Anda di halaman 1dari 34

PENAPISAN PERSETUJUAN TEKNIS PEMBUANGAN AIR LIMBAH KE

BADAN AIR PERMUKAAN

1. Apakah Usaha dan/atau Kegiatan termasuk dalam daftar Usaha dan/dan


Kegiatan dengan potensi pencemar air tinggi sebagaimana tabel di bawah ini?
- Daftar Usaha dan/atau kegiatan tidak termasuk kegiatan dengan potensi
pencemar tinggi
2. Apakah Air Limbahnya akan dibuang ke Badan Air permukaan?

- Ya, Air Limbah dibuang ke badan air permukaan

3. Apakah pengolahan Air Limbah bagi Usaha dan/atau Kegiatan tersebut sudah
ditetapkan standar teknologinya
- Ya, Pemrakarsa usaha dan/atau kegiatan sudah memiliki standar teknologi
pengelolaan air limbah

Berdasarkan penapisan diatas, maka kegiatan operasional UPT Puskesmas


Buntu Batu diwajibkan menyusun standar teknis pemenuhan baku mutu air
limbah. Hal ini sebagaimana yang tertuang dalam KBLI 86102 bahwa
kegiatan Fasilitas Pelayanan Kesehatan termasuk kegiatan yang diwajibkan
menyusun STANDAR TEKNIS.

1|U PT Pus kes mas Buntu Ba t u


DOKUMEN STANDAR TEKNIS PEMBUANGAN AIR LIMBAH
KE BADAN AIR PERMUKAAN

A. Deskripsi Usaha dan/atau Kegiatan


1. Data Pemrakarsa/Perusahaan/Kegiatan
a. Nama Perusahaan : UPT Puskesmas Buntu Batu
b. Jenis Kegiatan : Fasilitas Pelayanan Kesehatan
c. Alamat Kegiatan : Jl. Burandan No. 3, Pasui Kec. Buntu Batu
d. Penanggung Jawab : Sukraini, SKM.M.Adm.Kes.
e. No. Telp : 082192816759
f. Email : puskesmasbuntubatu@gmail.com

2. Dokumen Perizian
Tabel 1. Dokumen perizinan UPT Puskesmas Buntu Batu
Tanggal
No. Nama Dokumen Nomor Pemberi Ijin
Berlaku
1. NIB/ Nomor Izin 694/Dinkes/III/2 Bupati 26 Maret 2019
Operasi 014 Enrekang
2. Rekomendasi atas 757/DLH/XI/20 Dinas 13 November
UKL-UPL 17 Lingkungan 2017
Hidup
3. Izin Lingkungan 15/DPMPTSP/I DPMPTSP 31 Januiari
Kegiatan L/I/2018 2018
Puskesmas Buntu
Batu
3. NPWP 80.109.644.7- Dirjen Pajak 22 September
Perusahaan 802.000 2016
4. Izin TPS Limbah 05/DPMPTSP/I DPMPTSP 20 Oktober
B3 LB3/X/2020 2020
Sumber : UPT Puskesmas Buntu Batu,2023

3. Jenis dan Kapasitas Usaha/dan Kegiatan


a. Nama Perusahaan : UPT Puskesmas Buntu Batu
b. Jenis Kegiatan : Fasilitas Pelayanan Kesehatan
c. Luas Lahan : 12,665 km2
d. Luas Lahan Terbangun : 375 m2
e. Jumlah Tingkat : 2 tingkat

2|U PT Pus kes mas Buntu Ba t u


f. Jumlah Karyawan : 97 orang
g. Jumlah Tempat Tidur : 18
h. Jumlah Pasien/hari :
- Rawat Jalan/Poli : 30-60 orang/hari
- Rawat Inap : 1 orang/hari
Pusat Kesehatan Masyarakat (Puseksmas) Buntu Batu secara
administrasi terletak di Desa Pasui Kecamatan Buntu Batu, Kabupaten
Enrekang terletak di koordinat 03ᵒ26’04.7”s ; 119ᵒ53’26.1”. lokasi ini
memiliki ketinggian sekitar 100-1700 meter diatas permukaan laut (mdpl).
Puskesmas Buntu Batu adalah puskesmas rawat inap yang setiap harinya
menerima pasien gawat darurat dan pasien persalinan. Meningkatnya
kesehatan di wilayah pedesaan tidak terlepas dari upaya yang dilakukan oleh
Puskesmas. Puseksmas sebagai salah satu sarana kesehatan yang memberikan
pelayanan kesehatan kepada masyarakat memiliki peran yang sangat strategis
dalam mempercepat peningkatan kesehatan masyarakat. Dalam hal ini adalah
keberadaan Puskesmas. Puskesmas dalam beraktifitas juga dapat memberikan
kontribusi terhadap menurunnya kualitas lingkungan apabila tidak
memperhatikan pengelolaan dampak negatif yang ditimbulkan, seperti limbah
medis berupa padatan dan cairan yang mengandung mikroorganisme patogen.
Buangan limbah beracun dan berbahaya (B3) serta adanya penyebaran infeksi
nosokomial dan lain-lain.
Tabel 2. Peruntukan Lahan dan Pemanfaatan Ruang UPT Puskesmas Buntu
Batu
No Peruntukan Bangunan Luas (m₂) Fungsi Bangunan
Sarana dan Prasarana
1 Gedung utama lantai 1 Berfungsi sebagai area pelayanan
yaitu UGD, Poli Umum, Poli Gigi,
Poli KIA/KB, Kamar Bersalin,
Ruang Nifas, Ruang Imunisasi,
Laboratorium, Ruang KIE, Ruang
Farmasi, Loket/ Rekam Medik,
Ruang Rawat Inap
2 Gedung utama lantai 2 Digunakan sebagai kantor
Manajemen UPT Puskesmas Buntu
Batu.
3 IPAL, TPS Bangunan IPAL dan TPS LB3
4 Tempat Parkir Berfungsi sebagai tempat parkir

3|U PT Pus kes mas Buntu Ba t u


kendaraan satf dan pengunjung
UPT Puskesmas Buntu Batu
5 Perumahan Dokter Rumah dinas dokter UPT
Puskesams Buntu Batu
Sumber : UPT Puskesmas Buntu Batu, 2023

4. Proses Usaha/Kegiatan
a. Proses/ Kegiatan Utama
Kegiatan utama di UPT Puskesmas Buntu Batu adalah Pelayanan
dalam gedung dan pelayanan luar gedung.
Untuk menunjang kegiatan pelayanan kesehatan UPT Puskesmas
Buntu Batu, maka telah memiliki sumber daya manusia baik tenaga
medis maupun non medis sebanyak 97 orang sebagaimana yang disajikan
pada tabel berikut ini:
Tabel 3. Jenis dan Jumlah Tenaga Kesehatan di UPT Puskesmas Buntu
Batu
No Posisi/Jabatan Jumlah
1 Dokter Umum 1
2 Dokter Gigi 2
3 Perawat
4 Bidan
5 Sanitarian 2
6 Nutrisionis 4
7 Apoteker/Farmasi 7
7 Perawat Gigi 3
8 Laboran 5
9 Tenaga Kesmas 6
Sumber : UPT Puskesmas Buntu Batu, 2023
- Pelayanan Dalam Gedung
Fasilitas utama pelayanan medik dan penunjang medik saat ini terdiri
dari ruang UGD, Poli Umum, Poli Gigi, Poli KIA/KB, Kamar
Bersalin, Ruang Nifas, Ruang Imunisasi, Laboratorium, Ruang KIE,
Ruang Farmasi, Loket/ Rekam Medik, Ruang Rawat Inap.

