Anda di halaman 1dari 124

Mata Kuliah Pencemaran Udara

Pemantauan Emisi

Ni Made Pertiwi Jaya


pertiwi.jaya@unud.ac.id

Program Studi Teknik Lingkungan,


Fakultas Teknik, Universitas Udayana
1
Sumber Pencemar Udara

Stationary, mobile sources dan kombinasi


1. Stationary (sumber tidak bergerak)  berasal dari
suatu sumber tidak bergerak, misalnya cerobong
suatu industri
2. Mobile berasal dari sumber bergerak
–  misalnya kendaraan bermotor sepanjang jalan raya
–  Kendaraan di bukan jalan raya (pesawat, kereta api, kapal
laut, peralatan pertanian dan konstruksi)
3. Kombinasi/Sumber area integrasi dari stationary dan
mobile, misalnya kawasan industri, tempat penimbunan
sampah, kebakaran hutan/lahan

2
Latar Belakang

• Pertumbuhan ekonomi  industri dan


sumber lain
• Kegiatan mengeluarkan emisi dan
mempengaruhi kualitas udara ambien
(sekitar)
• Emisi yang tidak diatur  kualitas udara
ambien menjadi buruk

3
Pergub Bali No. 16 tahun 2016

• Konsentrasi melebihi baku mutu menyebabkan gangguan


4
pada sistem pernafasan dan kerusakan lingkungan
Pergub Bali
No. 16 tahun
2016
(Gas Buang
Kendaraan)
Dampak Polutan terhadap Kesehatan

• Iritasi pada saluran pernafasan. Hal ini dapat menyebabkan


pergerakan silia menjadi lambat, bahkan dapat terhenti sehingga
tidak dapat membersihkan saluran pernafasan.
• Peningkatan produksi lendir akibat iritasi oleh bahan
pencemar.
• Produksi lendir dapat menyebabkan penyempitan saluran
pernafasan.
• Rusaknya sel pembunuh bakteri di saluran pernafasan.
• Pembengkakan saluran pernafasan dan merangsang
pertumbuhan sel, sehingga saluran pernafasan menjadi
menyempit.
• Lepasnya silia dan lapisan sel selaput lendir

6
10

FUNGSI PENGENDALIAN
Amanah Undang-undang
11

Pasal 20 ayat 3
Setiap orang diperbolehkan
untuk membuang limbah ke
media lingkungan dengan
UU 32/2009 persyaratan:
Perlindungan dan a. Memenuhi baku mutu
Pengelolaan lingkungan hidup
Lingkungan Hidup
b. Mendapat izin dari
Menteri, Gubernur, atau
bupati/walikota sesuai
dengan kewenangannya
Kebijakan Pengendalian Pencemaran Udara (PPU)
12

1. Landasan hukum PPU


2. Persyaratan Teknis dan Administrasi
Peraturan Perundangan PPU
13
1. UU 32/2009 tentang Perlindungan & Pengelolaan Lingkungan Hidup
2. PP 41/1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara
3. KEPMENLH No:KEP-13/MENLH/1995 tentang Baku Mutu Emisi Sumber Tidak
Bergerak.
4. KEPKA-BAPEDAL No. 205/1996 tentang Pedoman Teknis Pengendalian
Pencemaran Udara
5. KEPMENLH 48/1996 tentang Baku Tingkat Kebisingan
6. KEPMENLH 49/1996 tentang Baku Mutu Getaran
7. KEPMENLH 50/MENLH/11/1996 tentang Baku Tingkat Kebauan.
8. Permen LH No. 07/2007 tentang Baku Mutu Emisi Tidak Bergerak bagi Ketel
Uap
9. Permen LH No. 21/2008 tentang Baku Mutu Emisi Tidak Bergerak bagi Usaha
dan/atau Kegiatan Pembangkit Tenaga Listrik Termal
10. Permen LH No. 13/2009 tentang Baku Mutu Emisi Tidak Bergerak bagi Usaha
dan/atau Minyak dan Gas
11. PERMENLH 12/2010 tentang Pelaksanaan Pengendalian Pencemaran Udara di
Daerah
12. Perda No. 2 Tahun 2005 ttg PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA
13. Pergub Bali No. 16 Tahun 2016 tentang Baku Mutu Lingkungan Hidup
14. dan Kriteria Baku Kerusakan Lingkungan Hidup
Persyaratan Teknis Administrasi
15

