Anda di halaman 1dari 8

SURAT KEPUTUSAN

DIREKTUR RUMAH SAKIT 


NOMOR : /KPTS/RS/VI/2013
TENTANG
PEMBERLAKUAN PEDOMAN PENYELENGGARAAN
KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3)
RUMAH SAKIT 

MENIMBANG : 1. Bahwa Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) merupakan


Upaya untuk memberikan jaminan keselamatan dan meningkatkan derajat
kesehatan para pekerja dengan cara pencegahan kecelakaan dan penyakit
akibat kerja, pengendalian bahaya di tempat kerja, promosi kesehatan,
pengobatan dan rehaabilitasi.
2. Bahwa Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) bertujuan bagi terciptanya
cara kerja, lingkungan kerja yang sehat, aman, nyaman, dan dalam rangka
meningkatkan derajat kesehatan karyawan.
3. Bahwa untuk maksud tersebut diatas perlu ditetapkan sebuah kebijakan
tentang Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di Rumah Sakit.

MENGINGAT : 1. Undang-undang Nomor : 1 tahun 1970 Tentang


Keselamatan Kerja
2. Undang-undang Nomor : 36 tahun 2009 Tentang Kesehatan
3. Undang-undang Nomor : 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit berisi
akreditasi RS dan syarat fisik RS
4. Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan
5. Permenaker Nomor 5/Men/1996 tentang SMK3
6. Permenkes Nomor 432/Menkes/ SK/IV/2007 tentang pedoman
Manajemen K3 Rumah Sakit
7. Permenkes Nomor 432/Menkes/ SK/VIII/2010 tentang Standar K3 Rumah
Sakit

MEMUTUSKAN
MENETAPKAN :
KESATU : Memberlakukan Pedoman Nomor : 17/PDM/KKK/RS/VI/2014,
tentang Pedoman Penyelenggaraan Kesehatan dan Keselamatan Kerja di
Rumah Sakit sebagaimana terlampir dalam Keputusan ini.

KEDUA : Keputusan ini berlaku sejak tanggal diterbitkan dan akan dilakukan
evaluasi minimal 1 (satu) tahun sekali.

KETIGA : Apabila hasil evaluasi mensyaratkan adanya perubahan dan


perbaikan, maka akan dilakukan perubahan dan perbaikan sebagaimana
mestinya.

Ditetapkan Di :
Pada Tanggal :
RUMAH SAKIT

Direktur Utama

TEMBUSAN Yth :
1. Semua unit kerja RS
2. Tim K3 Rumah Sakit
3. Arsip

Lampiran Surat Keputusan Direktur


Nomor : /KPTS/RS/VI/2014
Tentang : Pedoman Penyelenggaraan Kesehatan dan Keselamatan Kerja
Di Rumah Sakit

PEDOMAN PENYELENGGARAAN
KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3)
RUMAH SAKIT 

RUANG LINGKUP PELAYANAN K3RS

Pelayanan tentang kesehatan dan keselamatan kerja, adalah :


A. Pembentukan Komite K3
Bahwa sangat diperlukan adanya pelaksanaan upaya kesehatan dan
keselamatan kerja, kebakaran dan kewaspadaan bencana di Rumah Sakit,
sebagai upaya untuk meminimalkan terjadinya penyakit akibat kerja dan
kecelakan kerja, sehingga ditetapkan :

1. Perlunya untuk membentuk dan mengangkat Komite K3 di Rumah Sakit


yang merupakan organisasi non struktural.
2. Komite K3 Rumah Sakit terdiri dari tenaga staf adalah tenaga yang
menjadi anggota Komite K3 Rumah Sakit, dan tenaga pendukung adalah
tenaga / pegawai yang melaksanakan fungsi K3 Rumah Sakit.
3. Komite K3 Rumah Sakit memiliki sistem komunikasi internal dan eksternal.
4. Sistem komunikasi internal menggunakan pesawat intercom nomor dan
telpon nomor, system komunikasi ekternal menggunakan sambungan
pesawat telpon nomor langsung dan pesawat melalui operator serta pesawat
telpon lain untuk facsimile.
5. Bilamana terjadi bencana di Rumah Sakit, maka pesawat dengan nomor
tersebut diatas hanya diperuntukan penggunaannya oleh Komite K3 Rumah
Sakit selain Komite K3 Rumah Sakit dilarang menggunakan pesawat telpon
tersebut.

