3. Apakah pengolahan Air Limbah bagi Usaha dan/atau Kegiatan tersebut sudah
ditetapkan standar teknologinya
- Ya, Pemrakarsa usaha dan/atau kegiatan sudah memiliki standar teknologi
pengelolaan air limbah
2. Dokumen Perizian
Tabel 1. Dokumen perizinan UPT Puskesmas Buntu Batu
Tanggal
No. Nama Dokumen Nomor Pemberi Ijin
Berlaku
1. NIB/ Nomor Izin 694/Dinkes/III/2 Bupati 26 Maret 2019
Operasi 014 Enrekang
2. Rekomendasi atas 757/DLH/XI/20 Dinas 13 November
UKL-UPL 17 Lingkungan 2017
Hidup
3. Izin Lingkungan 15/DPMPTSP/I DPMPTSP 31 Januiari
Kegiatan L/I/2018 2018
Puskesmas Buntu
Batu
3. NPWP 80.109.644.7- Dirjen Pajak 22 September
Perusahaan 802.000 2016
4. Izin TPS Limbah 05/DPMPTSP/I DPMPTSP 20 Oktober
B3 LB3/X/2020 2020
Sumber : UPT Puskesmas Buntu Batu,2023
4. Proses Usaha/Kegiatan
a. Proses/ Kegiatan Utama
Kegiatan utama di UPT Puskesmas Buntu Batu adalah Pelayanan
dalam gedung dan pelayanan luar gedung.
Untuk menunjang kegiatan pelayanan kesehatan UPT Puskesmas
Buntu Batu, maka telah memiliki sumber daya manusia baik tenaga
medis maupun non medis sebanyak 97 orang sebagaimana yang disajikan
pada tabel berikut ini:
Tabel 3. Jenis dan Jumlah Tenaga Kesehatan di UPT Puskesmas Buntu
Batu
No Posisi/Jabatan Jumlah
1 Dokter Umum 1
2 Dokter Gigi 2
3 Perawat
4 Bidan
5 Sanitarian 2
6 Nutrisionis 4
7 Apoteker/Farmasi 7
7 Perawat Gigi 3
8 Laboran 5
9 Tenaga Kesmas 6
Sumber : UPT Puskesmas Buntu Batu, 2023
- Pelayanan Dalam Gedung
Fasilitas utama pelayanan medik dan penunjang medik saat ini terdiri
dari ruang UGD, Poli Umum, Poli Gigi, Poli KIA/KB, Kamar
Bersalin, Ruang Nifas, Ruang Imunisasi, Laboratorium, Ruang KIE,
Ruang Farmasi, Loket/ Rekam Medik, Ruang Rawat Inap.
B. Jenis dan Jumlah Bahan Baku dan/atau Bahan Penunjang yang Digunakan
Jenis dan Jenis dan jumlah bahan baku atau bahan penolong yang
digunakan dalam operasional UPT Puskesmas Buntu Batu yang digunakan untuk
keperluan perawatan, laboratorium dan kegiatan non medis seperti kebersihan
ruangan puskesmas dan fasilitasnya disajikan pada tabel berikut ini:
Tabel 5. Jenis Penggunaan Bahan Penunjang Yang Digunakan di UPT
Puskesmas Buntu Batu
No Nama Bahan Penolong Jumlah Keterangan
1 Alkohol 70 % @ 1000 ml 1000ml Laboratorium
2 Cairan Nacl 0,9 % 500ml Laboratorium
3 Metanol 250ml Laboratorium
4 Aquadest 500ml Laboratorium
5 Cloro ethyl 250ml Poli Gigi
6 Reagent pemeriksaan 100ml Laboratorium
kimia klinik hematologi
dan uranis
7 Sisa sampel darah, 1000ml Laboratorium
urine dan sputum
8 Cairan pembersih lantai 250ml Laboratorium
dan toilet
Sumber : UPT Puskesmas Buntu Batu, 2023
IPAL = 10 M3
MATA AIR
Excell 2200
KALIMBUA
Saluran
Aktifitas petugas Drainase
10 | U P T P u s k e s m a s B u n t u B a t u
2. Fluktuasi Produksi Air Limbah
Sumber air bersih UPT Puskesmas Buntu Batu Berasal dari sumber
mata air. Kebutuhan air bersih pada UPT Puskesmas Buntu Batu dapat
dihitung dengan mengacu pada standar Keputusan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 1428/MENKES/SK/XII/2006 Tentang pedoman
penyelenggaraan kesehatan lingkungan puskesmas yaitu sekitar 40-60
liter/bed/hari untuk Puskesmas Rawat Inap dengan asumsi maksimal tersebut
maka kebutuhan air bersih untuk operasional UPT Puskesmas Buntu Batu
adalah sebesar 3,85 m3/hari = 0,16 m3/Jam dan Fluktuasi penggunaan air
bersih akan tergantung pada jumlah kunjungan pasien rawat jalan dari
operasional pelayanan di UPT Puskesmas Buntu Batu atau tingkat BOR.