Setiap penanggungjawab jenis kegiatan wajib memenuhi ketentuan


sebagai berikut:
1. membuat cerobong emisi yang dilengkapi dengan sarana
pendukung dan alat pengaman;
2. memasang alat ukur pemantauan yang meliputi kadar dan laju alir
volume untuk setiap cerobong emisi yang tersedia serta alat ukur arah
dan kecepatan angin;
3. melakukan pencatatan harian hasil emisi yang dikeluarkan dari
setiap cerobong emisi;
4. menyampaikan laporan hasil pemeriksaan sebagaimana dimaksud
kepada Gubernur dengan tembusan kepada Kepala badan sekurang-
kurangnya sekali dalam 3 (tiga) bulan;
5. melaporkan kepada Gubernur serta Kepala Badan apabila ada
kejadian tidak normal dan/atau dalam keadaan darurat yang
mengakibatkan baku mutu emisi dilampaui
Persyaratan Teknis Administrasi
16 (cont’d)
1. wajib menyampaikan laporan hasil pemantauan setiap 3 bulan sekali baik dari
peralatan CEM kepada Gubernur/Bupati/Walikota tembusan kepada Menteri
2. wajib memasang Continuous Emissions Monitoring (CEM) pada cerobong
tertentu dan bagi cerobong yang tidak dipasang peralatan CEM wajib dilakukan
pengukuran manual dalam waktu 6 (enam) bulan sekali (industri pupuk, semen,
besi baja, pulp dan kertas, minyak dan gas);
3. wajib melakukan pengelolaan terhadap sumber-sumber yang berpotensi
sebagai sumber fugitive emission
4. melakukan pengujian emisi yang dikeluarkan dari setiap cerobong paling sedikit
1 (satu) kali selama periode operasi setiap tahunnya bagi ketel uap yang
beroperasi kurang dari 6 (enam) bulan
5. menggunakan laboratorium yang terakreditasi dalam pengujian emisi
6. melakukan pengujian emisi yang dikeluarkan dari setiap cerobong paling sedikit
2 (dua) kali selama periode operasi setiap tahunnya bagi ketel uap yang
beroperasi selama 6 (enam) bulan atau lebih
7. melakukan pengujian emisi setelah kondisi proses pembakaran stabil
Pedoman Teknis Pengendalian Pencemaran
Udara Sumber Tidak Bergerak
17

Berdasar Keputusan Kepala Bapedal No. 205/1996


Persyaratan lainnya yang wajib dilaksanakan oleh setiap penanggung jawab
usaha dan/atau kegiatan, antara lain meliputi:
1. Periode pemantauan;
2. Penetapan lokasi pemantau emisi dan udara ambien;
3. Pemasangan alat pemantauan kualitas udara emisi (CEM);
4. Pengambilan contoh uji dan analisis kualitas emisi gas buang;
5. Persyaratan cerobong, meliputi:
a) Pengaturan cerobong.
b) Lubang sampling.
c) Sarana pendukung.
d) Unit pengendalian pencemaran udara, meliputi:
1. Electrostatic Precipitator.
2. Siklon
3. Pengumpul proses basah (Wet Process Collector)
4. Cartridge Collector
5. Baghouse
18

MANFAAT PENGENDALIAN EMISI


Penelitian dan Pemantauan
19

• Keserasian antara faktor-faktor sumber emisi, pengaruh/


dampak, kondisi sosial, ekonomi dan politik
• Melakukan pengkajian dan identifikasi mengenai macam
sumber, pola penyebaran dan dampaknya
• Mengetahui dan mengkomunikasikan tentang pentingnya
pengelolaan pencemaran udara dengan
mempertimbangkan keadaan sosial lingkungan yang
berhubungan dengan demografi, sosial ekonomi, budaya
dan psikologi
METODE PENGUMPULAN EMISI
20

PENDEKATAN PERHITUNGAN EMISI


:
Mass Balance
Faktor emisi
Pengukuran
Langsung
Ditentukan berdasarkan
karekteristik sumber
emisi
Dimaksudkan untuk:
Mengetahui pemenuhan Baku Mutu
Pengukuran tingkat Emisi
Mengetahui efektifitas Pengendalian
dan Peralatan
Sampling dan Pemantauan

• Perlu untuk evaluasi dan pengendalian


• Perlu untuk pengelolaan lingkungan hidup
 RKL-RPL (bagian dari Amdal)

Pict sorce:
21
http://airtechenv.com/wp-content/uploads/2013/01/Sampling_1.jpg
Tujuan Sampling Sumber (Spesifik)
22

• Memperoleh data emisi  inventarisasi emisi


• Identifikasi sumber dominan area tertentu
• Cek ketaatan pada peraturan  PROPER..?
• Membantu pemilihan peralatan pengendali
• Menentukan efisiensi alat pengendali emisi
23

ALAT PENGENDALI EMISI


Tipe
24

• Alat pengendali partikulat


• Alat pengendali gas
Pengendali Partikulat
25

1. Siklon
2. Electrostatic Precipitator
3. Scrubber
4. Filter
Pengendali Gas
26

1. Absorpsi
2. Adsorpsi
3. Pembakaran/oksidasi
4. Kondensasi
Gravitasi
27

gravitational settling 
the difference in mass of
the aerosol and the
carrying gas
Typical simple fabric filter baghouse design
28
Filter
29

Kelebihan Fabric filter yaitu:


