BAB I
PENDAHULUAN
1
PBPAM / Handar Benni & Muhammad Ridho Reksi
air bersih semakin sulit untuk didapatkan. Maka dari itu diperlukannya suatu
Perencanaan Pengelolaan Bangunan Air Minum ( PBPAM ) untuk menyediakan
air yang layak pakai.
Ketidak tersediaan pelayanan air PDAM pada jam-jam tertentu dan susahnya
mendapatkan kebutuhan air bersih menjadi dasar perencanaan sistem penyediaan
air minum di Kelurahan Parit Mayor. Kelurahan Parit Myor sendiri sendiri
terletak di Kecamatan Pontianak Timur, Kota Pontianak, Kalimantan Barat,
memiliki luas wilayah 1,06 Km² serta memiliki jumlah penduduk terkecil
dikawasan Kecamatan Pontianak Timur yaitu dengan kepadatan penduduk
sebanyak 4.001 jiwa/km pada tahun 2016. Seluruh wilayah Kelurahan parit mayor
memiliki jenis tanah yang berupa tanah gambut dan merupakan daerah dataran
rendah. Perencanaan Pengelolaan Bangunan Air Minum di Kelurahan parit mayor
bertujuan agar pelayanan distribusi air bersih di Kelurahan parit mayor dapat
terlaksana secara baik untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan air bersih
dalam kehidupan sehari-hari.
Aspek fisik daerah perencanaan terdiri dari batas administrasi, topografi serta
penggunaan lahan daerah perencanaan. Kelurahan Parit Mayor terletak di
Kecamatan Pontianak Timur, Kota Pontianak, Kalimantan Barat. Kelurahan Parit
Mayor berbatasan dengan:
2
PBPAM / Handar Benni & Muhammad Ridho Reksi
Gambar 1.1 Peta Wilayah Kelurahan Parit Mayor, Kecamatan Pontianak Timur
Kelurahan Parit Mayor pada akhir tahun 2017 memiliki luas wilayah
sebesar 1,06 km2 atau sebesar 106 Ha. Kelurahan Parit Mayor merupakan
kelurahan dengan luas wilayah ke 5 dari 7 kelurahan yang ada di Kecamatan
Pontianak Timur. Kelurahan Parit Mayor terbagi atas 7 RW, 32 RT dan 1.889
KK.
Tabel 1.1 Statistika Luas Kecamatan Pontianak Kota
3
PBPAM / Handar Benni & Muhammad Ridho Reksi
4
PBPAM / Handar Benni & Muhammad Ridho Reksi
5
PBPAM / Handar Benni & Muhammad Ridho Reksi
BAB II
Dalam kehidupan sehari-hari air merupakan salah satu komponen yang paling
dekat dengan manusia yang menjadi kebutuhan dasar bagi kualitas dan
keberlanjutan kehidupan manusia, oleh karena itu air harus tersedia dalam
kuantitas dan kualitas yang memadai. Selain merupakan sumber daya alam, air
juga merupakan komponen ekosistem yang sangat penting bagi kehidupan
manusia dan makhluk hidup lainnya, yang dikuasai oleh Negara dan dipergunakan
untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat. Hal ini tertuang dalam Pasal 33 ayat (3)
Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Mengingat
pentingnya kebutuhan akan air bersih, maka sangatlah wajar apabila sektor air
bersih mendapatkan prioritas penanganan utama karena menyangkut kehidupan
orang banyak. Pada umumnya sumber air yang akan diolah menjadi air bersih
yaitu air permukaan baik berupa sungai, danau, ataupun waduk merupakan air
baku. Air Baku adalah air yang berasal dari sumber air yang perlu atau tidak perlu
diolah menjadi air minum untuk keperluan rumah tangga dan sehari-hari. Berikut
adalah jenis sumber air baku : (DPU CiptaKarya, 2002)
6
PBPAM / Handar Benni & Muhammad Ridho Reksi
Kerugian :
a) Air tanahsering kali mengandungbanyak mineral – mineral Fe, Mn, Ca
dansebagainya.
b) Biasanya membutuhkan pemompaan.
3. Air Hujan
Pada umumnya kualitaas cukup baik, namun air yang berasal dari sini akan
mengakibatkan kerusakan–kerusakan terhadap logam (korosi). Dari segikuantitas
air hujan tergantung pada besar kecil hujan sehingga tidak mencukupi jika
digunakan penyediaan air bersih.
Berdasarkan hasil pemantauan air Sungai Kapuas, diperoleh bahwa air Sungai
Kapuas telah mengalami pencemaran ringan. Berikut hasil pemantauan air Sungai
Kapuas yang akan dibandingkan dengan baku mutu yang telah diatur dalam
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun2001 :
7
PBPAM / Handar Benni & Muhammad Ridho Reksi
Baku Mutu
Kualitas
No Paramater Satuan PP RI NO.82 TAHUN
Air Baku
2001
1 TDS mg/l 1000 1000
2 TSS mg/l 50 75*
3 pH mg/l 6 s/d 9 8
4 BOD mg/l 2 2
5 COD mg/l 10 10
6 DO mg/l 6 6
7 Kekeruhan mg/l 5 5
8 Besi mg/l 0,3 0,5*
9 Mangan mg/l 1 1
10 NH3 mg/l 0,5 0,5
11 NO3 mg/l 10 10
12 NO2 mg/l 0,06 0,06
13 SO4 mg/l 400 400
Sumber :Hasil Analisa,2016 dan PP RI No.82 Tahun 2001
8
PBPAM / Handar Benni & Muhammad Ridho Reksi
Salah satu bangunan pengoalahan air minum adalah intake. Bangunan intake
berfungsi sebagai penyadap atau penangkap air baku yang berasal dari sumbernya,
dalam hal ini sungai. Bangunan intake memiliki tipe yang bermacam-macam,
diantaranya adalah :
1. Direct Intake
Digunakan untuk sumber air yang dalam seperti sungai atau danau
dengan kedalaman yang cukup tinggi.Intake jenis ini memungkinkan terjadinya
erosi pada dinding dan pengendapan di bagian dasarnya.
2. Indirect Intake
River Intake
Menggunakan pipa penyadap dalam bentuk sumur pengumpul. Intake ini lebih
ekonomis untuk air sungai yang mempunyai perbedaan level muka air pada
musim hujan dan musim kemarau yang cukup tinggi.
