1. Pengertian Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) merupakan upaya kita untuk
menciptakan lingkungan kerja yang sehat dan aman, sehingga dapat mengurangi
probabilitas kecelakaan kerja /penyakit akibat kelalaian yang mengakibatkan demotivasi
dan dan defisiensi produktivitas kerja.
2. Menurut Permenkes 66 Tahun 2016 tentang K3RS adalah segala kegiatan untuk
menjamin dan melindungi keselamatan dan kesehatan bagi sumber daya manusia rumah
sakit, pasien, pendamping pasien, pengunjung, maupun lingkungan rumah sakit melalui
upaya pencegahan kecelakan kerja dan penyakit akibat kerja di rumah sakit.
3. Kesehatan Kerja adalah suatu kondisi Kesehatan yang bertujuan agar masyarakat pekerja
memperoleh derajat Kesehatan setinggi-tingginya, baik jasmani ,rohani maupun social,
dengan usaha pencegahan dan pengobatan terhadap penyakit atau gangguan Kesehatan
yang disebabkan oleh pekerjaan dan lingkungan kerja maupun penyakit umum.
Badan Penghubung Provinsi Jawa Tengah melakukan Prosedur Pengoperasian APAR (Alat
Pemadam Api Ringan) berdasarkan pada PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN
TRANSMIGRASI No.: per.04/men/1980 TENTANG SYARAT-SYARAT PEMASANGAN
DAN PEMELIHARAAN ALAT PEMADAM API RINGAN.
1. Program MFK RS H.A Zaky Djunaid yaitu keselamatan, keamanan, pengelolaan B3,
proteksi kebakaran kewaspadaan bencana, pengelolaan utilitas, pengelolaan alat
medis, pengelolaan kegiatan konstruksi renovasi dan demolish, dan pelatihan MFK.
Rumah sakit menyusun program managemen risiko fasilitas dan lingkungan
meliputi:
a. Keselamatan
Keselamatan adalah keadaan tertentu karena gedung, lantai, halaman, dan
peralatan rumah sakit tidak menimbulkan bahaya atau risiko bagi pasien, staf dan
pengunjung. Keamanan adalah perlindungan terhadap kehilangan, pengrusakan
dan kerusakan atau penggunaan akses oleh mereka yang tidak berwenang.
Keselamatan meliputi bangunan, prasarana, fasilitas, area konstruksi, lahan dan
peralatan rumah sakit tidak menimbulkan bahaya atau risiko bagi pasien, staf
atau pengunjung.
b. Keamanan
Keamanan : perlindungan dari kehilangan, kerusakan, gangguan atau akses atau
penggunaan yang tidak sah.
c. Bahan berbahaya dan beracun (B3) serta limbahnya meliputi penanganan,
penyimpanan, dan penggunaan bahan radioaktif serta bahan berbahaya lainnya
harus dikendalikan dan limbah bahan berbahaya dibuang secara aman.
d. Penanganan Kedaruratan dan Bencana meliputi Risiko diidentifikasi dan respons
terhadap epidemi, bencana dan keadaan darurat direncanakan dan efektif
termasuk evaluasi integrasi struktural dan non struktural lingkungan pelayanan
dan perawatan pasien. risiko kemungkinan terjadi bencana diidentifikasi, juga
respons bila terjadi wabah, serta bencana dan keadaan emergensi direncanakan
dengan efektif termasuk evaluasi lingkungan pasien secara terintegrasi.
e. Sistem Proteksi Kebakaran meliputi properti dan penghuninya dilindungi dari
kebakaran dan asap. Melakukan penilain risiko yang berkelanjutan untuk
meningkatkan perlindungan seluruh aset, properti dan penghuni dari kebakaran
dan asap.
f. Peralatan Medis meliputi peralatan dipilih, dipelihara, dan digunakan sedemikian
rupa untuk mengurangi risiko
g. Sistem Utilitas meliputi listrik, air, gas medis dan sistem utilitas lainnya
dipelihara untuk meminimalkan risiko kegagalan pengoperasian.
h. Konstruksi dan renovasi : Risiko terhadap pasien, staf dan pengunjung
diidentifikasi dan dinilai selama konstruksi, renovasi, pembongkaran, aktivitas
pemeliharaan lainnya.
i. Pelatihan : Seluruh staf di rumah sakit dan para tenant/ penyewa lahan dilatih dan
memiliki pengetahuan fasilitas rumah sakit.
j. Pengawasan pada para tenant/ penyewa lahan yang melakukan kegiatan di dalam
area lingkungan rumah sakit.