1) Efisiensinya cukup tinggi walaupun untuk partikulat yang kecil
2) Dapat dioperasikan pada kondisi partikulat yang berbeda-beda.
3) Dapat dioperasikan dalam volume alir yang berbeda-beda.
4)Memerlukan kehilangan tekanan yang relatip rendah
Kekurangan Fabric filter yaitu:
5) Memerlukan lantai yang luas.
6) Material fabrics dapat rusak bila beroperasi pada suhu
yang tinggi
dan juga korosi
3) Tidak dapat beroperasi pada keadaan basah (moist).
4) Kadang-kadang dapat terbakar atau meledak.
Reverse-flow cyclones
30
Siklon (separator)
31

a. Kelebihan penggunaan siklon antara lain:


a) harganya cukup murah;
b) tidak banyak bagian-bagian yang berputar; dan
c) dapat digunakan dalam segala kondisi suhu operasi
b. Kekekurangan penggunaan siklon antara lain:
a) Hanya untuk ukuran partikel tertentu (relatip besar);
b) Baku mutu konsentrasi partikulat yang telah
c) ditetapkan oleh Pemerintah tidak dapat
dipenuhi hanya dengan pengontrolan melalui siklon
Electrostatic Precipitator
32
Electrostatic Precipitator
33
Electrostatic Precipitator
34

Kelebihan pemakaian EP antara lain:


1) Menghasilkan efisiensi yang sangat tinggi, walaupun untuk partikulat yang
sangat kecil.
2) Dapat menangani volume gas yang besar dengan kehilangan tekanan yang
kecil.
3) Dapat bekerja pada material kering ataupun basah (fumes, mists).
4) Dapat didesain pada berbagai tingkat suhu operasi
5) Rendah biaya operasinya kecuali pada efisiensi yang sangat tinggi
Kekekurangan pemakaian EP adalah:
6) Biaya kapital yang tinggi
7) Tidak begitu fleksibel, sekali pasang harus menggunakan
kondisi operasi yang sama.
8) Perlu tempat yang luas
9) Tidak bisa untuk partikulat yang mudah terbakar, dan cenderung sticky
35
36
Scrubber
37
38
Adsorpsi
39
Kondensasi
40
Oksidasi (Pembakaran)
41
Pencegahan Pencemaran di Hulu
46

Modifikasi Proses

Modifikasi Bahan Bakar

Modifikasi Bahan Baku

Modifikasi Operasi
47

PENGAMBILAN SAMPEL UJI EMISI


PERSYARATAN CEROBONG
48

1. Tinggi cerobong sebaiknya 2 – 2,5 kali tinggi bangunan sekitarnya


sehingga lingkungan sekitarnya tidak terkena turbulensi
2. Kecepatan aliran gas dari cerobong sebaiknya lebih besar dari 20
m/detik sehingga gas-gas yang keluar dari cerobong akan terhindar
dari turbulensi
3. Gas-gas dari cerobong dengan diameter lebih kecil dari 5 feet dan
tinggi kurang dari 200 feet akan mengakibatkan konsentrasi di
bagian bawah akan menjadi tinggi
4. Konsentrasi maksimum bagian permukaan tanah dari cerobong gas
- gas (agar terjadi difusi) biasanya terjadi pada jarak 5-10 kali
tinggi cerobong downwind
PERSYARATAN CEROBONG-Lanjutan
49

6. Konsentrasi maksimum zat pencemar berkisar antara 0.001 - 1 % dari


konsentrasi zat pencemar dalam cerobong.
7. Konsentrasi di permukaan dapat dikurangi dengan menggunakan
cerobong yang tinggi
8. Variasi konsentrasi pencemar pada permukaan akan berbanding
terbalik dengan kwadrat tinggi cerobong efektif
9. Warna cerobong harus mencolok sehingga mudah terlihat.
10. Cerobong dilengkapi dengan pelat penahan angin yang melingkari
cerobong secara memanjang ke arah ujung atas
PERSYARATAN CEROBONG-Lanjutan
50

1. Puncak cerobong sebaiknya terbuka. jika pihak industri


meganggap perlu untuk memberipenutup (biasanya
cerobong kecil/rendah) maka penutup berbentuk segitiga terbalik
(terbuka keatas)
2. Setiap cerobong diberi nomor dan dicantumkan dalam
denah industry Di sekitar cerobong sebaiknya dilengkapi
dengan tempat parkir sehingga kendaraan sampling dapat sedekat
mungkin dengan lubang sampling
3. Apabila cerobong tidak sesuai dengan ketentuan diatas
{untuk industri yang beroperasi sebelum dan sejak tahun
1995), maka perlu dilakukan modifikasi perlakuan gas buang:
mengubah kecepatan serta temperatur gas, sehingga akan
diperoleh tinggi cerobong efektif yang lebih tinggi.
51 PERSYARATAN LUBANG
PENGAMBILAN
1.Lubang pengambilan sampei yang mampu mendapatkan data yang
SAMPEL
akurat dan ekonomis,dengan persyaratan sebagai berikut:
• lokasi lubang pengambilan sampel sebaiknya pada posisi dua
bagian dari ujung bawah dan delapan bagian dari bawah;
• diameter lubang pengambilan sampel sekurang-kurangnya
sepuluh sentimeter:
2. Lubang pengambilan sampel harus memakai tump dengan
sistem pelat flange yang dilengkapi dengan baut.
3. Arah lubang pengambilan sampel tegak lurus dinding
cerobong
Persyaratan Sarana Pendukung
52

