Anda di halaman 1dari 34

1

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah. Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan
rahmat, taufik dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan Modul Ajar
Mata Kuliah Kimia Lingkungan ini. Ucapan terima kasih tak lupa kami haturkan kepada
dosen kami, Prof. Dr. Murbangun Nuswowati, M.Si., yang telah senantiasa membimbing
kami sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan modul ini tanpa adanya halangan yang
berarti.
Modul Ajar Kuliah ini merupakan ringkasan yang penulis ambil dari berbagai referensi
untuk dikutip yang bertujuan menyampaikan ilmu pengetahuan, terkhususnya mengenai
AMDAL (Analisis Mengenai Dampak Lingkungan) kepada pembaca khususnya para
mahasiswa. Semoga bahan ajar ini dapat berdampak positif untuk dijadikan pedoman bagi
mahasiswa dalam Mata Kuliah Kimia Lingkungan serta dapat membantu penulis dalam
menyelesaikan tugas penyusunan Modul Ajar Mata Kuliah Kimia Lingkungan. Modul ajar ini
penulis akui masih terdapat banyak kekurangan di dalamnya sehingga kami sangat
mengharapkan kritik ataupun saran dari para pembaca.

Semarang, 9 Mei 2023

Kelompok 10

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .............................................................................................................. ii
DAFTAR ISI ............................................................................................................................iii
PENDAHULUAN .................................................................................................................... iv
A. KEGIATAN BELAJAR 1 ............................................................................................. 1
1) AMDAL (Analisis Mengenai Dampak Lingkungan) ................................................. 1
1.1 Definisi AMDAL ..................................................................................................... 1
1.2 Jenis AMDAL .......................................................................................................... 3
1.3 Tujuan AMDAL ....................................................................................................... 3
1.4 Manfaat AMDAL ..................................................................................................... 4
1.5 Proses AMDAL ........................................................................................................ 4
2) AMDAL dan Pembangunan ......................................................................................... 6
2.1 Pembangunan ........................................................................................................... 6
2.2 Pembangunan Berkelanjutan .................................................................................... 7
2.3 AMDAL dan Pembangunan ..................................................................................... 9
3) Latihan Soal 1 .............................................................................................................. 10
4) Jawaban Latihan Soal 1 .............................................................................................. 11
5) Rangkuman .................................................................................................................. 12
6) Tes Formatif 1 .............................................................................................................. 13
B. KEGIATAN BELAJAR 2 ........................................................................................... 15
1) Ekologi sebagai Dasar Kajian AMDAL .................................................................... 15
1.1 Ekologi dan Hukum Ekologi .................................................................................. 15
1.2 Daya Dukung dan Daya Tampung Lingkungan ..................................................... 17
1.3 Ekologi Sebagai Dasar Kajian AMDAL ................................................................ 18
2) Kajian Aspek Lingkungan Fisik-Kimia .................................................................... 19
2.1 Iklim ....................................................................................................................... 19
2.2 Kualitas udara dan kebisingan................................................................................ 20
2.3 Hidrologi ................................................................................................................ 21
2.4 Tanah ...................................................................................................................... 22
3) Latihan Soal 2 .............................................................................................................. 23
4) Jawaban Latihan Soal 2 .............................................................................................. 24
5) Rangkuman .................................................................................................................. 25
6) Tes Formatif 2 .............................................................................................................. 26
C. KUNCI JAWABAN TES FORMATIF ..................................................................... 27
GLOSARIUM ......................................................................................................................... 28
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 29

iii
PENDAHULUAN

Pada lingkungan hidup Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) terdapat


kekayaan berbagai jenis sumber daya alam yang merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa
bagi Bangsa Indonesia dalam segala aspek dan matranya. Dalam rangka untuk melakukan
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup pada suatu usaha/kegiatan maka diperlukan
dokumen pengelolaan lingkungan, baik dalam bentuk dokumen AMDAL, UKL-UPL maupun
SPPL.
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL) adalah kajian mengenai
dampak penting suatu usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup
yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha/kegiatan.
Dokumen AMDAL secara utuh terdiri atas 4 (empat) dokumen yaitu; i) dokumen kerangka
acuan ANDAL (KA-ANDAL), ii) dokumen Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL),
iii) dokumen rencana pengelolaan lingkungan hidup (RKL), dan iv) dokumen rencana
pemantauan/monitoring lingkungan hidup (RPL). Keempat dokumen lingkungan tersebut
merupakan satu kesatuan utuh bertujuan untuk melindungi dan mengelola lingkungan hidup
dari pengaruh kegiatan yang diAMDAL.
Aktivitas pembangunan yang dilakukan dalam berbagai bentuk usaha/kegiatan pada
dasarnya akan menimbulkan dampak terhadap lingkungan. Dengan diterapkannya prinsip
berkelanjutan dan berwawasan lingkungan dalam proses pelaksanaan pembangunan, dampak
terhadap lingkungan yang diakibatkan oleh berbagai aktivitas pembangunan tersebut
dianalisis sejak awal perencanaannya, sehingga langkah pengendalian dampak negatif dan
pengembangan dampak positif dapat disiapkan sedini mungkin. Perangkat atau instrumen
yang dapat digunakan untuk melakukan hal tersebut adalah AMDAL dan UKL-UPL. Pasal 22
UndangUndang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup menetapkan bahwa setiap usaha/kegiatan yang berdampak penting terhadap
lingkungan hidup wajib memiliki AMDAL. AMDAL tidak hanya mencakup kajian terhadap
aspek biogeofisik dan kimia saja, tetapi juga aspek sosial ekonomi, sosial budaya, dan
kesehatan masyarakat. Sedangkan untuk setiap usaha/kegiatan yang tidak berdampak penting,
sesuai dengan ketentuan Pasal 34 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup diwajibkan untuk memiliki UKL-UPL.
Pelaksanaan AMDAL dan UKL-UPL harus lebih sederhana dan bermutu, serta menuntut
profesionalisme, akuntabilitas, dan integritas semua pihak terkait, agar instrumen ini dapat
digunakan sebagai perangkat pengambilan keputusan yang efektif. AMDAL dan UKL-UPL
juga merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan Izin Lingkungan. Pada dasarnya proses
penilaian AMDAL atau permeriksaan UKL-UPL merupakan satu kesatuan dengan proses
permohonan dan penerbitkan Izin Lingkungan. Dengan dimasukkannya AMDAL dan UKL-
UPL dalam proses perencanaan usaha/kegiatan, Menteri, gubernur, atau bupati/walikota
sesuai dengan kewenangannya mendapatkan informasi yang luas dan mendalam terkait
dengan dampak lingkungan yang mungkin terjadi dari suatu rencana usaha/kegiatan tersebut
dan langkah-langkah pengendaliannya, baik dari aspek teknologi, sosial, dan kelembagaan.

iv
Berdasarkan informasi tersebut, pengambil keputusan dapat mempertimbangkan dan
menetapkan apakah suatu rencana usaha atau kegiatan tersebut layak, tidak layak, disetujui,
atau ditolak, dan Izin Lingkungannya dapat diterbitkan. Masyarakat juga dilibatkan dalam
proses pengambilan keputusan dan penerbitan Izin Lingkungan. Tujuan diterbitkannya Izin
Lingkungan antara lain untuk memberikan perlindungan terhadap lingkungan hidup yang
lestari dan berkelanjutan, meningkatkan upaya pengendalian usaha atau kegiatan yang
berdampak negatif pada lingkungan hidup, memberikan kejelasan prosedur, mekanisme dan
koordinasi antarinstansi dalam penyelenggaraan perizinan untuk usaha atau kegiatan, dan
memberikan kepastian hukum dalam usaha atau kegiatan.

v
A. KEGIATAN BELAJAR 1
1) AMDAL (Analisis Mengenai Dampak Lingkungan)
1.1 Definisi AMDAL
Secara teoritis atau praktis konsep AMDAL sebagai salah satu instrumen
penting dalam upaya mewujudkan kelestarian fungsi lingkungan hidup dari
ancaman dan pencemaran yang mempunyai nilai esensial (Herlina & Supriyatin,
2021).
Dalam PP No.27 tahun 1999 tentang AMDAL dinyatakan bahwa analisis
mengenai dampak lingkungan hidup (AMDAL) adalah kajian mengenai dampak
besar dan penting suatu usaha dan atau kegiatan yang direncanakan pada
lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang
penyelenggaraan usaha dan atau kegiatan. AMDAL berfungsi sebagai upaya
preventif dalam menjaga dan meningkatkan kualitas lingkungan serta menekan
pencemaran sehingga dampak negatifnya menjadi serendah mungkin. Oleh karena
itu dokumen AMDAL bersifat mengikat berbagai pihak yang terlibat di dalamnya
serta mempunyai konsekuensi bagi status perizinan dari usaha dan atau kegiatan
(Suratmo, 2002).
Menurut Fola S. Ebisemiju (1993), AMDAL muncul sebagai jawaban atas
keprihatinan tentang dampak negatif dari kegiatan manusia, khususnya
pencemaran lingkungan akibat kegiatan industri pada tahun 1960-an. Sejak itu,
AMDAL telah menjadi alat utama untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan
manajemen yang bersih lingkungan dan selalu melekat pada tujuan pembangunan
yang berkelanjutan.

