PENDAHULUAN
memerlukan perawatan dan pemeliharaan sedemikian rupa untuk menjaga keselamatan, kesehatan,
Keselamatan kerja diterapkan di lingkungan kerja yang mana di dalamnya terdapat aspek
manusia, alat, mesin, lingkungan dan bahaya kerja. Upaya keselamatan kerja merupakan upaya
meminimalkan pencegahan terjadinya Penyakit Akibat Kerja (PAK) dan Kecelakaan Akibat Kerja
(KAK) melaui upaya promotif, prefentif, penyerasian antara beban kerja, kapasitas kerja dan
lingkungan sehingga setiap pekerja dapat bekerja selamat dan sehat, tanpa membahayakan dirinya
sendirinya maupun masyarakat atau orang lain di sekelilingnya dan tercapai produktivitas kerja
yang optimal. Upaya tersebut dilaksanakan secara menyeluruh untuk meningkatkan derajat
1. Maksud
Sebagai petunjuk semua unit kerja di rumah sakit, khususnya unit kerja yang mempunyai
resiko bahaya keselamatan dan kesehatan kerja dalam melaksanakan tugas dan pekerjaan agar
diperoleh satu dasar, satu pengertian dan pemahaman tata cara pelaksanaan yang benar.
2. Tujuan
Agar dapat dipergunakan sebagai pedoman dalam melaksanakan upaya kesehatan dan
1
b. Kegiatan rumah sakit berjalan lancer tanpa adanya hambatan
C. Falsafah
Keselamatan Kerja, Kebakaran, Kewaspanaan bencana (K3) dan Pengendalian Hama di rumah
sakit adalah suatu upaya pengelolaan resiko di lingkungan kerja untuk meminimalkan dampat
tempat kerja sehingga tercipta lingkungan kerja yang sehat dan aman.
D. Pengertian
Dalam pedoman ini ada beberapa pengertian yang mesti diketahui antara lain :
1. Tempat Kerja adalah tempat tiap ruangan atau lapangan tertutup atau terbuka, bergerak atau
tetap diman karyawan atau yang sering dimasuki karyawan untuk melaksanakan tugas
2. Karyawan adalah tiap orang yang mampu melakukan pekerjaan baik di dalam maupun diluar
3. Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah merupakan suatu upaya untuk menekan atau
mengurangi resiko kecelakaan atau penyakit kerja yang pada hakikatnya tidak dapat dipisahkan
4. Upaya Kesehatan adalah Upaya penyerasian antara kapasitas kerja, beban kerja dan lingkungan
kerja agar setiap kerja karyawan dapat bekerja secara sehat tanpa membahayakan diri sendiri
5. Keselamatan Kerja adalah keselamatan yang berhubungan dengan alat kerja, bahan & proses
6. Kecelakaan Kerja adalah kejadian yang tidak terduga & tidak di harapkan karena peristiwa
tersebut tidak terdapat unsure kesengajaan, lebih-lebih dalam bentuk perencanaan dan tidak di
harapkan karena peristiwa kecelakaan di sertai kerugian material maupun penderitaan dari
2
7. Penyakit Akibat kerja adalah penyakit yang ditimbulkan dari sutu pekerjaan yang mengandung
3
BAB II
KEBIJAKAN DIREKSI
1. Pembentukan Panitia K3
Bahwa sangat diperlukan adanya pelaksanaan upaya keselamatan kerja, kebakaran, pengendalian
hama dan kewaspadaan bencana di rumah sakit sebagai upaya untuk meminimalkan terjadinya
Perlunya untuk membentuk dan mengankat panitia K3RS yang merupakan organisasi non
structural
Panitia K3RS terdiri dari tenaga staf adalah tenaga yang menjadi anggota Panitia K3
Rumah Sakit, tenaga pendukung dan tenaga/pegawai yang melaksanakan fungsi K3RS.