1. Tangga besi dan selubung pengaman berupa pelat besi;


2.lantai kerja (landasan pengambilan sampel) dengan
ketentuan sebagai berikut:
• dapat mendukung beban minimal 500 kilogram;
• keleluasaan kerja bagi minimal tiga orang;
• lebar lantai kerja terhadap lubang pengambilan sampel
adalah 1,2 meter dan
• melingkari cerobong
• pagar pengaman setinggi satu meter;
• dilengkapi dengan katrol pengangkat alat pengambilan
sampel.
Persyaratan Sarana Pendukung-
53 lanjutan
3. Stop kontak aliran listrik yang sesuai dengan peralatan yang
digunakan. yaitu Voltase 220 V,30 A, Single phase, 50 Hz AC.
4. Penempatan sumber aliran listrik dekat dengan lubang
pengambilan sampel
5. Sarana dan prasarana pengangkutan serta perlengkapan keamanan
pengambilan sampel bagipetugas disediakan oleh
industri
Penempatan Lubang Sampling pada
54
Cerobong
Persyaratan Cerobong
55

1. Untuk cerobong berbentuk lingkaran, titik


lubang sampling berada di antara minimal 8 x
diameter stack (ds) untuk downstream dan 2x
2xD diameter stack (Ds) untuk upstream
2. Lubang pengambilan sampel harus memakai
tutup dengan sistem plate flange dilengkapi
dengan baut dan arah lubang pengambilan
sampel tegak lurus dinding cerobong
3. Diameter lubang pengambilan sampel
sekurang-kurangnya 10 cm atau 4 inch
4. Pemeriksaan sarana pendukung sampling:
8xD lubang, tangga, lantai kerja, pagar pengaman,
sumber listrik
Letak Lubang Sampling
56
Letak Lubang Sampling Genset/Boiler
57
Letak Lubang Sampling Genset/Boiler
58
Sarana Pendukung
59
Prinsip Pengambilan Sampel Emisi
60

Pengambilan sampel dilakukan pada bagian


cerobong yang berukuran:
8x diameter cerobong bawah atau
2x diameter cerobong atas
bebas dari gangguan aliran seperti bengkokan,
ekspansi atau penyusutan aliran di cerobong

Slide berikut akan menjelaskan cara


menghitung diameter cerobong
Cerobong Berpenampang empat persegi panjang

• Dalam contoh ini cerobong berpenampang empat


persegi panjang adalah yang dengan penyempitan atau
pelebaran luas penampang
• Diameter ekuivalen (De) dapat ditentukan dengan
rumus sebagai berikut :
2𝐿𝑊
𝐷𝑒 =
𝐿+𝑊
Keterangan :
De = diameter ekivalen (m)
L = Panjang cerobong
W = Lebar cerobong
Pict source: 61
www.c2.staticflickr.com/4/3692/10673835254_5841538a9a_b.jpg
Cerobong Berpenampang Lingkaran

• Dalam contoh ini cerobong


berpenampang lingkaran dengan
adanya penyempitan atau pelebaran
diameter
• Untuk cerobong dengan diameter
dalam cerobong atas (d) lebih kecil
dari pada diameter dalam cerobong
bawah (D), diameter ekivalen (De)
ditentukan dengan perhitungan
sebagai berikut :
2𝑑𝐷
𝐷𝑒 =
𝑑+𝐷
Keterangan :
De = diameter ekivalen
D = diameter dalam cerobong
bawah
d = diameter dalam cerobong atas

Pict source:
http://blh.lamandaukab.go.id/index.php/public/info/detail/
62
berita/25
lubang pengambilan contoh
uji, dilengkapi dengan plate
flange.

63
http://www.activeset.org/photos/jogel/emissions_test_600.jpg
Teknis
• Diperlukan tangga dan cat walk untuk
sampai pada lubang titik pengambilan
sampel
• 2D dari Down Stream atau 8D dari Up
Stream
• D : Diameter Cerobong
• Diameter lubang sampling = 10-15
cm
• Misal :
• Diameter cerobong = 80 cm , tinggi
cerobong 20 m
• 2D = 2 x 80 cm = 160 cm ≈ 1.5 m
• 8D = 8 x 80 cm = 640 cm ≈ 6.5 m

http://www.watercarelabs.co.nz/SiteColle
ctionImages/DSC000331.jpg?Width=460
Teknis

https://alenhyp05.wordpress.com/lubang-sampling-
emisi-boiler/ 65
Teknis

• Setelah lubang sampling tersedia pengukuran


emisi boiler dapat dilakukan oleh perusahaan
jasa / instansi yang telah terakreditasi KAN

Pict source:
66
https://klipingbekasi.files.wordpress.com/2012/07/dsc07873-1-640.jpg
Penentuan Titik-titik Lintas
67

• Cerobong berpenampang bentuk lingkaran setiap


titik-titik lintas pengukuran harus dipilih
pada lokasi seperti pada tabel berikut, dengan
menyesuaikan diameter cerobong yang diukur
68

• Jumlah titik-titik lintas pengukuran paling


sedikit 4 titik untuk diameter cerobong
<1m
• Dan paling banyak 20 titik untuk diameter
cerobong >4,5 m
• Masing-masing titik lintas pengukuran
mewakili lokasi dengan luasan yang sama
besar.
69
Pengambilan Sampel secara Kontinu
70

• Continuous analyzers are now more


widely used than manual methods 
CEMS
• CEMS  Continuous Emission Monitoring
System
Penggunaan CEMS
71

