Anda di halaman 1dari 59

PBPAM / Handar Benni & Muhammad Ridho Reksi

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Air bersih merupakan bagian penting dalam kehidupan manusia, sehingga


ketersediaan air bersih sangat berpengaruh bagi kehidupan manusia. Pengaruh
dari ketersediaan air bersih tidak hanya pada kebutuhan rumah tangga, tetapi
berpengaruh pada sektor sosial, ekonomi, maupun fasilitas umum, seiring dengan
tingkat pertumbuhan penduduk. Peningkatan pertumbuhan penduduk, berkaitan
erat dengan terjadinya kepadatan penduduk yang mempengaruhi aktifitas,
perkembangan dalam segi ekonomi, sosial, dan pengembangan fasilitas umum,
sehingga tingkat kebutuhan air bersih akan meningkat pula. Namun pada
kenyataannya kualitas dan kuantitas sumber air berbanding terbalik dengan
peningkatan pertumbuhan penduduk.

Kondisi pelayanan tersedianya air bersih di daerah Kelurahan Parit Mayor


masih belum memenuhi tingkat kebutuhan air bersih, sehingga diperlukan upaya
manusia dalam pengembangan sistem pendistribusian air bersih. Air bersih yang
tersedia tersebut haruslah mempunyai persyaratan dari berbagai segi, terutama
yang menjadi perhatian adalah segi kualitasnya, yaitu aman higienis dan dapat
diminum. Segi kuantitasnya yaitu, tersedia dalam jumlah yang cukup dan sangat
diperlukan. Terkhir segi kontinuitas yaitu, tersedia secara kontinu atau berlanjut.

Air baku yang dibutuhkan untuk pemenuhan kebutuhan minum harus


memenuhi persyaratan secara kualitas agar dapat digunakan oleh pemakai secara
aman. Untuk konsumsi air minum menurut departemen kesehatan Peraturan
Pemerintah No.82/2001/GOL1 dan Peraturan Pemerintah No.82/2001/GOL3,
syarat-syarat air minum adalah tidak berasa, tidak berbau, tidak berwarna, dan
tidak mengandung logam berat. Walaupun air dari sumber alam dapat diminum
oleh manusia, terdapat risiko bahwa air ini telah tercemar oleh bakteri (misalnya
Escherichia coli) atau zat-zat berbahaya. Walaupun bakteri dapat dibunuh
dengan memasak air hingga 100 °C, banyak zat berbahaya, terutama logam, tidak
dapat dihilangkan dengan cara ini. Dan seiring dengan pertambahan penduduk,

1
PBPAM / Handar Benni & Muhammad Ridho Reksi

air bersih semakin sulit untuk didapatkan. Maka dari itu diperlukannya suatu
Perencanaan Pengelolaan Bangunan Air Minum ( PBPAM ) untuk menyediakan
air yang layak pakai.

Ketidak tersediaan pelayanan air PDAM pada jam-jam tertentu dan susahnya
mendapatkan kebutuhan air bersih menjadi dasar perencanaan sistem penyediaan
air minum di Kelurahan Parit Mayor. Kelurahan Parit Myor sendiri sendiri
terletak di Kecamatan Pontianak Timur, Kota Pontianak, Kalimantan Barat,
memiliki luas wilayah 1,06 Km² serta memiliki jumlah penduduk terkecil
dikawasan Kecamatan Pontianak Timur yaitu dengan kepadatan penduduk
sebanyak 4.001 jiwa/km pada tahun 2016. Seluruh wilayah Kelurahan parit mayor
memiliki jenis tanah yang berupa tanah gambut dan merupakan daerah dataran
rendah. Perencanaan Pengelolaan Bangunan Air Minum di Kelurahan parit mayor
bertujuan agar pelayanan distribusi air bersih di Kelurahan parit mayor dapat
terlaksana secara baik untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan air bersih
dalam kehidupan sehari-hari.

1.2 Gambaran Umum Lokasi


1.2.1 Kondisi Geografis

Aspek fisik daerah perencanaan terdiri dari batas administrasi, topografi serta
penggunaan lahan daerah perencanaan. Kelurahan Parit Mayor terletak di
Kecamatan Pontianak Timur, Kota Pontianak, Kalimantan Barat. Kelurahan Parit
Mayor berbatasan dengan:

 Utara : Kelurahan Saigon


 Timur : Desa Kapur
 Selatan : Kecamatan Sungai Raya
 Barat : Kelurahan Banjar Serasan dan Kelurahan Bangka Belitung Laut

2
PBPAM / Handar Benni & Muhammad Ridho Reksi

Gambar 1.1 Peta Wilayah Kelurahan Parit Mayor, Kecamatan Pontianak Timur

Kelurahan Parit Mayor pada akhir tahun 2017 memiliki luas wilayah
sebesar 1,06 km2 atau sebesar 106 Ha. Kelurahan Parit Mayor merupakan
kelurahan dengan luas wilayah ke 5 dari 7 kelurahan yang ada di Kecamatan
Pontianak Timur. Kelurahan Parit Mayor terbagi atas 7 RW, 32 RT dan 1.889
KK.
Tabel 1.1 Statistika Luas Kecamatan Pontianak Kota

Kelurahan Km2 Hektar


(1) (2) (3)
1 Parit Mayor 1,06 106

2 Banjar Serasan 1,14 114

3 Saigon 2,80 280

4 Tanjung Hulu 1,09 109

5 Tanjung Hilir 0,30 30

6 Dalam Bugis 1,98 198

7 Tambelan Sampit 0,41 41

2016 8,78 878


Sumber : Kantor Camat Pontianak Timur

3
PBPAM / Handar Benni & Muhammad Ridho Reksi

1.2.2 Kondisi Penduduk


Kecamatan Pontianak Timur memiliki luas wilayah sebesar 8.78 km2 dan
terbagi atas 7 kelurahan, yaitu Kelurahan Parit Mayor, Banjar Serasan, Saigon,
Tanjung Hulu, Tanjung Hilir, dalam Bugis dan Tambeln sampit. Kelurahan Parit
Mayor memiliki luas wilayah 1,06 km2 dan jumlah penduduknya sebesar 4.493
jiwa. Sehingga kepadatan penduduk di Kelurahan Parit Mayor sebesar 4.238
jiwa/km2. Kepadatan penduduk di Kelurahan Parit Mayor tahun 2011-2016 dapat
dilihat pada Tabel 2.3

Tabel 1.2 Kepadatan Penduduk Menurut Kelurahan Parit Mayor di Kecamatan


Pontianak Timur

Kelurahan Luas (Km2) Jumlah Penduduk Kepadatan (Km2)


(1) (2) (3) (4)

1 Parit Mayor 1,06 4.241 4.001

2 Banjar Serasan 1,14 11.156 9.786

3 Saigon 2,8 16.708 5.967

4 Tanjung Hulu 1,09 19.499 17.889

5 Tanjung Hilir 0,3 11.969 39.897

6 Dalam Bugis 1,98 20.220 10.212

7 Tambelan Sampit 0,41 8.037 19.602

Sumber : Data Kecamatan Pontianak Timur

1.2.3 Kondisi Topagrafi

Keadaan geologi atau struktur tanah di kelurahan Parit Mayor termasuk


kedalam wilayah peneplant dan sendimen alluvial yang secara fisik merupakan
jenis tanah liat, jenis tanah ini berupa gambut bekas endapan lumpur sungai
kapuas. Keadaan ini sangat labil dan mempunyai daya dukung tanah yang rendah,
sedangkan kekuatan daya dukung tanah sangat diperlukan.

4
PBPAM / Handar Benni & Muhammad Ridho Reksi

Daerah kelurahan Parit Mayor keseluruhannya merupakan dataran rendah.


Warna tanah di kelurahan ini cenderung berwarna merah atau kuning dan tekstur
tanah yaitu debuan. Pengertian tentang tekstur tanah adalah banyaknya setiap
bagian tanah menurut ukuran partikel-partikelnya ditentukan oleh besarnya
butiran tanah. Sehingga pengertian dan definisinya adalah perbandingan antara
banyaknya liat, lempung dan pasir yang terkandung dalam tanah. Badan
Pertanahan Nasional mendefinisikan bahwa tekstur tanah adalah keadaan tingkat
kehalusan tanah yang terjadi karena terdapatnya perbedaan komposisi kandungan
fraksi pasir, debu dan liat yang terkandung pada tanah. Dari ketiga jenis fraksi
tersebut partikel pasir mempunyai ukuran diameter paling besar yaitu 2 – 0.05
mm, debu denganukuran 0.05 – 0.002 mm dan liat dengan ukuran < 0.002 mm.
Maka dapat terjadi bahwa pada suatu tanah, butiran pasir merupakan penyusun
yang dominan, pada kasus lain liat merupakan penyusun tanah yang terbesar.
Sebaliknya pada tempat lain, kandungan pasir, liat dan lempung terdapat sama
banyaknya.

1.3 Cakupan Pekerjaan

Batasan Perencanaan yang akan dilakukan yaitu: menentukan lokasi


penempatan bangunan pengolahan Air Minum, mendesain suatu Instalasi
Pengolahan Air Minum (IPA) di Kelurahan Parit Mayor, pembuatan rancangan
fasilitas penunjang, mendesain gambar bangunan potongan A-A dan potongan B-
B setiap pengolahan.

5
PBPAM / Handar Benni & Muhammad Ridho Reksi

BAB II

SUMBER AIR BAKU

2.1 Air Baku

Dalam kehidupan sehari-hari air merupakan salah satu komponen yang paling
dekat dengan manusia yang menjadi kebutuhan dasar bagi kualitas dan
keberlanjutan kehidupan manusia, oleh karena itu air harus tersedia dalam
kuantitas dan kualitas yang memadai. Selain merupakan sumber daya alam, air
juga merupakan komponen ekosistem yang sangat penting bagi kehidupan
manusia dan makhluk hidup lainnya, yang dikuasai oleh Negara dan dipergunakan
untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat. Hal ini tertuang dalam Pasal 33 ayat (3)
Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Mengingat
pentingnya kebutuhan akan air bersih, maka sangatlah wajar apabila sektor air
bersih mendapatkan prioritas penanganan utama karena menyangkut kehidupan
orang banyak. Pada umumnya sumber air yang akan diolah menjadi air bersih
yaitu air permukaan baik berupa sungai, danau, ataupun waduk merupakan air
baku. Air Baku adalah air yang berasal dari sumber air yang perlu atau tidak perlu
diolah menjadi air minum untuk keperluan rumah tangga dan sehari-hari. Berikut
adalah jenis sumber air baku : (DPU CiptaKarya, 2002)

1. Air Tanah ( sumur dangkal, sumur permukaan )


Air tanah adalah air yang tersimpan/ terperangkap di dalam lapisan batuan
yang mengalami pengisian/penambahan secara terus menerus oleh alam. Air tanah
secara umum mempunyai sifat – sifat yang menguntungkan khususnya dari segi
bakteriologis, namun demikian dari segi kimiawi mempunyai beberapa
karateristik yang tertentu yaitu tingkat kesadahan, Kalsium, Magnesium,
Bicarbonat, Clorida. Keuntungan pemanfaatan air tanah:
a) Pada umumnya bebas dari bakteri patogen.
b) Pada umumnya dapat dipakai tanpa pengolahan lebih lanjut.
c) Paling praktis dan ekonomis.

