BAB I
PENDAHULUAN
Manajemen risiko adalah metode yang tersusun secara logis dan sistematis dari
suatu rangkaian kegiatan: penetapan konteks, identifikasi, analisa, evaluasi,
pengendalian serta komunikasi risiko.
A. LATAR BELAKANG
B. PENGERTIAN
Menurut Clough and Sears (1994 dikutip dalam Anonim 2009), Manajemen
risiko didefinisikan sebagai suatu pendekatan yang komprehensif untuk
menangani semua kejadian yang menimbulkan kerugian.
Menurut William, et.al (1995 dikutip dalam Anonim 2009) Manajemen
risiko juga merupakan suatu apiikasi dari manajemen umum yang mencoba
untuk mengidentifikasi, mengukur, dan menangani sebab dan akibat dari
ketidakpastian pada sebuah organisasi. Dorfman (1998 dikutip dalam Anonim
2009) Manajemen risiko dikatakan sebagai suatu proses logis dalam usahanya
untuk memahami eksposur terhadap suatu kerugian.
Identifikasi Risiko adalah Proses menentukan apa yang dapat terjadi, mengapa
dan bagaimana.
Bahaya (hazard) adalah faktor intrinsik yang melekat pada sesuatu dan
mempunyai potensi untuk menimbulkan kerugian.
Frekuensi atau Peluang adalah ukuran angka dari peristiwa suatu kejadian yang
dinyatakan sebagai jumlah peristiwa suatu kejadian dalam waktu tertentu
Probabilitas adalah kemungkinan terjadinya suatu kejadian. Digunakan
sebagai gambaran kualitatif dari peluang atau frekuensi. Kemungkinan
dari kejadian atau hasil yang spesifik, diukur dengan rasio dari kejadian
atau hasil yang spesifik terhadap jumlah kemungkinan kejadian atau hasil.
Penilaian risiko (Asesmen risiko) adalah proses analisis risiko dan evalusi
risiko secara keseluruhan. Pengendalian risiko adalah bagian dari
manajemen risiko yang melibatkan penerapan kebijakan, standar,
prosedur, perubahan fisik untuk menghiiangkan atau mengurangi risiko
yang kurang baik.
Kejadian atau insiden adalah suatu peristiwa atau situasi, yang terjadi pada
tempat tertentu selama interval waktu tertentu.
Daftar Risiko Unit adalah sejumlah risiko yang diidentifikasi dapat terjadi
pada unit tersebut, untuk selanjutnya dilakukan proses manajemen risiko.
1) TUJUAN
Tujuan dari manajemen risiko adalah minimalisasi kerugian dan
meningkatkan kesempatan ataupun peluang. Manajemen Risiko dapat
memotong mata rantai kejadian kerugian, sehingga efek dominonya tidak
akan terjadi, Pada dasarnya manajemen risiko bersifat pencegahan
terhadap terjadinya kerugian maupun Kejadian.
Tujuan Manajemen Risiko Rumah Sakit IMC Bintaro adalah :
1. Memberikan peiayanan yang prima dan bebas atau berisiko minimal
kepada pasien, serta memberikan lingkungan bekerja yang aman
kepada seluruh karyawan Rumah Sakit IMC Bintaro.
2. Terciptanya budaya keseiamatan dan kesehatan pasien, karyawan
serta pengunjung dan masyarakat di setiap lini Rumah Sakit IMC
Bintaro.
3. Mengidentifikasi risiko dan insiden yang ada di Rumah Sakit IMC
Bintaro, serta menganalisa dan mengevaluasi masing-masing risiko
yang ada.
4. Meningkatkan mutu peiayanan dengan menurunkan risiko dan
kejadian, serta meningkatkan keseiamatan pasien.
5. Mengupayakan program-program pencegahan dan pengendalian
risiko, baik terhadap proses peiayanan, peningkatan mutu SDM,
perbaikan serta peningkatan fasilitas, serta pengelolaan manajemen
yang efektif dan efisien.
6. Melindungi pasien, karyawan, pengunjung, dan pemangku kepentingan
lainnya.