Gambar 1.1. Filosofi Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup


(AMDAL)
(Sumber : Studi Kelayakan Lingkungan (AMDAL, UKL-UPL & SPPL), 2016)
Filosofi analisis dampak lingkungan hidup dari suatu rencana kegiatan
pembangunan adalah masalah efisiensi penggunaan sumber daya alam secara

1
ekonomi dan secara ekologi (disebut ekoefisiensi). Ekoefisiensi merupakan daya
guna yang dihitung dari perbandingan antara nilai output (yang berupa materi atau
energi) dan input (dalam satuan persen). Ekoefisiensi juga dapat berarti daya guna
materi dan energi (sebagai sumber daya) pada proses pembangunan yang dalam
rumus matematis dinyatakan sebagai ekoefisiensi = 1 – entropi.
Terminologi entropi dalam konsep filosofi pada AMDAL adalah; kerugian
panas atau kerugian energi, dan energi yang tidak terpakai yang dilepas ke
lingkungan hidup sebagai bahan pencemar. Oleh karena setiap material memiliki
energi, maka entropy yang dilepas ke lingkungan hidup dapat berupa material-
use-less (waste = limbah) dan energy lost (pollutant = pencemar) (Rizal, 2016).
Usaha dan kegiatan yang akan dibangun di dalam kawasan yang sudah
dibuatkan analisis mengenai dampak lingkungan hidup tidak diwajibkan membuat
analisis mengenai dampak lingkungan hidup lagi. Usaha dan kegiatan yang
diwajibkan untuk melakukan pengendalian dampak lingkungan hidup dan
perlindungan fungsi lingkungan hidup sesuai dengan rencana pengelolaan
lingkungan hidup dan rencana pemantauan lingkungan hidup kawasan. Kriteria
mengenai dampak besar dan penting suatu usaha dan kegiatan terhadap
lingkungan hidup antara lain:
a. Jumlah manusia yang akan terkena dampak
Manusia terkena dampak tapi tidak menikmati manfaat, jumlahnya
sama atau lebih besar dari jumlah yang menikmati manfaat.
b. Luas wilayah persebaran dampak
Wilayah yang mengalami perubahan mendasar dari segi intensitas
dampak atau tidak berbaliknya dampak atau sifat kumulatif dampak.
c. Intensitas dan lamanya dampak berlangsung
Perubahan lingkungan bersifat hebat atau drastis, pada areal luas
dalam waktu singkat; Melampaui baku mutu lingkungan; Komponen
lingkungan melampaui kriteria diakui; Sifat langka atau endemik atau
dilindungi terancam punah; Kawasan lindung; Memusnahkan benda
bersejarah; Konflik masyarakat, pemda dan pusat; Modifikasi areal yang
mempunyai nilai keindahan alam tinggi; Timbul perubahan mendasar segi
intensitas dampak atau tidak berbaliknya dampak atau segi kumulatif
dampak, berlangsung satu atau lebih tahapan kegiatan.
d. Banyaknya komponen lingkungan lainnya yang terkena dampak
Menimbulkan dampak sekunder dan lanjutan lain yang jumlah
komponennya sama atau lebih komponen terkena dampak primer.
e. Sifat kumulatif dampak
Dampak berulang kali dan terus-menerus, sehingga tidak dapat
diasimilasi oleh lingkungan alam atau sosial; Beragam dampak bertumpuk
dalam suatu ruang tertentu sehingga tidak dapat diasimilasi; Dampak dari
berbagai sumber menimbulkan efek yang saling memperkuat.
f. Berbalik (reversible) atau tidak berbaliknya (irreversible) dampak

2
Perubahan lingkungan tidak dapat dipulihkan

1.2 Jenis AMDAL


Terdapat beberapa jenis AMDAL dimana masing-masing tergantung dari
besaran dan ruang lingkup rencana kegiatan. Jenis AMDAL yang dikenal di
Indonesia adalah sebagai berikut:
a. AMDAL Proyek Tunggal
Studi kelayakan lingkungan untuk usaha atau kegiatan yang
diusulkan hanya satu jenis kegiatan. Misalnya : Jalan Tol, PLTU,
Lapangan Golf, Masjid Agung, Rumah Sakit dan sebagainya.
Pengelola kegiatan pada umumnya satu institusi, fungsi kegiatan
bersifat terpisah dari kegiatan lain, umumnya berada pada satu hamparan
ekosistem, dengan penanggungjawab satu intansi.
b. AMDAL Kawasan
Studi kelayakan lingkungan untuk usaha kegiatan yang diusulkan
dari berbagai kegiatan dimana AMDAL-nya menjadi kewenangan satu
sektor yang membidangi. Contoh AMDAL Kawasan Industri, AMDAL
kawasan Pariwisata, dll. Dikelola oleh satu instansi yang membawai
beberapa kegiatan. Fungsi kegiatan meruapakan satu kesatuan kegiatan
dan lokasi dengan satu kesatuan sarana dan prasarana. Umumnya berada
pada satu hamparan ekosistem, dengan satu instansi penanggungjawab.
c. AMDAL Terpadu Multi Sektor
Studi kelayakan lingkungan untuk usaha kegiatan yang diusulkan
dari berbagai jenis kegiatan dengan berbagai instansi teknis yang
membidangi. Kegiatan tersebut memiliki keterkaitan dalam perencanaan,
pengelolaan dan produksinya dikelola oleh satu pemrakarsa atau lebih.
Misalnya Pembangunan HTI dan Industri Pulp, Permukiman terpadu dsb.
d. AMDAL Regional
Studi kelayakan lingkungan untuk usaha kegiatan yang diusulkan
yang terkait satu sama lain. Masing-masing menjadi kewenangan lebih
dari satu instansi, terletak lebih dari satu kewenangan adminstratif dan
lebih dari satu hamparan ekosistem. Contoh AMDAL lahan gambut sejuta
hektar, AMDAL Bukit Semarang Baru, dsb. Pengelola kegiatan umumnya
1 instansi, bersifat multi sektor dan multi kegiatan. Pada umumnya lebih
dari satu hamparan ekosistem, lebih dari satu instansi penanggungjawab
(Raharjo, 2014).

1.3 Tujuan AMDAL


Secara khusus Panduan Penyusunan AMDAL Kegiatan Pembangunan
sarana dan prasarana ini diharapkan dapat:
a. Mengendalikan cara-cara pembukaan lahan di kawasan rencana kegiatan
sehingga terpelihara kelestarian fungsi ekologisnya; mengingat peruntukan

3
lahan yang tidak harmonis dan penerapan teknologi yang kurang bijaksana
dapat mengakibatkan gejala erosi genetik, pencemaran dan penurunan
potensi lahan;
b. Menopang upaya-upaya mempertahankan proses ekologis antar ekosistem
di kawasan permukiman terpadu sebagai sistem penyangga kehidupan
yang bermakna penting bagi kelangsungan pembangunan dan peningkatan
kesejahteraan penduduk di kawasan rencana kegiatan khususnya, serta
masyarakat di sekitar kawasan;
c. Memberikan panduan dan pemahaman kepada penyusun Analisis
Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL) kegiatan pengembangan
kegiatan, yang didasari dengan pendekatan terhadap pembinaan terhadap
struktur dan fungsi ekosistem.

1.4 Manfaat AMDAL


Secara umum fungsi dan manfaat AMDAL antara lain:
a. Memberi pedoman dalam upaya pencegahan, pengendalian dan
pemantauan dampak lingkungan hidup
b. Memberikan informasi dan data bagi perencanaan pembangunan suatu
wilayah
c. Mengetahui sejak awal dampak positif dan dampak negatif akibat kegiatan
pembangunan proyek
d. Menjamin aspek keberlanjutan kegiatan-kegiatan proyek pembangunan
e. Menghemat penggunaan Sumber Daya Alam
f. AMDAL dapat dimanfaatkan masyarakat untuk menambah ilmu
pengetahuan dan teknologi
g. Terpeliharanya kualitas lingkungan secara baik
h. Terjaminnya ketersediaan sumberdaya alam secara berkelanjutan

1.5 Proses AMDAL


Prinsip dasar yang terkandung dalam proses-proses AMDAL antara lain:
i. Lokasi kegiatan AMDAL wajib mengikuti rencana tata ruang wilayah (RT
& RW) setempat,
ii. AMDAL bagian integral dari Studi Kelayakan Kegiatan Pembangunan,
iii. AMDAL bertujuan menjaga keserasian hubungan antara berbagai kegiatan
agar dampak dapat diperkirakan sejak awal perencanaan,
iv. AMDAL berfokus pada analisis: Potensi masalah, Potensi konflik,
Kendala SDA, Pengaruh kegiatan sekitar terhadap proyek,
v. Dengan AMDAL, pemrakarsa dapat menjamin bahwa proyeknya
bermanfaat bagi masyarakat, aman terhadap lingkungan kehidupan (Rizal,
2016).

4
Gambar 1.2. Bagan Prosedur AMDAL
(Sumber : Diinterpretasikan dari Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 1999 tentang
AMDAL)
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL) adalah kajian
mengenai dampak penting suatu usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan pada
lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang
penyelenggaraan usaha/kegiatan. Bentuk hasil kajian AMDAL berupa dokumen
AMDAL terdiri dari 4 (empat) dokumen. Keempat dokumen lingkungan tersebut
merupakan satu kesatuan utuh bertujuan untuk melindungi dan mengelola
lingkungan hidup dari pengaruh kegiatan yang dianalisis.
Tabel 1.1. Bentuk Hasil Kajian AMDAL
No. Dokumen Fungsi
Berisi kerangka kajian dalam
menganalisis suatu rencana kegiatan yang
Kerangka Acuan Analisis merupakan ruang lingkup kajian analisis
1. Dampak Lingkungan mengenai dampak lingkungan hidup, dan
(KA-ANDAL) merupakan hasil pelingkupan suatu
kegiatan/usaha yang direncanakan.
KAANDAL memiliki masa kaduluwarsa,

5
yaitu apabila KA tersebut tidak dilakukan
selama 3 tahun dari penerbitan maka
pemrakarsa wajib mengajukan KA yang
baru.
Berisi hasil studi secara ilmiah,
cermat dan mendalam tentang dampak
besar dan penting yang dapat
ditimbulkan oleh suatu rencana
2. ANDAL usaha/kegiatan. Evaluasi dampak ini
bertujuan untuk menentukan dasar-dasar
pengelolaan dampak yang akan dilakukan
untuk meminimalkan dampak negatif dan
memaksimalkan dampak positif.
Berisi catatan upaya-upaya yang
dilakukan dalam penanganan dampak
Rencana Pengelolaan Lingkungan
3. besar dan penting terhadap
Hidup (RKL)
lingkungan hidup yang ditimbulkan
akibat dari rencana usaha/kegiatan.
Berisi catatan upaya-upaya yang
dilakukan dalam pemantauan
Rencana Pemantauan Lingkungan
4. komponen lingkungan hidup yang
Hidup (RPL
terkena dampak besar dan penting
akibat dari rencana usaha/kegiatan.

