PENGORGANISASIAN
KOMITE KESEHATAN DAN
KESELAMATAN KERJA
RUMAH SAKIT (K3RS)
(Edisi 1)
RS X
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum w.w
Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan yang menciptakan manusia dan menambah ilmu
pengetahuan bagi mereka yang berusaha mendapatkannya. Salawat dan salam senantiasa
tercurahkan kepada Rasulullah, penghulu dan mahaguru bagi kita semua. Alhamdulillah
Pedoman Pengorganisasian Komite Kesehatan dan Keselamatan Kerja Rumah Sakit
(K3RS) Edisi 1 tahun 2015 RS X telah kita miliki. Pedoman ini diharapkan menjadi acuan
dalam peningkatan mutu pelayanan di lingkungan RS X yang kita cintai ini.
Wassalamu’alaikum w. w.
DR . YS
PEDOMAN PENGORGANISASIAN
KOMITE KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA RUMAH SAKIT (K3RS)
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Potensi bahaya di RS, selain penyakit-penyakit infeksi juga ada potensi bahaya-bahaya
lain yang mempengaruhi situasi dan kondisi di RS, yaitu kecelakaan (peledakan,
kebakaran, kecelakaan yang berhubungan dengan instalasi listrik, dan sumber-sumber
cidera lainnya), radiasi, bahan-bahan kimia yang berbahaya, gas-gas anastesi,
gangguan psikososial dan ergonomi. Semua potensi bahaya tersebut di atas, jelas
mengancam jiwa dan kehidupan bagi para karyawan di RS, para pasien maupun para
pengunjung yang ada di lingkungan RS.
Hasil laporan National Safety Council (NSC) tahun 1988 menunjukkan bahwa terjadinya
kecelakaan di RS 41% lebih besar dari pekerja di industri lain. Kasus yang sering terjadi
adalah tertusuk jarum, terkilir, sakit pinggang, tergores/terpotong, luka bakar, dan
penyakit infeksi dan lain-lain. Sejumlah kasus dilaporkan mendapatkan kompensasi
pada pekerja RS, yaitu sprains, strains : 52%; contussion, crushing, bruising : 11%;
cuts, laceration, punctures: 10.8%; fractures: 5.6%; multiple injuries: 2.1%; thermal
burns: 2%; scratches, abrasions: 1.9%; infections: 1.3%; dermatitis: 1.2%; dan lain-lain:
12.4% (US Department of Laboratorium, Bureau of Laboratorium Statistics, 1983).
Laporan lainnya yakni di Israel, angka prevalensi cedera punggung tertinggi pada
perawat (16.8%) dibandingkan pekerja sektor industri lain. Di Australia, diantara 813
perawat, 87% pernah low back pain, prevalensi 42% dan di AS, insiden cedera
musculoskeletal 4.62/100 perawat per tahun. Cedera punggung menghabiskan biaya
kompensasi terbesar, yaitu lebih dari 1 milliar $ per tahun. Khusus di Indonesia, data
penelitian sehubungan dengan bahaya-bahaya di RS belum tergambar dengan jelas,
namun diyakini bahwa banyak keluhan-keluhan dari para petugas di RS, sehubungan
dengan bahaya-bahaya yang ada di RS.
Selain itu, Gun (1983) memberikan catatan bahwa terdapat beberapa kasus penyakit
kronis yang diderita petugas RS, yakni hipertensi, varises, anemia (kebanyakan wanita),
penyakit ginjal dan saluran kemih (69% wanita), dermatitis dan urtikaria (57% wanita)
serta nyeri tulang belakang dan pergeseran diskus intervertebrae. Ditambahkan juga
bahwa terdapat beberapa kasus penyakit akut yang diderita petugas RS lebih besar 1.5
kali dari petugas atau pekerja lain, yaitu penyakit infeksi dan parasit, saluran
pernafasan, saluran cerna dan keluhan lain, seperti sakit telinga, sakit kepala,
gangguan saluran kemih, masalah kelahiran anak, gangguan pada saat kehamilan,
penyakit kulit dan sistem otot dan tulang rangka.
