Anda di halaman 1dari 21

LAMPIRAN

PERATURAN DIREKTUR RUMAH


SAKIT JA’FAR MEDIKA
NOMOR : …./PERDIR/RSUJM/
TENTANG
PEDOMAN KESEHATAN DAN
KESELAMATAN KERJA RUMAH SAKIT

PEDOMAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA RUMAH SAKIT

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Berdirinya sebuah rumah sakit dilengkapi dengan bermacam-macam peralatan yang
memerlukan perawatan atau pemeliharaan sedemikian rupa untuk menjaga keselamatan,
kesehatan, mencegahkebakaran dan persiapan penanggulangan bencana.Keselamatan Kerja
diterapkan di lingkungan kerja yang mana didalamnya terdapat aspek manusia, alat, mesin,
lingkungan dan bahaya kerja.
Upaya Keselamatan Kerja merupakan upaya meminimalkan pencegahan terjadinya
Penyakit Akibat Kerja (PAK) dan Kecelakaan Akibat Kerja (KAK) melalui upaya promotif,
preventif, penyerasian antara beban kerja, kapasitas kerja dan lingkungan sehingga setiap
pekerja dapat bekerja selamat dan sehat, tanpa membahayakan dirinya sendiri maupun
masyarakat atau orang lain disekelilingnya dan tercapai produktivitas kerja yang optimal.
Upaya tersebut dilaksanakan secara menyeluruh untuk meningkatkan derajat kesehatan dan
produktifitas pekerja rumah sakit
B. Maksud dan Tujuan
1. Maksud
Sebagai petunjuk semua unit kerja di Rumah Sakit, khususnya unit kerja yang mempunyai
resiko bahaya keselamatan dan kesehatan kerja dalam melaksanakan tugas dan pekerjaan
agar diperoleh satu dasar, satu pengertian dan pemahaman tata cara pelaksanaan yang
benar
2. Tujuan
Agar dapat dipergunakan sebagai pedoman dalam melaksanakan upaya kesehatan dan
keselamatan kerja secara baik dan benar sehingga tercapai :
a. Kesehatan dan Keselamatan pekerja selama bertugas
b. Kegiatan rumah sakit berjalan lancar tanpa adanya hambatan
c. Tingkat produktifitas yang optimal
C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup kegiatan pokok pelayanan untuk karyawan di Rumah Sakit Umum Ja'far
Medika terdiri dari:
1. Penyediaan dan penambahanan tenaga kerja.
Penyediaan dan penambahan tenaga kerja meliputi pemasangan iklan, proses seleksi dan
orientasi tenaga kerja. Rangkaian kegiatan tersebut adalah untuk memenuhi kebutuhan
tenaga kerja yang diperlukan di rumah sakit untuk semua unit kerja.
2. Pemberian upah dan THR.
Penyelenggaraan upah dan THR meliputi pemberian upah sesuai dengan standar rumah
sakit dan pemerintah. Rangkaian kegiatan tersebut adalah untuk memenuhi hak-hak
karyawan sesuai dengan standar rumah sakit dan pemerintah.
3. Kesejahteraan karyawan (cuti, izin dan jaminan sosial).
Kesejahteraan karyawan meliputi semua hak-hak yang harus diterima oleh karyawan
yaitu untuk jatah cuti, izin dan jaminan sosial. Rangkaian kegiatan tersebut adalah untuk
memenuhi hak-hak karyawan sesuai denganketentuan yang berlaku
4. Pengembangan karir
Pengembangan karir meliputi pemindahan karyawan dari satu unit kerja ke unit kerja
yang lain atau dari satu jabatan di unit kerja ke jabatan lain di unit kerja yang berbeda
tetapi setaraf. Selain itu juga untuk pemindahan karyawan dari satu jabatan ke jabatan
lainnya yang lebih tinggi dari sebelumnya dikarenakan prestasi, kemampuan dan
pendidikan yang dimiliki. Rangkaian kegiatan ini adalah untuk memenuhi kebutuhan
tenaga kerja sesuai dengan kualifikasi dan kompetensi profesi pada masing-masing unit
kerja
5. Pengembangan kemampuan (pelatihan dan pendidikan)
Pengembangan kemampuan meliputi memberikan pelatihan bagi karyawan lama sebagai
upaya refresh sehingga kemampuan yang sudah dimiliki akan makin terasah dan bagi
karyawan baru sebagai upaya pengenalan lingkup dan job desc dalam suatu pekerjaan di
unit kerja. Selain itu juga untuk pendidikan bagi karyawan lama yang harus mempunyai
sertifikasi ataupun pendidikan lebih tinggi dari yang dimiliki untuk menunjang pekerjaan
yang dilakukan. Rangkaian kegiatan ini adalah untuk mengembangkan kemampuan kerja
karyawan sesuai dengan profesi dan sertifikasi rumah sakit.
D. Definisi
1. Tempat kerja adalah Tempat tiap ruangan atau lapangan, tertutup atau terbuka,
bergerak atau tetap dimanakaryawan atau yang sering dimasuki karyawan untuk
melaksanakan tugas.
2. Karyawan adalah tiap orang yang mampu melakukan pekerjaan baik didalam
maupun diluar hubungan kerja, untuk menghasilkan jasa pelayanan kesehatan kepada
masyarakat.
3. Kesehatan & keselamatan kerja adalah suatu upaya untuk menekan atau
mengurangi resiko kecelakaan atau penyakit kerja yang pada hakikatnya tidak dapat
dipisahkan antara kesehatan &keselamatan.
4. Upaya kesehatan adalah upaya penyerasian antara kapasitas kerja, beban kerja dan
lingkungan kerja agar setiapkerja karyawan dapat bekerja secara sehat tanpa
membahayakan diri sendiri maupunmasyarakat disekelilingnya.
5. Keselamatan kerja adalah keselamatan yang berhubungan dengan alat kerja, bahan
& proses pengolahannya, tempat kerja & lingkungannya serta cara-cara melakukan
pekerjaan.
6. Kecelakaan kerja adalah kejadian yang tidak terduga & tidak diharapkan, karena
peristiwa tersebut tidak terdapatunsur kesengajaan, lebih-lebih dalam bentuk perencanaan
dan tidak diharapkan karena peristiwa kecelakaan disertai kerugian material maupun
penderitaan dari yang paling ringansampai kepada yang paling berat
7. Penyakit akibat kerja adalah penyakit yang ditimbulkan dari suatu pekerjaan yang
mengandung paparan / kontaminasi pada fasilitas penunjang pekerjaan
BAB II
KEBIJAKAN