- Pelayanan Luar Gedung

4|U PT Pus kes mas Buntu Ba t u


Seusia standar strategi Dinas Kesehatan Kab. Enrekang UPT
Puskesmas Buntu Batu melaksanakan Upaya Kesehatan Masyarakat
yang terdiri dari :
1) Upaya Kesehatan Esensial
Upaya promosi kesehatan dan UKS, Upaya Kesehatan
Lingkungan, upaya kesehatan keluarga (kesga), upaya perbaikan
gizi masyarakat, dan P2M.
2) Upaya Kesehatan Pengembangan dan Penunjang
Upaya kesehatan jiwa, upaya kesehatan gigi dan mulut, PTM,
Kestrad, kesorga, kesehatan indera, kesehatan lansia dll.
3) Manajemen Puskesmas
Layanan kesehatan yang diberikan oleh UPT Puskesmas Buntu
Batu adalah sebagai berikut :
1) Pelayana Medik Umum dan Penunjang Medik
a. Layanan Rawat Jalan Poliklinik
- Poliklinik umum
- Poliklinik KIA/KB
- Poliklinik Gigi
- Layanan Laboratorium
- Konseling Terpadu
b. Unit Gawat Darurat
Operasiona unit gawat darurat UGD adalah memberikan
pelayanan bagi pasien yang membutuhkan pertolongan pertama.
Bentuk pelayanan yang diberikan berupa tindakan-tindakan
medis dan pemberian obat-obatan yang dianggap penting untuk
melkukan penanganan awal bagi pasien. Unit gawat darurat
dilayani oleh perawat dan didukung oleh doketr konsultan jaga.
Disamping tenaga profesional tersebut, UGD dilengkapi dengan
peralatan untuk keselamatan hidup (EKG, O2, saturasi O2,
nebulizer dll) serta ambulans yang siap 24 jam.
2) Pelayanan Keperawatan dan Kebidanan
a. Layanan Rawat Inap
Kapasitas tempat tidur yang ada di UPT Puskesmas Buntu Batu
adalah sebanyak 9 tempat tidur. Ruang perawatan di UPT
Puskesmas Buntu Batu terdiri dari ruang perawatan laki-laki dan
ruang perawatan perempuan dan anak. Jumlah tempat tidur
berdasarkan ruangan perawatan adalah sebagai berikut :

5|U PT Pus kes mas Buntu Ba t u


Tabel 4. Kapasitas Tempat Tidur Ruang Perawatan UPT Puskesmas
Buntu Batu
No Jenis Ruang Perawatan Jumlah Tempat Tidur
1 Perawatan Laki-Laki 4
2 Perawatan Perempuan 6
3 Perawatan Anak 4
4 Perawatan Pasca Salin 2
5 Ruang Isolasi 2
Sumber : UPT Puskesmas Buntu Batu, 2023
b. Ruang Nifas
UPT Puskesmas Buntu Batu menyediakan ruang nifas untuk ibu
melahirkan. Ruangan ini dirancang untuk memberikan
kenyamanan untuk Ibu, bayi dan keluarga yang mendampingi ibu
selama proses persalinan yang menyediakan sebanyak 2 tempat
tidur.
3) Pelayanan Kefarmasian
Pelayanan Farmasi untuk memberikan pelayanan obat-obatan kepada
pasien rawat inap, rawat jalan dan pasien gawat darurat.
4) Pelayanan Laboratorium
Instalasi laboratorium yang tersedia di UPT Puskesmas Buntu Batu
Pelayanan medis yang diberikan untuk layanan laboratorium adalah
Pemeriksaan Hemoglobin pada ibu hamil, pemeriksaan darah
trombosit tersangka DBD, Pemeriksaan darah malaria, pemeriksaan
tes kehamilan, pemeriksaan urene protein, HIV pada ibu hamil, tess
widal, Gula darah, asam urat, kolesterol dan pemeriksaan kehamilan
(plano test).
5) Pelayanan Penunjang
- Instalasi Listrik
Sumber energi Listrik yang digunakan untuk operasional UPT
Puskesmas Buntu Batu berasal dari PLN sebesar 6800 KVA.
Sedangkan sumber energi cadangan bersumber dari genset yang
disiapkan sebanyak 1 unit dengan kapasitas dengan daya
listrik kurang lebih 220 KVA.
- Sumber Air Bersih
Sumber air bersih UPT Puskesmas Buntu Batu adalah Air
bersih yang bersumber dari Mata Air ini terlebih dahulu
ditampung dalam Penampungan berupa EXCELL sebelum

6|U PT Pus kes mas Buntu Ba t u


didistribusikan ke berbagai areal bangunan Puskesmas seperti
ruang managemen, ruang perawatan, laboratorium, toilet setiap
ruangan dan fasilitas lainnya yang membutuhkan air bersih.

B. Jenis dan Jumlah Bahan Baku dan/atau Bahan Penunjang yang Digunakan
Jenis dan Jenis dan jumlah bahan baku atau bahan penolong yang
digunakan dalam operasional UPT Puskesmas Buntu Batu yang digunakan untuk
keperluan perawatan, laboratorium dan kegiatan non medis seperti kebersihan
ruangan puskesmas dan fasilitasnya disajikan pada tabel berikut ini:
Tabel 5. Jenis Penggunaan Bahan Penunjang Yang Digunakan di UPT
Puskesmas Buntu Batu
No Nama Bahan Penolong Jumlah Keterangan
1 Alkohol 70 % @ 1000 ml 1000ml Laboratorium
2 Cairan Nacl 0,9 % 500ml Laboratorium
3 Metanol 250ml Laboratorium
4 Aquadest 500ml Laboratorium
5 Cloro ethyl 250ml Poli Gigi
6 Reagent pemeriksaan 100ml Laboratorium
kimia klinik hematologi
dan uranis
7 Sisa sampel darah, 1000ml Laboratorium
urine dan sputum
8 Cairan pembersih lantai 250ml Laboratorium
dan toilet
Sumber : UPT Puskesmas Buntu Batu, 2023

C. Proses Usaha dan/atau Kegiatan Yang Direncanakan


1. Proses Utama dan Proses Penunjang
Sumber limbah cair atau air limbah yang dihasilkan pada kegiatan
operasional UPT Puskesmas Buntu Batu bersumber dari proses aktivitas
kegiatan utama dan kegiatan penunjang Puskesmas, yaitu kegiatan medik dan
non medik. Kegiatan medik bersumber dari toilet pada kamar pelayanan
medis rawat jalan dan rawat inap, laboratorium serta washtafel sedangkan
kegiatan non medik bersumber dari kegiatan penggunaan toilet oleh
karyawan dan toilet umum pengunjung. Neraca air operasional Puskesmas
dihitung berikut ini:

7|U PT Pus kes mas Buntu Ba t u


a. Neraca Air UPT Puskesmas Buntu Batu
Kegiatan operasional UPT Puskesmas Buntu Batu menyediakan
layanan kesehatan atau layanan medis dengan kapasitas 11 Tempat Tidur
sehingga neraca air operasional puskesmas menggunakan acuan Keputusan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1428/MENKES/SK/XII/2006
Tentang pedoman penyelenggaraan kesehatan lingkungan puskesmas yaitu
sekitar 40-60 liter/bed/hari untuk Puskesmas Rawat Inap. Air limbah
Puskesmas terdiri dari;
1) Air Limbah Kebutuhan Domestik UPT Puskesmas Buntu Batu
Dengan sumber air limbah tersebut maka dapat dihitung
jumlah kebutuhan air bersih serta jumlah air limbah yang dihasilkan untuk
kegiatan Puskesmas dengan perhitungan: Jumlah tempat tidur
sebanyak 11 tempat tidur, maka sesuai dengan acuan Keputusan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1428/MENKES/SK/XII/2006
Tentang pedoman penyelenggaraan kesehatan lingkungan puskesmas
yaitu sekitar 40-60 liter/bed/hari untuk Puskesmas Rawat Inap, maka
kebutuhan air bersih adalah = 18TT x 60liter/hari
= 1.80liter/TT/hari
= 1,08 m₃/TT/hari
Kriteria design timbulan air limbah yang terjadi 95 % dari air bersih.
Karena penggunaan yang 5 % untuk kegiatan Cuci mobil, menyiram
tanaman dan lain - lain. (5 % sesuai data dari analisa Konsultan).
Timbulan air limbah :
= 95% x 1,08m3/hari
= 1,026m3/hari
= 0,043m3/jam

2) Air Limbah Kegiatan Utama dan Kegiatan Penunjang UPT Puskesmas


Buntu Batu
Adalah semua air limbah yang berasal dari taoilet dan washtafel
kegiatan utama pelayanan kesehatan di Puskesmas. Menurut
Kementerian PUPR Ciptakarya kebutuhan air bersih untuk setiap
pasien 40-60 /hari /orang. Standar Kebutuhan air bersih untuk karyawan
paramedis 1 orang pegawai = 20 liter / pegawai /hari. 1 pengantar pasien
= 5 liter / orang /hari. Kebutuhan air bersih untuk kegiatan tiap tiap
instalasi menurut Analisa kosultan dan hasil survei.

8|U PT Pus kes mas Buntu Ba t u


Dengan sumber air limbah tersebut maka didapatkan jumlah air
limbah dengan asumsi seluruh kebutuhan air 100% tergunakan untuk
kegiatan operasional dan penunjang Puskesmas dengan rincian
penggunaan air bersih sebagai berikut :
Tabel 6. Jumlah Kebutuhan Air Bersih dan Timbulan Air Limbah UPT
Puskesmas Buntu Batu
Total Timbul an
N kebutuhan Air
Jenis
o Jumlah Satuan Kebutuhan Air bersih Limbah
Kagiatan
m3/hari m3/hari
1 Aktivitas 97 Orang 20liter/org/hr 1,94 1,84
petugas
2 Pasien rawat 1 Orang/TT 60liter/TT/hr 0,06 0,057
inap
3 Penjaga 2 Orang 20liter/org/hr 0,04 0,038
pasien ranap
4 Pasien rawat 50 Orang 10liter/org/hr 0,5 0,475
jalan
5 Pendamping 50 Orang 5liter/org/hr 0,25 0,238
pasien rawat
jalan
6 Pasien 1 Orang/TT 60liter/TT/hr 0,06 0,057
bersalin
7 Pasien nifas 1 Orang/TT 60liter/TT/hr 0,06 0,057
8 Penjaga 2 Orang 20liter/org/hr 0,04 0,038
pasien
bersalin/nifas
JUMLAH 3,85 2,8
Sumber : Hasil Analisis Sanitarian UPT Puskesmas Buntu Batu

9|U PT Pus kes mas Buntu Ba t u


Kebersihan lingkungan
Tanah/ Lingkungan
mencuci mobil
ambulance

Toilet & Wastafel


Pelayanan Medis Air Limbah = 2,8 m3
Excell 2200

IPAL = 10 M3
MATA AIR
Excell 2200
KALIMBUA

Toilet & Wastafel


Excell 3400 Kolam Indikator
Kebersihan Ruangan

Saluran
Aktifitas petugas Drainase

Toilet & Wastafel

10 | U P T P u s k e s m a s B u n t u B a t u
2. Fluktuasi Produksi Air Limbah
Sumber air bersih UPT Puskesmas Buntu Batu Berasal dari sumber
mata air. Kebutuhan air bersih pada UPT Puskesmas Buntu Batu dapat
dihitung dengan mengacu pada standar Keputusan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 1428/MENKES/SK/XII/2006 Tentang pedoman
penyelenggaraan kesehatan lingkungan puskesmas yaitu sekitar 40-60
liter/bed/hari untuk Puskesmas Rawat Inap dengan asumsi maksimal tersebut
maka kebutuhan air bersih untuk operasional UPT Puskesmas Buntu Batu

adalah sebesar 3,85 m3/hari = 0,16 m3/Jam dan Fluktuasi penggunaan air
bersih akan tergantung pada jumlah kunjungan pasien rawat jalan dari
operasional pelayanan di UPT Puskesmas Buntu Batu atau tingkat BOR.
Berdasarkan neraca penggunaan air tersebut, maka produksi air limbah yang
dihasilkan dari aktifitas UPT Puskesmas Buntu Batu adalah sebesar 2,8

m3/hari = 0,12 m3/Jam.

3. Baku Mutu Air Limbah


Baku mutu air limbah yang menjadi acuan adalah baku mutu
air limbah domestik sesuai Keputusan Menteri Lingkungan Hidup dan
Kehutanan Nomor P-68/Menlhk/Setjen/Kum.1/8/2016. Parameter,
konsentrasi dan debit air limbah domestik sebagaimana yang disajikan pada
tabel berikut:
Tabel 7. Baku Mutu Air Limbah
Parameter Satuan Mutu
Padatan Tersuspensi mg/L 30
Ph - 6-9
BOD mg/L 50
COD mg/L 80
Temperatur C 38
Residu Terlarut mg/L 2000
Phosphat mg/L n/a
Ammonia mg/L 10
Detergen sebagai MBAS mg/L 10
Minyak dan Lemak mg/L 10
MPN Colitinja MPN/100ml n/a
MPN Coliform MPN/100ml 5.000

11 | U P T P u s k e s m a s B u n t u B a t u
Debit L/orang/hari 100
Sumber: Permen LHK No 68 Tahun 2016 Tentang Baku Mutu Air Limbah Domestik

