PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Berdirinya sebuah rumah sakit dilengkapi dengan bermacam-macam peralatan yang
memerlukan perawatan atau pemeliharaan sedemikian rupa untuk menjaga keselamatan,
kesehatan, mencegah kebakaran dan persiapan penanggulangan bencana. Keselamatan Kerja
diterapkan di lingkungan kerja yang mana didalamnya terdapat aspek manusia, alat, mesin,
lingkungan dan bahaya kerja. Upaya Keselamatan Kerja merupakan upaya meminimalkan
pencegahan terjadinya Penyakit Akibat Kerja (PAK) dan Kecelakaan Akibat Kerja (KAK)
melalui upaya promotif, prefentif, penyerasian antara beban kerja, kapasitas kerja dan
lingkungan sehingga setiap pekerja dapat bekerja selamat dan sehat, tanpa membahayakan
dirinya sendiri maupun masyarakat atau orang lain disekelilingnya dan tercapai produktivitas
kerja yang optimal. Upaya tersebut dilaksanakan secara menyeluruh untuk meningkatkan
derajat kesehatan dan produktifitas pekerja rumah sakit.
2. Tujuan
Agar dapat dipergunakan sebagai pedoman dalam melaksanakan upaya kesehatan dan
keselamatan kerja secara baik dan benar sehingga tercapai :
a. Kesehatan dan Keselamatan pekerja selama bertugas
b. Kegiatan rumah sakit berjalan lancar tanpa adanya hambatan
c. Tingkat produktifitas yang optimal
C. FALSAFAH
Keselamatan Kerja, Kebakaran dan Kewaspadaan Bencana (K3) di rumah sakit, adalah suatu
upaya pengelolaan resiko di lingkungan kerja untuk meminimalkan dampak tempat kerja
sehingga tercipta lingkungan kerja yang aman dan sehat.
D. PENGERTIAN
Dalam Pedoman ini ada beberapa pengertian yang mesti diketahui antara lain :
1. Tempat kerja, adalah
Tempat tiap ruangan atau lapangan, tertutup atau terbuka, bergerak atau tetap dimana
karyawan atau yang sering dimasuki karyawan untuk melaksanakan tugas.
2. Karyawan, adalah
Tiap orang yang mampu melakukan pekerjaan baik didalam maupun diluar
hubungan kerja, untuk menghasilkan jasa pelayanan kesehatan kepada masyarakat.
Kebijakan Kepala Rumah Sakit tentang keselamatan kerja, kebakaran dan kewaspadaan bencana
adalah :
1. Pembentukan Panitia K3
Bahwa sangat diperlukan adanya pelaksanaan upaya keselamatan kerja, kebakaran dan
kewaspadaan bencana di Rumah Sakit, sebagai upaya untuk meminimalkan terjadinya penyakit
akibat kerja dan kecelakan kerja, sehingga ditetapkan :
a. Perlunya untuk membentuk dan mengangkat Panitia K3 di Rumah Sakit yang
merupakan organisasi non struktural.
b. Panitia K3 Rumah Sakit terdiri dari tenaga staf adalah tenaga yang menjadi
anggota Panitia K3 Rumah Sakit, dan tenaga pendukung adalah tenaga / pegawai
yang melaksanakan fungsi K3 Rumah Sakit.
c. Panitia K3 Rumah Sakit memiliki sistem komunikasi internal dan eksternal.
d. Sistem komunikasi internal menggunakan pesawat intercom nomor dan telpon
nomor, sistem komunikasi ekternal menggunakan sambungan pesawat telpon
nomor langsung dan pesawat melalui operator serta pesawat telpon lain untuk
facsimile.
e. Bilamana terjadi bencana di Ruma Sakit, maka pesawat dengan nomor tersebut
diatas hanya diperuntukan penggunaannya oleh Panitia K3 Rummah Sakit selain
Panitia K3 Rumah Sakit dilarang menggunakan pesawat telpon tersebut.