Tujuan tersebut hanya akan tercapai melalui kerja sama antara para
Profesional Pemberi Asuhan, karyawan, unit kerja, Tim atau Kepanitiaan
lainnya seperti Komite PMKP, KPRS, PPI, Tim P2K3, serta manajemen
Rumah Sakit IMC Bintaro, dalam upaya mengembangkan dan
mengimplementasikan budaya keseiamatan dan program Manajemen
Risiko Rumah Sakit IMC Bintaro.
BAB II
RUANG LINGKUP
2. Peran Manajer Bagian, Kepala unit dan staf pada unit-unit kerja:
a. Pembuatan Daftar Risiko Unit.
b. Penentuan Risiko Prioritas RS IMC Bintaro.
c. Pelaporan insiden.
Mengingat ada fungsi-fungsi yang saling terkait, maka untuk insiden dan pelaporannya
ditetapkan sebagai berikut:
Jenis Insiden Pelaporan
• Insiden Keselamatan Pasien Tim KPRS
• Insiden Infeksi Komite PPI
• Insiden gangguan fasilitas Unit Teknik dan Tim P3K3
• Insiden K3 Tim P2K3
• Insiden gangguan keamanan dan bencana Unit Keamanan
• Insiden kerugian Bagian Akuntansi dan Keuangan
• Insiden keluhan pelanggan Unit Customer Relation
• Insiden lainnya Tim Manajemen Risiko
BAB III
KEBIJAKAN
a. Identifikasi risiko
b. Prioritas risiko
c. Pelaporan risiko
d. Manajemen risiko
e. Investigasi dan analisa insiden.
f. Manajemen terkait tuntutan (klaim) yang terjadi sebagai akibat dari
risiko ataupun insiden.
6. RS IMC melakukan pengawasan terhadap perencanaan dan
pelaksanaan program managemen resiko fasilitas dan lingkungan meliputi:
a. Mengawasi semua aspek program management resiko
b. Mengawasi pelaksanaan program secara konsisten dan
berkesinambungan
c. Melakukan edukasi staf
d. Melakukan pengujian/testing dan pemantauan program
e. Secara berkala menilai ulang dan merevisi program management
resiko fasilitas dan lingkungan.
f. Menyerahkan laporan tahunan kepada direktur rumah sakit.
g. Mengorganisasikan dan mengelola laporan kejadian/insiden,
melakukan analisa dan upaya perbaikan.
7. Kategori risiko yang dapat berdampak kepada rumah sakit antara lain:
a. Risiko strategis
b. Risiko operasional
c. Risiko keuangan
d. Risiko legalitas atau kepatuhan terhadap hukum peraturan
e. Risiko terhadap reputasi rumah sakit,
f. Risiko Klinis, serta,
g. Kategori-kategori risiko lainnya yang mungkin terjadi.
8. Proses-proses yang memiliki potensi risiko di rumah sakit antara lain
adalah:
a. Proses pada manajemen pengobatan,
b. Risiko jatuh,
c. Pengendalian infeksi,
d. Penanganan gizi, serta
e. Risiko dalam penanganan peralatan.
9. RS IMC Bintaro menetapkan Daftar Risiko Unit yang sekurangnya
metiputi risiko yang berkaitan dengan :
a. Pasien,
b. Staf medis,
c. Tenaga kesehatan dan karyawan lainnya yang bekerja di rumah
sakit,
d. Fasilitas rumah sakit,
e. Lingkungan rumah sakit,
f. Bisnis rumah sakit, serta
g. Risiko-risiko lain yang dapat terjadi di unit kerja masing-masing
maupun terhadap RS IMC Bintaro secara keseluruhan.
10. RS IMC Bintaro menetapkan Risiko Prioritas Rumah Sakit IMC
Bintaro.
11. RS IMC Bintaro melakukan analisis risiko terhadap risiko pada Daftar
Risiko Unit, Risiko Prioritas Rumah Sakit IMC Bintaro maupun pada
insiden yang terjadi, dengan :
a. Analisis sederhana,
b. Metode Root Cause Analytic (RCA), maupun dengan
c. Metode Failure Mode Effect Analysis (FMEA).