Kebijakan Direksi tentang keselamatan kerja, kebakaran dan kewaspadaan bencana adalah :
1. Pembentukan panitia K3
Bahwa sangat diperlukan adanya pelaksanaan upaya keselamatan kerja, kebakaran
dankewaspadaan bencana di Rumah Sakit, sebagai upaya untuk meminimalkan terjadinya
penyakit akibat kerja dan kecelakan kerja, sehingga ditetapkan
a. Perlunya untuk membentuk dan mengangkat Panitia K3 di Rumah Sakit yang
merupakan organisasi non struktural.
b. Panitia K3 Rumah Sakit terdiri dari tenaga staf adalah tenaga yang menjadi
anggota Panitia K3 Rumah Sakit, dan tenaga pendukung adalah tenaga/pegawai yang
melaksanakan fungsi K3 Rumah Sakit.
c. Panitia K3 Rumah Sakit memiliki sistem komunikasi internal dan eksternal.
d. Sistem komunikasi internal menggunakan pesawat intercom nomor dan telpon
nomor, sistem komunikasi ekternal menggunakan sambungan pesawat telpon nomor
langsung dan pesawat melalui operator serta pesawat telpon lain untuk faksimile.
e. Bilamana terjadi bencana di Rumah Sakit, maka pesawat dengan nomor tersebut
diatas hanya diperuntukan penggunaannya oleh Panitia K3 Rumah Sakit selain Panitia
K3 Rumah Sakit dilarang menggunakan pesawat telpon tersebut.
2. Keselamatan Kerja
Pelaksanaan Keselamatan Kerja adalah salah satu bentuk upaya untuk menciptakan tempat
kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran lingkungan, sehingga dapat mengurangi dan
atau bebas dari kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang pada akhirnya dapat
meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja. Keselamatan kerja bagi pegawai diupayakan
melalui kegiatan seperti :
a. Pemantauan lingkungan kerja pegawai secara rutin
b. Penyelenggaraan Pemeriksaan Kesehatan Pra Pekerjaan terhadap semua calon
pegawai.
c. Penyelenggaraan pemeriksaan Kesehatan berkala sesuai ketentuan.
d. Penyelenggaraan pemeriksaan kesehatan khusus.
e. Ditetapkannya tempat-tempat yang dianggap berisiko di lingkungan rumah sakit.
f. Dalam menjalankan tugasnya setiap pegawai rumah sakit wajib menggunakan
alat pelindung diri sesuai ketentuan yang berlaku.
g. Memberikan kesempatan bagi pegawai untuk meningkatkan pengetahuan dan
ketrampilan dalam bidang K3. Bila ada partisipasi aktif dari seluruh pegawai dan unit
kerja terkait.
h. Diperlukan suatu sistem pelaporan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja,
yaitu suatusistem yang mengatur pelaporan semua jenis penyakit akibat kerja dan
kecelakaan kerja saat sedang melakukan pekerjaan kedinasan dan disebabkan oleh
kondisi tidak aman dan tindakan tidak aman,sistem ini dapat terlaksana.
i. Pengadaan barang beracun, dan berbahaya dilaksanakan secara terkoordinasi
antara pengguna, panitia K3 dan Departemen Logistik, dan dalam hal pengadaan barang
B3 perlu disertakan lembar data keselamatan /Material Safety Data Sheet (MSDS) dari
rekanan pemasok.
j. Dilaksanakan sertifikasi untuk alat-alat tertentu sesuai dengan ketetapan dalam
peraturan perundang-undangan.
k. Rumah Sakit harus menyediakan fasilitas untuk menangani limbah seperti IPAL
untuk limbah cair dan pengelolaan limbah medis dan non medis yang dikelola oleh
pihak kedua (dari luar rumah sakit).
l. Rumah Sakit wajib menyediakan fasilitas sanitasi.
m. Disediakan fasilitas perlengkapan keamanan pasien yang selalu terpelihara baik
dengan adanya pengecekan dan perbaikan sesuai jadwal yang ditetapkan.
3. Kebakaran
Pencegahan dan Pengendalian Kebakaran di Rumah Sakit dapat ditetapkan saat akan
membangun rumah sakit, sebagai berikut :
a. Menyediakan sistem alarm kebakaran di Rumah Sakit dengan jumlah yang cukup
b. Tersedia sistem deteksi api dan asap kebakaran di rumah sakit
c. Tersedia alat pemadam api / kebakaran di rumah sakit dengan jumlah yang cukup
dan sesuaidengan persyaratan yang berlaku
d. Tersedia rambu-rambu/tanda-tanda khusus bagi evakuasi pasien apabila terjadi
kebakaran dirumah sakit
e. Diadakannya simulasi/latihan secara teratur tentang pencegahan dan
pengendalian kebakaran
f. Setiap pegawai rumah sakit mendapatkan kesempatan mengikuti pelatihan /
simulasi tentang pencegahan dan pengendalian kebakaran
Pencegahan kebakaran adalah usaha menyadari/mewaspadai akan faktor-faktor yang
menjadi sebab munculnya atau terjadinya kebakaran dan mengambil langkah-langkah untuk
mencegah kemungkinan tersebut menjadi kenyataan. Pencegahan kebakaran membutuhkan
suatu program pendidikan dan pengawasan beserta pengawasan karyawan, suatu rencana
pemeliharaan yang cermat dan teratur atas bangunan dan kelengkapannya, inspeksi/
pemeriksaan, penyediaan dan penempatan yang baik dari peralatan pemadam kebakaran
termasuk memeliharanya baik segi siap- pakainya maupun dari segi mudah dicapainya

