Anda di halaman 1dari 13

METODE PRAKIRAAN DAMPAK PENTING KUALITAS UDARA

DARI RENCANA USAHA PEMBANGUNAN “PLTU ANONIM”


(PARAMETER: DEBU/TSP)

I. Latar Belakang

Kegiatan pembangunan yang pesat dewasa ini, menyebabkan meningkatnya kebutuhan energi
listrik. Pasokan energi listrik yang handal, memadai dan berkelanjutan sangat diperlukan untuk
mendukung kelancaran dan keberhasilan proses pembangunan. Saat ini pasokan listrik dari
pembangkit-pembangkit listrik yang ada belum sepenuhnya memenuhi kebutuhan tenaga listrik di
beberapa wilayah, bahkan kebutuhan tenaga listrik tersebut semakin hari semakin meningkat.
Ketidakseimbangan antara permintaan dengan penyediaan tenaga listrik tersebut mengakibatkan
kekurangan pasokan tenaga listrik. Pembangunan instalasi pembangkit listrik tenaga uap (PLTU)
merupakan bagian dari pembangunan nasional, karena pemenuhan kebutuhan tenaga listrik
haruslah sejalan dengan meningkatnya pembangunan bagi kesejahteraan penduduk. Pada sisi lain,
pembangunan instalasi PLTU berpotensi menimbulkan dampak terhadap lingkungan hidup baik
dampak positif maupun dampak negatif. Sesuai dengan Peraturan Menteri Negara Lingkungan
Hidup Republik Indonesia Nomor 05Tahun 2012 tentang Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan
yang Wajib Memiliki Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup, bahwa pembangunan PLTU
dengan kapasitas ≥ 100 MW dalam satu lokasi termasuk kategori wajib AMDAL karena
pembangunan PLTU berpotensi menimbulkan dampak pada: a) aspek fisik kimia, terutama pada
kualitas udara (emisi ambien dan kebisingan) dan kualitas air (ceceran minyak pelumas, limbah
bahan) serta air tanah; serta b) aspek sosial, ekonomi dan budaya terutama pada pembebasan
lahan dan keresahan masyarakat.

II. Deskripsi Kegiatan

Rencana pembangunan dan pengoperasian “PLTU Anonim” akan dibangun dengan kapasitas 2 x
1.070 MW atau kapasitas net 2 x 1.000 MW, sisa daya 2 x 70 MW per unit digunakan untuk
keperluan operasional pembangkit. PLTU Anonim menggunakan Teknologi Ultra Supercritical
(USC). Dengan teknologi USC, tekanan steam ditambah/dinaikkan hingga melampaui tekanan kritis
(tekanan > 24,5 MPa dan Temperatur > 600°C). Dengan peningkatan tekanan steam utama maka
berdasarkan siklus Rankine, kebutuhan steam superheat menjadi lebih sedikit sehingga efisiensi
pembangkit semakin baik. Dengan efisiensi yang lebih baik, maka konsumsi bahan bakar akan
lebih irit. Pemakaian bahan bakar dengan Teknologi USC lebih rendah 3% dibandingkan Teknologi
Prakiraan Dampak Penting 1
Supercritical dan lebih rendah 6% dibandingkan Teknologi Subcritical. Selain itu, emisi gas buang
(CO2 dan gas-gas lain) lebih rendah 5,47% dibandingkan Teknologi Subcritical.

Pembangunan PLTU akan dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:


1. Tahap pra konstruksi, antara lain:
a) Sosialisasi proyek.
b) Pembebasan lahan.
2. Tahap konstruksi, antara lain:
a) Mobilisasi/demobilisasi peralatan dan material.
b) Pembangunan jalan akses.
c) Pemanfaatan lay down area.
d) Pengerukan (dredging).
e) Dumping.
f) Pematangan lahan.
g) Pembangunan jetty.
h) Pembangunan outfall dan water intake.
i) Pembangunan bangunan utama PLTU dan fasilitas pendukungnya.
j) Pembangunan bangunan non teknis.
k) Pembangunan ash disposal area.
l) Comissioning dan uji coba
3. Tahap operasi, antara lain:
a) Pengoperasian jetty.
b) Pengoperasian sistem penanganan bahan baku dan bahan pembantu.
c) Pengoperasian sistem penanganan bahan bakar.
d) Pengoperasian sistem penanganan limbah cair.
e) Pengoperasian sistem penanganan limbah padat.
f) Pengoperasian dan pemeliharaan pembangkit utama dan pelengkap.