9
PBPAM / Handar Benni & Muhammad Ridho Reksi
Canal Intake
Digunakan untuk air yang berasal dari kanal. Dinding chamber sebagian
terbuka ke arah kanal dan dilengkapi dengan pipa pengolahan selanjutnya.
10
PBPAM / Handar Benni & Muhammad Ridho Reksi
Untuk mengatasi fluktuasi level muka air, maka inlet dengan beberapa hal
dibawah ini merupakan komponen dari suatu intake, yaitu :
1. Bangunan sadap, yang berfungsi untuk mengefektifkan air masuk
menuju sumur pengumpul
2. Sumur pengumpul (Sump well)
Waktu detensi pada sumur pengumpul setidaknya 20 menit atau luas area
yang cukup untuk pembersihan.Dasar sumur minimal 1 m dibawah dasar sungai
atau tergantung pada kondisi geologis wilayah perencanaan.Konstruksi sumur
disesuaikan dengan kondisi sungai dan setidaknya terbuat dari beton dengan
ketebalan minimal 20 cm atau lebih tebal.
3. Screen
Screen terdapat pada inlet sumur pengumpul, berfungsi untuk menyaring
padatan atau bentuk lainnya yang terkandung dalam air baku. Adapun dari jenis-
jenis screen dibagi menjadi dua tipe berdasarkan perbedaan bukaan atau jarak
antar bar, yaitu :
a) Saringan kasar (coarse screen)
Digunakan untuk menjaga alat-alat dan biasanya digunakan pada
pengolahan pertama. Tipenya secara umum adalah bara rack (bar screen), coarse
weir, screen, dan kominutor.
b) Saringan halus (fine screen)
Bukaan berkisar antara 2,3 – 6 mm, bahkan untuk instalasi tertentu bisa
lebih kecil dari 2,3 mm. Biasanya digunakan untuk primary treatment atau pre
treatment. Pompa intake (dengan Bell Mouth Strainer, pipa suction, discharge,
valve, dan aksesoris lainnya).
a. Strainer
Untuk menyaring benda-benda yang terkandung dalam air baku, perlu
direncanakan strainer pada ujung pipa suction pompa intake.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu :
Kecepatan melalui lubang strainer = 0,15 – 0,3 m/dt, dan dianjurkan untuk
berada pada batas rendah untuk mencegah masuknya padatan dari dasar
badan air.
11
PBPAM / Handar Benni & Muhammad Ridho Reksi
b. Valve
Valve harus dipasang pada perpipaan pompa agar mudah dalam pengontrolan
aliran, penggantian, perbaikan, dan perawatannya.
Dalam perencanaan lokasi intake ada beberapa persyaratan lokasi yang
harus dipertimbangkan agar intake berfungsi secara efektif. Adapun beberapa
persyaratan lokasi intake yang harus diperhatikan yakni :
1. Mudah dijangkau.
2. Dapat memberikan air dalam jumlah yang spesifik.
3. Dapat diandalkan.
4. Aspek kontruksi :Stabilitas palung, tebing sungai dan lainnya.
5. Jarak ke BPAP/IPA.
6. Kualitas air.
7. Sumber pencemaran.
8. Instrusi air asin.
9. Aspek belokan sungai : Bagian sungai yang lurus merupakan pilihan
yang terbaik.
10. Aspek sungai dan banjir.
Sumber air baku untuk perencanaan ini berasal dari sungai Kapuas dan
untuk pengambilan airnya digunakan bantuan pompa. Jenis intake yang digunakan
adalah river intake (Shore intake), dimana air baku dari sungai disadap ke area
bak pengumpul melalui net dan dapat menyesuaikan dengan fluktuasi muka air,
lalu disedot dengan pompa sentrifugal dengan pipa penghisap (suction) yang
dilengkapi dengan strainer di mulut pipa yang berguna untuk mencegah partikel
berukuran besar masuk dan menghambat kinerja pompa. Selanjutnya air disedot
dengan pompa melalui pipa penghisap (suction) menuju sejauh 100 m ke
bangunan IPA.
12
PBPAM / Handar Benni & Muhammad Ridho Reksi
13
PBPAM / Handar Benni & Muhammad Ridho Reksi
BAB III
RANCANGAN SISTEM PENGOLAHAN AIR
14
PBPAM / Handar Benni & Muhammad Ridho Reksi
Kadar Maksimum
No Paramater Satuan
yang diizinkan
1 Bau TidakBerbau
2 Warna TCU 15
3 TDS mg/l 500
4 Kekeruhan NTU 5
5 Rasa TidakBerasa
6 Suhu C Suhuudara ±3
Keputusan Menteri Kesehatan RepublikIndonesia Nomor 492/MENKES/PER/IV/2010
15
PBPAM / Handar Benni & Muhammad Ridho Reksi
Kadar Maksimum
No Paramater Satuan
yang diizinkan
1 Arsen mg/l 0,01
2 Fluorida mg/l 1,5
3 Total Kromium mg/l 0,05
4 Kadmium mg/l 0,003
Nitrit (Sebagai
5 NO2) mg/l 3
Nitrat (Sebagai
6 NO3) mg/l 50
7 Sianida mg/l 0,07
8 Selenium mg/l 0,01
9 Alumunium mg/l 0,2
10 Besi mg/l 0,3
11 Kesadahan mg/l 500
12 Khlorida mg/l 250
13 Mangan mg/l 0,4
14 pH 6,5 - 8,5
15 Seng mg/l 3
16 Sulfat mg/l 250
17 Tembaga mg/l 2
18 Amonia mg/l 1,5
Keputusan Menteri Kesehatan RepublikIndonesia Nomor 492/MENKES/PER/IV/2010
16
PBPAM / Handar Benni & Muhammad Ridho Reksi
Kadar Maksimum
No Paramater Satuan
yang diizinkan
Sistem pengelolaan air ini dikenal pula dengan istilah Water Treatment.