4. Kewaspadaan Bencana
Upaya Pencegahan dan Penanggulangan Bencana di Rumah Sakit ditetapkan sebagai
berikut :
a. Diperlukan pedoman pencegahan dan penanggulangan bencana yang dapat
digunakan bagiseluruh pegawai Rumah Sakit dalam mengambil langkah-langkah yang
diperlukan guna mencegah dan menanggulangi bencana di Rumah Sakit.
b. Organisasi pencegahan dan penanggulangan bencana ini terdiri dari perawat dan
Ka.Urusan, dokter IGD, Manajer Penunjang Medis, Manajer Keperawatan, Manajer
Pelayanan Medis,Wakil Direktur Medis, Direktur RS.
c. Untuk pembekalan pengetahuan, ketrampilan dan pengalaman pegawai
dalam penanggulangan bencana maka perlu diadakan pendidikan dan latihan
penanggulangan bencana
d. Ditetapkan sistem komunikasi dalam penanggulangan bencana yaitu tata cara
penggunaan telepon, daftar nomor penting, dan kewenangan penggunaan telepon.
e. Tersedianya rambu-rambu khusus untuk jalur evakuasi pasien
f. Sarana dan Prasarana rumah sakit mengikuti ketentuan perijinan perundang-
undangan yang berlaku
5. Pendidikan dan Pelatihan K3
Pendidikan dan Pelatihann K3 di Rumah Sakit, ditetapkan sebagai berikut :
a. Setiap pegawai di Rumah Sakit diberikan kesempatan mengikuti pendidikan dan
pelatihan K3 untuk menambah pengetahuan dan ketrampilan dibidang K3
b. Rumah Sakit melalui urusan diklat menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan
K3 bagi pegawai secara berkala dan berkesinambungan
c. Materi pendidikan dan latihan K3 akan selalu disesuaikan dengan kebutuhan,
kemajuan dan perkembangan K3.
d. Pendidikan dan pelatihan K3 dapat melalui seminar, workshop, pertemuan ilmiah,
dll.
6. Evaluasi dan Pelaporan
Evaluasi dan Pelaporan tentang kegiatan K3 di Rumah Sakit, adalah sebagai berikut:
a. Memuat seluruh aspek K3, yaitu :
1) Disaster Program
2) Pencegahan dan Pengendalian Kebakaran
3) Keamanan Pasien, Pengunjung dan pegawai
4) Keselamatan dan Kesehatan Pegawai
5) Pengelolaan bahan dan Barang Berbahaya
6) Kesehatan Lingkungan Kerja
7) Sanitasi Rumah Sakit
8) Sertifikasi/Kaliberasi Sarana, Prasarana dan Peralatan
9) Pengelolaan Limbah Padat, Cair dan Gas
10) Pendidikan dan Latihan K3
11) Pengumpulan, Pengolahan, dan Pelaporan Data
b. Evaluasi ini dilakuan untuk jangka waktu yang ditentukan sesuai dengan jenis
kegiatan yang dilaksanakan, dapat dilakukan 3 bulan, 6 bulan, dst
c. Hasil Evaluasi dibuatkan laporannya dan pelaporan disampaikan kepada direktur
rumah sakit untuk mendapatkan tindak lanjut, untuk jangka waktu 1 (satu) tahun
7. Peningkatan Mutu
Peningkatan Mutu K3 Rumah Sakit, meliputi :
a. Ada pencatatan tentang semua kejadian serta penanggulangan kasus K3
b. Dilakukan analisa terhadap kasus kejadian K3 di rumah sakit oleh Panitia K3
Ruma Sakit
c. Hasil Analisa dibuatkan rekomendasi dan laporannya kepada direktur rumah sakit
BAB III
PEMBENTUKAN ORGANISASI PANITIA K3

A. Latar Belakang
Rumah sakit merupakan suatu bentuk badan usaha di bidang jasa yang meliputi
komponen manusia, mesin, peralatan dan energy yang merupakan asset untuk dapat
mencapai tujuan yang telah ditetapkan, sehingga dapat meningkatkan produktivitas kerja
yang lebih baik. Dengan demikian diperlukan upaya-upaya agar setiap pegawai dapat bekerja
secara sehat tanpa membahayakan dirinya sendiri maupun pegawai lainnya dan lingkungan
rumah sakit.
Upaya tersebut diatas meliputi peningkatan, pencegahan, pengobatan dan pemulihan,
oleh karenanya harus dilakukan identifikasi permasalahan, evaluasi dan tindak lanjut yang
harus segera dilakukan. Kegiatan-kegiatan K3 rumah sakit harus dapat meminimalkan
terjadinya penyakit akibat kerja dan kecelakaan akibat kerja serta memberikan rasa aman akan
adanya bencana dan kebakaran. Berdasarkan hal tersebut di atas maka dipandang perlu untuk
menunjuk dan mengangkat Panitia K3Rumah Sakit yang merupakan organisasi non struktural,
yang terdiri dari tenaga staf dan tenaga penunjang.
B. Maksud dan Tujuan
Pembentukan Panitia K3 bermaksud untuk menentukan dan membagi tugas,
wewenang, dan tanggung jawab dalam melakukan pengawasan, pengkoordinasian dan
pengendalian kegiatan K3 di Rumah Sakit terhadap seluruh pegawai, dokter, pasien dan
pengunjung lainnya. Kepanitian K3 dibentuk bertujuan untuk menciptakan kondisi sehat,
aman dari kecelakaan kerja dan lingkukangan yang nyaman bagi pegawai sehingga
produktivitas kerja meningkat dan rasa aman dari bahaya kebakaran dan bencana lainnya.
C. Prosedur Pembentukan Panitia K3
Panitia K3 rumah sakit (PK3RS) ditunjuk dan diangkat langsung oleh Direktur
Rumah Sakit berdasarkan pada usulan-usulan dan pertimbangan yang disampaikan oleh Wakil
Direktur dengan tetap memperhatikan prestasi kerja masing-masing PK3RS, kemudian
ditetapkan dalam surat Keputusan Direktur Rumah Sakit
D. Organisasi dan Pola Ketenagaan
1. Organisasi
Sebagai organisasi non struktural, PK3RS memiliki struktur organisasi sendiri dan
hubungannya dengan organisasi struktural rumah sakit
Struktur Organisasi PK3RS terdiri dari 2 bagian besar yaitu :
a) Tenaga Staff yaitu tenaga yang menjadi anggota panitia K3
b) Tenaga Pendukung yaitu pegawai rumah sakit yang melaksanakan fungsi K3.
Sebagai pimpinan PK3RS ditetapkan ketua PK3RS, ketua PK3RS bertanggungjawab
kepada Direktur Rumah Sakit
Struktur Organisasi PK3RS

