KEMENTERIAN KESEHATAN RI
DIREKTORAT JENDERAL BINA UPAYA KESEHATAN
RSK. Dr. TADJUDDIN CHALID MAKASSAR
Jalan Paccerakkang No. 67 / Jalan Pajjaiyang Daya Makassar 90241
Telepon : (0411) 512902 Faksimile : (0411) 511011
Surat Elektronik : rs.tadjuddinchalid_makassar@yahoo.co.id
BAB I
PENDAHULUAN
3) Pengorganisasian
Pelaksanaan K3 di RS sangat tergantung dari rasa tanggung jawab
manajemen danpetugas, terhadap tugas dan kewajiban masing-masing serta
kerja sama dalampelaksanaan K3. Tanggung jawab ini harus ditanamkan
melalui adanya aturan yangjelas. Pola pembagian tanggung jawab, penyuluhan
kepada semua petugas,bimbingan dan latihan serta penegakkan disiplin.
a) Tugas pokok unit pelaksana K3 RS
1) Memberi rekomendasi dan pertimbangan kepada direktur RS
mengenai masalah-masalah yang berkaitan dengan K3.
2) Merumuskan kebijakan, peraturan, pedoman, petunjuk pelaksanaan
dan prosedur.
3) Membuat program K3RS
b) Fungsi unit pelaksana K3 RS
1) Mengumpulkan dan mengolah seluruh data dan informasi serta
permasalahan yang berhubungan dengan K3.
2) Membantu direktur RS mengadakan dan meningkatkan upaya
promosi K3, pelatihan dan penelitian K3 di RS.
3) Pengawasan terhadap pelaksanaan program K3.
4) Memberikan saran dan pertimbangan berkaitan dengan tindakan
korektif.
5) Koordinasi dengan unit-unit lain yang menjadi anggota K3RS.
6) Memberi nasehat tentang manajemen k3 di tempat kerja, kontrol
bahaya, mengeluarkan peraturan dan inisiatif pencegahan.
7) Investigasi dan melaporkan kecelakaan, dan merekomendasikan
sesuai kegiatannya.
8) Berpartisipasi dalam perencanaan pembelian peralatan baru,
pembangunan gedung dan proses.
BAB III
ISI DAN PEMBAHASAN
c. Kasus 3
Taiwan, sebanyak 5 orang penerima donor organ di 2 rumah sakit
terkemuka Taiwan tengah diambang terinfeksi virus HIV (Human
Imunodeficiency Virus) setelah sang pendonor organ belakangan diketahui
sebagai penderita HIV positif.Kelima orang tersebut melakukan transplantasi
organ (cangkok organ tubuh) di 2 rumah sakit terbaik di Taiwan pada 24 Agustus
2011. Empat orang melakukan transplantasi organ di National Taiwan University
Hospital (NTUH) dan 1 orang lagi di National Cheng Kung University Hospital
untuk transplantasi jantung.
Kasus transplantasi organ dari penderita HIV ini membikin geger Taiwan
dan kalangan medis dunia. Departemen kesehatan Taiwan melakukan investigasi
khusus untuk mengungkap kasus tersebut dan menyelamatkan 5 orang yang
kemungkinan besar terkena HIV tersebut.Hasil penyelidikan sementara
Departemen Kesehatan Taiwan, kesalahan fatal tersebut akibat human error
(kesalahan manusia). Salah seorang petugas yang ikut dalam proses transplantasi
tersebut salah mendengar informasi yang diberikan melalui telpon tentang hasil
tes darah si pendonor organ.
Petugas tersebut percaya ia mendengar kata dalam bahasa Inggris 'non
reaktif' dari hasil tes standar si pendonor organ, padahal yang sebenarnya
diberitahukan adalah kata 'reaktif'.Informasi tentang hasil tes yang diberikan
melalui telpon itu juga tidak diperiksa lagi seperti yang dipersyaratkan dalam
prosedur standar. Kemudian hasil tes tidak dikonfirmasikan lagi dengan tim
dokter yang akan melakukan transplantasi."Kami sangat meminta maaf atas
kesalahan itu," bunyi pengumuman rumah sakit itu seperti dilansir dari
focustaiwannewschannel, Minggu (4/9/2011).
Pejabat departemen kesehatan Taiwan Shih Chung-liang mengatakan
akan melihat kesalahan dan memutuskan hukuman kepada rumah sakit tersebut.
Jika ditemukan kelalaian yang telah menyebabkan kesalahan fatal itu, rumah sakit
mungkin harus menghentikan program transplantasi selama satu tahun di samping
denda yang akan diberikan.
Si pendonor organ adalah seorang pria berusia 37 tahun yang mengalami
koma setelah jatuh dari ketinggian pada 24 Agustus 2011. Si pendonor memang
telah mendaftarkan untuk donor organ dengan memberikan jantung, hati, paru-
paru dan 2 ginjalnya yang oleh rumah sakit ditranplantasikan pada hari yang
sama.Kepala departemen kesehatan kota Hsinchu, Ke-wu yao mengecam
transplantasi yang dilakukan rumah sakit itu sebagai kelalaian yang mengerikan.
