Anda di halaman 1dari 23

PEDOMAN

PENGORGANISASIAN
KOMITE KESEHATAN DAN
KESELAMATAN KERJA
RUMAH SAKIT (K3RS)
(Edisi 1)

RS X
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum w.w

Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan yang menciptakan manusia dan menambah ilmu
pengetahuan bagi mereka yang berusaha mendapatkannya. Salawat dan salam senantiasa
tercurahkan kepada Rasulullah, penghulu dan mahaguru bagi kita semua. Alhamdulillah
Pedoman Pengorganisasian Komite Kesehatan dan Keselamatan Kerja Rumah Sakit
(K3RS) Edisi 1 tahun 2015 RS X telah kita miliki. Pedoman ini diharapkan menjadi acuan
dalam peningkatan mutu pelayanan di lingkungan RS X yang kita cintai ini.

Pedoman ini merupakan salah satu pedoman pengorganisasian di RS X. Dalam


pedoman ini diuraikan tentang gambaran umum, Visi, Misi, Nilai dan Tujuan, Struktur
Organisasi Rumah Sakit dan unit kerja, uraian jabatan, tata hubungan kerja, pola
ketenagaan dan kualifikasi personil, kegiatan orientasi, pertemuan/ rapat dan pelaporan
Komite K3RS RS X.

Ucapan terimakasih kepada Komite K3RS yang telah menyelesaikan Pedoman


Pengorganisasian Komite Kesehatan dan Keselamatan Kerja Rumah Sakit Edisi 1 tahun
2015 RS X ini. Kami percaya bahwa tidak ada yang sempurna kecuali Allah SWT, saran dan
masukan dari kita sangat diharapkan untuk kesempurnaan pedoman ini untuk masa yang
akan datang.

Wassalamu’alaikum w. w.

Padang, Agustus 2015


Direktur Utama,

DR . YS
PEDOMAN PENGORGANISASIAN
KOMITE KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA RUMAH SAKIT (K3RS)

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Mengacu pada Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor:


1087/MENKES/SK/VIII/2010 tentang Standar Kesehatan Dan Keselamatan Kerja Di
Rumah Sakit, dijelaskan bahwa perkembangan rumah sakit sebagai fasilitas pelayanan
kesehatan rujukan di Indonesia akhir-akhir ini sangat pesat, baik dari jumlah maupun
pemanfaatan teknologi kedokteran. Rumah Sakit sebagai fasilitas pelayanan kesehatan
tetap harus mengedepankan peningkatan mutu pelayanan kepada masyarakat dengan
tanpa mengabaikan upaya Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) bagi seluruh pekerja
Rumah Sakit. Hal ini juga sejalan dengan di berlakukannya Keputusan Menteri
Kesehatan No. 1087 Tahun 2010, tentang Standar K3 di Rumah Sakit.

Potensi bahaya di RS, selain penyakit-penyakit infeksi juga ada potensi bahaya-bahaya
lain yang mempengaruhi situasi dan kondisi di RS, yaitu kecelakaan (peledakan,
kebakaran, kecelakaan yang berhubungan dengan instalasi listrik, dan sumber-sumber
cidera lainnya), radiasi, bahan-bahan kimia yang berbahaya, gas-gas anastesi,
gangguan psikososial dan ergonomi. Semua potensi bahaya tersebut di atas, jelas
mengancam jiwa dan kehidupan bagi para karyawan di RS, para pasien maupun para
pengunjung yang ada di lingkungan RS.

Hasil laporan National Safety Council (NSC) tahun 1988 menunjukkan bahwa terjadinya
kecelakaan di RS 41% lebih besar dari pekerja di industri lain. Kasus yang sering terjadi
adalah tertusuk jarum, terkilir, sakit pinggang, tergores/terpotong, luka bakar, dan
penyakit infeksi dan lain-lain. Sejumlah kasus dilaporkan mendapatkan kompensasi
pada pekerja RS, yaitu sprains, strains : 52%; contussion, crushing, bruising : 11%;
cuts, laceration, punctures: 10.8%; fractures: 5.6%; multiple injuries: 2.1%; thermal
burns: 2%; scratches, abrasions: 1.9%; infections: 1.3%; dermatitis: 1.2%; dan lain-lain:
12.4% (US Department of Laboratorium, Bureau of Laboratorium Statistics, 1983).