B. Manajemen Keselamatan dan keamanan


Pelaksanaan Keselamatan Kerja adalah salah satu bentuk upaya untuk
menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran
lingkungan, sehingga dapat mengurangi dan atau bebas dari kecelakaan
kerja dan penyakit akibat kerja yang pada akhirnya dapat meningkatkan
efisiensi dan produktivitas kerja. Keselamatan kerja bagi pegawai
diupayakan melalui kegiatan –kegiatan seperti :
1. Pemenuhan terhadap peraturan perundang-undangan dan persyaratan
lain yang relevan dengan K3LRS (Kesehatan dan keselamatan kerja
lingkungan rumah sakit)
2. Pemetaan resiko – resiko apa saja yang ada pada setiap unit/ruang
pelayanan.
3. Pemantauan lingkungan kerja pegawai secara rutin
4. Penyelenggaraan Pemeriksaan Kesehatan Pra Pekerjaan terhadap semua
calon pegawai.
5. Penyelenggaraan pemeriksaan Kesehatan berkala sesuai ketentuan.
6. Penyelenggaraan pemeriksaan kesehatan khusus.
7. Dalam menjalankan tugasnya setiap pegawai rumah sakit wajib
menggunakan alat pelindung diri sesuai ketentuan yang berlaku.
8. Memberikan kesempatan bagi pegawai untuk meningkatkan pengetahuan
dan ketrampilan dalam bidang K3.bila ada partisipasi aktif dari seluruh
pegawai dan unit kerja terkait,
9. Adanya sistem keamanan pasien yang baik,meliputi : Penanganan Pasien
Kecelakaan Lalu-Lintas; Pelayanan Tamu Pembesuk diluar Jam Berkunjung;
Pengawasan CCTV; Pelaksanaan Patroli; Laporan Kejadian Kehilangan;
Penanganan Kejadian Luar Biasa; Pengawalan Tamu VIP; Koordinasi Pasien
Khusus; Penanganan Kasus Pencurian.
10. Penetapan kode untuk seluruh pelayanan K3.

C. Pengelolaan bahan kimia berbahaya dan beracun serta limbah B3


Upaya Pengelolaan bahan kimia berbahaya dan beracun meliputi kegiatan :
1. Identifikasi seluruh bahan kimia yang ada pada masing-masing
bagian/unit.
2. Pengadaan barang beracun, dan berbahaya dilaksanakan secara
terkoordinasi antara pengguna, Komite K3 dan Departemen Logistik, dan
dalam hal pengadaan barang B3 perlu disertakan lembar data
keselamatan /Material Safety Data Sheet (MSDS) dari rekanan pemasok.
3. Pemeriksaan penerimaan bahan kimia berbahaya dan beracun.
4. Penyimpanan bahan kimia berbahaya dan beracun.
5. Tata cara dan lokasi penyimpanan bahan kimia berbahaya dan beracun
6. Penggunaan bahan kimia berbahaya dan beracun.
7. Pelabelan dan pemberian symbol seluruh bahan kimia berbahaya dan
beracun yang ada di seluruh rumah sakit.
8. Penanganan bahan kimia berbahaya dan beracun apabila terjadi
tumpahan/ceceran/kebocoran.
9. Penanganan bahan kimia berbahaya dan beracun apabila terjadi paparan.
10. Diperlukan suatu sistem pelaporan kecelakaan kerja dan penyakit akibat
kerja, yaitu suatu sistem yang mengatur pelaporan semua jenis penyakit
akibat kerja dan kecelakaan kerja saat sedang melakukan pekerjaan
kedinasan dan disebabkan oleh kondisi tidak aman dan tindakan tidak
aman,sistem ini dapat terlaksana.
11. Pemilahan dari berbagai macam limbah yang dihasilkan dari kegiatan
dan sarana pewadahannya.
12. Rumah Sakit harus menyediakan fasilitas untuk menangani limbah
seperti IPAL untuk limbah cair dan pengelolaan limbah medis dan non medis
yang dikelolah oleh pihak kedua (dari luar rumah sakit).