DIREKTUR
RUMAH SAKIT
KETUA K3

RUMAH SAKIT

SEKRETARIS

PK3RS

STAFF PK3RS PENDUKUNG

a. Tim Keselamatan Kerja PK3RS


b. Tim Penanggulangan Kebakaran
c. Tim Kewaspadaan Bencana

(gambar : Struktur Organisasi K3)

2. Tugas dan Tanggung Jawab


Ketua K3 Rumah Sakit mempunyai tugas dan tanggung jawab sebagai berikut :
a) Memberikan saran dan pertimbangan kepada Direktur mengenai masalah K3.
b) Menghimpun dan mengolah segala data atau permasalahan K3 di tempat kerja
masing-masing bidang / bagian.
c) Mendorong ditingkatkannya penyuluhan, pengawasan, pendidikan dan latihan
serta penelitian K3.
d) Tercapainya sasaran untuk menurunkan tingkat kecelakaan kerja di rumah sakit.
e) Bertanggungjawab langsung kepada direktur Rumah Sakit.
Staf Panitia K3RS mempunyai tugas sebagai berikut :
a) Bertanggungjawab langsung kepada Ketua Panitia K3 RS.
b) Bertanggungjawab meyusun dan menetapkan program PK3RS sesuai
kedudukannya dalam tim di staf.
c) Bertugas melaksanakan kegiatan yang telah tersusun dalam program PK3RS.
d) Membuat evaluasi pelaksanaan kegiatan program dan disampaikan kepada ketua
PK3RS.
Pendukung PK3RS, mempunyai tugas sebagai berikut :
a) Bertugas melaksanakan kegiatan – kegiatan program PK3RS.
b) Bertugas memberikan usulan / saran untuk peningkatan pelaksanaan program
PK3RS.
c) Bertanggungjawab kepada Ketua PK3RS.
E. Pola Ketenagaan
Dalam kepanitiaan K3 dibutuhkan ketenagaan dengan syarat – syarat sebagai berikut :
1. Ketua PK3RS
a) Ketua adalah seorang dokter umum purna waktu berpengalaman di bidang K3
minimal 3 tahun
b) Mampu melaksanakan pertolongan hidup dasar (Basic Life Support).
2. Staf PK3RS
Pegawai rumah sakit dari berbagai unsur bagian rumah sakit sesuai kedudukan dalam tim,
seperti :
a) Tim Keselamatan Kerja terdiri dari unsur medis (dokter umum), personalia,
kesehatan lingkungan.
b) Tim Kebakaran terdiri dari unsur manajer rumga, satpam, tekhnisi, tata graha.
c) Tim Kewaspadaan Bencana terdiri dari unsur perawat, dokter IGD.
d) Staf ini harus telah mendapatkan pelatihan K3.
3. Pendukung PK3RS
Anggota Pendukung PK3RS adalah Seluruh Pegawai rumah sakit yang setingkat dengan
Kepala Urusan/instalasi/kepala perawat dan penanggungjawab ruangan. Pegawai rumah
sakit ini telah mengikuti pelatihan K3. Pelaksanaan kegiatan K3 di Rumah Sakit harus
berjalan setiap saat, mengingat pola kerja di Rumah Sakit pada umumnya yang terbagi
menjadi tiga shift kerja maka ditetapkan pola tenaga K3 agar dapat memenuhi ketenagaan
pendukung K3 disetiap shiftnya, sebagai berikut :
a) SHIFT pagi disediakan tenaga pendukung sebanyak 24 orang yang terdiri dari
Kepala Instalasi/perawat/urusan yang bertugas saat itu.
b) SHIFT sore dan SHIFT malam disediakan tenaga pendukung masing-
masing shift sebanyak 18 orang yang terdiri dari Penanggung Jawab shift disetiap
ruangan ditambah dengan seorang dokter IGD dan Kepala jaga. Dengan demikian
dapat dihitung bahwa seluruh tenaga pendukung yang tersedia di Rumah Sakit
adalah 24+ 18 + 18 + 2 = 62 orang.
BAB IV
KESELAMATAN KERJA