4. Baku Mutu Air Permukaan


Baku mutu air permukaan yang menjadi acuan penggunaan baku mutu air
sungai sesuai Peraturan Pemerinta RI Nomor 22 Tahun 2021 Tentang
Penyelenggaraan Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Baku
mutu air permukaan dan sejenisnya adalah sebagai berikut :
Tabel 8. Standar Baku Mutu Air Sungai dan Sejenisnya
Kelas Kelas Kelas Kelas
No Parameter Satuan Keterangan
1 2 3 4
1 Temperatur ᵒC Dev 3 Dev 3 Dev 3 Dev 3 Perbedaan
dengan suhu
udara diatas
permukaan
air
2 Padatan Mg/L 1.000 1.000 1.000 1.000 Tidak
Terlarut Total berlaku
(TDS) untuk muara
3 Padatan Mg/L 40 50 100 400
Tersuspensi
Total (TSS)
4 Warna Pt-co unit 15 50 100 - Tidak
berlaku
untuk air
gambut
5 Derajat 6-9 6-9 6-9 6-9 Tidak
keasaman berlaku untu
(pH) air gambut
6 BOD Mg/l 2 3 6 12
7 COD Mg/l 10 25 40 80
8 DO Mg/l 6 4 3 1 Batas
minimal
9 Sulfat (SO4) Mg/L 300 300 300 400
10 Klorida (Cl) Mg/L 300 300 30 600
11 Nitrat (sebagai Mg/L 10 10 20 20
N)

12 | U P T P u s k e s m a s B u n t u B a t u
12 Nitrit (sebagai Mg/L 0,06 0,06 0,06 -
N)
13 Amoniak Mg/L 0,1 0,2 0,5 -
14 Total Nitrogen Mg/L 15 15 25 -
15 Total Fosfat Mg/L 0,2 0,2 1,0 -
16 Flourida Mg/L 1 1,5 1,5 -
17 Belerang Sbg Mg/L 0,002 0,002 0,002 -
H2s
18 Klorin Bebas Mg/L 0,03 0,03 0,03 -
19 Merkuri Mg/L 0,001 0,002 0,002 0,005
Terlarut
20 Fecal MPN/100ml 100 1.000 2.000 2.000
Coliform
21 Total MPN/100ml 1.000 5.000 10.000 10.000
Coliform

Sumber : Peraturan Pemerinta RI Nomor 22 Tahun 2021 Tentang


Penyelenggaraan Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
Keterangan :
- Kelas satu merupakan air yang peruntukannya dapat digunakan untuk
air baku air minum, dan/atau peruntukan lain yang mempersyaratkan
mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.
- Kelas dua merupakan air yang peruntukannya dapat digunakan untuk
prasarana/sarana rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar,
peternakan, air untuk mengairi tanaman, dan/atau peruntukan lain
yang sama dengan kegunaan tersebut.
- Kelas tiga merupakan air yang peruntukannya dapat digunakan untuk
pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi
tanaman, dan/atau peruntukan lain yang sama dengan kegunaan
tersebut.
- Kelas empat merupakan air yang peruntukannya dapat digunakan
untuk mengairi pertanaman dan/atau peruntukan lain yang
mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.

13 | U P T P u s k e s m a s B u n t u B a t u
5. Rencana Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan
1) Rencana Pengelolaan Lingkungan
a. Kapasitas IPAL
Kapasitas IPAL UPT Puskesmas Buntu Batu yang digunakan pada

operasional Puskesmas yaitu kapasitas 10 m3.


b. Teknologi Sistem Pengelolaan Air Limbah
Sistem pengolahan air limbah yang digunakan pada IPAL UPT
Puskesmas Buntu Batu adalah pengolahan sistem Anaerob.
c. Unit Proses
Unit proses atau unit pengolahan pada IPAL UPT Puskesmas Buntu Batu
terdiri dari beberapa tahapan, adapun tahapan proses atau operasi
diuraikan sebagai berikut :
❖ Pengolahan Pendahuluan (Pratreatment)
Pengolahan pendahuluan atau pretreatmen : Pengolahan
pendahuluan adalah bersifat fisik atau mekanik yang berupa
penyaringan, penampungan atau pemisahan minyak,
menghilanghkan sampah kasar, zat padat yang terapung dan pasir
yang dapat menganggu jalanya proses pengolahan.

❖ Bak Equalisasi
Bak Equalisasi berfungsi untuk menstabilkann debit aliran dan
meratakan beban polutan ( homogen) yang berasal dari unit unit
penghasil limbah. Air limbah di Tangki Equalisasi akan tinggal dan
bercampur , sehingga konsentrasi menjadi merata. Debit air limbah
melewati tangki equalisasi adalah total air limbah keseluruhan

= 95% x 1,08m3/hari
= 1,026m3/hari
= 0,043m3/jam

Kriteria desain masa tinggal (detention time) Bak equalisasi


Menurut Miorin, et al (1977) adalah : 6 – 10 jam Ditetapkan masa
tinggal perencanaan = 7 ,0 jam, maka Volume basah bak equalisasi:
=QXt

= 0,043 m3/jam X 7 jam

= 0,301 m3

14 | U P T P u s k e s m a s B u n t u B a t u
Dengan menggunakan faktor desain menurut Eckenfelder
(1989): 10 – 40 % , dipilih faktor desain 10 % dimaksudkan
sebagai free board bak equalisasi,
Jadi Volume total bak equalisasi :

= 1.10 x 0,301m3

= 0,331m3

Jadi ukuran bak equalisasi adalah 0,331m3

❖ Tangki Anaerob Bafflad Reaktor (ABR)


Anaerobic Baffled Reactor (ABR) adalah perkembangan dari
tangki septik yang memiliki tahapan baffle dimana air limbah
dipaksa untuk mengalir. Waktu kontak yang bertambah dengan
biomassa aktif (lumpur) menghasilkan peningkatan pengolahan.
Anaerobic Baffled Reactor (ABR) digambarkan sebagai
rangkaian dari upflow anaerobic sludge blanket reactors (UASBS)
karena terbagi menjadi beberapa kompartemen. Tipikal ABR terdiri
dari rangkaian baffles vertical yang mengarahkan air limbah
kebawah dan keatas baffles saat melewati inlet sampai outlet.
Pada proses anaeerobic baffled reactor, baffles digunakan
untuk mengarahkan aliran air limbah dalam mode upflow melalui
serangkaian sludge blanket reactors. Lumpur di dalam reaktor naik
dan turun dengan produksi gas dan aliran, tetapi bergerak melalui
reaktor pada tingkat yang lambat. Aliran yang mengalir ke atas dan
bawah mengurangi bakteri yang hanyut, yang memungkinkan ABR
untuk mempertahankan massa biologis aktif (active biological
mass) tanpa menggunakan media tetap. Konfigurasi ini memberikan
kontak yang lebih intim antara biomassa anaerobik dan air limbah,
yang meningkatkan kinerja pengolahan.
Bakteri yang berada di antara reaktor cenderung meningkat dan
menetap dengan produksi gas dalam setiap kompartemen, tapi
mereka bergerak ke bawah reaktor secara horizontal pada tingkat
lambat, memberi peningkatan pada waktu tinggal padatan (Solid
Retention Time) 100 hari pada waktu tinggal hidrolik 20 jam.
Pergerakan lambat secara horizontal memungkinkan air limbah
untuk datang ke dalam hubungan yang erat (intim) dengan biomassa
aktif saat melalui ABR dengan waktu tinggal hidrolik (Hidraulic
Retention Time) yang singkat (6‐20 jam).