Berdasarkan neraca penggunaan air tersebut, maka produksi air limbah yang
dihasilkan dari aktifitas UPT Puskesmas Buntu Batu adalah sebesar 2,8
11 | U P T P u s k e s m a s B u n t u B a t u
Debit L/orang/hari 100
Sumber: Permen LHK No 68 Tahun 2016 Tentang Baku Mutu Air Limbah Domestik
12 | U P T P u s k e s m a s B u n t u B a t u
12 Nitrit (sebagai Mg/L 0,06 0,06 0,06 -
N)
13 Amoniak Mg/L 0,1 0,2 0,5 -
14 Total Nitrogen Mg/L 15 15 25 -
15 Total Fosfat Mg/L 0,2 0,2 1,0 -
16 Flourida Mg/L 1 1,5 1,5 -
17 Belerang Sbg Mg/L 0,002 0,002 0,002 -
H2s
18 Klorin Bebas Mg/L 0,03 0,03 0,03 -
19 Merkuri Mg/L 0,001 0,002 0,002 0,005
Terlarut
20 Fecal MPN/100ml 100 1.000 2.000 2.000
Coliform
21 Total MPN/100ml 1.000 5.000 10.000 10.000
Coliform
13 | U P T P u s k e s m a s B u n t u B a t u
5. Rencana Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan
1) Rencana Pengelolaan Lingkungan
a. Kapasitas IPAL
Kapasitas IPAL UPT Puskesmas Buntu Batu yang digunakan pada
❖ Bak Equalisasi
Bak Equalisasi berfungsi untuk menstabilkann debit aliran dan
meratakan beban polutan ( homogen) yang berasal dari unit unit
penghasil limbah. Air limbah di Tangki Equalisasi akan tinggal dan
bercampur , sehingga konsentrasi menjadi merata. Debit air limbah
melewati tangki equalisasi adalah total air limbah keseluruhan
= 95% x 1,08m3/hari
= 1,026m3/hari
= 0,043m3/jam
= 0,301 m3
14 | U P T P u s k e s m a s B u n t u B a t u
Dengan menggunakan faktor desain menurut Eckenfelder
(1989): 10 – 40 % , dipilih faktor desain 10 % dimaksudkan
sebagai free board bak equalisasi,
Jadi Volume total bak equalisasi :
= 1.10 x 0,301m3
= 0,331m3
15 | U P T P u s k e s m a s B u n t u B a t u
Debit air limbah Tangki ARB adalah debit total air limbah
=QXt
= 0,344 m3
= 1.10 x 0,344m3
= 0,378 m3
16 | U P T P u s k e s m a s B u n t u B a t u
proses penguraiannya. Sebuah media filter yang baik memiliki 90 –
300 m2 luas permukaan setiap m3 volume reaktor. Permukaan yang
kasar memiliki luas area yang lebih besar, paling tidak pada fase
awal. Lama kelamaan bakteri yang tumbuh akan semakin banyak
sehingga luas permukaan media akan berkurang. Luas permukaan
pada media biofilter tidak lebih penting dibandingkan dengan
kemampuannya dalam menahan partikel padat (Sasse, 1998).