2. Keselamatan Kerja
Pelaksanaan Keselamatan Kerja adalah salah satu bentuk upaya untuk menciptakan tempat kerja
yang aman, sehat, bebas dari pencemaran lingkungan, sehingga dapat mengurangi dan atau bebas
dari kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang pada akhirnya dapat meningkatkan efisiensi
dan produktivitas kerja. Keselamatan kerja bagi pegawai diupayakan melalui kegiatan – kegiatan
seperti :
a. Pemantauan lingkungan kerja pegawai secara rutin
b. Penyelenggaraan Pemeriksaan Kesehatan Pra Pekerjaan terhadap semua calon
pegawai.
c. Penyelenggaraan pemeriksaan Kesehatan berkala sesuai ketentuan.
d. Penyelenggaraan pemeriksaan kesehatan khusus.
e. Ditetapkannya tempat-tempat yang dianggap berisiko di lingkungan rumah sakit.
f. Dalam menjalankan tugasnya setiap pegawai rumah sakit wajib menggunakan alat
pelindung diri sesuai ketentuan yang berlaku.
g. Memberikan kesempatan bagi pegawai untuk meningkatkan pengetahuan dan
ketrampilan dalam bidang K3 bila ada partisipasi aktif dari seluruh pegawai dan
unit kerja terkait,
h. Diperlukan suatu sistem pelaporan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja,
yaitu suatu sistem yang mengatur pelaporan semua jenis penyakit akibat kerja dan
kecelakaan kerja saat sedang melakukan pekerjaan kedinasan dan disebabkan oleh
kondisi tidak aman dan tindakan tidak aman, sistem ini dapat terlaksana.
i. Pengadaan barang beracun, dan berbahaya dilaksanakan secara terkoordinasi
antara pengguna, panitia K3 dan Departemen Logistik, dan dalam hal pengadaan
barang B3 perlu disertakan lembar data keselamatan /Material Safety Data Sheet
(MSDS) dari rekanan pemasok.
j. Dilaksanakan sertifikasi untuk alat-alat tertentu sesuai dengan ketetapan dalam
peraturan perundang-undangan.
k. Rumah Sakit harus menyediakan fasilitas untuk menangani limbah seperti IPAL
untuk limbah cair dan pengelolaan limbah medis dan non medis yang dikelolah
oleh pihak kedua (dari luar rumah sakit).
l. Rumah Sakit wajib menyediakan fasilitas sanitasi.
m. Disediakan fasilitas perlengkapan keamanan pasien yang selalu terpelihara baik
dengan adanya pengecekan dan perbaikan sesuai jadwal yang ditetapkan.
3. Kebakaran
Pencegahan dan Pengendalian Kebakaran di Rumah Sakit dapat ditetapkan saat akan
membangun rumah sakit, sebagai berikut :
a. Menyediakan sistem alarm kebakaran di Rumah Sakit dengan jumlah yang cukup.
b. Tersedia sistem deteksi api dan asap kebakaran di rumah sakit.
c. Tersedia alat pemadam api / kebakaran di rumah sakit dengan jumlah yang cukup
dan sesuai dengan persyaratan yang berlaku.
d. Tersedia rambu-rambu/tanda-tanda khusus bagi evakuasi pasien apabila terjadi
kebakaran di rumah sakit.
e. Diadakannya simulasi / latihan secara teratur tentang pencegahan dan
pengendalian kebakaran.
f. Setiap pegawai rumah sakit mendapatkan kesempatan mengikuti pelatihan /
simulasi tentang pencegahan dan pengendalian kebakaran.
4. Kewaspadaan Bencana
Upaya Pencegahan dan Penanggulangan Bencana di Rumah Sakit ditetapkan sebagai berikut :
a. Diperlukan pedoman pencegahan dan penanggulangan bencana yang dapat
digunakan bagi seluruh pegawai Rumah Sakit dalam mengambil langkah-langkah
yang diperlukan guna mencegah dan menanggulangi bencana di Rumah Sakit.
b. Organisasi pencegahan dan penanggulangan bencana ini terdiri dari : perawat dan
Ka. Urusan, dokter IGD, Ka.Penunjang Medis, Ka.Keperawatan, Ka.Pelayanan
Medis, Direktur Rumah Sakit.
c. Untuk pembekalan pengetahuan, ketrampilan dan pengalaman pegawai dalam
penanggulangan bencana maka perlu diadakan pendidikan dan latihan
penanggulangan bencana.
d. Ditetapkan sistem komunikasi dalam penanggulangan bencana yaitu tata cara
penggunaan telepon, daftar nomor penting, dan kewenangan penggunaan telepon.
e. Tersedianya rambu-rambu khusus untuk jalur evakuasi pasien
f. Sarana dan Prasarana rumah sakit mengikuti ketentuan perijinan perundang-
undangan yang berlaku.
