Anda di halaman 1dari 50

DOKUMEN STANDAR TEKNIS PEMENUHAN

BAKUMUTU AIR LIMBAH


RS BHAYANGKARA TK III PADANG

2022
BAB I
DESKRIPSI KEGIATAN

1.1 Jenis dan Kapasitas Usaha dan/atau Kegiatan


Tabel 1.1 Profil Rumah Sakit
Nama Penanggung Sumaterab : dr. ANDREAN LESMANA, M.Ked (Paru),
Sp.P
NIK : 1371110708800005
NRP : 80081452
Jabatan : KARUMKIT BHAYANGKARA TK III
PADANG
Alamat Penanggung Sumaterab : JLN. JATI NO. 01 PADANG
Nama Kegiatan : PELAYANAN KESEHATAN (RUMAH
SAKIT)
Alamat Kegiatan : JLN. JATI NO. 01 PADANG
NPWP Rumah Sakit : 00.119.230.1-205.000
Surat Tanah : Mo.Pol: SKEP/37/I/1991
Ijin Penyimpanan Limbah B3 : 660/14.55/P2HL-DLH/VII/2022
Izin usaha/Kegiatan (Existing) : 1284000232223
Jenis Kegiatan : PELAYANAN KESEHATAN
Tahun Mulai Operasi : 1990
Kapasitas / Jumlah Bed : 100 UNIT

Kegiatan pembangunan di Indonesia senantiasa harus berwawasan lingkungan,


sehingga diharapkan dapat diwujudkan pembangunan yang berkelanjutan (sustainable
development). Untuk itu pemerintah telah mengeluarkan ketetapan peraturan perundangan,
bahwa setiap kegiatan pembangunan yang menimbulkan dampak penting harus dilakukan
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL). Hal ini sebagaimana tertuang dalam
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor
P.38/Menlhk/Setjen/Kum.1/7/2019 tentang jenis usaha dan atau kegiatan yang wajib
memiliki Analisis Mengenai Dampak Lingkungan. Kegiatan pembangunan di bidang
kesehatan pun menimbulkan dampak terhadap lingkungan. Oleh karena itu, rumah sakit
termasuk ke dalam usaha yang wajib memiliki Analisis Mengenai Dampak Lingkungan.
Rumah Sakit Umum milik Polisi sebagai lembaga kesehatan bertujuan untuk
menyelenggarakan pelayanan kesehatan bagi masyarakat umum. Namun, tidak dapat
dipungkiri bahwa kegiatannya dapat menimbulkan dampak, baik positif maupun negatif
terhadap lingkungan. Dampak positif yang mungkin timbul diantaranya adalah terbukanya
kesempatan kerja, peluang berusaha, serta meningkatnya kesadaran dan kualitas pelayanan
kesehatan. Sedangkan dampak negatif yang diprakirakan timbul diantaranya berupa
pencemaran air akibat pembuangan limbah aktivitas Rumah Sakit. Terjadinya infeksi HAIs
(Healthcare Associated Infections) terhadap sesama penderita maupun pengunjung, dan
terjadinya dampak kumulatif sebagai akibat pemakaian bahan-bahan berbahaya dari unit-unit

2 DOKUMEN STANDAR TEKNIS PEMENUHAN BMAL


pelayanan penunjang. Timbulnya dampak-dampak negatif tersebut apabila tidak ditangani
secara benar dapat menimbulkan citra negatif terhadap Rumah Sakit.
Kegiatan pelayanan kesehatan masyarakat di rumah sakit disamping memberikan
kesembuhan atau peningkatan derajat kesehatan masyarakat juga menghasilkan sejumlah
hasil sampingan. Hasil sampingan tersebut berupa cairan, dan gas yang banyak mengandung
kuman patogen, zat kimia yang beracun, zat radioaktif dan zat lain. Apabila pengelolaan
bahan buangan tidak dilaksanakan dengan baik secara sanitasi, maka akan menyebabkan
gangguan terhadap kelompok masyarakat disekitar rumah sakit serta lingkungan didalam dan
di luar rumah sakit. Agen penyakit yang dihasilkan oleh kegiatan pelayanan kesehatan di
rumah sakit memasuki media lingkungan melalui air (air kotor dan air minum), udara,
makanan, alat atau benda, serangga, tenaga kesehatan, dan media lainnya. Melalui media ini
agen penyakit tersebut akan dapat ditularkan kepada kelompok masyarakat. Rumah sakit
yang rentan, misalnya penderita yang dirawat, atau yang berobat jalan, karyawan rumah sakit,
pengunjung, atau pengantar orang sakit, serta masyarakat di sekitar rumah sakit. Oleh karena
itu, pengawasan terhadap mutu media lingkungan ini terhadap kemungkinan akan adanya
kontaminasi oleh agen penyakit yang dihasilkan oleh kegiatan pelayanan kesehatan di rumah
sakit, hendaknya dipantau dengan cermat sehingga media tersebut bebas dari kontaminasi.
Dengan demikian, kelompok masyarakat di rumah sakit terhindar dari kemungkinan untuk
mendapatkan gangguan atau penyakit akibat buangan agen dari masyarakat tersebut
(Adisasmito, 2007).
Tabel 1.2 Jenis dan Kapasitas Usaha dan/atau Kegiatan
No Komponen Gedung Keterangan
1 Jenis Kegiatan : Pelayanan Kesehatan
2 Kategori Rumah Sakit : Rumah Sakit Kelas D
3 Status Rumah Sakt : Milik Pemerintah
4 Jenis Pelayana : Pelayanan Gawat Darurat, Pelayanan Poliklinik
Spesialistik Rawat Jalan, Pelayanan Rawat Inap,
dll
5 Jam Operasional : Poliklinik : 07.00 s.d. 15.00 WIB
Pelayanan Gawat Darurat : 24 Jam
6 Luas Tanah : 5.512 m2
7 Jumlah Lantai Bangunan : 1
8 Luas Bangunan : 2.397 m2
9 Sumber Energi : PLN
10 Sumber Air : PDAM
11 Estimasi Kebutuhan Air : 1. Konstruksi :
Harian 2. Operasional :
12 Kapasitas lahan parkir : 300 unit roda dua
100 unit roda empat
13 Jumlah Karyawan : 249 orang
14 Rataan Jumlah pasien : 100 orang
harian
15 Estimasi Jumlah : 10.000 orang (per tahun)

3 DOKUMEN STANDAR TEKNIS PEMENUHAN BMAL


No Komponen Gedung Keterangan
pengunjung
16 Estimasi jumlah dan jenis : - Limbah domestik : ± 22.500kg/bulan
limbah yang dihasilkan - Limbah padat B3 : 267 kg/bulan
- Limbah Cair B3 : ± 15 kg/th
- Debit Air limbah : ± 209 m3/hari

1.2 Jenis dan Jumlah Bahan Baku dan/atau Bahan Penolong


Kegiatan RS. Bhayangkara TK III Padang menjadi Rumah Sakit Umum tidak
melakukan kegiatan proses produksi sehingga tidak menggunakan bahan baku dan
bahan penolong

1.3 Proses Usaha dan/atau Kegiatan yang Direncanakan


1.3.1 Proses Usaha dan/atau Kegiatan yang direncanakan
a. Kegiatan Operasional Perkantoran
Kegiatan operasional perkantoran di RS. Bhayangkara TK III Padang
terdiri dari kegiatan administrasi kesekretariatan dan kepegawaian,
keuangan, dan administrasi lainnya
b. Pelayanan Kesehatan
Keberadaan RS. Bhayangkara TK III Padang di Sumatera Barat adalah
sebagai rumah sakit rujukan dan sekitarnya (Purwasuka) dan menunjang
pelayanan Kesehatan karyawan industri. Pelayanan Kesehatan RS.
Bhayangkara TK III Padang terdiri dari:
- Pelayanan Gawat Darurat
- Pelayanan Poliklinik Spesialistik Rawat Jalan
- Pelayanan Rawat Inap
- Pelayanan Kespro/Kesehatan Reproduksi
- Pelayanan Intesive Care Unit
- Pelayanan Neonatal Intensive Care Unit
- Pelayanan Perinatal Intensive Care Unit
- Pelayanan Perinatalogi
- Pelayanan Rehabilitasi Medis
- Pelayanan Bedah Sentral
- Pelayanan Forensik
- Pelayanan Patologi Klinik
- Pelayanan Radiologi
- Klinik Medical Check-up
c. Pelayanan Farmasi
Pelayanan farmasi merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari

4 DOKUMEN STANDAR TEKNIS PEMENUHAN BMAL


system pelayanan kesehatan rumah sakit yang utuh dan berorientasi
kepada pelayanan pasien, penyediaan obat yang bermutu dan terjangkau
bagi semua lapisan masyarakat sesuai standar pelayanan farmasi di rumah
sakit.

5 DOKUMEN STANDAR TEKNIS PEMENUHAN BMAL


BAB II
RONA LINGKUNGAN AWAL
II.1 Perhitungan Kapasitas dan Pengelolaan Air Limbah
Secara garis besar kriteria perencanan IPAL biofilter anaerob-aerob dapat dilihat pada
Tabel.

Tabel II.1 : Kriteria Perencanan Biofilter Anaerob-Aerob.


Biofilter Aerob :  Beban BOD per satuan permukaan media (LA) = 5
– 30 g BOD/m². Hari.
 Beban BOD 0,5 - 4 kg BOD per mᶟ media (menurut
Nusa Idaman Said, BPPT, 2002)
 Waktu tinggal total rata-rata = 4 - 8 jam
Tinggi Bed media pembiakan mikroba = 40%-80%
Bak Pengendap Akhir  Waktu Tinggal (Retention Time) rata-rata = 0,5 - 3 Jam
(Separator Biofilter)  Beban permukaan (surface loading) rata-rata = 10
mᶟ/m².hari
 Volume Bed Media : 40 – 80%
Efisiensi proses  Bisa mencapai 90-100%
anaerobic + aerobic
biofilter

BIOFILTER ANAEROB – AEROB

Parameter  Waktu Tinggal (Retention Time) rata-rata = 3-5 Jam


Perencanaan : Bak  Beban permukaan = 20 – 50 m3/m2.hari. (JWWA)
Pengendapan Awal
Biofilter Anaerob  Beban BOD per satuan permukaan media (LA) = 5 – 30
(Equalisasi) : Sebagai bak g BOD/m². Hari (EBIE Kunio., “ Eisei Kougaku Enshu
pengumpul awal dan “, Morikita shuppan kabushiki Kaisha, 1992).
penguraian awal polutan air  Beban BOD 0,5 - 4 kg BOD per mᶟ media (menurut
limbah seperti Nusa Idaman Said, BPPT, 2002)
BOD,COD,NH3, Phospat  Waktu tinggal total rata-rata = 3-6 jam
 Volume bed media pembiakan mikroba = 40%-80%

Dalam menentukan besarnya debit air limbah, diperlukan data berupa jumlah
tempat tidur (bed) yang tersedia di rumah sakit. Dari data yang diperoleh dilakukan
perhitungan menggunakan asumsi mengenai jumlah limbah yang dihasilkan bahwa
volume limbah cair maksimum 500 L/ bed/ hari. Dapat diasumsikan bahwa untuk

6 DOKUMEN STANDAR TEKNIS PEMENUHAN BMAL


penggunaan 1 bed terdiri dari beberapa orang.
Jadi, untuk 417 bed bisa dihasilkan limbah sebesar 208.500 liter/hari dan dapat
dikonversikan menjadi 209 m3/hari.
Asumsi Jumlah air limbah maksimum yang dihasilkan = 209 m3/hari.
Kebutuhan kapasitas IPAL yang digunakan = 300 m3/hari.
Dikarenakan adanya masa tinggal dalam proses pengolahan air limbah di IPAL

A. Unit Reaktor Biofilter


Secara garis besar berfungi sebagai reaktor pengolah secara aerob dan anaerob, yaitu
proses penguraian air limbah oleh bakteri aerob (memerlukan udara) dan bakteri
anaerob, dimana kebutuhan udara/oksigen di suplay dari blower yg di injeksikan
melalui siatem pipa sparger yg terletak di dasar reaktor biofilter, reaktor biofilter di
lengkapi dengan media bio bakteri yg berbentuk piramid yang tersusun secara acak
dan moving bed dengan kebutuhan 40 - 70% dari volume reaktor biofilter.
Direncanakan :
Kapasitas = 209 m3/hari
Jumlah bed = 100 bed
Jadi:
Debit air limbah = 209 m3/hari
= (209/24) m3/jam
= 8.7 m3/jam
Waktu tinggal optimal yang digunakan dalam tangki biofilter adalah 6 jam
Volume total yang dibutuhkan (V) = Debit limbah (Q) x Waktu tinggal (t)
= 8.7 m3/jam x 6 jam
= 52.25 m3
Perhitungan Volume Unit
Diketahui :
Diameter = 2,3 m
Tinggi =5m
Volume Tangki = π x r2 x t
= 3,14 x 1,152 x 5
= 20,76 m3

Jumlah unit yang dibutuhkan = Volume total / Volume unit


= 52.25 m3 / 20,76 m3
= 3 unit biofilter
Jadi unit yang dibutuhkan untuk mengolah air limbah dengan kapasitas 300
m3/hari adalah 3 buah unit reaktor biofilter

7 DOKUMEN STANDAR TEKNIS PEMENUHAN BMAL


B. Unit Post Treatment
Post Treatment berfungsi sebagai filter / final treatment, Post Treatment dilengkapi
dengan media filter, Air dalam post treatment dialirkan dengan pompa submersible
yang kapasitas pompa telah di sesuaikan dengan kebutuhan kapasitas IPAL, pompa
filter di tempatkan di dalam reservoir yang beroperasional secara otomatis dengan
sistem water level control.
Perhitungan Volume Unit
Diketahui
Jumlah = 2 Buah
Diameter =1m
Tinggi = 1,5 m
Volume Unit = π x r2 x t
= 3,14 x 2 x 1,5
Volume Total = 9,42 m3

Waktu Tinggal = (Volume total / Debit limbah) x 24 jam


= (9,42 m3 / 400 m3 ) x 24 jam
= 0,5 Jam

II.2 Komponen Lingkungan yang Terkena Dampak


Komponen lingkungan yang terkena dampak antara lain Badan Air permukaan
sebagai Badan Air penerima Air Limbah.
Komponen lingkungan yang terkena dampak, meliputi:
Lokasi rencana pembuangan Air Limbah yaitu sungai dengan Batasan hulu (upstream) dan
hilir (downstream).
1. Baku Mutu Air Nasional
Badan Air Penerima Air Limbah yaitu Badan Air Kelas dua merupakan air yang
peruntukannya dapat digunakan untuk prasarana/sarana. rekreasi air, pembudidayaan
ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan/atau peruntukan lain
yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut. Baku Mutu
Air Nasional mengacu pada Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 22
Tahun 2021 Tentang Penyelenggaraan Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup. Lampiran VI.

8 DOKUMEN STANDAR TEKNIS PEMENUHAN BMAL


Tabel II.2 Baku Mutu Air Sungai dan Sejenisnya
No Parameter Unit Kelas 2 Keterangan
Perbedaan dengan suhu udara di atas
1. Temperatur oC Dev 3
permukaan air
Padatan Terlarut total (TDS) Tidak berlaku untuk muara
2. mg/L 1.000
Padatan
3. tersuspensi total (TSS) mg/L 50

Tidak berlaku untuk air gambut


4. Warna Pt-Co 50 (berdasarkan
Unit kondisi alaminya)
Tidak berlaku untuk air
Derajat Kesamaan (pH)
5. 6-9 gambut (berdasarkan kondisi
alaminya)
Kebutuhan oksigen biokimiawi
6. mg/L 3
(BOD)
Kebutuhan oksigen kimiawi
7. mg/L 25
(COD)
Oksigen Terlarut (DO) Batas minimal
8. mg/L 4
9. Sulfat (SO42) mg/L 300
10. Klorisida (C1) mg/L 300
11. Nitrat (sebagai N) mg/L 10
12. Nitrit (Sebagai N) mg/L 0.06
Amonia (Sebagai N)
13. mg/L 0.2
14. Total Nitrogen mg/L 15
Total Fosfat (sebagai P)
15. mg/L 0.2
16. Fluorida (F) mg/L 1.5
Belerang sebgai H2S
17. mg/L 0.002
18. Sianida (CN) mg/L 0.02
Bagi air baku air minum tidak
19. Klorin Bebas mg/L 0.03
dipersyaratkan
20. Barium (Ba) terlarut mg/L -
21. Boron (B) terlarut mg/L 1.0
22. Merkuri (B) terlarut mg/L 0.002
23. Arsen (As) terlarut mg/L 0.05
24. Selenium (Se) mg/L 0.05
25. Besi (Fe) terlarut mg/L -
Kadmuium (Cd) terlarut
26. mg/L 0.01
Kobalt (Co) Terlarut
27. mg/L 0.2
Mangan (Mn) terlarut
28. mg/L -
29. Nikel (Ni) terlarut mg/L 0.05
30. Seng (Zn) terlarut mg/L 0.05
Tembaga (Cu) terlarut
31. mg/L 0.02
32. Timbal (Pb) terlarut mg/L 0.03
Kromium Heksavalen (Cr-
33. VII) mg/L 0.05

34. Minyak dan Lemak mg/L 1


35. Deterjen Total mg/L 0.2
36. Fenol mg/L 0.005
37. Aldrin/Dieklrin µg/L -
38. BHC µg/L 210

9 DOKUMEN STANDAR TEKNIS PEMENUHAN BMAL


No Parameter Unit Kelas 2 Keterangan

39. Chlordane µg/L -


40. DDT µg/L 2
41. Endrin µg/L 4
42. Heptachlor µg/L -
43. Lindane µg/L -
44. Methoxychlor µg/L -
45. Toxapan µg/L -
MPN/100
46. Fecal Coliform -
mL
MPN/100
47. Total Coliform 1.000
mL
48. Sampah nihil
49. Radioaktivitas
50. Gross-A Bq/L 0.1
51. Gross-B Bq/L 1

2. Lokasi Pengambilan Contoh Uji


Penetapan lokasi titik pengambilan contoh uji ditetapkan berdasarkan pada: Lokasi
pembuangan Air Limbah (outfall) di sungai dan sejenisnya; Bagian hulu: titik
pengambilan contoh uji diambil diantara lokasi pembuangan air limbah Usaha
dan/atau Kegiatan di sekitar yang telah beroperasi di bagian hulu dengan rencana
pembuangan Air Limbah Usaha dan/atau Kegiatannya.
Bagian hilir: titik pengambilan contoh uji diambil sebelum lokasi pembuangan air
limbah Usaha dan/atau Kegiatan di sekitar yang telah beroperasi di bagian hilir.

10 DOKUMEN STANDAR TEKNIS PEMENUHAN BMAL


BAB III
PRAKIRAAN DAMPAK

III.1 Dampak Pembuangan Limbah Medis


Menurut Kepmenkes 1204/Menkes/SK/X/2004 petugas pengelola sampah harus
menggunakan alat pelindung diri yang terdiri dari topi/ helm, masker, pelindung mata,
pakaian panjang, apron untuk industri, sepatu boot, serta sarung tangan khusus.
Pembuangan limbah cair ke lingkungan tanpa pengolahan dapat menimbulkan berbagai
masalah seperti:
1. Gangguan kenyamanan dan estetika, berupa warna yang berasal dari sedimen,
larutan, bau phenol, eutrofikasi dan rasa dari bahan kimia organik, yang
menyebabkan estetika lingkungan menjadi kurang sedap dipandang.
2. Kerusakan harta benda, dapat disebabkan oleh garam-garam yang terlarut (korosif
dan karat) air yang berlumpur dan sebagainya yang dapat menurunkan kualitas
bangunan disekitar rumah sakit.
3. Gangguan/ kerusakan tanaman dan binatang, dapat disebabkan oleh virus, senyawa
nitrat, bahan kimia, pestisida, logam nutrient tertentu dan fosfor.
4. Gangguan terhadap kesehatan manusia, dapat disebabkan oleh berbagai jenis
bakteri, virus, senyawa-senyawa kimia, pestisida, serta logam berat seperti Hg, Pb
dan Cd yang bersal dari bagian kedokteran gigi.
5. Pengelolaan sampah rumah sakit yang kurang baik akan menjadi tempat yang baik
bagi vektor penyakit seperti lalat dan tikus.
6. Insiden penyakit demam berdarah dengue meningkat karena vector penyakit hidup
dan berkembang biak dalam genangan air.

Limbah klinik kesehatan adalah semua sampah dan limbah yang dihasilkan oleh
kegiatan klinik kesehatan dan kegiatan penunjang lainnya. Secara umum sampah dan
limbah rumah sakit dibagi dalam dua kelompok besar, yaitu limbah medis klinis dan non
klinis baik itu limbah padat maupun limbah cair (Depkes RI, 2002).
Limbah cair klinik kesehatan umumnya mengandung senyawa polutan organik
yang cukup tinggi dan dapat diolah dengan proses pengelolaan secara biologis, baik yang
berasal dari buangan domestik maupun buangan limbah medis klinis. Sementara itu,
untuk limbah yang berasal dari laboratorium biasanya banyak mengandung logam berat
dan bila dialirkan ke dalam pengolahan secara biologis akan menganggu proses
pengelolaan. Limbah ini harus dipisahkan dan ditampung kemudian diolah secara kimia-
fisika baru dialirkan bersama-sama dengan limbah cairan lainnya dan diolah dengan
pengelolaan biologis.

11 DOKUMEN STANDAR TEKNIS PEMENUHAN BMAL


Karakteristik kimia pada air limbah terbagi menjadi dua, yaitu kimia organik dan
anorganik. Jumlah materi organik sangat dominan, karena 75% dari zat padat tersuspensi
dan 40% zat padat tersaring merupakan bahan organik, yang tersusun dari senyawa
karbon, hidrogen, oksigen, da nada juga yang mengandung nitrogen. Karbon organik
dalam air limbah pada umumnya terdiri dari sand, grit, dan mineral-mineral. Karakteristik
biologis ini diperlukan untuk mengukur kualitas air terutama bagi air yang dipergunakan
sebagai air minum dan air bersih. Selain itu untuk menakar tingkat kekotoran air limbah
sebelum dibuang ke badan air. Parameter yang sering digunakan adalah banyaknya
kandungan mikroorganisme yang ada dalam kandungan air limbah
Limbah cair fasyankes umumnya mengandung senyawa polutan organik yang
cukup tinggi dan dapat diolah dengan proses pengelolaan secara biologis, baik yang
berasal dari buangan domestik maupun buangan limbah medis klinis. Sementara itu,
untuk limbah yang berasal dari laboratorium biasanya banyak mengandung logam berat
dan bila dialirkan ke dalam pengolahan secara biologis akan menganggu proses
pengelolaan. Limbah ini harus dipisahkan dan ditampung kemudian diolah secara kimia-
fisika baru dialirkan bersama-sama dengan limbah cairan lainnya dan diolah dengan
pengelolaan biologis.
Jenis air limbah yang ada di fasilitas pelayanan kesehatan dapat dikelompokkan sebagai
berikut:
a. Air limbah domestik
b. Air limbah klinis atau medis
c. Air limbah laboratorium
d. Air limbah radioaktif (tidak boleh masuk ke IPAL, harus mengikuti petunjuk
dari BATAN)
Adapun sumber-sumber yang menghasilkan air limbah, antara lain :
a. Unit Pelayanan Medis
 Rawat Inap
 Rawat Jalan
 Instalasi Gawat Darurat
 Klinik Intensif Medik
 Haemodialisa
 Bedah Sentral
 Rawat Isolasi

b. Unit Penunjang Pelayanan Medis


 Instalasi Radiologi
 Instalasi Farmasi

12 DOKUMEN STANDAR TEKNIS PEMENUHAN BMAL


 Instalasi Laboratorium Klinik
 Instalasi Pelayanan Darah
 Instalasi Rehab Medis
 Instalasi Gizi
 Instalasi Laundry
 Instalasi CSSD
 Instalasi IPSRS
 Instalasi Sanitasi Lingkungan
 Instalasi Diklat
 Instalasi Rawat Inap
 Kamar Jenazah

c. Unit Penunjang Pelayanan Non Medis


 Logistik
 Fasilitas umum : Masjid / Musholla dan Kantin
 Kesekretariatan / administrasi rumah sakit

Diagram proses pengelolaan sanitasi pada RS. Bhayangkara TK III Padang dapat
dilihat seperti pada Gambar III.1. Di dalam pengelolaan limbah cair pada fasilitas
pelayanan kesehatan, sebaiknya saluran air hujan dan saluran limbah dipisahkan agar
proses pengolahan air limbah dapat berjalan secara efektif. (Nusa Idaman
Said.,”Teknologi Pengolahan Air Limbah”, 2017)

13 DOKUMEN STANDAR TEKNIS PEMENUHAN BMAL


Gambar III.1 Layout Sanitasi RS. Bhayangkara TK III Padang
III.2 Baku Mutu Limbah Cair Rumah Sakit atau Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Berdasarkan Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup RI No.
P.68/Menlhk/Setjen/Kum/1/8 Th.2016 tentang Baku Mutu Limbah Cair bagi kegiatan
Rumah Sakit, maka setiap rumah sakit yang menghasilkan air limbah / limbah cair
harus memenuhi peraturan tersebut
Tabel III.1 : Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup RI No.
P.68/Menlhk/Setjen/Kum/1/8Th.2016 tentang baku mutu air limbah domestic –
Pelayanan Kesehatan
PARAMETER PALING
PARAMETER TINGGI
Nilai Satuan
FISIKA
Zat padat tersuspensi (TSS) 30 mg/l
KIMIA
pH 6-9
BOD 50 mg/l
COD 80 mg/l
Minyak dan lemak 10 mg/l
Amonia Nitrogen 10 mg/l
Total Koliform (MPN/100 ml) 3.000 MPN/100 ml

III.3 Karakteristik Air Limbah


Air limbah rumah sakit umumnya menunjukkan bahwa konsentrasi senyawa
pencemar sangat bervariasi. Hal ini mungkin disebabkan karena sumber air limbah
juga bervariasi sehingga faktor waktu dan metode pengambilan contoh sangat
mempengaruhi besarnya konsentrasi.
Tabel III.2 : Sumber, Karakteristik Dan Pengaruh Air Limbah Rumah Sakit
Pengaruh pada konsentrasi
Sumber air tinggi pada penanganan
Material-material utama
limbah biologis
- Rawat Inap - Material-material organik - Antiseptik : beracununtuk
- Rawat Jalan - Ammonia mikroorganisme
- Rawat Darurat - Bakteri patogen - Antibiotik : beracun
- Rawat Intensif - Antiseptik untuk mikroorganisme
- Rawat Isolasi - Antibiotik

Laboratorium - Material solvent organik - Logam berat : beracun

14 DOKUMEN STANDAR TEKNIS PEMENUHAN BMAL


klinik dankimia - Fosfor untukmikroorganisme
- Logam berat - pH fleksibel : beracun
- pH fleksibel untuk mikroorganisme
Ruang dapur  Material-material organik - Minyak / lemak :
 Minyak / lemak Mengurangi
 Fosfor perpindahanoksigen ke air
 Pembersih ABS - Pembersih ABS :
terbentuk gelembung-
gelembung
dalam bioreaktor
Ruang cuci  Fosfor  pH 8 ~ 10 : beracun
(laundry)  pH 8 ~ 10 untukmikroorganisme
 ABS, N-heksana  ABS : terbentuk
gelembung-gelembung
dalam bioreaktor
Ruang Pemrosesan Ag, logam berat lain Ag : beracun untuk
sinar X mikroorganisme
Ruang radio- Senyawa-senyawa radioaktif Senyawa-senyawa
isotop radioaktif :beracun

Dari tabel tersebut terlihat bahwa air limbah rumah sakit jika tidak diolah sangat
berpotensi untuk mencemari lingkungan. Selain pencemaran secara kimiawi, air limbah
rumah sakit juga berpotensi untuk mencemari lingkungan secara bakteriologis. Di dalam
pengelolaan limbah cair pada fasilitas pelayanan kesehatan, sebaiknya saluran air hujan dan
saluran limbah dipisahkan agar proses pengolahan air limbah dapat berjalan secara efektif

III.4 Proses Produksi Penghasil Limbah Cair


III.4.1 Kebutuhan Air Bersih
Jumlah bed (tempat Tidur) = 100 Bed
Dalam menentukan besarnya debit air limbah diperlukan data berupa jumlah tempat
tidur (bed) yang tersedia di rumah sakit. Dari data yang diperoleh dilakukan
perhitungan menggunakan asumsi mengenai jumlah limbah yang dihasilkan bahwa
volume limbah cair maksimum 500 L/ bed/ hari. Jadi, untuk 100 bed bisa
dibutuhkan air bersih sebesar 50.000 liter/hari dan dapat dikonversikan
menjadi 50 m3/hari. Dalam rencana pengembangannya terdapat 200 TT sehingga
terdapat penambahan sebanyak 100 TT. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 1024/MENKES/SK/X/2004 tentang Persyaratan
Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit, menyebutkan bahwa penyediaan air bersih di

15 DOKUMEN STANDAR TEKNIS PEMENUHAN BMAL


rumah sakit minimum 500 lt/tempat tidur/hari. Sehingga perkiraan penggunaan air
bersih harian di RS. Bhayangkara TK III Padang dirincikan sebagai berikut.
Kebutuhan Air Bersih = 50.000 LT/hari + (100 TT x 500 lt/TT/hari)
= 50.000 lt/hari + 50.000 lt/hari
= 100.000 lt/hari
= 100 m3/hari
Kebutuhan air bersih sebesar 100 m3/hari akan dipenuhi dari PDAM

III.4.2 Kapasitas Limbah Yang Dihasilkan

Air Limbah = 85% x Kebutuhan air per hari


= 85% x 100 m3/hari
= 85 m3/hari

III.4.3 Neraca Air


RS. Bhayangkara TK III Padang menggunakan sumber air bersih dari PDAM. Air
bersih yang digunakan untuk kegiatan operasional dengan asumsi penggunaan 267 m3/hari

RUANG UGD / ICU (45 m3)

R. PERAWATAN (78 m3)

KANTOR ADMINISTRASI (10 m3)


Debit Air Bersih dari
Rumah Sakit R. UMUM / WASTAFEL / KM (12 m3) Inlet Kapasitas IPAL

LABORATORIUM (15 m3) 227,5 m3/hari


227,5 m3/hari

INST. GIZI (35 m3)

LAUNDRY (32.5 m3)

Gambar III.4 Neraca Air Limbah


Dari penggunaan air bersih untuk kegiatan rumah sakit dihasilkan limbah dengan
asumsi 209 m3/hari dan dialirkan pada IPAL dengan kapasitas 300 m3/hari. Sumber air
limbah bervariasi sesuai dengan tipe rumah sakit. Adapun sumber air limbah rumah sakit RS.
Bhayangkara TK III Padang berasal dari dapur, pencucian, ruang perawatan, laboratorium
dan WC. Air limbah dari kamar mandi dikategorikan sebagai limbah rumah tangga.
Parameter dalam air limbah kamar mandi adalah zat padat, BOD, COD, Nitrogen, Phospat,
Minyak dan bakteriologis. Air limbah dari unit dapur hampir sama dengan limbah rumah
tangga dengan kandungan BOD, COD, Total solid, minyak/lemak, nitrogen, fosfat dan bahan

16 DOKUMEN STANDAR TEKNIS PEMENUHAN BMAL


padatan yang terkandung berupa sisa makanan. Air limbah laundry berasal dari unit
pencucian bahan kain yang umumnnya bersifat basa. Limbah cair klinis yakni air limbah
yang berasal dari kegiatan klinis rumah sakit misalnya air bekas cucian luka, cucian darah
dan lain-lain. Air limbah sumah sakit dari kegiatan domestik maupun klinis umunnya
mengandung senyawa polutan organik yang tinggi.

II.5 Deskripsi Pengolahan Air Limbah Fasilitas Kesehatan Dengan Proses Biofilter
Tipikal proses pengolahan air limbah rumah sakit atau fasilitas pelayanan kesehatan
adalah dengan proses biofilter anaerob aerob. Seluruh air limbah yang berasal dari
beberapa proses kegiatan rumah sakit dialirkan melalui saluran pembuang ke bak
pengumpul kecuali yang mengandung logam berat dan pelarut kimia. Air limbah yang
berasal dari dapur (kantin) dialirkan ke bak pemisah lemak (grease trap) dan selanjutnya
dilairkan ke bak pengumpul. Air limbah yang berasal dari kegiatan laundry dialirkan ke
bak pengolahan awal untuk menghilangkan busa, selanjutnya dilairkan ke bak pengumpul.
Air limbah yang berasal dari limbah domestik non toilet dialirkan ke bak screen atau bak
kontrol dan selanjutnya dilairkan ke bak penumpul. Air limbah toilet dialirkan ke tangki

17 DOKUMEN STANDAR TEKNIS PEMENUHAN BMAL


septik, selanjutnya air limpasannya (overflow) dialirkan ke bak pengumpul. Air limbah
yang berasal dari laboratorium dilairkan ke proses pengolahan awal dengan cara
pengendapan kimia dan air olahnnya dialirkan ke bak pengumpul. Air limbah yang berasal
dari ruang operasi dialirkan langsung ke bak pengumpul. Aliran air limbah dari sumber ke
bak pengumpul dilakukan secara gravitasi sedangkan dari bak pengumpul ke sistem IPAL
dilakukan dengan sistem pemompaan. Dari bak pengumpul, air limbah dipompa ke bak
pemisah lemak atau minyak.
Bak pemisah lemak tersebut berfungsi untuk memisahkan lemak atau minyak yang
masih tersisa serta untuk mengendapkan kotoran pasir, tanah atau senyawa padatan yang
tak dapat terurai secara biologis. Selanjutnya limpasan dari bak pemisak lemak dialirkan ke
bak ekualisasi yang berfungsi sebagai bak penampung limbah dan bak kontrol aliran. Air
limbah di dalam bak ekualisasi selanjutnya dipompa ke unit IPAL. Di dalam unit IPAL
tersebut, pertama air limbah dialirkan masuk ke bak pengendap awal, untuk mengendapkan
partikel lumpur, pasir dan kotoran organik tersuspesi. Selain sebagai bak pengendapan,
juga berfungasi sebagai bak pengurai senyawa organik yang berbentuk padatan, sludge
digestion (pengurai lumpur) dan penampung lumpur.
Air limpasan dari bak pengendap awal selanjutnya dialirkan ke bak anaerob (biofilter
Anaerob). Di dalam bak kontaktor anaerob tersebut diisi dengan media khusus dari bahan
plastik tipe piramid. Di dalam reaktor Biofilter Anaerob, penguraian zat-zat organik yang
ada dalam air limbah dilakukan oleh bakteri anaerobik atau fakultatif aerobik. Disini zat
organik akan terurai menjadi gas metan dan karbon dioksida tanpa pemberian udara. Air
limpasan dari reaktor biofilter anerob dialirkan ke reaktor biofilter aerob. Di dalam reaktor
biofilter aerob diisi dengan media sambil dihembus dengan udara. Setelah beberapa hari
operasi, pada permukaan media filter akan tumbuh lapisan film mikroorganisme.
Mikroorganisme inilah yang akan menguraikan zat organik yang belum sempat terurai
pada bak pengendap awal. Dari reaktor biofilter aerob air limbah dialirkan ke bak
pengendapan akhir dan air limpasannya dialirkan ke bak khlorinator untuk proses
disinfeksi. Sebagian air di dalam bak pengendap akhir disirkulasikan kembali ke bak
pengendapan awal.
Secara urutan proses dapat dibagi menjadi dua yaitu pengolahan primer dan
pengolahan sekunder.
Pengolahan primer yang terdiri dari antara lain :
l Bak pengumpul / Sampit
l Screen atau saringan untuk memisahkan kotoran padat,
l Bak pemisah / Pre Treatment

Sedangkan pengolahan sekunder merupakan unit atau peralatan standard yang

18 DOKUMEN STANDAR TEKNIS PEMENUHAN BMAL


digunakan dalam biofilter meliputi:
l Bak pengendapan Awal.
l Kolam unit stage anaerobic reaktor biofilter tempat penguraian air limbah oleh
mikroorganisme secara anaerob
l Kolam unit stage Aerobic Biofilter tempat penguraian air limbah dengan
mikroorganisme se cara aerob.
l Bak Pengendapan Akhir / Post Treatment berfungsi untuk menghilangkan sisa
kotoran yang masih tersisa dari proses biofilter dan juga mereduksi bau serta
menetralkan warna air limbah hasil pengolahan.
l Peralatan pemasok udara seperti blower dan difuser udara.
l Sistem Khlorinasi berfungsi untuk menghilangkan bakteri patogen seperti
bakteri E-Coli sebelum dibuang ke badan air.

a. Jaringan Pengumpul Air Limbah


Unit ini berfungsi untuk mengumpulkan air limbah dari berbagai sumber. Limbah
cair / air limbah yang dikeluarkan oleh fasilitas pelayanan kesehatan bersumber dari hasil
berbagai macam kegiatan antara lain kegiatan dapur, laundry, rawat inap, ruang operasi,
kantor, laboratorium, air limpasan tangki septik, air hujan dan lainnya. Pada dasarnya
pengelolaan limbah cair / air limbah fasilitas kesehatan disesuaikan dengan sumber serta
karakteristik limbahnya.
Untuk limbah cair / air limbah yang berasal dari dapur, laundry, kantor, ruang rawat
inap, ruang operasi, air limpasan tangki septik umumnya mengandung polutan senyawa
organik yang cukup tinggi sehingga proses pengolahannya dapat dilakukan dengan proses
biologis. Untuk limbah cair / air limbah rumah sakit yang berasal dari laboratorium
biasanya banyak mengandung logam berat yang mana bila air limbah tersebut dialirkan ke
dalam proses pengolahan secara biologis, logam berat tersebut dapat mengganggu proses
pengolahannya. Oleh karena itu untuk pengelolaan limbah cair / air limbah fasilitas
pelayanan kesehatan yang berasal dari laboratorium perlu dilakukan pengolahan dengan
cara dipisahkan dan ditampung terlebih dahulu, kemudian diolah secara kimia-fisika,
selanjutnya air olahannya dialirkan bersama-sama dengan air limbah yang lain, dan
selanjutnya diolah dengan proses pengolahan secara biologis.
Pengaliran air limbah dapat dilakukan dengan cara gravitasi, dengan cara
pemompaan atau dengan kombinasi aliran gravitasi dan pemompaan. Sistem pembuangan
air limbah dari dalam bangunan dapat dilkukan dengan dua cara yakni :
(1) Sistem Campuran.
Yaitu sistem pembuangan, dimana air limbah dan air bekas dikumpulkan dan
dialirkan ke dalam suatu saluran.
(2) Sistem terpisah.