System komunikasi internal menggunakan pesawat intercom nomor dan telepon nomor,
dan pesawat melalui operator serta pesawat telpon lain untuk facsimile
Bilamana terjadi bencana di rumah sakit maka pesawat dengan nomor tersebut diatas hanya
2. Keselamatan Kerja
Pelaksanaan Keselamatan kerja adalah salah satu bentuk upaya untuk menciptakan tempat
kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran lingkungan sehingga dapat mengurangi dan atau
bebas dari kecelakaan dan penyakit akibat kerja yang pada akhirnya dapat meningkatkan
efisiensi dan produktivitas kerja. Keselamatan kerja bagi pegawai diupayakan melalui kegiatan-
kegiatan seperti :
4
penyelenggaraan pemeriksaaan kesehatan berkala sesuai ketentuan
dalam menjalankan tugasnya setiap pegawai rumah sakit wajib menggunakan alat
diperlukan suatu system pelaporan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yaitu suatu
system yang mengatur pelaporan semua jenis penyakit akibat kerja dan kecelakaan
kerjasaat sedang melakukan pekerjaan kedinasan dan disebabkan oleh kondisi tidak aman
pengguna, panitia K3 dan bagian logistic farmasi. Dalam hal pengadaan barang B3 perlu
disertakan lembar data keselamatan/Material Safety Data Sheet (MSDS) dari rekanan
pemasok
dilaksanakan kalibrasi untuk alat-alat tertentu sesuai dengan ketentuan dalam peraturan
perundang-undangan
rumah sakit harus menyediakan fasilitas untuk menangani limbah seperti IPAL untuk
limbah cair dan pengelolaan limbah medis dan non medis yang dikelola oleh pihak kedua
disediakan fasilitas perlengkapan keamanan pasien yang selalu terpelihara baik dengan
3. Kebakaran
Pencegahan dan pengendalian kebakaran di rumah sakit ditetapkan saat akan membangun rumah
5
tersedianya alat pemadam api/kebakaran dirumah sakit dengan junlah yang cukup dan
rumah sakit
kebakaran
sebab munculnya atau terjadinya kebakaran dan mengambil langkah-langkah untuk mencegah
pendidikan dan pengawasan beserta pengawasan karyawan, suatu rencana pemeliharaan yang
cermat dan teratur atas bangunan dan kelengkapannya, inspeksi/pemeriksaan, penyediaan dan
penempatan yang baik dari peralatan pemadam kebakaran termasuk memeliharanya baik segi siap
4. Kewaspadaan Bencana
Upaya pencegahan dan penanggulangan bencana di rumah sakit ditetapkan sebagai berikut :
seluruh pegawai rumah sakit dalam mengambil langkah-langkah yang diperlukan guna
organisasi pencegahan dan penanggulangan bencana terdiri dari : perawat UGD, dokter
UGD, Kabid Penunjang Medik, Kabid Keperawatan, Direktur Pelayanan Medis, Direktur
Utama RS
6
untuk pembekalan pengetahuan, keterampilan dan pengalaman pegawai dalam
bencana
setiap pegawai di rumah sakit di berikan kesempatan mengikuti pendidikan dan pelatihan
rumah sakit melalui bagian diklat menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan K3 bagi
materi pendidikan dan pelatihan K3 akan selalu disesuaikan dengan kebutuhan, kemajuan
dan perkembangan K3
pendidikan dan pelatihan K3 dapat melalui seminar, workshop, pertemuan ilmiah dll
Evaluasi dan pelaporan tentang kegiatan K3 di rumah sakit adalah sebagai berikut :
Disaster Program
Sanitasi RS
b. Evaluasi dilakukan untuk jangka waktu yang ditentukan sesuai dengan jenis kegiatan yang
c. Hasil evaluasi dibuatkan laporannya dan pelaporan disampaikan kepada Direktur Utama
Rumah Sakit untuk mendapatkan tindak lanjut untuk jangka waktu 1 (satu) tahun
7. Peningkatan Mutu
dilakukan analisa terhadap kasus kejadian K3 di rumah sakit oleh Panitia K3RS
8
BAB III
1. Latar Belakang
Rumah sakit merupakan suatu badan usaha di bidang jasa yang meliputi komponen
manusia, mesin, peralatan dan energy yang merupakan asset untuk dapat mencapai tujuan yang
telah ditetapkan sehingga dapat meningkatkan produktivitas kerja yang lebih baik.
Dengan demikian diperlukan upaya-upaya agar setiap pegawai dapat bekerja secara sehat
tanpa membahayakan dirinya sendiri maupun pegawai lainnya dan lingkungan rumah sakit.