Dari berbagai potensi bahaya tersebut, dan mengacu kepada Keputusan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 432/MENKES/SK/IV/2007 Tahun 2007 tentang
Pedoman Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit, Direktur
Utama melakukan reformasi organisasi K3, dari berbentuk Tim Keselamatan dan
Kewaspadaan Bencana berubah menjadi Komite Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(Komite K3). Sesuai dengan keputusan Direktur Utama No Kp. 04.03/I/253/2015,
tentang penerapan Komite K3 di RSUP M Djamil Padang
B. TUJUAN
C. SASARAN
Pada tahun 1953 dibangunlah gedung RSUP Padang diatas areal tanah seluas 8,576 Ha,
yang terletak di Jl.Burung Kutilang. Karena Jl. Burung Ketilang ini hanya merupakan jalan
pendek yang berada dalam komplek Rumah Sakit, maka letaknya yang sekarang lebih
dikenal berada di Jl. Perintis Kemerdekaan, Padang.
Tahun 1978, berdasarkan SK. Menkes RI No.134 Tahun 1978 RSU resmi memperoleh
sebutan namanya sebagai RS X Padang, untuk mengabadikan nama seorang Putra
Sumatera Barat yang meninggal dalam masa perjuangan kemerdekaan yang mengabdikan
dirinya di bidang pelayanan kesehatan.
Pada Tahun 1994 melalui SK. Menkes 542 Tahun 1994 RSUP DR M Djamil Padang
mengembangkan diri menjadi unit swadana dan instansi pengguna PNBP.
Dengan Peraturan Pemerintah Nomor 123 Tahun 2000 RSUP DR M Djamil Padang
berubah fungsi menjadi Rumah Sakit Perusahaan Jawatan (Perjan) dengan nama Perjan
RS X Padang yang dalam operasionalnya diharuskan menyusun Rencana Kerja dan
Anggaran Perusahaan (RKAP).
Saat ini dengan Peraturan Pemerintah RI No. 23 Tahun 2005 Tanggal 13 Juni 2005
tentang Pengelolaan Badan Layanan Umum (Lembaran Negara RI Tahun 2005 Nomor 48).
Kembali menjadi unit pelaksanan teknis pusat dengan menerapkan pola pengelolaan
keuangan badan layanan umum, dimana untuk operasional setiap tahunnya diwajibkan
menyusun RBA (Rencana Bisnis dan Anggaran)
BAB III
VISI, MISI, TATA NILAI DAN MOTO
A. VISI
Menjadikan Rumah Sakit Pendidikan dan Rujukan Nasional yang terkemuka di
Indonesia tahun 2019
B. MISI
1. Menyelenggarakan pelayanan komprehensif dan bertaraf internasional,
berdaya saing dan terjangkau oleh semua lapisan masyarakat
2. Menyelenggarakan pendidikan yang professional dan penelitian berbasis
bukti di bidang kesehatan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
3. Menyelenggarakan system manajemen rumah sakit yang professional
4. Menjadikan tempat kerja yang aman, nyaman dan menyenangkan
C. TATA NILAI
PEDULI (Professional, Empati, Daya saing, Utama, Loyal, Ikhlas)
D. MOTO
1. Direktorat Medik dan Keperawatan dipimpin oleh seorang direktur yang berada
dibawah dan bertanggungjawab kepada Direktur Utama. Mempunyai tugas
melaksanakan pelayanan medis, pelayanan keperawatan serta fasilitas pelayanan
medis, yang membawahi :
a) Bidang Pelayanan Medik, terdiri dari:
- Seksi Perencanaan dan Pengembangan Pelayanan Medik
- Seksi Monitoring dan Evaluasi Pelayanan Medik
b) Bidang Pelayanan Keperawatan, terdiri dari:
- Seksi Perencanaan dan Pengembangan Pelayanan Keperawatan
- Seksi Monitoring dan Evaluasi Pelayanan Keperawatan
c) Bidang Fasilitas Pelayanan Medik, terdiri dari:
- Seksi Perencanaan dan Pengembangan Fasilitas Pelayanan Medik
- Seksi Monitoring dan Evaluasi Fasilitas Pelayanan Medik
d) Unit-Unit Non-Struktural / Fungsional
1) Unit Non Struktural di lingkungan Direktorat Medik & Keperawatan terdiri dari
15 (lima belas) Instalasi Pelayanan yaitu Pelayanan Rawat Inap Bedah dan
Non Bedah, Kebidanan dan Anak, Ambun Pagi, Gawat Darurat, Rawat
Intensif, Pusat Jantung, Kamar Bedah , Diagnostik Terpadu, Rehabilitasi
Medik, Radiologi,Laboratorium, Farmasi, serta Pemeliharaan Sarana Medik.