15 | U P T P u s k e s m a s B u n t u B a t u
Debit air limbah Tangki ARB adalah debit total air limbah

dari tangki Equalisasi = 0,026 m3


Kriteria desain masa tinggal (detention time) tangki ABR menurut
Malina, et al ( 1992) adalah 6 -10 jam. Ditetapkan masa tinggal
perencanaan = 8,0 jam, makaVolume basah tangki ABR adalah :

=QXt

= 0,043 m3/jam X 8 jam

= 0,344 m3

Dengan menggunakan kriteria desain menurut Malina, et al (


1992), sistem an aerob harus memiliki ruang gas 10 -20 % total
volume, jadi Volume total tangki ARB adalah:

= 1.10 x 0,344m3

= 0,378 m3

❖ Tangki Anaerobik Filter (AF)


Anaerobic Filter atau yang sering disebut fixed bed atau fixed
film reactor,mengolah padatan yang tidak diendapkan dan padatan
terlarut dengan cara mengontakkannya pada bakteri. Bakteri yang “
lapar”akan mencerna bahan organic terlarut dalam waktu yang
singkat. Kebanyakan bakteri tidak dapat bergerak. Mereka
cenderung melekatkan diri pada media padat, misalnya dinding
reactor (Sasse,1998).
Menurut Morel dan Diener (2006) Anaerobic Filter adalah
pengolahan air limbah terlekat menggunakan biofilm yang
bertujuan untuk menyisihkan padatan yang tidak dapat mengendap
dan padatan terlarut. Anaerobic Filter menggunakan tangki yang
memiliki beberapa lapisan media terendam yang memiliki luas
permukaan untuk melekatkan bakteri. Ketika air limbah mengalir
melewati filter biasanya dari bawah ke atas (upflow), air limbah
akan melakukan kontak dengan biomassa pada filter dan mengalami
degradasi anaerobik.
Media filter seperti kerikil, batu atau plastik memiliki luas
permukaan tambahan untuk melekatkan bakteri. Semakin luas
permukaan media untuk pertumbuhan bakteri maka semakin cepat

16 | U P T P u s k e s m a s B u n t u B a t u
proses penguraiannya. Sebuah media filter yang baik memiliki 90 –
300 m2 luas permukaan setiap m3 volume reaktor. Permukaan yang
kasar memiliki luas area yang lebih besar, paling tidak pada fase
awal. Lama kelamaan bakteri yang tumbuh akan semakin banyak
sehingga luas permukaan media akan berkurang. Luas permukaan
pada media biofilter tidak lebih penting dibandingkan dengan
kemampuannya dalam menahan partikel padat (Sasse, 1998).
Berdasarkan penelitian sebelumnya oleh Said (2000), media
yang paling efektif untuk biofilter anaerob adalah media sarang
tawon.
Kualitas pengolahan jika Anaerobic Filter berjalan dengan baik
adalah berkisar 70 – 90% untuk penyisihan BOD. Anaerobic Filter
sangat cocok digunakan untuk mengolah air limbah domestic dan
industri yang memiliki kandungan TSS rendah. Anaerobic Filter
dapat dioperasikan secara up-flow maupun down-flow. Sistem up-
flow lebih dianjurkan karena resiko terbuangnya bakteri aktif akan
lebih rendah. Kriteria desain yang penting adalah distribusi aliran
yang stabil ketika melalui area filter. Panjang filter tidak boleh
melebihi kedalaman air. Batasan beban organic berkisar antara 4 – 5
kg COD/m3 .hari. Waktu tinggal hidraulik dibandingkan dengan
volume tangka harus berada antara 1,5 – 2 hari.
Debit air limbah Tangki AF adalah debit total air limbah dari

tangki Equalisasi = 0,026 m3/jam.


Kriteria desain masa tinggal (detention time) tangki AF
menurut Said (2017) adalah 6 -8 jam. Ditetapkan masa tinggal
perencanaan = 8,0 jam, makaVolume basah tangki AF Adalah :
=Qxt

= 0,043 m3 x 8 jam

= 0,344 m3
Dengan menggunakan kriteria desain menurut Said (2017) sistem
AF harus memiliki ruang gas 10 -20 % total volume, jadi Volume
total tangki AF

= 1.10 x 0,344m3

= 0,378 m3

17 | U P T P u s k e s m a s B u n t u B a t u
❖ Tangki Settler
Tangki Settler berfungsi untuk membantu sistem pengendapan
pada proses sedimentasi. Hasil yang diperoleh dari proses kimia
fisika dengan bahan tertentu. Setelah melalui proses tersebut
kotoran akan terikat baik untuk unsur logam maupun organik.
Bahan yang bisa digunakan sebagai tube settler yaitu
PVC, Polyethylene PE maupun Fiberglass FRP. Tube settler
biasanya memiliki bentuk seperti lembaran bergelombang yang
dirakit menjadi satu sehingga membentuk seperti sarang tawon.
Setiap pemasanannya memiliki jarak antar lubang sekitar 2,5 -5 cm.
Media yang satu ini akan membantu proses pengendapan
dengan cara merubah arah aliran air dari vertikal ke atas menjadi
laminar dengan kemiringan 60 derajat. Sehingga turbulensi aliran
fluida pada air akan semakin berkurang. Dengan demikian
pengendapan akan memberikan hasl terbaik dengan nilai TSS yang
berkurang.
Debit air limbah dalam bak Settleri adalah debit total air

limbah dari Bak Equalisasi = 0,026 m3/jam


Kriteria desain masa tinggal ( detention time ) menurut Malina,
et al ( 1992) adalah 1,20 jam .
Volum basah Bak Settler
=Qxt

= 0,043m3 x 1,20jam

= 0,051m3
Dengan menggunakan kriteria desainmenurut Malina,et al(
1992), Bak Settler harus memiliki ruang gas 10-15 % total
volume, ditetapkan 10% jadi Volume total bak settler :
= 1,10 x 0,051

= 0,056 m3

❖ Kriteria Desain
Kriteria desain IPAL yang digunakan pada IPAL UPT
Puskesmas Sumbang, disajikan pada tabel berikut ini :
Tabel 9. Kriteria Desain dan Waktu Tunggu Setiap Unit Pengolahan
IPAL UPT Puskesmas Buntu Batu.

18 | U P T P u s k e s m a s B u n t u B a t u
Waktu
Jumlah Dimensi Volume
No Unit Pengolahan Tinggal
(Unit) (PxLxT) (m3)
(jam)
Bak Anaerobik
1 1 (1x 1 x d.2) 2 8
Filter
Bak Anaerobik
2 1 (1x 1 x d.2) 2 8
Filter
Bak Anaerobik
3 1 (1x 1 x d.2) 2 8
Buffled Reaktor

Bak Anaerobik
4 1 (1x 1 x d.2) 2 8
Buffled Reaktor

5 Bak Settler 1 (1x 1 x d.2) 2 1

19 | U P T P u s k e s m a s B u n t u B a t u
❖ Alur Proses
Gambar 1. Proses IPAL UPT Puskesmas Buntu Batu

20 | U P T P u s k e s m a s B u n t u B a t u
Pengolahan Fisik

Sumber Air Tangki Settler Tangki Anaerobik Filter


Limbah /Sedimentasi

Pengolahan Kimia

Tangki Anaerobik Filter Tangki Anaerobik


Baffled

Tangki Anaerobik Filter Saluran


Drainase

21 | U P T P u s k e s m a s B u n t u B a t u
Gambar 2. Unit Proses Pengolahan IPAL UPT Puskesmas Buntu Batu
Tabel 10. Unit Proses Pengolahan Anaerob pada IPAL UPT Puskesmas Buntu Batu
No Proses / Unit Penjelasan
Air limbah yang masuk ke IPAL berasal dari unit pelayanan (poli
umum dan poli Gigi, poli KIA/Kb Ruang Bersalin, Ruang Nifas,
1 Influent Tank Ruang UGD, laboratorium, Ruang rawat inap, Kamar jaga perawat),
. Kebersihan Ruangan . Air limbah dari unit – unit tesebut akan
masuk ke influent tank yang selanjutnya akan mengalami proses
pengolahan
Air limbah akan di alirkan menuju Media yang satu ini akan
membantu proses pengendapan dengan cara merubah arah aliran air
2. Tangki Settler dari vertikal ke atas menjadi laminar dengan kemiringan 60 derajat.
Sehingga turbulensi aliran fluida pada air akan semakin berkurang.
Dengan demikian pengendapan akan memberikan hasl terbaik
dengan nilai TSS yang berkurang.