6
PBPAM / Handar Benni & Muhammad Ridho Reksi

Kerugian :
a) Air tanahsering kali mengandungbanyak mineral – mineral Fe, Mn, Ca
dansebagainya.
b) Biasanya membutuhkan pemompaan.

2. Air Permukaan ( mata air, sungai, danau )


Pada umumnya sumber air permukaan baik berupa sungai, danau maupun
waduk adalah merupakan air yang kurang baik untuk langsung dikonsumsi oleh
manusia, karena itu perlu adanya pengolahan terlebih dahulu sebelum
dimanfaatkan. Air permukaan pada hakekatnya banyak tersedia di alam. Kondisi
air permukaan sangat beragam karena dipengaruhi oleh banyak hal yang
merupakan elemen meteorologi dan elemen daerah pengaliran. Pada umumnya
kekeruhan air pemukaan cukup tinggi karena banyak mengandung lempun, dan
substansi organik. Sehingga ciri air permukaan yaitu memiliki padatan terendap
rendah, dan bahan tersuspensi cukup tinggi. Atas dasar kandungan bahan terendap
dan bahan tersuspensi tersebut maka kualitas air sungai relatif rendah dari
padakualitas air danau, rawa, dan reservoar. Air permukaan tersebut dimanfaatkan
untuk kepentingan masyarakat, setelah melalui proses tertentu.

3. Air Hujan
Pada umumnya kualitaas cukup baik, namun air yang berasal dari sini akan
mengakibatkan kerusakan–kerusakan terhadap logam (korosi). Dari segikuantitas
air hujan tergantung pada besar kecil hujan sehingga tidak mencukupi jika
digunakan penyediaan air bersih.
Berdasarkan hasil pemantauan air Sungai Kapuas, diperoleh bahwa air Sungai
Kapuas telah mengalami pencemaran ringan. Berikut hasil pemantauan air Sungai
Kapuas yang akan dibandingkan dengan baku mutu yang telah diatur dalam
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun2001 :

7
PBPAM / Handar Benni & Muhammad Ridho Reksi

Tabel 2.1 Kualitas Air Baku PP RI NO.82 TAHUN 2001

Baku Mutu
Kualitas
No Paramater Satuan PP RI NO.82 TAHUN
Air Baku
2001
1 TDS mg/l 1000 1000
2 TSS mg/l 50 75*
3 pH mg/l 6 s/d 9 8
4 BOD mg/l 2 2
5 COD mg/l 10 10
6 DO mg/l 6 6
7 Kekeruhan mg/l 5 5
8 Besi mg/l 0,3 0,5*
9 Mangan mg/l 1 1
10 NH3 mg/l 0,5 0,5
11 NO3 mg/l 10 10
12 NO2 mg/l 0,06 0,06
13 SO4 mg/l 400 400
Sumber :Hasil Analisa,2016 dan PP RI No.82 Tahun 2001

Keterangan : * Melebihi/tidak sesuai dengan baku mutu PP RI No.82 Tahun 2001

Sumber air baku yang dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan


penyediaan air bersih di Kecamatan Parit Mayor yaitu berasal dari Sungai Kapuas.
Sungai Kapuas mempunyai lebar 250 m dengan kedalaman rata-rata 10 m dan
debitnya 7.624,453 m3/det dengan luas DAS sekitar 16.044 km2 Pemilihan Sungai
Kapuas menjad isumber air baku untuk Kecamatan Parit Mayor dikarenakan
Sungai Kapuas merupakan satu-satunya sumber air baku yang dapat dimanfaatkan
serta dari segi kontinuitas, air Sungai Kapuas ini bersifat kontinu atau terus
menerus karena Sungai Kapuas merupakan air permukaan.

8
PBPAM / Handar Benni & Muhammad Ridho Reksi

2.2 Perencanaan Intake

Salah satu bangunan pengoalahan air minum adalah intake. Bangunan intake
berfungsi sebagai penyadap atau penangkap air baku yang berasal dari sumbernya,
dalam hal ini sungai. Bangunan intake memiliki tipe yang bermacam-macam,
diantaranya adalah :
1. Direct Intake
Digunakan untuk sumber air yang dalam seperti sungai atau danau
dengan kedalaman yang cukup tinggi.Intake jenis ini memungkinkan terjadinya
erosi pada dinding dan pengendapan di bagian dasarnya.
2. Indirect Intake
 River Intake
Menggunakan pipa penyadap dalam bentuk sumur pengumpul. Intake ini lebih
ekonomis untuk air sungai yang mempunyai perbedaan level muka air pada
musim hujan dan musim kemarau yang cukup tinggi.

Gambar 2.1 River Intake

9
PBPAM / Handar Benni & Muhammad Ridho Reksi

 Canal Intake
Digunakan untuk air yang berasal dari kanal. Dinding chamber sebagian
terbuka ke arah kanal dan dilengkapi dengan pipa pengolahan selanjutnya.

Gambar 2.2 Canal Intake


 Reservoir Intake
Digunakan untuk air yang berasal dari dam dan dengan mudah menggunakan
menara intake. Menara intake dengan dam dibuat terpisah dan diletakkan di
bagian hulu.

Gambar 2.3 Reservoir Intake

10
PBPAM / Handar Benni & Muhammad Ridho Reksi

Untuk mengatasi fluktuasi level muka air, maka inlet dengan beberapa hal
dibawah ini merupakan komponen dari suatu intake, yaitu :
1. Bangunan sadap, yang berfungsi untuk mengefektifkan air masuk
menuju sumur pengumpul
2. Sumur pengumpul (Sump well)
Waktu detensi pada sumur pengumpul setidaknya 20 menit atau luas area
yang cukup untuk pembersihan.Dasar sumur minimal 1 m dibawah dasar sungai
atau tergantung pada kondisi geologis wilayah perencanaan.Konstruksi sumur
disesuaikan dengan kondisi sungai dan setidaknya terbuat dari beton dengan
ketebalan minimal 20 cm atau lebih tebal.

3. Screen
Screen terdapat pada inlet sumur pengumpul, berfungsi untuk menyaring
padatan atau bentuk lainnya yang terkandung dalam air baku. Adapun dari jenis-
jenis screen dibagi menjadi dua tipe berdasarkan perbedaan bukaan atau jarak
antar bar, yaitu :
a) Saringan kasar (coarse screen)
Digunakan untuk menjaga alat-alat dan biasanya digunakan pada
pengolahan pertama. Tipenya secara umum adalah bara rack (bar screen), coarse
weir, screen, dan kominutor.
b) Saringan halus (fine screen)
Bukaan berkisar antara 2,3 – 6 mm, bahkan untuk instalasi tertentu bisa
lebih kecil dari 2,3 mm. Biasanya digunakan untuk primary treatment atau pre
treatment. Pompa intake (dengan Bell Mouth Strainer, pipa suction, discharge,
valve, dan aksesoris lainnya).
a. Strainer
Untuk menyaring benda-benda yang terkandung dalam air baku, perlu
direncanakan strainer pada ujung pipa suction pompa intake.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu :
 Kecepatan melalui lubang strainer = 0,15 – 0,3 m/dt, dan dianjurkan untuk
berada pada batas rendah untuk mencegah masuknya padatan dari dasar
badan air.

11
PBPAM / Handar Benni & Muhammad Ridho Reksi

 Bukaan pada lubang strainer antara 6 – 12 mm.


 Luas area strainer adalah 2 kali dari luas total lubang.
a. Pipa Suction dan Discharge
Kecepatan pada pipa suction antara 1 – 1,5 m/dt.

b. Valve
Valve harus dipasang pada perpipaan pompa agar mudah dalam pengontrolan
aliran, penggantian, perbaikan, dan perawatannya.
Dalam perencanaan lokasi intake ada beberapa persyaratan lokasi yang
harus dipertimbangkan agar intake berfungsi secara efektif. Adapun beberapa
persyaratan lokasi intake yang harus diperhatikan yakni :

1. Mudah dijangkau.
2. Dapat memberikan air dalam jumlah yang spesifik.
3. Dapat diandalkan.
4. Aspek kontruksi :Stabilitas palung, tebing sungai dan lainnya.
5. Jarak ke BPAP/IPA.
6. Kualitas air.
7. Sumber pencemaran.
8. Instrusi air asin.
9. Aspek belokan sungai : Bagian sungai yang lurus merupakan pilihan
yang terbaik.
10. Aspek sungai dan banjir.
Sumber air baku untuk perencanaan ini berasal dari sungai Kapuas dan
untuk pengambilan airnya digunakan bantuan pompa. Jenis intake yang digunakan
adalah river intake (Shore intake), dimana air baku dari sungai disadap ke area
bak pengumpul melalui net dan dapat menyesuaikan dengan fluktuasi muka air,
lalu disedot dengan pompa sentrifugal dengan pipa penghisap (suction) yang
dilengkapi dengan strainer di mulut pipa yang berguna untuk mencegah partikel
berukuran besar masuk dan menghambat kinerja pompa. Selanjutnya air disedot
dengan pompa melalui pipa penghisap (suction) menuju sejauh 100 m ke
bangunan IPA.

12
PBPAM / Handar Benni & Muhammad Ridho Reksi

Gambar 2.4 River Intake

13
PBPAM / Handar Benni & Muhammad Ridho Reksi

BAB III
RANCANGAN SISTEM PENGOLAHAN AIR

3.1 Standar Kualitas Air


Kualitas air secara umum menunjukkan mutu atau kondisi air yang dikaitkan
dengan suatu kegiatan atau keperluan tertentu. Sedangkan standar kualitas air
minum merupakan suatu batasan atau peraturan yang harus dipenuhi sebelum
suatu air dapat dinggap sebagai air minum. Dalam pelaksanaannya, terdapat
beberapa standar kualitas air minum yang digunakan baik secara Internasional
maupun Nasional.
Standar kualitas air bersih yang ada di Indonesia saat ini menggunakan
Permenkes RI No.416/Menkes/Per/IX/1990 tentang Syarat-Syarat dan
Pengawasan Kualitas Air. Pengertian air bersih menurut Permenkes RI No
416/Menkes/PER/IX/1990 adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari
dan dapat diminum setelah dimasak. Sedangkanpengertian air minum menurut
Kepmenkes RI No 492/MENKES/PER/IV/2010 adalah air yang melalui proses
pengolahan atau tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan
dapat langsung minum.
Bedasarkan Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 tentang Pengolahan
Air dan Pengendalian Pencemaran ,Klasifikasi mutu air ditetapkan menjadi 4
(empat) kelas, yaitu :
1. Kelas satu, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk air baku air
minum, dan atau peruntukan lain yang memper-syaratkan mutu air yang
sama dengan kegunaan tersebut.
2. Kelas dua, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk prasarana/sarana
rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi
pertanaman, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang
sama dengan kegunaan tersebut.
3. Kelas tiga, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk pembudidayaan
ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan atau
peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan
kegunaan tersebut;

14
PBPAM / Handar Benni & Muhammad Ridho Reksi

4. Kelas empat, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk mengairi


pertanaman dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang
sama dengan kegunaan tersebut.