Laporan lainnya yakni di Israel, angka prevalensi cedera punggung tertinggi pada
perawat (16.8%) dibandingkan pekerja sektor industri lain. Di Australia, diantara 813
perawat, 87% pernah low back pain, prevalensi 42% dan di AS, insiden cedera
musculoskeletal 4.62/100 perawat per tahun. Cedera punggung menghabiskan biaya
kompensasi terbesar, yaitu lebih dari 1 milliar $ per tahun. Khusus di Indonesia, data
penelitian sehubungan dengan bahaya-bahaya di RS belum tergambar dengan jelas,
namun diyakini bahwa banyak keluhan-keluhan dari para petugas di RS, sehubungan
dengan bahaya-bahaya yang ada di RS.

Selain itu, Gun (1983) memberikan catatan bahwa terdapat beberapa kasus penyakit
kronis yang diderita petugas RS, yakni hipertensi, varises, anemia (kebanyakan wanita),
penyakit ginjal dan saluran kemih (69% wanita), dermatitis dan urtikaria (57% wanita)
serta nyeri tulang belakang dan pergeseran diskus intervertebrae. Ditambahkan juga
bahwa terdapat beberapa kasus penyakit akut yang diderita petugas RS lebih besar 1.5
kali dari petugas atau pekerja lain, yaitu penyakit infeksi dan parasit, saluran
pernafasan, saluran cerna dan keluhan lain, seperti sakit telinga, sakit kepala,
gangguan saluran kemih, masalah kelahiran anak, gangguan pada saat kehamilan,
penyakit kulit dan sistem otot dan tulang rangka.

Dari berbagai potensi bahaya tersebut, dan mengacu kepada Keputusan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 432/MENKES/SK/IV/2007 Tahun 2007 tentang
Pedoman Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit, Direktur
Utama melakukan reformasi organisasi K3, dari berbentuk Tim Keselamatan dan
Kewaspadaan Bencana berubah menjadi Komite Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(Komite K3). Sesuai dengan keputusan Direktur Utama No Kp. 04.03/I/253/2015,
tentang penerapan Komite K3 di RSUP M Djamil Padang

B. TUJUAN

1. Terselenggaranya kegiatan pengelolaan kesehatan dan keselamatan kerja RS


2. Terselenggaranya kegiatan pengelolaan kewaspadaan bencana.
3. Terselenggaranya kegiatan pengelolaan manajemen kebakaran.
4. Terselenggaranya kegiatan monitoring dan evaluasi
5. Terselenggaranya peningkatan koordinasi keamanan, fasilitas medis dan
utilitas.
6. Terselenggaranya perencanaan SDM dan pengembangan kompetensi.
7. Terselenggaranya perencanaan Sarana/prasarana terkait pengelolaan K3 RS

C. SASARAN

Sasaran program kegiatan Komite Kesehatan dan Keselamatan Kerja adalah


semua petugas, pasien, pengunjung di RSUP. Dr. M. Djamil Padang.
D. RUANG LINGKUP

Ruang Lingkup Komite Kesehatan dan Keselamatan Kerja RS X Padang


meliputi upaya peningkatan Kesehatan dan Keselamatan Kerja melalui program
program yang ditetapkan, menjaga keselamatan semua petugas, pasien, pengunjung
sesuai dengan standar K3 rumah sakit.
BAB II
GAMBARAN UMUM RUMAH SAKIT

RS X merupakan rumah sakit pemerintah yang terletak di kota Padang, provinsi


Sumatera Barat, pertama kali bernama "RSU Megawati” yang menempati 2 (dua) komplek,
sebagian di Jl.Belakang Gereja dan sebagian lagi di Jl.Jati Lama, Padang dengan
berkapasitas 100 tempat tidur.

Pada tahun 1953 dibangunlah gedung RSUP Padang diatas areal tanah seluas 8,576 Ha,
yang terletak di Jl.Burung Kutilang. Karena Jl. Burung Ketilang ini hanya merupakan jalan
pendek yang berada dalam komplek Rumah Sakit, maka letaknya yang sekarang lebih
dikenal berada di Jl. Perintis Kemerdekaan, Padang.

Tahun 1978, berdasarkan SK. Menkes RI No.134 Tahun 1978 RSU resmi memperoleh
sebutan namanya sebagai RS X Padang, untuk mengabadikan nama seorang Putra
Sumatera Barat yang meninggal dalam masa perjuangan kemerdekaan yang mengabdikan
dirinya di bidang pelayanan kesehatan.