Berdasarkan penelitian sebelumnya oleh Said (2000), media
yang paling efektif untuk biofilter anaerob adalah media sarang
tawon.
Kualitas pengolahan jika Anaerobic Filter berjalan dengan baik
adalah berkisar 70 – 90% untuk penyisihan BOD. Anaerobic Filter
sangat cocok digunakan untuk mengolah air limbah domestic dan
industri yang memiliki kandungan TSS rendah. Anaerobic Filter
dapat dioperasikan secara up-flow maupun down-flow. Sistem up-
flow lebih dianjurkan karena resiko terbuangnya bakteri aktif akan
lebih rendah. Kriteria desain yang penting adalah distribusi aliran
yang stabil ketika melalui area filter. Panjang filter tidak boleh
melebihi kedalaman air. Batasan beban organic berkisar antara 4 – 5
kg COD/m3 .hari. Waktu tinggal hidraulik dibandingkan dengan
volume tangka harus berada antara 1,5 – 2 hari.
Debit air limbah Tangki AF adalah debit total air limbah dari
= 0,043 m3 x 8 jam
= 0,344 m3
Dengan menggunakan kriteria desain menurut Said (2017) sistem
AF harus memiliki ruang gas 10 -20 % total volume, jadi Volume
total tangki AF
= 1.10 x 0,344m3
= 0,378 m3
17 | U P T P u s k e s m a s B u n t u B a t u
❖ Tangki Settler
Tangki Settler berfungsi untuk membantu sistem pengendapan
pada proses sedimentasi. Hasil yang diperoleh dari proses kimia
fisika dengan bahan tertentu. Setelah melalui proses tersebut
kotoran akan terikat baik untuk unsur logam maupun organik.
Bahan yang bisa digunakan sebagai tube settler yaitu
PVC, Polyethylene PE maupun Fiberglass FRP. Tube settler
biasanya memiliki bentuk seperti lembaran bergelombang yang
dirakit menjadi satu sehingga membentuk seperti sarang tawon.
Setiap pemasanannya memiliki jarak antar lubang sekitar 2,5 -5 cm.
Media yang satu ini akan membantu proses pengendapan
dengan cara merubah arah aliran air dari vertikal ke atas menjadi
laminar dengan kemiringan 60 derajat. Sehingga turbulensi aliran
fluida pada air akan semakin berkurang. Dengan demikian
pengendapan akan memberikan hasl terbaik dengan nilai TSS yang
berkurang.
Debit air limbah dalam bak Settleri adalah debit total air
= 0,043m3 x 1,20jam
= 0,051m3
Dengan menggunakan kriteria desainmenurut Malina,et al(
1992), Bak Settler harus memiliki ruang gas 10-15 % total
volume, ditetapkan 10% jadi Volume total bak settler :
= 1,10 x 0,051
= 0,056 m3
❖ Kriteria Desain
Kriteria desain IPAL yang digunakan pada IPAL UPT
Puskesmas Sumbang, disajikan pada tabel berikut ini :
Tabel 9. Kriteria Desain dan Waktu Tunggu Setiap Unit Pengolahan
IPAL UPT Puskesmas Buntu Batu.