19 DOKUMEN STANDAR TEKNIS PEMENUHAN BMAL


Yaitu sistem pembuangan, dimana air limbah dan air bekas masing-masing
dikumpulkan dan dialirkan secara terpisah. Sistem pembuangan air limbah
disambungkan ke IPAL, dan sistem pembuangan air bekas disambungkan ke riol
umum bila dimungkinkan.
Cara pengaliran air limbah dapat dilakukan dengan beberapa cara yakni :
(1) Sistem gravitasi.
Sistem ini dapat digunakan untuk mengalirkan air limbah dari tempat yang lebih
tinggi secara gravitasi ke saluran IPAL atau saluran umum yang letaknya lebih
rendah.
(2) Sistem bertekanan.
Bila IPAL letaknya lebih tinggi dari letak saluran pembuangan air limbah, air
limbah dikumpulkan lebih dahulu dalam suatu bak penampungan atau bak
kontrol kemudian dipompakan ke IPAL.
b. Ukuran Pipa Jaringan
Di Indonesia ukuran-ukuran sistem pembuangan ditentukan berdasarkan nilai
unit alat plambing, sebagaimana dinyatakan dalam SNI 03-6481-2000 Sistem
Plumbing 2000.
c. Bak Kontrol
Limbah akan mengendap pada dasar dari dinding pipa pembuangan setelah
digunakan untuk jangka waktu lama. Di samping itu kadang-kadang ada juga benda-benda
kecil yang sengaja atau tidak jatuh dan masuk ke dalam pipa. Semuanya itu akan
menyebabkan tersumbatnya pipa, sehingga perlu dilakukan tindakan pengamanan.
Pada saluran pembuangan di halaman perlu dipasang bak kontrol.Untuk pipa yang
ditanam dalam tanah, bak kontrol yang lebih besar akan memudahkan pekerjaan
pembersihan pipa. Penutup bak kontrol harus rapat agar tidak membocorkan gas dan bau
dari dalam pipa pembuangan. Bak kontrol harus dipasang di tempat yang mudah dicapai,
dan sekelilingnya perlu area yang cukup luas untuk orang yang melakukan pembersihan
pipa.
d. Bak Pengumpul Air Limbah
Jika sumber limbah terpencar-pencar dan tidak memungkinkan untuk dialirkan
secara gravitasi maka pengumpulan air limbah dari sumber yang berdekatan dapat
dikumpulkan terlebih dahulu ke dalam suatu bak pengumpul, selanjutnya di pompa ke bak
pemisah minyak/lemak atau bak ekualisasi. Bak pengumpul dapat juga berfungsi untuk
memisahkan pasir atau lemak serta kotoran padatan yang dapat menyebabkan hambatan
terhadap kinerja pompa.
e. Bak Pemisah Lemak (Grease Removal)
Minyak atau lemak merupakan penyumbang polutan organik yang cukup besar. Oleh
karena itu untuk air limbah yang mengandung minyak atau lemak yang tinggi misalnya air

20 DOKUMEN STANDAR TEKNIS PEMENUHAN BMAL


limbah yang berasal dari dapur atau kantin perlu dipisahkan terlebih dahulu agar beban
pengolahan di dalam unit IPAL berkurang. Kandungan minyak atau lemak yang cukup
tinggi di dalam air limbah dapat menghambat transfer oksigen di dalam bak aerasi yang
dapat menyebabkan kinerja IPAL kurang maksimal. Untuk menghilangkan minyak atau
lemak dapat dilakukan dengan menggunakan bak pemisah lemak sederhana secara
gravitasi.
f. Bak Ekualisasi
Untuk proses pengolahan air limbah rumah sakit atau layanan kesehatan, jumlah air
limbah maupun konsentrasi polutan organik sangat berfluktuasi. Hal ini dapat
menyebabkan proses pengolahan air limbah tidak dapat berjalan dengan sempurna. Untuk
mengatasi hal tersebut yang paling mudah adalah dengan melengkapi unit bak ekualisasi.
Bak ekualisasi ini berfungsi untuk mengatur debit air limbah yang akan diolah serta
untuk menyeragamkan konsentrasi zat pencemarnya agar hogen dan proses pengolahan air
limbah dapat berjalan dengan stabil. Selain itu dapat juga digunakan sebagai bak aerasi
awal pada saat terjadi beban yang besar secara tiba-tiba (shock load).
g. Bak Pengendap Awal
Bak pengendap awal berfungsi untuk mengendapkan atau menghilangkan kotoran
padatan tersuspensi yang ada di dalam air limbah. Kotoran atau polutan yang berupa
padatan tersuspensi misalnya lumpur anorganik seperti tanah liat akan mengendap di
bagian dasar bak pengendap.
Kotoran padatan tersebut terutama yang berupa lumpur anorganik tidak dapat
terurai secara biologis, dan jika tidak dihilangkan atau diendapkan akan menempel pada
permukaan media biofilter sehingga menghambat transfer oksigen ke dalam lapisan
biofilm , dan mengakibatkan dapat menurunkan efisiensi pengolahan. Bak pengendap awal
dapat berbentuk segi empat atau lingkaran.
Pada bak ini aliran air limbah dibuat agar sangat tenang untuk memberi kesempatan
padatan/suspensi untuk mengendap.Kriteria-kriteria yang diperlukan untuk menentukan
ukuran bak pengendap awal antara lain adalah waktu tinggal hidrolik, beban permukaan
(surface loading), dan kedalaman bak. Waktu Tinggal Hidrolik (Hydraulic Retention
Time, WTH) adalah waktu yang dibutuhkan untuk mengisi bak dengan kecepatan seragam
yang sama dengan aliran rata-rata per hari.
Waktu tinggal dihitung dengan membagi volume bak dengan laju alir masuk, satuannya
jam. Nilai waktu tinggal adalah :
T = 24 V/Q
Dimana :
T = waktu tinggal
(jam) V = volume bak

(m3)

21 DOKUMEN STANDAR TEKNIS PEMENUHAN BMAL


Q = laju rata-rata harian (m3 per hari)

h. Reaktor Biofilter Aerob


Di dalam proses pengolahan air limbah dengan sistem biofilter anaerob-aerob,
reaktor biofilter aerobik merupakan unit proses yang dipasang setelah proses biofilter
anaerob. Konstruksi reaktor biofilter aerob pada dasarnya sama dengan reaktor biofilter
anaerob. Perbedaanya adalah di dalam reaktor biofilter aerob dilengkapi dengan proses
areasi. Proses aerasi umunya dilakukan dengan menggunakan blower udara.
Di dalam reaktor biofilter aerob terjadi kondisi aerobik sehingga polutan organik
yang masih belum terurai di dalam reaktor biofilter anaerob akan diuraikan menjadi karbon
dioksida dan air. Sedangkan amoniak atau amonium yang terjadi pada proses biofilter

anaerob akan dioksidasi (proses nitrifikasi) akan diubah menjadi nitrat (NH4+ →
NO3 ).Selain itu gas H2S yang terbentuk akibat proses anaerob akan diubah menjadi sulfat
(SO4) oleh bakteri sulfat yang
Konstruksi reaktor biofilter aerob dapat dibuat dari bahan fiber reinforced plastic
(FRP) . Bentuk reaktor tersebut dapat berbentuk tabung atau persegi. Di dalam reaktor
tersebut dilengkapi dengan peralatan pemasok udara.
Pada umumnya IPAL dengan proses biofilter anaerob-aerob yakni yang terdiri dari
bak pengendap awal, reaktor biofilter anaerob, rekator biofilter aerob serta bak pengendap
akhir dibuat dalam bentuk yang kompak untuk menghemat ruang maupun biaya
konstruksi.
i. Reaktor Biofilter Anaerob
Di dalam proses pengolahan air limbah dengan sistem anaerob aerob biofilter,
reaktor anaerob merupakan unit yang mana didalamnya terjadi proses penguraian air
limbah secara anaerob oleh bakteri anaerob. Di dalam proses pengolahan air limbah secara
anaerob, akan dihasilkan gas methan, amoniak dan gas H 2S yang menyebabkan bau busuk.
Oleh karena itu untuk pengolahan air limbah rumah sakit atau fasilitas pelayanan kesehatan
unit reaktor biofilter anaerob dibuat tertutup dan dilengkapi dengan pipa pengeluaran gas
dan jika perlu dilengkapi dengan filter penghilang bau. Reaktor biofilter dapat dibuat dari
bahan fiber reinforced plastic (FRP).

j. Bak Pengendap Akhir (Separator Biofilter)


Lapisan biofilm yang ada di reaktor biofilter aerob kemungkinan dapat terlepas dan
dapat menyebabkan air olahan menjadi keruh. Untuk mengatasi hal tersebut di dalam
sistem biofilter anaerob-aerob, air limpasan dari reaktor biofilter aerob dialirkan ke bak
pengendap akhir.
Bak pengendap akhir berfungsi untuk memisahkan atau mengendapkan kotoran
padatan tersuspensi (TSS) yang ada di dalam air limbah agar air olahan IPAL menjadi

22 DOKUMEN STANDAR TEKNIS PEMENUHAN BMAL


jernih. Dibandingkan dengan proses lumpur aktif, lumpur yang berasal dari biofilter
anerob-aerob lebih sedikit dan lebih mudah mengendap, karena ukurannya lebih besar
dan lebih berat. Air limpasan (over flow) dari bak pengendap akhir relatif sudah jernih,
selanjutnya dialirkan ke bak biokontrol dan selanjutnya dilairkan ke bak khlorinasi.
k. Bak Biokontrol (Kolam Indikator)
Bak biokontrol adalah bak kontrol kualitas air olahan secara alami dengan
menggunakan indikator biologis. Di dalam bak biokontrol biasanya ditaruh ikan mas atau
ikan yang biasa hidup di air yang bersih. Bak biokontrol ini berfungsi untuk mengetahui
secara cepat apakah air hasil olahan IPAL cukup baik atau belum. Jika ikan yang ada di
dalam bak biokontrol hidup berarti air olahan IPAL relatif baik.
l. Bak Khlorinasi
Fungsi bak khlorinasi adalah untuk mengontakkan senyawa disinfektan dengan air
limbah untuk membunuh mikroorgamisme patogen di dalam air limbah. Senyawa
disinfektan yang sering digunakan adalah senyawa khlorin misalnya kalsium hipokhlorit
atau natrium hipokhlorit. Waktu kontak atau waktu tinggal di dalam bak khlorinasi
berkisar antara 10-15 menit.
Cara pembubuhan senyawa desinfektan dapat dilakukan dengan menggunakan
pompa dosing atau secara manual dengan pembubuhan secara gravitasi. Selain untuk
proses desinfeksi pembubuhan senyawa khlorin adalah untuk mereaksikan amoniak
menjadi khloramine. Penambahan khlorin diluar breakpoint menjamin adanya residual
khlor bebas. Untuk membunuh mikroorgamisme patogen di dalam air limbah konsentrasi
residual khlorine di dalam air dipertahankan sebesar 0,5 mg.
m. Peralatan Mekanikal Elektrikal
1) Ring Blower
Beberapa tipe blower udara yang sering digunakan untuk pengolahan air limbah
dengan sistem Biofilter antara lain yaitu :
Ring Blower berbeda dengan pompa udara pada mekanisme memproduksi aliran
udara yang lebih besar dari pompa udara. Rotor berotasi menyebabkan udara diserap
dari inlet dan dikompres/dimampatkan keluar menuju outlet.
Beberapa keunggulan Ring Blower antara lain :
l Aliran udara stabil, sedikit variasi tekanan.
l Kemudi dengan kualitas tertinggi dan & gir teraplikasikan akurat.
l Udara bersih tanpa minyak lembab.
l Konstruksi sederhana & kuat, pemeliharaan mudah.