3.2 Syarat Kualitas Air Minum


Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 492
/MENKES/PER/IV/2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum mengenai Air
Bersih yaitu air yang dipergunakan untuk keperluan sehari-hari dan kualitasnya
memenuhi persyaratan kesehatan air bersih sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku. Berdasarkan hasil pemantauan air Sungai Kapuas,
diperoleh bahwa air Sungai Kapuas telah mengalami pencemaran ringan.
Parameter kualitas air minum yang ditetapkan terdiri atas persyaratan fisik,
persyaratan kimiawi, persyaratan mikrobiologis.
Pengolahan fisika bertujuan untuk mengurangi/menghilangkan kotoran-
kotoran kasar, penyisihan lumpur dan pasir, mengurangi zat-zat organik yang ada
pada air yang akan diolah. Proses pengolahan fisika dilakukan tanpa penambahan
zat kimia.

Tabel 3.1 Syarat Kualitas Air Minum Paramater Fisika

Kadar Maksimum
No Paramater Satuan
yang diizinkan
1 Bau TidakBerbau
2 Warna TCU 15
3 TDS mg/l 500
4 Kekeruhan NTU 5
5 Rasa TidakBerasa
6 Suhu C Suhuudara ±3
Keputusan Menteri Kesehatan RepublikIndonesia Nomor 492/MENKES/PER/IV/2010

Pengolahan kimia Pengolahan ini bertujuan untuk membantu proses


pengolahan selanjutnya, misalnya pembubuhan tawas supaya mengurangi
kekeruhan yang ada.Air bersih tidak boleh mengandung bahan-bahan kimia dalam
jumlah yang melampaui batas. Beberapa persyaratan kimia tersebut antara lain :

15
PBPAM / Handar Benni & Muhammad Ridho Reksi

Tabel 3.2 Syarat Kualitas Air Minum Paramater Kimia

Kadar Maksimum
No Paramater Satuan
yang diizinkan
1 Arsen mg/l 0,01
2 Fluorida mg/l 1,5
3 Total Kromium mg/l 0,05
4 Kadmium mg/l 0,003
Nitrit (Sebagai
5 NO2) mg/l 3
Nitrat (Sebagai
6 NO3) mg/l 50
7 Sianida mg/l 0,07
8 Selenium mg/l 0,01
9 Alumunium mg/l 0,2
10 Besi mg/l 0,3
11 Kesadahan mg/l 500
12 Khlorida mg/l 250
13 Mangan mg/l 0,4
14 pH 6,5 - 8,5
15 Seng mg/l 3
16 Sulfat mg/l 250
17 Tembaga mg/l 2
18 Amonia mg/l 1,5
Keputusan Menteri Kesehatan RepublikIndonesia Nomor 492/MENKES/PER/IV/2010

Pengolahan biologi Pengolahan ini bertujuan membunuh atau memusnahkan


bakteri-bakteri terutama bakteri penyebab penyakit yang terkandung di dalam air,
misalnya baketri E. coli yang merupakan bakteri indicator pencemaran air. Salah
satu proses pengolahan adalah dengan desinfektan seperti kaporit.

16
PBPAM / Handar Benni & Muhammad Ridho Reksi

Tabel 3.3 SyaratKualitas Air MinumParamater Biologi

Kadar Maksimum
No Paramater Satuan
yang diizinkan

Jumlah per 100


1 E.Coli 0
ml sampel

Total Bakteri Jumlah per 100


2 0
Coliform ml sampel
Keputusan Menteri Kesehatan RepublikIndonesia Nomor 492/MENKES/PER/IV/2010

3.3 Jenis Sistem Pengolahan


Pengolahan air adala husaha – usaha teknis yang dilakukan untuk
merubah sifat- sifat suatu zat guna mendapatkan kualitas air minum yang
memenuhi standar yang telah ditentukan (Effendi, 2003).
Dalam hal pengolahan air dikenal ada duacara, yaitu :

a. Pengolahan lengkap ( complete treatment process ) yaitu air akan


mengalami pengolahan baik fisik, kimia, dan bakterikologi. Sistem ini
digunakan biasanya terhadap air sungai yang kotor
b. Pengolahan sebagian ( partial treatment process ) yaitu sistem yang
dilakukan melalui proses fisik dan atau bakteriologi saja. Hal ini umum
dilakukan untuk sumber mata air dan sumber air dari sumber
dangkal/dalam.

Sistem pengelolaan air ini dikenal pula dengan istilah Water Treatment.
Ada beberapa tahap pengelolaan air yang harus dilakukan sehingga air
tersebut bias dikatakan layak untuk dipakai. Namun, tidak semua tahap ini
diterapkan oleh masing-masing pengelola air, tergantung dari kualitas sumber
airnya. Sebagai contoh, jika sumber airnya berasal dari dalam tanah (ground
water), system pengelolaan airnya akan lebih sederhana daripada yang sumber
airnya berasal dari sumber air permukaan, seperti air sungai, danau atau laut,
karena air yang berasal dari dalam tanah telah melalui penyaringan secara
alami oleh struktur tanah itu sendiri dan tidak terkontak langsung dengan
udara bebas yang mengandung banyak zat-zat pencemaran air. Berbeda halnya
dengan sumber air permukaan yang mudah sekali tercemar. Namun demikian

17
PBPAM / Handar Benni & Muhammad Ridho Reksi

air yang berasal dari dalam tanah pun akan jadi tercemar juga jika system
penampungan dan penyalurannya tidak bagus.

A. Pengolahan Air Permukaan

Secara umum pengolahan air permukaan dibagi berdasarkan


tingkat kekeruhannya. Air baku dengan tingkat kekeruhan tinggi dapat
dilakukan pengolahan dengan prasedimentasi, koagulasi-flokulasi, filtrasi,
dandesinfeksi. Sedangkan air baku dengan tingkat kekeruhan rendah-
sedang dapat dilakukan pengolahan dengan koagulasi-flokulasi,
sedimentasi, filtrasi, dan desinfeksi. Pemilihan masing-masing unit operasi
yang digunakan dipengaruhi oleh berbagai factor seperti jenis dan
karakteristik air, debit, biaya operasi, jenis air yang digunakan, dan
sebagainya. Berikut adalah berbagai jenis air dan cara pengolahannya
(Soegianto, 2005) :

a. Air Sungai
1. Netralisasi
Netralisasi adalah mengatur keasaman air agar menjadi netral
(pH 7 - 8). Untuk air yang bersifat asam misalnya air gambut, yang
paling murah dan mudah adalah dengan pemberian kapur/gamping.
Fungsi dari pemberian kapur, disamping untuk menetralkan air
baku yang bersifat asam juga untuk membantu efektifitas proses
selanjutnya.
2. Aerasi
Aerasi yaitu mengontakkan udara dengan air baku agar
kandungan zat besi dan mangan yang ada dalam air baku bereaksi
dengan oksigen yang ada dalam udara membentuk senyawa besi
dan senyawa mangan yang dapat diendapkan. Disamping itu proses
aerasi juga berfungsi untuk menghilangkan gas-gas beracun yang
tak diinginkan misalnya gas H2S, Methan, Carbon Dioksida dan
gas-gas racun lainnya.

18
PBPAM / Handar Benni & Muhammad Ridho Reksi

3. Koagulasi
Koagulasi adalah proses pembubuhan bahan kimia kedalam air
agar kotoran dalam air yang berupa padatan tersuspensi misalnya zat
warna organik, lumpur halus bakteri dan lain-lain dapat menggumpal
dan cepat mengendap. Cara yang paling mudah dan murah adalah
dengan pembubuhan tawas/alum atau rumus kimianya Al2(SO4)3.18
H2O. (berupa Kristal berwarna putih).
Pengendapan kotoran dapat terjadi karena pembentukan
aluminium hidroksida, Al(OH)3 yang berupa partikel padat yang akan
menarik partikel – partikel kotoran sehingga menggumpal bersama-
sama, menjadi besar dan berat dan segera dapat mengendap. Cara
pembubuhan tawas dapat dilakukan sebagai berikut yaitu : sejumlah
tawas/ alum dilarutkan dalam air kemudian dimasukkan kedalam air
baku lalu diaduk dengan cepat hingga merata selamakurang lebih 2
menit. Setelah itu kecepatan pengadukkan dikurangi sedemikian rupa
sehingga terbentuk gumpalan – gumpalan kotoran akibat
bergabungnya kotoran tersuspensi yang ada dalam air baku. Setelah itu
dibiarkan beberapa saat sehingga gumpalan kotoran atau disebut flok
tumbuh menjadi besar dan berat dan cepat mengendap.
4. Pengendapan
Setelah proses koagulasi air tersebut didiamkan sampai
gumpalan kotoran yang terjadi mengendap semua (+ 45 - 60 menit).
Setelah kotoran mengendap air akan tampak lebih jernih. Endapan
yang terkumpul didasar tangki dapat dibersihkan dengan membuka
kran penguras yang terdapat di bawah tangki.
5. Penyaringan
Pada proses pengendapan, tidak semua gumpalan kotoran dapat
diendapkan semua. Butiran gumpalan kotoran dengan ukuran yang
besar dan berat akan mengendap, sedangkan yang berukuran kecil dan
ringan masih melayang-layang dalam air. Untuk mendapatkan air yang
betul-betul jernih harus dilakukan proses penyaringan. Penyaringan

19
PBPAM / Handar Benni & Muhammad Ridho Reksi

dilakukan dengan mengalirkan air yang telah diendapkan kotorannya


kebak penyaring yang terdiri dari saringan pasir.
b. Air Laut
Air laut biasanya mengandung TDS yang tinggi, untuk itu metode
yang cocok digunakan untuk pengolahannya adalah Reverse Osmosis
(RO) ataupun destilasi. Proses produksi air bersih dengan metode RO
dilakukan melalui beberapa tahapan, meliputi: pengambilan air laut,
pengolahan awal air laut, proses pemisahan garam (inti), dan
pengolahan akhir.
1. Pengolahan awal
Proses ini bertujuan untuk mengkondisikan bahan baku,
dalam hal kandungan pengotor, agar ramah bagi proses utama RO.
Pengotor yang biasa terkandung dalam air laut mencakup
makromolekul (pasir dan biota laut termasuk ikan, alga dll.) dan
mikromolekul (unsur penyebab sedimentasi, kristalisasi dan
fouling). Teknik yang dilakukan pada umumnya mencakup
koagulasi-flokulasi-sedimentasi (coagulation – flocculation-
sedimentation), membran tekanan rendah (low pressure
membrane), penyaringan dengan media (media filter) dan catridge
filter.
2. Pengolahan inti
Selanjutnya bahan baku yang telah mengalami pengolahan
awal akan mengalami proses penyisihan garam sehingga
menghasilkan air bersih. Berdasarkan teknik pemisahan garamnya,
proses RO dikategorikan menjadi dua: berbasis panas dan berbasis
membran. Pada proses berbasis panas, bahan baku dikondisikan
mendidih pada tekanan rendah sehingga menghasilkan uap air pada
temperatur rendah. Pada proses ini, hanya air saja yang mengalami
penguapan, sehingga setelah pengumpulan dan pengkondensasian
uap, akan dihasilkan air bersih tanpa garam dan pengotor.
Multistage flash distillation dan multi effect distillation adalah
contoh teknologi RO dengan berbasis panas. Berbeda halnya pada

20
PBPAM / Handar Benni & Muhammad Ridho Reksi

proses diatas yang menggunakan energi panas untuk pemisahan


garam dari air laut, teknologi membran menggunakan energi
tekanan. Membran adalah istilah umum untuk saringan tipis yang
memfasilitasi pemisahan secara selektif – hanya bahan-bahan
tertentu yang dapat dilewatkan dan ditahan oleh membran ini. Tipe
membran yang digunakan sangat bergantung pada aplikasi. Khusus
untuk RO, digunakan reverse osmosis (RO) membrane dengan
karakter tak berpori yang mampu melakukan pemisahaan pada
level ion, termasuk garam dengang komposisi utama ion natrium
dan klorida. Penyaringan dengan membran RO dilakukan dengan
cara menekan bahan baku air laut pada permukaan membran
sehingga melewatkan air murni pada sisi produk, sementara
menahan kandungan garam dan pengotor lainnya ke aliran
buangan. Produk air yang dihasilkan sangat murni dengan
konsentrasi ion yang sangat rendah.
3. Pengolahan akhir
Kondisi air murni dengan konsentrasi ion rendah dalam
produk RO perlu disesuaikan agar nyaman saat dikonsumsi dan
tidak merusak pipa distribusi. Untuk konsumsi, air murni tidak
berasa, perlu adanya penambahan mineral supaya rasanya sesuai
dengan kualitas air minum: rasa menyegarkan dari air berasal dari
kandungan mineral. Kandungan ion yang minimal dapat memicu
proses korosi pada pipa distribusi karena kecenderungan
pengikatan ion-ion metal pipa agar keseimbangan kimia air
tercapai. Pada tahapan akhir penambahan mineral dilakukan pada
aliran produk sehingga dihasilkan produk air bersih dengan kualitas
air minum.