Komponen lingkungan hidup yang harus dipertahankan, dijaga dan


dilestarikan fungsinya (yang harus diliput dalam studi/dokumen AMDAL) antara
lain adalah:
a. Hutan lindung, Hutan Konservasi, dan Cagar Biosfer
b. Sumber daya air
c. Keanekaragaman hayati
d. Kualitas udara
e. Warisan alam dan warisan budaya
f. Kenyamanan lingkungan hidup
g. Nilai-nilai budaya yang berorientasi selaras dengan lingkungan hidup
h. Taraf hidup masyarakat
i. Kesehatan masyarakat

2) AMDAL dan Pembangunan


2.1 Pembangunan
Pembangunan diartikan sebagai proses jangka panjang yang menyangkut
keterkaitan timbal balik antara faktor-faktor ekonomi dan nonekonomi untuk
dapat meningkatkan pendapatan nasional (mencapai pertumbuhan ekonomi)

6
secara berkelanjutan (Kadiman, 2003). Pembangunan di Indonesia diberi arti
sesuai dengan Pembukaan UUD 45 yang menyebutkan bahwa tujuan negara
adalah untuk “… memajukan kesejahteraan umum” dan GBHN yang merupakan
penyesuaian setiap lima tahun di mana GBHN dari waktu ke waktu memiliki ciri
khas. Khusus GBHN 1999 yang bernuansa reformasi merumuskan bahwa:
“Pembangunan yang terpusat dan tidak merata yang dilaksanakan selama ini
ternyata hanya mengutamakan pertumbuhan ekonomi serta tidak diimbangi
kehidupan sosial, politik, ekonomi yang demokratis dan berkeadilan…”
GBHN merupakan arahan besar pembangunan yang operasionalnya lebih
rinci dijabarkan dalam Program Pembangunan Nasional (Propenas) yang
merupakan konsensus dan komitmen bersama masyarakat Indonesia mengenai
pencapaian visi dan misi bangsa. Fungsi Propenas untuk menyatukan pandangan
dan derap langkah seluruh lapisan masyarakat dalam melaksanakan prioritas
pembangunan selama lima tahun ke depan. Propenas dijabarkan dalam Program
Pembangunan (Propeda) di pemerintah daerah dan Rencana Strategis (Renstra)
departemen di pemerintah pusat.

2.2 Pembangunan Berkelanjutan


Setelah tonggak bersejarah pada Konferensi Stockholm, dua puluh tahun
kemudian dilakukan kembali pembicaraan untuk mengevaluasi masalah
lingkungan pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) di Rio de Janeiro, Brazil pada
tahun 1992. United Nations Conference on Environment and Development
(UNCED) kemudian menghasilkan Deklarasi Rio, Agenda 21, Konvensi
Keanekaragaman Hayati (UNCBD), Kerangka Konvensi Perubahan Iklim
(UNFCCC), dan prinsip-prinsip Pengelolaan Hutan Berkelanjutan. Komitmen
internasional untuk mengelola lingkungan hidup terus dikumandangkan dalam
berbagai acara internasional seperti pada World Summit on Sustainable
Development (WSSD) pada tahun 2002 setelah 10 tahun KTT Rio.
Salah satu hasil yang paling terkenal dari berbagai pembahasan
internasional tersebut adalah konsep pembangunan berkelanjutan (sustainable
development) yang dihasilkan oleh World Commission on Environment and
Development (WCED). Pembangunan berkelanjutan menurut definisi WCED
adalah upaya untuk memenuhi kebutuhan generasi masa kini tanpa mengorbankan
kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhan mereka.

7
Gambar 2.1. Konsep Pembangunan Berkelanjutan
(Sumber : https://psppr.ugm.ac.id/2023/03/17/tujuan-pembangunanberkelanjutan/)

Pembangunan berkelanjutan dapat diartikan sebagai upaya sadar dan


terencana yang memadukan lingkungan hidup termasuk sumber daya ke dalam
proses pembangunan, untuk menjamin kemampuan, kesejahteraan dan mutu
hidup generasi masa kini dan generasi masa depan. Namun demikian, tidak
kurang ahli dan kritikus yang memiliki perbedaan pandangan terhadap konsep
pembangunan berkelanjutan ini. Konsep ini dipandang “... sebagai cara untuk
memacu model kapitalis Barat, ...” (Mitchel dkk., 2003. 3736). Bagi mereka,
pembangunan akan tetap menguntungkan negara-negara maju dan meninggalkan
negara berkembang karena keduanya memiliki tingkat pembangunan yang
berbeda.
Dari sisi positif, konsep pembangunan berkelanjutan dikembangkan
karena kecemasan akan semakin merosotnya kemampuan bumi khususnya
sumber daya alam dan ekosistem untuk menyangga kehidupan. Hal ini terjadi
karena ledakan jumlah penduduk yang tinggi, meningkatnya aktivitas manusia
dan intensitas eksploitasi sumber daya alam, yang diiringi dengan meningkatnya
limbah yang dilepaskan ke alam sehingga mengganggu keseimbangan ekosistem.
Apabila semua kecenderungan tersebut diabaikan atau bahkan semakin dipacu,
maka bisa dipastikan kehidupan manusia dan segala isi dunia akan terancam
keberlanjutannya (KLH dan UNDP, 2000).
Pembangunan berkelanjutan memadukan lingkungan hidup termasuk
sumber daya alam terbaharui (renewable resources) dan sumber daya alam tak
terbaharui (nonrenewable resources) ke dalam proses pembangunan dengan
pendekatan ekosistem dan daya dukung lingkungannya. Agar pembangunan
berkelanjutan dapat terlaksana maka setiap upaya kegiatan pembangunan di suatu
wilayah harus mempertimbangkan daya dukung suatu ekosistem atau wilayah.
Daya dukung suatu wilayah merupakan fungsi dari pengembangan sumber daya
manusia, sumber daya buatan dan sumber daya alam serta ekosistemnya.

8
2.3 AMDAL dan Pembangunan
AMDAL (Analisis Mengenai Dampak Lingkungan) atau EIA
(Environmental Impact Assessment) mulai diperkenalkan di Amerika melalui US
National Environmental Policy Act atau NEPA atau Undang-undang
Perlindungan Lingkungan pada tahun 1969 dan mulai diterapkan pada tahun 1970
(Canter, 1977: 1; Gilpin, 1995: 2; Bregman, 1999: 1).
Perangkat AMDAL telah diadopsi oleh lebih dari seratus negara di dunia
(Sadler, Canadian Environmental Assessment Agency et al. 1996, 26; Glasson,
Chadwick et al. 1999, 3738). Perangkat ini diakui merupakan perangkat
perencanaan yang sangat kuat dan telah direkognisi oleh PBB melalui Deklarasi
Rio pada tahun 1992 yang menyebutkan bahwa sebagai instrumen nasional,
AMDAL harus dilaksanakan untuk rencana kegiatan yang berpotensi
menimbulkan dampak penting.
Pada saat ini penerapan AMDAL tidak hanya digunakan oleh negara-
negara maju saja, tetapi juga telah berkembang dan digunakan oleh negara
berkembang. Jelas bahwa AMDAL telah menjadi suatu perangkat penting untuk
mengelola lingkungan dalam melaksanakan kegiatan pembangunan.
Menghubungkan AMDAL dengan konsep pembangunan berkelanjutan
merupakan hal penting untuk memahami landasan kerangka kerja AMDAL secara
internasional. Wacana tentang pembangunan berkelanjutan nampaknya sudah
mengkristal dan mendorong ke arah yang lebih baik untuk menghasilkan
kebijakan lingkungan yang lebih baik. Salah satu konsensus yang dicapai adalah
bahwa sumber daya alam harus dikelola dengan lebih baik dan harus adanya
perubahan sikap manusia dalam tindakannya terhadap lingkungan.
Beder (1993) menyebutkan bahwa pembangunan berkelanjutan bertujuan
untuk membuat modifikasi yang diperlukan yang memberikan jalan untuk
kegiatan yang lebih berkelanjutan untuk kepentingan di masa mendatang.
Pengelolaan sumber daya alam yang lebih baik berarti perencanaan dan
pengambilan keputusan yang lebih baik. Melalui proses AMDAL, diharapkan
adanya penyampaian informasi yang lebih baik tentang dampak lingkungan
kepada stakeholder atau pemangku kepentingan pembangunan terutama kepada
para pengambil keputusan. Dalam konteks inilah AMDAL memainkan peranan
penting dalam mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan.
Selain itu, dalam penerapannya, AMDAL memiliki berbagai fungsi serta
manfaat yang dirasakan secara langsung oleh pihak-pihak tertentu, seperti pihak
pemegang kebijakan atau pemerintah, pemrakarsa atau pemilik usaha, serta
masyarakat dalam lingkup pembangunan tersebut. Berbagai manfaat tersebut
disajikan dalam tabel berikut.