Upaya tersebut meliputi peningkatan, pencegahan, pengobatan dan pemulihan. Oleh karenanya
harus dilakukan identifikasi permasalaha, evaluasi dan tindak lanjut segera dilakukan.
kerja dan kecelakaan kerja serta memberikan rasa aman akan adanya bencana dan kebakaran.
berdasarkan hal tersebut di atas maka dipandang perlu untuk menunjuk dan mengangkat Panitia
K3RS yang merupakan organisasi non structural yang terdiri dari tenaga staf dan tenaga
penunjang.
Pembentukan Panitia K3 bermaksud untuk menentukan dan membagi tugas, wewenag dan
Kepanitian K3RS dibentuk bertujuan untuk menciptakan kondisi seha, aman dari
kecelakaan kerja dan lingkunganyang nyaman bagi pegawai sehingga produktivitas kerja
meningkat dan rasa aman dari bahaya kebakaran dan bencana lainnya.
9
3. Prosedur Pembentukan Panitia K3 (PK3RS)
Panitia K3 rumah sakit (PK3RS) ditunjuk dan diangkat langsung oleh Direktur Utama
Rumah Sakit berdasarkan pada usulan-usulan dan pertimbangan dengan tetap memperhatikan
prestasi kerja masing-masing PK3RS, kemudian ditetapkan dalam Surat keputusan Direktur
a. Organisasi
Sebagai organisasi non structural, PK3RS memliki sturktur organisasi tersendiri dan
hubungannya dengan organisasi structural rumah sakit. Struktur Organisasi PK3RS terdiri dari
bertanggung jawab kepada Direktur Utama Rumah Sakit. Ketua PK3RS membawahi tenaga
staf PK3RS yang terdiri beberapa tim dan membawahi tenaga pendukung PK3RS. Sekretaris
a) Kualifikasi
10
b) Tupoksi
masalah K3RS
a) Kualifikasi
Pegawai rumah sakit dari berbagai unsure bagian rumah sakit sesuai dengan
tekhnisi
b) Tupoksi
PK3RS
11
Membuat evaluasi pelaksanaan kegiatan program dan disampaikan
3) Pendukung K3RS
a) Kualifikasi
b) Tupoksi
program PK3RS
12
STRUKTUR ORGANISASI
ketua
Dino Okta Dwison.AMTE
Polri RS Rujukan
Dinas Damkar
BNPB
Sekretaris
Dian Novita, SKM, MARS
13
BAB IV
KESELAMATAN KERJA
1. Latar Belakang
Di era globalisasi menuntut pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di setiap
tempat kerja termasuk sector kesehatan. Untuk itu perlu mengembangkan dan meningkatkan K3 di
sector kesehatan dalan rangka menekan serendah mungkin risiko kecelakaan dan penyakit yang
terkeculai di rumah sakit maupun perkantoran akan terpajan dengan risiko bahaya di tempat
kerjanya. Resiko ini bervariasi mulai dari yang paling ringan sampai yang paling bera tergantung
jenis pekerjaannya.
kesehatan kerja di sebutkan bahwa upaya kesehatan wajib diselenggarakan pada setiap tempat
kerja, khususnya tempat kerja yang mempunyai resiko bahaya kesehatan yang besar bagi pekerja
agar dapat bekerja secara sehat tanpa membahayakan diri sendiri dan masyarakat sekelilingnya
untuk memperoleh produktivitas kerja yang optimal sejalan dengan program perlindungan tenaga
kerja.