A. Latar Belakang
Di era golbalisasi menuntut pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di setiap
tempat kerja termasuk di sektor kesehatan. Untuk itu kita perlu mengembangkan dan
meningkatkan K3 disektor kesehatan dalam rangka menekan serendah mungkin risiko
kecelakaan dan penyakit yang timbul akibat hubungan kerja, serta meningkatkan produktivitas
dan efesiensi. Dalam pelaksanaan pekerjaan sehari-hari karyawan/pekerja di sektor kesehatan
tidak terkecuali di Rumah Sakit maupun perkantoran, akan terpajan dengan resiko bahaya
di tempat kerjanya. Resiko ini bervariasi mulai dari yang paling ringan sampai yang
paling berat tergantung jenis pekerjaannya.
Dalam Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan, pasal 23 mengenai
kesehatan kerja disebutkan bahwa upaya kesehatan kerja wajib diselenggarakan pada setiap
tempat kerja, khususnya tempat kerja yang mempunyai resiko bahaya kesehatan yang besar
bagi pekerja agar dapat bekerja secara sehat tanpa membahayakan diri sendiri dan masyarakat
sekelilingnya, untuk memperoleh produktivitas kerja yang optimal, sejalan dengan program
perlindungan tenaga kerja.
B. Pengertian
Yang dimaksud dengan pemantauan keselamatan kerja adalah sekumpulan kegiatan yang
menganalisa, menilai dan memberikan masukkan dalam upaya menjamin terciptanya
kondisi produktivitas dapat ditingkatkan
C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup dari pemantauan keselamatan kerja di Rumah Sakit mengacu pada
perundang- undangan dan peraturan yang berlaku, meliputi :
1. Penyediaan air bersih dan air minum
Merupakan air yang mempunyai kualitas minimal sebagaimana yang terlampir dalam
PERMENKES No 416 Tahun 1990. Pemantauan air bersih dan air minum dilakukan
dengan cara :
a) Memeriksa dan menjamin ketersediaan air bersih dan air minum yang dilakukan
setiap hari pada penampungan air bersih dan gudang air minum.
b) Mengirimkan sampel air minum da air bersih ke laboratorium BTKL dengan
frekuensi pengiriman sebanyak 4 kali setahun dengan parameter bakteriologi dan
kimia dan merujuk pada keputusan Dirjen P2MPLP Nomor : HK.00.06.6.44 Tahun
1993 tentang Persyaratan dan Petunjuk Teknis Tata Cara Penyehatan Lingkungan
Rumah Sakit dengan hasil yang segera dievaluasi dan ditindaklanjuti.