Ada beberapa tahap pengelolaan air yang harus dilakukan sehingga air
tersebut bias dikatakan layak untuk dipakai. Namun, tidak semua tahap ini
diterapkan oleh masing-masing pengelola air, tergantung dari kualitas sumber
airnya. Sebagai contoh, jika sumber airnya berasal dari dalam tanah (ground
water), system pengelolaan airnya akan lebih sederhana daripada yang sumber
airnya berasal dari sumber air permukaan, seperti air sungai, danau atau laut,
karena air yang berasal dari dalam tanah telah melalui penyaringan secara
alami oleh struktur tanah itu sendiri dan tidak terkontak langsung dengan
udara bebas yang mengandung banyak zat-zat pencemaran air. Berbeda halnya
dengan sumber air permukaan yang mudah sekali tercemar. Namun demikian
17
PBPAM / Handar Benni & Muhammad Ridho Reksi
air yang berasal dari dalam tanah pun akan jadi tercemar juga jika system
penampungan dan penyalurannya tidak bagus.
a. Air Sungai
1. Netralisasi
Netralisasi adalah mengatur keasaman air agar menjadi netral
(pH 7 - 8). Untuk air yang bersifat asam misalnya air gambut, yang
paling murah dan mudah adalah dengan pemberian kapur/gamping.
Fungsi dari pemberian kapur, disamping untuk menetralkan air
baku yang bersifat asam juga untuk membantu efektifitas proses
selanjutnya.
2. Aerasi
Aerasi yaitu mengontakkan udara dengan air baku agar
kandungan zat besi dan mangan yang ada dalam air baku bereaksi
dengan oksigen yang ada dalam udara membentuk senyawa besi
dan senyawa mangan yang dapat diendapkan. Disamping itu proses
aerasi juga berfungsi untuk menghilangkan gas-gas beracun yang
tak diinginkan misalnya gas H2S, Methan, Carbon Dioksida dan
gas-gas racun lainnya.
18
PBPAM / Handar Benni & Muhammad Ridho Reksi
3. Koagulasi
Koagulasi adalah proses pembubuhan bahan kimia kedalam air
agar kotoran dalam air yang berupa padatan tersuspensi misalnya zat
warna organik, lumpur halus bakteri dan lain-lain dapat menggumpal
dan cepat mengendap. Cara yang paling mudah dan murah adalah
dengan pembubuhan tawas/alum atau rumus kimianya Al2(SO4)3.18
H2O. (berupa Kristal berwarna putih).
Pengendapan kotoran dapat terjadi karena pembentukan
aluminium hidroksida, Al(OH)3 yang berupa partikel padat yang akan
menarik partikel – partikel kotoran sehingga menggumpal bersama-
sama, menjadi besar dan berat dan segera dapat mengendap. Cara
pembubuhan tawas dapat dilakukan sebagai berikut yaitu : sejumlah
tawas/ alum dilarutkan dalam air kemudian dimasukkan kedalam air
baku lalu diaduk dengan cepat hingga merata selamakurang lebih 2
menit. Setelah itu kecepatan pengadukkan dikurangi sedemikian rupa
sehingga terbentuk gumpalan – gumpalan kotoran akibat
bergabungnya kotoran tersuspensi yang ada dalam air baku. Setelah itu
dibiarkan beberapa saat sehingga gumpalan kotoran atau disebut flok
tumbuh menjadi besar dan berat dan cepat mengendap.
4. Pengendapan
Setelah proses koagulasi air tersebut didiamkan sampai
gumpalan kotoran yang terjadi mengendap semua (+ 45 - 60 menit).
Setelah kotoran mengendap air akan tampak lebih jernih. Endapan
yang terkumpul didasar tangki dapat dibersihkan dengan membuka
kran penguras yang terdapat di bawah tangki.
5. Penyaringan
Pada proses pengendapan, tidak semua gumpalan kotoran dapat
diendapkan semua. Butiran gumpalan kotoran dengan ukuran yang
besar dan berat akan mengendap, sedangkan yang berukuran kecil dan
ringan masih melayang-layang dalam air. Untuk mendapatkan air yang
betul-betul jernih harus dilakukan proses penyaringan. Penyaringan
19
PBPAM / Handar Benni & Muhammad Ridho Reksi
20
PBPAM / Handar Benni & Muhammad Ridho Reksi
21
PBPAM / Handar Benni & Muhammad Ridho Reksi
1. Mata Air
Air yang berasal dari mata air secara umum telah
memenuhi persyaratan kualitas air minum, sehingga tidak
memerlukan proses pengolahan. Namun tetap diperlukan proses
desinfeksi.
2. Air Sadah
Kesadahan dapat dikurangi dengan menggunakan bahan
kimia, seperti soda/kapur. Setelah itu air diendapkan dibak
pengendap dan ditambahkan CO2 untuk mengurangi kadar kapur
berlebih.
22
PBPAM / Handar Benni & Muhammad Ridho Reksi
kinerja pompa. Bangunan ini berfungsi untuk menangkap air dari badan air
dengan debit yang diperlukan bagi pengolahan air bersih.
b. Koagulasi
Koagulasi adalah proses pengolahan air / limbah cair dengan cara
menstabilisasi partikel-partikel koloid untuk memfasilitasi pertumbuhan
partikel selama flokulasi, sedangkan flokulasi adalah proses pengolahan air
dengan cara mengadakan kontak diantara partikel-partikel koloid yang telah
mengalami destabilisasi sehingga ukuran partikel-partikel tersebut tumbuh
menjadi partikel-partikel yang lebih besar (Kiely, 1997). Pada jenis air baku
dengan tingkat sedimen yang tinggi perlu dilakukan proses sedimentasi
terlebih dahulu. Dengan demikian proses koagulasi akan menggunakan
bahan kimia yang lebih sedikit.
c. Flokulasi
d. Sedimentasi
e. Filtrasi
23
PBPAM / Handar Benni & Muhammad Ridho Reksi
24
PBPAM / Handar Benni & Muhammad Ridho Reksi
BAB IV
RANCANGAN BANGUNAN PENGOLAHAN AIR
25
PBPAM / Handar Benni & Muhammad Ridho Reksi
Dik : D1051161076
D1051161080
Dit : Q = ......?
26
PBPAM / Handar Benni & Muhammad Ridho Reksi
= .
Maka, luas penampang pipa dan diameternya, yaitu:
Luas penampang pipa
1.02
=
1
= 1.02
Diameter Pipa
2 ×
D =
1.02 × 4
=
3,14
= 1,3
D = 1,140 ≈ 44,88 ≈ 46
Luas permukaan pipa
=
= (3,14)(1,140)
= 1,02
Kecepatan aliran air didalam pipa, yaitu :
=
,
= ,
=1 /
Berdasarkan perhitungan tersebut maka dapat diketahui diameter pipa
yang digunakan pada intake yaitu sebesar 1,140 m ≈ 46 . Kecepatan aliran
dalam pipa adalah 1 m/s, pipa yang digunakan pada perencanaan ini yaitu pipa
jenis PVC. Karena pipa PVC tahan terhadap korosi, prosedur instalasi mudah,
dan harga yang relatif murah.