B. Pengolahan Air Tanah


Karakteristik umumnya adalah kekeruhan rendah, sehingga tidak
memerlukan pengolahan seperti pada air permukaan.

21
PBPAM / Handar Benni & Muhammad Ridho Reksi

1. Mata Air
Air yang berasal dari mata air secara umum telah
memenuhi persyaratan kualitas air minum, sehingga tidak
memerlukan proses pengolahan. Namun tetap diperlukan proses
desinfeksi.
2. Air Sadah
Kesadahan dapat dikurangi dengan menggunakan bahan
kimia, seperti soda/kapur. Setelah itu air diendapkan dibak
pengendap dan ditambahkan CO2 untuk mengurangi kadar kapur
berlebih.

3.4 Sistem Pengolahan


Berdasarkan dari kondisi mutu air baku Sungai Kapuas, direncanakan
pembuatan system pengolahan lengkap. Pengolahan air bersih secara lengkap
mampu menurunkan parameter-parameter yang berlebihan tersebut sehingga air
yang dihasilkan sesuai dengan baku air minum. Direncanakan system pengolahan
air bersih secaralengkap dengan skema sebagai berikut:

Air Baku Intake KoagulasidanFl Sedimentasi


okulasi

Reservoir Desinfeksi Filtrasi

Gambar 3.1 Skema Proses Pengolahan

Berdasarkan tabel diatas proses pengolahan air permukaan menggunakan


proses pengolahan lengkap, adapun bangunan pengolahan yang diperlukan untuk
proses pengolahan ini meliputi :
a. Bangunan Penangkap Air (Intake)

Tempat pengambilan air baku dilengkapi dengan Bar screen / penyaring


yang bertujuan sebagai penyadap atau penangkap air baku yang berasal
dari sumbernya atau badan air dan menyaring benda-benda terapung
(sampah) agar tidak sampai masuk ruang intake karena bisa mengganggu

22
PBPAM / Handar Benni & Muhammad Ridho Reksi

kinerja pompa. Bangunan ini berfungsi untuk menangkap air dari badan air
dengan debit yang diperlukan bagi pengolahan air bersih.
b. Koagulasi
Koagulasi adalah proses pengolahan air / limbah cair dengan cara
menstabilisasi partikel-partikel koloid untuk memfasilitasi pertumbuhan
partikel selama flokulasi, sedangkan flokulasi adalah proses pengolahan air
dengan cara mengadakan kontak diantara partikel-partikel koloid yang telah
mengalami destabilisasi sehingga ukuran partikel-partikel tersebut tumbuh
menjadi partikel-partikel yang lebih besar (Kiely, 1997). Pada jenis air baku
dengan tingkat sedimen yang tinggi perlu dilakukan proses sedimentasi
terlebih dahulu. Dengan demikian proses koagulasi akan menggunakan
bahan kimia yang lebih sedikit.
c. Flokulasi

Flokulasi merupakan proses pembentukan flok yang pada dasarnya


menggunakan pengelompokkan aglomerasi antara partikel dengan koagulan
(menggunakan proses pengadukan lambat atau slow mixing). Pada flokulasi
terjadi proses penggabungan beberapa partikel menjadi flok yang berukuran
besar. Partikel yang ukurannya besar akan lebih mudah diendapkan dari pada
yang kecil.

d. Sedimentasi

Berfungsi sebagai tempat proses mengendapnya partikel-partikel flokulen


(flok-flok) dari bak Flokulasi.Sedimentasi adalah proses pengendapan
partikel-partikel padat dari air sungai dengan gaya gravitasi dan jika
diperlukan pada proses ini dapat dilakukan pembubuhan bahan kimia. Unit
ini berfungsi sebagai tempat mengendapnya flok-flok yang telah terbentuk
pada bak flokulasi.

e. Filtrasi

Filtrasi/penyaringan adalah proses menyaring kembali air yang telah melalui


proses sedimentasi dengan menggunakan media penyaring yang biasa disebut
dengan filter. Media yang umum dipakai adalah pasir dengan ukuran tertentu.

23
PBPAM / Handar Benni & Muhammad Ridho Reksi

Filtrasi digunakan untuk menyaring air hasildari proses koagulasi-flokulasi-


sedimentasi sehingga dihasilkan air minum dengan kualitas yang tinggi.

f. Unit Pembubuhan Bahan Kimia (Desinfektan)


Berfungsi untuk tempat melarutkan bahan-bahan kimia dan
membubuhkannya kebangunan pengolahan. Untuk pembubuhan bahan kimia
ini diantaranya adalah berfungsi sebagai bak pembubuhan desinfektan yaitu
chlor (Cl2) sebagai kaporit Ca(OCL)2. Desinfektan selain digunakan untuk
membunuh mikroorganisme pathogen, dapat pula bermanfaat bagi :
 Pengoksidasi zat organik
 Megurangi bau
 Mencegah berkembangbiaknya bakteri
g. Reservoir
Berfungsi untuk tempat penampung air bersih sebelum didistribusikan dan
tempat penampung air bersih untuk instalasi.Air yang telah melalui filter
sudah dapat digunakan oleh konsumen untuk berbagai keperluan kecuali jika
untuk dimakan atau diminum harus dimasak terlebih dahulu. Air yang telah
diolah tersebut, ditampung pada bak reservoir (tandon) untuk diteruskan pada
konsumen.

24
PBPAM / Handar Benni & Muhammad Ridho Reksi

BAB IV
RANCANGAN BANGUNAN PENGOLAHAN AIR

4.1 Perhitungan Dimensi Intake


Bangunan intake merupakan bangunan pertama untuk masuknya air dari
sumber air. Intake yang dibangun harus memenuhi beberapa persyaratan antara
lain kedalaman dalam menyediakan air secara kontinyu, keamanan dalam
beroperasi dan pembiayaan yang minimum. Kapasitas intake harus mampu
melayani kebutuhan maksimum harian. Intake yang menggunakan sumber air
baku yang berasal dari air sungai biasanya terdapat bar screen yang berfungsi
untuk menyaring benda-benda yang ikut terbawa air. Selanjutnya, air akan masuk
ke dalam sebuah bak yang nantinya akan dipompa ke bangunan selanjutnya.
Bangunan pengambilan air baku atau intake yang digunakan pada perencanaan
bangunan pengolahan air minum di Kelurahan Bansir Laut merupakan jenis river
intake yang dilengkapi dengan bak pengumpul, bar screen, pipa suction, pompa
dan valve. Pemilihan intake ini dikarenakan river intake lebih ekonomis untuk air
sungai yang memiliki perbedaan level muka air pada musim hujan dan musim
kemarau yang cukup tinggi.
Kriteria yang harus dipenuhi dalam pembuatan intake adalah:
1. Tertutup untuk mencegah masuknya sinar matahari yang memungkinkan
tumbuhan atau mikroorganisme hidup.
2. Tanah di lokasi intake harus stabil.
3. Intake harus kedap air sehingga tidak terjadi kebocoran.
4. Intake harus di desain untuk menghadapi keadaan darurat.
5. Intake dekat permukaan air untuk mencegah masuknya suspended solid dan
inlet jauh di atas intake.
Faktor utama sistem intake adalah rehabilitas, keamanan, operasi minimal
dan biaya pemeliharaan. Intake hendaknya ditempatkan pada sungai sebagai
sumber air permukaan. Sumber air baku berasal dari air sungai permukaan, maka
sistem intake berupa intake sungai. Pemilihan tempat untuk intake sungai
berdasarkan pada (Kodoatie, 2010):

25
PBPAM / Handar Benni & Muhammad Ridho Reksi

1. Menghasilkan kualitas air terbaik dengan penerapan prosedur untuk


menghindari pencemaran sumber air.
2. Memperkirakan kemungkinan perubahan aliran dan arus sungai.
3. Meminimasi efek banjir, suspensi, dalam aliran.
4. Menyediakan akses untuk pemeliharaan dan perbaikan.
5. Menyediakan ruang cukup untuk kendaraan.
6. Membolehkan adanya penambahan fasilitas akan datang.
7. Menyimpan kuantitas air yang aman untuk musim kemarau.
8. Meminimasi efek fasilitas terhadap kehidupan akuatik.
9. Menghasilkan kondisi geologi yang layak.

4.1.1 Dimensi Intake


Panjang pipa transmisi dapat dihitung dengan melihat dari intake ke
instalasi pengolahan air, sedangkan diameter pipa dapat ditentukan berdasarkan
debit pemakaian jam puncak. Dalam menentukan diameter pipa dapat ditentukan
dengan menjumlahkan NIM dan dikalikan dengan 20 l/detik. Berikut adalah
perhitungannya :

Dik : D1051161076
D1051161080

Dit : Q = ......?

Jawab: (1+0+5+1+1+6+1+0+7+6) = 28 x 20 l/detik = 560 l/detik


(1+0+5+1+1+6+1+0+8+0)= 23 x 20 l/detik = 460 l/detik
Q = 560 + 460
= 1.020 l/detik
Ketentuan yang direncanakan pada bangunan pengambil air (intake) yang akan
dibuat yaitu:
- Kapasitas pengolahan: 1.020 L/detik = 1.02 m3/detik
- Kecepatan aliran pada pipa (vpipa) = 1 m/detik
Sehingga luas penampang pipa (A) pada intake dapat dihitung dengan
menggunakan persamaan kontinuitas, sebagai berikut:

26
PBPAM / Handar Benni & Muhammad Ridho Reksi

= .
Maka, luas penampang pipa dan diameternya, yaitu:
 Luas penampang pipa

1.02
=
1
= 1.02
 Diameter Pipa
2 ×
D =

1.02 × 4
=
3,14
= 1,3
D = 1,140 ≈ 44,88 ≈ 46
 Luas permukaan pipa
=

= (3,14)(1,140)

= 1,02
 Kecepatan aliran air didalam pipa, yaitu :
=
,
= ,

=1 /
Berdasarkan perhitungan tersebut maka dapat diketahui diameter pipa
yang digunakan pada intake yaitu sebesar 1,140 m ≈ 46 . Kecepatan aliran
dalam pipa adalah 1 m/s, pipa yang digunakan pada perencanaan ini yaitu pipa
jenis PVC. Karena pipa PVC tahan terhadap korosi, prosedur instalasi mudah,
dan harga yang relatif murah.