Pada umumnya terdapat 8 (delapan) kode kedaruratan di Rumah Sakit, yaitu :
1. Kode Merah (Code Red) merupakan kode yang menunjukkan adanya bahaya
kebakaran, sehingga dapat segera mungkin melakukan evakuasi dan pemadaman api
agar kobaran api tidak melebar luas.
2. Kode Biru (Code Blue) merupakan kode yang menunjukkan terdapat pasien yang
membutuhkan resusitasi atau membutuhkan pertolongan medis, paling sering sebagai
akibat dari serangan pernapasan atau serangan jantung.
3. Kode Kuning (Code Yellow) kode untuk Kedaruratan Masal;
4. Kode Hitam (Code Black) kode untuk Ancaman Pembunuhan
5. Kode Cokelat (Code Brown) kode untuk Evakuasi pasien ke titik kumpul;
6. Kode Merah Muda (Code Pink) kode untuk Penculikan Bayi
7. Kode Oranye (Code Orange) kode untuk Ancaman Bom.
DEFINISI K3
1. Keselamatan Kerja adalah upaya yang dilakukan untuk mengurangi terjadinya kecelakaan,
kerusakan dan segala bentuk kerugian baik terhadap manusia, maupun yang berhubungan
dengan peralatan, obyek kerja, tempat bekerja, dan lingkungan kerja, secara langsung dan
tidak langsung
2. Kesehatan Kerja adalah upaya peningkatan dan pemeliharaan derajat kesehatan yang setinggi-
tingginya bagi pekerja di semua jabatan, pencegahan penyimpangan kesehatan yang
disebabkan oleh kondisi pekerjaan, perlindungan pekerja dari risiko akibat faktor yang
merugikan kesehatan, penempatan dan pemeliharaan pekerja dalam suatu lingkungan kerja
yang mengadaptasi antara pekerjaan dengan manusia dan manusia dengan jabatannya
3. Keselamatan dan Kesehatan Kerja Rumah Sakit yang selanjutnya disingkat K3RS adalah
segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi keselamatan dan kesehatan bagi sumber daya
manusia rumah sakit, pasien, pendamping pasien, pengunjung, maupun lingkungan rumah
sakit melalui upaya pencegahan kecelakan kerja dan penyakit akibat kerja di rumah sakit
Staf rumah sakit mempunyai risiko terpapar infeksi karena pekerjaannya yang berhubungan
baik secara langsung dan maupun tidak langsung dengan pasien. Pelayanan kesehatan dan
keselamatan staf merupakan hal penting untuk menjaga kesehatan fisik, kesehatan mental,
kepuasan, produktivitas, dan keselamatan staf dalam bekerja. Karena hubungan staf dengan
pasien dan kontak dengan bahan infeksius maka banyak petugas kesehatan berisiko terpapar
penularan infeksi.
Identifikasi sumber infeksi berdasar atas epidemiologi sangat penting untuk menemukan staf
yang berisiko terpapar infeksi. Pelaksanaan program pencegahan serta skrining seperti
imunisasi, vaksinasi, dan profilaksis dapat menurunkan insiden infeksi penyakit menular
secara signifikan.Staf rumah sakit juga dapat mengalami kekerasan di tempat kerja.
Anggapan bahwa kekerasan tidak terjadi di rumah sakit tidak sepenuhnya benar mengingat
jumlah tindak kekerasan di rumah sakit semakin meningkat. Untuk itu rumah sakit diminta
menyusun program pencegahan kekerasan.
Cara rumah sakit melakukan orientasi dan pelatihan staf, penyediaan lingkungan kerja yang
aman, pemeliharaan peralatan dan teknologi medis, pencegahan atau pengendalian infeksi
terkait perawatan kesehatan (Health care-Associated Infections), serta beberapa faktor
lainnya menentukan kesehatan dan kesejahteraan staf.
Dalam pelaksanaan program kesehatan dan keselamatan staf rumah sakit, maka
staf harus memahami: