Anda di halaman 1dari 6

PENDIDIKAN KESEHATAN (Keselamatan dan Kesehatan Kerja)

1. Pengertian Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) merupakan upaya kita untuk
menciptakan lingkungan kerja yang sehat dan aman, sehingga dapat mengurangi
probabilitas kecelakaan kerja /penyakit akibat kelalaian yang mengakibatkan demotivasi
dan dan defisiensi produktivitas kerja.
2. Menurut Permenkes 66 Tahun 2016 tentang K3RS adalah segala kegiatan untuk
menjamin dan melindungi keselamatan dan kesehatan bagi sumber daya manusia rumah
sakit, pasien, pendamping pasien, pengunjung, maupun lingkungan rumah sakit melalui
upaya pencegahan kecelakan kerja dan penyakit akibat kerja di rumah sakit.
3. Kesehatan Kerja adalah suatu kondisi Kesehatan yang bertujuan agar masyarakat pekerja
memperoleh derajat Kesehatan setinggi-tingginya, baik jasmani ,rohani maupun social,
dengan usaha pencegahan dan pengobatan terhadap penyakit atau gangguan Kesehatan
yang disebabkan oleh pekerjaan dan lingkungan kerja maupun penyakit umum.

PENYEBAB KECELAKAAN KERJA 


Setiap pegawai tentu mempunyai cara cara tersendiri dalam proteksi diri terhadap ancaman
kecelakaan kerja/ penyakit dalam menunjang pekerjaannya, misal dengan memakai masker
Ketika sedang flu, menunda bepergian Ketika sedang pandemi,  maupun dengan menjaga
kebersihan/ kenyamanan ruangan kerja. Menurut Budiono dkk (2003), faktor yang
mempengaruhi Kesehatan dan Keselamatan Kerja adalah :
a. Beban Kerja. Beban kerja merupakan beban fisik, mental dan sosial, sehingga penempatan
pegawai sesuai dengan kemampuannya perlu diperhatikan
b. Kapasitas Kerja. Kapasitas Kerja yang bergantung pada tingkat Pendidikan, keterampilan,
kebugaran jasmani, ukuran tubuh ideal, keadaan gizi dsb
c. Lingkungan Kerja. Lingkungan Kerja yang berupa faktor fisik, kimia, biologi,ergonomic
ataupun psikososial.               
Sehubungan dengan hal tersebut diatas, kecelakaan Kerja dapat dicegah dengan metode
HIRARC, HIRARC terdiri dari hazard identification, risk assessment, dan risk control
Menurut Sutrisno dan Ruswandi , 2007, prinsip- prinsip yang harus dijalankan dalam suatu
perusahaan/ instansi pemerintah dalam menerapkan Kesehatan dan Keselamatan Kerja adalah
sebagai berikut:
a. Adanya APD di tempat kerja
b. Adanya buku pentunjuk penggunaan alat atau isyarat bahaya
c. Adanya peraturan pembagian tugas dan tanggung jawab
d. Adanya tempat kerja yang aman sesuai standar SSLK (syarat-syarat lingkungan kerja) 
antara lain tempat kerja steril dari debu, kotoran,asap rokok, uap gas,radiasi, getaran mesin
dan peralatan, kebisingan, tempat kerja aman dari arus listrik, lampu penerangan memadai,
ventilasi dan sirkulasi udara seimbang.
e. Adanya penunjang Kesehatan jasmani dan rohani ditempat kerja
f. Adanya sarana dan prasarana lengkap ditempat kerja
g. Adanya kesadaran dalam menjaga keselamatan dan Kesehatan kerja
h. Adanya Pendidikan dan pelatihan tentang kesadaran K3.       
PROGRAM K3 RS H.A ZAKY DJUNAID
1. Promotif
1) Peningkatan pengetahuan terkait Kesehatan Kerja
2) Pemberian suplemen Vitamin C peroral 50mg.
3) Pelaksanaan program kebugaran jasmani terprogram (pengukuran kebugaran jasmani
dan latihan fisik terprogram), senam kesehatan dan rekreasi.
4) Pemberian makanan tambahan dengan gizi yang mencukupi (extra fooding) bagi
petugas yang bekerja di area resiko tinggi serta petugas yang dinas bergilir (sore,
malam dan diluar hari kerja atau libur).
2. Preventif
1) Melakukan Pemeriksaan Kesehatan Karyawan (Awal, Berkala, Khusus)
2) Melakukan skrining pemeriksaan Antigen COVID19 secara berkala pada unit
berisiko.
3) Melakukan Vaksinasi Covid-19 pada seluruh karyawan baru.
4) Melakukan Vaksinasi Hepatitis B pada karyawan yang beresiko terpapar.
5) Melakukan pemeriksaan Antigen COVID19 sebagai bentuk pelacakan kontak erat
(Tracing) pada karyawan yang bergejala / teridentifikasi mengalami kontak erat.
3. Rehabilitatif
1) Kolaborasi dengan Bagian Pelayanan Medis (Yanmed)/ unit fisioterapi melakukan
upaya rehabilitasi sesuai penyakit terkait.

PENYAKIT AKIBAT KERJA (PAK)


Penyakit Akibat Kerja adalah penyakit/gangguan yang disebabkan oleh pekerjaan dan
diperoleh pada masa/ waktu melakukan pekerjaan di suatu tempat (biasanya disebuah tempat
produksi) dan masyarakat umum jarang mengalaminya.
PAK adalah bahwa penyakit yang timbul akibat hubungan kerja adalah penyakit yang
disebabkan pekerjaan atau lingkungan kerja. (Menurut Keppres RI No. 22 tahun 1993
a. Pencegahan PAK Secara Teknis
- Substitusi dari bahan kimia, alat kerja atau proses kerja
- Isolasi dari bahan-bahan kimia, alat kerja, proses kerja dan pekerja menggunakan
alat pelindung jika diperlukan
- Perbaikan system ventilasi dll.
b. Pencegahan Dini
Pencegahan ini dilaksanakan melalui pemeriksaan kesehatan pekerja yaitu meliputi:
- Pemeriksaan Awal
- Pemeriksaan Berkala
MENGENAL SIMBOL B3 DAN LIMBAH B3
Simbol B3 berupa gambar yang menunjukan sifat/karakteristik dari B3
Dari aspke K3 mengenal symbol B3 merupakan upaya pencegahan dan pengendalian
terjadinya KAK/PAK. Jika SDM sudah diberikan pengetahuan tentang arti Simbol, Sifat dan
Bahaya B3 dalam lingkungan kerja maka SDM dapat melakukan upaya meminimalkan resiko
terjadinya kecelaakan akibat penggunaan/ penyimpanan B3.
PROSEDUR PENGOPERASIAN APAR (ALAT PEMADAM API RINGAN)

Badan Penghubung Provinsi Jawa Tengah melakukan Prosedur Pengoperasian APAR (Alat
Pemadam Api Ringan) berdasarkan pada PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN
TRANSMIGRASI No.: per.04/men/1980 TENTANG SYARAT-SYARAT PEMASANGAN
DAN PEMELIHARAAN ALAT PEMADAM API RINGAN.

1. Program MFK RS H.A Zaky Djunaid yaitu keselamatan, keamanan, pengelolaan B3,
proteksi kebakaran kewaspadaan bencana, pengelolaan utilitas, pengelolaan alat
medis, pengelolaan kegiatan konstruksi renovasi dan demolish, dan  pelatihan MFK.
Rumah sakit menyusun program managemen risiko fasilitas dan lingkungan
meliputi:
a. Keselamatan
Keselamatan adalah keadaan tertentu karena gedung, lantai, halaman, dan
peralatan rumah sakit tidak menimbulkan bahaya atau risiko bagi pasien, staf dan
pengunjung. Keamanan adalah perlindungan terhadap kehilangan, pengrusakan
dan kerusakan atau penggunaan akses oleh mereka yang tidak berwenang.
Keselamatan meliputi bangunan, prasarana, fasilitas, area konstruksi, lahan dan
peralatan rumah sakit tidak menimbulkan bahaya atau risiko bagi pasien, staf
atau pengunjung.
b. Keamanan
Keamanan : perlindungan dari kehilangan, kerusakan, gangguan atau akses atau
penggunaan yang tidak sah.
c. Bahan berbahaya dan beracun (B3) serta limbahnya meliputi penanganan,
penyimpanan, dan penggunaan bahan radioaktif serta bahan berbahaya lainnya
harus dikendalikan dan limbah bahan berbahaya dibuang secara aman.
d. Penanganan Kedaruratan dan Bencana meliputi Risiko diidentifikasi dan respons
terhadap epidemi, bencana dan keadaan darurat direncanakan dan efektif
termasuk evaluasi integrasi struktural dan non struktural lingkungan pelayanan
dan perawatan pasien. risiko kemungkinan terjadi bencana diidentifikasi, juga
respons bila terjadi wabah, serta bencana dan keadaan emergensi direncanakan
dengan efektif termasuk evaluasi lingkungan pasien secara terintegrasi.
e. Sistem Proteksi Kebakaran meliputi properti dan penghuninya dilindungi dari
kebakaran dan asap. Melakukan penilain risiko yang berkelanjutan untuk
meningkatkan perlindungan seluruh aset, properti dan penghuni dari kebakaran
dan asap.
f. Peralatan Medis meliputi peralatan dipilih, dipelihara, dan digunakan sedemikian
rupa untuk mengurangi risiko
g. Sistem Utilitas meliputi listrik, air, gas medis dan sistem utilitas lainnya
dipelihara untuk meminimalkan risiko kegagalan pengoperasian.
h. Konstruksi dan renovasi : Risiko terhadap pasien, staf dan pengunjung
diidentifikasi dan dinilai selama konstruksi, renovasi, pembongkaran, aktivitas
pemeliharaan lainnya.
i. Pelatihan : Seluruh staf di rumah sakit dan para tenant/ penyewa lahan dilatih dan
memiliki pengetahuan fasilitas rumah sakit.
j. Pengawasan pada para tenant/ penyewa lahan yang melakukan kegiatan di dalam
area lingkungan rumah sakit.
Pada umumnya terdapat 8 (delapan) kode kedaruratan di Rumah Sakit, yaitu :
1. Kode Merah (Code Red) merupakan kode yang menunjukkan adanya bahaya
kebakaran, sehingga dapat segera mungkin melakukan evakuasi dan pemadaman api
agar kobaran api tidak melebar luas.
2. Kode Biru (Code Blue) merupakan kode yang menunjukkan terdapat pasien yang
membutuhkan resusitasi atau membutuhkan pertolongan medis, paling sering sebagai
akibat dari serangan pernapasan atau serangan jantung.
3. Kode Kuning (Code Yellow) kode untuk Kedaruratan Masal;
4. Kode Hitam (Code Black) kode untuk Ancaman Pembunuhan
5. Kode Cokelat (Code Brown) kode untuk Evakuasi pasien ke titik kumpul;
6. Kode Merah Muda (Code Pink) kode untuk Penculikan Bayi
7. Kode Oranye (Code Orange) kode untuk Ancaman Bom.