27
PBPAM / Handar Benni & Muhammad Ridho Reksi
28
PBPAM / Handar Benni & Muhammad Ridho Reksi
Perhitungan :
1. Luas bukaan screen
=
,
= ,
= 1,7 m2
2. Lebar bukaan total
1,7
=
1,5
= 1,33 m
3. Jumlah Kisi
Jika jarak antar kisi 5 cm maka kisi yang diperlukan adalah :
,
n= -1= ,
- 1 = 25,6=26 buah
4. Lebar Saluran
L = (n+1)b + (n.w)
= (26+1) 0,05 + (26 . 0,01)
= 1,35+ 0,26 = 1,61 m
5. Lebar efektif lubang
Lef = (n+1) b
= (26+1) 0,05 = 1,35m
6. Tinggi efektif lubang
Tinggi efektif lubang jika kemiringan :
Hef = H / sin 60˚
= 10 m / sin 60˚
= 11,62 m
7. Luas efektif
Aef= Lef x Hef
= 1,35 x 11,62
= 15,68 m2
29
PBPAM / Handar Benni & Muhammad Ridho Reksi
= 0,37 x 10-6
Tinggi muka air setelah melewati kisi = H-HL
= 10 – 0,87 x 10-6
= 9,9 m
a. Kriteria Desain
b. Perencanaan
Pengadukan dengan Paddle Impeller dengan blade
Bentuk bak silinder
Waktu detensi (td) = 60 detik
Gradien Kecepatan = 1000/detik
30
PBPAM / Handar Benni & Muhammad Ridho Reksi
c. Perhitungan
1. Dimensi bak
Volume bak = Q x td
= 1,02 m3/detik x 60 s
= 61,2 m3
volume bak (v) =AxH
61,2 m3 =( 2
) x (1,5 x D)
61,2 = 1,1775 D3
D3 = 61,2 / 1,1775
D3 = 51,97
D = ∛51,97
D = 3,73 m
Kedalaman Bak = (2 x D) + freeboard
= (2 x 3,73) + 0.5 m
= 7,96 m
Freeboard 0.5 m didasarkan pada diameter pipa inlet
2. Daya Pengadukan
P = M x V x G2
= (0.89 x 10-3)kg/m.detik x 61,2 m3 x (1000)2 /detik
= 54468 watt
= 54,468 kwatt
,
Efisiensi motor = %
= 81,6 kg.m/det
2. Dimensi Blade
Lebar (b) = 0.5 m
Panjang (l) = 60 % x diameter bak
= 60 % x 3,73 m
= 2,24 m
31
PBPAM / Handar Benni & Muhammad Ridho Reksi
/
n = ( . ) ( ) ( )
, /
= . ( . ) ( . ) , ( , )
, /
/
= ,
= (84,2) = 4,38 rps=262,8 rpm
3. Zona Inlet
Kecepatan (v) = 2 m/s
Diameter pipa
A =
,
= = 0,51m
A = D2
0,51 = 3,14 D2
0,51 = 0,785 D2
D = 0,65
= 0,806 m = 806 mm
4. Zona Outlet
Diameter pipa pada zona outlet sama dengan diameter pipa pada
zona inlet
Perhitungan :
a. Konsentrasi alum(Cal)
Cal = kadar alum dalam tawas x TSS x efisiensi
pembubuh
= 60% x 75 x 90 %
= 40,5 mg/l
32
PBPAM / Handar Benni & Muhammad Ridho Reksi
Wal = Cal x Q
= 40,5 x 1020
= 41310 mg/s
=3,596,18 kg/hari
b. Kebutuhan tawas harian
%
wt = %
x3.596,18
=5948,63 kg/hari
Wt = x 5948,63
= 1982,87 kg/hari
c. Debit tawas
Qt =
1982,87 kg/hari
=
, /
= 731,68 l/hari
= 8,47 x 10-3l/s
d. Debit air pelarut
Konsentrasi alum 10%
Qw = x wt
= x 1982,87
= 17,89 m3/hari
= 1789 l/hari
= 0,021 l/det
e. Debit larutan
Ql = Qt + Qw
= 8,47 x 10-3l/s + 0,021 l/s
= 0,02947 l/s
f. Berat jenis larutan
larutan = = 26.45 kg/l
.
g. Volume bak pembubuh
Volume bak = Qlar x td x 3600
= 0,02947 l/s x 8 jam x 3600
= 848,736 l = 0,848 m3
h. Dimensi Bak Pembubuh
V = π x R2 x H
0,848 = 3,14 x R2 x 1,5
2
R = 0,1800
R = 0,424 m
D = 0,848m
33
PBPAM / Handar Benni & Muhammad Ridho Reksi
Daya Pompa
ɤ
P = ƞ
, / , / ,
= ,
= 575,48 watt
= 78,244 Hp
b. Perencanaan
Kedalaman bak (H) =3m
Lebar blade (b) = 0.5 m
Perincian tiap tahap
- Tahap G1 = 80 l/dt
- Tahap G2 = 60 l/dt
- Tahap G3 = 40 l/dt
Massa jenis air ( ) = 997 kg/m3
Waktu tinggal (td) = 4 menit
w
ɤ = 9,77 kN/m3
= 2600 kg/m3
Viskositas Dinamis ( ) = 0.89 x 10-3kg/m.dt
Viskositas Kinematis (υ) = 0,8934 x 10-6m2/dt
K = 0,25
= 1,8
Efisiensi motor (ƞ) = 75 %
c. Perhitungan
1. Tahap 1 G x td = 80/det x (4 x 60) det = 19200
Tahap 2 G x td = 60/det x (4 x 60) det = 14400
Tahap 3 G x td = 40/det x (4 x 60) det = 9600
2. Dimensi Bak
34
PBPAM / Handar Benni & Muhammad Ridho Reksi
Volume Bak = Q x td
= 1,02 m3/dt x (4 x 60) det
= 244,8 m3
A =
, m3
A = = 81,6m2
2
A =¼ D
81,6 = ¼ (3.14) D2
D2 = 103,95
D = 103,95 = 10,19 m
3. Daya Pengadukan
Daya (P1)
P1= xV xG2
= (0.89 x 10-3) kg/m.dt x 244,8 m3x (80)2 l/dt
= 1394,38 watt
Daya (P2)
P2 = xV xG2
= (0.89 x 10-3) kg/m.dt x 244,8 m3x (60)2 l/dt
= 784,34 watt
Daya (P3)
P3 = xV xG2
= (0.89 x 10-3) kg/m.dt x 244,8 m3x (40)2 l/dt
= 348,59 watt
4. Dimensi Blade
Lebar blade (b) = 0.5 m
Panjang blade (l) = 60 % x diameter bak
= 60 % x 10,19 m
= 6,144 m
,
Jari – jari paddle (r) =
= 3.072 m
5. Daya Pengadukan
1394,38 /
=
( . ) ( ) ( . ) ( . ) ( , )
= 5,24 rps = 314,4 rpm
35
PBPAM / Handar Benni & Muhammad Ridho Reksi
784,34 /
=
( . ) ( ) ( . ) ( . ) ( , )
= 4,323 rps = 259,38 rpm
348,59 /
=
( . ) ( ) ( . ) ( . ) ( , )
= 3,3 rps = 198 rpm
4.2.3 Sedimentasi
Sedimentasi adalah pemisahan partikel secara gravitasi. Bangunan
sedimentasi berfungsi untuk mengendapkan flokulen yang terbentuk akibat
adanya penambahan koagulan pada proses koagulasi dan flokulasi. Bentuk
bangunan sedimentasi secara umum berupa (Anggraeni dan Susanawati, 2011):
a. Segi empat (rectangular) Air baku mengalir secara horizontal dari inlet
menuju outlet. Partikel flokulen yang terbentuk diharapkan mengendap
secara gravitasi ke settling zone.