12. RS IMC Bintaro melakukan analisis terhadap Risiko Prioritas Rumah
Sakit IMC Bintaro dengan metode analisis proaktif, yaitu dengan
Failure Mode Effect Analysis (FMEA), minimal 1 tahun sekali.
13. RS IMC Bintaro melakukan tindak lanjut dari hasil analisa risiko
terhadap Daftar Risiko Unit, Risiko Prioritas Rumah Sakit IMC Bintaro
maupun pada insiden, beserta proses monitoringnya.
14. Hasil analisis risiko digunakan sebagai data untuk :
a. Penetapan strategi pengurangan risiko pada risiko-risiko yang
ada pada daftar risiko (mendesain ulang proses berisiko atau
meneruskan kegiatan strategi pengurangan risiko yang telah
dilakukan).
b. Penentuan penyelesaian masalah dari kejadian yang dilaporkan.
c. Data pembanding dengan Rumah Sakit sejenis.
15. RS IMC Bintaro menjalankan manajemen risiko berupa koordinasi dan
integrasi data antar komite, panitia atau tim yang ada di RS IMC Bintaro
yaitu Tim Manajemen Risiko, Komite PMKP, KPRS, PPI, Tim P2K3,
maupun dengan setiap unit kerja di RS IMC Bintaro.
16. RS IMC Bintaro menetapkan sistem pelaporan insiden terkait
pengeloiaan risiko di setiap unit yang wajib dijalankan oleh setiap
karyawan dan staf medis di RS IMC Bintaro sesuai dengan peran dan
fungsinya.
17. RS IMC Bintaro menetapkan Pedoman, Panduan dan Standar Prosedur
Operasional pada setiap bagian atau unit kerja dalam rangka
menjalankan proses Manajemen Risiko.
18. RS IMC Bintaro menerapkan prinsip-prinsip Manajemen Risiko dalam
upaya mencapai Sasaran Keselamatan Pasien.
19. RS IMC Bintaro menerapkan prinsip-prinsip Manajemen Risiko dalam
upaya pengaturan aSur pelayanan pasien RS IMC Bintaro.
20. RS IMC Bintaro menerapkan prinsip-prinsip Manajemen Risiko dalam
upaya Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di RS IMC Bintaro.
21. RS IMC Bintaro menerapkan prinsip-prinsip Manajemen Risiko dalam
upaya manajemen fasilitas dan keselamatan di RS IMC Bintaro.
22. RS IMC Bintaro menyekenggarakan pelatihan untuk meningkatkan
kompetensi setiap karyawan dalam upaya pencegahan dan
pengendalian risiko melalui diklat RS IMC Bintaro.
23. RS IMC Bintaro menyelenggarakan edukasi kepada pasien maupun
masyarakat untuk mencegah dan mengendalikan risiko yang mungkin
terjadi selama pelayanan di RS IMC Bintaro melalui Tim PKRS,
Marketing, Diklat, maupun unit kerja atau Tim / Kepanitiaan lainnya
yang terkait.
24. RS IMC Bintaro melakukan upaya-upaya secara teratur dan
berkessnambungan untuk mengetola keselamatan, keamanan, bahan
berbahaya dan beracun, penanggulangan bencana, pencegahan
kebakaran, penanganan peralatan medis, pengelolaan sistem utilitas dan
kesehatan lingkungan melalui Tim P2K3 serta unit-unit terkait.
25. RS IMC Bintaro menetapkan bahwa untuk setiap penyelenggaraan
pengembangan pelayanan, renovasi, ataupun kegiatan lainnya, unit
kerja harus membuat analisa dampak risiko, dengan metode-metode
analisis proaktif seperti Failure Mode Effect Analysis (FMEA), Flazard
Vulnerability Analysis (HVA), maupun asesmen risiko prakontruksi
(PCRA), untuk mengidentifikasi risiko yang mungkin terjadi, serta
penetapan upaya-upaya pencegahan dan pengendalian risiko (strategis,
operasional, keuangan, legalitas / kepatuhan terhadap hukum, reputasi
RS IMC Bintaro, klinis, serta risiko Iain-lain) yang mungkin terjadi.