7. Peningkatan Mutu
Peningkatan Mutu K3 Rumah Sakit, meliputi :
a. Ada pencatatan tentang semua kejadian serta penanggulangan kasus K3.
b. Dilakukan analisa terhadap kasus kejadian K3 di rumah sakit oleh Panitia K3RS.
c. Hasil Analisa dibuatkan rekomendasi dan laporannya kepada direktur rumah sakit.
BAB III
PEMBENTUKAN ORGANISASI PANITIA K3RS
1. LATAR BELAKANG
Rumah sakit merupakan suatu bentuk badan usaha di bidang jasa yang meliputi
komponen manusia, mesin, peralatan dan energy yang merupakan asset untuk dapat
mencapai tujuan yang telah ditetapkan, sehingga dapat meningkatkan produktivitas kerja
yang lebih baik. Dengan demikian diperlukan upaya-upaya agar setiap pegawai dapat
bekerja secara sehat tanpa membahayakan dirinya sendiri maupun pegawai lainnya dan
lingkungan rumah sakit. Upaya tersebut diatas meliputi peningkatan, pencegahan,
pengobatan dan pemulihan, oleh karenanya harus dilakukan identifikasi permasalahan,
evaluasi dan tindak lanjut yang harus segera dilakukan. Kegiatan-kegiatan K3 rumah
sakit harus dapat meminimalkan terjadinya penyakit akibat kerja dan kecelakaan akibat
kerja serta memberikan rasa aman akan adanya bencana dan kebakaran. Berdasarkan hal
tersebut di atas maka dipandang perlu untuk menunjuk dan mengangkat Panitia K3
Rumah Sakit yang merupakan organisasi non structural, yang terdiri dari tenaga staf dan
tenaga penunjang.
KARUMKIT
KETUA K3 RUMAH
SAKIT
SEKRETARIS
PK3RS
2. Pendukung PK3RS
Anggota Pendukung PK3RS adalah Seluruh Pegawai rumah sakit yang setingkat
dengan Kepala Urusan/instalasi/kepala perawat dan penanggungjawab ruangan. Pegawai
rumah sakit ini telah mengikuti pelatihan K3. Pelaksanaan kegiatan K3 di Rumah Sakit
harus berjalan setiap saat, mengingat pola kerja di Rumah Sakit pada umumnya yang
terbagi menjadi tiga shift kerja maka ditetapkan pola tenaga K3 agar dapat memenuhi
ketenagaan pendukung K3 disetiap shiftnya, sebagai berikut :
• SHIFT pagi disediakan tenaga pendukung sebanyak 24 orang yang terdiri dari
Kepala Instalasi/perawat/urusan yang bertugas saat itu.
• SHIFT sore dan SHIFT malam disediakan tenaga pendukung masing-masing
shift sebanyak 18 orang yang terdiri dari Penanggung Jawab shift disetiap ruangan
ditambah dengan seorang dokter IGD dan Kepala jaga.
BAB IV
KESELAMATAN KERJA
I. LATAR BELAKANG
Di era golbalisasi menuntut pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)
di setiap tempat kerja termasuk di sektor kesehatan. Untuk itu kita perlu mengembangkan
dan meningkatkan K3 disektor kesehatan dalam rangka menekan serendah mungkin
risiko kecelakaan dan penyakit yang timbul akibat hubungan kerja, serta meningkatkan
produktivitas dan efesiensi. Dalam pelaksanaan pekerjaan sehari-hari karyawan/pekerja
di sektor kesehatan tidak terkecuali di Rumah Sakit maupun perkantoran, akan terpajan
dengan resiko bahaya di tempat kerjanya. Resiko ini bervariasi mulai dari yang paling
ringan sampai yang paling berat tergantung jenis pekerjaannya. Dalam Undang-undang
Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan, pasal 23 mengenai kesehatan kerja disebutkan
bahwa upaya kesehatan kerja wajib diselenggarakan pada setiap tempat kerja, khususnya
tempat kerja yang mempunyai resiko bahaya kesehatan yang besar bagi pekerja agar
dapat bekerja secara sehat tanpa membahayakan diri sendiri dan masyarakat
sekelilingnya, untuk memperoleh produktivitas kerja yang optimal, sejalan dengan
program perlindungan tenaga kerja.