III. Potensi Dampak Penting

Tahapan Rencana Kegiatan Pembangunan PLTU Anonim meliputi tahap prakonstruksi, konstruksi,
operasi. Dengan melingkup jenis-jenis rencana kegiatan serta identifikasi rona lingkungan hidup
awal yang mencakup komponen geofisik-kimia, biologi, sosial, dan kesehatan masyarakat, maka
dilakukan identifikasi dampak potensial yang diprakirakan akan terjadi akibat kegiatan

Prakiraan Dampak Penting 2


tersebut. Salah satu komponen lingkungan yang berpotensi terkena dampak akibat kegiatan
pembangunan PLTU adakah komponen Geofisik-Kimia. Dalam hal ini penulis akan mencoba
membahas tentang salah satu dampak potensial geofisik-kimia yaitu penurunan kualitas udara
ambien.

Udara ambien adalah udara sekitar kita di lapisan troposfer yang apa adanya yang sehari-hari kita
hirup. Dalam keadaan normal, udara ambien ini akan terdiri dari gas nitrogen (78%), oksigen
(20%), argon (0,93%) dan gas karbon dioksida (0,03%). Udara ambien memiliki kualitas yang
mudah berubah dan ditentukan oleh beberapa faktor, diantaranya adalah faktor meteorologi,
demografi, cuaca dan sumber emisi. Faktor meteorologi, demografi dan cuaca merupakan faktor
alam yang sulit dikendalikan atau bahkan tidak mungkin diubah kondisinya. Sedangkan untuk
sumber emisi merupakan faktor buatan manusia yang dapat diubah dan dikendalikan. Untuk
menentukan seberapa besar dampak yang diakibatkan oleh suatu kegiatan, maka terlebih daluhu
perlu dilakukan pengukuran kualitas udara ambien sebelum dilakukannya rencana usaha atau
kegiatan yang dikenal dengan rona lingkungan awal. Parameter yang diukur untuk menentukan
kualitas udara ambien antara lain:
1. Fisik
 Temperatur udara: keadaan udara pada waktu dan tempat tertentu yang dipengaruhi
oleh penyinaran matahari, tinggi rendahnya permukaan daratan, dan sifat permukaan
bumi.
 Tekanan udara: tenaga yang bekerja untuk menggerakkan massa udara dalam setiap
satuan luas tertentu.
 Arah dan kecepatan angin.
2. Gas
 Sulfur Dioksida (SO2)
 Karbon monoksida (CO)
 Nitrogen Dioksida (NO2)
 Oksidan (O3)
3. Partikulat
 Debu/Total Suspended Particulate (TSP)
 PM10 : partikel udara yang berukuran lebih kecil dari 10 mikron (mikrometer)
 PM2,5 : partikel udara yang berukuran lebih kecil dari 2,5 mikron (mikrometer)
 Timbal hitam (Pb)

Prakiraan Dampak Penting 3


 Debu jatuh

Untuk menentukan kualitas udara ambien di lokasi rencana usaha/kegiatan dilakukan pengukuran
terhadap parameter atau dapat juga menggunakan data sekunder dari instansi yang berwenang
jika masih relevan untuk kajian studi. Hasil pengukuran kemudian dibandingkan dengan nilai baku
mutu yang tertera dalam Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian
Pencemaran Udara.

Berdasarkan hasil pelingkupan, maka dampak penting hipotetik penurunan kualitas udara dapat
berasal dari sumber kegiatan:
1. Mobilisasi/demobilisasi peralatan dan material (tahap konstruksi).
2. Pembangunan jalan akses (tahap konstruksi).
3. Pematangan lahan (tahap konstruksi).
4. Pembangunan bangunan utama PLTU dan fasilitas pendukungnya (tahap konstruksi).
5. Pembangunan bangunan non teknis (tahap konstruksi).
6. Pembangunan ash disposal area (tahap konstruksi).
7. Comissioning dan uji coba (tahap konstruksi).
8. Pengoperasian sistem penanganan limbah padat (tahap operasi).
9. Pengoperasian dan pemeliharaan pembangkit utama dan pelengkap (tahap operasi).