b. Lingkaran (circular) Air baku masuk melalui bagian tengah lingkaran dan
secara horizontal menuju ke outlet di bagian keliling lingkaran. Partikel
flokulen yang terbentuk mengendap secara gravitasi ke bawah.
Pengendapan kandungan zat padat di dalam air dapat digolongkan menjadi
pengendapan diskrit (kelas 1), pengendapan flokulen (kelas 2), pengendapan zone,
36
PBPAM / Handar Benni & Muhammad Ridho Reksi
a) Kriteria Desain
Kedalaman Air = 12-15 ft = 3,6-4,5 m
Kecepatan aliran rata-rata max = 2,5 x 10-3 m/s
Td min = 4 menit
Vo (Surface loading) = 1,5 - 3 gpm/ft2
= 3,8 - 7,5 m/jam
Panjang : Lebar =1:4
Kemiringan plate = 45 – 600
Jarak antar plate = 25 – 100 mm = 2,5 – 10 cm
Tebal plate = 2.5 – 5 mm = 0,25 – 0,5 cm
Panjang plate = 1000 – 2500 mm
Lebar plate = 1000 – 1200 mm
Nilai bilangan Froud = ≥ 10-5
Nilai bilangan Reynold = ≤ 2000
Jarak pipa inlet ke zona lumpur = 0.2 – 0.3 m
Jarak plate ke inlate = 1 – 1.4 m
Jarak gutter ke plate = 0.3 – 0.4 m
Tinggi plate = 1 – 1.2 m
Kadar lumpur =4–6%
b) Perencanaan
Bentuk Bangunan = 5 buah persegi panjang
Kecepatan (Vo) = Q/A = 5,5 m/jam = 1,53 x 10-
3
m/dt
Viskositas kinimatis (v) = 0.893 x 10-6 m2/dt
Waktu detensi (td) = 1 jam (3600 det)
Nilai bilangan Froud = ≥ 10-5
Nilai bilangan Reynold = ≤ 2000
37
PBPAM / Handar Benni & Muhammad Ridho Reksi
c) Perhitungan
1. Dimensi bak sedimentasi
Direncanakan 5 bak sedimentasi dengan Q = 0,204 m3/dt
Dimensi bak :
A =
,
A =
( , )
2
= 133,33 m
38
PBPAM / Handar Benni & Muhammad Ridho Reksi
=19437,63 (TM)
5. Cek Bilangan Froud
NFr =
,
=
( . )( , )
-6
= 9,66 x 10 (TM)
L= = = 1,15 m
∝
NRe =
, / ,
=
,
39
PBPAM / Handar Benni & Muhammad Ridho Reksi
A = 1/4 x π x D2
0,34m2 = 0,785 D2
D2 = 0,356 m2 maka D = 0,43 m
P pipa = p bak = 28 m
Wor = 1,5 m
hor = = = 18,67 ≈ 19
,
,
Qor = = = 0,017 /det
3
, /det
Aor = = 0,029 m2
, /
Aor = 1/4 x π x D2
0,029 m2 = 0,785 D2
D2 = 0,0369 m2 maka D = 0,60 m
h. Zona lumpur
Konsentrasi effluen dan lumpur (80% x TSS)
Cef = ( 100 % - 80 % ) x turbidity
= 20 % x 200 mg/l
= 40 mg/L
Cs = 80 % x turbidity
= 0,8 x 40 mg/l
= 32 mg/L
Berat lumpur tiap hari
Ws = Q x Cs x 86400
= 204 L/det x 32 x 10-6 Kg/L x 86400
= 564,01 kg/hari
40
PBPAM / Handar Benni & Muhammad Ridho Reksi
Debit lumpur
564,01 /
Qds = = 0,216 m3/ hari
Debit lumpur kering secara keseluruhan
, /
Qs = = 5,4 m3/ hari
,
P = = 5,6 m
Ls = = 2,4 m
V kerucut = 1/3 x A x Hs
Hs =
,
=
, ,
= 2,4 m
D pembuang = 0,14 m
Zona Outlet
.
< 5 x H x Vo
, /
.