II. PENGERTIAN
Yang dimaksud dengan pemantauan keselamatan kerja adalah sekumpulan
kegiatan yang menganalisa, menilai dan memberikan masukkan dalam upaya menjamin
terciptanya kondisi produktivitas dapat ditingkatkan.
B. Pengelolaan Limbah
Pengelolaan terhadap semua air buangan dan tinja hasil kegiatan operasional
Rumah Sakit sehingga memenuhi persyaratan yang terdapat dalam SK Gubernur DKI
No. 528 tahun 1995 tentang penetapan dan baku mutu air sungai / badan air serta
baku mutu limbah cair di wilayah DKI Jakarta. Pengelolaan air limbah ini diolah
dalam instalasi pengolahan air limbah dengan sistem aerob dan anaerob bio filter
system. Pemantauan pengelolaan air limbah dilakukan dengan cara :
a) Pemeriksaan setiap hari terhadap fungsi IPAL dengan memperhatikan
parameter fisik dan bau.
b) Pemeriksaan setiap hari tempat penyimpanan limbah B3
c) Mengirimkan sempel air limbah dari outlet IPAL ke BPLHD sebanyak 4
kali setahun dengan parameter sesuai SK Gubernur DKI Jakarta No. 582
tahun 1995 dengan hasil segera dievaluasi dan ditindaklanjuti.
C. Pengelolaan Sampah
Pengelolaan terhadap semua sampah baik sampah medis maupun sampah non
medis yang dihasilkan dalam kegiatan operasional RSIA Hermina Podomoro
sehingga memenuhi persyaratan yang tercantum dalam SK Dirjen P2MPLP NO. 281-
II/PD.03.04.LP tahun 1989 tentang persyaratan kesehatan pengelolaan sampah dan
SK Dirjen P2MPLP NO. HK.00.06.6.44 tahun 1993 tentang persyaratan dan petunjuk
teknis tata cara penyehatan lingkungan rumah sakit. Untuk kategori sampah non
medis dilakukan pengelolaan dengan cara dimasukkan ke dalam kantong plastik
berwarna hitam. Untuk kategori medis, pengelolaan sampah dimasukkan ke dalam
kantong plastik berwarna kuning. Pemantauan pengelolaan sampah dilakukan dengan
cara :
a) Pemeriksaan kebersihan TPS non Medis dan Medis setiap hari dengan
lembar kontrol.
b) Pengawasan dan pemeriksaan terhadap proses pemisahan sampah medis
dengan sampah non medis.
c) Wawancara dengan pegawai, pengunjung serta warga sekitar tentang
pengelolaan sampah.
E. Sanitasi makanan
Upaya memantau faktor makanan, petugas, tempat dan perlengkapan yang
mungkin dapat menimbulkan penyakit terhadap pasien dan pegawai Rumah
Sakit. Kegiatan dilakukan di dapur dan pantry sebagai tempat pengolahan dan
pengelolaan makanan. Pemantauan terhadap sanitasi makanan dilakukan
dengan cara :
a) Pemantauan terhadap pelaksanaan 6 prinsip hygiene sanitasi makanan
dengan mengisi lembar kontrol yang tersedia setiap bulan.
b) Pemeriksaan Kesehatan khusus terhadap tenaga penjamah makanan
minimal sekali dalam setahun yang hasilnya segera dievaluasi dan
ditindaklanjuti.
c) Pemeriksaan sampel makanan ke BTKL setiap 3 bulan sekali dengan
hasil segera dievaluasi dan ditindaklanjuti.
d) Pengukuran suhu dan kelembaban ruang dapur setiap 1 bulan sekali,
segera dievaluasi dan ditindaklanjuti.