D. Manajemen kegawatdaruratan
Upaya Pencegahan dan Penanggulangan Bencana di Rumah Sakit ditetapkan
sebagai berikut :
1. Diperlukan tata laksana pencegahan dan penanggulangan bencana yang
dapat digunakan bagi seluruh pegawai Rumah Sakit dalam mengambil
langkah-langkah yang diperlukan guna mencegah dan menanggulangi
bencana di Rumah Sakit.
2. Organisasi pencegahan dan penanggulangan bencana ini terdiri dari
perawat jaga,perawat supervise,dokter IGD,kepala keamanan,manajer
umum,manajer diklat,manajer medis,direktur rumah sakit.
3. Ditetapkannya tempat-tempat yang dianggap berisiko di lingkungan
rumah sakit.
4. Untuk pembekalan pengetahuan, ketrampilan dan pengalaman pegawai
dalam penanggulangan bencana maka perlu diadakan pendidikan dan
latihan penanggulangan bencana.
5. Tersedianya rambu-rambu khusus untuk jalur evakuasi pasien
6. Sarana dan Prasarana rumah sakit mengikuti ketentuan perijinan
perundang- undangan yang berlaku.

E. Manajemen penanggulangan Kebakaran


Pencegahan kebakaran adalah usaha menyadari/mewaspadai akan faktor-
faktor yang menjadi sebab munculnya atau terjadinya kebakaran dan
mengambil langkah-langkah untuk mencegah kemungkinan tersebut
menjadi kenyataan. Pencegahan kebakaran membutuhkan suatu program
pendidikan dan pengawasan beserta pengawasan karyawan, suatu rencana
pemeliharaan yang cermat dan teratur atas bangunan dan kelengkapannya,
inspeksi/pemeriksaan, penyediaan dan penempatan yang baik dari peralatan
pemadam kebakaran termasuk memeliharanya baik segi siap pakainya
maupun dari segi mudah dicapainya. Pencegahan dan Pengendalian
Kebakaran di Rumah Sakit, sebagai berikut :
1. Menyediakan sistem alarm kebakaran di Rumah Sakit dengan jumlah yang
cukup.
2. Tersedia sistem deteksi api dan asap kebakaran di rumah sakit.
3. Tersedia alat pemadam api / kebakaran di rumah sakit dengan jumlah
yang cukup dan sesuai dengan persyaratan yang berlaku.
4. Tersedia rambu-rambu/tanda-tanda khusus bagi evakuasi pasien apabila
terjadi kebakaran di rumah sakit.
5. Adanya pemeriksaan secara rutin oleh badan pemerintahan ataupun pihak
intern guna memastikan peralatan pencegahan kebakaran dapat berfungsi
dengan baik.
6. Diadakannya simulasi / latihan secara teratur tentang pencegahan dan
pengendalian kebakaran.
7. Setiap pegawai rumah sakit mendapatkan kesempatan mengikuti
pelatihan / simulasi tentang pencegahan dan pengendalian kebakaran.
F. Manajemen peralatan medis
Dalam menunjang pelayanan, perlu adanya kepastian status peralatan yang
dipakai.Upaya yang dilakukan adalah sebagai berikut :
1. Adanya pendataan seluruh peralatan non medis ataupun medis yang
selalu diperbaharui.
2. Dilaksanakan sertifikasi untuk alat-alat tertentu sesuai dengan ketetapan
dalam peraturan perundang-undangan..
3. Diperlukannya seseorang yang kompeten guna
menanggani,memperbaiki,dan melakukan monitoring seluruh peralatan yang
ada di rumah sakit

G. Manajemen sistem utility


Kegiatan di suatu rumah sakit tidak diperbolehkan terhenti dikarenakan
adanya sarana pendukung yang tidak bekerja.Adapun sarana pendukung
meliputi :
1. Sarana penyuplai listrik yang harus selalu tersedia 24 jam tanpa terputus.
2. Sarana penyedia air yang harus tersedia selalu selama 24 jam tanpa
terputus.
3. Adanya kerjasama dengan pihak ketiga untuk penyuplai air dan listrik bila
seluruh upaya sudah dilakukan.
4. Pasokan gas medis yang tidak boleh terlambat dan adanya pemantuan
secara rutin.