Unit ini berfungsi sebagai penampung air limbah dan juga


3. Bak Ekualisasi berfungsi sebagaiunit penyamaratakan debit sebelum nantinya di

22 | U P T P u s k e s m a s B u n t u B a t u
alirkan menuju unit selanjutnya.
Anaerobic Baffled Reactor (ABR) adalah perkembangan dari
tangki septik yang memiliki tahapan baffle dimana air limbah
4.
Bak Anaerobik Baffled dipaksa untuk mengalir. Waktu kontak yang bertambah dengan
Raektor biomassa aktif (lumpur) menghasilkan peningkatan pengolahan.
Pada proses anaeerobic baffled reactor, baffles digunakan untuk
mengarahkan aliran air limbah dalam mode upflow melalui
serangkaian sludge blanket reactors.
Bakteri yang berada di antara reaktor cenderung meningkat dan
menetap dengan produksi gas dalam setiap kompartemen, tapi
mereka bergerak ke bawah reaktor secara horizontal pada tingkat
lambat, memberi peningkatan pada waktu tinggal padatan (Solid
Retention Time) 100 hari pada waktu tinggal hidrolik 20 jam
Menurut Morel dan Diener (2006) Anaerobic Filter adalah
pengolahan air limbah terlekat menggunakan biofilm yang
bertujuan untuk menyisihkan padatan yang tidak dapat mengendap
5. Bak Anaerobik Filter dan padatan terlarut. Anaerobic Filter menggunakan tangki yang
memiliki beberapa lapisan media terendam yang memiliki luas

23 | U P T P u s k e s m a s B u n t u B a t u
permukaan untuk melekatkan bakteri. Media filter seperti kerikil,
batu atau plastik memiliki luas permukaan tambahan untuk
melekatkan bakteri. Semakin luas permukaan media untuk
pertumbuhan bakteri maka semakin cepat proses penguraiannya
Kualitas pengolahan jika Anaerobic Filter berjalan dengan baik
adalah berkisar 70 – 90% untuk penyisihan BOD. Anaerobic Filter
sangat cocok digunakan untuk mengolah air limbah domestic dan
industri yang memiliki kandungan TSS rendah. Anaerobic Filter
dapat dioperasikan secara up-flow maupun down-flow

6. Bak Outlet Air yang terolah ini setelah memenuhi baku mutu air limbah
maka langsung disalurkan ke saluran drainase.
Sumber : Hasil Analisis Sanitarian UPT Puskesmas Buntu Batu

24 | U P T P u s k e s m a s B u n t u B a t u
❖ Layout IPAL

Lokasi IPAL UPT Puskesmas Buntu Batu terletak pada bagian


samping UPT Puskesmas Sumbang dengan titik koordinat -
3,434720°S dan 119,890158°T dengan kapasitas IPAL sebesar

10 m3.

❖ Rekomendasi Pengelolaan Lingkungan

- Melakukan penambahan teknologi sistim pengolahan pada


IPAL dari sistem Anerob menjadi Aerob dan An Aerob.

- Seluruh kegiatan UPT Puskesmas Buntu Batu terhubung


dalam satu jaringan limbah cair ke IPAL Puskesmas.

- Air limbah dari proses IPAL sudah memenuhi baku mutu


untuk dialirkan ke saluran pembuangan akhir yaitu badan
permukaan air atau lingkungan (Outfall).

- Membuat saluran khusus untuk aliran air hujan sehingga tidak


bercampur masuk dalam saluran IPAL.

2) Rencana Pemantauan Lingkungan


Kegiatan pemantauan lingkungan akan dilakukan secara kontinyu oleh
pihak UPT Puskesmas Sumbang pada beberapa lokasi, antara lain :
❖ Titik penataan Inlet
Inlet IPAL UPT Puskesmas Buntu Batu berada pada titik koordinat -
3,434720°S dan 119,890158°T
❖ Titik penataan Outlet
Outlet IPAL UPT Puskesmas Buntu Batu terletak pada titik koordinat -
3,434720°S dan 119,890158°T
❖ Titik Pembuangan Air Limbah (Outfall)
Pembuangan air limbah IPAL UPT Puskesmas Buntu Batu langsung
ke badan permukaan air (saluran drainase/ lingkungan) yang berada
pada titik koordinat -3,434720°S dan 119,890158°T
❖ Titik Pemantauan
Titik pemantauan IP A L UPT Puskesmas Buntu Batu berada pada
titik outlett IPAL UPT Puskesmas Sumbang dengan titik koordinat -
3,434720°S dan 119,890158°T

25 | U P T P u s k e s m a s B u n t u B a t u
3) Metode Pemantauan

Metode pengambilan sampel air limbah (inlet dan outlet)

- Alat yang digunakan


Terbuat dari bahan yang tidak mempengaruhi sifat Sampel, mudah
dicuci dari bekas Sampel sebelumnya, Sampel mudah dipindahkan ke
dalam wadah penampung tanpa ada sisa bahan tersuspensi di
dalamnya, mudah dan aman dibawa, kapasitas alat tergantung dari
tujuan pengujian.
Sedangkan untuk wadah sampel :
• Terbuat dari bahan gelas atau plastik poli etilen (PE) atau poli
propilen (PP) atau teflon (Poli Tetra Fluoro Etilen, PTFE);
• Dapat ditutup dengan kuat dan rapat;
• Bersih dan bebas kontaminan;
• Tidak mudah pecah;
• Tidak berinteraksi dengan contoh;

- Volume Sampel

Volume sampel yang di ambil minimal 1000ml.

- Titik Pengambilan Sampel

Titik pengambilan sampel di ambil pada inlet dan outlet IPAL UPT
Puskesmas Buntu Batu.