2) Pompa Air Limbah (Auto Transfer Pump)


Ada dua tipe pompa yang sering digunakan untuk pengolahan air limbah
yaitu tipe pompa celup / benam (submersible pump) dan pompa sentrifugal.
Pompa celup / benam umumnya digunakan untuk mengalirkan air limbah dengan

23 DOKUMEN STANDAR TEKNIS PEMENUHAN BMAL


head yang tidak terlalu besar, sedangkan untuk head yang besar digunakan pompa
sentrifugal.
Pengelolaan Lumpur yang Dihasilkan
Lumpur yang dihasilkan dari aktifitas pengolahan air limbah dibedakan menjadi 2
jenis,yaitu :
1. Lumpur endapan di bak pengendap yang mengandung partikel diskrit berupa
pasir dan butiran tanah. Lumpur ini dikelola dengan cara ditampung pada bak
pengering lumpur
2. Lumpur aktif yang mengandung mikroorganisme pengurai yang dihasilkan dari
unit pengolahan biologis (sludge). Lumpur yang dihasilkan dari proses ini
diresirkulasi secara terus menerus. Kelebihan produksi lumpur akan
dikeluarkan dari reactor. Lumpur yang dikeluarkan dari reactor akan dikelola
dengan cara dikeringkan di bak pegering lumpur

24 DOKUMEN STANDAR TEKNIS PEMENUHAN BMAL


BAB III
PRAKIRAAN DAMPAK

III.1 Dampak Pembuangan Limbah Cair


Limbah cair merupakan limbah yang dihasilkan dari proses industri atau suatu
kegiatan yang berwujud cair dan mengandung padatan tersuspensi atau terlarut, dapat
mengalami proses perubahan fisik, kimia, maupun biologi yang menghasilkan zat
beracun dan dapat menimbulkan gangguan ataupun resiko terjadinya penyakit dan
kerusakan lingkungan (Kaswinarni, 2008). Oleh karena itu limbah cair yang
dihasilkan dari kegiatan rumah sakit dapat mengandung bahan yang menghasilkan zat
beracun bagi kesehatan lingkungan dan menyebabkan terjadinya pencemaran
lingkungan.
Pembuangan limbah cair ke lingkungan tanpa pengolahan dapat menimbulkan
berbagai masalah seperti:
1. Gangguan kenyamanan dan estetika, berupa warna yang berasal dari sedimen,
larutan, bau phenol, eutrofikasi dan rasa dari bahan kimia organik, yang
menyebabkan estetika lingkungan menjadi kurang sedap dipandang.
2. Kerusakan harta benda, dapat disebabkan oleh garam-garam yang terlarut (korosif
dan karat) air yang berlumpur dan sebagainya yang dapat menurunkan kualitas
bangunan disekitar rumah sakit.
3. Gangguan/ kerusakan tanaman dan binatang, dapat disebabkan oleh virus,
senyawa nitrat, bahan kimia, pestisida, logam nutrient tertentu dan fosfor.
4. Gangguan terhadap kesehatan manusia, dapat disebabkan oleh berbagai jenis
bakteri, virus, senyawa-senyawa kimia, pestisida, serta logam berat seperti Hg, Pb
dan Cd yang bersal dari bagian kedokteran gigi.
5. Pengelolaan sampah rumah sakit yang kurang baik akan menjadi tempat yang
baik bagi vektor penyakit seperti lalat dan tikus.
6. Insiden penyakit demam berdarah dengue meningkat karena vector penyakit
hidup dan berkembang biak dalam genangan air.

III.2 Baku Mutu Limbah Cair Rumah Sakit atau Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Berdasarkan Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup RI No.
P.68/Menlhk/Setjen/Kum/1/8 Th.2016 tentang Baku Mutu Limbah Cair bagi kegiatan
Rumah Sakit, maka setiap rumah sakit yang menghasilkan air limbah / limbah cair
harus memenuhi peraturan tersebut.

25 DOKUMEN STANDAR TEKNIS PEMENUHAN BMAL


Tabel 3.1 Baku Mutu Air Limbah Domestik – Pelayanan Kesehatan
PARAMETER PALING
NO PARAMETER TINGGI
Nilai Satuan
FISIKA
1. Zat padat tersuspensi (TSS) 30 mg/l
KIMIA
2. pH 6-9
3. BOD 50 mg/l
4. COD 80 mg/l
5. Minyak dan lemak 10 mg/l
6. Amonia Nitrogen 10 mg/l
7. Total Koliform (MPN/100 ml) 3.000 MPN/100 ml

III.3 Karakteristik Air Limbah


Air limbah rumah sakit umumnya menunjukkan bahwa konsentrasi senyawa
pencemar sangat bervariasi. Hal ini mungkin disebabkan karena sumber air limbah
juga bervariasi sehingga faktor waktu dan metode pengambilan contoh sangat
mempengaruhi besarnya konsentrasi.
Tabel 3.2 Karakteristik Air Limbah Rumah Sakit

26 DOKUMEN STANDAR TEKNIS PEMENUHAN BMAL


Tabel 3.3 Sumber, Karakteristik Dan Pengaruh Air Limbah Rumah Sakit
Pengaruh pada konsentrasi
Sumber air limbah Material-material utama tinggi pada penanganan
biologis

- Rawat Inap - Material-material organic - Antiseptik : beracun untuk


- Rawat Jalan - Ammonia mikroorganisme
- Bakteri pathogen - Antibiotik : beracun untuk
- Rawat Darurat
- Antiseptik mikroorganisme
- Rawat Intensif - Antibiotik
- Haemodialisa
- Bedah Sentral
- Rawat Isolasi
- Laboratorium klinik dan - Material solvent organic - Logam berat : beracun
kimia - Fosfor untuk mikroorganisme
- Logam berat - pH fleksibel : beracun
- pH fleksibel untuk mikroorganisme
- Ruang dapur - Material-material organic - Minyak / lemak :
- Minyak / lemak Mengurangi perpindahan
- Fosfor oksigen ke air
- Pembersih ABS - Pembersih ABS : terbentuk
gelembung-gelembung
dalam bioreaktor

- Ruang cuci (laundry) - Fosfor - pH 8 ~ 10 : beracun untuk


- pH 8 ~ 10 mikroorganisme
- ABS, N-heksana - ABS : terbentuk
gelembung – gelembung
dalam bioreaktor
- Ruang Pemrosesan sinar - Ag, logam berat lain - Ag : beracun untuk
X mikroorganisme
- Ruang radio-isotop - Senyawa – senyawa - Senyawa – senyawa
radioaktif radioaktif : beracun

Dari tabel tersebut terlihat bahwa air limbah rumah sakit jika tidak diolah sangat
berpotensi untuk mencemari lingkungan. Selain pencemaran secara kimiawi, air
limbah rumah sakit juga berpotensi untuk mencemari lingkungan secara bakteriologis.
Di dalam pengelolaan limbah cair pada fasilitas pelayanan kesehatan, sebaiknya
saluran air hujan dan saluran limbah dipisahkan agar proses pengolahan air limbah
dapat berjalan secara efektif.

27 DOKUMEN STANDAR TEKNIS PEMENUHAN BMAL


BAB IV
RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN

IV.1 Rencana Pengelolaan Lingkungan


Proses pengolahan limbah cair yang di terapkan di Rumah Sakit Umum
adalah pengolahan dengan sistem biofilter anaerob-aerob up flow. Pengolahan air
limbah (air baku) dengan proses biofilter anaerob-aerob up flow terdiri dari beberapa
bagian yakni bak sumur pengumpul, zona anaerob (bak ekualisasi, biologis,
sedimentasi I), zona aerob (bak aerasi, sedimentasi II, biofilm, dan desinfeksi), dan
dilengkapi dengan bak kontrol hasil. Tipikal proses pengolahan air limbah dengan
proses biofilter anaerob- aerob apat dilihat seperti pada Gambar Seluruh air limbah
yang berasal dari beberapa proses kegiatan operasional medis Rumah Sakit Umum
dialirkan melalui saluran pembuang ke bak pengumpul. Air limbah yang berasal
dari dapur (kantin) dialirkan ke bak pemisah lemak (grease trap) dan selanjutnya
dilairkan ke bak pengumpul.

Gambar IV.1 Sistem Pengolahan Air Limbah

Dari bak aerasi, air dialirkan ke bak pengendap akhir. Di dalam bak ini lumpur aktif
yang mengandung massa mikro-organisme diendapkan dan dipompa kembali ke
bagian inlet bak aerasi dengan pompa sirkulasi lumpur. Sedangkan air limpasan (over
flow) dialirkan ke bak khlorinasi. Di dalam bak kontaktor khlor ini air limbah
dikontakkan dengan senyawa khlor untuk membunuh micro-organisme patogen.
Air limbah yang berasal dari kegiatan laundry dialirkan ke bak pengolahan awal
untuk menghilangkan busa, selanjutnya dilairkan ke bak pengumpul. Air limbah
yang berasal dari limbah non toilet dialirkan ke bak screen atau bak kontrol dan
selanjutnya dilairkan ke bak pengumpul. Air limbah toilet dialirkan ke tangki septik,
selanjutnya air limpasannya (overflow) dialirkan ke bak pengumpul. Air limbah yang
berasal dari laboratorium dilairkan ke proses pengolahan awal dengan cara
pengendapan kimia dan air olahannya dialirkan ke bak pengumpul. Air limbah yang
berasal dari ruang operasi dialirkan langsung ke bak pengumpul. Aliran air limbah
dari sumber limbah ke bak pengumpul dilakukan secara gravitasi sedangkan dari bak
penampung ke sistem IPAL dilakukan dengan sistem pemompaan. Dari bak
pengumpul, air limbah dipompa ke bak pemisah lemak atau minyak. Bak pemisah
lemak tersebut berfungsi untuk memisahkan lemak atau minyak yang masih tersisa
serta untuk mengendapkan kotoran pasir, tanah atau senyawa padatan yang tak dapat
terurai secara biologis. Selanjutnya limpasan dari
bak pemisak lemak dialirkan ke bak ekualisasi yang berfungsi sebagai bak
penampung limbah dan bak kontrol aliran. Air limbah di dalam bak ekualisasi
selanjutnya dipompa ke unit IPAL. Di dalam unit IPAL tersebut, pertama air
limbah dialirkan masuk ke bak pengendap awal, untuk mengendapkan partikel
lumpur, pasir, dan kotoran organik tersuspesi. Selain sebagai bak pengendapan,
juga berfungasi sebagai bak pengurai senyawa organik yang berbentuk padatan,
sludge digestion (pengurai lumpur) dan penampung lumpur.
Air limpasan dari bak pengendap awal selanjutnya dialirkan ke bak anaerob (biofilter
Anaerob). Di dalam bak kontaktor anaerob tersebut diisi dengan media khusus dari
bahan plastik Kelas sarang tawon. Di dalam reaktor Biofilter Anaerob, penguraian
zat- zat organik yang ada dalam air limbah dilakukan oleh bakteri anaerobik atau
fakultatif aerobik. Disini zat organik akan terurai menjadi gas metan dan karbon
dioksida tanpa pemberian udara. Air limpasan dari reaktor biofilter anerob dialirkan
ke reaktor biofilter aerob. Didalam reaktor biofilter aerob diisi dengan media sambil
dihembus dengan udara. Setelah beberapa hari operasi, pada permukaan media filter
akan tumbuh lapisan film mikro-organisme. Mikro-organisme inilah yang akan
menguraikan zat organik yang belum sempat terurai pada bak pengendap awal. Dari
reaktor biofilter aerob air limbah dialirkan ke bak pengendapan akhir, sedangkan air
limpasan (over flow) dialirkan ke flow meter dan selajutnya dialirkan ke khlorinator
untuk membunuh mikro-organisme patogen dan setelah melalui khlorinator air
dibuang ke saluran umum. Sebagian air olahan dari bak pengendap akhir dialirkan ke
bak bioindikator yang diisi ikan, selanjutnya air limpasan dialirkan ke khlorinator. Di
dalam bak kontaktor khlor ini air limbah dikontakkan dengan senyawa khlor
selanjutnya dibuang ke saluran umum. Kombinasi proses anaerob aerob tersebut
selain dapat menurunkan zat organik (BOD dan COD), serta mereduksi amonia,
padatan tersuspensi (SS), phospat dan lainnya.
Penentuan teknologi sistem pengolahan Air Limbah dilakukan dengan pendekatan
kelompok pencemar, antara lain: organik terurai (biodegradable organics), organik
sulit terurai (non biodegradable organics), nutrien, sedimen, padatan tersuspensi,
apungan (floatable material), logam berat, anorganik terlarut, asam basa, patogen,
warna, senyawa toksik atau inhibitor.
Teknologi Sistem Pengolahan Air Limbah dapat diidentifikasi pada Tabel sebagai
berikut:
Tabel IV.1 Teknologi Sistem Pengolahan Air Limbah
Kelompok Penjelasan Parameter Pilihan
Organik terurai
Pencemar - Terdiri dari BOD Diolah
Teknologi
berbagai senyawa dengan metode
organic yang dapat mikrobiologi
diuraikan oleh mikroba: yaitu dengan
karbohidrat protein, metode
sukrosa, glukosa dan aerob
lemak. maupun
- Menimbulkan dampak anaerob
spesifik yaitu
pembusukan Badan Air,
sehingga memiliki
kondisi septik yang
hitam dan berbau

Organic Sulit - Terdiri dari berbagai COD Menggunakan


Terurai senyawa organic yang metode
sulit diuraikan kombinasi
oleh mikroba: pestisida, dari proses
herbisida, deterjen, kimia,
minyak dan oli. fisika, dan
- Untuk mengelompokkan biologi
jenis senyawa organic
yang tidak termasuk ke
dalam organic terurai
- Walau tidak
menimbulkan dampak
pembusukan air,
beberapa jenis ini bersifat
toksik bagi makhluk
hidup/mikroba
Nutrient - Terdiri dari berbagai Amonia Menggunaka
unsur kimia yang (NH3) metode
dibutuhkan tumbuhan, dan fosfat proses fisika
seperti pospat, nitrogen (PO4) untuk
- Menimbulkan dampak parameter
spesifik seperti amoniak,
eutrofikasi atau alga dan proses
bloom di Badan Air. kimia fisika