< 5 . 5. 1,53 x10-3
> 0,744
41
PBPAM / Handar Benni & Muhammad Ridho Reksi
Debit gutter
3
, /det
Qg = = = 0,051 m3/det = 1,80 cfs
Dimensi gutter
/
Qg = 2,49 x Lg x
/
1,80 cfs = 2,49 x (1,5 x Ho) x Ho
/
1,80 cfs = 3,73 Ho
Ho5/2 = 0,483
Ho = 0,283 ft = 0,086m
Lg = 1,5 x Ho = 1,5 x 0,086m = 0,129m
Hg = Ho + (20 % x Ho) + ho + Fb
= 0,086 m + 0.0172 x 10-3m + 0,03 m+ 0,3 m
= 0,4332m
Pg = P = 24,48 m
Debit tiap v notch
/
Qw = 1,36 x ℎ
/
= 1,36 x (0,03)
= 2,12 x 10 m³/detik
Jumlah v notch
, ³/
Total jumlah V notch (n) = =
,
= 241buah
Gutter mempunyai 2 sisi pelimpah, maka tiap sisi,
n= = 121 buah
Dimensi V notch
Freeboard V notch, Fw = 1/2 x ho
= 1.2 x 0,03 m = 0,015 m
Lebar muka air V notch, Lw = 2 x ho tan 45º
= 2 x 0,03 m x 1 = 0,06 m
Pintu V notch, Lp = 2 x ( ho + Fw ) tan 45º
42
PBPAM / Handar Benni & Muhammad Ridho Reksi
Saluran pengumpul
Fungsinya untuk mengumpulkan air dari gutter sebelum menuju
bak filtrasi.
, ³/
A saluran = = = 0,34 m²
,
43
PBPAM / Handar Benni & Muhammad Ridho Reksi
, /
= 0,533 x 1,28 x 2 9,81 ² tan 45º x hf
Vs = = = 1,85 x 10 m/det
,
Vs = x Vs x (Ss – 1) x D2
,
0,8934 x 10-6 m2/det = x 1,5 x 10 m/det x (2,65 – 1) x D2
D2 = 6,6 x 10-4 m2
D = 0,025 m
, / ,
NRE = = = 41,9
, /
4.2.4 Filtrasi
Proses filtrasi adalah mengalirkan air hasil sedimentasi atau air baku
melalui media pasir. Proses yang terjadi selama penyaringan adalah pengayakan
(straining), flokulasi antar butir, sedimentasi antar butir, dan proses biologis.
Dilihat dari segi desain kecepatan, filtrasi dapat digolongkan menjadi saringan
pasir cepat (filter bertekanan dan filter terbuka) dan saringan pasir lambat
(Martin D, 2001). Menurut Arifiani dan Hadiwidodo (2007), dalam perencanaan
unit filtrasi harus mempertimbangkan jenis media filter dan hidrolika filtrasi.
Dalam unit fitrasi pada erencanaan ini digunakan filltrasi jenis saringan pasir
cepat. Hal ini karena rapid send filter memiliki kelebihan dalam segi dimesi unit
filtrasi yang tidak memerlukan lahan yang luas namun membutuhkan backwash
dalam pengoperasiannya (Schulz, 1984).
44
PBPAM / Handar Benni & Muhammad Ridho Reksi
a. Kriteria Desain
Kecepatan filtrasi (Vf) = 8 – 12 m/jam
Tebal media pasir (lp) = 60 – 80 cm
Tebal media kerikil (lk) = 10 – 30 cm
Waktu backwash (tbw) = 5 – 15 menit
Diameter media = 0,6 – 1,2 mm
Ekspansi backwash = 30 % - 50%
An orifice (Aor) : A = (0,0015 – 0,005) : 1
A lateral (Al) = (2-4) : 1
A manifold (Am) = (1,5 – 3) : 1
Jarak orifice (Wor) = 6 – 20 cm
Porositas = 0,36 – 0,45
Diameter orifice (Qo) = 0,6 – 2 cm
Kecepatan Backwash (Vbw) = 15 – 25 m/jam
Surface loading = 7 – 12 jam
b. Perencanaan
Kecepatan filtrasi (Vf) = 10 m/jam = 2,7 x 10-3 m/dt
Tebal lapisan pasir (lp) = 60 cm = 0,6 m
Tebal lapisan kerikil (lk) = 20 cm = 0,2 m
Waktu backwash (tbw) = 10 menit (600 detik)
Tinggi air diatas media =1M
Diameter media (pasir) = 0,8 mm = 8 x 10-4 m
Ekspansi backwash = 40%
A orifice : A = 0,003 x A
Diameter orifice (Qo) = 1,5 cm
A lateral Aor = 2 x Aor
Jarak orifice (Wor) = 10 cm
Porositas awal (Po) = 0,4
Viskositas = 0,89 x 10-6 m2/dt
Nilai Reynold pasir = <5 =3
Nilai Reynold kerikil = >5 =6
pasir = 0,82 (bulat)
% ekspansi krikil = 10 %
lateral = 0,2 m
= 20 m/jam
Diameter krikil = 5 mm = 5 x 10-3 m
H bak =3m
45
PBPAM / Handar Benni & Muhammad Ridho Reksi
c. Perhitungan
1) Jumlah Bak
n = 12 x
= 12 x 1,02 3/
= 12,11 (13 buah)
2) Dimensi Bak
- Debit tiap filter (Qf)
= xQ
= x 1,02
= 0,078 m3/dt
- Luas tiap unit filter
Af =
,
Af =
,
Af = 30 m2
Jika p : L = 2 : 1, maka :
Af = p . L = 32 x l
30 = 2 . L2
L2 =
L2 = 15
L = √15 = 3,8 m
P =2L
= 2 x 3,8
= 7,6
3) Sistem Underdrain
- Orifice
Luas bukaan,
Aor = ¼ . . D2
Aor = ¼ . 3.14 . (0,003)2
= 7,065 x 10-6 m2
- Jumlah lubang tiap filter (n)
.
n = x Af
.
= x 30
,
= 10615,71 lubang
46
PBPAM / Handar Benni & Muhammad Ridho Reksi
- Lateral
Luas bukaan ( A lat) = 2 x Aor x n
A lat = 2 x (7,065 x 10-6) 10615,71
= 0,14999 m2
- Manifold
Luas total (A man) = 1.5 x A lat
= 1.5 x 0,14999m2
= 0,22499m2
Diameter ( D man) =
,
=
.
= 0,53 m
Panjang manifold (Pman) = Panjang Bak
= 7,6 m
D lat =
0,14999
=
.
= 0,01945 m
- Jumlah orifice tiap lateral (n)
∑
n =
∑
10615,71
= = 132 lubang
47
PBPAM / Handar Benni & Muhammad Ridho Reksi
4. Sistem inlet
D inlet samdengan diameter pipa manifold (Dman) yaitu sebagai
pipa masuknya air = 0,56 m
5. Back Wash
Pasir
- Kecepatan back wash (vbw)
Vbw = 6 x Vf (Pasir)
= 6 x (2,7 x 10-3)
= 0,0162 m/s
- Porositas saat ekpansi
. . /
Pe = 2,95 ( )x( ) x( /
)
.