18 | U P T P u s k e s m a s B u n t u B a t u
Waktu
Jumlah Dimensi Volume
No Unit Pengolahan Tinggal
(Unit) (PxLxT) (m3)
(jam)
Bak Anaerobik
1 1 (1x 1 x d.2) 2 8
Filter
Bak Anaerobik
2 1 (1x 1 x d.2) 2 8
Filter
Bak Anaerobik
3 1 (1x 1 x d.2) 2 8
Buffled Reaktor
Bak Anaerobik
4 1 (1x 1 x d.2) 2 8
Buffled Reaktor
19 | U P T P u s k e s m a s B u n t u B a t u
❖ Alur Proses
Gambar 1. Proses IPAL UPT Puskesmas Buntu Batu
20 | U P T P u s k e s m a s B u n t u B a t u
Pengolahan Fisik
Pengolahan Kimia
21 | U P T P u s k e s m a s B u n t u B a t u
Gambar 2. Unit Proses Pengolahan IPAL UPT Puskesmas Buntu Batu
Tabel 10. Unit Proses Pengolahan Anaerob pada IPAL UPT Puskesmas Buntu Batu
No Proses / Unit Penjelasan
Air limbah yang masuk ke IPAL berasal dari unit pelayanan (poli
umum dan poli Gigi, poli KIA/Kb Ruang Bersalin, Ruang Nifas,
1 Influent Tank Ruang UGD, laboratorium, Ruang rawat inap, Kamar jaga perawat),
. Kebersihan Ruangan . Air limbah dari unit – unit tesebut akan
masuk ke influent tank yang selanjutnya akan mengalami proses
pengolahan
Air limbah akan di alirkan menuju Media yang satu ini akan
membantu proses pengendapan dengan cara merubah arah aliran air
2. Tangki Settler dari vertikal ke atas menjadi laminar dengan kemiringan 60 derajat.
Sehingga turbulensi aliran fluida pada air akan semakin berkurang.
Dengan demikian pengendapan akan memberikan hasl terbaik
dengan nilai TSS yang berkurang.
22 | U P T P u s k e s m a s B u n t u B a t u
alirkan menuju unit selanjutnya.
Anaerobic Baffled Reactor (ABR) adalah perkembangan dari
tangki septik yang memiliki tahapan baffle dimana air limbah
4.
Bak Anaerobik Baffled dipaksa untuk mengalir. Waktu kontak yang bertambah dengan
Raektor biomassa aktif (lumpur) menghasilkan peningkatan pengolahan.
Pada proses anaeerobic baffled reactor, baffles digunakan untuk
mengarahkan aliran air limbah dalam mode upflow melalui
serangkaian sludge blanket reactors.
Bakteri yang berada di antara reaktor cenderung meningkat dan
menetap dengan produksi gas dalam setiap kompartemen, tapi
mereka bergerak ke bawah reaktor secara horizontal pada tingkat
lambat, memberi peningkatan pada waktu tinggal padatan (Solid
Retention Time) 100 hari pada waktu tinggal hidrolik 20 jam
Menurut Morel dan Diener (2006) Anaerobic Filter adalah
pengolahan air limbah terlekat menggunakan biofilm yang
bertujuan untuk menyisihkan padatan yang tidak dapat mengendap
5. Bak Anaerobik Filter dan padatan terlarut. Anaerobic Filter menggunakan tangki yang
memiliki beberapa lapisan media terendam yang memiliki luas
23 | U P T P u s k e s m a s B u n t u B a t u
permukaan untuk melekatkan bakteri. Media filter seperti kerikil,
batu atau plastik memiliki luas permukaan tambahan untuk
melekatkan bakteri. Semakin luas permukaan media untuk
pertumbuhan bakteri maka semakin cepat proses penguraiannya
Kualitas pengolahan jika Anaerobic Filter berjalan dengan baik
adalah berkisar 70 – 90% untuk penyisihan BOD. Anaerobic Filter
sangat cocok digunakan untuk mengolah air limbah domestic dan
industri yang memiliki kandungan TSS rendah. Anaerobic Filter
dapat dioperasikan secara up-flow maupun down-flow
6. Bak Outlet Air yang terolah ini setelah memenuhi baku mutu air limbah
maka langsung disalurkan ke saluran drainase.
Sumber : Hasil Analisis Sanitarian UPT Puskesmas Buntu Batu
24 | U P T P u s k e s m a s B u n t u B a t u
❖ Layout IPAL
10 m3.