Padatan - Terdiri dari jenis padatan TSS Dipisahkan


Tersuspensi yang tidak cukup besar melalui proses
dan berat untuk pengendapan
mengendap dengan yang
sendirinya dibantu dengan
- Menyebabkan Kekeruhan senyawa
koagulan-
flokulan, bisa

3) Unit Proses atau Unit Operasi


Identifikasi tipe teknologi pada unit proses/unit operasi sebagaimana disajikan
dalam table berikut:

Tabel IV.2 Unit Proses atau Unit Operasi


Unit Proses/Unit Parameter Desain Tipe Teknologi
Operasi
Screening lebar bukaan (opening), Bar screening
Head loss, Velocity
Grease Trap Waktu Tinggal, Velocity Konvensional
(Bak skat)
Ekualisasi Waktu Tinggal, Power Mechanical
Mixing Mixing
(Mechanical atau Pneumatic)

Netralisasi Waktu Tinggal, Power Mixing Mechanical


Mixing

Presipitasi Waktu Tinggal, Bahan Kimia Mechanical


Pembantu, Power Mixing Mixing
Biologi Anaerob Organic Loading Rate, Suspended
Volumetric Growth:
Loading Rate, Perhitungan gas Anaerobic
methan Digester
Biologi Aerob Organic Loading Rate Suspended
Growth:
Khusus untuk system Activated
tersuspensi: Kebutuhan Sludge
Desinfeksi Dosis,
oksigenWaktu kontak, Residual Chlorine
(Klorinasi)

4) Alur Proses dan Layout Instalasi Pengolahan Air Limbah


Alur proses Instalasi Pengolahan Air Limbah dilakukan dengan system
pengolahan biofilter anaerob-aerob. Seluruh air limbah yang dihasilkan oleh
kegiatan rumah sakit, yakni yang berasal dari limbah domistik maupun air
limbah yang berasal dari kegiatan klinis rumah sakit dikumpulkan melalui
saluran pipa pengumpul. Selanjutnya dialirkan ke bak kontrol. Fungsi bak
kontrol adalah untuk mencegah sampah padat misalnya plastik, kaleng, kayu
agar tidak masuk ke dalam unit pengolahan limbah, serta mencegah padatan
yang tidak bisa terurai misalnya lumpur, pasir, abu gosok dan lainnya agar tidak
masuk kedalam unit pengolahan limbah.. Dari bak kontrol, air limbah dialirkan
ke bak pengurai anaerob. Bak pengurai anaerob dibagi menjadi tiga buah
ruangan yakni bak pengendapan atau bak pengurai awal, biofilter anaerob
tercelup dengan aliran dari bawah ke atas (Up Flow), serta bak stabilisasi.
Selanjutnya dari bak stabilisai, air limbahdialirkan ke unit pengolahan lanjut.
Unit pengolahan lanjut tersebut terdiri dari beberapa buah ruangan yang berisi
media untuk pembiakan mikro-organisme yang akan menguraikan senyawa
polutan yang ada di dalan air limbah. Setelah melalui unit pengolahan lanjut, air
hasil olahan dialirkan ke bak khlorinasi. Di dalam bak khlorinasi air limbah
dikontakkan dengan khlor tablet agar seluruh mikroorganisme patogen dapat
dimatikan. Dari bak khlorinasi air limbah sudah dapat dibuang langsung ke
sungai atau saluran umum.

5) Pengolahan Lumpur dan/atau gas yang dihasilkan


Pengolahan lumpur (landfill) dilakukan oleh pihak ketiga.
Gambar IV.2.Alur Proses Pengolahan Air Limbah

IV.2 Rencana Pemantauan Lingkungan


IV.2.1 Titik Koordinat Pemantauan
Tabel IV.3 Rencana Pemantauan Lingkungan
No Parameter Keterangan
1. Titik penaatan (Inlet IPAL) LS 6⁰ xxx
BT 107⁰ xxx
2 Titik penaatan (Outlet IPAL) LS 6⁰ xxxx
BT 107⁰ xxxx
3 Titik Penataan Upstream IPAL LS 6⁰ xx
BT 107⁰ xxx
4 Titik Penataan Outfall IPAL LS 6⁰ xxxx
BT 107xxx

5 Titik Penataan Downstream IPAL LS 6⁰ 19’18.xxxx


BT 107⁰ xxxxxx

Gambar 4.1 Titik Koordinat Inlet dan Outlet IPAL

Gambar 4.2 Lokasi Kolam Indikator pada Outlet IPAL

IV.2.2 Pemantauan Baku Mutu Air Limbah


Pemantauan baku mutu air limbah di titik outlet IPAL diperiksa berdasarkan
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor
P.68/MENLHK/SETJEN/KUM.1/8/2016 Lampiran 1 tentang Baku Mutu Air Limbah
Domestik Tersendiri, sedangkan pemantauan baku mutu air limbah di titik upstream
dan downstream diperiksa berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 22 tahun 2021 Lamp. IV tentang Penyelenggaraan Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup (Baku Mutu Air Sungai dan Sejenisnya).
Tabel IV.4 Hasil Uji Laboratorium Kualitas Air Limbah di Titik Inlet IPAL
HASIL
NO. PARAMETER SATUAN
PEMERIKSAAN
1 TSS mg/L 65
2 pH - 7.5
3 AMONIAK mg/L 7.3
4 BOD5 mg/L 34.7
5 COD mg/L 117
6 MINYAK LEMAK mg/L < 0.86
7 COLIFORM MPN/100 ml 4541
TOTAL

Tabel IV.5 Hasil Uji Laboratorium Kualitas Air Limbah di Titik Outlet IPAL
PARAME BAKU BULAN
NO. SATUAN
TER MUTU JAN FEB MAR APR MEI JUN
1 TSS 30 mg/L 6 11 7.33 14 7.33
2 pH 6–9 7.7 x 8.2 7.9 7x
3 AMONIAK 10 mg/L 1.47 4.43 2.04 < 0.0031 <
0.0031
4 BOD5 30 mg/L x x x 14.4 9.35
5 COD 100 mg/L 25.3 37.1 35.1 45 x
6 MINYAK 5 mg/L x < 0.86 < 0.86 x <
LEMAK 0.86
7 COLIFORM 3.000 MPN/100 2445 2577 1553.1 2427 x
TOTAL ml

Tabel IV.6 Hasil Uji Laboratorium Kualitas Air Limbah di Titik Upstream dan Downstream

Baku Titik Pemantauan


No Parameter Satuan
Mutu Hulu Hilir
(Upstream) (Downstream)
1 Suhu ±3 °C 28.2 28.6
2 Total Residu Terlarut (TDS) 1000 mg/L 481 484
Totaal Residu Tersuspensi
3 50 mg/L 24.3 25.3
(TSS)
4 pH 6–9 - 7.5 7.6
5 Air Raksa (Hg) Terlarut 0.002 mg/L < 0.0005 < 0.0005
6 Arsenik (As) Terlarut 0.05 mg/L < 0.005 < 0.005
7 Boron (B) Terlarut 1 mg/L 0.09 0.15
8 Fospat (PO4) 0.2 mg/L 16.9 7.1
9 Kadmium (Cd) Terlarut 0.01 mg/L 0.02 0.03
10 BOD 3 mg/L 17.2 17.3
11 COD 25 mg/L 102 112
12 Kobalt (Co) Terlarut 0.2 mg/L < 0.0054 < 0.0054
13 Krom Heksavalen (Cr6+) 0.05 mg/L 0.04 0.05
14 Nitrat (NO3-N) 10 mg/L 2.8 4.7
15 Oksigen Terlarut (DO) 4 mg/L 2.2 1.9
16 Selenium (Se) Terlarut 0.05 mg/L < 0.002 < 0.002
17 Seng (Zn) Terlarut 0.05 mg/L 0.03 0.09
18 Tembaga (Cu) Terlarut 0.02 mg/L < 0.015 < 0.015
19 Timbal (Pb) Terlarut 0.03 mg/L < 0.0047 < 0.0047
20 Fecal coli 1000 MPN/100ml 78.6 81.9
21 Total Koliform 5000 MPN/100ml 376.2 454.1

IV.2.3 Frekuensi Pemantauan Air Limbah


Pemeriksaan sampel air limbah dilakukan di Laboratorium yang sudah terakreditasi
KAN. Sampel air limbah yang akan diuji diambil dari titik outlet, inlet, upstream, dan
downstream. Pengujian sampel di titik outlet dilakukan setiap bulan, sedangkan di titik inlet,
upstream dan downstream dilakukan setiap 6 bulan sekali. Untuk pemantauan debit air
limbah, dan pH dilakukan setiap hari oleh operator yang bertugas.

IV.2.4 Perhitungan Baku Mutu Air Berdasarkan Alokasi Beban Pencemar Air
Tabel IV.1 Konsentrasi terukur
Parameter (mg/L)
Bulan
BOD COD Amonia Phospat
Januari 5.51 23.535 0.0085 1.986
Februari 3.6 12.74 0.0112 1.17
Maret 2.81 8.667 0.007 1.694
April 3.78 15.58 0.0128 1.779
Rata-rata 3.925 15.1305 0.009875 1.65725

Debit Maksimum Terukur (Q) = 227.5 m3/hari


= 0.0026331 m3/detik
Perhitungan Beban Pencemar Maks
BPM = Q x Cbm
Keterangan :
BPM= Beban pencemar maksimum (kg/hari)
Q = Debit terukur (m3/detik)
Cbm = Konsentrasi terukur (mg/L)

Tabel IV.2 Beban Pencemar


Hasil perhitungan beban pencemar:
Nilai Beban Pencemar kg/hari
BOD COD Amonia Phospat
0.01033492 0.03984015 0.0000260 0.00436371

Jadi penetapan baku mutu air limbah berdasarkan beban pencemaran


BOD =0.01033492 kg/hari
COD =0.03984015 kg/hari
Amonia =0.00002600 kg/hari
Phospat =0.00436371 kg/hari

IV.3 Sistem Penanggulangan Keadaan Darurat


Unit Yang BertanggungSumaterab Terhadap Penanganan Kondisi Darurat Dalam Struktur
Organisasi, Peran Dan Tanggung Sumaterab Dan Mekanisme Pengambilan Keputusan, Tanggung
Sumaterab dan Wewenang
1. Pimpinan Puncak (Direktur)
- Memimpin penanggulangan keadaan darurat di wilayah kerjanya.
- Memastikan unit kerja di bawahnya mengimplementasikan prosedur ini dan
peraturan lainnya untuk meminimalkan risiko keadaan darurat.
2. Koordinator K3 Rumah Sakit
- Berkoordinasi dengan On Site Commander / Building Warden dalam
penanggulangan keadaan darurat di suatu unit kerja
- Memastikan nama dan rincian kontak para personel Tim
- Manajemen Tanggap Darurat di unit kerjanya tetap akurat.
- Memberikan saran dan masukan kepada Pimpinan Puncak dalam pemenuhan
prosedur serta kebijakan terkait keadaan darurat.
- Memberikan pertolongan lanjut kepada korban keadaan darurat
- Berkoordinasi dengan Rumah Sakit terdekat untuk penanganan korban yang
membutuhkan rujukan.
3. Humas
- Menyiapkan informasi/pernyataan public dirilis ke media
- Mendapatkan persetujuan dari pimpinan puncak untuk semua pernyataan
public dan media sebelum dirilis
- Merencanakan dan mengatur pelaksanaan wawancara dan konferensi pers,
termasuk pengaturan secara fisik dan keamanan, dan pengarahan singkat yang
mendukung juru bicara
4. Koordinator Seksi dan Bagian Rumah Sakit
- BertanggungSumaterab melakukan koordinasi penanganan keadaan darurat di
wilayah kerjanya.
- Memastikan ketersediaan dan berfungsinya peralatan dan sarana system
pencegahan dan penanganan keadaan darurat serta menangani secara langsung
keadaan darurat yang terjadi di wilayah kerjanya
5. Komandan Regu Satpam
- BertanggungSumaterab dalam menanggulangi keadaan darurat dan membantu
proses evakuasi seluruh penghuni suatu Gedung
- Berkoordinasi dengan seluruh Tim Tanggap Darurat lainnya
- Mampu menggunakan peralatan tanggap darurat
- Mengidentifikasi dan melaporkan setiap risiko dan bahaya yang berpotensi
terjadinya keadaan darurat
6. Floor Warden
- Mengetahui dan memahami prosedur keadaan darurat.
- Mampu menggunakan peralatan tanggap darurat.
- Mengidentifikasi dan melaporkan setiap risiko dan bahaya yang berpotensi
terjadinya keadaan darurat.
- Bertanggung Sumaterab dalam menanggulangi keadaan darurat dan membantu
proses evakuasi setiap orang yang berada di lantai tempat kerjanya.
7. First Aid
- Memberikan pertolongan pertama kepada korban keadaan darurat.
- Berkoordinasi dengan pelayanan Kesehatan/Unit Kesehatan lain untuk
penanganan korban yang membutuhkan tindak lanjut.
8. Fire Brigade
- Melakukan pemadaman kebakaran
- Berkoordinasi dengan Tim Tanggap Darurat lainnya
9. Pasien, Pengunjung, Karyawan
- Melaporkan setiap kejadian keadaan darurat yang dilihat atau dialami
- Mengetahui apa yang harus dilakukan jika terjadi keadaan darurat
- Mengetahui dan mengendalikan setiap risiko yang ada pada setiap kegiatan
mereka
- Tidak merusak atau menyalahgunakan peralatan terkait tanggap darurat yang
tersedia
Gambar IV.3 Struktur Organisasi Tanggap Darurat

Selain prosedur keadaan darurat, yang perlu diketahui oleh seluruh penghuni Gedung
adalah alur untuk melakukan evakuasi. Karena jika tidak mengetahuinya, maka akan
terjadi kebingungan akan pergi kemana saat terjadi keadaan darurat. Alur evakuasi
sebaiknya dipasang bersamaan dengan Prosedur Keadaan Darurat, yaitu setiap
ruangan di setiap lantainya.