2. Pengertian
yang menganalisa, menilai dan memberikan masukkan dalam upaya menjamin terciptanya
14
3. Ruang Lingkup
Ruang lingkup dari pemantauan keselamatan kerja di rumah sakit mengacu pada
Merupakan air yang mempunyai kualitas minimal sebagaiman yang terlampir dalam
PERMENKES No. 416 tahun 1990. Pemantauan air bersih dan air minum dilakukan dengan
cara :
memeriksa dan menjamin ketersediaan air bersih dan air minum yang dilakukan setiap
mengirimkan sampel air minum dan air bersih ke laboratorium BTKL dengan frekuensi
pengiriman sebanyak 4 kali setahun dengan parameter bakteriologi dan kimia dan
merujuk pada keputusan Dirjen P2MPLP Nomor : HK.00.06.6.44 tahun 1993 tentang
persyaratan dan petunjuk tekhnis tata cara penyehatan lingkungan rumah sakit dengan
b. Pengelolaan limbah
Pengelolaan terhadap semua air buangan dan tinja hasil kegiatan operasional rumah sakit
sehingga memenuhi persyaratan . Pengelolaan air limbah ini diolah dalam instalasi pengolahan
air limbah dengan system aerob dan anaerob bio filter system. Pemantauan pengelolaan air
pemeriksaan setiap hari terhadap fungsi IPAL dengan memperhatikan parameter fisik
dan bau
mengirimkan smpel air limbah dari outlet IPAL ke BPLHD sebanyak 4 kali setahun
15
c. Pengelolaan sampah
Pengelolaan terhadap semua sampah baik sampah medis maupun sampah non medis
yang dihasilkan dalam kegiatan operasionan RSK Bedah Ropanasuri sehingga memenuhi
persyaratan yang tercantum dalam SK Dirjen P2MPLP No.281-II/PD.03.04 tahun 1989 tentang
persyaratan kesehatan pengelolaan sampah dan SK Dirjen P2MPLP No. HK.00.06.6.44 tahun
1993 tentang persyaratan dan petunjuk tekhnis tata cara penyehatan lingkungan rumah sakit.
Untuk kategori sampah non medis dilakukan pengelolaan dengan cara di masukkan ke
Untuk kategori medis pengelolaan sampah dimasukkan ked alam kantong plastic
berwarna kuning.
pemeriksaan kebersihan TPS non medis dan medis setiap hari dengan lembar
control
pengelolaan sampah
Kegiatan yang bertujuan menekan kepadatan populasi serangga, tikus, kucing, cacing,
melakukan pemantauan terhadap kebersihan baik dalam gedung maupun luar gedung
16
melakukan uji sampling kepadatan lalat, kecoa dan nyamuk setiap 3 bulan sekali
kecoa adalah 2 ekor/plate (20x20 cm) per 24 jam. Parameter nyamuk adalah angka
container index ≤ 5%
e. Sanitasi Makanan
Upaya memantau factor makanan, petugas, tempat dan perlengkapan yang mungkin
dapat menimbulkan penyakit terhadap pasien dan pegawai rumah sakit. Kegiatan dilakukan di
dapur sebagai tempat pengolahan dan pengelolaan makanan. Pemantauan terhadap sanitasi
Pemeriksaan sampel makanan ke BTKL setiap 3 bulan sekali dengan hasil segara di
Pengukuran suhu dan kelembaban ruang dapur setiap 1 bulan sekali, segera di evaluasi
dan di tindaklanjuti
Upaya penyehatan terhadap tempat dan saran pencucian linen sehingga linen siap di pakai
dalam kegiatan operasional rumah sakit. Pemantauan terhadap ruang laundry meliputi :
17
pengukuran suhu dan kelembaban setiap bulan dan dilakukan evaluasi serta tindak
g. Infeksi Nosokomial
melaksanakan semua proses tindakan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan
pemeriksaan bakteriologis terhadap kualitas udara ruanga, usap peralatan medis, usap
linen, usap tangan dan dilakukan setiap 6 bulan sekali yang kemudian di evaluasi dan di
tindaklanjuti
h. Desinfeksi
usap peralatan medis/instrument setiap 3 bulan sekali BTKL yang hasilnya dievaluasi
dan ditindaklanjuti
rumah sakit dan pengaruhnya terhadap masyarakat di sekitar RS dari PK3RS yang
dilaksanakan oleh petugas rumah sakit kepada karyawan, pengunjung, pasien serta msyarakat
setiap 6 bulan sekali dengan materi menyangkut upaya peningkatan kualitas kesehatan dalam
wawancara terhadap karyawan, pasien atau pengujung atau pendapat dari instansi
18
pemantauan terhadap frekuensi keluhan masalah kesehatan lingkungan di rumah sakit
j. Pencahayaan Ruangan
Adalah pengaturan jumlah penyinaran pada suatu ruang bidang kerja yang diperlukan
untuk melaksanakan kegiatan secara effektif dan produktif di semua bagian dalam dari gedung
rumah sakit.
Pemantauan dilakukan dengan cara pengukuran kualitas pencahayaan setiap tahun sekali
k. Penyehatan Udara
Adalah upaya untuk melakukan penyehatan udara segar yang memadai untuk menjamin
Pemantauan dilakukan dengan cara mengukur tingkat suhu dan kelembaban setiap hari dengan
l. Kebisingan Udara
mengganggu dan atau membahayakan kesehatan di semua bagian dalam gedung rumah sakit.