25 | U P T P u s k e s m a s B u n t u B a t u
3) Metode Pemantauan
- Volume Sampel
Titik pengambilan sampel di ambil pada inlet dan outlet IPAL UPT
Puskesmas Buntu Batu.
Baku mutu air limbah rumah sakit mengacu pada Permen LHK no 68
tahun 2016 tentang baku mutu air limbah domestik sebagaimana yang
disajikan pada tabel berikut ini :
pH - 6-9
BOD mg/L 30
COD mg/L 100
TSS mg/L 30
Minyak dan Lemak mg/L 5
Amoniak mg/L 10
26 | U P T P u s k e s m a s B u n t u B a t u
Total Coliform MPN/100ml 3000
Detergen sebagai MBAS mg/L 10
Debit L/orang/hari 100
Sumber: Permen LHK No 68 Tahun 2016 Tentang Baku Mutu Air Limbah
Domestik
a) Pemantauan Harian
b) Pemantauan Bulanan
27 | U P T P u s k e s m a s B u n t u B a t u
c. Periksa air limbah pada outlet setiap bulan.
d. Apabila aliran listrik padam lebih dari 6 jam hubungi bagian pemeliharaan
untuk menghidupkan genset.
e. Apabila terjadi kebocoran/keretakan/bak/tangki di IPAL akibat gempa
bumi dll, proses IPAL dihentikan sementara. Selanjutnya lakukan
pemeriksaan dan perbaikan.
f. Apabila terjadi kecelakaan kerja IPAL, beri pertolongan pertama di tempat
kejadian, selanjutnya dibawa ke pelayanan medis.
28 | U P T P u s k e s m a s B u n t u B a t u
G. Standar Kompetensi Sumber Daya Manusia UPT Puskesmas Buntu Batu
1. Sumber Daya Manusia (SDM)
Struktur organisasi UPT Puskesmas Buntu Batu menggambarkan hirarki
tugas dan tanggung jawab masing-masing personil mulai dari jajaran
mamajemen, staf, paramedis, dan tenaga lainnya, termasuk tenaga kesehatan
lingkungan. Penanggung jawab kesehatan lingkungan di UPT Puskesmas
Buntu Batu adalah seorang tenaga yang memiliki latar belakang pendidikan
Diploma Tiga (DIII) bidan Kesehatan Lingkungan dan atau Strata Satu (S1).
29 | U P T P u s k e s m a s B u n t u B a t u
2. Sumber Daya Manusia (SDM)
Gambar 3. Struktur Organisasi UPT Puskesmas Buntu Batu
30 | U P T P u s k e s m a s B u n t u B a t u
H. Sistem Manajemen Lingkungan
Sistem Manajemen Lingkungan merupakan bagian integral dari sistem
Manajemen UPT Puskesmas Buntu Batu secara keseluruhan yang terdiri dari
satu aset pengaturan-pengaturan secara sistematik yang meliputi struktir
organisasi, tanggung jawab, prosedur, proses, serta sumber daya dalam upaya
mewujudkan kebijakan lingkungan yang telah digariskan oleh UPT Puskesmas
Buntu Batu. Sistem manajemen lingkunga memberikan mekanisme untuk
mencapai dan menunjukkan formasi lingkungan yang baik, melalui upaya
pengendalian dampak lingkungan dari kegiatan, produk dan jasa. Sistem tersebut juga
dapat digunakan untuk mengantisipasi perkembangan tuntutan dan peningkatan
performasi lingkungan dari konsumen, serta untuk memenuhi persyaratan peraturan
lingkungan hidup dari pemerintah. Model sistem manajemen lingkungan digambarkan
berikut ini.