2. Pengelolaan limbah
Pengelolaan terhadap semua air buangan dan tinja hasil kegiatan operasional Rumah Sakit
sehingga memenuhi persyaratan yang terdapat dalam SK Gubernur DKI No. 528
tahun 1995 tentang penetapan dan baku mutu air sungai / badan air serta baku mutu
limbah cair di wilayah DKI Jakarta. Pengelolaan air limbah ini diolah dalam instalasi
pengolahan air limbah dengan sistem aerob dan anaerob bio filter system.
Pemantauan pengelolaan air limbah dilakukan dengan cara :
a) Pemeriksaan setiap hari terhadap fungsi IPAL dengan memperhatikan parameter
fisik dan bau.
b) Pemeriksaan setiap hari tempat penyimpanan limbah B3
c) Mengirimkan sempel air limbah dari outlet IPAL ke BPLHD sebanyak 4 kali
setahun dengan parameter sesuai SK Gubernur DKI Jakarta No. 582 tahun 1995
dengan hasil segera dievaluasi dan ditindaklanjuti.
3. Pengelolaan sampah
Pengelolaan terhadap semua sampah baik sampah medis maupun sampah non medis
yang dihasilkan dalam kegiatan operasional RSU Ja'far Medika sehingga memenuhi
persyaratan yang tercantum dalam SK Dirjen P2MPLP NO. 281-II/PD.03.04.LP tahun
1989 tentang persyaratan kesehatan pengelolaan sampah dan SK Dirjen P2MPLP NO.
HK.00.06.6.44 tahun 1993 tentang persyaratan dan petunjuk teknis tata cara penyehatan
lingkungan rumah sakit.
Untuk kategori sampah non medis dilakukan pengelolaan dengan cara dimasukkan
ke dalam kantong plastik berwarna hitam. Untuk kategori medis, pengelolaan sampah
dimasukkan ke dalam kantong plastik berwarna kuning. Pemantauan pengelolaan sampah
dilakukan dengan cara :
a) Pemeriksaan kebersihan TPS non Medis dan Medis setiap hari dengan lembar
kontrol.
b) Pengawasan dan pemeriksaan terhadap proses pemisahan sampah medis dengan
sampah non medis.
c) Wawancara dengan pegawai, pengunjung serta warga sekitar tentang pengelolaan
sampah.
4. Pengendalian serangga dan binatang pengganggu
Kegiatan yang bertujuan menekan kepadatan populasi serangga, tikus, kucing, cacing,
rayap atau hewan yang menjadi perantara menularkan penyakit tertentu. Pemantauan
pengendalian serangga dan binatang pengganggu dilakukan dengan cara :
a) Melakukan pemantauan terhadap kebersihan baik dalam gedung maupun luar
gedung setiap hari dengan alat bantu checklist.
b) Melakukan uji sampling kepadatan lalat, kecoa, dan nyamuk setiap 3 bulan sekali
dengan parameter : lalat adalah 8 ekor/flygrill (100 x 100 cm) per menit, parameter
kecoa adalah 2 ekor/plate (20 x 20 cm) per 24 jam. Parameter nyamuk adalah angka
Container Index = 5 %.
c) Pemantauan tingkat kepadatan tikus dengan parameter tingkat kepadatan tikus
mendekati angka 0 setiap 3 bulan sekali.
5. Sanitasi makanan
Upaya memantau faktor makanan, petugas, tempat dan perlengkapan yang mungkin
dapat menimbulkan penyakit terhadap pasien dan pegawai Rumah Sakit. Kegiatan
dilakukan di dapur sebagai tempat pengolahan dan pengelolaan makanan. Pemantauan
terhadap sanitasi makanan dilakukan dengan cara :
a) Pemantauan terhadap pelaksanaan 6 prinsip hygiene sanitasi makanan dengan
mengisi lembar kontrol yang tersedia setiap bulan.
b) Pemeriksaan Kesehatan khusus terhadap tenaga penjamah makanan minimal
sekali dalam setahun yang hasilnya segera dievaluasi dan ditindaklanjuti.
c) Pemeriksaan sampel makanan ke BTKL setiap 3 bulan sekali dengan hasil segera
dievaluasi dan ditindaklanjuti.
d) Pengukuran suhu dan kelembaban ruang dapur setiap 1 bulan sekali, segera
dievaluasi dan ditindaklanjuti.
6. Penyehatan ruang laundry
Upaya penyehatan tehadap tempat dan sarana pencucian linen hingga linen siap dipakai
dalam kegiatan operasional Rumah Sakit. Pemantauan terhadap ruang laundry meliputi :
a) Proses pencucian dan penghalusan sesuai standar yang telah ditentukan.
b) Penggunaan APD di ruang laundry
c) Pengukuran suhu dan kelembaban setiap bulan dan dilakukan evaluasi serta tindak
lanjut dari hasil pengukuran.
7. Infeksi nosokomial
Kegiatan pemantauan Infeksi Nosokomial dilakukan dengan cara :
a) Proses tindakan bagi pasien dengan standar yang telah ditetapkan
b) Pemeriksaan bakteriologis terhadap kualitas udara ruangan, usap peralatan medis,
usap linen, usap tangan dan dilakukan setiap 6 bulan sekali, yang kemudian dievaluasi
dan ditindaklanjuti.
c) Kepadatan serangga dan binatang pengganggu.
8. Desinfeksi
Pemantauan proses desinfeksi dilakukan dengan cara :
a) Usap peralatan medis/instrument setiap 3 bulan sekali ke BTKL yang hasilnya
dievaluasi dan ditindaklanjuti.
b) Uji sampling larutan desinfektan setiap 6 bulan sekali ke laboratorium AKL
DepKes Jakarta yang hasilnya segera dievaluasi dan ditindaklanjuti.
9. Penyuluhan kesehatan lingkungan
Upaya memberikan penyuluhan mengenai menyehatkan dan memelihara lingkungan
Rumah Sakit dan pengaruhnya terhadap masyarakat sekitar RS dari PK3RS yang
dilaksanakan oleh petugas kesling rumah sakit kepada karyawan, pengunjung, pasien
serta masyarakat setiap 6 bulan sekali dengan materi menyangkut upaya peningkatan
kualitas kesehatan dalam opersional kegiatan Rumah Sakit. Pemantauan dilakukan dengan
cara :
a) Wawancara terhadap karyawan atau pasien atau pengunjung atau pendapat dari
instansi pemerintahan tentang upaya penyehatan lingkungan di Rumah Sakit.
b) Pemantauan terhadap frekuensi keluhan terhadap masalah kesehatan lingkungan di
Rumah Sakit
10. Pencahayaan ruangan
Adalah pengaturan jumlah penyinaran pada suatu ruang bidang kerja yang
diperlukan untuk melaksanakan kegiatan secara efektif dan produktif di semua bagian
dalam dari gedung Rumah Sakit. Pemantauan dilakukan dengan cara pengukuran kualitas
pencahayaan setiap tahun sekali dengan parameter yang telah ditentukan.
11. Penyehatan udara
Adalah upaya untuk melakukan penyehatan udara segar yang memadai untuk menjamin
kesehatan pemakai ruangan, diseluruh bagian gedung Rumah Sakit. Pemantauan
dilakukan dengan cara mengukur tingkat suhu dan kelembaban setiap hari dengan
parameter yang telah ditentukan.
12. Kebisingan ruangan
Adalah upaya pengaturan tingkat kebisingan yang tidak dikehendaki sehingga
mengganggu dan atau membahayakan kesehatan, di semua bagian dalam gedung Rumah
Sakit. Pemantauan dilakukan dengan cara pengukuran tingkat kebisingan setiap 1 tahun
sekali dengan parameter kebisingan ruangan adalah :
a) Ruang perawatan, isolasi, radiologi, operasi maksimal 45 dBA.
b) Poliklinik/poli gigi maksimum 80 dBA.
c) Laboratorium maksimum 68 dBA.
d) Ruang cuci, dapur, maksimum 78 dBA.
13. Instalasi listrik
Adalah pusat jaringan pengendalian listrik sebagai sumber tenaga pembangkit untuk
melakukan kegiatan operasional rumah sakit. Pemantauan instalasi listrik dilakukan
dengan cara :
a) Memeriksa amper, tegangan dan tahanan pada panel induk setiap hari dengan
parameter sesuai dengan daya yang tersedia dari pihak PLN.
b) Pengujian terhadap instalasi listrik secara keseluruhan yang dilakukan oleh
petugas kantor Departemen Tenaga Kerja Kotamadya Jakarta Timur dengan frekuensi
setiap 5 tahun sekali.
14. Instalasi pemadaman kebakaran
Suatu sistem pendeteksian dini terhadap ancaman terjadinya bahaya kebakaran
dengan alat pendeteksi berupa Heat Detector dan Smoke Detector yang dilengkapi dengan
Fire Alarm yang akan berbunyi secara otomatis jika terdeteksi adanya bahaya kebakaran.
Pemantauan terhadap fungsinya sistem pendeteksian dini ancaman kebakaran dilakukan
dengan cara melakukan simulasi terjadinya ancaman dini bahaya kebakaran setiap 6 bulan
sekali.
15. Fasilitas toilet
Tempat yang disediakan oleh Rumah Sakit sebagai tempat pembuangan dan atau keperluan
lain yang diperuntukkan bagi pasien, pengunjung dan karyawan.
Pemantauan terhadap fasilitas toilet dengan cara :
a) Pemeriksaan terhadap kebersihan fasilitas toilet dengan frekuensi sebanyak 3 kali
dalam 24 jam.
b) Pemeriksaan terhadap fungsi peralatan bantu yang terdapat dalam fasilitas toilet
yang dilakukan setiap hari.
c) Pemeriksaan terhadap fungsi saluran pembuangan dalam fasilitas toilet setiap 3
bulan sekali.
16. Ketenagaan
Upaya manajemen menjamin bahwa semua karyawan yang bekerja di Rumah Sakit aman
terhadap ancaman tertularnya penyakit akibat paparan yang diperoleh selama
melaksanakan kegiatan dinas dirumah sakit sehingga karyawan merasa aman bekerja dan
tetap terjaga kesehatannya. Pemantauan terhadap Kesehatan karyawan dilakukan dengan
cara :
a) Pemeriksaan pra pekerjaan bagi calon pegawai yang melamar di Rumah Sakit ,
meliputi pemeriksaan fisik, rontgen, laboratorium rutin serta evaluasi psikologi.
b) Pemeriksaan kesehatan berkala bagi pegawai dengan frekuensi minimal 1 tahun
sekali, meliputi pemeriksaan fisik, dan laboratorium lengkap.
c) Pemeriksaan kesehatan khusus bagi karyawan yang bekerja pada tempat-tempat
khusus, karyawan berusia di atas 40 tahun, karyawan dengan penyakit-penyakit
tertentu yang dianggap beresiko tinggi oleh dokter, dengan frekuensi pemeriksaan
minimal 1 tahun sekali.