( , ) . . . /
Pe = 2,95 ( )x( ) x(( ) /
)
( , ) .
Pe = 0,582
- Persentasi ekspansi (%)
% ekspansi = x 100
, ,
= x 100
,
= 43,5 %
- Tinggi ekpansi
% Ekspansi = x 100
,
0,435 = ,
x 100
Le =1m
Kerikil
48
PBPAM / Handar Benni & Muhammad Ridho Reksi
Pe = 3,6
- Debit back wash = Vbw x A bak
= 0,0162 m/s x 16,67 m2
= 2,70 m3/dt
Pasir
Cek bilangan Reynold
NRe =
, ( ) ( , )
= ,
=2
Koef Drag
Cp =( )+ + 0,34
√
=( )+ + 0,34
√
= 14,46
Headloss pada pasir
,
Hf = x x Lp x x
, , ( , )
= ,
x ,
x 0,7 x ,
x
= 0,48 m
Kerikil
Cek bilangan Reynold
NRe = x
,
= ,
x ,
= 25,28
Koef Drag
Cp =( )+ + 0,34
√
=( )+ + 0,34
√
= 14,46
Headloss pada krikil
49
PBPAM / Handar Benni & Muhammad Ridho Reksi
( )
Hf = 180 x x x x Lk
, ( , ) ,
= 180 x x ,
x x 0,2
= 5,536 x 10-11 m
Headloss total
Hf media = Hf pasir + Hf krikil
= 0,48 + 5,536 x 10-11
= 6,016 x 10-11 m
50
PBPAM / Handar Benni & Muhammad Ridho Reksi
Daya Pompa = ,
, ,
= ,
= 211260,312 watt
= 211,26 kwatt
4.2.5 Desinfeksi
Desinfeksi air minum bertujuan membunuh bakteri patogen yang ada
dalam air. Desinfektan air dapat dilakukan dengan berbagai cara,
yaitu:pemanasan, penyinaran antara lain dengan sinar UV, ion-ion logam antara
lain dengan copper dan silver, asam atau basa, senyawa-senyawa kimia, dan
chlorinasi (Sutrisno, 2002). Proses desinfeksi dengan klorinasi diawali dengan
penyiapan larutan kaporit dengan konsentrasi tertentu serta penetapan dosis klor
yang tepat. Metode pembubuhan dengan kaporit yang dapat diterapkan
sederhana dan tidak membutuhkan tenaga listrik tetapi cukup tepat
pembubuhannya secara kontinu adalah: metoda gravitasi dan metode dosing
proporsional (Martin D, 2001).
Kebutuhan klor dalam suatu perencanaan desinfeksi memberikan sisa klor
aktif agar dalam distribusi air produksi tidak terkontaminasi mikroorganisme
bila terjadi kebocoran dalam pipa. Klorinasi dapat dilakukan dengan
penambahan kalsium hipoklorit (CaOCl2) sebagai sumber klornya dapat pula
dengan gas Cl2. Dosis klor dapat bervariasi tergantung pada kualitas air,
temperatur dan kondisi iklim yang lain. Kadar klorin dalam kaporit adalah 65-
70% dan masa 80-98 gr/100 ml, sedangkan klorin dalam gas Cl2 adalah 99%
(Droste, 1997). Sisa klor sebesar 0,5 mg/L dalam air dapat membunuh bakteri
dalam air dengan efektif, namun akan menimbulkan bau klor apa bila melebihi 2
mg/L (Masduqi dan Assomadi, 2012).
51
PBPAM / Handar Benni & Muhammad Ridho Reksi
a) Perencanaan
Desinfeksi menggunakan kaporit (Ca(Cl)2)
Kadar klor dalam kaporit = 60%
Berat jenis kaporit = 0,860 kg/l
Kapasitas pengolahan (Q) = 1020 l/dt
Konsentrasi larutan ( c ) =5%
Daya pengikat klor (DPC) = 1,2 mg/l
Pembubuhan kaporit dilakukan setiap 8 jam sehari
Sisa klor = 0,3 mg/l
Dosis klor = DPC + sisa klor
= (1,2 + 0,3) mg/l
= 1,5 mg/l
= 0,0015 kg/l
b) Perhitungan
%
1. Kebutuhan Kaporit = %
x Dosis klor x Q
= 2550 mg/dt
= 220,32 kg/hari
2. Volume Kaporit =
,
= ,
= 256,186 l/hari
% %
3. Volume pelarut = %
x v kaporit
% %
= %
x 256,186= 4867,534 l/hari
4. Volume larutan kaporit = V. kaporit + V. pelarut
= 5123,72 l/hari
, /
6. Kebutuhan klor 8 jam = = 10,8 kg/8 jam
52
PBPAM / Handar Benni & Muhammad Ridho Reksi
Jawab :
Volume bak = Q x td
= 1,02 m3/dt x 60 dt
= 61,2 m3
Dimensi bak:
V = PB x LB x Hb
61,2 = 1 LB3
LB = √61,2
LB = 3,940 m
Lebar dan kedalaman bak :
H = 3,940 + Freeboard
= 3,940 + 0,3
= 4,24 m
Untuk panjang :
V =pxlxh
61,2 = p x 3,940 x 4,24
,
P = ,
P = 3,66 m
4.2.6 Reservoir
Reservoir distribusi merupakan bangunan penampungan air minum
sebelum dilakukan pendistribusian ke pelangan/masyarakat, yang dapat
ditempatkan di atas atau di permukaan bawah tanah. Bangunan reservoir
umumnya diletakkan di dekat jaringan distribusi pada ketinggian yang cukup
untuk mengalirkan air secara baik dan merata ke seluruh daerah konsumen.Jenis
–jenis reservoir berdasaran perletakannya antara lain :
1. Reservoir bawah tanah (Ground Reservoir)
Ground reservoir dibangun di bawah tanah atau sejajar dengan permukaan
tanah. Reservoir ini digunakan bila head yang dimiliki mencukupi untuk
53
PBPAM / Handar Benni & Muhammad Ridho Reksi
distribusi air minum. Jika kapasitas air yang didistribusikan tinggi, maka
diperlukan ground reservoir lebih dari satu.
2. Menara Reservoir (Elevated Reservoir)
Reservoir ini digunakan bila head yang tersedia dengan menggunakan
ground reservoir tidak mencukupi kebutuhan untuk distribusi. Dengan
menggunakanelevated reservoir maka air dapat didistribusikan secara
gravitasi. Tinggi menara tergantung kepada head yang dibutuhkan.