27
PBPAM / Handar Benni & Muhammad Ridho Reksi

4.1.2 Perhitungan Bar Screen


Penyaringan kasar (screening) dimaksudkan untuk menyaring benda-
benda kasar terapung atau melayang di air agar tidak terbawa ke dalam unit
pengolahan. Secara berkala bar screen memerlukan pembersihan karena benda-
benda kasar menyebabkan peningkatan kehilangan tekanan. Proses pembersihan
dapat dilakukan secara manual atau otomatis tergantung beban yang ada. Bila
beban sedikit maka pembersihan dapat dilakukan secara manual dan sebaliknya.
 Asumsi-asumsi yang digunakan ketinggian muka air bangunan sadap
pada saluran pembawa sama dengan muka air sungai
 Elevasi muka air maksimum (HWL) = + 18 m (dpl)
 Elevasi muka air minimum (LWL) = + 10m (dpl)
 Elevasi muka air rata-rata (AWL) = + 15 m (dpl)
 Elevasi dasar sungai = + 0 m (dpl)
 Kriteria desain untuk bar screen adalah (Kawamura, 1991):
 Kemiringan kisi = 60°
 Tebal bar screen = 1,5 cm
 Jarak antar kisi = 7 cm
 Kecepatan = < 0,6 m/s
 Perencanaan Desain:
 Debit air baku = 840 L/det = 0,84 m3/det
 Tinggi muka air di screen (H) = 10 m
 Lebar kisi (w) = 1 cm = 0.01 m
 Jarak kisi (b) = 5 cm = 0.05 m
 Kemiringan kisi ( ) = 60˚
 Tebal bar screen = 1.5 cm = 0.015 m
 Koefisien batang screen (β) = 1.79 ( Lingkaran )

28
PBPAM / Handar Benni & Muhammad Ridho Reksi

Perhitungan :
1. Luas bukaan screen

=
,
= ,

= 1,7 m2
2. Lebar bukaan total

1,7
=
1,5
= 1,33 m
3. Jumlah Kisi
Jika jarak antar kisi 5 cm maka kisi yang diperlukan adalah :
,
n= -1= ,
- 1 = 25,6=26 buah

4. Lebar Saluran
L = (n+1)b + (n.w)
= (26+1) 0,05 + (26 . 0,01)
= 1,35+ 0,26 = 1,61 m
5. Lebar efektif lubang
Lef = (n+1) b
= (26+1) 0,05 = 1,35m
6. Tinggi efektif lubang
Tinggi efektif lubang jika kemiringan :
Hef = H / sin 60˚
= 10 m / sin 60˚
= 11,62 m
7. Luas efektif
Aef= Lef x Hef
= 1,35 x 11,62
= 15,68 m2

29
PBPAM / Handar Benni & Muhammad Ridho Reksi

8. Kecepatan aliran saat melewati kisi


, /
V= = ,
= 0,0650 m/detik

(memenuhi kriteria desain <0,6 m/detik)


9. Head velocity pada kisi
,
Hv = = ,
= 2,15x10-6

10. Headloss (Kehilangan Tinggi) saat melewati batang screen


4/3
HL = βsin60˚ Hv
4/3
= βsin60˚
, 4/3
= 1,79 x 0,87 ,
x 2,15x10-6

= 0,37 x 10-6
Tinggi muka air setelah melewati kisi = H-HL
= 10 – 0,87 x 10-6
= 9,9 m

4.2 Perencanaan Unit Pengolahan


4.2.1 Perhitungan Koagulasi
Proses koagulasi ini dapat menurunkan derajat warna, bau dan rasa. Partikel
suspense maupun koloid yang telah terbentuk flok hasil koagulan dapat
dipisahkan dari air melalui proses sedimentasi. Perencanaan instalasi pengolahan
air di kecamatan Sintang akan dibangun unit bak koagulasi. Pengadukan bak
koagulasi direncanakan menggunakan pengadukan secara mekanis.

a. Kriteria Desain

Adapun kriteria dari unit koagulasi sebagai berikut:

 Debit Rencana (q) = 1,02 m3/detik


 Waktu Detensi (td) = 20 – 60 detik (Reynold,1982)
 Gradien Kecepatan = 100-1000/detik (Qasim dkk,2000)
 Kedalaman Bak (H) = 1,5 x diameter Bak

b. Perencanaan
 Pengadukan dengan Paddle Impeller dengan blade
 Bentuk bak silinder
 Waktu detensi (td) = 60 detik
 Gradien Kecepatan = 1000/detik

30
PBPAM / Handar Benni & Muhammad Ridho Reksi

 Viskositas air = 0,89 x 10-3 kg/m.detik


 Kedalaman Bak (H) = 1,5 x Diameter bak
 Efisiensi motor = 75%
 Lebar blade (b) = 0.5 m
 Cd/koefisien kekasaran = 1.8
 Massa jenis air = 997 kg/m3
 K = 0.25
 Tinggi Jagaan =0.5 m

c. Perhitungan
1. Dimensi bak
Volume bak = Q x td
= 1,02 m3/detik x 60 s
= 61,2 m3
volume bak (v) =AxH
61,2 m3 =( 2
) x (1,5 x D)
61,2 = 1,1775 D3
D3 = 61,2 / 1,1775
D3 = 51,97
D = ∛51,97
D = 3,73 m
Kedalaman Bak = (2 x D) + freeboard
= (2 x 3,73) + 0.5 m
= 7,96 m
Freeboard 0.5 m didasarkan pada diameter pipa inlet
2. Daya Pengadukan
P = M x V x G2
= (0.89 x 10-3)kg/m.detik x 61,2 m3 x (1000)2 /detik
= 54468 watt
= 54,468 kwatt
,
Efisiensi motor = %
= 81,6 kg.m/det
2. Dimensi Blade
Lebar (b) = 0.5 m
Panjang (l) = 60 % x diameter bak
= 60 % x 3,73 m
= 2,24 m

Jari – jari Paddle = D/2


= 3,73/2 = 1,856 m
Putaran

31
PBPAM / Handar Benni & Muhammad Ridho Reksi

/
n = ( . ) ( ) ( )
, /
= . ( . ) ( . ) , ( , )
, /
/
= ,
= (84,2) = 4,38 rps=262,8 rpm
3. Zona Inlet
Kecepatan (v) = 2 m/s
Diameter pipa
A =
,
= = 0,51m
A = D2
0,51 = 3,14 D2
0,51 = 0,785 D2
D = 0,65
= 0,806 m = 806 mm
4. Zona Outlet
Diameter pipa pada zona outlet sama dengan diameter pipa pada
zona inlet

5. Bak Pembubuh Koagulan


Perencanaan :
 Koagulan yang digunakan adalah aluminium sulfat
 Dosis pembubuh alum, cal = 135 mg/l
 Kadar alum aktif = 17 %
 Kadar alum dalam tawas = 60 %
 Massa jenis ( ) = 2,71 kg/l
 Konsentrasi larutan = 10 %
 Waktu pembubuhan = setiap 8 jam per hari
 Jumlah bak koagulan = 1 unit
 Efisiensi pembubuh = 90 %
 TSS = 75 mg/l
 Tinggi bak (H) = 1,5 m

Perhitungan :

a. Konsentrasi alum(Cal)
Cal = kadar alum dalam tawas x TSS x efisiensi
pembubuh
= 60% x 75 x 90 %
= 40,5 mg/l

32
PBPAM / Handar Benni & Muhammad Ridho Reksi

Wal = Cal x Q
= 40,5 x 1020
= 41310 mg/s
=3,596,18 kg/hari
b. Kebutuhan tawas harian
%
wt = %
x3.596,18
=5948,63 kg/hari
Wt = x 5948,63
= 1982,87 kg/hari
c. Debit tawas
Qt =
1982,87 kg/hari
=
, /
= 731,68 l/hari
= 8,47 x 10-3l/s
d. Debit air pelarut
Konsentrasi alum 10%

Qw = x wt

= x 1982,87
= 17,89 m3/hari
= 1789 l/hari
= 0,021 l/det
e. Debit larutan
Ql = Qt + Qw
= 8,47 x 10-3l/s + 0,021 l/s
= 0,02947 l/s
f. Berat jenis larutan
larutan = = 26.45 kg/l
.
g. Volume bak pembubuh
Volume bak = Qlar x td x 3600
= 0,02947 l/s x 8 jam x 3600
= 848,736 l = 0,848 m3
h. Dimensi Bak Pembubuh
V = π x R2 x H
0,848 = 3,14 x R2 x 1,5
2
R = 0,1800
R = 0,424 m
D = 0,848m

33
PBPAM / Handar Benni & Muhammad Ridho Reksi

 Daya Pompa
ɤ
P = ƞ
, / , / ,
= ,
= 575,48 watt
= 78,244 Hp

4.2.2 Perancangan Unit Flokulasi


Perencanaan bangunan pengolahan air minum di unit flokulasi
menggunakan pengadukan secara mekanis dengan menggunakan motor
sebagai pengaduk. Unit flokulasi ini terjadi proses terbentuknya gumpalan –
gumpalan flok yang lebih besar dan akibat adanya perbedaan berat jenis
terhadap air.
a. Kriteria Desain Bak Flokulasi menurut Joko,(2010)
 Kondisi aliran, NRe = >10000
 Gradien Kecepatan = 20 – 80 l/dt
 headloss
 Waktau detensi (td) = 10 – 40 menit

b. Perencanaan
 Kedalaman bak (H) =3m
 Lebar blade (b) = 0.5 m
 Perincian tiap tahap
- Tahap G1 = 80 l/dt
- Tahap G2 = 60 l/dt
- Tahap G3 = 40 l/dt
 Massa jenis air ( ) = 997 kg/m3
 Waktu tinggal (td) = 4 menit
w
 ɤ = 9,77 kN/m3
 = 2600 kg/m3
 Viskositas Dinamis ( ) = 0.89 x 10-3kg/m.dt
 Viskositas Kinematis (υ) = 0,8934 x 10-6m2/dt
 K = 0,25
 = 1,8
 Efisiensi motor (ƞ) = 75 %
c. Perhitungan
1. Tahap 1 G x td = 80/det x (4 x 60) det = 19200
Tahap 2 G x td = 60/det x (4 x 60) det = 14400
Tahap 3 G x td = 40/det x (4 x 60) det = 9600
2. Dimensi Bak

34
PBPAM / Handar Benni & Muhammad Ridho Reksi

Volume Bak = Q x td
= 1,02 m3/dt x (4 x 60) det
= 244,8 m3

A =
, m3
A = = 81,6m2
2
A =¼ D
81,6 = ¼ (3.14) D2
D2 = 103,95
D = 103,95 = 10,19 m

3. Daya Pengadukan
Daya (P1)
P1= xV xG2
= (0.89 x 10-3) kg/m.dt x 244,8 m3x (80)2 l/dt
= 1394,38 watt

Daya (P2)
P2 = xV xG2
= (0.89 x 10-3) kg/m.dt x 244,8 m3x (60)2 l/dt
= 784,34 watt
Daya (P3)
P3 = xV xG2
= (0.89 x 10-3) kg/m.dt x 244,8 m3x (40)2 l/dt
= 348,59 watt