Pemantauan dilakukan dengan cara pengukuran tingkat kebisingan setiap 1 tahun sekali dengan
19
m. Instalasi Listrik
Adalah pusat jaringan pengendalian listrik sebagai sumber tenaga pembangkit untuk
memeriksa amper, tegangan dan tahanan pada panel induk setiap hari dengan parameter
pengujian terhadap instalasi listrik secara keseluruhan yang dilakukan oleh petugas
Departemen tenaga Kerja Kota Padang dengan frekuensi setiap 5 tahun sekali.
n. Fasilitas Toilet
Tempat yang disediakan rumah sakit sebagai tempat pembuangan dan keperluan lain yang
pemeriksaan terhadap kebersihan toilet dengan frekuensi sebanyak 3 kali dalam 24 jam
pemeriksaan terhadap fungsi alat bantu yang terdapat dalam fasilitas toilet yang
pemeriksaan terhadap fungsi saluran pembungan dalam fasilitas toilet setiap 3 bulan
sekali
o. Ketenagaan
Upaya manajemen menjamin bahwa semua karyawan yang bekerja di rumah akit aman
terhadap ancaman tertularnya penyakit akibat paparan yang diperoleh selama melaksanakan
20
kegiatan dinas di rumah sakit sehingga karyawan merasa aman bekerja dan tetap terjaga
kesehatannya.
pemeriksaan pra pekerjaan bagi calon pegawai yang melamar di rumah sakit meliputi
pemeriksaan kesehatan berkala bagi pegawai dengan frekuensi minimal 1 tahun sekali
meliputi pemeriksaan fisik, rotgen dan laboratorium rutin dan evaluasi dan tindak lanjut
pemeriksaan kesehatan khusus bagi karyawan yang bekerja pada tempat-tempat khusus,
berisiko tinggi oleh dokter dengan frekuensi pemeriksaan minimal 1 tahun sekali
pemberian vaksinasi kepada karyawan sesuai dengan unit kerja yang berisiko tinggi
adalah alat yang dipergunakan untuk pengamanan bagi pegawai dalam melaksanakan tugas dan
tanggung jawabnya terhadap risiko terkontaminasi diri dari pasien, radiasi penyinaran, bahan
Bertujuan untuk menjamin berfungsinya peralatan medic dan non medic sebagaimana mestinya
Pemantauan kelayakan alat medic dan non medic dengan cara yang dilakukan oleh lembaga
21
r. Penetapan Tempat-tempat beresiko
Agar seluruh pegawai, pasien, keluarga pasien, pengunjung dapat mengetahui tempat-tempat
yang berbahaya di lingkungan rumah sakit maka diberikan petunjuk-petunjuk yang ada pada
Tempat-tempat yang dianggap beresiko ditetapkan oleh direktur rumah sakit yaitu :
Merupakan sarana yang berkaitan dengan phisik gedung atau bangunan rumah sakit dengan
mengutamakan keamanan dan kenyamanan pasien, keluarga pasien dan pengunjung rumah
22
23
BAB V
KEBAKARAN
1. Latar Belakang
sebab munculnya atau terjadinya kebakaran dan mengambil langkah-langkah untuk mencegah
pendidikan dan pengawasanpegawai, suatu rencana pemeliharaan yang cermat dan teratur atas
bangunan dan kelengkapannya, inspeksi/pemeriksaan, penyediaan dan penempatan yang baik dari
peralatan pemadam kebakaran termasuk memeliharanya baik segi siap pakainya maupun dari segi
mudah dicapainya.
2. Pengertian
Kebakaran adalah suatu nyala api, baik kecil atau besat pada tempat yang tidak kita kehendaki,
3. Ruang Lingkup
a. Pencegahan Kebakaran
Pengelolaan pencegahan kebakaran di rumah sakit yaitu dengan mengendalikan sumber panas
seperti listrik, listrik statis, nyala api dan bahan mudah terbakar seperti kertas, karpet, karet dll.