26. RS IMC Bintaro menetapkan program manajemen risiko fasilitas dan
lingkungan dalam proses pengelolaan risiko yang dapat terjadi pada
pasien, keluarga, pengunjung dan staf. Program Manajemen Risiko
Fasilitas dan Lingkungan RS IMC Bintaro meliputs :
a. Panduan dan Program Keselamatan dan Keamanan
b. Panduan dan Program Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) dan
Limbahnya.
c. Panduan dan Program Penanggutangan Bencana (Emergensi)
d. Panduan dan Program Proteksi Kebakaran (Fire Safety)
e. Panduan dan Program Peralatan Medis
f. Panduan dan Program Sistem Utilitas
27. RS IMC Bintaro melakukan Asesmen Risiko Pra Konstruksi {Pre
Construction Risk Asessment /PCRA) ketika dilakukan konstruksi, renovasi,
atau penghancuran bangunan (demolish), yang meliputi hal-hal sebagai
berikut:
a. Kualitas udara
b. Pengendalian infeksi (ICRA)
c. Utilitas
d. Kebisingan
e. Getaran
f. Bahan Berbahaya
g. Layanan darurat, seperti respon terhadap kode
h. Bahaya lain yang mempengaruhi perawatan, pengobatan dan
layanan
28. Program Penanggulangan Bencana (Emergensi) RS IMC Bintaro
meliputi proses berikut :
a. Penentuan jenis, kemungkinan (potensi) terjadi, serta
konsekuensi (dampak) bahaya, ancaman, dan kejadian yang
mungkin terjadi di RS IMC Bintaro.
b. Penentuan integritas struktural di lingkungan pelayanan pasien
yang ada dan bila terjadi bencana.
c. Penentuan peran RS IMC Bintaro daiam peristiwa bencana.
d. Penentuan strategi komunikasi pada waktu kejadian.
e. Pengelolaan sumber daya, serta sumber-sumber alternatif,
selama kejadian bencana.
f. Pengelolaan kegiatan klinis selama kejadian, termasuk tempat /
lokasi pelayanan alternatif pada waktu kejadian bencana.
g. Identifikasi dan penetapan peran dan tanggung jawab staf
selama kejadian bencana.
h. Pengelolaan keadaan darurat ketika terjadi konflik antara
tanggung jawab pribadi staf dengan tanggung jawab rumah sakit
untuk tetap menyediakan pelayanan pasien pada saat bencana.
29. RS IMC Bintaro melakukan asesmen risiko kebakaran (Fire Risk Safety
Asessment - FSRA) yang meliputi hal-ha! berikut:
a. Tekanan dan risiko lainnya di kamar operasi,
b. Sistem pemisahan (pengisolasian) dan kompartemenisasi
pengendalian api dan asap.
c. Daerah berbahaya (dan ruang di atas langiMangit di seluruh
area) seperti kamar linen kotor, tempat pengumpulan sampah,
ruang penyimpanan oksigen.
d. Sarana jalan keluar / evakuasi.
e. Dapur yang berproduksi dan peralatan masak.
f. Laundry dan linene.
g. Sistem tenaga iistrik darurat dan peralatan.
h. Gas medis dan komponen sistem vakum.
30. Program Proteksi Kebakaran RS IMC Bintaro meliputi hal-hal berikut:
a. Pencegahan kebakaran melalui pengurangan risiko, seperti
penyimpanan dan penanganan bahan-bahan mudah terbakar
secara aman, termasuk gas-gas medis yang mudah terbakar
seperti oksigen.
b. penanganan bahaya yang terkait dengan konstruksi apapun di
atau yang berdekatan dengan bangunan yang ditempati pasien;
c. penyediaan jalan keluar yang aman dan tidak terhalangi apabila
terjadi kebakaran;
d. penyediaan sistem peringatan dini, deteksi dini seperti detektor
asap, alarm kebakaran, dan patroli kebakaran {firepatrols)) dan
e. penyediaan mekanisme pemadaman api seperti selang air,
bahan kimia pemadam api {chemical suppressants), atau sistem
sprinkler.