F. Penyehatan ruang laundry
Upaya penyehatan tehadap tempat dan sarana pencucian linen hingga linen siap
dipakai dalam kegiatan operasional Rumh Sakit. Pemantauan terhadap ruang
laundry meliputi :
a) Proses pencucian dan penghalusan sesuai standar yang telah
ditentukan
b) Penggunaan APD di ruang laundry
c) Pengukuran suhu dan kelembaban setiap bulan dan dilakukan evaluasi
serta tindak lanjut dari hasil pengukuran.
d) Infeksi nosokomial Kegiatan pemantauan Infeksi Nosokomial
dilakukan dengan cara :
e) Terhadap proses tindakan bagi pasien dengan standar yang telah
ditentapkan
f) Pemeriksaan bakteriologis terhadap kualitas udara ruangan, usap
peralatan medis, usap linen, usap tangan dan dilakukan setiap 6 bulan
sekali, yang kemudian dievaluasi dan ditindaklanjuti.
g) Terhadap kepadatan serangga dan binatang pengganggu.
h) Desinfeksi Pemantauan proses desinfeksi dilakukan dengan cara :
i) Usap peralatan medis/instrument setiap 3 bulan sekali ke BTKL yang
hasilnya dievaluasi dan ditindaklanjuti.
j) Uji sampling larutan desinfektan setiap 6 bulan sekali ke laboratorium
AKL DepKes Jakarta yang hasilnya segera dievaluasi dan
ditindaklanjuti.
I. Latar Belakang
Pencegahan kebakaran adalah usaha menyadari/mewaspadai akan faktor-faktor yang
menjadi sebab munculnya atau terjadinya kebakaran dan mengambil langkah-langkah untuk
mencegah kemungkinan tersebut menjadi kenyataan. Pencegahan kebakaran membutuhkan
suatu program pendidikan dan pengawasan beserta pengawasan pegawai, suatu rencana
pemeliharaan yang cermat dan teratur atas bangunan dan kelengkapannya,
inspeksi/pemeriksaan, penyediaan dan penempatan yang baik dari peralatan pemadam
kebakaran termasuk memeliharanya baik segi siap-pakainya maupun dari segi mudah
dicapainya.
I. Latar Belakang
Bencana umumnya dapat terjadi dimana saja dan kapan saja yang datangnya tiba-
tiba. Rumah Sakit sebagai salah satu “Public Area” tidak mustahil menghadapi bahaya ini.
Sehubungan dengan hal tersebut di atas perlu disusun suatu acuan atau pedoman bagi seluruh
pegawai Rumah Sakit untuk menghadapi suatu bencana yang mungkin akan terjadi di Rumah
Sakit.
II. Pengertian
Bencana adalah suatu peristiwa atau rangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam
atau manusia yang mengakibatkan korban dan penderitaan manusia, kerugian harta benda,
kerusakan lingkungan, kerusakan sarana, dan prasarana umum yang memerlukan pertolongan
dan bantuan secara khusus.
I. Latar Belakang
Dalam upaya untuk meningkatkan dan menambah pengetahuan, Keterampilan, dan
pengalaman pegawai rumah sakit dalam melaksanakan kegiatan /unsur-unsur K3 maka
dipandang perlu untuk melaksanakan pendidikan dan latihan K3. Tujuan
diselenggarakankannya diklat K3 adalah untuk membentuk karyawan yang peka, tanggap
dan waspada terhadap K3 sehingga mempunyai kesadaran dan kemauam untuk melakukan
kegiatan-kegiatan K3.
II. Pengertian
Diklat adalah suatu upaya menambah pengetahuan, ketrampilan dan pengalaman
secara sistimatik dari suatu pengetahuan, ketrampilan, dan pengalaman yang ingin
didapatkan.
I. Latar Belakang
Evaluasi dan pelaporan merupakan suatu bagian yang tidak terpisahkan dari sebuah
kegiatan, baik yang bersifat rutin maupun yang tidak terjadwal. Evaluasi bertujuan untuk
menganalisa hasil kegiatan yang telah dilakukan sekaligus memberikan penilaian apakah
kegiatan yang dilakukan telah mencapai sasaran yang diharapkan atau hasil kegiatan belum
memenuhi harapan sehingga perlu dilakukan tindak lanjut sehingga dicapai sasara yang
diharapkan.
Dalam pembuatan buku pedoman ini disadari bahwa buku pedoman ini tidak sempurna
masih terdapat banyak kekurangan-kekurangan. Oleh kerena itu masukkan dan saran untuk
perbaikan peningkatan buku pedoman ini, merupakan sesuatu yang sangat berharga. Semoga
buku ini dapat menjadi pegangan bagi setiap orang yang melibatkan diri untuk berkecimpung di
bidang K3 Rumah Sakit Tk.III dr.Reksodiwiryo.