IV. Metodologi Pengumpulan Data dan Analisis Data Kualitas Udara Ambien (Paramter:
Debu/TSP)

Secara alamiah, Total Suspended Particulate (TSP) atau partikulat dapat dihasilkan dari debu tanah
kering yang terbawa oleh angin, proses vulkanis yang berasal dari letusan gunung berapi, atau uap
air laut. Partikulat juga dihasilkan dari pembakaran yang tidak sempurna dari bahan bakar yang
mengandung senyawa karbon murni atau bercampur dengan gas-gas organik, seperti halnya
penggunaan mesin disel yang tidak terpelihara dengan baik dan pembakaran batu bara yang tidak
sempurna sehingga terbentuk aerosol kompleks dari butir-butiran tar. Jika dibandingkan
dengan pembakaran batu bara, pembakaran minyak dan gas pada umumnya menghasilkan
partikulat dalam jumlah yang lebih sedikit. Emisi partikulat tergantung pada aktivitas manusia,
terutama dari pembakaran bahan bakar fosil, seperti transportasi kendaraan bermotor,
industri berupa proses (penggilingan dan penyemprotan) dan bahan bakar industri, dan sumber-

Prakiraan Dampak Penting 4


sumber non industri, misalnya pembakaran sampah baik domestik ataupun
komersial (Yusra, 2010).

Pengumpulan data kualitas udara untuk parameter TSP dilakukan dengan pengukuran lapangan
(sampling) dan analisis laboratorium. Pengambilan sampel dilakukan selama 24 jam pada 5 titik
pantau pengamatan yang mewakili lokasi jalan akses, lokasi pemukiman, dan lokasi jalan akses.
Metode yang digunakan adalah metode sampling dengan mengacu pada SNI-19-7119.3-2005 yaitu
menggunakan peralatan high volume air sampler (HVAS) dengan metode gravimetri.

Gambar high volume air sampler (HVAS)

Prinsip dari penggunaan alat ini adalah udara dihisap melalui filter di dalam shelter dengan
menggunakan pompa vakum laju alir tinggi sehingga partikel terkumpul di permukaan filter.
Jumlah partikel yang terakumulasi dalam filter selama periode waktu tertentu dianalisa secara
gravimetri. Laju alir dipantau saat periode pengujian. Hasilnya ditampilkan dalam bentuk satuan
massa partikulat yang terkumpul per satuan volume contoh uji udara yang diambil sebagai µg/m 3.

Untuk memprakirakan besaran dampak penurunan kualitas udara khususnya parameter TSP setelah proyek
berjalan pada tahap konstruksi (mobilisasi/demobilisasi peralatan) akan digunakan pemodelan Caline-4.
Dijelaskan oleh Benson (1989), Caline -4 adalah model terakhir dari pemodelan komputer untuk
menentukan pencemaran dari sumber garis yang dibuat oleh Departemen Transportasi California
(Caltrans). Program ini berdasarkan kepada persamaan Dispersi Gauss dan memakai konsep zona
percampuran untuk mengetahui bentuk penyebaran polusi di jalan.

Metode analisis data penentuan baik-buruknya kondisi kualitas udara mengunakan baku mutu
yang ditetapkan sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 199 Tentang Pengendalian
Pencemaran Udara.

Prakiraan Dampak Penting 5


V. Rona Lingkungan Awal

Skala kualitas lingkungan pada Rona Lingkungan Awal (RLA) dan pada saat kegiatan berlangsung
(setiap tahap) akan ditampilkan dalam skala numerik (skala 1, 2, 3, 4, 5) sebagai berikut:
Tabel Skala Kualitas Lingkungan
Parameter TSP Skala Kualitas Lingkungan
> 230 μg/m3 1 Sangat Buruk
138 - < 230 μg/m3 2 Buruk
92 - < 138 μg/m3 3 Sedang
46 - < 92 μg/m3 4 Baik
< 46 μg/m3 5 Sangat Baik
Sumber: PP NO.41/1999 dan diolah

Berdasarkan hasil pengukuran diperoleh kadar TSP di tiap titik pemantauan sebagai berikut:
Konsentrasi Baku Mutu
No. Lokasi sampling SKL
(µg/NM3) (µg/NM3)
Debu (TSP)
1. TS-1 81,6 4
2. TS-2 131,9 3
3. TS-3 114,1 230 3
4. TS-4 87,5 4
5. TS-5 92,3 3

Apabila dalam penentuan skala kualitas lingkungan baik pada rona lingkungan awal maupun hasil
prakiraan dampak ditemui beberapa skala kualitas lingkungan yang berbeda (jika titik sample lebih
dari 1), maka dalam penentuannya dipilih skala kualitas lingkungan yang paling buruk
(Fandeli,1995). Dengan demikian berdasarkan hasil pengukuran rona lingkungan awal pada 5 titik
pengamatan, dapat disimpulkan skala kualitas lingkungan untuk parameter TSP adalah sedang
(skala 3).

