2022
BAB I
DESKRIPSI KEGIATAN
Dalam menentukan besarnya debit air limbah, diperlukan data berupa jumlah
tempat tidur (bed) yang tersedia di rumah sakit. Dari data yang diperoleh dilakukan
perhitungan menggunakan asumsi mengenai jumlah limbah yang dihasilkan bahwa
volume limbah cair maksimum 500 L/ bed/ hari. Dapat diasumsikan bahwa untuk
Limbah klinik kesehatan adalah semua sampah dan limbah yang dihasilkan oleh
kegiatan klinik kesehatan dan kegiatan penunjang lainnya. Secara umum sampah dan
limbah rumah sakit dibagi dalam dua kelompok besar, yaitu limbah medis klinis dan non
klinis baik itu limbah padat maupun limbah cair (Depkes RI, 2002).
Limbah cair klinik kesehatan umumnya mengandung senyawa polutan organik
yang cukup tinggi dan dapat diolah dengan proses pengelolaan secara biologis, baik yang
berasal dari buangan domestik maupun buangan limbah medis klinis. Sementara itu,
untuk limbah yang berasal dari laboratorium biasanya banyak mengandung logam berat
dan bila dialirkan ke dalam pengolahan secara biologis akan menganggu proses
pengelolaan. Limbah ini harus dipisahkan dan ditampung kemudian diolah secara kimia-
fisika baru dialirkan bersama-sama dengan limbah cairan lainnya dan diolah dengan
pengelolaan biologis.
Diagram proses pengelolaan sanitasi pada RS. Bhayangkara TK III Padang dapat
dilihat seperti pada Gambar III.1. Di dalam pengelolaan limbah cair pada fasilitas
pelayanan kesehatan, sebaiknya saluran air hujan dan saluran limbah dipisahkan agar
proses pengolahan air limbah dapat berjalan secara efektif. (Nusa Idaman
Said.,”Teknologi Pengolahan Air Limbah”, 2017)
Dari tabel tersebut terlihat bahwa air limbah rumah sakit jika tidak diolah sangat
berpotensi untuk mencemari lingkungan. Selain pencemaran secara kimiawi, air limbah
rumah sakit juga berpotensi untuk mencemari lingkungan secara bakteriologis. Di dalam
pengelolaan limbah cair pada fasilitas pelayanan kesehatan, sebaiknya saluran air hujan dan
saluran limbah dipisahkan agar proses pengolahan air limbah dapat berjalan secara efektif
II.5 Deskripsi Pengolahan Air Limbah Fasilitas Kesehatan Dengan Proses Biofilter
Tipikal proses pengolahan air limbah rumah sakit atau fasilitas pelayanan kesehatan
adalah dengan proses biofilter anaerob aerob. Seluruh air limbah yang berasal dari
beberapa proses kegiatan rumah sakit dialirkan melalui saluran pembuang ke bak
pengumpul kecuali yang mengandung logam berat dan pelarut kimia. Air limbah yang
berasal dari dapur (kantin) dialirkan ke bak pemisah lemak (grease trap) dan selanjutnya
dilairkan ke bak pengumpul. Air limbah yang berasal dari kegiatan laundry dialirkan ke
bak pengolahan awal untuk menghilangkan busa, selanjutnya dilairkan ke bak pengumpul.
Air limbah yang berasal dari limbah domestik non toilet dialirkan ke bak screen atau bak
kontrol dan selanjutnya dilairkan ke bak penumpul. Air limbah toilet dialirkan ke tangki
(m3)
anaerob akan dioksidasi (proses nitrifikasi) akan diubah menjadi nitrat (NH4+ →
NO3 ).Selain itu gas H2S yang terbentuk akibat proses anaerob akan diubah menjadi sulfat
(SO4) oleh bakteri sulfat yang
Konstruksi reaktor biofilter aerob dapat dibuat dari bahan fiber reinforced plastic
(FRP) . Bentuk reaktor tersebut dapat berbentuk tabung atau persegi. Di dalam reaktor
tersebut dilengkapi dengan peralatan pemasok udara.
Pada umumnya IPAL dengan proses biofilter anaerob-aerob yakni yang terdiri dari
bak pengendap awal, reaktor biofilter anaerob, rekator biofilter aerob serta bak pengendap
akhir dibuat dalam bentuk yang kompak untuk menghemat ruang maupun biaya
konstruksi.
i. Reaktor Biofilter Anaerob
Di dalam proses pengolahan air limbah dengan sistem anaerob aerob biofilter,
reaktor anaerob merupakan unit yang mana didalamnya terjadi proses penguraian air
limbah secara anaerob oleh bakteri anaerob. Di dalam proses pengolahan air limbah secara
anaerob, akan dihasilkan gas methan, amoniak dan gas H 2S yang menyebabkan bau busuk.