31. RS IMC Bintaro adalah kawasan bebas rokok
BAB IV
TATA LAKSANA
b. Analisis risiko
Analisis risiko adalah sebuah sistematika yang menggunakan informasi
yang didapat untuk menentukan seberapa sering kejadian tertentu dapat
terjadi dan besarnya konsekuensi tersebut. Pada Analisis Risiko, kita
menentukan level atau nilai dari suatu risiko, yaitu proses melakukan
grading risiko.
Analisis risiko menurut ISO 31000 : 2009 adalah proses untuk menetukan
28
berapa besar Dampak (impact atau consequences) dan Peluang (frequency
atau likelihood) risiko-risiko yang terjadi, serta menghitung berapa besar
level risikonya dengan mengalikan antara besar dampak dengan besar
kemungkin.
2 Unlikely/kecil 6-20% Suatu kejadian pada beberapa kondisi tertentu namun kecil
kemungkinannya kemungkinannya. Jarang tapi bukan tidak mungkin terjadi.
3 Moderate / 21-50% Suatu kejadian pada beberapa kondisi tertentu. Mungkin / bisa terjadi.
sedang
4 Likely/mungkin 51-80% Suatu kejadian mungkin akan terjadi pada hampir semua kondisi. Sangat
terjadi mungkin.
5 Almost certain/ 81-100% Suatu kejadian pasti akan terjadi pada setiap kondisi atau kegiatan.
hampir pasti Hampir pasti akan terjadi.
Consequences (Dampak)
KETERANGAN
Tk KRITERIA Pelayanan Biaya/
Cedera pasien Publikasi Reputasi
operasional Keuangan
1 Instgnificant Tidakada cidera Terhenti>1 jam Kerugian kecii Rumor Rumor
2 Minor Dapat diatasi dgn Terhenti>8 jam Kerugian > 0.1% - Media lokal Dampak kecii thdp
pertolongan anggaran - Waktu singkat morii karyawan dan
pertama. kepercayaan
masyarakat
3 Moderate Berkurangnya Terhenti > 1 hari Kerugian > 0.25% - Media lokai Dampakbermakna thdp
fungsi motorik/ anggaran moril karyawan dan
- Waktu lama
sensorik. kepercayaan
masyarakat
Memperpanjang
masa perawatan.
4 Mayor - Cedera luas. Terhenti > 1 Kerugian > 0.5% Media nasional Dampak serius thdp
30
RISK GRADING MATRIX
Dampak / Consequences
Petuang/ Likelihood Insignificant Minor Moderate Major Catastrohic
1 2 3 4 5
Sangat sering terjadi 3
(Tiap minggu/bulan) Moderate Moderate High Extreme Extreme
5
Sering terjadi Moderate
(beberapa kali/tahun) Moderate High Extreme Extreme
.
4
Mungkin terjadi ■:
(1-2 tahun / x) Low Moderate High Extreme Extreme
3
— Jarang terjadi
(2-5 tahun / x) Low Low Moderate High Extreme
2
Sangat jarang sekali Moderate
(>5 tahun / x) Low Low High Extreme
1
Almost certain Hampir pasti, sangat mungkin akan terjadi, hampir dipastikan akan
10
terjadi pada semua kesempatan.
Quite possible Mungkin terjadi, mungkin akan terjadi atau bukan sesuatu hal yang
6
aneh untuk terjadi
Unusual but Tidak biasa namun dapat terjadi, biasanya tidak terjadi namun
3
possible masih ada kemungkinan untuk dapat terjadi pada setiap saat
Remotely Kecil kemnungkinan untuk terjadi, sesuatu yang kebetulan terjadi.
1
possible
Conceivable Sangat kecil kemungkinan, belum pernah terjadi sebelumnya
0.5 setelah bertahun-tahun terpapar bahaya, kecil sekali kemungkinan
untuk terjadi.
