga menyukai