2) Unit Fungsional Khusus Tenaga Medis terdiri dari 21 (dua puluh satu) Unit
Fungsional Staf Medis (SMF) yaitu SMF : Bedah,Kebidanan, Anak, Penyakit
Dalam, Mata, THT, Kardiologi, Penyakit Syaraf, Orthopedi, Urologi,
Anastesiologi dan Reanimasi, Rehabilitasi Medik, Forensik, Patologi Klinik,
Mikrobiologi, Patologi Anatomi, Gigi & Mulut, Kedokteran Nuklir, Kesehatan
Jiwa, Kulit Dan Kelamin, Farmakologi Klinik
2. Direktorat Umum, SDM, dan Pendidikan dipimpin oleh seorang direktur yang berada
di bawah dan bertanggungjawab kepada Direktur Utama. Mempunyai tugas
melakukan pengelolaan kegiatan pelayanan umum, sumber daya manusia serta
pendidikan dan penelitian, yang membawahi:
1) Bagian Umum, terdiri dari:
- Subbagian Rumah Tangga dan Perlengkapan
- Subbagian Tata Usaha
2) Bagian Sumber Daya Manusia, terdiri dari:
- Subbagian Pengembangan dan Mutasi Kepegawaian
- Subbagian Administrasi Sumber Daya Manusia
3) Bagian Pendidikan dan Penelitian, terdiri dari:
- Subbagian Pendidikan dan Penelitian Medik
- Subbagian Pendidikan dan Penelitian Non-Medik
4) Unit-Unit Non-Struktural / Fungsional
Unit Non Struktural di lingkungan Direktorat Umum, SDM & Pendidikan terdiri
dari 9 (sembilan) Instalasi Penunjang Pelayanan yaitu: Instalasi Humas dan
Pengaduan Masyarakat, Promkes dan Pemasaran, CSSD, Gizi, Binatu, Bank
Jaringan, Pemulasaran Jenazah, Pemeliharaan Sarana Non Medik, dan Kesling.
3. Direktorat Keuangan dipimpin oleh seorang direktur yang berada di bawah dan
bertanggungjawab kepada Direktur Utama. Mempunyai tugas mengelola keuangan rumah
sakit yang meliputi perencanaan, perbendaharaan dan mobilisasi dana, serta akuntansi,
membawahi:
1) Bagian Perencanaan, terdiri dari:
- Subbagian Penyusunan Program dan Evaluasi
- Subbagian Penyusunan Anggaran
2) Bagian Perbendaharaan dan Mobilisasi Dana, terdiri dari:
- Subbagian Perbendaharaan
- Subbagian Mobilisasi Dana
3) Bagian Akuntansi, terdiri dari:
- Subbagian Akuntansi Keuangan
- Subbagian Akuntansi Manajemen dan Verifikasi
Selain itu, terdapat pula Lima komite yang memberikan pertimbangan strategis kepada
Direktur Utama dalam rangka peningkatan dan pengembangan pelayanan rumah sakit.