3) Sarana dan prasarana Tanggap Darurat


- APAR
- Kotal P3K
- Sarung tangan, sepatu boots, kacamata, dan helm pengaman
-

IV.4 Sistem Pemeliharaan dan Penanggulangan Keadaan Darurat Pada IPAL


a. Rencana Pemeliharaan IPAL
Yang dimaksud dengan pemeliharaan yaitu menjalankan aktivitas perawatan dan
pemantauan secara periodik, sehingga bila ada peralatan IPAL yang tidak
beroperasional/trouble dapat diketahui secara dini dan dapat segera dilakukan
perbaikan, sehingg IPAL dapat berjalan/beroperasional dengan baik
Adapun aktivitas pemeliharaan dan pemantauan peralatan IPAL:
1. Transfer Pump
- Cek rutin setiap hari, pastikan switch pada panel control IPAL pada posisi auto
- Cek rutin dua minggu sekali (angkat pompa), jika ada kotoran benda padat
yang menyumbat pada pompa segera bersihkan, karena akan menyebabkan
pompa mengalami trouble.
- Cek otomatis pompa (wáter level control) setiap hari, bila tali pelampung tidak
pada posisi yang benar segera lakukan perbaikan.
- Cek otomatis pompa (wáter level control) setiap hari, bila wáter level control
rusak segera lakukan perbaikan / penggantian.
- Cek setiap hari stop kran sirkulasi / stop kran pengaturan kapasitas debit
olahan effluent IPAL (sudah di setting, tidak perlu dirubah - rubah, karena
akan menyebabkan hasil treatment bau dan keruh), bila ada perubahan pada
stop kran sirkulasi, segera kembalikan ke setting awal
2. Pond Pump
- Cek rutin setiap hari, pastikan switch pada panel control IPAL pada posisi auto
- Cek otomatis pompa/ timer pompa, bila rusak segera lakukan perbaikan atau
penggantian
- Cek rutin tiga minggu sekali (angkat pompa), kalau ada kotoran benda padat
yang menyumbat pada pompa segera bersihkan, karena akan menyebabkan
pompa mengalami trouble.
- Pompa kolam sudah disetting otomatis sesuai timer pada panel control IPAL
(tidak perlu dirubah settingnya lagi, akan menyebabkan setting timer rusak,
kalau salah settingnya)
3. Effluent Pump (Pompa Untuk Siram – Siram Taman)
- Cek rutin dua minggu sekali secara rutin, kalau ada kotoran benda padat pada
valve pompa segera bersihkan, karena akan menyebabkan pompa mengalami
truble / air tidak bisamengalir
4. Dosing Pump / Clorination
- Cek rutin tiga minggu sekali secara rutin, bila valve inlet dosing pump
tersumbat lakukan pembersihan (valve inlet dosing pump terpasang dalam
tangki / fedeer larutan kaporit)
- Cek rutin tiga minggu sekali secara rutin, kalau kalau air kaporit dalam feeder
habis segera lakukan pengisian ulang
- Cek tiga minggu sekali secara rutin, bila sisa endapan kaporit dalam tangki /
feeder sudah banyak, segera lakukan pembersihan, karena akan menyumbat
valve isap dosing pump
Catatan :
 Kaporit yang dipakai berbentuk powder.
 Volume feeder tempat larutan kaporit 150 ltr
 Cara pelarutan kaporit :
- Masukan Kaporit powder kedalam ember kemudian tambah air bersih,
diamkan beberapa lama, agar kaporit powder larut dengan air.
- Masukan air kaporit hasil pelarutan ke feeder / tangki penampung kaporit
dan buang sisa ampas/endapanya.
5. Air Supplier
- Cek rutin setiap hari, pastikan switch pada panel control IPAL pada posisi AUTO
- Cek rutin setiap hari, kalau ada kotoran benda padat yang menyumbat pada
pipa inlet udara segera bersihkan, karena akan menyebabkan air supply
mengalami trouble, sehingga supply oksigen pada biofilter berkurang, yang
menyebabkan hasil olahan keruh dan bau
- Cek otomatis / timer setiap hari, pastikan dalam kondisi normal
- Cek setiap hari stop kran pengaturan supply oksigen dalam biofilter (sudah di
setting, tidak perlu dirubah - rubah, karena akan menyebabkan hasil treatment
bau dan keruh), bila ada perubahan pada stop kran pengaturan supply oksigen,
segera kembalikan ke setting awal
6. Unit Biofilter
- Buka stop kran di bagian bawah biofilter selama + 60 detik.
- Lakukan untuk setiap stage (setiap kran drain) pada biofilter.
- Lakukan drain secara rutin tiap 2 minggu sekali untuk mengurangi sludge sisa
treatment di bagian dasar tiap biofilter (sludge sisa treatment dialirkan secara
berkala ke anaerobic processor, anaerobic processor sebagai tempat
penampungan dan penguraian sludge sisa treatment, kecuali sludge dalam
bentuk padat (pasir atau lumpur tanah) harus dikuras apabila jumplahnya
sudah terlalu banyak (kurang lebih 10 - 15 tahun).
7. Post Treatment
- Buka stopkran di bagian bawah post treatment selama + 30 detik.
- Lakukan untuk setiap stage (setiap kran drain) pada post treatment.
- Lakukan drain secara rutin tiap 2 minggu sekali untuk mengurangi sludge sisa
treatment di bagian dasar tiap biofilter (sludge sisa treatment dialirkan secara
berkala ke anaerobic processor, anaerobic processor sebagai tempat
penampungan dan penguraian sludge sisa treatment, kecuali sludge dalam
bentuk padat (pasir atau lumpur tanah) harus dikuras apabila jumplahnya
sudah terlalu banyak (kurang lebih 10 - 15 tahun).
8. Gate Valve / Stop Kran Air Supplier
- Cek dan control setiap hari, pastikan Gate valve/stop kran tidak rubah posisi,
karena akan merubah pembagian supply udara dan menyebabkan hasil IPAL
keruh dan bau.
9. Gate Valve / Stop Kran Sirkulasi Pada Transfer Pump
- Cek dan control setiap hari, pastikan Gate valve/stopkran tidak rubah posisi,
karena akan merubah pembagian supply air dalam biofilter, dan menyebabkan
hasil ipal keruh dan bau.
10. Water Level Control / Otomatis Pompa
- Cek dan control setiap hari, pastikan pelampung automatis pompa berfungsi
dengan baik.
11. Loundry Pretreatment
- Cek rutin setiap hari, pastikan saringan avor dalam bak pencuci loundry selalu
terpasang
- Cek rutin setiap hari, kalau ada kotoran benda padat / plastik / kain segera di
bersihkan
12. Lab Pretreatment
- Cek rutin setiap hari, pastikan switch pada panel pada posisi auto
- Cek rutin dua minggu sekali secara rutin, kalau ada kotoran benda padat
saringan valve segera bersihkan, karena akan menyebabkan pompa mengalami
hambatan aliran
- Cek otomatis pompa, bila rusak segera lakukan perbaikan atau penggantian
13. Pra Pengolahan Kitchen
- Cek rutin satu minggu sekali pada bak kontrol, kalau ada kotoran benda
padat / plastik / padatan lemak segera di bersihkan
14. Saluran Air Limbah
- Semua air limbah dialirkan ke bak pengumpul sementara / septic tank
- Dari bak pengumpul sementara / septic tank, air limbah dialirkan ke IPAL
melalui jaringan pipa saluran air limbah
- Bak pengumpul sementara / septic tank, befungsi juga sebagai pengendapan
awal atau bak control, untuk menghandle padatan / plastik dan pembalut yang
dibuang ke closed / saluran air limbah
- Untuk mengatasi / mengantisipasi penyumbatan pada saluran air limbah :
 Pasang tulisan dalam kamar mandi/ wc umum “dilarang membuang plastik
/pembalut dalam closed”
 Pasang tulisan dalam kamar mandi/ wc umum “buang sampah plastik
/pembalut dalam bak sampah”
 Pasang tempat sampah dalam kamar mandi, agar sampah / plastik tidak
dibuang dalam closed
 Secara rutin dicek saringan / avor dalam kamar mandi, pastikan dalam
kondisi terpasang, agar plastik pembungkus sampo dan dal limbah padat
lainya tidak mengalir kesaluran
b. Penanganan Masalah yang terjadi pada IPAL
1. Transfer Pump (Existing) Tidak Beroperasional
- Cek panel control ipal, pastikan switch control transfer pump dalam kondisi auto
- Cek panel control, mungkin tidak ada aliran listrik
- Cek otomatis pompa, mungkin ada kerusakan, segera lakukan perbaikan /
penggantian
- Cek air limbah dalam equalisasi, mungkin tinggi air masih belum pada level
pelampung automatis
- Cek pompa, mungkin ada kerusakan lakukan pemasangan pompa cadangan
2. Pond Pump Tidak Beroperasional
- Cek panel control ipal, pastikan switch control pond pump dalam kondisi auto
- Cek panel control, mungkin tidak ada aliran listrik
- Cek timer pompa, mungkin ada kerusakan, segera lakukan perbaikan / penggantian
- Cek air dalam kolam, bila air dalam kolam habis / tidak ada, matikan pompa kolam /
pond pump secara manual, karena kalau tidak dimatikan pompa akan rusak
- Bila ada kerusakan pompa, ganti dengan pompa cadangan
3. Effluent Pump Tidak Beroperasional (pompa untuk siram – siram
taman)
- Bila sudah banyak cek air limbah dalam effluent tank, mungkin air dalam
effluent tank habis
- Cek otomatis pompa, bila rusak lakukan penggantian
- Cek pompa, mungkin ada kerusakan lakukan pemasangan pompa cadangan
4. Dosing Pump Tidak Beroperasional
- Cek panel control ipal, pastikan switch control dosing pump dalam kondisi auto,
karena operasional dosing pump, mengikuti operasional transfer pump
- Cek panel control, mungkin tidak ada aliran listrik
- Cek air larutan kaporit dalam feeder, mungkin kering, segera lakukan pengisian
ulang.
- Cek valve dosing pump, ada kemungkinan tersumbat, lakukan pembersihan
- Bila sudah banyak endapan kaporit, pada feeder / tangki kaporit, lakukan
pembersihan
- Cek dosing pump, mungkin ada kerusakan lakukan perbaikan dosing pump
5. Air Supplier Tidak Beroperasional
- Cek panel control ipal, pastikan switch control air supplier dalam kondisi auto
- Cek panel control, mungkin tidak ada aliran listrik
- Cek otomatis timer air supplier
- Cek air supplier, mungkin ada kerusakan, segera lakukan perbaikan /
penggantian
- Cek air supplier, mungkin ada kerusakan lakukan perbaikan air supplier
6. Timbul Busa
- Busa timbul saat IPAL pertama kali dioperasionalkan atau setelah IPAL mati
lama karena bakteri pengurai belum maksimal.
- Bila timbul foam atau bau akan direduksi oleh pipa defoaming,
- Busa / bau yang timbul tidak akan lama, karena setelah IPAL beropersional 1
– 2 hari busa/bau akan hilang.
7. Timbul Bau
- IPAL dibuat tertutup sehingga kecil kemungkinan terjadi bau.
- Bau yang timbul kemungkinan karena ada pipa/ mur baut yang tidak pas, atau
kurang keras menutupnya
8. Effluent Ipal Mengecil
- Cek transfer pump, mungkin tidak beroperasional (air dalam tangki anaerobic
processor habis.
- Cek valve stop kran drain, mungkin ada posisi yang terbuka
- Cek valve stop kran sirkulasi (kran pengatur debit) mungkin berubah
settinganya
- Cek air limbah dalam unit biofilter, unit post clarifier, mungkin belum terisi
penuh
- Cek pompa, mungkin ada kerusakan lakukan pemasangan pompa cadangan
9. Mutu Effluent Ipal Keruh Dan Bau
- Tunggu dan amati output selama 1 atau 2 hari, karena hal ini bisa juga terjadi
karena sumber limbah tercemar bahan kimia yg beracun / tidak ada supply
oksigen dalam biofilter, sehingga bakteri pengurai yang sdh ada di biofilter
terganggu/mati.
- Apabila bahan kimia yang tumpah tidak terlalu banyak biasanya dalam waktu
1- 2 hari akan terjadi recovery bakteri pengurai dalam biofilter dan output air
limbah mulai membaik.
- Hal lain yang menyebabkan hasil effluent ipal keruh dan bau :
 Mungkin ada bahan kimia yang tumpah, ada bahan kimia dari lab yang
dibuang dalam volume besar, atau bahan kimia lain (kandungan detergent)
yang dibuang berlebihan.
 Mungkin air supply/ jet ejector tidak beroperasional
 Mungkin ada perubahan setting stop kran air supply/ jet ejector
(kembalikan setting pada setting awal)
 Mungkin ada perubahan setting stop kran sirkulasi pada transfer pump
(kembalikan setting pada setting awal)
10. Kendala Yang Biasa Terjadi Di Saluran Air Limbah
- Penyebab masalah adalah ada benda padat (plastik, bungkus sabun/ shampoo,
pembalut, kain, sarung tangan plastik dari perawat dll) yang dibuang dan
masuk kejaringan saluran air limbah
- Kebuntuan bisa dideteksi dari kontrol point yang terpasang dititik saluran air
limbah, cek di bagian mana pada pipa saluran air limbah yang tersumbat /
buntu, kemudian masukan selang air dari pompa untuk mendorong benda
penyebab buntu dalam pipa, biasanya yang sering terikut kesaluran adalah
kotoran plastik dan pembalut, pembungkus sampo, sarung tangan dari
perawat, botol jarum suntik dll
- Untuk menghindari / meminimalisir hal – hal yang tersebut pada point B, bisa
dilakukan sbb:
 Pada kamar mandi/wc umum, kamar mandi/wc perawat, kamar mandi/wc
ruang perawatan pasien, kamar mandi/wc sekretariat atau kantor diberi
bak atau kantong sampah, agar benda padat seperti plastik, pembalut,
plastik shampo, pembungkus sabun dll , tidak dibuang dalam closet
 Petugas perawatan kebersihan perlu melakukan pengawasan dan kontrol
secara rutin, bila bak/kantong sampah sudah penuh segera untuk dibuang
dan tempatkan bak/kantong sampah kembali dikamar mandi/wc kembali.
 Harus ada punya rasa tanggung Sumaterab dari semua pihak, jangan
hanya dibebankan kepada petugas kebersihan saja, pegawai atau
karyawan pada Rumah Sakit sebaiknya untuk selalu turut menjaga
kebersihan, jangan memberikan contoh buruk kepada pasien ataupun
keluarga pasien dengan membuang sampah/limbah padat, teruma
membuang sampah/limbah padat plastik, pembalut, kain, sarung tangan
plastik, botol atau tutup jarum suntik ke salur pembuangan air limbah,
baik dicloset, westafel, buangan dari bak loundry.
 Ataupun pada kegiatan pada instalasi gizi yang biasanya juga membuang
bekas sisa makanan dan kadang juga membuang plastik bahkan kadang
sendok makan dan benda padat lain kesaluran air limbah.