Kota Hsinchu adalah tempat tinggal si pendonor tersebut. Ke-wu yao mengatakan
rumah sakit bisa menghindari kesalahan tersebut dengan meminta riwayat medis
si pendonor di kota asalnya.
Ke-wu yao mengatakan ke-5 orang penerima donor organ itu sangat
mungkin tertular HIV. Dan pengobatan untuk mereka akan semakin rumit karena
selain minum obat-obatan transplantasi untuk menghindari penolakan terhadap
organ baru, mereka juga harus minum obat untuk HIV.Kekhawatiran juga terjadi
pada petugas medis yang melakukan operasi transplantasi tersebut. Beberapa
dokter dan perawat yang telah melakukan transplantasi mengalami depresi dan di
ambang kepanikan.
National Taiwan University Hospital adalah salah satu rumah sakit
terbaik dan sangat dipercaya di Taiwan terutama dalam operasi transplantasi
organ. Rumah sakit tersebut telah berdiri sejak tahun 1895 dan menjadi pusat riset
medis yang sangat disegani.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Menurut Kepmenkes NOMOR 432/MENKES/SK/IV/2007 tentang
Pedoman Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di Rumah Sakit,
upaya K3 menyangkut tenaga kerja, cara atau metode kerja, alat kerja, proseskerja
dan lingkungan kerja. Upaya ini meliputi peningkatan, pencegahan,pengobatan
dan pemulihan. Kinerja setiap petugas kesehatan dan non kesehatanmerupakan
resultan dari tiga komponen K3 yaitu kapasitas kerja, beban kerja danlingkungan
kerja.
Lingkungan kerja adalah kondisi lingkungan tempat kerja yang meliputi
faktorfisik, kimia, biologi, ergonomi dan psikososial yang mempengaruhi pekerja
dalammelaksanakan pekerjaannya.Rumah Sakit (RS) termasuk ke dalam kriteria
tempat kerja dengan berbagai ancaman bahaya yang dapat menimbulkan dampak
kesehatan, tidak hanya terhadap para pelaku langsung yang bekerja di RS, tapi
juga terhadap pasien maupun pengunjung RS. Dampak kesehatan dari bahaya
potensial di rumah sakit salah satunya adalah penyakit akibat kerja (PAK).
Penerapan program K3 di Rumah Sakit kenyataannya masih perlu banyak
perbaikan hal ini dapat dilihat dari contoh pada kasus bab III. Implementasi tugas,
dan fungsi pokok K3RS masih kurang efektif, hal ini dikarenakan tidak dapat
mencapai standart-standart yang harusnya terpenuhi ketika ada personel K3 dalam
rumah sakit. Salah satunya adalah melakukan pembinaan, pengawasan, dan
pengendalian akan bahaya dari kecelakaan kerja dalam bentuk apapun. Oleh
karena itu, sosialisasi dan pengawasan mengenai K3 di Rumah Sakit harus lebih
ditingkatkan lagi.Harusnya SMK3 juga menerapkan prinsip AREC (Anticipation,
Recognition, Evaluation dan Control) dari metode kerja, pekerjaan dan
lingkungan kerja, agar tupoksi K3RS sendiri dapat tercapai.
4.2 Saran
1. Pihak manajemen rumah sakit lebih meningkatkan sosialisasi mengenai
fungsi K3 di rumah sakit kepada siapa saja yang berada di rumah sakit
termasuk dokter, perawat, pasien serta tenaga medis maupun non medis
lainnya. Hal ini diperlukan agar dapat meminimalkan tindakan beresiko bagi
dirinya sendiri maupun orang lain.
2. Pihak rumah sakit mengoptimalkan fungsi K3RS yang ada yaitu dengan cara
melakukan pelatihan terkait Sistem Manajemen K3 Rumah Sakit sehingga
pekerja yang kerjanya terkait dengan SMK3 akan lebih berkompeten dalam
pekerjaannya.
3. Semua pihak yang terkait dengan RS secara tanggung jawab melaksanakan
standar operasional prosedur (SOP) K3 RS sesuai dengan peraturan,
perundangan dan ketentuan mengenai K3 lainnya yang berlaku.
4. Rumah Sakit secara rutin mengevaluasi penyelenggaraan K3 RS untuk
menilai apakah kinerjanya sudah maksimal ataukah masih memerlukan
perbaikan sistem K3RS yang selanjutnya. Selain itu, rumah sakit harus
selalu mengidentifikasi sumber bahaya, penilaian dan pengendalian faktor
risiko yang selalu ada di rumah sakit.
DAFTAR PUSTAKA
Detik.com, Orang Terima Donor Organ dari Pasien HIV Akibat Salah Prosedur,
viewed 24 October 2011
http://www.detikhealth.com/read/2011/09/04/160801/1715296/763/5-orang-
terima-donor-organ-dari-pasien-hiv-akibat-salah-prosedur