Pada Tahun 1994 melalui SK. Menkes 542 Tahun 1994 RSUP DR M Djamil Padang
mengembangkan diri menjadi unit swadana dan instansi pengguna PNBP.
Dengan Peraturan Pemerintah Nomor 123 Tahun 2000 RSUP DR M Djamil Padang
berubah fungsi menjadi Rumah Sakit Perusahaan Jawatan (Perjan) dengan nama Perjan
RS X Padang yang dalam operasionalnya diharuskan menyusun Rencana Kerja dan
Anggaran Perusahaan (RKAP).
Saat ini dengan Peraturan Pemerintah RI No. 23 Tahun 2005 Tanggal 13 Juni 2005
tentang Pengelolaan Badan Layanan Umum (Lembaran Negara RI Tahun 2005 Nomor 48).
Kembali menjadi unit pelaksanan teknis pusat dengan menerapkan pola pengelolaan
keuangan badan layanan umum, dimana untuk operasional setiap tahunnya diwajibkan
menyusun RBA (Rencana Bisnis dan Anggaran)
BAB III
VISI, MISI, TATA NILAI DAN MOTO

A. VISI
Menjadikan Rumah Sakit Pendidikan dan Rujukan Nasional yang terkemuka di
Indonesia tahun 2019

B. MISI
1. Menyelenggarakan pelayanan komprehensif dan bertaraf internasional,
berdaya saing dan terjangkau oleh semua lapisan masyarakat
2. Menyelenggarakan pendidikan yang professional dan penelitian berbasis
bukti di bidang kesehatan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
3. Menyelenggarakan system manajemen rumah sakit yang professional
4. Menjadikan tempat kerja yang aman, nyaman dan menyenangkan

C. TATA NILAI
PEDULI (Professional, Empati, Daya saing, Utama, Loyal, Ikhlas)

D. MOTO

Kepuasan Anda Kepedulian Kami


BAB IV
STRUKTUR ORGANISASI RUMAH SAKIT

Secara garis besar berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI (Permenkes) No.


1681/Permenkes/XII/2005, RS X Padang dipimpin oleh seorang kepala yang disebut
Direktur Utama dengan susunan organisasi sebagai berikut:

1. Direktorat Medik dan Keperawatan dipimpin oleh seorang direktur yang berada
dibawah dan bertanggungjawab kepada Direktur Utama. Mempunyai tugas
melaksanakan pelayanan medis, pelayanan keperawatan serta fasilitas pelayanan
medis, yang membawahi :
a) Bidang Pelayanan Medik, terdiri dari:
- Seksi Perencanaan dan Pengembangan Pelayanan Medik
- Seksi Monitoring dan Evaluasi Pelayanan Medik
b) Bidang Pelayanan Keperawatan, terdiri dari:
- Seksi Perencanaan dan Pengembangan Pelayanan Keperawatan
- Seksi Monitoring dan Evaluasi Pelayanan Keperawatan
c) Bidang Fasilitas Pelayanan Medik, terdiri dari:
- Seksi Perencanaan dan Pengembangan Fasilitas Pelayanan Medik
- Seksi Monitoring dan Evaluasi Fasilitas Pelayanan Medik
d) Unit-Unit Non-Struktural / Fungsional
1) Unit Non Struktural di lingkungan Direktorat Medik & Keperawatan terdiri dari
15 (lima belas) Instalasi Pelayanan yaitu Pelayanan Rawat Inap Bedah dan
Non Bedah, Kebidanan dan Anak, Ambun Pagi, Gawat Darurat, Rawat
Intensif, Pusat Jantung, Kamar Bedah , Diagnostik Terpadu, Rehabilitasi
Medik, Radiologi,Laboratorium, Farmasi, serta Pemeliharaan Sarana Medik.
2) Unit Fungsional Khusus Tenaga Medis terdiri dari 21 (dua puluh satu) Unit
Fungsional Staf Medis (SMF) yaitu SMF : Bedah,Kebidanan, Anak, Penyakit
Dalam, Mata, THT, Kardiologi, Penyakit Syaraf, Orthopedi, Urologi,
Anastesiologi dan Reanimasi, Rehabilitasi Medik, Forensik, Patologi Klinik,
Mikrobiologi, Patologi Anatomi, Gigi & Mulut, Kedokteran Nuklir, Kesehatan
Jiwa, Kulit Dan Kelamin, Farmakologi Klinik