9
Tabel 2.1. Manfaat Pelaksanaan AMDAL Terhadap Beberapa Pihak Terkait
Pembangunan Berkelanjutan
No Pihak/Penentu Kebijakan Manfaat AMDAL
1. Pemerintah 1. Menghindari konflik dengan
masyarakat
2. Menjaga agar pembangunan sesuai
dengan prinsip pembangunan
berkelanjutan
3. Perwujudan tanggungjawab
pemerintah dalam pengelolaan
lingkungan hidup
2. Pemrakarsa 1. Menjamin adanya keberlangsungan
usaha
2. Membangun interaksi saling
menguntungkan dengan masyarakat
sekitar tehadap bukti ketaatan hukum
3. Masyarakat 1. Dapat mengetahui lebih lanjut dampat
dari suatu kegiatan
2. Dapat turut melaksanakan dan
menjalankan kontrol terhadap suatu
pembangunan
3. Dapat terlibat langsung dalam
pengambilan keputusan

Indonesia adalah negara yang menerapkan AMDAL pada urutan ke empat


setelah Filipina, Thailand, dan Korea Selatan karena sebenarnya Indonesia telah
memiliki dasar hukum pelaksanaan AMDAL pada tahun 1982 dibanding
Malaysia yang baru melakukannya pada tahun 1987 (Dadang,2017). Menurut
literatur tersebut, ada dua kriteria yang belum dilaksanakan di Indonesia yaitu
pelaksanaan pelibatan masyarakat dan pertimbangan dampak kumulatif. Pelibatan
masyarakat telah diakomodasi sejak tahun 2000 (Purnama, 2003) dan dampak
kumulatif sedang diupayakan menjadi bagian dari kajian AMDAL. Di Indonesia
sendiri, pra syarat persetujuan lingkungan menggunakan AMDAL dan UKL-UPL
sebagai paramater apakah usaha atau kegiatan tersebut layak untuk dilanjutkan
dan diizinkan untuk berusaha atau berkegiatan.

3) Latihan Soal 1
1. Mengapa di dalam pelaksanaan AMDAL perlu dibentuk komisi penilai
AMDAL?
2. Bagaimana tata cara pembentukan komisi penilai AMDAL di daerah
Kabupaten/Kota?
3. Apa perbedaan antara dokumen KA-ANDAL, ANDAL, RKL, dan RPL?
4. Mengapa sebelum dilakukan penyusunan AMDAL perlu dilakukan sosialisasi
kepada masyarakat?

10
5. Apakah dokumen AMDAL dapat dikatakan kadaluarsa? Apa yang terjadi jika
benar dokumen tersebut kadaluarsa?

4) Jawaban Latihan Soal 1


1. Komisi penilai AMDAL perlu dibentuk karena dalam melaksanakan tugasnya,
komisi penilai mempunyai kewajiban untuk memberikan masukan dan
pertimbangan pertimbangan sebagai dasar pengambilan Keputusan
Kesepakatan Kerangka Acuan ANDAL dan Kelayakan Lingkungan.
Rekomendasi tersebut harus didasarkan atas pertimbangan kesesuaian dengan
kebijakan pembangunan nasional, memperhatikan kepentingan pertahanan
dan keamanan, kesesuaian dengan rencana pengembangan wilayah dan
rencana tata ruang wilayah.
2. Terdapat 3 hal utama yang perlu diperhatikan dalam pembentukan Komisi
Penilai AMDAL Kabupaten/Kota, yaitu kelembagaan, sumber daya manusia
dan dana.
3. Perbedaan mendasar dari dokumen dokumen tersebut yaitu KA-ANDAL
merupakan ruang lingkup studi analisis dampak lingkungan hidup, ANDAL
adalah telaahan secara cermat dan mendalam tentang dampak penting suatu
kegiatan yang direncanakan, RKL adalah dokumen yang memuat upaya-
upaya untuk mencegah, mengendalikan dan menanggulangi dampak penting
lingkungan hidup yang bersifat negatif serta memaksimalkan dampak positif
yang terjadi akibat rencana suatu kegiatan. Sedangkan RPL adalah upaya
pemantauan untuk melihat kinerja upaya pengelolaan yang dilakukan.
4. Sebelum dilakukan penyusunan AMDAL perlu dilakukan sosialisasi kepada
masyarakat agar masyarakat mengetahui sejak dari awal dampak dari suatu
kegiatan, melaksanakan dan menjalankan kontrol, dan masyarakat terlibat
pada proses pengambilan keputusan. Sehingga saat suatu proyek dilaksanakan
dan akhirnya menimbulkan dampak yang tidak menguntungkan bagi
masyarakat sekitar, maka masyarakat sudah tahu dan dapat melakukan
pencegahan sesuai dengan kesepakatan yang telah dibuat dengan pihak terkait.
Hal ini dilakukan agar masyarakat mendapatkan pengertian awal tentang
keseluruhan proyek yang akan dilaksanakan yang pada kemudian hari menjadi
bekal bagi masyarakat itu sendiri tentang pengelolaan lingkungan.
5. Pada dasarnya dokumen AMDAL berlaku sepanjang umur usaha atau
kegiatan. Namun demikian, dokumen AMDAL dapat dinyatakan kadaluarsa
apabila kegiatan fisik utama suatu rencana usaha atau kegiatan tidak
dilaksanakan dalam jangka waktu 3 (tiga) tahun sejak diterbitkannya
keputusan kelayakan lingkungannya. Dalam hal dokumen AMDAL
dinyatakan kadaluarsa, maka pemrakarsa dapat mengajukan dokumen
AMDAL-nya kepada instansi yang bertanggung jawab (KLH Bapedalda
Bagian Lingkungan Hidup daerah) untuk dikaji kembali apakah harus

11
menyusun AMDAL baru atau dipergunakan kembali untuk dipergunakan
dalam rencana kegiatannya.

5) Rangkuman
1. Dalam PP No.27 tahun 1999 tentang AMDAL dinyatakan bahwa analisis
mengenai dampak lingkungan hidup (AMDAL) adalah kajian mengenai
dampak besar dan penting suatu usaha dan atau kegiatan yang direncanakan
pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan
tentang penyelenggaraan usaha dan kegiatan.
2. Terdapat beberapa jenis AMDAL dimana masing-masing tergantung dari
besaran dan ruang lingkup rencana kegiatan. Jenis AMDAL yang dikenal di
Indonesia, yaitu AMDAL Proyek Tunggal, AMDAL Kawasan, AMDAL
Terpadu Multi Sektor, dan AMDAL Regional.
3. AMDAL berfungsi sebagai upaya preventif dalam menjaga dan meningkatkan
kualitas lingkungan serta menekan pencemaran sehingga dampak negatifnya
menjadi serendah mungkin.
4. Bentuk hasil kajian AMDAL berupa dokumen AMDAL terdiri dari 4 (empat)
dokumen, yaitu KA-ANDAL, ANDAL, RKL, dan RPL. Keempat dokumen
lingkungan tersebut merupakan satu kesatuan utuh bertujuan untuk melindungi
dan mengelola lingkungan hidup dari pengaruh kegiatan yang dianalisis.
5. Pembangunan adalah suatu proses timbal balik antara faktor ekonomi dan
nonekonomi untuk mencapai pertumbuhan ekonomi secara berkelanjutan.
Pembangunan merupakan konsep yang digunakan oleh seluruh negara di dunia
untuk meningkatkan pendapatan nasional dan mencapai tujuan negara tersebut.
Konsep pembangunan mulai digunakan setelah berakhirnya Perang Dunia II
untuk menggantikan konsep penjajahan dan intervensi militer secara langsung.
6. Konsep pembangunan berkelanjutan atau lebih tepatnya seharusnya
pembangunan berwawasan lingkungan merupakan upaya untuk memperbaiki
dampak dari pembangunan di masa lalu. Pembahasan masalah lingkungan
akibat pembangunan mulai dibicarakan secara internasional pada Konferensi
Stockholm di Swedia tahun 1972 yang memberikan kesadaran bahwa krisis
global tersebut merupakan masalah yang harus diatasi bersama secara
internasional.
7. AMDAL mulai diperkenalkan di Amerika pada sekitar tahun 1970 dan saat ini
sudah diadopsi oleh banyak negara di dunia, termasuk oleh negara
berkembang. Tidak kurang dari 100 negara menerapkan perangkat AMDAL
dan hal ini telah diakui oleh PBB melalui Deklarasi Rio pada tahun 1992.
8. Indonesia adalah negara yang menerapkan AMDAL pada urutan ke empat di
Asia setelah Filipina, Thailand, dan Korea Selatan karena Indonesia telah
memiliki dasar hukum pelaksanaan AMDAL pada tahun 1982 dibanding
Malaysia yang baru melakukannya pada tahun 1987. Berdasarkan penerapan
AMDAL, dapat dilakukan pembagian periode yaitu tahap implementasi

12
(sampai 1993), pengembangan (1993-2000), perbaikan (setelah 2000), dan
tahap revitalisasi (setelah tahun 2004).

6) Tes Formatif 1
1. AMDAL diperkenalkan di Amerika pada sekitar tahun 1970 melalui US NEPA,
sejak itu AMDAL mulai diadopsi oleh banyak negara sebagai suatu perangkat
pengelolaan lingkungan hidup. Sebutkan lembaga PBB yang memberikan
rekognisi terhadap pentingnya penerapan AMDAL…
A. UNEP
B. UNHACR
C. UNCED
D. UNDP
E. UNICEF
2. Pelaksanaan AMDAL dalam suatu proses perencanaan proyek yang diperkirakan
akan berpengaruh secara langsung ataupun tidak pada lingkungan di sekitarnya
sangat diperlukan sebagai bentuk inhibisi dampak negatif pembangunan terhadap
kelestarian lingkungan. Definisi dari AMDAL sendiri adalah...
A. Kajian mengenai dampak besar dan penting dari suatu usaha atau kegiatan
yang direncanakan pada lingkungan hidup dan diperlukan dalam proses
pengambilan keputusan pada penyelenggaraan kegiatan atau usaha di
Indonesia
B. Kajian mengenai dampak besar dan penting dari suatu usaha atau kegiatan
yang direncanakan pada lingkungan hidup
C. Kajian mengenai dampak besar kegiatan yang direncanakan pada lingkungan
hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang
penyelenggaraan usaha
D. Kajian mengenai pentingnya suatu usaha atau kegiatan yang direncanakan
pada lingkungan hidup
E. Kajian mengenai lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan
keputusan tentang penyelenggaraan usaha atau kegiatan.
3. Sebutkan isu utama yang menghubungkan pembangunan berkelanjutan dengan
AMDAL…
A. Dampak lingkungan akibat pembangunan
B. Peningkatan penduduk sebagai akibat dari pembangunan
C. Krisis global akibat pembangunan
D. Pertumbuhan ekonomi yang harus dicapai suatu negara
E. Pertambahan jumlah penduduk yang semakin drastis
4. Pelaksanaan pembangunan berkelanjutan memiliki berbagai tujuan tertentu demi
mewujudkan masyarakat serta lingkungan yang lebih baik. Berikut merupakan
tujuan dilaksanakannya pembangunan berkelanjutan, kecuali...
A. Memberantas kemiskinan serta kelaparan dimanapun itu

