Anda di halaman 1dari 20

BIOKONVERSI SAMPAH ORGANIK

MENGGUNAKAN LARVA MINI BLACK SOLDIER FLY


(Hermetia Illuciens) DALAM RANGKA MENUNJANG PENGELOLAAN
SAMPAH BERKELANJUTAN

Dipersiapkan oleh :

Yulius T. L
Borneo Sustainable Farm Palangka Raya
Pioneer Composting Organic Waste at Palangka Raya

DALAM RANGKA LOMBA INOVASI DAERAH


SE-KOTA PALANGKA RAYA TAHUN 2019
DISELENGGARAKAN OLEH BADAN PENELITIAN DAN
PENGEMBANGAN KOTA PALANGKA RAYA
KATEGORI INOVASI USAHA KECIL DAN MENENGAH
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pengelolaan sampah merupakan salah satu tantangan yang dihadapi oleh semua kota-
kota di Indonesia, termasuk di Kota Palangka Raya. Hal ini dikarenakan sampah dapat
menimbulkan dampak buruk untuk lingkungan, ekonomi, dan sosial. Oleh karena itu
pemanfaatan sampah organik menjadi produk bernilai ekonomi tinggi perlu dilakukan dengan
teknologi biokonversi. Biokonversi adalah proses dengan cara melibatkan mikroorganisme
seperti ragi, jamur, dan bakteri atau alternatif dari invertebrata terestrial seperti larva serangga
untuk mengubah sampah organik menjadi produk yang bernilai lebih tinggi. Konsep
biokonversi tersebut merupakan solusi menarik yang dapat mengatasi masalah pengelolaan
sampah organik. Biokonversi merupakan proses berkelanjutan yang memanfaatkan larva
serangga untuk mentransformasi limbah organik.
Menurut Suriawiria (2003) sampah organik merupakan jenis sampah yang tersusun
oleh senyawa organik dan bersifat degradable yaitu secara alami dapat/mudah diuraikan oleh
jasad hidup (khususnya mikroorganisme). Sampah organik tersebut mengandung senyawa
kimia yang merupakan sumber nutrisi bagi kehidupan mikroorganisme pendekomposisi dan
pendegradasi bahan organik. Sampah organik dibagi menjadi sampah organik lunak dan
sampah organik padat/keras. Pada umumnya, sampah organik lunak diolah dengan teknologi
pengomposan menghasilkan kompos (Gani 2007) dan anaerobic digestion menghasilkan
kompos dan biogas (Davis et al. 2014) dengan melibatkan aktivitas mikroorganisme.
Selanjutnya, jenis sampah organik padat/keras sulit diurai oleh mikroorganisme sehingga
diolah dengan teknologi konversi termal meliputi pirolisis, gasifikasi dan insenerasi
menghasilkan energi listrik, gas, cair (bio-oil dan asap cair) dan arang aktif (Gani 2007;
Naryono et al. 2013; Wibowo 2013; Widyawidura dan Pongoh 2016). Namun, dalam
penerapan teknologi tersebut memiliki banyak tantangan dan kendala terutama komposisi
sampah Indonesia masih didominasi sampah organik dengan kadar air tinggi 65-75%
(Sudrajat 2006). Pada penerapan skala besar harus dipikirkan biaya investasi dan
pengoperasian yang tinggi, ketersediaan peralatan, ketersediaan sumber daya manusia
pengelola, dan emisi polutan udara (Cheng dan Hu 2010).
Sampah organik contohnya adalah sampah dedaunan, sisa-sisa makanan, kotoran
binatang dan lain-lain. Sampah organik mempunyai potensi yang besar untuk dimanfaatkan
kembali menjadi barang yang berguna dan bisa mempunyai nilai ekonomi yang cukup besar.
Melimpahnya sampah organik di Kota Palangka Raya yang belum termanfaatkan dan belum
diolah secara benar. Atas dasar kepedulian terhadap lingkungan, penulis mencoba berinovasi
melalui biokonversi sampah organik menggunakan larva mini Black Soldier Fly (Hermetia
illuciens ) dalam rangka menunjang pengelolaan sampah berkelanjutan. Penulis merupakan
pendiri komunitas Borneo Sustainable Farm yang fokus dalam pengolahan sampah organic
untuk di jadikan pupuk tanaman dan pakan alternatif untuk hewan ternak seperti ayam, bebek
dan ikan.