4) Baku Mutu Air Yang Digunakan

a) Baku Mutu Air Limbah

Baku mutu air limbah rumah sakit mengacu pada Permen LHK no 68
tahun 2016 tentang baku mutu air limbah domestik sebagaimana yang
disajikan pada tabel berikut ini :

Tabel 11. Baku Mutu Air Limbah Domestik


Parameter Satuan Baku Mutu

pH - 6-9
BOD mg/L 30
COD mg/L 100
TSS mg/L 30
Minyak dan Lemak mg/L 5
Amoniak mg/L 10

26 | U P T P u s k e s m a s B u n t u B a t u
Total Coliform MPN/100ml 3000
Detergen sebagai MBAS mg/L 10
Debit L/orang/hari 100
Sumber: Permen LHK No 68 Tahun 2016 Tentang Baku Mutu Air Limbah
Domestik

5) Rencana Frekuensi Pemantauan

a) Pemantauan Harian

Pemantauan atau Pengujian pada parameter yang dapat berubah


dengan cepat, akan dilakukan secara langsung dan setiap hari meliputi
parameter pH (SNI 06-6989.11-2004), suhu (SNI 06- 6989.23-2005),
dan oksigen terlarut (SNI 06-6989.14-2004).

b) Pemantauan Bulanan

Kegiatan Pemantauan pada titik penaatan inlet dan outlet akan


dilakukan 1 kali sebulan.

D. Sistem Penanggulangan Kondisi Darurat


Keadaan darurat adalah suatu kondisi, kejadian atau peristiwa yang akan
membahayakan kesehatan/keselamatan karyawan, dan atau mengganggu
keberlangsungan operasional kerja. Bila terjadi keadaan tersebut harus dilakukan
tindakan pengendalian dan penanggulangan sesegera mungkin.
1. Penanggung Jawab Kondisi Darurat
Kondisi darurat adalah suatau keadaan yang tidak diharapkan terjadi dan harus
dilakukan tindakan/ pertolongan sesegara mungkin untuk meminimalisir
terjadinya tingkat kerusakan/ kerugian yang lebih parah. Adapun prosedur
penanganan jika terjadi kondisi darurat yaitu :
a. Tim K3 Puskesmas
b. Tim medis Puskesmas (jika di butuhkan penanganan medis)
c. Kepala Puskesmas sebagai penanggung jawab

2. Prosedur Tanggap Darurat


Apabila hasil analisis air limbah tidak sesuai standar baku mutu :
a. Periksa proses yang berangsung di IPAL, lakukan penanganan (treatmen)
sesuai penyimpangan yang ditemukan.
b. Periksa seluruh mesin dan peralatan IPAL, lakukan penanganan sesuai
penyimpangan yang ditemukan.

27 | U P T P u s k e s m a s B u n t u B a t u
c. Periksa air limbah pada outlet setiap bulan.
d. Apabila aliran listrik padam lebih dari 6 jam hubungi bagian pemeliharaan
untuk menghidupkan genset.
e. Apabila terjadi kebocoran/keretakan/bak/tangki di IPAL akibat gempa
bumi dll, proses IPAL dihentikan sementara. Selanjutnya lakukan
pemeriksaan dan perbaikan.
f. Apabila terjadi kecelakaan kerja IPAL, beri pertolongan pertama di tempat
kejadian, selanjutnya dibawa ke pelayanan medis.

3. Prosedur Penanganan Kegawat Daruratan


a. Kenali jenis potensi bahaya.
b. Dapatkan informasi deskripsi kejadian pencemaran.
c. Siapkan segala perlengkapan pengendali cemaran dan tumpahan.
d. Bila terjadi kondisi darurat, hubungi tim K3 Puskesmas.
e. Selanjutnya dilakukan identifikasi jenis pencemaran.
f. Isolasi lokasi/daerah sumber pencemaran.
g. Bersihkan serta kumpulkan sisa bekas pencearan/media yang
terkontaminasi.
h. Kumpulkan semua bahan tersebut dan simpan di TPS.

E. Internalisasi Bahaya Lingkungan


Biaya rencana pengelolaan dan pemantauan lingkungan terutama pengendalian
pencemaran air yang meliputi biaya pembangunan, pengoperasian, pemeliharaan,
tanggap darurat pengembangan teknologi dan pengembangan sumber daya
manusia UPT Puskesmas Buntu Batu untuk tahun 2023 belum ada, namun akan
dilakukan pengajuan anggaran pada tahun 2024.

F. Periode Waktu Uji Coba IPAL


UPT Puskesmas Buntu Batu sudah dilengkapi dengan fasilitas Instalasi
Pengolahan Air Limbah (IPAL) 1 unit dengan kapsitas 10m3. Delama
pelaksanaan pengolahan air limbah pada IPAL yang telah berlangsung selama ini
belum memiliki SLO, sehingga IPAL yang ada sekarang perlu mendapatkan
surat kelayakan operasi atau SLO dari instansi yang berwenang.
Periode waktu uji coba IPAL akan dilaksanakan selama 3 bulan berturut-
turut dan terus-menerus untuk dilakukan pengujian kualitas air limbah. Hasil
pengujian kualiats efluen akan menjadi dasar diterbitkannya surat kelayakan
operasi SLO IPAL UPT Puskesmas Buntu Batu.

28 | U P T P u s k e s m a s B u n t u B a t u
G. Standar Kompetensi Sumber Daya Manusia UPT Puskesmas Buntu Batu
1. Sumber Daya Manusia (SDM)
Struktur organisasi UPT Puskesmas Buntu Batu menggambarkan hirarki
tugas dan tanggung jawab masing-masing personil mulai dari jajaran
mamajemen, staf, paramedis, dan tenaga lainnya, termasuk tenaga kesehatan
lingkungan. Penanggung jawab kesehatan lingkungan di UPT Puskesmas
Buntu Batu adalah seorang tenaga yang memiliki latar belakang pendidikan
Diploma Tiga (DIII) bidan Kesehatan Lingkungan dan atau Strata Satu (S1).

29 | U P T P u s k e s m a s B u n t u B a t u
2. Sumber Daya Manusia (SDM)
Gambar 3. Struktur Organisasi UPT Puskesmas Buntu Batu

30 | U P T P u s k e s m a s B u n t u B a t u
H. Sistem Manajemen Lingkungan
Sistem Manajemen Lingkungan merupakan bagian integral dari sistem
Manajemen UPT Puskesmas Buntu Batu secara keseluruhan yang terdiri dari
satu aset pengaturan-pengaturan secara sistematik yang meliputi struktir
organisasi, tanggung jawab, prosedur, proses, serta sumber daya dalam upaya
mewujudkan kebijakan lingkungan yang telah digariskan oleh UPT Puskesmas
Buntu Batu. Sistem manajemen lingkunga memberikan mekanisme untuk
mencapai dan menunjukkan formasi lingkungan yang baik, melalui upaya
pengendalian dampak lingkungan dari kegiatan, produk dan jasa. Sistem tersebut juga
dapat digunakan untuk mengantisipasi perkembangan tuntutan dan peningkatan
performasi lingkungan dari konsumen, serta untuk memenuhi persyaratan peraturan
lingkungan hidup dari pemerintah. Model sistem manajemen lingkungan digambarkan
berikut ini.