31 | U P T P u s k e s m a s B u n t u B a t u
pelayanan non medis.
c. Kepala UPT Puskesmas Buntu Batu berkomitmen terhadap
pengendalian pencemaran air.
d. Dalam struktur organisasi UPT Puskesmas Batu Pengendalian
lingkungan dibawahi langsung oleh Kepala UPT Puskesmas Buntu
Batu melalui penanggungjawab bidang kesehatan lingkungan yang
menangani pengendalian pencemaran air,
e. Kesehatan Lingkungan akan bertanggung jawab terhadap
pengendalian pencemaran air dan operasional pengelolaan air limbah,
f. Kesehatan Lingkungan melakukan Identifikasi dan memiliki akses
terhadap kewajiban penaatan menetapkan kebijakan pengendalian
Pencemaran Air melalui mitra kerja Dinas Pengelolaan Lingkungan
Hidup Kabupaten Enrekang
g. Penanganan resiko lingkungan dalam hal ini operasional IPAL
tertuang di dalam SOP UPT Puskesmas Buntu Batu,
h. Adapun sasaran menetapkan kebijakan pengendalian Pencemaran Air
adalah Penurunan pencemaran lingkungan. Adapun indikator dari
pengendalian pencemaran air adalah terpenuhinya baku mutu air
limbah yang akan dilepas ke drainase atau badan air permukaan
berdasarkan parameter limbah domestik yang telah ditetapkan oleh
Permen LHK no 68 tahun 2016. Adapun proses untuk pencapaian hal
tersebut dengan pengoperasian IPAL secara baik sesuai SOP untuk
proses pengendalian Pencemaran Air kegiatan UPT Puskesmas Buntu
Batu.
2. Pelaksanaan
Pelaksanaan SML, meliputi:
a. Adapun pengendalian Pencemaran Air UPT Puskesmas Buntu Batu
dilakukan oleh Tenaga Kesehatan Lingkungan,
b. UPT Puskesmas Buntu Batu akan mengikutkan pelatihan dan bimbingan
serta sertifikasi pengendalian Pencemaran Air kepada Tenaga Sanitasi
Lingkungan,
c. Proses Komunikasi :
- Internal: Untuk memastikan bahwa limbah yang diproduksi tidak
dibuang ke lingkungan luar dan Untuk mengurangi tingkat limbah
yang dibuang sehingga jumlahnya tidak melewati standar lingkungan,
- Eksternal: merealisasikan biaya lingkungan jika perusahaan
membuang keluar limbah yang telah telah melewati standar mutu
lingkungan yang ditetapkan,
32 | U P T P u s k e s m a s B u n t u B a t u
d. UPT Puskesmas Buntu Batu akan melakukan monitoring limbah dan
melakukan pengambilan sampel, dimana pengambilan sampel dilakukan
oleh laboratorium yang terakreditasi dan teregistrasi oleh Kementerian
Lingkungan Hidup dan Kehutanan dan harus didokumentasikan sebagai
bentuk pelaporan Kepada Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten sebagai
institusi penerima laporan,
33 | U P T P u s k e s m a s B u n t u B a t u
internal maupun eksternal yang pelaporannya langsung Ke Kepala UPT
Puskesmas Buntu Batu.
d. Dari hasil Audit internal berkala, Kepala UPT Puskesmas Buntu Batu
beserta Tenaga sanitasi Lingkungan melakukan, mengkaji sistem
manajemen lingkungan organisasi terkait menetapkan kebijakan
pengendalian pencemaran air, untuk memastikan kesesuaian, kecukupan,
dan keefektifan.
4. Tindakan
Tindakan SML, meliputi:
a. Adanya keganjilan operasional Fasilitas Pengolahan Air Limbah, baik itu
fisik dan nonfisik, dilaksanakan sesuai dengan SOP penanganan IPAL oleh
pihak UPT Puskesmas Buntu Batu.
b. Tindakan perbaikan berkelanjutan terhadap sistem manajemen lingkungan
yang sesuai dan efektif untuk meningkatkan kinerja pengendalian
pencemaran air.
5. Kewajiban
a. Memisahkan saluran air limbah dengan saluran limpasan air hujan.
34 | U P T P u s k e s m a s B u n t u B a t u