Oleh karena itu untuk pengolahan air limbah rumah sakit atau fasilitas pelayanan kesehatan
unit reaktor biofilter anaerob dibuat tertutup dan dilengkapi dengan pipa pengeluaran gas
dan jika perlu dilengkapi dengan filter penghilang bau. Reaktor biofilter dapat dibuat dari
bahan fiber reinforced plastic (FRP).
III.2 Baku Mutu Limbah Cair Rumah Sakit atau Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Berdasarkan Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup RI No.
P.68/Menlhk/Setjen/Kum/1/8 Th.2016 tentang Baku Mutu Limbah Cair bagi kegiatan
Rumah Sakit, maka setiap rumah sakit yang menghasilkan air limbah / limbah cair
harus memenuhi peraturan tersebut.
Dari tabel tersebut terlihat bahwa air limbah rumah sakit jika tidak diolah sangat
berpotensi untuk mencemari lingkungan. Selain pencemaran secara kimiawi, air
limbah rumah sakit juga berpotensi untuk mencemari lingkungan secara bakteriologis.
Di dalam pengelolaan limbah cair pada fasilitas pelayanan kesehatan, sebaiknya
saluran air hujan dan saluran limbah dipisahkan agar proses pengolahan air limbah
dapat berjalan secara efektif.
Dari bak aerasi, air dialirkan ke bak pengendap akhir. Di dalam bak ini lumpur aktif
yang mengandung massa mikro-organisme diendapkan dan dipompa kembali ke
bagian inlet bak aerasi dengan pompa sirkulasi lumpur. Sedangkan air limpasan (over
flow) dialirkan ke bak khlorinasi. Di dalam bak kontaktor khlor ini air limbah
dikontakkan dengan senyawa khlor untuk membunuh micro-organisme patogen.
Air limbah yang berasal dari kegiatan laundry dialirkan ke bak pengolahan awal
untuk menghilangkan busa, selanjutnya dilairkan ke bak pengumpul. Air limbah
yang berasal dari limbah non toilet dialirkan ke bak screen atau bak kontrol dan
selanjutnya dilairkan ke bak pengumpul. Air limbah toilet dialirkan ke tangki septik,
selanjutnya air limpasannya (overflow) dialirkan ke bak pengumpul. Air limbah yang
berasal dari laboratorium dilairkan ke proses pengolahan awal dengan cara
pengendapan kimia dan air olahannya dialirkan ke bak pengumpul. Air limbah yang
berasal dari ruang operasi dialirkan langsung ke bak pengumpul. Aliran air limbah
dari sumber limbah ke bak pengumpul dilakukan secara gravitasi sedangkan dari bak
penampung ke sistem IPAL dilakukan dengan sistem pemompaan. Dari bak
pengumpul, air limbah dipompa ke bak pemisah lemak atau minyak. Bak pemisah
lemak tersebut berfungsi untuk memisahkan lemak atau minyak yang masih tersisa
serta untuk mengendapkan kotoran pasir, tanah atau senyawa padatan yang tak dapat
terurai secara biologis. Selanjutnya limpasan dari
bak pemisak lemak dialirkan ke bak ekualisasi yang berfungsi sebagai bak
penampung limbah dan bak kontrol aliran. Air limbah di dalam bak ekualisasi
selanjutnya dipompa ke unit IPAL. Di dalam unit IPAL tersebut, pertama air
limbah dialirkan masuk ke bak pengendap awal, untuk mengendapkan partikel
lumpur, pasir, dan kotoran organik tersuspesi. Selain sebagai bak pengendapan,
juga berfungasi sebagai bak pengurai senyawa organik yang berbentuk padatan,
sludge digestion (pengurai lumpur) dan penampung lumpur.
Air limpasan dari bak pengendap awal selanjutnya dialirkan ke bak anaerob (biofilter
Anaerob). Di dalam bak kontaktor anaerob tersebut diisi dengan media khusus dari
bahan plastik Kelas sarang tawon. Di dalam reaktor Biofilter Anaerob, penguraian
zat- zat organik yang ada dalam air limbah dilakukan oleh bakteri anaerobik atau
fakultatif aerobik. Disini zat organik akan terurai menjadi gas metan dan karbon
dioksida tanpa pemberian udara. Air limpasan dari reaktor biofilter anerob dialirkan
ke reaktor biofilter aerob. Didalam reaktor biofilter aerob diisi dengan media sambil
dihembus dengan udara. Setelah beberapa hari operasi, pada permukaan media filter
akan tumbuh lapisan film mikro-organisme. Mikro-organisme inilah yang akan
menguraikan zat organik yang belum sempat terurai pada bak pengendap awal. Dari
reaktor biofilter aerob air limbah dialirkan ke bak pengendapan akhir, sedangkan air
limpasan (over flow) dialirkan ke flow meter dan selajutnya dialirkan ke khlorinator
untuk membunuh mikro-organisme patogen dan setelah melalui khlorinator air
dibuang ke saluran umum. Sebagian air olahan dari bak pengendap akhir dialirkan ke
bak bioindikator yang diisi ikan, selanjutnya air limpasan dialirkan ke khlorinator. Di
dalam bak kontaktor khlor ini air limbah dikontakkan dengan senyawa khlor
selanjutnya dibuang ke saluran umum. Kombinasi proses anaerob aerob tersebut
selain dapat menurunkan zat organik (BOD dan COD), serta mereduksi amonia,
padatan tersuspensi (SS), phospat dan lainnya.