Keputusan Menteri Lingkungan Hidup no. 13


tahun 1995, 4 jenis industri wajib memantau
dengan CEMS (Continuous Emission
Monitoring System) yaitu:
1. Industri Besi dan Baja,
2. Industri Pulp dan Kertas,
3. Pembangkit Listrik (PLTU) Berbahan Bakar
Batubara
4. Industri Semen
CEMS
72

http://dayatotalsejatigrup.blogsp
ot.co.id/2013/12/stack-gas-
analyzer-system-cems.html
CEMS

http://dayatotalsejatigrup.blogspot.co.id/2013
73
/12/stack-gas-analyzer-system-cems.html
Kondisi Kualitas Udara Perkotaan
74
Spesifikasi Insinerator (1/2)
75

1. nama pabrik pembuat dan nomor model;


2. jenis insinerator;
3. dimensi internal dari unit insinerator termasuk luas
penampang zona/ruang proses pembakaran;
4. kapasitas udara penggerak utama (prime air mover);
5. uraian mengenai sistem bahan bakar (jenis/umpan);
6. spesifikasi teknis dan desain dari nozzle dan burner;
7. termperatur dan tekanan operasi di zona/ruang
bakar;
Spesifikasi Insinerator (2/2)
76

1. waktu tinggal Limbah dalam zona/ruang pembakaran;


2. kapasitas blower;
3. tinggi dan diameter cerobong;
4. uraian peralatan pencegah pencemaran udara dan peralatan
pemantauan emisi cerobong (stack/chimney);
5. tempat dan deskripsi dari alat pencatat suhu, tekanan, aliran dan
alat-alat pengontrol yang lain; dan
6. deskrikpsi sistem pemutus umpan limbah yang bekerja
otomatis.
Data Teknis Insinerator
77

1. Temperatur ruang bakar utama (primary


chamber) dan temperatur ruang bakar
kedua (secondary chamber)
2. ketinggian cerobong.
3. Fasilitas pengambilan contoh uji emisi
berupa lubang pengambilan contoh uji
yang memenuhi kaidah dan fasilitas
penunjangnya (tangga, platform, dll)
Data Teknis Insinerator
78
Pemantauan Emisi Insinerator (1/2)
79

secara terus menerus mengukur dan mencatat:


1. suhu di zona/ruang bakar;
2. laju umpan limbah (waste feed rate);
3. laju bahan bakar pembantu;
4. kecepatan gas saat keluar dari daerah pembakaran;
5. konsentrasi karbon monoksida, karbon dioksida,
nitrogen, sulfur dioksida, oksigen, HCl, Total
Hidrokarbon (THC) dan partikel debu di cerobong
(stack/chimney); dan
6. opasitas.
Pemantauan Emisi Insinerator (2/2)
80

2)secara berkala mengukur dan mencatat konsentrasi


POHCs, PCDDs, PCDFs, PICs, dan logam berat
Di cerobong
3)memantau kualitas udara sekeliling dan kondisi
meteorologi paling sedikit 2 (dua) kali dalam sebulan,
yang meliputi :
a) arah dan kecepatan angin;
b) kelembapan;
c) temperatur; dan
d) curah hujan.
Pelaporan Emisi Insinerator
81

1. melaporkan hasil pengukuran emisi cerobong yang telah


dilakukan selama 3 (tiga) bulan terakhir sejak digunakan
dan dilakukan pengujian kembali setiap 3 (tiga) tahun
untuk menjaga nilai minimum DRE;
2. konsentrasi paling tinggi untuk emisi sebagaimana
tercantum dalam Tabel 2 dan nilai paling rendah DRE
(efisiensi penghancuran dan penghilangan)

Pelaporan data-data diatas dilakukan setiap 6 (enam) bulan


kepada Kementerian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan.
Baku Mutu Emisi Udara dari Insinerator
82

Kadar paling
tinggi pada
Tabel di atas
dikoreksi
terhadap 10%
oksigen (O2)
dan kondisi
normal (25
0C, 760 mm
Hg) dan berat
kering (dry
basis)
83

PELAPORAN
Pelaporan
84

• Pelaporan emisi harus dilakukan kepada


Pemerintah pusat dan setempat
• Sebelumnya bisa dilakukan Evaluasi
Mandiri (Self Assessment - SA):
Pengukuran Manual vs Pengukuran
CEMS  PROPER
Format Pelaporan dan Baku Mutu Emisi
85 (BME)
• Permen LH ttg baku mutu emisi spesifik
– BME 21/2008 ttg BME STB bagi Usaha dan/atau Keg. pembangkit
Termal
– BME 13/2009 ttg BME STB bagi usaha dan/atau Keg. Minyak dan Gas
Bumi
• BME Kegiatan Tambang (termasuk genset)
– Kepmen 12/2012 ttg Pedoman Penghitungan Beban Emisi Keg.Industri
Minyak dan Gas Bumi
– Permen LH No 07/2012 bagi usaha dan/atau kegiatan Industri Rayon
• BME Dalam Dok. Lingkungan AMDAL/UKL-UPL
• Peraturan Gubernur
• Tidak ada dlm 1 dan 2 digunakan Kepmen No. 13/1995
Lampiran V.B., kecuali Genset mengacu kepada PerMenLH No. 13
Tahun 2009 Lampiran 1.a.
Format Pelaporan
86