17. Alat pelindung diri


Adalah alat yang dipergunakan untuk pengaman bagi pegawai dalam melaksanakan
tugas dan tanggung jawabnya terhadap resiko terkontaminasi diri dari pasien, radiasi
penyinaran, bahan berbahaya dan beracun (B3), penggunaan peralatan, dll
18. Sertifikasi peralatan medik dan umum
Bertujuan untuk menjamin berfungsinya peralatan medik dan non medik sebagaimana
mestinya sehingga tidak merugikan pengguna alat tersebut. Pemantauan kelayakan alat
medik dan non medik dengan cara Uji Kalibrasi yang dilakukan oleh lembaga pemerintah
yang telah ditentukan.
19. Penetapan Tempat-tempat beresiko
Agar seluruh pegawai, pasien, keluarga pasien, pengunjung dapat mengetahui tempat-
tempat yang berbahaya di lingkungan Rumah Sakit maka diberikan petunjuk-petunjuk
yang ada pada tempat yang telah ditentukan.Tempat-tempat yang dianggap beresiko
ditetapkan oleh direktur rumah sakit, yaitu :
a) Instalasi Radiologi
b) Instalasi Laboratorium
c) Instalasi Farmasi
d) Kamar operasi
20. Fasilitas perlengkapan keamanan pasien
Merupakan sarana yang berkaitan dengan phisik gedung atau bangunan rumah sakit
dengan mengutamakan keamanan dan kenyamanan pasien, keluarga pasien, dan
pengunjung Rumah Sakit. Fasilitas perlengkapan tersebut meliputi :
a) Pegangan pada tepi tangga
b) Pegangan pengaman pada samping kloset dan bel panggil
c) Pintu dapat dibuka dari luar
d) Tempat tidur dilengkapi tralis penahan dibagian tepi
e) Sumber listrik (stop kontak) mempunyai pengaman
f) Pasokan Oksigen cukup di tempat-tempat penting, seperti Kamar Operasi,
ICU/NICU, IGD
g) Tersedia suction/alat penghisap pada keadaan gawat darurat
h) Pasokan tenaga listrik 24 jam pengganti listrik PLN bilamana padam
BAB V
KEBAKARAN
A. Latar Belakang
Pencegahan kebakaran adalah usaha menyadari/mewaspadai akan faktor-faktor yang
menjadi sebab munculnya atau terjadinya kebakaran dan mengambil langkah-langkah
untuk mencegah kemungkinan tersebut menjadi kenyataan. Pencegahan kebakaran
membutuhkan suatu program pendidikan dan pengawasan beserta pengawasan pegawai,
suatu rencana pemeliharaan yang cermat dan teratur atas bangunan dan kelengkapannya,
inspeksi/pemeriksaan, penyediaan dan penempatan yang baik dari peralatan pemadam
kebakaran termasuk memeliharanya baik segi siap-pakainya maupun dari segi mudah
dicapainya.
B. Pengertian
Kebakaran adalah suatu nyala api, baik kecil atau besar pada tempat yang tidak kita
hendaki, merugikan dan pada umumnya sukar dikendalikan.
C. Ruang Lingkup
1. Pencegahan Kebakaran
Pengelolaan pencegahan kebakaran di Rumah Sakit yaitu dengan mengendalikan sumber
panas seperti Listrik, listrik statis, nyala api dan bahan mudah terbakar seperti kertas,
karpet, karet, dll. Cara pengendaliannya adalah sebagai berikut :
a) Menetapkan larangan merokok di Rumah Sakit
b) Monitoring Inspeksi Listrik secara teratur
c) Menyediakan alat Pemadam Api ringan dengan jumlah cukup sesuai ketentuan
yang berlaku
d) Inspeksi Peralatan Pemadaman Kebakaran secara berkala
e) Pemasangan tanda-tanda peringatan bahaya kebakaran pada tempat-tempat
berisiko
2. Penanggulangan Kebakaran
Apabila sudah terjadi kebakaran maka langkah kita adalah menghilangkan adanya
Oksigen dalam kebakaran tersebut. Hal ini dapat dilakukan dengan menggunakan
Alat pemadam Api Ringan (APAR) yang fungsinya mengisolasi adanya oksigen dalam
api tersebut, selain itu dapat digunakan air untuk memadamkan kebakaran sebagai media
yang dapat menimbulkan reaksi pendinginan panas dan isolasi oksigen dari kebakaran
tersebut.
Agar pegawai dapat melakukan penanggulangan kebakaran secara dini maka
dilakukanlah pelatihan secara berkala cara menggunakan APAR dan simulasi penggunaan
APAR. Jadi cara penanggulangan Kebakaran di RSU Ja'far Medika adalah sebagai
berikut :
a) Menyediakan dan mengontrol fungsi alat pendeteksian panas agar berfungsi baik.
b) Menyediakan dan mengontrol fungsi Alat pendeteksi asap agar berfungsi baik.
c) Alarm kebakaran dengan jumlah cukup.
d) Alat pemadam api ringan (APAR) dengan jumlah cukup sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
e) Diklat pemadaman api bagi pegawai Rumah Sakit, yang dilakukan secara
berkala 2 kali dalam satu tahun.
BAB VI
KEWASPADAAN BENCANA
A. Latar Belakang
Bencana umumnya dapat terjadi dimana saja dan kapan saja yang datangnya tiba-tiba. Rumah
Sakit sebagai salah satu “Public Area” tidak mustahil menghadapi bahaya ini. Sehubungan
dengan hal tersebut di atas perlu disusun suatu acuan atau pedoman bagi seluruh pegawai
Rumah Sakit untuk menghadapi suatu bencana yang mungkin akan terjadi di Rumah Sakit.
B. Pengertian
Bencana adalah suatu peristiwa atau rangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam atau
manusia yang mengakibatkan korban dan penderitaan manusia, kerugian harta benda,
kerusakan lingkungan, kerusakan sarana, dan prasarana umum yang memerlukan pertolongan
dan bantuan secara khusus.
C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup dari kegiatan-kegiatan kewaspadaan bencana di Rumah Sakit, meliputi :
1. Diperlukan pedoman pencegahan dan penanggulangan bencana yang dapat
digunakan bagi seluruh pegawai Rumah Sakit dalam mengambil langkah-langkah yang
diperlukan guna mencegah dan menanggulangi bencana di Rumah Sakit, oleh karena
itu telah dibuat buku pedoman penanggulangan bencana yang dapat dievaluasi untuk
perbaikan sistem penanggulangan bencana.
2. Pembekalan Bagi Pegawai dalam menghadapi bencana Untuk pembekalan
pengetahuan, ketrampilan dan pengalaman pegawai dalam penanggulangan bencana maka
diadakan Pelatihan dan Simulasi Penanggulangan Bencana yang dilaksanakan sebanyak 2
x setiap satu tahunnya
3. Ditetapkan sistem komunikasi dalam penanggulangan bencana yaitu tata cara
penggunaan telepon, daftar nomor penting, dan kewenangan penggunaan telepon.
4. Tersedianya rambu-rambu khusus untuk jalur evakuasi pasien.
5. Sarana dan Prasarana rumah sakit mengikuti ketentuan perijinan perundang-
undangan yang berlaku.
BAB VII
PENDIDIKAN DAN LATIHAN