2. Direktorat Umum, SDM, dan Pendidikan dipimpin oleh seorang direktur yang berada
di bawah dan bertanggungjawab kepada Direktur Utama. Mempunyai tugas
melakukan pengelolaan kegiatan pelayanan umum, sumber daya manusia serta
pendidikan dan penelitian, yang membawahi:
1) Bagian Umum, terdiri dari:
- Subbagian Rumah Tangga dan Perlengkapan
- Subbagian Tata Usaha
2) Bagian Sumber Daya Manusia, terdiri dari:
- Subbagian Pengembangan dan Mutasi Kepegawaian
- Subbagian Administrasi Sumber Daya Manusia
3) Bagian Pendidikan dan Penelitian, terdiri dari:
- Subbagian Pendidikan dan Penelitian Medik
- Subbagian Pendidikan dan Penelitian Non-Medik
4) Unit-Unit Non-Struktural / Fungsional
Unit Non Struktural di lingkungan Direktorat Umum, SDM & Pendidikan terdiri
dari 9 (sembilan) Instalasi Penunjang Pelayanan yaitu: Instalasi Humas dan
Pengaduan Masyarakat, Promkes dan Pemasaran, CSSD, Gizi, Binatu, Bank
Jaringan, Pemulasaran Jenazah, Pemeliharaan Sarana Non Medik, dan Kesling.

3. Direktorat Keuangan dipimpin oleh seorang direktur yang berada di bawah dan
bertanggungjawab kepada Direktur Utama. Mempunyai tugas mengelola keuangan rumah
sakit yang meliputi perencanaan, perbendaharaan dan mobilisasi dana, serta akuntansi,
membawahi:
1) Bagian Perencanaan, terdiri dari:
- Subbagian Penyusunan Program dan Evaluasi
- Subbagian Penyusunan Anggaran
2) Bagian Perbendaharaan dan Mobilisasi Dana, terdiri dari:
- Subbagian Perbendaharaan
- Subbagian Mobilisasi Dana
3) Bagian Akuntansi, terdiri dari:
- Subbagian Akuntansi Keuangan
- Subbagian Akuntansi Manajemen dan Verifikasi

4) Unit-Unit Non-Struktural / Fungsional


Unit Non Struktural di lingkungan Direktorat Keuangan terdiri dari 3 (tiga)Instalasi
Penunjang Organisasi yaitu Instalasi : Tata Usaha Rawat Pasien, Rekam Medik
dan SIMRS

Selain itu, terdapat pula Lima komite yang memberikan pertimbangan strategis kepada
Direktur Utama dalam rangka peningkatan dan pengembangan pelayanan rumah sakit.
Lima komite tersebut adalah:

1. Komite Medik
2. Komite Etik dan Hukum
3. Komite Keperawatan
4. Komite PPIRS
5. Komite Mutu dan Manajemen Risiko
6. Komite Kesehatan Keselamatan Kerja

Dalam melaksanakan tugasnya terutama yang berkaitan dengan fungsi pengawasan


pelaksanaan tugas-tugas rumah sakit, Direktur Utama dibantu oleh Satuan Pemeriksa
Interen (SPI).
BAB V
STRUKTUR ORGANISASI KOMITE K3RS

A. STRUKTUR ORGANISASI

Komite Keselamatan dan Kesehatan Kerja dipimpin oleh Ketua Komite dan
bertanggung jawab kepada Direktur Utama Rumah Sakit. Di satu pihak, kepala/direktur
rumah sakit berkewajiban untuk menyediakan segala sumber daya agar Mutu
Kesehatan dan Keselamatan Kerja dapat berfungsi dengan baik untuk
menyelenggarakan profesionalisme petugas sesuai dengan ketentuan. Untuk
melaksanakan tugasnya, Ketua Komite Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) dibantu
oleh :