VI. Metode Prakiraan Dampak Penting Tahap Konstruksi (Mobilisasi/Demobilisasi Peralatan dan
Material)
VI.1 Metode Prakiraan Besaran Dampak

Prakiraan besarnya dampak merupakan selisih skala kualitas lingkungan antara kondisi lingkungan
setelah adanya kegiatan dengan kondisi lingkungan sebelum adanya kegiatan. Metode prakiraan
besaran dampak dihitung dengan menggunakan formula:
Besar prakiraan dampak = KLP - KLTP
Dimana:
KLP = Skala Kualitas lingkungan dengan adanya proyek
KLTP = Skala Kualitas lingkungan sebelum adanya proyek (rona awal)
Prakiraan Dampak Penting 6
Prakiraan dampak penting dilakukan terhadap masing-masing Dampak Penting Hipotetik (DPH).
Prakiraan dampak diawali dengan penyajian nilai parameter pada rona lingkungan hidup awal
yang dikonversi ke skala kualitas lingkungan. Hasil prakiraan perubahan nilai parameter
lingkungan yang akan datang (dengan dan tanpa proyek) yang menggambarkan perubahan
nilai parameter lingkungan juga dikonversi ke perubahan skala kualitas lingkungan sehingga
hasil prakiraan dampak ini dinyatakan dalam perubahan skala kualitas lingkungan.

Selisih nilai skala kualitas lingkungan di atas digunakan untuk menentukan besaran dampak. Selisih
skala besaran dampak dinyatakan sebagai berikut (Fandeli, 1995):
Selisih Skala Besaran Dampak
5 Sangat besar
4 Besar
3 Sedang
2 Kecil
1 Sangat Kecil

Kegiatan mobilisasi demobilisasi peralatan dan material dari dan menuju lokasi proyek melalui
jalan akses yang diprakirakan akan menimbulkan dampak terhadap peningkatan debu (TSP)
terutama berdampak pada pemukiman yang ada di sekitar lokasi proyek. Untuk menghitung
besaran dampak, maka akan dilakukan perbandingan konsentrasi TSP dengan ada proyek dan
sebelum proyek pembangunan.

Kegiatan mobilisasi/demobilisasi peralatan dan material dari dan menuju lokasi tapak
rencana PLTU melalui jalan akses diprakirakan akan menimbulkan dampak terhadap peningkatan
debu (TSP), NO2, dan CO terutama berdampak pada pemukiman khususnya dengan jarak ± 10 m
dari tepi jalan. Dengan adanya kegiatan mobilisasi/demobilisasi peralatan dan material. Untuk
memprediksi debu yang dihasilkan dari kegiatan mobilisasi/demobilisasi peralatan dan material,
maka dilakukan permodelan dengan Caline-4. Inputan data permodelan adalah sebagai berikut:

No. Jenis Data Sumber Data Gambaran Alat Nilai


1. Ketinggian jalan Data primer: 47 m
di atas Diukur menggunakan GPSmap
permukaan laut. 60CSx GARMIN

2. Koordinat jalan Data primer: Koordinat link


akses dan Cara pengambilan data dengan jalan:
reseptor menggunakan alat ini yaitu 06° 27' 20,2" LS
pertama melaihat kondisi 110° 44' 39,4"
geometrik jalan akses pada melalui BT
software Google Earth dan
Prakiraan Dampak Penting 7
No. Jenis Data Sumber Data Gambaran Alat Nilai
penentuan link jalan (titik sampel). Koordinat
Setelah menentukan link jalan, Reseptor 1 (TS 1)
kemudian melakukan survey lokasi 06°28'25,8" LS
dengan tujuan menentukan 110°45'00,0” BT
reseptor - reseptor yang akan
diambil koordinatnya. Reseptor Koordinat
yang dipilih yaitu berdasarkan Reseptor 2 (TS2)
bangunan – bangunan yang 06°30'46,0” LS
merupakan tempat umum dimana 110°46'54,2” BT
banyak aktivitas manusia
didalamnya seperti pemukiman. Koordinat
Dari reseptor – reseptor yang Reseptor 3 (TS 3)
sudah ditentukan tersebut, 06°27'04,0” LS
kemudian mengambil data 110°44'25,4” BT
koordinat link dan juga reseptor
dengan menggunakan GPSmap
60CSx GARMIN
3. Kecepatan Data primer: 2,3 m/detik
angin Data kecepatan angin diperoleh
dari rata – rata pengukuran setiap
jam selama 24 jam menggunakan
alat Anemometer Sanfix
4. Arah angin Data sekunder: 90o
dominan Melalui website Badan
Meteorologi, Klimatologi, dan
Geofisika (BMKG)
5. Temperatur Data primer: 33,8oC
Udara ambien menggunakan alat Anemometer
Sanfix
6. Faktor Emisi Data sekunder: Mengacu pada 1,52 gr/kg
Menggunakan standar CORINAIR Atmospheric
(European Environment Agency) Emission
Inventory
untuk kendaraan jenis HV (heavy
Guidebook 3th
vehicle antara lain: truk, bus besar, Edition
trailer) dengan bahan bakar solar
(CORINAIR, 2009)
7. Arus lalu lintas Data primer: 140,8 smp/jam
Truk angkut tersebut akan
mengangkut material dengan
frekuensi rata-rata 21 ritasi/hari,
namun dapat mencapai frekuensi
125 ritasi/hari pada saat kegiatan
konstruksi mencapai beban
puncak. Maka jika digunakan angka
beban puncak yakni 125 ritasi/hari
dengan 8 jam kerja, maka rata-rata
antara ritasi per jam adalah 16
ritasi atau sebanyak 32 per jalan
(datang dan pergi). Jenis kendaraan
berat yang digunakan adalah
adalah truk trailerd dengan

Prakiraan Dampak Penting 8


No. Jenis Data Sumber Data Gambaran Alat Nilai
dimensi 17m x 3m = 51 m2.
Sedangkan ukuran mobil
penumpang yang digunakan untuk
mengonversi ke satuan smp
(satuan mobil penumpang) adalah
Mobil Penumpang Gol. I (2,3m x
5m = 11,5 m2). Sehingga emp
(ekivalen mobil penumpang) yang
digunakan adalah 51/11,5 = 4,4.
Arus lalu lintas jalan akses = 32 x
4,4 = 140,8 smp/jam.

Setelah menyiapkan data-data yang dibutuhkan untuk menggunakan program Caline 4, maka
langkah-langkah yang dilakukan untuk menggunakan model Caline-4 adalah sebagaai berikut:
1) software dapat didownload diwebsite resmi California Department of Transportation
(Caltrans) yaitu http://www.dot.ca.gov/hq/env/air/pages/calinemn.htm
2) Pada file input Job Parameters, pertama masukkan judul pada kolom Job Title. Setelah itu
pilih tipe polutan yaitu TSP.
3) Kemudian memilih Rural (karena lokasi proyek termasuk kategori pedesaan) pada pilihan
Aerodynamic Roughness Coefficient. Setelah itu Run Type: Worst Case Wind Direction, dan
masukkan informasi pemodelan yaitu dalam bentuk satuan meter dengan ketinggian lokasi
yaitu setinggi 47 meter diatas permukaan laut.
4) Selanjutnya masuk ke file input Run Conditions. Pada bagian ini, kita memasukkan data-
data yang telah dikumpulkan sebelumnya yaitu data kecepatan angin, arah angin dominan
dan temperatur udara ambien.
5) Kemudian berpidah ke halaman berikutnya yaitu input Link Geometry. Link Geometry
merupakan tempat memasukkan data koordinat jalan.
6) Setelah itu pindah ke input file Link Activity. Pada bagian ini, kita memasukkan data arus
lalu lintas. Selanjutnya ke input file Receptor Positions.
7) Dipilihan input file receptor positions ini, masukkan data nama reseptor dan koordinatnya.
8) Setelah memasukkan semua data tersebut, selanjutnya kembali ke halaman
paling awal yaitu Job Parameters, kemudian pilih “save” karena CALINE-4
hanya dapat menjalankan hitungan ketika file tersebut telah disimpan.
Setelah file disimpan, selanjutnya pilih Run CALINE-4 untuk melihat result dari imputan
data.