H. Larangan merokok
Larangan merokok diseluruh wilayah rumah sakit
1. Wilayah didalam RSI-SA dinyatakan sebagai kawasan bebas asap rokok.
2. Larangan ini berlaku bagi seluruh civitas hospitilia RSI-
SA,pengunjung,tamu,rekanan yang berada di RSI-SA.
3. Pemasangan tanda-tanda larangan merokok.
4. Pembuatan plamfet / gambar penyuluhan bahaya merokok.
5. Penyuluhan bagi penunggu pasien.

I. Recall/penarikan barang
Adanya penarikan peralatan – peralatan medis yang digunakan dalam
pelayanan dikarenakan sebagai berikut :
1. Peralatan dinyatakan tidak boleh lagi digunakan karena kalibrasi.
2. Peralatan tidak boleh digunakan karena regulasi/peraturan.
3. Peraturan tidak bisa digunakan kembali karena rusak dan tidak ada lagi
suku cadangnya.
4. Peralatan ditarik oleh vendor/supplier karena adanya kesalahan dalam
produksi atau sesuatu hal.
5. Adanya tata cara /aturan penggudangan peralatan yang sudah tidak
terpakai kembali.

J. Pendidikan dan Pelatihan K3


Pendidikan dan Pelatihann K3 di Rumah Sakit, ditetapkan sebagai berikut :
1. Setiap pegawai di Rumah Sakit diberikan kesempatan mengikuti
pendidikan dan pelatihan K3 untuk menambah pengetahuan dan
ketrampilan dibidang K3.
2. Rumah Sakit melalui urusan diklat menyelenggarakan pendidikan dan
pelatihan K3 bagi pegawai secara berkala dan berkesinambungan.
3. Materi pendidikan dan latihan K3 akan selalu disesuaikan dengan
kebutuhan, kemajuan dan perkembangan K3.
4. Pendidikan dan pelatihan K3 dapat melalui seminar, workshop, pertemuan
ilmiah, dll.

K. Evaluasi dan Pelaporan


Evaluasi dan Pelaporan tentang kegiatan- kegiatan K3 di Rumah Sakit,
adalah sebagai berikut :
1. Memuat seluruh aspek K3, yaitu :
a) Disaster Program
b) Pencegahan dan Pengendalian Kebakaran
c) Keamanan Pasien, Pengunjung dan pegawai
d) Keselamatan dan Kesehatan Pegawai
e) Pengelolaan bahan dan Barang Berbahaya
f) Kesehatan Lingkungan Kerja
g) Sanitasi Rumah Sakit
h) Sertifikasi/Kaliberasi Sarana, Prasarana dan Peralatan
i) Pengelolaan Limbah Padat, Cair dan Gas
j) Pendidikan dan Latihan K3
k) Pengumpulan, Pengolahan, dan Pelaporan Data
2. Evaluasi ini dilakuan untuk jangka waktu yang ditentukan sesuai dengan
jenis kegiatan yang dilaksanakan, dapat dilakukan 3 bulan, 6 bulan, dst.
3. Hasil Evaluasi dibuatkan laporannya dan pelaporan disampaikan kepada
direktur rumah sakit untuk mendapatkan tindak lanjut, untuk jangka waktu 1
(satu) tahun.

L. Peningkatan Mutu
Peningkatan Mutu K3 Rumah Sakit, meliputi :
1. Ada pencatatan tentang semua kejadian serta penanggulangan kasus K3.
2. Dilakukan analisa terhadap kasus kejadian K3 di rumah sakit oleh Komite
K3 Rumah Sakit.
3. Hasil Analisa dibuatkan rekomendasi dan laporannya kepada direktur
rumah sakit.

Anda mungkin juga menyukai