a. Sekretaris

b. Sub Komite Kesehatan dan Keselamatan Kerja

c. Sub Komite Kebencanaan

d. Anggota masing masing Sub Komite

Direktur Utama

DIREKTUR DIREKTUR DIREKTUR

KOMITE KOMITE KESEHATAN DAN


KESELAMATAN KERJA

SEKRETARIS

PENGADMINISTRASIAN
UMUM

SUB-KOMITE SUB-KOMITE
KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA KEBENCANAAN
Gambar 1. Struktur Organisasi Komite Kesehatan dan Keselamatan Kerja
RS X Padang
ANGGOTA ANGGOTA
B. TUGAS POKOK DAN FUNGSI
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan no 432 tahun 2007 tentang Pedoman
Manajemen Kesehatan dan Keselamatan kerja : Struktur Organisasi K3RS “Organisasi
K3 berada satu tingkat dibawah direktur dan bukan kerja rangkap” yang mana memiliki
tugas pokok dan fungsi :

Tugas Pokok  Memberikan rekomendasi dan pertimbangan kepada direktur


RS mengenai masalah masalah yang berkaitan dengan K3
 Merumuskan kebijakan, peraturan, pedoman, petunjuk
pelaksanaan dan prosedur
 Membuat program K3RS

Fungsi  Mengumpulkan dan mengolah seluruh data dan informasi


serta permasalahan yang berhubungan dengan K3
 Membantu direktur RS mengadakan dan meningkatkan upaya
promosi K3, pelatihan dan penelitian K3 di rumah sakit
 Pengawasan terhadap program K3
 Memberikan saran dan pertimbangan berkaitan dengan
tindakan korektif
 Koordinasi dengan unit unit lain
 Memberikan nasehat tentang manajemen K3 di tempat kerja,
control bahaya, mengeluarkan peraturan dan inisiatif
pencegahan
 Investigasi dan melaporkan kecelakaan, dan
merekomendasikan sesuai kegiatannya
 Berpartisipasi dalam perencanaan pembelian peralatan baru,
pembangunan gedung dan proses.

C. PERANAN
Komite K3 memegang peran utama dalam :

1. Mewujudkan sistem manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja yang terkemuka


berbasis mutu dan keselamatan.

2. Mewujudka sistem pengawasan/supervisi pengelolaan sarana dan prasarana


Kesehatan dan Keselamatan Kerja yang terkemuka berbasis mutu dan keselamatan

3. Minimalisasi insiden dan dampaknya dengan membangun kecepatan dan ketepatan


respon terhadap insiden/bencana melalui jejaring komunikasi dan kolaborasi internal
dan eksternal

4. Memfasilitasi laporan permasalahan terkait K3 yang tertulis


D. VISI

Menjadi Komite K3 yang mengelola sistem Kesehatan dan Keselamatan Kerja yang
terkemuka di Indonesia tahun 2019

E. MISI
1. Menyelenggarakan sistem pengelolaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja Rumah
sakit
2. Menyelenggarakan pengelolaan kewaspadaan bencana
3. Menyelenggarakan pengelolaan Manajemen kebakaran
4. Menyelenggarakan kegiatan monitoring dan evaluasi.
5. Meningkatkan koordinasi perencanaan dan pelaksanaan keamanan, fasilitas medis
dan utilitas .
6. Menyelenggarakan perencanaan SDM dan pengembangan kompetensi.
7. Menyelenggarakan perencanaan Sarana/prasarana terkait pengelolaan K3 Rumah
Sakit

F. KEBIJAKAN

1. Undang-undang No 1 Tahun1970, tentang Keselamatan Kerja

2. Undang-undang No 13 tahun 2003, tentang Ketenagakerjaan

3. Undang-undang No. 24 Tahun 2007, tentang Penanggulangan Bencana

4. Undang-undang No. 36 Tahun 2009, tentang Kesehatan

5. Undang-undang No. 44 Tahun 2009, tentang Rumah Sakit

6. PP No. 50 Tahun 2012, tentang Penetapan Sistem Manajemen Kesehatan dan


Keselamatan Kerja

7. Permenkes No. 1087 Tahun 2010, tentang Standar Kesehatan dan Keselamatan
Kerja (K3) di Rumah Sakit.

8. SK Direktur Utama RS X Padang NoKP 04.03/i/253/2015 tentang Penetapan Komite


K3 di Rumah Sakit DR. M. Djamil Padang

G. TUJUAN
1. Terselenggaranya kegiatan pengelolaan kesehatan dan keselamatan kerja RS
2. Terselenggaranya kegiatan pengelolaan kewaspadaan bencana.
3. Terselenggaranya kegiatan pengelolaan manajemen kebakaran.
4. Terselenggaranya kegiatan monitoring dan evaluasi
5. Terselenggaranya peningkatan koordinasi keamanan, fasilitas medis dan utilitas.
6. Terselenggaranya perencanaan SDM dan pengembangan kompetensi.
7. Terselenggaranya perencanaan Sarana/prasarana terkait pengelolaan K3 RS