13
B. Memberikan kebebasan kepada masyarakat untuk menggunakan listrik
sepuas-puasnya
C. Memastikan terbentuknya siklus seimbang antara konsumsi dan produksi
yang terjalin di masyarakat
D. Adanya ketersediaan air serta penggunaannya yang berkelanjutan bagi semua
kelompok masyarakat
E. Membangun infrastruktur yang kokoh dan kawasan industri yang
berkelanjutan serta mengembangkan inovasi-inovasi dalam berbagai aspek
5. Berikut merupakan manfaat implemetasi AMDAL dalam pelaksanaan
pembangunan berkelanjutan di lingkup masyarakat, kecuali...
A. Mengetahui lebih lanjut mengenai dampak dari suatu kegiatan pembangunan
B. Membangun tempat wisata baru berbasis eksploitasi sumber daya alam pada
wilayah tertentu
C. Memberikan pengetahuan serta ketrampilan kepada masyarakat untuk lebih
kritis dalam setiap kebijakan pemerintah
D. Menjadikan masyarakat lebih berhati-hati dalam menjaga serta mengelola
lingkungan sekitarnya
E. Turut serta melaksanakan dan menjalankan kontrol terhadap suatu
pembangunan

14
B. KEGIATAN BELAJAR 2
1) Ekologi sebagai Dasar Kajian AMDAL
1.1 Ekologi dan Hukum Ekologi
Ernst Haeckel, seorang ahli biologi Jerman, memperkenalkan kata
"ekologi" untuk pertama kalinya pada tahun 1866. Menurutnya, ekologi adalah
sebuah ilmu yang komprehensif yang mempelajari hubungan antara organisme
dan lingkungannya. Sementara itu, Burdon-Sanderson mendefinisikan ekologi
sebagai ilmu yang mempelajari hubungan atau relasi eksternal antara tanaman dan
hewan, serta keberadaan mereka pada masa lalu dan sekarang. Relasi eksternal ini
dibedakan dari fisiologi, yang merupakan relasi internal, dan morfologi, yang
berkaitan dengan struktur (Effendi, et al, 2018). Organisme hidup memiliki
spektrum biologi yang meliputi protoplasma, sel, jaringan, organ, sistem organ,
organisme, spesies, populasi, komunitas, ekosistem, dan biosfer. Komponen
ekologi dapat dikelompokkan menjadi lima bagian, yaitu bahan (matter), energi
(energy), ruang (space), waktu (time), dan diversitas (diversity). Kelima
komponen ini saling berinteraksi dalam setiap proses ekologi tertentu.
a. Bahan
Mineral, air, tanah, dan udara termasuk ke dalam komponen bahan,
yang memiliki pengaruh terhadap makhluk hidup di habitatnya. Perubahan
pada komponen bahan ini dapat berdampak pada perubahan pada rantai
makanan dan jaring-jaring kehidupan pada ekosistem di suatu wilayah.
b. Energi
Kebutuhan energi pada setiap organisme dapat memicu timbulnya
ketergantungan antara makhluk hidup yang satu dengan yang lainnya,
seperti saling membutuhkan, saling memangsa, dan saling memberikan.
Konsep ketergantungan ini menciptakan konsep simbiosis antara makhluk
hidup.
c. Ruang
Ruang merupakan salah satu komponen ekologi yang ada di sekitar
makhluk hidup. Ruang memiliki peran penting sebagai sumberdaya bagi
makhluk hidup, karena dibutuhkan untuk interaksi, memenuhi kebutuhan
energi, serta tumbuh dan berkembang. Setiap makhluk hidup
membutuhkan satuan luas tertentu untuk tumbuh dan berkembang.
d. Waktu
Ketersediaan waktu yang dibutuhkan untuk hidup secara
berkelanjutan, baik bagi spesies tumbuhan maupun hewan, bergantung
pada dua faktor, yaitu karakteristik ruang dan karakteristik spesies itu
sendiri. Keterbatasan sumber daya, termasuk waktu, menjadi faktor yang
membatasi semua bentuk kehidupan. Waktu dibutuhkan untuk proses
pertumbuhan dan reproduksi. Terdapat korelasi penting antara durasi
waktu yang tersedia untuk mencari makanan dalam fluktuasi kerapatan
makanan.

15
e. Diversitas
Suatu lingkungan memiliki tingkat diversitas spesies yang berbeda-
beda, bergantung pada berbagai faktor seperti luas area, pemisah
geografis, kekayaan lingkungan, dan diversitas ekologi. Diversitas ekologi
sendiri tergantung pada stabilitas iklim pada habitat tersebut. Kekayaan
lingkungan dapat diukur dari curah hujan yang diterima, dan semakin
tinggi curah hujan, maka semakin meningkat pula kekayaan lingkungan
serta diversitas spesies yang ada di dalamnya.

Ekologi adalah bagian dari Biologi yang mempelajari hubungan timbal


balik antara makhluk hidup dengan lingkungannya. Sebagai analogi, dapat
dibayangkan bahwa Biologi adalah seperti kue lapis yang dapat dipotong dalam
dua cara yang berbeda. Potongan pertama secara mendatar merupakan pembagian
dasar yang mencakup ilmu-ilmu dasar seperti morfologi, fisiologi, genetika,
ekologi, evolusi, biologi molekuler, dan biologi perkembangan. Potongan kedua
secara tegak merupakan pembagian taksonomi yang mencakup ilmu-ilmu seperti
zoologi, botani, mikrobiologi, dan lain-lain (Sandika, 2021).

Gambar 1.1. Kedudukan Ekologi dengan Ilmu lain


(Sumber : Buku Ajar Ekologi : Integrasi Islam Sains, 2021)

Ada lima hukum ekologi yang mengatur seluruh kehidupan spesies pada
habitatnya. Dengan adanya hukum ini, rantai makanan dan jaring-jaring
kehidupan yang merupakan komponen penunjang keseimbangan ekosistem dapat
terwujud.
1. Hukum 1 Segala sesuatu saling berhubungan
Dalam sistem ekologi maka terjadi rantai makanan, yaitu rangkaian
yang menunjukkan hubungan makan memakan dalam sebuah lingkungan.
Satu organisme tergantung dari organisme lain yang lebih rendah.
Tumbuhan (herbivora) tergantung pada ketersediaan mineral. Konsumen

16
tergantung produsen. Rantai makanan yang lebih dari satu akan
membentuk jaringjaring kehiduan.
2. Hukum 2 Segala sesuatu berubah
Perubahan yang dimaksud adalah kenyataan bahwa bumi selalu
mengalami perubahan. Perubahan tersebut disebabkan oleh adanya tenaga
endogen, eksogen, dan campur tangan manusia.
3. Hukum 3 Hukum Minimum Leibig
Laju pertumbuhan sebuah organisme bergantung pada jumlah
minimum nutrien pokok yang tersedia untuk organisme tersebut. Bahan-
bahan yang langka atau mendekati kritismenjadi faktor pembatas bagi
kemampuan organisme untuk bertahan hidup. Misal karang membutuhkan
karbonat, untuk membengun kerangkanya, bila pasokan berkurang maka
akan mengalami kepunahan.
4. Hukum Tolerensi Shellford
Hukum ini menyatakan bahwa organisme tertentu dapat
menyesuaiakan diri dengan perubahan yang terjadi dalam kondisi
lingkungannya selama perubahan tersebut tidak melebihi batas
toleransinya. Terhadap perubahan lingkungan tersebut maka organisme
akan mengalami adaptasi, mutasi atau kalau jauh diatas toleransinya maka
akan mengalami kepunahan.
5. Hukum Homeostatik
Hukum ini menyakatan bahwa jumlah spesies pada suatu habitat
sangat tergantung dari daya dukung lingkungan yang dimiliki. Bila jumlah
spesies melebihi daya dukung lingkungan (supporting capacity) maka
secara alami akan mengalami keseimbangan (penurunan jumlah).

1.2 Daya Dukung dan Daya Tampung Lingkungan


Dalam alam, terdapat bahan-bahan yang berfungsi sebagai pendukung
kehidupan. Lingkungan hidup terdiri dari materi-materi tersebut. Organisme dan
lingkungan saling berinteraksi membentuk suatu sistem yang disebut ekosistem.
Ekosistem adalah suatu sistem yang terdiri dari hubungan timbal balik antara
makhluk hidup dan lingkungannya (Rabb, 2017). Ekosistem dapat berfungsi
karena adanya aliran energi dan daur materi. Aliran energi merupakan
perpindahan energi dalam rantai makanan, dimulai dari produsen ke konsumen I,
II, III, dan berakhir pada pengurai (dekomposer). Dalam daur materi, hasil
penguraian dikembalikan ke produsen sehingga siklus dapat terus berlangsung.
Pasangan burung dan serangga merupakan contoh hubungan predator-
mangsa dalam ekosistem. Di mana burung buas merupakan predator yang
memakan serangga sebagai mangsa. Dalam hubungan ini, populasi mangsa tidak
akan punah karena akan selalu terjadi perputaran antara predator dan mangsa.
Keadaan di mana terjadi keseimbangan dan berkelanjutan antara predator dan
mangsa, di mana keduanya tidak mengalami kepunahan dan tetap hidup

17
berkelanjutan, disebut homeostasis atau keseimbangan dinamis. Puncak
homeostasis, yaitu jumlah maksimum dari populasi mangsa dan predator, adalah
batas daya dukung ekosistem. Daya dukung ekosistem atau carrying capacity
adalah kemampuan alami ekosistem untuk melanjutkan kehidupan dan
pertumbuhan dengan mempertahankan keseimbangan antara jumlah individu dan
sumber daya yang tersedia. Namun, bila daya dukung ekosistem ditingkatkan
melalui masukan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), terciptalah daya
tampung (supporting capacity) yang lebih tinggi dibandingkan daya dukung. Hal
ini akan memungkinkan ekosistem untuk menampung lebih banyak populasi
organisme tanpa mengalami kerusakan atau ketidakseimbangan.