 Sumber Emisi
 Kapasitas Produksi (ton/hari)
 Waktu operasional (jam)
 Flow rate gas (m3/s)
 Mass Flow (kg/h)
 Dimensi cerobong (m)

 Kelengkapan sarana
sampling (tangga dlsb)
 Parameter Pengujian
 Konsentrasi Terukur dan
 Terkoreksi
 Metoda Analisa
 Kec. Laju Alir Gas (m/s)
 Nilai dan Acuan Baku mutu
Format Pelaporan (Lanjutan)
90

• Form Pengendalian Pencemaran Udara,


mengacu ke Permen LH No.21 tahun 2008,
lampiran VII,VIII dan IX.
Frekuensi Pelaporan
91

Pelaporan Rutin :
• 3 bulanan untuk data CEM
•6 Bulanan untuk data pengukuran manual
Pelaporan kondisi abnormal atau Darurat :
• PPA &PPU PermenLH No.08 tahun 2009 dan
PermenLH No.21 tahun 2008
• Abnormal 2X 24 jam
• Darurat 1 X 24 jam
92

EVALUASI MANDIRI (SELF ASSESSMENT –


SA)
Jenis Isian Form SA
93

1. Inventarisasi sumber emisi


1. Sumber emisi yang dipantau
2. Sumber emisi yang tidak dipantau
2. Inventarisasi Titik Penaatan
3. Ketaatan parameter dan baku mutu (secara
manual
4. Pelaporan hasil pemantauan secara manual
5. Pelaporan hasil pemantauan CEMS
6. Perhitungan beban emisi GRK
7. Ketentuan teknis
Form SA Pengukuran Manual
94

1. Inventarisasi Sumber Emisi (a), Titik


penaatan (b)
2. Ketaatan Parameter-Pelaporan-Baku
Mutu
3. Perhitungan Beban Emisi GRK
4. Ketentuan Teknis
5. Beban Pencemaran
(1) Inventarisasi Emisi
95

• Inventarisasi seluruh cerobong emisi perusahaan dan


periksa semua sumber emisi cerobong baik dari kegiatan
proses produksi maupun utilitas (boiler dan genset)
• Buat identifikasi masing – masing cerobong :
– bahan bakar yang dipergunakan,
– Waktu operasi
– dimensi cerobong (Diameter, Panjang, Lebar),
– posisi De/D,
– posisi lubang sampling dan sarana teknis.
– Dipantau atau tidak
(1) Inventarisasi Emisi
96

1. Nama sumber emisi


2. Kode sumber emisi
3. Lokasi
4. Titik koordinat
5. Kapasitas sumber emisi
6. Bahan bakar (gas, minyak, batu bara)
7. Waktu operasi (jam/tahun)
8. Bentuk cerobong (kotak, silinder/kerucut)
9. Posisi lubang sampling (D/De  meter)
10. Alat pengendali
11. Data pemantauan seluruh cerobong
(1a) Inventarisasi Sumber Emisi
97
(1b) Titik Penaatan
98
99
(2) Ketaatan thd Parameter dan Baku
Mutu
(2) Ketaatan thd Parameter dan Baku
100
Mutu
• Permen LH ttg baku mutu emisi spesifik
– BME 21/2008 ttg BME STB bagi Usaha dan/atau Keg. pembangkit
Termal
– BME 13/2009 ttg BME STB bagi usaha dan/atau Keg. Minyak dan Gas
Bumi
• BME Kegiatan Tambang (termasuk genset)
– Kepmen LH No 133 Tahun 2004 ttg BME usaha/kegiatan pupuk
– Kepmen 12/2012 ttg Pedoman Penghitungan Beban Emisi Keg.Industri
Minyak dan Gas Bumi
– Permen LH No 07/2012 bagi usaha dan/atau kegiatan Industri Rayon
• BME Dalam Dok. Lingkungan AMDAL/UKL-UPL
• Peraturan Gubernur
• Tidak ada dlm 1 dan 2 digunakan Kepmen No. 13/1995
Lampiran V.B., kecuali Genset mengacu kepada PerMenLH No. 13
Tahun 2009 Lampiran 1.a.
Pergub Jatim No. 10 Tahun 2009
101

1. Industri Logam dan


9. Sejenisnya
Ketel uap berbahan bakar
2. biomassa
Industri berupa
Pulp bagas/ampas
dan
dan/atau daun tebu kering
10. kertas
Ketel uap bahan bakar biomassa
3. lainnya
Industri semen
11. Ketel uap bahan bakar biomassa
4. Industri
berupa pengolahan
serabut dan/atau cangkang
kayu
12. Ketel uap bahan bakar batu bara
5. Industri pupuk amonium
13. sulfat
Ketel uap(ZA)
bahan bakar minyak
6.
14. Industri
Ketel pupuk
uap bahan urea
bakar gas
7.
15. Industrieksplorasi
Kegiatan pupuk fosfat
dan produksi
minyak dan gas
8. Industri pupuk asam fosfat
16. dan hasil
Kegiatan samping
kilang minyak
17.
9. Kegiatan
Industrikilang
pupukLNGmajemuk
10.
18. Industriunit
Kegiatan karbit
penangkapan sulfur
11.
19. Industri
Industri cat jenis lainnya
kegiatan
12. Industri gula
(2) Ketaatan thd Parameter dan Baku
Mutu