24
menyediakan alat pemadam api ringan dengan jumlah cukup sesuai ketentuan yang
berlaku
b. Penanggulangan Kebakaran
Apabila sudah terjadi kebakaran maka langkah kita adalah menghilangkan adanya
oksigen dalam kebakaran tersebut. Hal ini dapat dilakukan dengan menggunakan Alat
Pemadam Api Ringan (APAR) yang fungsinya mengisolasi adanya oksigen dalam api tersebut,
selain itu dapat digunakan air untuk memadamkan kebakaran sebagai media yang dapat
menimbulkan reaksi pendinginan panas dan isolasi oksigen dari kebakaran tersebut.
dilakukanlah pelatihan secara berkala menggunakan APAR dan simulasi penggunaan APAR.
Jadi cara penanggunlangan kebakaran di RSK Bedah Ropanasuri adalah sebagai berikut :
menyediakan dan mengontrol fungsi alat pendeteksian panas agar berfungsi baik
menyediakan dan mengontrol fungsi alat pendeteksian panas agar berfungsi baik
Alat Pemadam Api Ringan (APAR) dengan jumlah cukup sesuai dengan
diklat pemadaman api bagi pegawai rumah sakit yang dilakukan secara berkala 2
25
BAB VI
KAWASPADAAN BENCANA
1. Latar Belakang
Bencana umumnya dapat terjadi dimana saja dan kapan saja yang datangnya tiba-tiba rumah
sakit sebagai salah satu “Public Area” tidak mustahil menghadapi bahaya ini. Sehubungan dengan
hal tersebut di atas perlu disusun suatu acuan atau pedoman bagi seluruh pegawai rumah sakit
untuk menghadapi suatu bencana yang mungkin akan terjadi di rumah sakit.
2. Pengertian
Bencana adalah suatu peristiwa atau rangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam atau
manusia yang mengakibatkan korban dan penderitaan manusia, kerugian harta benda, kerusakan
lingkungan, kerusakan sarana dan prasarana umum yang memerlukan pertolongan dan bantuan
secara khusus.
3. Ruang Lingkup
a. diperlukan pedoman pencegahan dan penanggulangan bencana yang dapat digunakan bagi
seluruh pegawai rumah sakit dalam mengambil langkah-langkah yang diperlukan guna
mencegah dan menanggukangi bencana di rumah sakit. Oleh karena telah dibuat buku
penanggulangan bencana
26
b. pembekalan bagi pegawai dalam menghadapi bencana diberikan dalam bentuk pelatihan dan
tahunnya
c. ditetapkan system komunikasi dalam penanggulangan bencana yaitu tata cara penggunaan
e. sarana dan prasarana rumah sakit mengikuti ketentuan perijinan perundang-undangan yang
berlaku
27
BAB VII
1. Latar Belakang
tanggap dan waspada terhadap K3 sehingga mempunyai kesadaran dan kemauan melakukan
kegiatan K3
2. Pengertian
Diklat adalah suatu upaya menambah pengetahuan, keterampilan dan pengalaman secara sistemik
3. Ruang Lingkup
a. Diklat Kelas
Diklat kelas untuk pembahasan teori, diskusi sesuai dengan materi yang di sampaikan dan
b. Simulasi
peristiwa K3 seperti :
Evakuasi Pasien
28
BAB VIII
1. Latar Belakang
Evaluasi dan pelaporan merupakan suatu bagian yang tidak terpisahkan dari sebuah
Evaluasi bertujuan untuk menganalisa hasil kegiatan yang telah dilakukan sekaligus
memberikan penilaian apakah kegiatan yang dilakukan telah mencapai sasaran yang diharapkan
atau hasil kegiatan belum memenuhi harapan sehingga perlu dilakukan tindak lanjut sehingga di
2. Pengertian
Evaluasi merupakan hasil pelaksanaan kegiatan dari rencana kegiatan-kegiatan yang telah
dibuat. Pelaporan adalah kegiatan membuat analisa dan rekomendasi dari hasil pelaksanaan
3. Ruang Lingkup
Kegiatan meliputi :
kegiatan K3
membuat laporan hasil evaluasi untuk selanjutnya disampaikan kepada direktur utama
rumah sakit
29
BAB IX
PENUTUP
Dalam pembuatan pedoman ini di sadari bahwa buku pedoman ini tidak sempurna masih
banyak terdapat kekurangan-kekurangan. Oleh karena itu masukkan dan saran untuk perbaikan
Semoga buku ini dapat menjadi pegangan bagi setiap orang yang melibatkan diri untuk
30