BAB VI
URAIAN JABATAN

KETUA URAIAN TUGAS


 Membuat program K3
 Merumuskan dan menyusus kebijakan, peraturan,
pedoman, petunjuk pelaksanaan dan prosedur terkait
keselamatan dan kesehatan kerja, kewaspadaan
bencana maupun kebakaran
 Memberikan rekomendasi dan pertimbangan kepada
direktur RS mengenai masalah masalah yang
berkaitan dengan K3
 Mengumpulkan dan mengolah seluruh data dan
informasi serta permasalahan yang berhubungan
dengan K3
 Membantu direktur RS mengadakan dan
meningkatkan upaya promosi K3, pelatihan dan
penelitian K3 di rumah sakit
 Melakukan monitoring dan evaluasi tentang
implementasi program komite K3
 Memberikan saran dan pertimbangan berkaitan
dengan tindakan korektif
 Koordinasi dengan unit unit lain
 Memberikan nasehat tentang manajemen K3 di
tempat kerja, control bahaya, mengeluarkan
peraturan dan inisiatif pencegahan
 Investigasi dan melaporkan kecelakaan, dan
merekomendasikan sesuai kegiatannya
 Berpartisipasi dalam perencanaan pembelian
peralatan baru, pembangunan gedung dan proses
 Membuat laporan kegiatan ke direksi

SEKRETARIS  Membantu Ketua dalam Memberikan saran dan


pertimbangan kepada Direktur Utama mengenai
masalah K3
 Mengatur jadwal rapat dan emnetapkan agemda
pembahasan setelah berkonsultasi dengan ketua
 Merumuskan dan menyusus kebijakan, peraturan,
pedoman, petunjuk pelaksanaan dan prosedur terkait
keselamatan dan kesehatan kerja, kewaspadaan
bencana maupun kebakaran
 Mengorganisir dan melaksanakan fungsi administrasi
komite K3
 Memonitor dan mengevaluasi pelaksanaan program-
program Komite K3
 Membuat risalah rapat/notulen rapat
 Melakukan akurasi dan falidasi data
 Menginventarisir kebutuhan administrasi Komite K3
 Membuat laporan pelaksanaan program K3 kepada
direksi secara berkala, triwulan, semester dan
tahunan atau sesuai kebutuhan
 Membuat laporan yang berhubungan dengan kegiatan
komite

SUB KOMITE  Merumuskan kebijakan, peraturan, pedoman,


KESEHATAN DAN petunjuk pelaksanaan dan prosedur yang berkaitan
KESELAMATAN KERJA dengan kesehatan dan keselamatan kerja
 Menyusun dan menyiapkan bahan serta rencana
kerja kesehatan dan keselamatan kerja
 Mengumpulkan dan mengolah seluruh data dan
informasi serta permasalahan yang berhubungan
dengan Kesehatan dan keselamatan kerja
 Membantu Ketua Komite K3 mengadakan dan
meningkatkan upaya promosi K3, pelatihan dan
penelitian K3 di rumah sakit yang berhubungan
dengan Kesehatan dan keselamatan kerja
 Memberikan nasehat tentang manajemen K3 di
tempat kerja, control bahaya, mengeluarkan
peraturan dan inisiatif pencegahan
 Investigasi dan melaporkan kecelakaan, dan
merekomendasikan sesuai kegiatannya
 Memfasilitasi pemeriksaan karyawan da imunisasi
setiap tahun
 Merekap laporan kecelakaan kerja dan penyakit
akibat kerja setiap bulannya
 Membuat laporan kerja setiap bulan