Gambar 1. Komunitas Borneo Sustainable Farm

1.2 Tujuan
Tujuan penulis melakukan inovasi di bidang Iptek khususnya dalam pengolahan
sampah organik yang tersedia di Kota Palangka Raya adalah :
1. Dapat mereduksi timbulan sampah organik dengan cepat;
2. Menghasilkan produk bernilai tinggi berupa kompos dan biomassa larva yang
memiliki kandungan nutrisi tinggi; dan
3. Memberikan informasi dan juga dapat diaplikasikan oleh masyarakat umum
maupun pengusaha skala kecil/menengah pemanfaatan sampah organik sebagai
pakan larva BSF untuk mendapatkan pakan ikan dan hewan ternak.
1.3 Manfaat
Manfaat yang bisa diperoleh dari aktivitas yang dilakukan komunitas Borneo
Sustainable Farm sebagai berikut :
a. Mengurai sampah organik menjadi suatu produk yang memiliki nilai ekonomi
tinggi.
b. Biokonversi sampah organik dilakukan dengan melibatkan aktivitas larva
serangga.
c. Menghasilkan pakan alternatif yang tinggi akan kandungan protein
d. Menciptakan lingkungan yang lebih bersih
e. Menghasilkan hewan ternak yang sifatnya organik.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Biodekomposer Larva Black Soldier Fly (Hermetia illucens)


Hermetia illucens (Linnaeus 1758) dikenal sebagai black soldier fly (BSF) merupakan
serangga termasuk ke dalam ordo Diptera, Famili Stratiomyidae, subfamili Hermetiinae.
Berasal dari daerah tropis, subtropis dan beriklim sedang benua Amerika, BSF (Hermetia
illucens) saat ini hadir di seluruh dunia, antara 40oC LS dan 45oC LU, dan telah ditemukan di
banyak negara di Eropa, Afrika, Oceania (Australia dan Selandia Baru) dan Asia (Indonesia,
Jepang, Filipina, dan Sri Lanka). BSF adalah serangga holometabolous: transisi dari tahap
larva ke tahap dewasa terjadi mengikuti proses melalui tahap nymphal. Transformasi
lengkap, larva dan serangga dewasa memiliki morfologi dan kebiasaan hidup yang kontras
(Caruso et al. 2014). Perkembangan dan siklus hidup BSF (Hermetia illucens) bervariasi
antara populasi (liar atau budidaya) dan lingkungan (suhu, kelembaban, intensitas cahaya)
serta kualitas dan kuantitas makanan yang digunakan untuk pertumbuhan. Kualitas dan
kuantitas makanan yang diberikan kepada larva dapat memiliki pengaruh penting terhadap
waktu perkembangan larva, mortalitas dan perkembangan ovarium spesies ini dan
menentukan perkembangan baik secara fisiologis maupun morfologi dari BSF dewasa. Selain
itu, laju konsumsi limbah bergantung pada ukuran larva dan jenis makanan yang dikonsumsi
(Tomberlin et al. 2002; Diener et al. 2009; Gobbi et al. 2013; Caruso et al. 2014). Larva mini
(maggot) black soldier fly memiliki nama termasuk kerabat lalat (keluarga diptera), tubuh
dewasanya menyerupai tawon, berwarna hitam dan memiliki panjang 15-20 mm. Maggot
BSF sebetulnya fase larva dari siklus hidup bsf. Sebelum menjadi lalat dewasa, maggot
BSF mengalami metamorfosa sempurna, yaitu dari telur, larva, prepupa, pupa, dan bsf.
Waktu yang diperlukan dalam satu siklus hidup BSF cukup singkat yaitu sekitar 40-44 hari.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan diperoleh siklus hidup serangga BSF
berikut.
Gambar 2. Siklus Larvae Maggot Black Soldier Fly