Gambar 1.2. Daya dukung suatu ekosistem


(Sumber : Buku Memahami AMDAL Edisi 2, 2014)

1.3 Ekologi Sebagai Dasar Kajian AMDAL


Telah diketahui bahwa ekologi melibatkan seluruh interaksi organisme
dengan lingkungannya dan merupakan dasar dari kajian AMDAL, yang bertujuan
untuk mengevaluasi dampak signifikan dari suatu proyek pembangunan terhadap
lingkungan. Melalui AMDAL, dampak penting dari kegiatan tersebut dapat
diidentifikasi dan diukur terhadap kelestarian lingkungan. Dari pengertian
tersebut muncul dasar studi yaitu :
1. Setiap kegiatan pembangunan dapat dipastikan akan melakukan perubahan
terhadap lahan
2. Setiap kegiatan akan memberikan sisa proses yang berpotensi berpengaruh
terhadap lingkungan (Hk. Kekelan Energi II).
3. Lahan dipermukaan bumi merupakan salah satu komponen dalam
ekosistem secara makro pada kawasan tersebut.
4. Setiap ekosistem mengandung bentuk kehidupan lain, diluar manusia baik
fungsi secara fisik alam, kehidupan ekologi, maupaun siklus hara.
5. Setiap ekosisem memiliki fungsi yang diemban baik untuk keseimbangan
lingkungan biotik, abiotik, meupun lingkungan budaya.
6. Perubahan terhadap ekosistem akan merubah fungsi yang diemban oleh
ekosistem yang bersangkutan.
7. Kajian AMDAL secara prinsip memprediksikan perubahan fungsi
ekosistem yang dapat terjadi dampaknya terhadap lingkungan abiotik,

18
biotik dan budaya. Rekomendasi dalam kajian amdal ditujukan untuk
menciptakan keseimbangan baru yang masih mampu memberikan dampak
positip maksimum pada lingkungan dan minimalisasi dampak negatip
yang terjadi (Raharjo, 2014).

2) Kajian Aspek Lingkungan Fisik-Kimia


2.1 Iklim
Tujuan dari Amdal fisik-kimia iklim adalah untuk memahami dampak
potensial proyek terhadap iklim dan menganalisis konsekuensinya terhadap sistem
iklim secara keseluruhan. Dalam analisis ini, dilakukan penilaian terhadap
kemungkinan perubahan iklim yang diinduksi oleh proyek, termasuk perubahan
jangka pendek dan jangka panjang. Ini melibatkan penelitian yang komprehensif
tentang kondisi iklim saat ini dan prediksi perubahan iklim di masa depan. Data
iklim historis dan model iklim digunakan untuk memperkirakan dampak proyek
terhadap iklim serta potensi efek domino yang mungkin terjadi.
Dengan melakukan Amdal fisik-kimia iklim, proyek dapat
mengidentifikasi langkah-langkah mitigasi yang diperlukan untuk mengurangi
dampak negatif terhadap iklim atau mengadaptasi proyek agar sesuai dengan
perubahan iklim yang diantisipasi. Hal ini memungkinkan pengembangan proyek
yang lebih berkelanjutan dan ramah lingkungan dengan mempertimbangkan
aspek-aspek penting dari perubahan iklim.
1. Identifikasi Parameter Iklim
Dilakukan identifikasi parameter iklim yang relevan untuk proyek
yang sedang dievaluasi. Ini meliputi suhu, curah hujan, kelembaban udara,
kecepatan angin, dan parameter iklim lainnya yang dapat dipengaruhi oleh
proyek.
2. Analisis Data Iklim
Analisis data iklim historis untuk memahami kondisi iklim saat ini di
wilayah proyek. Data cuaca dan iklim, seperti suhu tahunan, curah hujan,
atau pola angin, dianalisis untuk mengidentifikasi tren dan variasi dalam
iklim setempat.
3. Prediksi Perubahan Iklim
Menggunakan model iklim dan skenario perubahan iklim yang
diakui secara ilmiah, dilakukan prediksi perubahan iklim di masa depan.
Ini melibatkan proyeksi suhu, pola hujan, dan perubahan lainnya yang
mungkin terjadi sebagai akibat dari aktivitas proyek dan dampaknya
terhadap sistem iklim secara keseluruhan.
4. Evaluasi Dampak
Setelah mendapatkan pemahaman tentang kondisi iklim saat ini dan
perubahan iklim yang diantisipasi, dilakukan evaluasi dampak potensial
proyek terhadap iklim. Dampak dapat meliputi peningkatan suhu lokal,
perubahan pola hujan, perubahan tingkat kelembaban, atau perubahan

19
lainnya yang dapat mempengaruhi ekosistem, sumber daya alam, atau
manusia di sekitar proyek.
5. Mitigasi dan Adaptasi
Langkah terakhir dalam Amdal iklim adalah mengidentifikasi
langkah-langkah mitigasi yang diperlukan untuk mengurangi dampak
negatif pada iklim atau mengadaptasi proyek agar sesuai dengan
perubahan iklim yang diantisipasi. Ini mungkin melibatkan penggunaan
teknologi yang lebih ramah lingkungan, penerapan praktik-praktik
berkelanjutan, atau pengembangan rencana adaptasi untuk menghadapi
perubahan iklim.

Data iklim yang akan dikumpulkan meliputi curah hujan, jumlah hari
hujan, kelembaban, suhu, dan kecepatan angin. Data ini akan digunakan sebagai
data pendukung dalam menganalisis dampak yang terjadi. Untuk mendapatkan
data ini, akan dilakukan pengumpulan melalui sumber data sekunder, seperti
catatan dari stasiun meteorologi terdekat.

2.2 Kualitas udara dan kebisingan


AMDAL Fisik-Kimia Kualitas Udara mengacu pada penilaian dampak
dari proyek atau kegiatan terhadap komponen fisik dan kimia dari udara. Ini
melibatkan pengukuran dan analisis berbagai parameter seperti konsentrasi
polutan udara seperti partikulat, gas-gas pencemar, serta faktor-faktor fisik seperti
suhu udara, kelembaban, dan kecepatan angin. Tujuan dari analisis ini adalah
untuk memahami dampak proyek terhadap kualitas udara dan menganalisis
apakah proyek tersebut memenuhi standar kualitas udara yang ditetapkan,
melibatkan analisis dampak terhadap tingkat kebisingan yang dihasilkan oleh
proyek atau kegiatan. Ini melibatkan pengukuran dan penilaian tingkat kebisingan
yang dihasilkan di sekitar area proyek. Analisis ini bertujuan untuk menentukan
apakah kebisingan yang dihasilkan oleh proyek atau kegiatan tersebut melebihi
batas yang ditetapkan oleh regulasi atau berpotensi mengganggu kesehatan dan
kenyamanan masyarakat sekitar.
Data kualitas udara dan kebisingan merupakan data primer yang akan
dikumpulkan langsung di lapangan. Parameter yang akan dikumpulkan untuk
kualitas udara ambeiven, sesuai dengan Peraturan Pemerintah No.41 tahun 1999
tentang Pengendalian Pencemaran Udara, terutama yang akan terkena dampak.
Parameter tersebut meliputi SO2, CO, NO2, Pb, debu dan HC. Lokasi
pengumpulan data pada kawasan lokasi penggalian yang sisesuaikan dengan arah
angin dominan.
Analisis data kebisingan dalam lingkungan awal akan dilakukan dengan
mengacu pada Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 48 tahun 1996
tentang Baku Tingkat Kebisingan. Metode yang akan digunakan dalam analisis
ini adalah dengan mengukur Leq (tingkat kebisingan kontinu setara), LTM5 (Leq

20
dengan interval waktu 5 detik), Ls (Leq selama periode siang hari), Lm (Leq
selama periode malam hari), dan Lsm (Leq selama periode siang dan malam).
Tabel 2.2 Parameter kualitas udara dan kebisingan
Lokasi
Peralatan
Parameter Metode Pengambilan Keterangan
Analisis
Sampel
Kuakitas Udara
Pararosanil
SO2 Spektrofotoneter
Line
CO Absorption NDIR Analyser
Spektrofotoneter
NO2 Sal txman
Metanyl Spektrofotoneter Pada kawasan
H2S penggalian & Wakttu
tocyonate
Spektrofotoneter disesuaikan Pengukuran 24
NHx Hessler arah angin jam
dominan
Pb Gravimetric Hi-Vol
Debu Gravimetric Hi-Vol
HC Residual Ct-C
Resonansi Sound Level
Kebisingan
Suara Meter

2.3 Hidrologi
Hidrologi adalah ilmu yang mempelajari sumber-daya air menyangkut
jumlah, kualitas, proses dan gejala yang terjadi di bumi. Siklus hidrologi
merupakan perwujudan dari keberadaan air di bumi. Karena luasnya dan
kompleksnya gejala, proses dan keberadaan air di bumi maka secara khusus
dipelajari dalam berbagai cabang ilmu, yaitu: potamologi (di permukaan),
geohidrologi (air dalam tanah/lapisan batuan), hidrometeorologi (di atmosfer),
oceanologi (di laut), dan limnologi (air di danau).
Data hidrologi dikumpulkan secara langsung di lapangan dan termasuk
dalam kategori data primer. Parameter-parameter yang akan ditelaah meliputi
debit air pada saluran-saluran kecil yang melintas atau mata air yang muncul di
kawasan penggalian, serta ketersediaan air dan kualitas air.
Data mengenai kualitas air akan diperoleh melalui pengambilan sampel air
permukaan dan air tanah dari titik sampel yang berada di kawasan penggalian,
serta sumur-sumur penduduk terdekat.
Tabel 2.3 Skala Penilaian Parameter Kualitas Air
Nomor AIR 1 2 3 4 5
Agak
Berbau Berbau berbau
Sangat Tidak
1 Bau tanpa tanpa kalau
berbau berbau
dicium dicium dicium
langsung
2 Kekeruhan Keruh Keruh Agak Bening Bening