Ketentuan Penulisan Nilai Konsentrasi:


1.Ditulis angka sesuai yang tertera pada sertifikat hasil uji
2.Jika nilai konsentrasi dibawah limit deteksi, maka
ditulis:

“< angka limit deteksi” (contoh: <0.005) atau “ttd” 102


Pelaporan Hasil Pemantauan secara Manual
103
• Ketaatan terhadap Jumlah data per-parameter yang dilaporkan
Pelaporan kondisi abnormal atau Darurat :
• PPA &PPU PermenLH No.08 tahun 2009 dan PermenLH No.21 tahun 2008
• Abnormal 2X 24 jam
• Darurat 1 X 24 jam
Format Pelaporan
104
 Sumber Emisi
 Kapasitas Produksi (ton/hari)
 Waktu operasional (jam)
 Flow rate gas (m3/s)
 Mass Flow (kg/h)
 Dimensi cerobong (m)
 Kelengkapan sarana
sampling (tangga dlsb)
 Parameter Pengujian
 Konsentrasi Terukur dan
 Terkoreksi
 Metoda Analisa
 Kec. Laju Alir Gas (m/s)
 Nilai dan Acuan Baku mutu
Format Pelaporan – Permen LH 13 Thn 2009
105
Frekuensi Pelaporan
106

Pelaporan Rutin :
• 3 bulanan untuk data CEM
•6 Bulanan untuk data pengukuran manual
Pelaporan kondisi abnormal atau Darurat :
• PPA &PPU PermenLH No.08 tahun 2009 dan
PermenLH No.21 tahun 2008
• Abnormal 2X 24 jam
• Darurat 1 X 24 jam
Contoh Hasil Pengukuran dari Lab
107 Terakreditasi
108
(3) Menghitung Beban Emisi Gas
Rumah Kaca (GRK)
Menghitung Beban Emisi (Lanjutan) :
menggunakan data sampling emisi
109
cerobong
• Data Cerobong
– Dimensi stack (cerobong): h (tinggi, m) , d (diameter,m)
– untuk menentukan luas penampang

𝐴 = 1/4 𝜋𝑑 2 = 𝜋𝑟2(penampang lingkaran)


A = (Panjang x lebar) (penampang segi empat)
–Kecepatan laju alir gas buang di cerobong : V(m/detik) Laju
alir gas buang : Q = V. A = (m/detik) x (m2) = (m3/detik)
• Konsentrasi parameter gas buang : C (mg/m3)
• Beban emisi : E = C . Q
(mg/detik) = (mg/m3) x (m3/detik)
• Beban emisi : mg / detik dikonversi ke kg/tahun
(mg/detik) * 10-6 (kg/mg) * 3600 (detik/jam) * Operasional
(jam/tahun)
Equivalent CO2
110
100-year • Kolom paling kanan 
Greenhouse Gas Formula GWP seberapa besar gas tsb
(AR4) akan menghangatkan
Carbon dioxide CO2 1 bumi selama 100 tahun
dibandingkan CO2 [3]
Methane CH4 25
• Cth, Sulfur
Nitrous oxide N2O 298 Hexaflorida, SF6, yang
Sulphur hexafluoride SF6 22,800 biasanya diisikan ke
Hydrofluorocarbon-23 CHF3 14,800 bola tenis, pelepasan gas
ini ekivalen dengan
Hydrofluorocarbon-32 CH2F2 675
22.800 kg CO2! 
Perfluoromethane CF4 7,390 pelepasannya 1 kg saja
Perfluoroethane C 2 F6 12,200 ~ menyetir lima (5)
Perfluoropropane C 3 F8 8,830
mobil sekaligus selama
setahun tanpa henti! [4]
Perfluorobutane C4F10 8,860
Perfluorocyclobutane c-C4F8 10,300
Perfluoropentane C5F12 13,300
Perfluorohexane C6F14 9,300
(4) Ketentuan Teknis
111
(5) Beban Pencemaran
112

• Debit gas buang (m3/jam) x konsentrasi


(mg/m3) x jam operasi (jam/tahun)
Form SA Pengukuran CEMS
113

1. Inventarisasi titik Penaatan


2. Pelaporan Baku Mutu CEMS
3. 3a-3h Pelaporan CEMS SOx, partikulat,
NOx, CS2 (carbon disulfide), H2S, Cl2,
TRS (Total Reduced Sulfur), ClO3
4. 4a. Perhitungan Beban Emisi CEMS, 4b.
Perhitungan Beban Emisi GRK
5. Ketentuan Teknis
(1) Inventarisasi Titik Penaatan CEMS
114

1. Nama sumber emisi yang dipasang CEMS


2. Kode cerobong
3. Kapasitas sumber emisi
4. Alat pengendali emisi
5. Bahan bakar
6. Waktu operasi
7. Lokasi
8. Koordinat
9. Bentuk cerobong
10. Tinggi/panjang cerobong
11. Diameter cerobong
12. Posisi
13. Data pemantauan
14. Keterangan
(1) Inventarisasi Titik Penaatan CEMS
115
(2) Pelaporan Baku Mutu CEMS
116