Lima komite tersebut adalah:
1. Komite Medik
2. Komite Etik dan Hukum
3. Komite Keperawatan
4. Komite PPIRS
5. Komite Mutu dan Manajemen Risiko
6. Komite Kesehatan Keselamatan Kerja
A. STRUKTUR ORGANISASI
Komite Keselamatan dan Kesehatan Kerja dipimpin oleh Ketua Komite dan
bertanggung jawab kepada Direktur Utama Rumah Sakit. Di satu pihak, kepala/direktur
rumah sakit berkewajiban untuk menyediakan segala sumber daya agar Mutu
Kesehatan dan Keselamatan Kerja dapat berfungsi dengan baik untuk
menyelenggarakan profesionalisme petugas sesuai dengan ketentuan. Untuk
melaksanakan tugasnya, Ketua Komite Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) dibantu
oleh :
a. Sekretaris
Direktur Utama
SEKRETARIS
PENGADMINISTRASIAN
UMUM
SUB-KOMITE SUB-KOMITE
KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA KEBENCANAAN
Gambar 1. Struktur Organisasi Komite Kesehatan dan Keselamatan Kerja
RS X Padang
ANGGOTA ANGGOTA
B. TUGAS POKOK DAN FUNGSI
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan no 432 tahun 2007 tentang Pedoman
Manajemen Kesehatan dan Keselamatan kerja : Struktur Organisasi K3RS “Organisasi
K3 berada satu tingkat dibawah direktur dan bukan kerja rangkap” yang mana memiliki
tugas pokok dan fungsi :
C. PERANAN
Komite K3 memegang peran utama dalam :
Menjadi Komite K3 yang mengelola sistem Kesehatan dan Keselamatan Kerja yang
terkemuka di Indonesia tahun 2019
E. MISI
1. Menyelenggarakan sistem pengelolaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja Rumah
sakit
2. Menyelenggarakan pengelolaan kewaspadaan bencana
3. Menyelenggarakan pengelolaan Manajemen kebakaran
4. Menyelenggarakan kegiatan monitoring dan evaluasi.
5. Meningkatkan koordinasi perencanaan dan pelaksanaan keamanan, fasilitas medis
dan utilitas .
6. Menyelenggarakan perencanaan SDM dan pengembangan kompetensi.
7. Menyelenggarakan perencanaan Sarana/prasarana terkait pengelolaan K3 Rumah
Sakit
F. KEBIJAKAN
7. Permenkes No. 1087 Tahun 2010, tentang Standar Kesehatan dan Keselamatan
Kerja (K3) di Rumah Sakit.
G. TUJUAN
1. Terselenggaranya kegiatan pengelolaan kesehatan dan keselamatan kerja RS
2. Terselenggaranya kegiatan pengelolaan kewaspadaan bencana.
3. Terselenggaranya kegiatan pengelolaan manajemen kebakaran.
4. Terselenggaranya kegiatan monitoring dan evaluasi
5. Terselenggaranya peningkatan koordinasi keamanan, fasilitas medis dan utilitas.
6. Terselenggaranya perencanaan SDM dan pengembangan kompetensi.
7. Terselenggaranya perencanaan Sarana/prasarana terkait pengelolaan K3 RS
BAB VI
URAIAN JABATAN
PIMPINAN
RSUP MD KOMITE
KOMITE PPI
MEDIK
KOMITE KOMITE
MMR
SPI SMF
BAB VIII
POLA KETENAGAAN DAN KUALIFIKASI PERSONIL
Masih rangkap
1. Ketua S2 Kesehatan 1
sebagai SPF RS
Sesuai kualifikasi
2. Sekretaris S1 K3 1
pendidikan
Sub Komite
Keselamatan dan Sesuai kualifikasi
3. S1 Kesehatan 1
Keselamatan pendidikan
Kerja
Dr. spesialis,
Sub Komite
4. S1 Kesehatan 1 merangkap Ka
Kebencanaan
Intalasi IGD
Anggota Sub
Komite
Ada dengan Kerja
5 Keselamatan dan S1 Kesehatan 2
rangkap
Keselamatan
Kerja
Anggota Sub
S1 Kesehatan Ada dengan Kerja
6 Komite 2
S1 Teknik rangkap
Kebencanaan
a. Rapat Rutin
Rapat Rutin diselenggarakan pada :
b. Rapar Insidentil
Rapat Insidentil diselenggarakan pada :
1. Laporan bulanan
2. Laporan triwulan
3. Laporan tahunan