4. Dimensi Blade
Lebar blade (b) = 0.5 m
Panjang blade (l) = 60 % x diameter bak
= 60 % x 10,19 m
= 6,144 m
,
Jari – jari paddle (r) =
= 3.072 m
5. Daya Pengadukan
1394,38 /
=
( . ) ( ) ( . ) ( . ) ( , )
= 5,24 rps = 314,4 rpm

35
PBPAM / Handar Benni & Muhammad Ridho Reksi

784,34 /
=
( . ) ( ) ( . ) ( . ) ( , )
= 4,323 rps = 259,38 rpm

348,59 /
=
( . ) ( ) ( . ) ( . ) ( , )
= 3,3 rps = 198 rpm

6. Zona Inlet dan Outlet


Dalam Perencanaan bangunan unit flokulasi ukuran pipa inlet
dan outlet menggunakan ukuran yang sama.
a. Diameter pipa inlet dan outlet
Diketahui = Q (debit) = 1,02 m3/dt
= Kecepatan (v) = 2 m/s
Perhitungan =
A = Q/V
A = 1,02/2
A = 0,51 m2
A = ¼ D2
0,51 = ¼ 3.14 D2
D2 = 0.65
D =√0.65
D = 0.81 m = 810 mm

4.2.3 Sedimentasi
Sedimentasi adalah pemisahan partikel secara gravitasi. Bangunan
sedimentasi berfungsi untuk mengendapkan flokulen yang terbentuk akibat
adanya penambahan koagulan pada proses koagulasi dan flokulasi. Bentuk
bangunan sedimentasi secara umum berupa (Anggraeni dan Susanawati, 2011):
a. Segi empat (rectangular) Air baku mengalir secara horizontal dari inlet
menuju outlet. Partikel flokulen yang terbentuk diharapkan mengendap
secara gravitasi ke settling zone.
b. Lingkaran (circular) Air baku masuk melalui bagian tengah lingkaran dan
secara horizontal menuju ke outlet di bagian keliling lingkaran. Partikel
flokulen yang terbentuk mengendap secara gravitasi ke bawah.
Pengendapan kandungan zat padat di dalam air dapat digolongkan menjadi
pengendapan diskrit (kelas 1), pengendapan flokulen (kelas 2), pengendapan zone,

36
PBPAM / Handar Benni & Muhammad Ridho Reksi

pengendapan kompresi/tertekan (Darmasetiawan, 2001; Peavy, 1985; Reynolds,


1977). Jenis bak pengendap adalah bak pengendap aliran batch dan bak
pengendap dengan aliran kontinu. Uniformitas dan turbulensi aliran pada bidang
pengendap sangat berpengaruh. Oleh sebab itu, bilangan Fraude yang
menggambarkan tingkat uniformitas aliran dan turbulensi aliran yang
digambarkan oleh bilangan Reynold harus memenuhi kriteria yaitu: bilangan
Fraude Fr>10-5 dan bilangan Reynold Re < 500 (Arifiani dan Hadiwidodo,
2007).

a) Kriteria Desain
 Kedalaman Air = 12-15 ft = 3,6-4,5 m
 Kecepatan aliran rata-rata max = 2,5 x 10-3 m/s
 Td min = 4 menit
 Vo (Surface loading) = 1,5 - 3 gpm/ft2
= 3,8 - 7,5 m/jam
 Panjang : Lebar =1:4
 Kemiringan plate = 45 – 600
 Jarak antar plate = 25 – 100 mm = 2,5 – 10 cm
 Tebal plate = 2.5 – 5 mm = 0,25 – 0,5 cm
 Panjang plate = 1000 – 2500 mm
 Lebar plate = 1000 – 1200 mm
 Nilai bilangan Froud = ≥ 10-5
 Nilai bilangan Reynold = ≤ 2000
 Jarak pipa inlet ke zona lumpur = 0.2 – 0.3 m
 Jarak plate ke inlate = 1 – 1.4 m
 Jarak gutter ke plate = 0.3 – 0.4 m
 Tinggi plate = 1 – 1.2 m
 Kadar lumpur =4–6%

b) Perencanaan
 Bentuk Bangunan = 5 buah persegi panjang
 Kecepatan (Vo) = Q/A = 5,5 m/jam = 1,53 x 10-
3
m/dt
 Viskositas kinimatis (v) = 0.893 x 10-6 m2/dt
 Waktu detensi (td) = 1 jam (3600 det)
 Nilai bilangan Froud = ≥ 10-5
 Nilai bilangan Reynold = ≤ 2000

37
PBPAM / Handar Benni & Muhammad Ridho Reksi

 Kedalaman bak (H) =3m


 Jarak antar plate (w) = 5cm = 0,05 m
 Tinggi plate (h) = 1m
 Kemiringan (αo) = 600

c) Perhitungan
1. Dimensi bak sedimentasi
Direncanakan 5 bak sedimentasi dengan Q = 0,204 m3/dt
Dimensi bak :

A =
,
A =
( , )
2
= 133,33 m

Dimensi bak =PxL


A =4
133,33 =4
133,33
L2 =
L2 = 33,33
L = √33,33 = 5,77 m
P =4L
P = 4 (5,77)
P = 23,1 m
2. Jari – jari Hidraulis
R=
,
R=
, ( )
R = 1,471 m

3. Kecepatan Horizontal Partikel (VH)


VH =
,
=
,
= 0,0118m / dt
4. Cek Bilangan Reynold
NRe =
, ,
=
.

38
PBPAM / Handar Benni & Muhammad Ridho Reksi

=19437,63 (TM)
5. Cek Bilangan Froud
NFr =
,
=
( . )( , )
-6
= 9,66 x 10 (TM)

Karena bilang Reynolds dan Froude tidak memenuhi kriteria


desain, maka perlu dilakukan penambahan plate settler pada bak
sedimentasi.

Perhitungan Plate settler :


a. Kecepatan aliran masuk plate
 Q/A = νo sin ∝
Vo = 1,53 x 10-3 m/det / sin 60º = 1,76 x10-3 m/det
b. Dimensi plate

 L= = = 1,15 m

 Tinggi plate,(h) =1m


Jarak antar plate, (w) = 0,05 m
Tebal plate = 0,005 m
Kemiringan plate,( ∝) = 60o
c. Jumlah plate
Jarak horizontal antar plate
,
 x= = 0,058 m

Jumlah plate = n = = = 483 buah


,

d. Jari – jari hidrolis


,
 R= = = 0,025 m
e. Cek bilangan Reynold

 NRe =

, / ,
=
,

= 49,28 < 2000 ( Memenuhi syarat )

39
PBPAM / Handar Benni & Muhammad Ridho Reksi

f. Cek bilangan froude


( , 10−3 / )
NFr = =
. , / ,

= 1,27 x 10-5 ≥ 10-5 (Memenuhi syarat )


g. Zona Inlet
 Dimensi pipa inlet
0,204 /
A = = = 0,34 m2
,

A = 1/4 x π x D2
0,34m2 = 0,785 D2
D2 = 0,356 m2 maka D = 0,43 m
 P pipa = p bak = 28 m
 Wor = 1,5 m

 hor = = = 18,67 ≈ 19
,

,
 Qor = = = 0,017 /det
3
, /det
 Aor = = 0,029 m2
, /

Aor = 1/4 x π x D2
0,029 m2 = 0,785 D2
D2 = 0,0369 m2 maka D = 0,60 m
h. Zona lumpur
 Konsentrasi effluen dan lumpur (80% x TSS)
 Cef = ( 100 % - 80 % ) x turbidity
= 20 % x 200 mg/l
= 40 mg/L
 Cs = 80 % x turbidity
= 0,8 x 40 mg/l
= 32 mg/L
 Berat lumpur tiap hari
 Ws = Q x Cs x 86400
= 204 L/det x 32 x 10-6 Kg/L x 86400
= 564,01 kg/hari

40
PBPAM / Handar Benni & Muhammad Ridho Reksi

 Debit lumpur
564,01 /
 Qds = = 0,216 m3/ hari
 Debit lumpur kering secara keseluruhan
, /
 Qs = = 5,4 m3/ hari
,

 Volume bak lumpur


 V = Qs x td
= 5,4 m3/ hari x 2 hari
= 10,8 m3
 Dimensi ruang lumpur

 P = = 5,6 m

 Ls = = 2,4 m
 V kerucut = 1/3 x A x Hs

Hs =

,
=
, ,

= 2,4 m
 D pembuang = 0,14 m
Zona Outlet

Lebar gutter = 1,5 Ho (tinggi air dalam gutter)

Q/A =Vo = 1,53 x 10 m/det

Jumlah pelimpah menurut rumus Huisman, 1978

.
< 5 x H x Vo

, /
.
< 5 . 5. 1,53 x10-3

0,029 < 0,039 n

> 0,744

Rencana jumlah gutter = 4 dengan 45˚ V.notch

41
PBPAM / Handar Benni & Muhammad Ridho Reksi

 Debit gutter
3
, /det
Qg = = = 0,051 m3/det = 1,80 cfs
 Dimensi gutter
/
Qg = 2,49 x Lg x
/
1,80 cfs = 2,49 x (1,5 x Ho) x Ho
/
1,80 cfs = 3,73 Ho
Ho5/2 = 0,483
Ho = 0,283 ft = 0,086m
Lg = 1,5 x Ho = 1,5 x 0,086m = 0,129m
Hg = Ho + (20 % x Ho) + ho + Fb
= 0,086 m + 0.0172 x 10-3m + 0,03 m+ 0,3 m
= 0,4332m
Pg = P = 24,48 m
 Debit tiap v notch
/
Qw = 1,36 x ℎ
/
= 1,36 x (0,03)
= 2,12 x 10 m³/detik
 Jumlah v notch
, ³/
Total jumlah V notch (n) = =
,

= 241buah
Gutter mempunyai 2 sisi pelimpah, maka tiap sisi,

n= = 121 buah

 Dimensi V notch
Freeboard V notch, Fw = 1/2 x ho
= 1.2 x 0,03 m = 0,015 m
Lebar muka air V notch, Lw = 2 x ho tan 45º
= 2 x 0,03 m x 1 = 0,06 m
Pintu V notch, Lp = 2 x ( ho + Fw ) tan 45º

42
PBPAM / Handar Benni & Muhammad Ridho Reksi

= 2 x (0,03 m + 0,015 m) x 1= 0,09


m
 Jarak antar V notch
Pg = (n΄ x Lp) + (n΄ x w)
24,48 m = (99 x 0,09) + (99 x w)
24,48 m = 8,91 m + 99 w
99 w = 15,57
W = 0,157 m
Jarak gutter ke tepi = b, maka jarak antar gutter b΄= 2b
L outlet = 2 x Lg + 2b + 2b
6,12 m = 2 x 0,01155m + 4b
6,12 m = 0,0231 m + 4b
4b = 6,1 m
b = 1,5 m
 Jarak antar gutter
b΄ = 2 x 1,5 m = 3 m

 Saluran pengumpul
Fungsinya untuk mengumpulkan air dari gutter sebelum menuju
bak filtrasi.
, ³/
A saluran = = = 0,34 m²
,