• Ketaatan pemantauan CEMSJumlah data


parameter pemantauan harian CEMS selama
3 bulan
• Jumlah data pemantauan yang memenuhi
baku mutu CEMS
(2) Pelaporan Baku Mutu CEMS - Lanjutan
117

Diisi jumlah data pemantauan tiap


3 bulan
(3a) Pelaporan CEMS NOx
118
(3b) Pelaporan CEMS Partikulat
119
Pelaporan CEMS Parameter Lainnya
120

1. Pelaporan CEMS Partikulat


2. Pelaporan CEMS NOx
3. Peraturan baku mutu yang diacu
4. Pelaporan CEMS CS2
5. Pelaporan CEMS H2S
6. Pelaporan CEMS Cl2
7. Pelaporan CEMS Total Sulfur Tereduksi
(TRS)
8. Pelaporan CEMS ClO3 (Klorin Trioksida)
(4a) Perhitungan Beban Emisi CEMS

1. Nama sumber emisi


2. Kode cerobong
3. Luas penampang
4. Parameter yang dipantau
5. Hasil perhitungan beban emisi
6. Jumlah beban emisi
121
(4b) Perhitungan Beban Emisi GRK
122

1. Nama sumber gas emisi


2. Parameter
3. Beban emisi tahun 2013
4. Beban emisi tahun 2014
(5) Ketentuan Teknis
123
(5) Ketentuan Teknis
124
125

PENGAWASAN
Tujuan Pengawasan
126

Untuk mengetahui tingkat ketaatan suatu


usaha dan/atau kegiatanterhadap ketentuan
dalam peraturan perundang-undangan di
bidangperlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup maupun perizinan
lingkungan
~ Permen LH No 12 Tahun 2010 Lampiran VIII ~
Instansi yang Mengawasi
127

• Kementerian Lingkungan Hidup,


• Instansi lingkungan hidup provinsi atau
kabupaten/kota
Kewenangan Pengawas
128

Berdasarkan ketentuan Pasal 74 ayat (1) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009


tentang Perlidungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, PPLHD berwenang:
1. Melakukan pemantauan
2. Meminta keterangan
3. Membuat salinan dari dokumen dan/atau membuat catatan yang
diperlukan
4. Memasuki tempat tertentu
5. Memotret
6. Membuat rekaman audio visual
7. Mengambil sampel
8. Memeriksa peralatan
9. Memeriksa instalasi dan/atau alat transportasi
10. Menghentikan pelanggaran tertentu.
Prosedur Pengumpulan Data
129

1. Menyampaikan fakta lapangan yang mencakup hal- hal


sebagai berikut: hasil analisa sampel, foto-foto, salinan
dokumen, pernyataan dari saksi dan pengamatan
personel.
2. Mengevaluasi jenis data dan informasi yang
dibutuhkan
3. Mengikuti prosedur rangkaian pengambilan
sampel.
4. Mengambil, menjaga dan memelihara
data/informasi
5. Menulis laporan pengawasan dengan jelas, obyektif dan
informatif
Kegiatan Persiapan Pengawasan
130

1. Menyusun data yang ingin didapat dari pengawasan (profil


industri, kesesuaian dengan peraturan dan izin lingkungan:
AMDAL, UKL-UPL dan lainnya)
2. Kelengkapan administrasi
1. Surat pemberitahuan kunjungan
2. Surat tugas pengawas
3. Formulir berita acara
– Formulir Berita Acara Pengawasan.
– Formulir Berita Acara Penolakan Pengawasan.
– Formulir Berita Acara Pengambilan Foto/Video.
– Formulir Berita Acara Penolakan Pengambilan Foto/Video.
– Formulir Berita Acara Pengambilan Sampel
– Formulir Berita Acara Penolakan Pengambilan Sampel.
4. Konfirmasi dengan pihak laboratorium (jika sampling)
Kegiatan Pelaksanaan Pengawasan
131

1. Persiapan
2. Proses masuk ke perusahaan
3. Pertemuan pendahuluan
4. Pengumpulan data dan informasi
5. Pemeriksaan Fasilitas Pengendalian
Pencemaran Udara
Pengumpulan Data/Informasi
132
Pengumpulan Data/Informasi
133
134

PENUTU
P
References

1. Vallero D. (2008) Fundamental of Air Pollutions. 4th Edition,


Elsevier, New York
2. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 5 tahun 2006 tentang
Ambang Batas Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor Lama
3. Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC), Fourth
Assessment Report (AR4), Working Group 1 (WG1), Chapter 2,
Changes in Atmospheric Constituents and in Radiative Forcing, Table
2.14, page 212,
http://www.ipcc.ch/publications_and_data/publications_ipcc_fourth
_assessment_report_wg1_report_the_physical_science_basis.htm
4. US Environmental Protection Agency, Clean Energy, Calculations and
References, http://www.epa.gov/cleanenergy/energy-
resources/refs.html

136

Anda mungkin juga menyukai