21
berlum keruh berwarna tidak
pur berwarna
Hitam Agak Agak
3 Warna kuning Terang
coklat coklat kuning
Residu
4 >50 40-50 30-40 20-30 <20
Tersuspensi
5 BOD >3 2,5-3 2-2,25 1,5-2 <2
6 COD >25 20-25 15-20 10-15 <15
7 Fe >0,1 0,05-0,1 0,01-0,05 0-0,001 (-)
8 Cl >600 300-600 200-300 100-200 <100
9 Pb >7,8 5,3-7,8 0,8,-5,3 0,03-0,8 <0,03
3,5- 4,5- 5,5-
<3,5:>1
10 pH 4,5:9,5- 5,5:8,5- 6,5:7,5- 6,5-7,5
0,5
10,5 9,5 8,5
0,002- 0,005- 0,001-
11 Hg > 0,05 < 0,001
0,005 0,002 0,005
12 Kesadahan > 100 75-100 50-75 25-50 < 25
Total 12000- 8000- 4000-
13 16.000 < 4000
Coliform 16000 12000 8000
Keterangan:
Baku mutu lingkungan berdasarkan PP 82 tahun 2000 Skala penilaian:
Nilai 1 = sangat buruk; Nilai 2 = buruk; Nilai 3 = sedang; Nilai 4 = baik; Nilai 5 =
sangat baik.

2.4 Tanah
AMDAL (Analisis Mengenai Dampak Lingkungan) fisik-kimia tanah
adalah salah satu komponen dari studi AMDAL yang secara khusus memeriksa
dan mengevaluasi dampak proyek atau kegiatan terhadap karakteristik fisik dan
kimia tanah di area yang terpengaruh. Ini bertujuan untuk memahami bagaimana
proyek atau kegiatan tertentu dapat mempengaruhi struktur, tekstur, kandungan
bahan organik, kandungan nutrien, pH, dan sifat-sifat kimia lainnya dari tanah di
sekitar area tersebut. Analisis ini penting karena tanah adalah komponen penting
dalam ekosistem dan memiliki peran yang signifikan dalam mendukung
pertumbuhan tanaman dan menjaga keseimbangan ekologi.
1. Struktur Tanah
Meliputi analisis terhadap struktur tanah, seperti agregat, kepadatan,
porositas, dan stabilitas agregat. Dampak proyek atau kegiatan terhadap
struktur tanah dapat mempengaruhi drainase, infiltrasi air, dan kemampuan
tanah untuk menyediakan ruang bagi pertumbuhan akar tanaman.
2. Tekstur Tanah
Melibatkan penilaian terhadap komposisi relatif pasir, debu, dan
lumpur dalam tanah. Perubahan tekstur tanah dapat mempengaruhi
kemampuan penahan air, sirkulasi udara, dan kemampuan tanah untuk
menyediakan nutrisi bagi tanaman.

22
3. Kandungan Bahan Organik
Meliputi analisis terhadap jumlah bahan organik dalam tanah. Bahan
organik merupakan komponen penting dalam menjaga kesuburan tanah,
mempertahankan struktur tanah, dan menyediakan nutrisi bagi tanaman.
Dampak terhadap kandungan bahan organik dapat timbul akibat
pembukaan lahan, penggunaan bahan kimia, atau perubahan penggunaan
lahan.
4. Kandungan Nutrien
Melibatkan penilaian terhadap ketersediaan nutrien penting seperti
nitrogen, fosfor, kalium, dan mikronutrien lainnya dalam tanah. Proyek
atau kegiatan yang mempengaruhi kandungan nutrien dapat berdampak
pada produktivitas tanaman dan keseimbangan nutrisi dalam ekosistem.
5. pH Tanah
Melibatkan pengukuran tingkat keasaman atau kebasaan tanah.
Perubahan pH tanah dapat mempengaruhi ketersediaan nutrien bagi
tanaman dan aktivitas organisme tanah.
6. Sifat Kimia Lainnya
Meliputi analisis terhadap konsentrasi logam berat, kapasitas tukar
kation (CTK), tingkat kejenuhan basa (TKB), dan sifat-sifat kimia lainnya
dalam tanah. Dampak terhadap sifat kimia tanah dapat mempengaruhi
toksisitas, retensi air, dan interaksi antara tanah dan bahan kimia yang
digunakan dalam proyek atau kegiatan.

Data mengenai jenis tanah diambil dari sumber data sekunder yang
diperoleh dari peta tanah yang disusun oleh lembaga atau instansi yang memiliki
kompetensi dalam bidang tersebut. Selain itu, juga dilakukan cross-check melalui
pengamatan langsung di lapangan untuk memastikan keakuratan informasi. Data
primer tanah merupakan hasil dari pengambilan sampel tanah secara langsung
dari lahan bekas penggalian bahan galian Golongan C. Pengambilan sampel tanah
dilakukan pada beberapa titik sampel yang telah ditentukan di dalam kawasan
penggalian.
Sampel tanah yang diambil kemudian dianalisis untuk mengetahui tingkat
kesuburan tanah bekas penggalian bahan Golongan C. Parameter utama yang
dianalisis meliputi pH tanah, kandungan bahan organik, dan kandungan nutrisi
NPK (nitrogen, fosfor, dan kalium).

3) Latihan Soal 2
1. Jelaskan pengertian ekologi menurut para ahli (minimal 3 pengertian)!
2. Jelaskan komponen ekologi!
3. Jelaskan apa yang membedakan ekologi dan cabang ilmu biologi lainnya!
4. Apa itu siklus hidrologi dan bagaimana mekanismenya terjadi?
5. Bagaimana cara mengidentifikasi dampak lingkungan dalam kajian AMDAL?

23
4) Jawaban Latihan Soal 2
1. Menurut Ernst Haeckel, ekologi merupakan studi tentang hubungan
organisme dengan lingkungannya. Menurut Haeckel, ekologi mencakup
segala hal yang berkaitan dengan organisme dan lingkungannya, termasuk
interaksi antar-organisme, ketersediaan sumber daya, dan faktor lingkungan
yang mempengaruhi kelangsungan hidup organisme. Menurut Eugene Odum,
ekologi adalah studi tentang struktur dan fungsi sistem ekologi. Menurut
Odum, ekologi melibatkan analisis terhadap bagaimana organisme, populasi,
dan komunitas bereaksi terhadap lingkungan fisik dan biologisnya. Menurut
Barry Commoner, ekologi merupakan studi tentang hubungan antara
organisme dan lingkungannya, serta dampak dari tindakan manusia terhadap
ekosistem. Menurut Commoner, ekologi harus memperhatikan interaksi
sosial, ekonomi, dan politik manusia dengan lingkungan alaminya.
2. Komponen ekologi terdiri dari makhluk hidup (biotik) dan unsur fisik
(abiotik) dalam lingkungan suatu ekosistem. Komponen biotik meliputi
semua organisme hidup seperti hewan, tumbuhan, jamur, dan
mikroorganisme, sedangkan komponen abiotik mencakup segala sesuatu yang
bukan organisme hidup seperti udara, air, suhu, cahaya, dan tanah. Kedua
komponen ini saling bergantung satu sama lain dan saling mempengaruhi
untuk membentuk suatu sistem ekologis yang seimbang. Komponen biotik
memberikan makanan, tempat tinggal, dan reproduksi, sedangkan komponen
abiotik menyediakan sumber daya yang diperlukan untuk kehidupan dan
aktivitas organisme.
3. Perbedaan antara ekologi dan cabang ilmu biologi lainnya adalah bahwa
ekologi lebih fokus pada studi tentang hubungan antara organisme dengan
lingkungannya, sementara cabang ilmu biologi lainnya lebih fokus pada studi
tentang organisme itu sendiri.
4. Siklus hidrologi atau siklus air adalah proses alami di mana air bergerak
dalam siklus tertentu antara atmosfer, laut, dan daratan. Tahapan siklus
hidrologi terdiri atas
• Evaporasi: Proses penguapan air dari permukaan laut, sungai, dan danau
menjadi uap air yang naik ke atmosfer.
• Konveksi: Uap air yang naik ke atmosfer kemudian terbawa oleh angin
dan bertemu dengan udara dingin. Pada saat inilah uap air tersebut
membentuk awan
• Esipitasi: Awan yang terbentuk kemudian bergerak dan mengalami
peningkatan ukuran hingga jenuh dan kemudian terjadi presipitasi.
Presipitasi dapat berupa hujan, salju, atau hujan es
• Infiltrasi: Air yang turun ke bumi kemudian meresap ke dalam tanah
melalui proses infiltrasi dan menjadi air tanah, aliran: Air tanah yang

24
meresap ke dalam tanah kemudian bergerak ke arah sungai, danau, atau
laut melalui aliran permukaan atau air tanah.
• Ppndistribusian kembali: Air yang mencapai laut kemudian kembali ke
proses evaporasi dan proses siklus hidrologi dimulai kembali.
5. Cara identifikasi dampak lingkungan dalam kajian AMDAL adalah melalui
beberapa tahap, seperti inventarisasi lingkungan, analisis dampak lingkungan,
dan penentuan tindakan pengelolaan dampak. Tahap inventarisasi meliputi
pengumpulan data dan informasi tentang lingkungan di lokasi proyek. Tahap
analisis dampak melibatkan identifikasi dampak, analisis dampak, dan
penentuan tingkat signifikansi dampak. Tahap terakhir adalah penentuan
tindakan pengelolaan dampak, yang mencakup rencana mitigasi dan
monitoring dampak. Setelah proses identifikasi dampak selesai, hasil analisis
harus dikomunikasikan dengan stakeholder yang terkait dan dijadikan dasar
dalam membuat keputusan tentang kelanjutan proyek.