A saluran = L saluran x H air


0,34 m2 = 6,12 x H air
H air = 0,05 m
H saluran = H air + Fb
= 0,05 m + 0,3 = 0,35 m
P saluran = 0,5 m

 Kehilangan tenaga headloss pada V notch


Headloss pada V-Notch
/
= x CD x 2 tan x ℎ

43
PBPAM / Handar Benni & Muhammad Ridho Reksi

, /
= 0,533 x 1,28 x 2 9,81 ² tan 45º x hf

9,958 x 10 = 3,02 hf5/2


/
ℎ = 3,3 x 10 m maka hf = 1,978 x 10 m
Untuk mengetahui perbandingan Vs> VH dilakukan pengecekan
terhadap Vs
, ,
 Cek td = = = 1615,15
, /

= 1615,15 ( memenuhi td = 0,5 – 2 jam )

Vs = = = 1,85 x 10 m/det
,

Vs = x Vs x (Ss – 1) x D2
,
0,8934 x 10-6 m2/det = x 1,5 x 10 m/det x (2,65 – 1) x D2

D2 = 6,6 x 10-4 m2
D = 0,025 m
, / ,
NRE = = = 41,9
, /

4.2.4 Filtrasi
Proses filtrasi adalah mengalirkan air hasil sedimentasi atau air baku
melalui media pasir. Proses yang terjadi selama penyaringan adalah pengayakan
(straining), flokulasi antar butir, sedimentasi antar butir, dan proses biologis.
Dilihat dari segi desain kecepatan, filtrasi dapat digolongkan menjadi saringan
pasir cepat (filter bertekanan dan filter terbuka) dan saringan pasir lambat
(Martin D, 2001). Menurut Arifiani dan Hadiwidodo (2007), dalam perencanaan
unit filtrasi harus mempertimbangkan jenis media filter dan hidrolika filtrasi.
Dalam unit fitrasi pada erencanaan ini digunakan filltrasi jenis saringan pasir
cepat. Hal ini karena rapid send filter memiliki kelebihan dalam segi dimesi unit
filtrasi yang tidak memerlukan lahan yang luas namun membutuhkan backwash
dalam pengoperasiannya (Schulz, 1984).

44
PBPAM / Handar Benni & Muhammad Ridho Reksi

a. Kriteria Desain
 Kecepatan filtrasi (Vf) = 8 – 12 m/jam
 Tebal media pasir (lp) = 60 – 80 cm
 Tebal media kerikil (lk) = 10 – 30 cm
 Waktu backwash (tbw) = 5 – 15 menit
 Diameter media = 0,6 – 1,2 mm
 Ekspansi backwash = 30 % - 50%
 An orifice (Aor) : A = (0,0015 – 0,005) : 1
 A lateral (Al) = (2-4) : 1
 A manifold (Am) = (1,5 – 3) : 1
 Jarak orifice (Wor) = 6 – 20 cm
 Porositas = 0,36 – 0,45
 Diameter orifice (Qo) = 0,6 – 2 cm
 Kecepatan Backwash (Vbw) = 15 – 25 m/jam
 Surface loading = 7 – 12 jam
b. Perencanaan
 Kecepatan filtrasi (Vf) = 10 m/jam = 2,7 x 10-3 m/dt
 Tebal lapisan pasir (lp) = 60 cm = 0,6 m
 Tebal lapisan kerikil (lk) = 20 cm = 0,2 m
 Waktu backwash (tbw) = 10 menit (600 detik)
 Tinggi air diatas media =1M
 Diameter media (pasir) = 0,8 mm = 8 x 10-4 m
 Ekspansi backwash = 40%
 A orifice : A = 0,003 x A
 Diameter orifice (Qo) = 1,5 cm
 A lateral Aor = 2 x Aor
 Jarak orifice (Wor) = 10 cm
 Porositas awal (Po) = 0,4
 Viskositas = 0,89 x 10-6 m2/dt
 Nilai Reynold pasir = <5 =3
 Nilai Reynold kerikil = >5 =6
 pasir = 0,82 (bulat)
 % ekspansi krikil = 10 %
 lateral = 0,2 m
 = 20 m/jam
 Diameter krikil = 5 mm = 5 x 10-3 m
 H bak =3m

45
PBPAM / Handar Benni & Muhammad Ridho Reksi

c. Perhitungan
1) Jumlah Bak
n = 12 x
= 12 x 1,02 3/
= 12,11 (13 buah)
2) Dimensi Bak
- Debit tiap filter (Qf)
= xQ

= x 1,02
= 0,078 m3/dt
- Luas tiap unit filter
Af =
,
Af =
,
Af = 30 m2
Jika p : L = 2 : 1, maka :
Af = p . L = 32 x l
30 = 2 . L2
L2 =
L2 = 15
L = √15 = 3,8 m
P =2L
= 2 x 3,8
= 7,6
3) Sistem Underdrain
- Orifice
Luas bukaan,
Aor = ¼ . . D2
Aor = ¼ . 3.14 . (0,003)2
= 7,065 x 10-6 m2
- Jumlah lubang tiap filter (n)
.
n = x Af
.
= x 30
,
= 10615,71 lubang

46
PBPAM / Handar Benni & Muhammad Ridho Reksi

- Lateral
Luas bukaan ( A lat) = 2 x Aor x n
A lat = 2 x (7,065 x 10-6) 10615,71
= 0,14999 m2

- Manifold
Luas total (A man) = 1.5 x A lat
= 1.5 x 0,14999m2
= 0,22499m2

Diameter ( D man) =

,
=
.
= 0,53 m
Panjang manifold (Pman) = Panjang Bak
= 7,6 m

- Jumlah pipa lateral (n)


n = x2
,
= x 2 = 76buah
,
- Jumlah pipa lateral tiap sisi (n)
.
n = = = 38 buah
- Panjang pipa lateral tiap sisi
. ( )
P lat =
, , ( . )
P lat =
P lat = 2,23 m
- Diameter pipa lateral (D lat)

D lat =
0,14999

=
.
= 0,01945 m
- Jumlah orifice tiap lateral (n)

n =

10615,71
= = 132 lubang

47
PBPAM / Handar Benni & Muhammad Ridho Reksi

4. Sistem inlet
D inlet samdengan diameter pipa manifold (Dman) yaitu sebagai
pipa masuknya air = 0,56 m
5. Back Wash
Pasir
- Kecepatan back wash (vbw)

Vbw = 6 x Vf (Pasir)

= 6 x (2,7 x 10-3)

= 0,0162 m/s
- Porositas saat ekpansi
. . /
Pe = 2,95 ( )x( ) x( /
)
.

( , ) . . . /
Pe = 2,95 ( )x( ) x(( ) /
)
( , ) .
Pe = 0,582
- Persentasi ekspansi (%)
% ekspansi = x 100
, ,
= x 100
,
= 43,5 %
- Tinggi ekpansi
% Ekspansi = x 100
,
0,435 = ,
x 100
Le =1m

Kerikil

- Tinggi ekspansi krikil


% = x 100
,
= ,
x 100 = 0,43 m
- Porositas saat ekspansi
=
, , ,
= ,
Pe – 0,4 = 0,23(1-pe)
Pe – 0,4 = 0,433 – 0,23 Pe
Pe + 0,23 Pe = 0,433 + 0,4
0,23 Pe = 0,833

48
PBPAM / Handar Benni & Muhammad Ridho Reksi

Pe = 3,6
- Debit back wash = Vbw x A bak
= 0,0162 m/s x 16,67 m2
= 2,70 m3/dt

- Vulome bak back wash (vbw) = Qbw x tbw


= 2,70 m3 /dt x 600 dt
= 1620 m3
6. Sistem outlet
Sama dengan pipa system inlet yaitu sebesar = 0,56 m
7. Head loss pada media yang masih bersih

 Pasir
Cek bilangan Reynold
NRe =
, ( ) ( , )
= ,
=2
Koef Drag
Cp =( )+ + 0,34

=( )+ + 0,34

= 14,46
Headloss pada pasir
,
Hf = x x Lp x x
, , ( , )
= ,
x ,
x 0,7 x ,
x
= 0,48 m

 Kerikil
Cek bilangan Reynold
NRe = x
,
= ,
x ,
= 25,28
Koef Drag
Cp =( )+ + 0,34

=( )+ + 0,34

= 14,46
Headloss pada krikil

49
PBPAM / Handar Benni & Muhammad Ridho Reksi

( )
Hf = 180 x x x x Lk
, ( , ) ,
= 180 x x ,
x x 0,2
= 5,536 x 10-11 m

Headloss total
Hf media = Hf pasir + Hf krikil
= 0,48 + 5,536 x 10-11
= 6,016 x 10-11 m

8. Headloss system underdrain


 Orifice
Debit tiap filter = 0,089m3/s
Debit orifice
,
Qor = = ,
= 7,6216 x 10 m3/dt
Kecepatan orifice
,
Vor = = ,
= 1,0787 m/dt
Headloss orifice
,
Hfor = 1,7 x = 1,7 x ,
= 0,1009 m
 Lateral
,
Qlat = = = 0,0333 m3/dt
,
Vlat = = ,
= 0,2019 m3/dt
H flat = 1,3 x hf
= 1,3 x F x
, ,
= 1,3 x 0,026 x ,
x ,
= 0,01417 m
 Manifold
,
Qman = = = 2,7 m3/s
,
Vman = = ,
= 10,931 m/dt
Hfman = 1,3 x hf
= 1,3 x F x
, ,
= 1,3 x 0,026 x ,
x ,.
= 0,237986
9. Headloss media pada saat backwash
Hfbw = hf media + hf underdrain

50
PBPAM / Handar Benni & Muhammad Ridho Reksi

= 6,016 x 10-11 m + (0,1009 + 0,01417 + 0,237986)


= 2,12398 x 10-11 m
10. Pompa backwash
Headloss pada pompa
Hf pompa = hfbw + hs + sisa tekan
= 2,12398 x 10-11 + 5 + 1
=6m

Daya Pompa = ,
, ,
= ,
= 211260,312 watt
= 211,26 kwatt

4.2.5 Desinfeksi
Desinfeksi air minum bertujuan membunuh bakteri patogen yang ada
dalam air. Desinfektan air dapat dilakukan dengan berbagai cara,
yaitu:pemanasan, penyinaran antara lain dengan sinar UV, ion-ion logam antara
lain dengan copper dan silver, asam atau basa, senyawa-senyawa kimia, dan
chlorinasi (Sutrisno, 2002). Proses desinfeksi dengan klorinasi diawali dengan
penyiapan larutan kaporit dengan konsentrasi tertentu serta penetapan dosis klor
yang tepat. Metode pembubuhan dengan kaporit yang dapat diterapkan
sederhana dan tidak membutuhkan tenaga listrik tetapi cukup tepat
pembubuhannya secara kontinu adalah: metoda gravitasi dan metode dosing
proporsional (Martin D, 2001).
Kebutuhan klor dalam suatu perencanaan desinfeksi memberikan sisa klor
aktif agar dalam distribusi air produksi tidak terkontaminasi mikroorganisme
bila terjadi kebocoran dalam pipa. Klorinasi dapat dilakukan dengan
penambahan kalsium hipoklorit (CaOCl2) sebagai sumber klornya dapat pula
dengan gas Cl2. Dosis klor dapat bervariasi tergantung pada kualitas air,
temperatur dan kondisi iklim yang lain. Kadar klorin dalam kaporit adalah 65-
70% dan masa 80-98 gr/100 ml, sedangkan klorin dalam gas Cl2 adalah 99%
(Droste, 1997). Sisa klor sebesar 0,5 mg/L dalam air dapat membunuh bakteri
dalam air dengan efektif, namun akan menimbulkan bau klor apa bila melebihi 2
mg/L (Masduqi dan Assomadi, 2012).