Practically Secara praktik tidak mungkin terjadi, belum pernah terjadi
0.1 imposible sebelumnya dimanapun, merupakan sesuatu yang tidak mungkin
untuk terjadi
Nilai Dampak
100 Catastrophe • Malapetaka / keuangan ekstrem
• Banyak kematian
• Kerugian sangat besar / Pelayanan berhenti total
• Kerugian keuangan > 10 Milyar
40 Disaster • Bencana / keuangan sangat berat
• Beberapa kematian
• Kerugian besar / sebagian proses berhenti
• Menyebabkan penyakit yang bersifat komunitas/endemik pada
karyawan atau pasien
• Menyebabkan terhambatnya peiayanan hingga lebih dari 1 hari
• Kerugian keuangan > 5M - 10M
> 400 Sangat tinggi Hentikan kegiatan dan perlu perhatian manajemen puncak
200 - 400 Tinggi Perlu mendapat perhatian dari manajemen puncak dan
tindakan perbaikan segera dilakukan
Mengkoordinasikan RCA ke unit kerja serta tim, kepanitiaan ataupun komite terkait
termasukTim Manajemen Risiko.
Adapun langkah-langkah RCA diatas dapat dilakukan dengan urutan aktifitas dan
penyusunan laporan RCA sebagai berikut:
Identifikasi insiden dan ruang lingkupnya Laporan insiden, Risk Grading Matrix
Tentukan Tim Penelaah SK Tim RCA
Rumuskan masalah Laporan insiden
Kumpulkan Informasi Observasi, dokumen, wawancara
Pilah dan petakan informasi Time line, Time Person Grid
Identifikasi CMP / Critical Event Brain Storming, Time Line Chart
Identifikasi Akar Masalah Apollo, 5 why, fish bone
Identifikasi Solusi & Rekomendasi Barrier Analysis, Change Analysis
Laporan Hasil RCA
Failure Mode & Effect Analysis (FMEA) atau Analisis Efek & Mode Kegagalan
merupakan metode yang secara proaktif, membuka dan melacak kemungkinan
kesalahan yang terjadi dalam sebuah sistem. Prinsipnya adalah, jika ada api, maka
akan ada asap.
Proses HFMEA diiakukan oleh Tim FMEA dan diakomodir oteh Kepaia Unit atau
Penanggung Jawab Proyek pada kegiatan sebagai berikut:
a) Penanggulangan Risiko Prioritas RS IMC Bintaro
b) Renovasi / pembangunan baru.
c) Pengembangan pelayanan / petayanan baru.
d) Kegiatan tertentu.
Berikut langkah-langkah sebagai penetapan HFMEA menurut JCI :
Langkah
Kegiatan Output
FMEA
Langkah 1 Tetapkan topik FMEA dan bentuk tim Topik dan Tim
Langkah 2 Gambarkan Alur proses Alur proses tergambar
Langkah 3 Identifikasi Modus Kegagalan & Dampaknya (Hazard Modus kegagalan dan
Analysis) dampaknya
Langkah 4 Identifikasi Prioritas Modus Kegagalan Dafar prioritas modus
kegagalan
Langkah 5 Identifikasi Akar Penyebab Modus Kegagalan Akar penyebab modus
kegagalan
Langkah 6 Disain ulang proses Proses baru
Langkah 7 Analisis dan Test Proses Baru Hasil uji coba
Langkah 8 Implementasi dan Monitor Proses Baru Penerapan proses baru
Mengkoordinasikan FMEA ke unit kerja serta tim, kepanitiaan ataupun komite terkait termasuk
Tim Manajemen Risiko,
Menentukan risiko dapat diterima atau tidak dapat diterima dapat dilihat dari warna
Pada Risk Grading Matrix :
Low > Acceptable
Moderate
High > Unacceptable
Extreme
DOKUMENTASI
Insiden Klinis yang terjadi di Rumah Sakit IMC Bintaro dilaporkan kepada
Tim Keselamatan Pasien Rumah Sakit dengan menggunakan Form Laporan
Kronologis Kejadian untuk diarsipkan.
Insiden Non Klinis yang terjadi di Rumah Sakit IMC Bintaro dilaporkan
kepada Tim Manajemen Risiko dengan menggunakan Form Laporan
Kronologis Analisa Insiden Non Klinis untuk diarsipkan.
I. FORM LAPORAN KRONOLOGIS KEJADIAN
II. FORM LAPORAN KRONOLOGIS ANALISA INSIDEN NON KLINIS
III. RISK GRADING MATRIX
IV. FORMULIRICRA