5) Rangkuman
1. Ekologi adalah ilmu yang mempelajari tentang rumah atau tempat tinggal
makluk, terutama timbal balik antara makhluk hidup dan lingkungannya.
Komponen ekologi dapat dikelompokkan menjadi lima bagian yaitu bahan
(matter), energi (energy), ruang (space), waktu (time) dan diversitas
(diversity). Lima komponen tersebut berinteraksi satu dengan lainya didalam
setiap proses ekologi tertentu.
2. Ekologi melibatkan interaksi organisme dengan lingkungannya dan
merupakan dasar kajian AMDAL. Tujuan AMDAL adalah mengevaluasi
dampak penting dari proyek pembangunan terhadap lingkungan, serta
mengidentifikasi dampak tersebut dan mengukurnya terhadap kelestarian
lingkungan.
3. Amdal fisik merupakan bagian dari Amdal (Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan) yang fokus pada dampak fisik dari suatu proyek terhadap
lingkungan. Amdal fisik melibatkan penilaian terhadap dampak yang
mungkin timbul akibat perubahan fisik seperti perubahan topografi,
kerusakan habitat, dan pencemaran lingkungan. Proses ini melibatkan
pengumpulan data lapangan, analisis terperinci tentang perubahan fisik yang
diharapkan, dan identifikasi tindakan mitigasi yang diperlukan untuk
mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan.
4. Amdal kimia merupakan komponen penting dalam Amdal yang berfokus
pada dampak kimia yang dihasilkan oleh suatu proyek terhadap lingkungan.
Amdal kimia melibatkan penilaian terhadap potensi pencemaran air, udara,
dan tanah yang dapat disebabkan oleh kegiatan proyek. Hal ini melibatkan
analisis kualitas air, emisi gas, dan penggunaan bahan kimia yang dapat
berdampak negatif terhadap ekosistem. Tujuan dari Amdal kimia adalah
untuk mengidentifikasi risiko dan tindakan mitigasi yang diperlukan agar

25
dampak negatif terhadap lingkungan dapat diminimalkan atau dihilangkan
sepenuhnya.

6) Tes Formatif 2
1. Mana yang termasuk dalam aspek fisik dalam Amdal fisik-kimia?
a. Evaluasi kualitas udara dan air
b. Analisis sosial-ekonomi proyek
c. Penentuan lokasi proyek yang optimal
d. Evaluasi risiko kecelakaan kerja
e Penilaian dampak psikologis pada masyarakat sekitar proyek
2. Apa yang termasuk dalam aspek kimia dalam Amdal fisik-kimia?
a. Penilaian dampak fisik terhadap habitat satwa liar
b. Evaluasi pengaruh proyek terhadap iklim mikro lokal
c. Analisis penggunaan energi proyek
d. Evaluasi pencemaran lingkungan akibat limbah kimia
e. Penentuan tingkat keberlanjutan proyek dalam jangka panjang
3. Berdasarkan definisi Ernst Haeckel, ekologi adalah ilmu yang mempelajari
hubungan antara...
a. Organisme dengan organisme lainnya
b. Organisme dengan lingkungannya
c. Organisme dengan struktur internalnya
d. Organisme dengan masa lalu dan masa sekarang
e. Organisme dengan diversitas spesies
4. Komponen ekologi yang meliputi mineral, air, tanah, dan udara termasuk
dalam kategori?
a. Bahan
b. Energi
c. Ruang
d. Waktu
e. Diversitas
5. Konsep ketergantungan antara makhluk hidup yang satu dengan yang lainnya,
seperti saling membutuhkan, saling memangsa, dan saling memberikan,
menciptakan konsep....
a. Simbiosis
b. Homeostasis
c. Keseimbangan dinamis
d. Perputaran predator-mangsa
e. Daya dukung ekosistem

26
C. KUNCI JAWABAN TES FORMATIF
1) Kunci Jawaban Tes Formatif 1
1. C
2. A
3. C
4. B
5. B

2) Kunci Jawaban Tes Formatif 2


1. C
2. D
3. B
4. A
5. A

27
GLOSARIUM

• Adaptasi : Proses atau tindakan untuk berubah atau menyesuaikan diri dengan
perubahan lingkungan atau kondisi tertentu guna mempertahankan kelangsungan
hidup atau keseimbangan.
• Diversitas : Variasi bentuk dan/atau rupa jenis yang hidup dalam habitat yang
sama dan dimakan oleh pemangsa
• Ekologi : Ilmu tentang hubungan timbal balik antara makhluk hidup dan
(kondisi) alam sekitarnya (lingkungannya)
• Ekosistem : Keanekaragaman suatu komunitas dan lingkungannya yang berfungsi
sebagai suatu satuan ekologi dalam alam.
• Entropi : Fungsi keadaan, nilainya pada suatu keadaan setimbang dapat
dinyatakan dalam variabel-variabel yang menentukan keadaan sistem.
• GBHN : Garis-Garis Besar Haluan Negara (haluan negara tentang
penyelenggaraan negara dalam garis-garis besar).
• Hidrologi : Ilmu yang mempelajari pergerakan, distribusi, dan sifat-sifat air di
Bumi, termasuk siklus air, saluran air, perairan permukaan, dan akuifer.
• Iklim : Iklim adalah pola cuaca jangka panjang yang menggambarkan kondisi
atmosfer di suatu wilayah dalam periode waktu yang panjang.
• KLH : Kementrian Lingkungan Hidup.
• Mitigasi : Tindakan atau upaya untuk mengurangi atau mencegah dampak
negatif dari suatu peristiwa atau fenomena, terutama terkait dengan perubahan iklim
atau bencana alam.
• Morfologi : Ilmu pengetahuan tentang bentuk luar dan susunan makhluk hidup
• Nilai Esensial : Nilai yang diperlukan dan dibutuhkan.
• Parameter :Variabel yang digunakan untuk mengukur, mengontrol, atau
menggambarkan suatu fenomena atau sistem.
• Pemrakarsa : Orang yang memprakarsai; orang yang mempelopori.
• Preventif : Tindakan pencegahan suatu hal negatif agar hal buruk tersebut tidak
terjadi.
• Stakeholder : Pemangku kepentingan adalah terjemahan dari kata stakeholder dapat
diartikan sebagai segenap pihak yang terkait dengan isu dan permasalahan yang
sedang diangkat.
• Terminologi : Penjelasan atas istilah, kata, konsep, maupun hal-hal tertentu yang
dapat memberikan pemahaman bagi manusia
• Wacana : Kemampuan atau prosedur berpikir secara sistematis; kemampuan
atau proses memberikan pertimbangan berdasarkan akal sehat.
• Wilayah : Daerah (kekuasaan, pemerintahan, pengawasan, dan sebagainya).

28
DAFTAR PUSTAKA

BAPPENAS. (2003). Strategi dan Program Aksi Keanekaragaman Hayati Indonesia.


BAPPENAS. Jakarta.
Briffett, C. (1999). Environmental Impact Assessment in East Asia. In J. Petts (Ed.),
Handbook of Environmental Impact Assessment Volume 2. Environmental Impact
Assessment in Practice: Impact and Limitations (pp. 143167). Oxford ; Malden:
Blackwell
Effendi, R., Salsabila, H., & Malik, A. (2018). Pemahaman Tentang Lingkungan
Berkelanjutan. Modul, 18(2), 75
Fola S. Ebisemiju. (1993). Environmental Impact Assessment: Making it Work in Developing
Countries, Journal of Environmental Management, Vol. 38.
Glasson, J., Chadwick, A., & Therivel, R. (1999). Introduction to Environmental Impact
Assessment: Principles and Procedures, Process, Practice and Prospects (2nd ed.).
London: UCL Press.
Herlina, Nina., dan Ukilah Supriyatin. (2021). Pengendalian Dampak Lingkungan dalam
Pembangunan Berkelanjutan dan Berwawasan Lingkungan. Jurnal Ilmiah Galuh
Justisi, 9(2), 204.
Kementerian Lingkungan Hidup. (2006). Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 8
tahun 2006 tentang Pedoman Penyusunan AMDAL.
KLH dan UNDP. (2000). Agenda 21 Sektoral Buku 1 Seri Panduan Perencanaan
Pembangunan Berkelanjutan. Jakarta.
Purnama, D. (2003). Reform of the EIA Process in Indonesia: Improving the Role of Public
Involvement. Journal of Environmental Impact Assessment Review.
Rabb, A. M. A. (2017). Kajian Fungsi Area Green Open Space Sebagai Pengendali Daya
Dukung Ekosistem Pada Pembelajaran Biologi Di Sma. Prosiding Seminar Nasional
Pendidikan, 2(1), 225–235.
Raharjo, M. (2014). Memahami AMDAL Edisi 2. Graha Ilmu.
Rizal, Reda. (2016). Studi Kelayakan Lingkungan (AMDAL, UKL-UPL & SPPL). Buku Ajar
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup Edisi 3. Fakultas Ilmu Kesehatan UPN
“Veteran” Jakarta.
Sandika, B. (2021). Buku Ajar Ekologi: Integrasi Islam Sains. Yayasan Citra Dharma
Cindekia.
Suratmo, G.F. (2002). Analisis Mengenai Dampak Lingkungan. Universitas Gadjah Mada,
Yogyakarta.
Sausan, F. W., Puspitasari, A. R., & Yanuarita P, D. (2021). Studi Literatur Pengolahan
Warna pada Limbah Cair Industri Tekstil Menggunakan Metode Proses Adsorpsi,
Filtrasi, dan Elektrolisis. JURNAL TECNOSCIENZA, 5(2).
https://doi.org/10.51158/tecnoscienza.v5i2.427
Wood, C. (2003). Environmental Impact Assessment: A Comparative Review (2nd ed.).
Upper Saddle River ; London: Prentice Hall.

29

Anda mungkin juga menyukai