3. Stand Pipe
Reservoir jenis ini hampir sama dengan elevated reservoir, dipakai sebagai
alternatif terakhir bila ground reservoir tidak dapat diterapkan karena
daerah pelayanan datar.
Hal-hal yang harus dipertimbangkan dalam merancang reservoir, antara
lain adalah volume reservoir, tinggi elevasi energi, letak reservoir, pemakaian
pompa, konstruksi reservoir serta ventilasi dan manhole. Penempatan reservoir
ditentukan berdasarkan pertimbangan berikut :
1. Reservoir pelayanan di tempatkan sedekat mungkin dengan pusat daerah
pelayanan, kecuali jika keaadaan tidak memungkinkan selain itu haru
dipertimbangkan pemasangan pipa parallel.
2. Tinggi reservoir pada sistem gravitasi ditentukan sedemikian rupa
sehingga tekanan minimum sesuai hasil perhitungan hidrolis di jaringan
pipa distribusi adalah 15 m. Muka air reservoir rencana diperhitungkan
bedasarkan tinggi muka air minimum.
3. Jika elevasi muka air tanah wilayah pelayanan bervariasi, maka wilyah
pelayanan dapat dibagi menjadi beberapa zona wilayah pelayanan yang
dilayani masing-masing denga satu reservoir.
Reservoir digunakan pada sistem distribusi untuk meratakan aliran, untuk
mengatur tekanan, dan untuk keadaan darurat. Jenis pompa penyediaan air yang
banyak digunakan adalah: jenis putar (pompa sentrifugal, pompa diffuser atau
pompa turbin meliputi pompa turbin untuk sumur dan pompa submersibel untuk
sumur dalam), pompa jenis langkah positif (pompa torak, pompa tangan, pompa
khusus meliputi pompa vortex atau pompa kaskade, pompa gelembung udara
54
PBPAM / Handar Benni & Muhammad Ridho Reksi
atau air lift pump, pompa jet, dan pompa bilah). Efisiensi pompa umumnya
antara 60 sampai 85% (Noerbambang, 2000).
a) Perencanaan
Debit Rencana = 255 l/dt
Kedalaman bak = 6 m
Terdapat 4 bak Reservoir
b) Perhitungan
Q jam puncak = 255 l/dt x 3600 dt/jam x 24 jam/hari
= 22 032000 l/hari
Direncanakan debit air pada reservoir dengan kapasitas 20 % maka :
Volume reservoir = 20 % x 22 032 000 l/hari
= 4 406 400 l/hari
= 4 406.4 m3
Dipakai 4 bak, maka = Q/4
= 4 406.4 / 4
= 1 101.6
Dimensi bak
Volume bak = Pb x Lb x Hb
1 101.6 = Pb x Lb 6
.
LB =
LB = 13.54 m
Untuk panjang
V =pxlxh
1 101.6 = p x 13.54 x 6
.
P = .
P = 13.5 m
55
PBPAM / Handar Benni & Muhammad Ridho Reksi
BAB V
1. Laboratorium
Laboratorium diperlukan dalam pengolahan air minum. Laboratorium
berfungsi sebagai tempat pengujian terhadap air baku dan air minum yuang
sudah diolah. Letak bangunan laboratorium sebaiknya dibangun didekat
proses pengolahan air minum (IPA) sehingga jarak untuk membawa sampel
tidak jauh.
2. Kantor
Kantor merupakan fasilitas yang memiliki fungsi sebagai tempat pngaduan
jika terdapat masalah dalam distribusi air, seperti kebocoran. Selain itu juga
kantor berfungsi sebagai tempat administrasi dan penyimpan data-data /
document penting.
3. Reservoir
Merupakan bangunan yang terletak setelah proses pengolahan air selesai.
Fungsi dari bak ini adalah sebagai penampung air dan sebagai penyeimbang
tekanan air. Sebelum didistribusikan air akan masuk ke bak reservoir.
4. Pos jaga
Merupakan bangunan yang diperlukan untuk memantau dan menjaga
keamanan disekitar daerah produksi air.Sehingga mengurangi kemungkinan
kehilangan baran-barang yang tidak diinginkan.
56
PBPAM / Handar Benni & Muhammad Ridho Reksi
5. Ruang pembubuh
Merupakan fasilitas bangunan yang memiliki fungsi sebagai tempat
pembubuhan bahan kimia sebelum dialirkan ke dalam bak pengolahan. Di
ruang pembubuh inilah koagulan yang akan digunakan dicampurkan terlebih
dahulu dengan air dengan perbandingan yang telah ditentukan sebelumnya.
6. Ruang pompa & genset
Merupakan bangunan yang diperlukan untuk menyimpan pompa dan genset
agar pompa terlindungi dari hujan dan panas sehingga tidak cepat
rusak.Pompa berfungsi untuk membantu tekanan air agar dapat mengalir
dengan baik.
7. Gudang
Merupakan bangunan yang diperlukan untuk menyimpan barang-barang yang
diperlukan dalam suatu instalasi pengolahan air bersih.
8. Ruang penyimpanan bahan kimia
Merupakan bangunan fasilitas penunjang yang berfungsi sebagai tempat
penyimpanan bahan-bahan kimia yang diperlukan dalam pengolahan air
bersih.
57
PBPAM / Handar Benni & Muhammad Ridho Reksi
50 m 20 m 10m
30 m 8m 4m 30 m
58
PBPAM / Handar Benni & Muhammad Ridho Reksi
DAFTAR PUSTAKA
Joko, Tri, 2010. Unit Produksi Dalam Sistem Penyediaan Air Bersih. Graha Ilmu :
Yogyakarta.
Kawamura, Susumu, 1991. Integrated Design of Water Treatment Facilities. John
Wirley & sons inc : New York.
Linsley, 1989. Hidrologi untuk Insinyur. Erlangga : Jakarta.
Reynolds, Ton D dan Richard, Paul A, 1996. Unit Operations and Processes in
Evirontmental Engineering 2nd edition. PWS Publishing Company :
Boston.
SNI 6773, 2008. Spesifikasi Unit Paket Instalasi Pengolahan Air.
SNI 6774, 2008. Tata Cara Perencanaan Unit Paket Instalasi pengolahan Air.
Sutrisno, 2002.Teknologi Penyediaan Air Bersih. PT Rineka Cipta : Jakarta.
59