51
PBPAM / Handar Benni & Muhammad Ridho Reksi

a) Perencanaan
 Desinfeksi menggunakan kaporit (Ca(Cl)2)
 Kadar klor dalam kaporit = 60%
 Berat jenis kaporit = 0,860 kg/l
 Kapasitas pengolahan (Q) = 1020 l/dt
 Konsentrasi larutan ( c ) =5%
 Daya pengikat klor (DPC) = 1,2 mg/l
 Pembubuhan kaporit dilakukan setiap 8 jam sehari
 Sisa klor = 0,3 mg/l
 Dosis klor = DPC + sisa klor
= (1,2 + 0,3) mg/l
= 1,5 mg/l
= 0,0015 kg/l
b) Perhitungan
%
1. Kebutuhan Kaporit = %
x Dosis klor x Q

= % x 1,5 mg/l x 1020 l/d

= 2550 mg/dt

= 220,32 kg/hari

2. Volume Kaporit =

,
= ,

= 256,186 l/hari
% %
3. Volume pelarut = %
x v kaporit
% %
= %
x 256,186= 4867,534 l/hari
4. Volume larutan kaporit = V. kaporit + V. pelarut

= 256,186 l/hari + 4867,534l/hari

= 5123,72 l/hari

5. Kebutuhan klor perhari = 21600 m3/hari 0,0015 mg/l


= 32,4 kg/hari

, /
6. Kebutuhan klor 8 jam = = 10,8 kg/8 jam

52
PBPAM / Handar Benni & Muhammad Ridho Reksi

7. Dimensi bak pembubuh


Diketahui :
Q = 1020 l/dt
Td = 60 dt

Jawab :
Volume bak = Q x td
= 1,02 m3/dt x 60 dt
= 61,2 m3

Dimensi bak:
V = PB x LB x Hb
61,2 = 1 LB3
LB = √61,2
LB = 3,940 m
Lebar dan kedalaman bak :
H = 3,940 + Freeboard
= 3,940 + 0,3
= 4,24 m
Untuk panjang :
V =pxlxh
61,2 = p x 3,940 x 4,24
,
P = ,
P = 3,66 m

4.2.6 Reservoir
Reservoir distribusi merupakan bangunan penampungan air minum
sebelum dilakukan pendistribusian ke pelangan/masyarakat, yang dapat
ditempatkan di atas atau di permukaan bawah tanah. Bangunan reservoir
umumnya diletakkan di dekat jaringan distribusi pada ketinggian yang cukup
untuk mengalirkan air secara baik dan merata ke seluruh daerah konsumen.Jenis
–jenis reservoir berdasaran perletakannya antara lain :
1. Reservoir bawah tanah (Ground Reservoir)
Ground reservoir dibangun di bawah tanah atau sejajar dengan permukaan
tanah. Reservoir ini digunakan bila head yang dimiliki mencukupi untuk

53
PBPAM / Handar Benni & Muhammad Ridho Reksi

distribusi air minum. Jika kapasitas air yang didistribusikan tinggi, maka
diperlukan ground reservoir lebih dari satu.
2. Menara Reservoir (Elevated Reservoir)
Reservoir ini digunakan bila head yang tersedia dengan menggunakan
ground reservoir tidak mencukupi kebutuhan untuk distribusi. Dengan
menggunakanelevated reservoir maka air dapat didistribusikan secara
gravitasi. Tinggi menara tergantung kepada head yang dibutuhkan.
3. Stand Pipe
Reservoir jenis ini hampir sama dengan elevated reservoir, dipakai sebagai
alternatif terakhir bila ground reservoir tidak dapat diterapkan karena
daerah pelayanan datar.
Hal-hal yang harus dipertimbangkan dalam merancang reservoir, antara
lain adalah volume reservoir, tinggi elevasi energi, letak reservoir, pemakaian
pompa, konstruksi reservoir serta ventilasi dan manhole. Penempatan reservoir
ditentukan berdasarkan pertimbangan berikut :
1. Reservoir pelayanan di tempatkan sedekat mungkin dengan pusat daerah
pelayanan, kecuali jika keaadaan tidak memungkinkan selain itu haru
dipertimbangkan pemasangan pipa parallel.
2. Tinggi reservoir pada sistem gravitasi ditentukan sedemikian rupa
sehingga tekanan minimum sesuai hasil perhitungan hidrolis di jaringan
pipa distribusi adalah 15 m. Muka air reservoir rencana diperhitungkan
bedasarkan tinggi muka air minimum.
3. Jika elevasi muka air tanah wilayah pelayanan bervariasi, maka wilyah
pelayanan dapat dibagi menjadi beberapa zona wilayah pelayanan yang
dilayani masing-masing denga satu reservoir.
Reservoir digunakan pada sistem distribusi untuk meratakan aliran, untuk
mengatur tekanan, dan untuk keadaan darurat. Jenis pompa penyediaan air yang
banyak digunakan adalah: jenis putar (pompa sentrifugal, pompa diffuser atau
pompa turbin meliputi pompa turbin untuk sumur dan pompa submersibel untuk
sumur dalam), pompa jenis langkah positif (pompa torak, pompa tangan, pompa
khusus meliputi pompa vortex atau pompa kaskade, pompa gelembung udara

54
PBPAM / Handar Benni & Muhammad Ridho Reksi

atau air lift pump, pompa jet, dan pompa bilah). Efisiensi pompa umumnya
antara 60 sampai 85% (Noerbambang, 2000).
a) Perencanaan
 Debit Rencana = 255 l/dt
 Kedalaman bak = 6 m
 Terdapat 4 bak Reservoir
b) Perhitungan
Q jam puncak = 255 l/dt x 3600 dt/jam x 24 jam/hari
= 22 032000 l/hari
Direncanakan debit air pada reservoir dengan kapasitas 20 % maka :
Volume reservoir = 20 % x 22 032 000 l/hari
= 4 406 400 l/hari
= 4 406.4 m3
Dipakai 4 bak, maka = Q/4
= 4 406.4 / 4
= 1 101.6
Dimensi bak
Volume bak = Pb x Lb x Hb
1 101.6 = Pb x Lb 6
.
LB =
LB = 13.54 m
Untuk panjang
V =pxlxh
1 101.6 = p x 13.54 x 6
.
P = .
P = 13.5 m

55
PBPAM / Handar Benni & Muhammad Ridho Reksi

BAB V

RANCANGAN FASILITAS PENUNJANG

5.1 Fasilitas-Fasilitas Penunjang Yang Diperlukan

Fasilitas penunjang dalam instalasi pengolahan air (IPA) merupakan hal


sangat penting.Adapaun fasilitas penunjang yang harus ada dalam bangunan
instalasi pengolahan air adalah sebagai berikut:

1. Laboratorium
Laboratorium diperlukan dalam pengolahan air minum. Laboratorium
berfungsi sebagai tempat pengujian terhadap air baku dan air minum yuang
sudah diolah. Letak bangunan laboratorium sebaiknya dibangun didekat
proses pengolahan air minum (IPA) sehingga jarak untuk membawa sampel
tidak jauh.
2. Kantor
Kantor merupakan fasilitas yang memiliki fungsi sebagai tempat pngaduan
jika terdapat masalah dalam distribusi air, seperti kebocoran. Selain itu juga
kantor berfungsi sebagai tempat administrasi dan penyimpan data-data /
document penting.
3. Reservoir
Merupakan bangunan yang terletak setelah proses pengolahan air selesai.
Fungsi dari bak ini adalah sebagai penampung air dan sebagai penyeimbang
tekanan air. Sebelum didistribusikan air akan masuk ke bak reservoir.
4. Pos jaga
Merupakan bangunan yang diperlukan untuk memantau dan menjaga
keamanan disekitar daerah produksi air.Sehingga mengurangi kemungkinan
kehilangan baran-barang yang tidak diinginkan.

56
PBPAM / Handar Benni & Muhammad Ridho Reksi

5. Ruang pembubuh
Merupakan fasilitas bangunan yang memiliki fungsi sebagai tempat
pembubuhan bahan kimia sebelum dialirkan ke dalam bak pengolahan. Di
ruang pembubuh inilah koagulan yang akan digunakan dicampurkan terlebih
dahulu dengan air dengan perbandingan yang telah ditentukan sebelumnya.
6. Ruang pompa & genset
Merupakan bangunan yang diperlukan untuk menyimpan pompa dan genset
agar pompa terlindungi dari hujan dan panas sehingga tidak cepat
rusak.Pompa berfungsi untuk membantu tekanan air agar dapat mengalir
dengan baik.
7. Gudang
Merupakan bangunan yang diperlukan untuk menyimpan barang-barang yang
diperlukan dalam suatu instalasi pengolahan air bersih.
8. Ruang penyimpanan bahan kimia
Merupakan bangunan fasilitas penunjang yang berfungsi sebagai tempat
penyimpanan bahan-bahan kimia yang diperlukan dalam pengolahan air
bersih.

57
PBPAM / Handar Benni & Muhammad Ridho Reksi

50 m 20 m 10m

RUANG POMPA &


GENSET
20 m
IPA RESERVOIR
JALAN
4m
RUANG RUANG
PENYIMPANAN
PEMBUBUH J GUDANG
BAHAN KIMIA LABORATORIUM 15
m A
L
4m
LAHAN PARKIR A
POS
N KANTOR
JAGA
20 m

30 m 8m 4m 30 m

Gambar 5.1 Rancangan Skema Fasilitas Penunjang

58
PBPAM / Handar Benni & Muhammad Ridho Reksi

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2001. Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001. Pemerintah


Republik Indonesia.
Anonim, 2002. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 907/Menkes/SK/VII/2002.
Kementrian Kesehatan.
Badan Pusat Statistik, 2009. Kabupaten Sintang Dalam Angka Tahun 2009. BPS
Kabupaten Sintang : Sintang.
Chandra, Budiman, 2007. Pengantar Kesehatan Lingkungan. UI Press : Jakarta.
Departemen Pekerjaan Umum, . Standar Kebutuhan Air.
Japan International Coorperation Agency, 1974, Water Treatment Engineering

Joko, Tri, 2010. Unit Produksi Dalam Sistem Penyediaan Air Bersih. Graha Ilmu :
Yogyakarta.
Kawamura, Susumu, 1991. Integrated Design of Water Treatment Facilities. John
Wirley & sons inc : New York.
Linsley, 1989. Hidrologi untuk Insinyur. Erlangga : Jakarta.

Reynolds, Ton D dan Richard, Paul A, 1996. Unit Operations and Processes in
Evirontmental Engineering 2nd edition. PWS Publishing Company :
Boston.
SNI 6773, 2008. Spesifikasi Unit Paket Instalasi Pengolahan Air.
SNI 6774, 2008. Tata Cara Perencanaan Unit Paket Instalasi pengolahan Air.
Sutrisno, 2002.Teknologi Penyediaan Air Bersih. PT Rineka Cipta : Jakarta.

59

Anda mungkin juga menyukai