DEFINISI K3

1. Keselamatan Kerja adalah upaya yang dilakukan untuk mengurangi terjadinya kecelakaan,
kerusakan dan segala bentuk kerugian baik terhadap manusia, maupun yang berhubungan
dengan peralatan, obyek kerja, tempat bekerja, dan lingkungan kerja, secara langsung dan
tidak langsung
2. Kesehatan Kerja adalah upaya peningkatan dan pemeliharaan derajat kesehatan yang setinggi-
tingginya bagi pekerja di semua jabatan, pencegahan penyimpangan kesehatan yang
disebabkan oleh kondisi pekerjaan, perlindungan pekerja dari risiko akibat faktor yang
merugikan kesehatan, penempatan dan pemeliharaan pekerja dalam suatu lingkungan kerja
yang mengadaptasi antara pekerjaan dengan manusia dan manusia dengan jabatannya
3. Keselamatan dan Kesehatan Kerja Rumah Sakit yang selanjutnya disingkat K3RS adalah
segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi keselamatan dan kesehatan bagi sumber daya
manusia rumah sakit, pasien, pendamping pasien, pengunjung, maupun lingkungan rumah
sakit melalui upaya pencegahan kecelakan kerja dan penyakit akibat kerja di rumah sakit

Staf rumah sakit mempunyai risiko terpapar infeksi karena pekerjaannya yang berhubungan
baik secara langsung dan maupun tidak langsung dengan pasien. Pelayanan kesehatan dan
keselamatan staf merupakan hal penting untuk menjaga kesehatan fisik, kesehatan mental,
kepuasan, produktivitas, dan keselamatan staf dalam bekerja. Karena hubungan staf dengan
pasien dan kontak dengan bahan infeksius maka banyak petugas kesehatan berisiko terpapar
penularan infeksi.

Identifikasi sumber infeksi berdasar atas epidemiologi sangat penting untuk menemukan staf
yang berisiko terpapar infeksi. Pelaksanaan program pencegahan serta skrining seperti
imunisasi, vaksinasi, dan profilaksis dapat menurunkan insiden infeksi penyakit menular
secara signifikan.Staf rumah sakit juga dapat mengalami kekerasan di tempat kerja.
Anggapan bahwa kekerasan tidak terjadi di rumah sakit tidak sepenuhnya benar mengingat
jumlah tindak kekerasan di rumah sakit semakin meningkat. Untuk itu rumah sakit diminta
menyusun program pencegahan kekerasan.

Cara rumah sakit melakukan orientasi dan pelatihan staf, penyediaan lingkungan kerja yang
aman, pemeliharaan peralatan dan teknologi medis, pencegahan atau pengendalian infeksi
terkait perawatan kesehatan (Health care-Associated Infections), serta beberapa faktor
lainnya menentukan kesehatan dan kesejahteraan staf.

Dalam pelaksanaan program kesehatan dan keselamatan staf rumah sakit, maka
staf harus memahami:

1. Cara pelaporan dan mendapatkan pengobatan,menerima konseling, dan


menangani cedera yang mungkin terjadi akibat tertusuk jarum suntik, terpapar
penyakit menular, atau mendapat kekerasan di tempat kerja;
2. Identifikasi risiko dan kondisi berbahaya di rumah sakit; dan
3. Masalah kesehatan dan keselamatan lainnya

Anda mungkin juga menyukai