Larva lalat tentara hitam (Hermetia illucens) (Black Soldier Fly / BSF) memiliki
aktivitas selulotik dengan adanya bakteri pada ususnya (Supriatna & Ukit, 2016).
Keberadaan bakteri dalam usus larva tersebut membantu larva dalam mengkonversi limbah
organik dalam ususnya. Larva BSF mampu mengkonversi limbah organik (kotoran ternak)
menjadi lemak dan protein dalam biomassa tubuhnya (Larde, 1990 ; Shepard & Newton,
1994; Leclercq, 1997; Oliver, 2001; Newton et al., 2005; Li et al., 2011; Diener et al., 2011;
Zheng et al., 2011).
Pada penelitian sebelumnya limbah organik yang digunakan dalam biokonversi oleh
larva black soldier adalah berupa limbah restaurant (Zheng et al., 2011), kotoran ternak (sapi,
babi, ayam) (Li et al., 2011; Myers et al., 2008), kotoran manusia (Banks, 2010), sedangkan
pada limbah pertanian sendiri sangat jarang diaplikasikan. Limbah hasil pertanian
mengandung lignoselulosa dan sejumlah nutrisi yang dapat dikonversi menjadi produk
bernilai guna sebagai bahan pembuatan kompos atau pakan ternak. Manfaat Maggot BSF
secara luas antara lain :
a. Sebagai pakan alternatif untuk ternak ikan (lele, gurami, patin,nila dll) dan pakan ternak
(kelinci, ayam, ular, bebek, iguana, dll),
b. Supplement pengganti tepung ikan yang permintaannya selalu meningkat dari tahun ke
tahun,
c. Maggot BSF, juga mengandung zat kitin yang baik untuk pupuk,
d. Sisa Maggot BSF pun bisa dikembangkan menjadi bahan baku untuk komestik.
Tabel 1. Analisa proksimat dan tepung ikan, maggot, bungkil kelapa sawit (PKM)

Sumber : Laboratorium Nutrisi dan Makanan Ternak UNPAD, 2009.

2.2 Siklus Hidup Lalat Black Soldier Fly (BSF)


2.2.1.Tahap Telur (The Egg Laying Stage)
Telur BSF (Hermetia illucens) menetas menjadi mini-larva sekitar 3 hari setelah
oviposisi (Diener et al. 2011a; Holmes et al. 2012). Telur BSF melewati masa inkubasi
selama 72 jam atau 3 hari. Waktu yang diperlukan untuk fase telur sampai pupa ialah 24 hari
dalam media PKM (Rachmawati et al. 2010). Telur serangga betina BSF menetas setelah 3-6
hari dengan menghasilkan telur antara 400 hingga 1200 butir (Fahmi 2015), dan 500 butir
telur (Holmes et al. 2012). Oviposisi pada umumnya terjadi 2 hari setelah kawin dan betina
BSF menghasilkan 323-639 butir telur (Tomberlin et al. 2002). Menurut Tomberlin (2001)
bahwa waktu dari telur-prepupa berkisar dari 22- 24 hari pada suhu 27oC. Waktu
perkembangan dari telur hingga serangga dewasa berkisar dari 40-43 hari. Kondisi ideal
peletakan telur harus dijaga pada suhu 27oC dengan kelembaban relatif 60% atau lebih. Pada
kondisi ini tingkat telur menetas sebesar 80% atau lebih, tetapi juga mentolerir berbagai
kondisi lingkungan seperti suhu dan kelembaban (Holmes et al. 2010; Sheppard et al. 2002).
Tingkat keberhasilan telur menetas dan munculnya dewasa terjadi dengan meningkatnya
kelembaban relatif (RH) (Myers et al. 2008). Fahmi (2015) menyatakan bahwa kunci sukses
pemanfaatan larva BSF dalam proses biokonversi adalah produksi telur BSF dalam jumlah
masal. Produksi telur dapat dilakukan dalam kondisi terkontrol dengan menggunakan media
bungkil kelapa sawit (PKM) yang telah difermentasi.
2.2.2 Tahap Larva (The Larval Feeding Stage)
Kualitas dan kuantitas makanan larva BSF (Hermetia illucens) mempengaruhi
pertumbuhan, kelangsungan hidup, ciri-ciri biologis lalat dewasa dan karakteristik tahap
kehidupan BSF dewasa (Tomberlin et al. 2002). Larva BSF merupakan fase paling lama
dalam siklus hidupnya sehingga dikelompokkan sebagai agen biokonversi karena sebagian
besar fase hidupnya berperan sebagai dekomposer (Fahmi 2015). Larva BSF mengkonsumsi
berbagai jenis bahan organik yang telah membusuk, seperti buah-buahan dan sayuran yang
membusuk, kotoran hewan dan manusia (Tomberlin et al. 2002; Diener et al. 2011a; Žáková
et al. 2013). Selain itu, larva BSF juga merupakan konsumen rakus terhadap sampah dapur,
makanan basi, sayuran, dan bangkai (Newton et al. 2005b). Pertumbuhan BSF dapat survive
dari tahap larva sampai dewasa mencapai 74-97% pada suhu 27 dan 30 oC (Tomberlin 2009).
Laju pertumbuhan larva BSF sangat pesat hingga hari ke-8. Bobot tubuh larva juga terus
bertambah sampai ketika hendak memasuki tahapan prepupa. Tahapan larva yang masih
berkulit putih berlangsung kurang lebih 12 hari. Larva mulai berubah warna menjadi coklat
dan semakin gelap seminggu kemudian (Rachmawati et al. 2010). Menurut Myers et al.
(2008), larva mencapai tahap prepupa selama 25-31 hari.
2.2.3. Tahap Prepupa dan Pupa (The Migration and Pupation Stage)
Tahap larva terakhir, disebut prepupa, merupakan fase tidak makan lagi dan
bermigrasi dari sumber makanan mencari tempat kering dan terlindungi untuk memasuki
tahap pupa (Diener et al. 2011a), sehingga ada kecenderungan ketika hendak memulai inisiasi
pupa, bobot tubuh prepupa menjadi sedikit berkurang (Rachmawati et al. 2010). Kebiasaan
migrasi dari prepupa terjadi karena larva perlu meninggalkan kotoran untuk memasuki fase
pupa sampai menjadi serangga 13 dewasa. Pada tahap ini larva BSF berada pada ukuran
maksimum, dengan penyimpanan lemak yang banyak untuk mempertahankan larva melalui
metamorfosis (Newton et al. 2005b). Fase prepupa terjadi sejak hari ke-19. Pupa 100%
dicapai pada hari ke-24. Tahapan pupa berlangsung berikutnya selama 8 hari kemudian,
Imago mulai muncul pada hari ke-32 (Rachmawati et al. 2010). Fase pupa berlangsung
selama 6-7 hari dan setelah itu serangga akan bermetamorfosa menjadi serangga dewasa
(Fahmi 2015).
2.2.4 Tahap Dewasa (The Adult Stage)
Fase dewasa merupakan fase dengan waktu cukup singkat yaitu 6-8 hari dan hanya
berfokus pada aktivitas berkembangbiak (Fahmi 2015). Selama fase dewasa, BSF tidak
membutuhkan makanan kecuali air, yaitu nutrisi yang diperlukan untuk reproduksi, selama
perkembangannya. Serangga dewasa BSF hanya mengandalkan cadangan lemak tubuhnya
yang diperoleh selama tahap larva sehingga tidak berperan sebagai vektor penyakit dan
bakteri (Tomberlin et al. 2002). Kondisi lingkungan yang optimal untuk reproduksi adalah
suhu siang ratarata 31.8oC dan serangga dewasa BSF toleran terhadap berbagai suhu (kisaran:
15-47oC) (Diener et al. 2011a). Perkembangan telur BSF sampai prepupa 22-24 hari, telur
sampai dewasa 40-43 hari (BSF Jantan), 41 dan 43 hari (BSF betina). Serangga BSF jantan
memiliki ukuran lebih kecil daripada betina dan muncul lebih awal 1 sampai 2 hari sebelum
serangga betina muncul. Selain itu, serangga BSF dewasa jantan jika tersedia air dapat hidup
9-10 hari, sedangkan jika tidak tersedia air dapat hidup 6-8 hari. Serangga betina jika tersedia
air dapat hidup 8 hari, sedangkan jika tidak tersedia air dapat hidup 6 hari (Tomberlin 2001).
Perkawinan serangga BSF secara signifikan berkorelasi dengan waktu dan intensitas
cahaya, sementara oviposisi signifikan berkorelasi dengan waktu, suhu, dan kelembaban.
Kualitas makanan berhubungan langsung dengan produksi telur dan berbanding terbalik
dengan lama hidup dewasa. Kualitas makanan yang lebih tinggi menghasilkan produksi telur
lebih banyak, tetapi mengurangi umur serangga (Tomberlin 2001). Sebanyak 85 % terjadi
aktivitas kawin pada pagi hari mulai pukul 08:30 dan memuncak pada pukul 10:00 pada
intensitas cahaya sekitar 110 "mol m-2 s -1 (Zhang et al. 2010). Tingkat perkawinan serangga
BSF dewasa paling tinggi di bawah sinar matahari alami. Sheppard et al. (2002)
mengungkapkan serangga dewasa kawin dan bertelur pada suhu 24-40 oC atau lebih dengan
kelembaban relatif (RH) 30-90 %.
BAB III METODOLOGI
3.1 Metode
Metode pengolahan sampah organic yang Borneo Sustainable
Farm lakukan adalah dengan menggunakan Dry Feed Technology ( DFT
), melalui metode DFT tersebut, kondisi pengolahan sampah organic
dapat dikatakan bebas bau dan kondisi larvae maggot BSF sehat.
Adapun konsep yang dilakukan dalam pengolahan sampah
organic di Borneo Sustainable Farm yaitu menggunakan small biopond
serta large biopond, konsep ini di pilih berdasarkan pengalaman yang
telah di lakukan oleh komunitas Borneo Sustainable Farm.
Sedangkan untuk proses awal pembusukan sampah organic,
dilakukan dengan 2 metode kerja yaitu :
a. Metode Fresh feed
b. Metode Fermentasi Feed