Prakiraan Dampak Penting 9


9) Hasil dari CALINE-4 menunjukkan lokasi link jalan dan reseptor serta prediksi polutan TSP
yang diterima oleh setiap reseptor.

Berikut adalah hasil pemodelan penurunan kualitas udara parameter TSP berdasarkan data yang
sudah diinput:
Konsentrasi Baku Mutu
No. Lokasi sampling SKL
(µg/NM3) (µg/NM3)
Debu (TSP)
1. TS-1 221,7 2
2. TS-2 191,9 2
230
3. TS-3 137,8 3
4. TS-4 191,3 2

Dengan demikian berdasarkan hasil pengukuran pada titik jalan dan reseptor menggunakan
pemodelan Caline-4, dapat disimpulkan skala kualitas lingkungan untuk parameter TSP setelah
adanya kegiatan mobilisasi/demobilisasi peralatan dan material adalah buruk (skala 2).

Besaran dampak penurunan kualitas udara ambien (TSP) pada tahap mobilisasi/demobilisasi
peralatan/material adalah sebagai berikut:
 Kualitas lingkungan rona awal: skala 3
 Kualitas lingkungan yang akan datang dengan proyek = skala 2
 Besaran dampak = 2 – 3 = -1 (negatif atau mengalami penurunan dengan skala sangat kecil)

VI.2 Metode Prakiraan Sifat Penting Dampak

Untuk prakiraan sifat penting dampak digunakan kriteria dampak penting sesuai dengan Pasal 22
ayat (2) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup, sementara kriteria untuk menyatakan penting atau tidak pentingnya dampak menggunakan
rujukan Fandeli (1995). Kriteria-kriteria tersebut dituangkan dalam Tabel berikut:

Tabel Kriteria Sifat Penting Dampak


Kriteria Pernyataan Sifat Penting Dampak
No. Kriteria Sifat Penting Dampak
Penting (P) Tidak Penting (TP)
1. Besarnya jumlah penduduk yang akan Jumlah penduduk terkena Jumlah penduduk terkena
terkena dampak rencana usaha dampak di wilayah studi dan dampak di wilayah studi dan
dan/atau kegiatan. tidak menikmati manfaat tidak menikmati manfaat
≥10% dari penduduk di <10% dari penduduk di
wilayah studi yang menerima wilayah studi yang menerima
manfaat. manfaat.
2. Luas wilayah penyebaran dampak. Wilayah yang terkena dampak Wilayah yang terkena
≥10% batas wilayah studi. dampak < 10% batas wilayah
studi.
Prakiraan Dampak Penting 10
3. Intensitas dan lamanya dampak  Intensitas dampak lebih  Intensitas dampak lebih
berlangsung. tinggi dari baku mutu. rendah dari baku mutu.
 Untuk subkomponen  Untuk subkomponen
lingkungan yang tidak lingkungan yang tidak
mempunyai baku mutu mempunyai baku mutu
ditentukan oleh professional ditentukan oleh
judgement. professional judgement.
 Lamanya dampak ≥50%  Lamanya dampak < 50%
waktu 1 tahapan kegiatan. waktu 1 tahapan kegiatan.
4. Banyaknya komponen lingkungan Jika ada komponen lingkungan Jika tidak ada komponen lain
hidup lain yang akan terkena dampak. lain yang terkena dampak. yang terkena dampak.
5. Sifat kumulatif dampak. Menimbulkan dampak Tidak menimbulkan dampak
sekunder. sekunder.
6. Berbalik atau tidak berbaliknya  Dampak lingkungan  Dampak lingkungan tidak
dampak. berlangsung berulang kali berlangsung berulang kali
dan terus menerus selama dan tidak terus menerus
tahap kegiatan selama tahap kegiatan
(konstruksi/operasi) (konstruksi/operasi)
sehingga pada kurun waktu sehingga pada kurun
tertentu tidak dapat waktu tertentu tidak dapat
diasimilasi oleh lingkungan diasimilasi oleh lingkungan
alam atau sosial yang alam atau sosial yang
menerima. menerima.
 Beragam dampak  Beragam dampak
lingkungan bertumpuk lingkungan bertumpuk
dalam satu ruang waktu dalam satu ruang waktu
tertentu sehingga tidak tertentu sehingga dapat
dapat diasimilasi oleh diasimilasi oleh lingkungan
lingkungan alam atau sosial alam atau sosial yang
yang menerima. menerima.
 Dampak lingkungan dari  Dampak lingkungan dari
berbagai sumber kegiatan berbagai sumber kegiatan
menimbulkan efek yang tidak menimbulkan efek
saling memperkuat yang saling memperkuat
(sinergis). (sinergis).
7. Kriteria lain sesuai dengan Dampak penting negatif yang Dampak penting negatif
perkembangan ilmu pengetahuan dan ditimbulkan tidak dapat yang ditimbulkan dapat
teknologi. ditanggulangi oleh ilmu ditanggulangi oleh ilmu
pengetahuan dan teknologi pengetahuan dan teknologi
yang tersedia. yang tersedia.