c. Rencana Dan Prosedur Tanggap Darurat


Apabila hasil pemeriksaan kualitas air limbah melebihi standard baku mutu yang
telah ditetapkan maka :
- Dilakukan pemasangan flowmeter untuk mengukur laju aliran atau Jumlah
suatu fluida yeng bergerak mengalir dalam suatu pipa.
- Dilakukan pemeriksaan pada proses yang berlangsung di IPAL, kemudian
dilakukan penanganan sesuai penyimpangan yang ditemukan
- Dilakukan pemeriksaan di seluruh mesin dan peralatan IPAL, lakukan
penanganan sesuai penyimpangan yang dilakukan.
- Dilakukan pemeriksaan di inlet dan outlet setiap bulan.
- Apabila terjadi kebocoran/ keretakan bak atau kolam di IPAL (akibat gempa
bumi, dll) : proses IPAL dihentikan sementara.
- Selanjutnya melakukan pemeriksaan dan perbaikan setelah kondisi dinilai
aman.
- Apabila terjadi kecelakaan di IPAL : Segera berikan pertolongan pertama di
tempat kejadian, selanjutnya segera di bawa ke poliklinik atau IGD rumah
sakit untuk memperoleh pertolongan medis lanjutan.
- Apabila terjadi pemadaman listrik maka segera hubungi teknisi yang bertugas
supaya menyalakan genset dan IPAL dapat beroperasi kembali.

IV.5 Internalisasi Biaya Lingkungan


Internalisasi biaya lingkungan hidup dibuat sebagai bentuk tanggung
Sumaterab RS. BHAYANGKARA TK III PADANG terhadap pemeliharaan
lingkungan hidup. Biaya-biaya itu meliputi, pencegahan pencemaran atau kerusakan
lingkungan hidup serta pemeliharaan dan pemantauan pencemaran lingkungan hidup.
4.1.1 Biaya Pencegahan dan Pencemaran Lingkungan Hidup
Sebagai bentuk komitmen terhadap pencegahan pencemaran lingkungan
hidup atas adanya aktifitas rumah sakit khususnya yang menghasilkan limbah
cair maka RS. BHAYANGKARA TK III PADANGmengadakan
pembangunan Instalasi Pengolahan Air Limbah dengan system Biofilter
dengan total biaya investasi sebesar Rp 4.620.000.000,-

4.1.2 Biaya Pemeliharaan dan Pemantauan Pencemaran Lingkungan Hidup


RS. BHAYANGKARA TK III PADANG selalu melakukan pemeliharaan
terhadap Instalasi Pengolahan Air Limbah agar proses pengolahan tetap
bekerja secara maksimal. Selain itu, RS. BHAYANGKARA TK III PADANG
juga bekerja sama dengan laboratorium pengujian kualitas air limbah yang
telah terakreditasi KAN dalam rangka pemantauan terhadap aktifitas
pembuangan limbah cair yang dilakukan setiap bulan pada outlet, Inlet,
Upstream, dan Downstream dengan total biaya sebesar Rp 182.146.000,-
Tabel IV.4 Internalisasi Biaya Lingkungan
KETERANGAN BIAYA

Biaya Pencegahan dan Pencemaran Rp 7.373.250.000,-


Lingkungan Hidup
Biaya Pemantauan Pencemaran dan Rp 91.376.000,-
Kerusakan Lingkungan Hidup

IV.5 Periode Waktu Uji Coba


Rencana waktu uji coba IPAL akan berlangsung sekitar 1 (satu) bulan meliputi uji
kebocoran, uji peralatan elektrikal dan mekanikal, uji pembebanan reactor dengan air
limbah dan uji kualitas baku mutu air limbah.

No Bulan ke 1 Bulan ke 2 Bulan ke 3


Kegiatan
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Pekerjaan persiapan
2 Pekerjaan tanah
3 Pekerjaan sipil dan pondasi

4 Mobilisasi reaktor dan


material mekanikal
dan elektrikal
5 Pemasangan reaktor
6 Pekerjaan instalasi
perpipaan dan
mekanikal
7 Pekerjaan elektrikal
8 Finishing
9 Tes kebocoran
10 Tes Peralatan mekanikal
dan elektrikal
11 Tes pembebanan reaktor
dengan air limbah
12 Tes kualitas influen dan
efluen
13 Tes kualitas IPAL Biofilter

5 Tabel IV.5 Periode Uji Coba

IV.6 Standar Kompetensi Sumber Daya Manusia


Pada kegiatan pengelolaan lingkungan di tahap operasional harus memiliki
standar pengelolaan lingkungan yaitu wajib memiliki penanggung Sumaterab
pengendalian pencemaran yang kompeten serta memiliki penanggung Sumaterab
operasional instalasi air limbah yang bertanggung Sumaterab penuh, mengorganisir
seerta menginstuksikan tindakan tindakan yang tepat kepada personel yang bertugas
atas operasional alat IPAL.

Gambar IV.4 Struktur Organisasi RS. BHAYANGKARA TK III PADANG


1) Sumber Daya Manusia
Sumber daya manusia yang bertanggung Sumaterab dalam pemantauan Air Limbah:
a. Penanggung Sumaterab dan pengendali pencemaran air
Tugas dan tanggung Sumaterab pengendali pencemaran air :
- Mengidentifikasi sumber pencemaran air limbah
- Menentukan karakteristik sumber pencemar air limbah\
- Menilai tingkat pencemaran air limbah
- Menentukan peralatan instalasi pengolahan air limbah (IPAL)
- Mengoperasikan peralatan instalasi pengolahan air limbah (IPAL)
- Melaksanakan daur ulang olahan air limbah
- Menyusun rencana pemantauan kualitas air limbah
- Melaksanakan pemntauan kualitas air limbah
- Meng identifikasi bahaya dalam pengolahan air limbah
- Melakukan tindakan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) terhadap bahaya
dalam pengolahan air limbah
b. Penanggung Sumaterab operasional pengolahan air limbah
PenanggungSumaterab Operasional Pengolahan Air Limbah atau disebut
POPAL adalah personil yang memiliki kewenangan dan tanggung Sumaterab
terhadap penyususnan rencana pengoperasian instalasi pengolahan air limbah,
perawatan instalasi pengolahan air limbah serta melaksanakan tanggap darurat
dalam pengoperasian instalasi pengolahan air limbah

IV.7 Sistem Manajemen Lingkungan


Sistem manajeman lingkungan dilakukan melalui tahapan :
1. Perencanaan
2. Pelaksanaan
3. Pemeriksaan dan
4. Tindakan
Sistem manajemen lingkungan disusun berdasarkan kompleksitas usaha dan/atau
kegiatannya
Rincian tahapan penyusunan sistem manajemen lingkungan adalah sebagai berikut :
1. Perencanaan
a.Menentukan lingkup dan menerapkan sistem manajemen lingkungan terkait
pengendalian pencemaran air , pengendalian pencemaran dan/atau kerusakaan
ekosistem air
b. Menetapkan kebijakan pengendalian pencemaran air,
pengendalian pencemaran , dan /atau kerusakan ekosistem air
c.Memastikan kepemimipinan dan komitmen dan manajemen puncak terhadap
pengedalian pencemaran
d. Memastikan adanya struktur organisasi yang menangani
pengendalian Pencemaran air, pengendalian pencermaran
e.Menetapkan tanggung Sumaterab dan kewenangan untuk peran yang sesuai
f. Menentukan aspek menetapkan kebijakan pengendalian pencemaran air ,
pengendalian pencemaran dan /atau kerusakan laut dan dampaknya
g. Identifikasi dan memiliki akses terhadap kewajiban penaatan
pencemaran dan kerusakan
h. Menentukan risiko dan peluang yang perlu ditangani
i. Merencanakan untuk mengambil aksi menangani risiko dan peluang serta evaluasi
efektifitas dari kegiatan tersebut
j. Menetapkan sasaran dan kebijakan pengendalian pencemaran air untuk
menentukan imdikator dan proses untuk mencapainya

2. Pelaksanaan
a. Menentukan sumber daya yang diisyaratkan untuk penerapan dan pemeliharaan
sistem manajemen lingkungan terkait pengendalian pencemaran lingkungan
b. Menentukan sumber daya manusia yang memiliki sertifikasi kompetensi
pengendalian pencemaran air
c. Menetapkan, menerapkan dan memelihara proses yang dibutuhkan untuk
komunikasi internal dan eksternal
d. Memastikan kesesuaian metode untuk pembuatan dan pemutakhiran serta
pengendalian informasi terdokumentasi
e. Menetapkanm menerapkan dan mengendalian proses pengendalian operasi yang
dibutuhkan untuk memenuhi persyaratan sistem manajemen lingkungan terkait
pengendalian pencemaran air dan
f. Menentukan potensi situasi darurat dan respon yang diperlukan

3. Pemeriksaan
a. Memantau, mengukur, menganalisa dan mengevaluasi kinerja, menetapkan
kebijakan pengendalian pencematan air, pengendalian pencemaran air
b. Mengevaluasi pemebuhan terhadap kewajiban penaatan menetapkan kebijakan
pengendalian pencemaran air
c. Melakukan internal audit secara berkala
d. Mengkaji sistem manajemen lingkungan organisasi terkait menetapkan kebijakan
pengendalian pencemaran air untuk memastikan kesesuaian, kecukupan dan
keefektifan.
4. Tindakan
a. Melakukan tindakan untuk menangani kesesuain d
b. Memastikan tindakan perbaikan berkelanjutan terhadap sistem manajemen
lingkungan yang sesuai dan efektif untuk meningkatkan kinerja pengendalian
pencemaran air.

Anda mungkin juga menyukai