Untuk Konsep dan Metode pengembangan larvae maggot Black


Soldier Fly yang Borneo Sustainable Farm gunakan adalah
menggunakan beberapa tempat dan beberapa Biopond.

a. Rearing House ( Rumah Lalat BSF )


Didalam Rearing House terdapat Ruang Gelap yang berfungsi
sebagai tempat Pupa BSF, selain itu juga terdapat Media
Pancing untuk Lalat BSF serta Terdapat Media Bertelur nya
Lalat BSF.
b. Biopond Penetasan Telur Lalat BSF
Biopond Penetasan ini berfungsi sebagai tempat media
peletakan telur Lalat BSF serta Pembesaran sementara babi
Maggot BSF ( 0-7 hari pemeliharaan )
c. Biopond Pembesaran Larvae Maggot BSF
Biopond Pembesaran ini Berfungi sebagai tempat media
pembesaran babi Larvae Maggot BSF sehingga menjadi Larvae
Dewasa. Di biopond Pembesaran ini, diperlukan waktu 14-21
hari Pembesaran, tergantung tujuan akhir Maggot BSF
tersebut, ada maggot yang di gunakan untuk Pakan Alternatif
Ternak serta ada maggot yang digunakan sebagai indukan.
d. Biopond Large Migrasi
Biopond ini merupakan tempat untuk meletakkan Maggot BSF
Dewasa yang disertai lantai Migrasi Prepupa, adanya biopond
ini ditujukan untuk pemeliharaan Maggot untuk Indukan.
e. Biopond Prepupa / Pupa
Biopond ini berfungsi untuk perawatan Prepupa / Pupa
Maggot BSF untuk segera dipindahkan ke Rearing House.

Borneo Sustainable Farm saat ini memiliki 2 Ruangan terpisah dalam


budidaya Larvae Maggot BSF. Adapun Ruangan tersebut adalah Rearing
House dan Reactor Room. Didalam Reactor Room terdapat Biopond
Penetasan, Pembesaran, Migrasi dan Prepupa.
Gambar 3. Rearing House (Rumah Lalat BSF)

Gambar 4. Telur Lalat BSF


Gambar 5. Media Bertelur Lalat BSF
Gambar 6. Biopond Penetasan Telur Lalat BSF

Gambar 7. Lalat BSF Kawin

Gambar 8. Biopond Pembesaran Larvae Maggot BSF


Gambar 9. Biopond Migrasi
Gambar 10. Proses Pengolahan Sampah Organic Larvae Maggot BSF dengan
Metode Dry Feed Technology di Borneo Sustainable Farm Palangka Raya

Gambar 11. Dry Maggot BSF dan Fresh Maggot BSF Produksi Borneo
Sustainable Farm Palangka Raya.
Gambar 12. Prepupa Produksi Borneo Sustainable Farm Palangka Raya.
BAB IV

PROSES PRODUKSI DAN APLIKASI


4.1 PROSES PRODUKSI DAN APLIKASI

Proses Produksi saat ini Borneo Sustainable Farm saat ini baru
mampu memenuhi kebutuhan pakan untuk budidaya ikan yang
terintegrasi dengan Borneo Sustainable Farm sendiri ( hal ini
dikarenakan keterbatasan modal kerja ), untuk ikan yang dibudidayakan
saat ini adalah ikan papuyu.