Penentuan teknologi sistem pengolahan Air Limbah dilakukan dengan pendekatan
kelompok pencemar, antara lain: organik terurai (biodegradable organics), organik
sulit terurai (non biodegradable organics), nutrien, sedimen, padatan tersuspensi,
apungan (floatable material), logam berat, anorganik terlarut, asam basa, patogen,
warna, senyawa toksik atau inhibitor.
Teknologi Sistem Pengolahan Air Limbah dapat diidentifikasi pada Tabel sebagai
berikut:
Tabel IV.1 Teknologi Sistem Pengolahan Air Limbah
Kelompok Penjelasan Parameter Pilihan
Organik terurai
Pencemar - Terdiri dari BOD Diolah
Teknologi
berbagai senyawa dengan metode
organic yang dapat mikrobiologi
diuraikan oleh mikroba: yaitu dengan
karbohidrat protein, metode
sukrosa, glukosa dan aerob
lemak. maupun
- Menimbulkan dampak anaerob
spesifik yaitu
pembusukan Badan Air,
sehingga memiliki
kondisi septik yang
hitam dan berbau
Tabel IV.5 Hasil Uji Laboratorium Kualitas Air Limbah di Titik Outlet IPAL
PARAME BAKU BULAN
NO. SATUAN
TER MUTU JAN FEB MAR APR MEI JUN
1 TSS 30 mg/L 6 11 7.33 14 7.33
2 pH 6–9 7.7 x 8.2 7.9 7x
3 AMONIAK 10 mg/L 1.47 4.43 2.04 < 0.0031 <
0.0031
4 BOD5 30 mg/L x x x 14.4 9.35
5 COD 100 mg/L 25.3 37.1 35.1 45 x
6 MINYAK 5 mg/L x < 0.86 < 0.86 x <
LEMAK 0.86
7 COLIFORM 3.000 MPN/100 2445 2577 1553.1 2427 x
TOTAL ml
Tabel IV.6 Hasil Uji Laboratorium Kualitas Air Limbah di Titik Upstream dan Downstream
IV.2.4 Perhitungan Baku Mutu Air Berdasarkan Alokasi Beban Pencemar Air
Tabel IV.1 Konsentrasi terukur
Parameter (mg/L)
Bulan
BOD COD Amonia Phospat
Januari 5.51 23.535 0.0085 1.986
Februari 3.6 12.74 0.0112 1.17
Maret 2.81 8.667 0.007 1.694
April 3.78 15.58 0.0128 1.779
Rata-rata 3.925 15.1305 0.009875 1.65725
Selain prosedur keadaan darurat, yang perlu diketahui oleh seluruh penghuni Gedung
adalah alur untuk melakukan evakuasi. Karena jika tidak mengetahuinya, maka akan
terjadi kebingungan akan pergi kemana saat terjadi keadaan darurat. Alur evakuasi
sebaiknya dipasang bersamaan dengan Prosedur Keadaan Darurat, yaitu setiap
ruangan di setiap lantainya.
2. Pelaksanaan
a. Menentukan sumber daya yang diisyaratkan untuk penerapan dan pemeliharaan
sistem manajemen lingkungan terkait pengendalian pencemaran lingkungan
b. Menentukan sumber daya manusia yang memiliki sertifikasi kompetensi
pengendalian pencemaran air
c. Menetapkan, menerapkan dan memelihara proses yang dibutuhkan untuk
komunikasi internal dan eksternal
d. Memastikan kesesuaian metode untuk pembuatan dan pemutakhiran serta
pengendalian informasi terdokumentasi
e. Menetapkanm menerapkan dan mengendalian proses pengendalian operasi yang
dibutuhkan untuk memenuhi persyaratan sistem manajemen lingkungan terkait
pengendalian pencemaran air dan
f. Menentukan potensi situasi darurat dan respon yang diperlukan
3. Pemeriksaan
a. Memantau, mengukur, menganalisa dan mengevaluasi kinerja, menetapkan
kebijakan pengendalian pencematan air, pengendalian pencemaran air
b. Mengevaluasi pemebuhan terhadap kewajiban penaatan menetapkan kebijakan
pengendalian pencemaran air
c. Melakukan internal audit secara berkala
d. Mengkaji sistem manajemen lingkungan organisasi terkait menetapkan kebijakan
pengendalian pencemaran air untuk memastikan kesesuaian, kecukupan dan
keefektifan.
4. Tindakan
a. Melakukan tindakan untuk menangani kesesuain d
b. Memastikan tindakan perbaikan berkelanjutan terhadap sistem manajemen
lingkungan yang sesuai dan efektif untuk meningkatkan kinerja pengendalian
pencemaran air.