A. Latar Belakang
Dalam upaya untuk meningkatkan dan menambah pengetahuan, Keterampilan, dan
pengalaman pegawai rumah sakit dalam melaksanakan kegiatan /unsur-unsur K3 maka
dipandang perlu untuk melaksanakan pendidikan dan latihan K3.
B. Pengertian
Diklat adalah suatu upaya menambah pengetahuan, ketrampilan dan pengalaman secara
sistimatik dari suatu pengetahuan, ketrampilan, dan pengalaman yang ingin didapatkan.
C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup kegiatan diklat adalah :
1. Diklat kelas
Diklat kelas untuk pembahasan teori, dan diskusi sesuai dengan materi yang disampaikan
dan berkaitan dengan unsur-unsur K3.
2. Simulasi
Dilakukan simulasi K3 yang bermanfaat memberikan pengalaman dan gambaran suatu
peristiwa kejadian K3, seperti :
a) Pemadaman api dengan APAR
b) Evakuasi Pasien
BAB VIII
SISTEM EVALUASI DAN PELAPORAN
A. Latar Belakang
Evaluasi dan pelaporan merupakan suatu bagian yang tidak terpisahkan dari sebuah kegiatan,
baik yang bersifat rutin maupun yang tidak terjadwal. Evaluasi bertujuan untuk menganalisa
hasil kegiatan yang telah dilakukan sekaligus memberikan penilaian apakah kegiatan yang
dilakukan telah mencapai sasaran yang diharapkan atau hasil kegiatan belum memenuhi
harapan sehingga perlu dilakukan tindak lanjut sehingga dicapai sasaran yang diharapkan.
B. Pengertian
Evaluasi merupakan hasil pelaksanaan kegiatan dari rencana kegiatan - kegiatan atau yang
telah dibuat. Pelaporan adalah kegiatan membuat analisa dan rekomendasi dari hasil
pelaksanaan kegiatan atau evaluasi.
C. Ruang Lingkup
Kegiatannya meliputi :
1. Pengumpulan data dari pelaksanaan kegiatan dari unsur – unsur K3 rumah sakit.
2. Mengadakan pertemuan 6 (enam) bulanan guna membahas hasil pelaksanaan
kegiatan K3
3. Melakukan analisa dan membuat rekomendasi
4. Membuat laporan hasil evaluasi untuk selanjutnya disampaikan kepada direktur rumah
sakit.
BAB IX
PENUTUP

Dalam pembuatan buku pedoman ini disadari bahwa buku pedoman ini tidak sempurna
masih terdapat banyak kekurangan-kekurangan. Oleh kerena itu masukkan dan saran untuk
perbaikan peningkatan buku pedoman ini, merupakan sesuatu yang sangat berharga. Semoga
buku ini dapat menjadi pegangan bagi setiap orang yang melibatkan diri untuk
berkecimpung di bidang K3 RSU Jafar Medika Karanganyar.

Karanganyar,
Direktur
RSU Jafar Medika

dr. Yuni Ratna Dewi

Anda mungkin juga menyukai