Proses pengambilan keputusan untuk menyatakan dampak dianggap penting atau tidak penting
maka digunakan kriteria tambahan sebagai berikut (Fandeli, 1995):
1. Apabila kriteria nomor 1 dikategorikan penting (P), maka prakiraan sifat penting secara
keseluruhan dinyatakan penting (P);
2. Jika jumlah kriteria penting (P)>4, maka prakiraan sifat penting secara keseluruhan
adalah penting (P);

Prakiraan Dampak Penting 11


3. Jika jumlah kriteria penting (P)<4, maka prakiraan sifat penting secara keseluruhan
dinyatakan tidak penting (TP);
4. Apabila telah melampaui baku mutu lingkungan atau kriteria baku kerusakan lingkungan
maka merupakan dampak penting (P).

Derajat kepentingan dampak penurunan kualitas udara ambien (parameter TSP) pada tahap
mobilisasi/demobilisasi peralatan/material dengan berdasarkan 7 kriteria penentu tingkat
kepentingan dampak adalah sebagai berikut:

Sifat Dampak
No. Kriteria Dampak Penting Tafsiran Sifat Penting Dampak
P TP
1. Besarnya jumlah penduduk yang P Jumlah penduduk yang terkena
akan terkena dampak rencana usaha dampak adalah warga yang berada
dan/atau kegiatan. pada sebelah kiri dan kanan jalan
akses dengan jarak 5-20 meter, yaitu
masyarakat di Desa ABC adalah 26
KK dari total jumlah penduduk 165
KK (>10%)
2. Luas wilayah penyebaran dampak. TP Wilayah terkena dampak adalah
pemukiman warga di sepanjang jalan
akses pada jarak 5-20 meter (<10%
dari luas batas studi)
3. Intensitas dan lamanya dampak TP Intensitas dampaknya tidak melebihi
berlangsung. baku mutu PP No.41/1999. Kegiatan
berlangsung ±7 bulan pada Tahap
Konstruksi. Namun demikian
penurunan kualitas udara ambien
tidak akan berlangsung lama karena
bangkitan partikulat hanya terjadi
ketika kendaraan pengangkut
melintas.
4. Banyaknya komponen lingkungan P Peningkatan konsentrasi udara pada
hidup lain yang akan terkena jalur akses akan menimbulkan
dampak. dampak lanjutan terhadap
komponen kesehatan masyarakat.
5. Sifat kumulatif dampak. P Dampak yang terjadi bersifat primer
dan menimbulkan dampak sekunder.
6. Berbalik atau tidak berbaliknya TP Dampak hanya berlangsung pada
dampak. tahap konstruksi.
7. Kriteria lain sesuai dengan TP Dampak peningkatan kadar TSP
perkembangan ilmu pengetahuan secara teknologinya sudah tersedia
dan teknologi. dan dapat ditangani.

Ditinjau dari 7 kriteria sifat penting dampak, mobilisasi peralatan dan material pada Tahap
Konstruksi PLTU terhadap penurunan kualitas udara ambien (parameter TSP) masuk ke dalam
kategori dampak penting (dp).
Prakiraan Dampak Penting 12
VII. Kesimpulan
Berdasarkan hasil prakiraan dampak penting dari kegiatan mobilisasi/demobilisasi peralatan dan
material pada tahap konstruksi PLTU Anonim untuk penurunan kualitas udara khususnya
parameter TSP/debu, dapat disimpulkan bahwa kegiatan mobilisasi/demobilisasi peralatan dan
material dapat menyebabkan penurunan kualitas udara (negatif) dengan tingkat besaran dampak
sangat kecil (1) dan sifat dampak adalah dampak penting.

Prakiraan Dampak Penting 13

Anda mungkin juga menyukai