Tahapan proses produksi di Komunitas BSF Palangka Raya adalah


sebagai berikut :

1. Panen telur
Lalat tentara hitam pada umumnya meletakkan telur
diareal media pancingan yang dilengkapi dengan kayu yang
bertumpuk , di sela sela kayu yang bertumpuk tadi kita
bisa menemukan telur lalat tentara hitam untuk dilakukan
panen. Kemudian dilakukan penimbangan selanjutnya
diletakkan di baskom yang telah lengkapi dengan pakan
pertama bagi baby maggot.
2. Proses penetasan telur
Pada tahapan ini berlangsung selama 3 – 5 hari.
3. Proses Pembesaran baby maggot
Baby Maggot dilakukan pembesaran sampai habis pakan
awal yang diletakkan dimedia penetasan ( 5 hari )
4. Proses Pembesaran Maggot
Pada proses pembesaran Maggot, dilakukan pemindahan
baby maggot ke wadah yang baru, serta diberikan pakan
setiap hari ( proses pembesaran dilakukan 12-16 hari )
5. Proses pemberian Nutrisi Dry Feed Technology
Setelah maggot terlihat sudah layak panen, diberikan
nutrisi DFT selama 3-4 hari.
6. Proses Migrasi Prepupa dan Pupa
Setelah melewati nutrisi DFT, proses selanjutnya migrasi
automatis prepupa. Saat penyimpanan prepupa dilakukan
diwadah yang gelap dan ditutup dengan kain yang basah
agar bisa mendapatkan pupa yang seragam. (3-5 hari )
7. Proses pemindahan Pupa
Setelah jadi Pupa, wadah dipindahkan ke rearing house
sambil menunggu menjadi lalat tentara hitam ( 3-5 hari )
agar dapat bereproduksi kembali.

Dan sampai saat ini Borneo Sustainable Farm tetap berinovasi


dalam pengembangan budidaya Maggot BSF dengan berkonsultasi
dengan akademisi yang berkompeten dengan dunia pengembangan
technology pembudidayaan Maggot BSF, serta pengaplikasian produk
turunan yang dihasilkan oleh Borneo Sustainable Farm ( Pupuk Padat,
Pupuk Cair, Maggot BSF )

Gambar 13. Budidaya Papuyu Organic Borneo Sustainable Farm

Aspek bisnis dan ekonomi dari budidaya maggot BSF cukup


menjanjikan. Untuk Harga Produk dipasaran sebagai berikut :
1. Telur Rp. 10.000 – 15.000 / Gram
2. Maggot Rp. 8.000 - 10.000 / kg
3. Prepupa indukan Rp. 60.000 – 120.000 / kg
4. Tempat Bertelur Rp. 15.000 – 20.000 / set
5. Kasgot Rp. 2.000 / Zak
6. Pelet Maggot BSF Rp. 10.000 – 12.000 / kg
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN


5.1 KESIMPULAN

Kesimpulan yang diperoleh oleh kami selama menjalankan usaha


dan kegiatan di Borneo Sustainable Farm adalah sebagai berikut :

a. Maggot BSF merupakan anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa untuk
melakukan tugas baik dalam pengolahan sampah organic.
b. Maggot BSF sangat baik bagi budidaya ikan papuyu ( sudah
terintegrasi dengan Borneo Sustainable Farm )
c. Pupuk Padat dan Cair sangat berguna untuk budidaya Sayuran /
Tanaman Bunga.
d. Maggot BSF sangat berguna dalam penghematan APBN dibidang
kesehatan ( BPJS Kesehatan ) setidaknya dapat mengurangi
penyebaran penyakit misalnya Disentri, Diare, Demam tifoid atau tipes,
Kolera, Infeksi mata serta penyakit lain yang disebabkan Lalat Penyakit
( Lalat Buah, Lalat Hijau )
e. Borneo Sustainable Farm Palangka Raya berharap pihak
Pemerintahan dapat mensupport dalam hal pengembangan budidaya
Maggot BSF untuk Lingkungan Palangka Raya yang lebih Baik dan
Masyarakat yang lebih sehat serta bermutu.

5.2 SARAN
Adapun beberapa saran dan masukan yang dapat kami berikan adalah
sebagai berikut :
a. Memohon support Maksimal dari Pemerintah Kota Palangka Raya untuk
dapat menjembatani kerjasama antara Borneo Sustainable Farm dengan
Pihak Restaurant / Hotel di wilayah hukum Kota Palangka Raya untuk
mengijinkan kami dalam pengelolahan Limbah Organic sisa Resto. Dan
kami dari Pihak Borneo Sustainable Farm juga akan memberikan sertifikat
Green System Decomposition Organic Waste terhadap Restaurant dan
Hotel yang dapat bekerja sama dengan kami. Sehingga dapat menjadi
sinergy yang baik dalam hal issu lingkungan di Kota Palangka Raya
b. Memohon kepada dinas terkait di Pemerintah Kota Palangka Raya untuk
mendampingi dan support maksimal untuk pengembangan usaha kami.
Terutama dalam hal hibah pendanaan dan bantuan pendanaan.

Anda mungkin juga menyukai