SUB KOMITE  Merumuskan kebijakan, peraturan, pedoman,


KEBENCANAAN petunjuk pelaksanaan dan prosedur yang berkaitan
dengan kewaspadaan bencana dan kebakaran
 Menyusun dan menyiapkan bahan serta rencana
kerja kewaspadaan bencana dan kebakaran
 Mengumpulkan dan mengolah seluruh data dan
informasi serta permasalahan yang berhubungan
dengan kewaspadaan bencana dan kebakaran
 Membantu ketua Komite K3 mengadakan dan
meningkatkan upaya promosi K3, pelatihan dan
penelitian K3 di rumah sakit yang berhubungan
dengan kewaspadaan bencana dan kebakaran
 Memberikan nasehat tentang manajemen K3 di
tempat kerja, control bahaya, mengeluarkan
peraturan dan inisiatif pencegahan
 Melaksanakan pengawasan, pemeriksaan dan
penelitian terhadap alat-alat kerja lainnya dan
memproses ijin penggunaannya seperti boiler, genset
dll
 Melaksanakan pengawasan, pemeriksaan dan
memproses ijin penggunaannya
 Melaksanakan pengawasan, pemeriksaan dan
memproses ijin penggunaan APAR
 Investigasi dan melaporkan kecelakaan, dan
merekomendasikan sesuai kegiatannya
 Membuat laporan kerja setiap bulan

Anggota SUB KOMITE  Membantu ketua Sub komite Kesehatan dan


KESEHATAN DAN Keselamatan Kerja dalam merumuskan kebijakan,
KESELAMATAN KERJA peraturan, pedoman, petunjuk pelaksanaan dan
prosedur yang berkaitan dengan kesehatan dan
keselamatan kerja
 Menyusun dan menyiapkan bahan serta rencana
kerja kesehatan dan keselamatan kerja
 Membantu ketua Sub komite Kesehatan dan
Keselamatan Kerja dalam mengumpulkan dan
mengolah seluruh data dan informasi serta
permasalahan yang berhubungan dengan Kesehatan
dan keselamatan kerja
 Membantu ketua Sub komite Kesehatan dan
Keselamatan Kerja dalam mengadakan dan
meningkatkan upaya promosi K3, pelatihan dan
penelitian K3 di rumah sakit yang berhubungan
dengan Kesehatan dan keselamatan kerja
 Membantu ketua Sub komite Kesehatan dan
Keselamatan Kerja dalam menginvestigasi dan
melaporkan kecelakaan, dan merekomendasikan
sesuai kegiatannya
 Membantu ketua Sub komite Kesehatan dan
Keselamatan Kerja dalam pelaksanaan memfasilitasi
pemeriksaan karyawan da imunisasi setiap tahun
 Membantu ketua Sub komite Kesehatan dan
Keselamatan Kerja dalam merekap laporan
kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja setiap
bulannya
 Membantu ketua Sub komite Kesehatan dan
Keselamatan Kerja dalam membuat laporan kerja
setiap bulan
 Dan pekerjaan tambahan lainnya

ANGGOTA SUB KOMITE  Membantu ketua Sub komite Kebencanaan dalam


KEBENCANAAN merumuskan kebijakan, peraturan, pedoman,
petunjuk pelaksanaan dan prosedur yang berkaitan
dengan kewaspadaan bencana dan kebakaran
 Menyusun dan menyiapkan bahan serta rencana
kerja kewaspadaan bencana dan kebakaran
 Membantu ketua Sub komite Kebencanaan dalam
mengumpulkan dan mengolah seluruh data dan
informasi serta permasalahan yang berhubungan
dengan kewaspadaan bencana dan kebakaran
 Membantu ketua Sub komite Kebencanaan dalam
mengadakan dan meningkatkan upaya promosi K3,
pelatihan dan penelitian K3 di rumah sakit yang
berhubungan dengan kewaspadaan bencana dan
kebakaran
 Membantu ketua Sub komite Kebencanaan dalam
melaksanakan pengawasan, pemeriksaan dan
penelitian terhadap alat-alat kerja lainnya dan
memproses ijin penggunaannya seperti boiler, genset
dll
 Membantu ketua Sub komite Kebencanaan dalam
melaksanakan pengawasan, pemeriksaan dan
memproses ijin penggunaannya
 Membantu ketua Sub komite Kebencanaan dalam
melaksanakan pengawasan, pemeriksaan dan
memproses ijin penggunaan APAR
 Membantu ketua Sub komite Kebencanaan dalam
investigasi dan melaporkan kecelakaan, dan
merekomendasikan sesuai kegiatannya
 Membantu ketua Sub komite Kebencanaan dalam
membuat laporan kerja setiap bulan
 Dan pekerjaan tambahan lainnya