Gambar 4. Model Sistem Manajemen Lingkungan UPT Puskesma Buntu Batu


Sistem manajemen lingkungan yang dijalankan oleh oleh UPT Puskesmas
Buntu Batu adalah sebagai berikut :
1. Perencanaan
Perencanaan SML, meliputi:
a. Lingkup kegiatan UPT Puskesmas Buntu Batu yang menghasilkan
limbah adalah kegiatan operasional pelayanan medis, pelayanan
penunjang medis dan non medis
b. Kebijakan pengendalian pencemaran air dilakukan dengan proses
pembangunan IPAL domestik, dimana sumber utamanya berasal dari
air sisa aktifitas pelayanan medis, pelayanan penunjang medis, dan

31 | U P T P u s k e s m a s B u n t u B a t u
pelayanan non medis.
c. Kepala UPT Puskesmas Buntu Batu berkomitmen terhadap
pengendalian pencemaran air.
d. Dalam struktur organisasi UPT Puskesmas Batu Pengendalian
lingkungan dibawahi langsung oleh Kepala UPT Puskesmas Buntu
Batu melalui penanggungjawab bidang kesehatan lingkungan yang
menangani pengendalian pencemaran air,
e. Kesehatan Lingkungan akan bertanggung jawab terhadap
pengendalian pencemaran air dan operasional pengelolaan air limbah,
f. Kesehatan Lingkungan melakukan Identifikasi dan memiliki akses
terhadap kewajiban penaatan menetapkan kebijakan pengendalian
Pencemaran Air melalui mitra kerja Dinas Pengelolaan Lingkungan
Hidup Kabupaten Enrekang
g. Penanganan resiko lingkungan dalam hal ini operasional IPAL
tertuang di dalam SOP UPT Puskesmas Buntu Batu,
h. Adapun sasaran menetapkan kebijakan pengendalian Pencemaran Air
adalah Penurunan pencemaran lingkungan. Adapun indikator dari
pengendalian pencemaran air adalah terpenuhinya baku mutu air
limbah yang akan dilepas ke drainase atau badan air permukaan
berdasarkan parameter limbah domestik yang telah ditetapkan oleh
Permen LHK no 68 tahun 2016. Adapun proses untuk pencapaian hal
tersebut dengan pengoperasian IPAL secara baik sesuai SOP untuk
proses pengendalian Pencemaran Air kegiatan UPT Puskesmas Buntu
Batu.
2. Pelaksanaan
Pelaksanaan SML, meliputi:
a. Adapun pengendalian Pencemaran Air UPT Puskesmas Buntu Batu
dilakukan oleh Tenaga Kesehatan Lingkungan,
b. UPT Puskesmas Buntu Batu akan mengikutkan pelatihan dan bimbingan
serta sertifikasi pengendalian Pencemaran Air kepada Tenaga Sanitasi
Lingkungan,
c. Proses Komunikasi :
- Internal: Untuk memastikan bahwa limbah yang diproduksi tidak
dibuang ke lingkungan luar dan Untuk mengurangi tingkat limbah
yang dibuang sehingga jumlahnya tidak melewati standar lingkungan,
- Eksternal: merealisasikan biaya lingkungan jika perusahaan
membuang keluar limbah yang telah telah melewati standar mutu
lingkungan yang ditetapkan,

32 | U P T P u s k e s m a s B u n t u B a t u
d. UPT Puskesmas Buntu Batu akan melakukan monitoring limbah dan
melakukan pengambilan sampel, dimana pengambilan sampel dilakukan
oleh laboratorium yang terakreditasi dan teregistrasi oleh Kementerian
Lingkungan Hidup dan Kehutanan dan harus didokumentasikan sebagai
bentuk pelaporan Kepada Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten sebagai
institusi penerima laporan,

e. Monitoring kualitas air limbah dilakukan setiap bulan dan dilaporkan


per enam bulannya Kepada Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten.
sebagai pemenuhan persyaratan sistem manajemen lingkungan terkait
pengendalian pencemaran air,
f. Prosedural tanggap darurat UPT Puskesmas Buntu Batu
Apabila hasil analisa air limbah melebihi Standard Baku Mutu :
- Periksa proses yang berlangsung di Fasilitas Pengolahan Air Limbah.
Lakukan penanganan sesuai penyimpangan yang ditemukan,
- Periksa seluruh saluran dan peralatan Fasilitas Pengolahan Air
Limbah.Lakukan penanganan sesuai penyimpangan yang ditemukan,
- Periksa air limbah Efluent setiap bulan.

g. Apabila terjadi kebocoran / keretakan bak atau kolam di Fasilitas


Pengolahan Air Limbah (akibat gempa bumi, dll): Proses Fasilitas
Pengolahan Air Limbah dihentikan sementara. Selanjutnya melakukan
pemeriksaan dan perbaikan setelah kondisi dinilai aman,

h. Apabila terjadi kecelakaan kerja di Fasilitas Pengolahan Air Limbah:


Diberi pertolongan pertama di tempat kejadian, selanjutnya segera
dibawa ke puskesmas terdekat untuk memperoleh pertolongan medis
lanjutan.
3. Pemeriksaan
Pemeriksaan SML, meliputi:
a. Pemantauan dilakukan setiap bulannya oleh UPT Puskesmas Buntu Batu,
dimana pengukuran dilakukan oleh Laboratorium terakreditasi, kemudian
dianalisa, hasilnya untuk menjadi acuan evaluasi kinerja pengendalian
pencemaran Air, apakah diperlukan maintenance berat ataukah ringan
terhadap kinerja Fasilitas Pengolahan Air Limbah yang terbangun,
b. Kinerja Fasilitas Pengolahan Air Limbah kemudian dituangkan kedalam
laporan rutin pemantauan lingkungan hidup setiap enam bulan sekali
sebagai bentuk kewajiban penaatan lingkungan yang diserahkan ke Dinas
Lingkungan Hidup,
c. Audit internal berkala dilakukan oleh UPT Puskesmas Buntu Batu baik

33 | U P T P u s k e s m a s B u n t u B a t u
internal maupun eksternal yang pelaporannya langsung Ke Kepala UPT
Puskesmas Buntu Batu.
d. Dari hasil Audit internal berkala, Kepala UPT Puskesmas Buntu Batu
beserta Tenaga sanitasi Lingkungan melakukan, mengkaji sistem
manajemen lingkungan organisasi terkait menetapkan kebijakan
pengendalian pencemaran air, untuk memastikan kesesuaian, kecukupan,
dan keefektifan.
4. Tindakan
Tindakan SML, meliputi:
a. Adanya keganjilan operasional Fasilitas Pengolahan Air Limbah, baik itu
fisik dan nonfisik, dilaksanakan sesuai dengan SOP penanganan IPAL oleh
pihak UPT Puskesmas Buntu Batu.
b. Tindakan perbaikan berkelanjutan terhadap sistem manajemen lingkungan
yang sesuai dan efektif untuk meningkatkan kinerja pengendalian
pencemaran air.
5. Kewajiban
a. Memisahkan saluran air limbah dengan saluran limpasan air hujan.

b. Memiliki unit pengolahan dan saluran air limbah kedap air.

c. Memiliki alat ukur debit atau flow meter.

d. Memiliki sistem tanggap darurat instalasi pengolahan air limbah.

e. Melakukan pemantauan air limbah.

f. Menyampaikan laporan secara lisan dan secara tertulis jika terjadi


keadaandarurat.
g. Melakukan penanggulangan pencemaran air dan pemulihan mutu air
jika terjadi pencemaran air.
6. Larangan
a. Membuang air limbah secara sekaligus dalam 1 (satu) kali pembuangan
b. Mengencerkan air limbah dalam upaya penataan batas kadar yang
dipersyaratkan; dan
c. Membuang air limbah di luar titik penaatan yang telah ditentukan.

34 | U P T P u s k e s m a s B u n t u B a t u

Anda mungkin juga menyukai