PENGADMINISTRASIA  Membantu sekretaris dalam mengatur jadwal rapat


N UMUM dan menetapkan agemda pembahasan setelah
berkonsultasi dengan ketua
 Membantu sekretaris dalam merumuskan dan
menyusun kebijakan, peraturan, pedoman, petunjuk
pelaksanaan dan prosedur terkait keselamatan dan
kesehatan kerja, kewaspadaan bencana maupun
kebakaran
 Membantu sekretaris dalam mengorganisir dan
melaksanakan fungsi administrasi komite K3
 Membantu sekretaris dalam memonitor dan
mengevaluasi pelaksanaan program-program Komite
K3
 Membantu sekretaris dalam membuat risalah
rapat/notulen rapat
 Membantu sekretaris dalam melakukan akurasi dan
falidasi data
 Membantu sekretaris dalam menginventarisir
kebutuhan administrasi Komite K3
 Membantu sekretaris dalam membuat laporan
pelaksanaan program K3 kepada direksi secara
berkala, triwulan, semester dan tahunan atau sesuai
kebutuhan
 Membantu sekretaris dalam membuat laporan yang
berhubungan dengan kegiatan komite
 Dan pekerjaan tambahan lainnya
BAB VII
TATA HUBUNGAN KERJA

PIMPINAN
RSUP MD KOMITE
KOMITE PPI
MEDIK

KOMITE KOMITE
MMR

KOMITE ETIK DAN


HUKUM
KOMITE
KOMITE K3 KEPERAWATAN

SPI SMF

INSTALASI BAGIAN /BIDANG


PELAYANAN INSTALASI INSTALASI
PENUNJANG PENUNJANG
MEDIS NON MEDIS

Gambar 1. Tata Hubungan Kerja Komite Kesehatan dan Keselamatan Kerja


RS X Padang

BAB VIII
POLA KETENAGAAN DAN KUALIFIKASI PERSONIL

Kualifikasi Jumlah SDM


No Jabatan
Pendidikan Kebutuhan Saat ini

Masih rangkap
1. Ketua S2 Kesehatan 1
sebagai SPF RS

Sesuai kualifikasi
2. Sekretaris S1 K3 1
pendidikan

Sub Komite
Keselamatan dan Sesuai kualifikasi
3. S1 Kesehatan 1
Keselamatan pendidikan
Kerja

Dr. spesialis,
Sub Komite
4. S1 Kesehatan 1 merangkap Ka
Kebencanaan
Intalasi IGD

Anggota Sub
Komite
Ada dengan Kerja
5 Keselamatan dan S1 Kesehatan 2
rangkap
Keselamatan
Kerja

Anggota Sub
S1 Kesehatan Ada dengan Kerja
6 Komite 2
S1 Teknik rangkap
Kebencanaan

Pengadministrasi Sesuai kualifikasi


7 D3 K3 1
Umum pendidikan
BAB IX
PERTEMUAN/ RAPAT

Rapat berkala terdiri dari:

a. Rapat Rutin
Rapat Rutin diselenggarakan pada :

Waktu : Setiap Kamis minggu ke II dank e IV

Jam : 09.00 – 11.00 WIB

Tempat : Ruang Rapat Komite K3

Peserta : Seluruh anggota Komite K3

Materi : - Evaluasi kinerja Kesehatan dan keselamatan

- Evaluasi Kinerja Sub komite kewaspadaan Bencana


dan Kebakaran
- Masala dan pemecahannya
- Evaluasi dan rekomendasi

Kelengkapan Rapat : Notulen rapat

b. Rapar Insidentil
Rapat Insidentil diselenggarakan pada :

Waktu : Sewaktu-waktu bila ada kegiatan atau sesuatu hal yang


perlu dibahas dan diselesaikan segera.

Jam : sesuai undangan

Tempat : Ruang rapat

Peserta : Seluruh anggota Panitia K3

Materi : Sesuai dengan masalah yang perlu dibahas

Kelengkapan rapat : Notulen rapat. laporan / rekomendasi / usulan


BAB X
PELAPORAN

Laporan Komite K3RS berbentuk :

1. Laporan bulanan
2. Laporan triwulan
3. Laporan tahunan

Laporan ditujukan ke Direktur Utama RSUP. DR. M. Djamil Padang

Anda mungkin juga menyukai