Jl. Legenda Raya No. 9 Mustika Jaya Bekasi Timur - Kota Bekasi
Telp. 8251919-8254748; Fax : 82609705
I.Pendahuluan
Penyakit akibat kerja dapat menyerang semua tenaga kerja di rumah sakit akibat pajanan
berbagai bahan berbahaya biologik, kimia, fisik di dalam lingkungan rumah sakit sendiri. Diperlukan
pencegahan berupa upaya kesehatan dan keselamatan kerja di rumah sakit (K3RS) yang telah
didukung perangkat hukum, guna mewujudkan produktivitas kerja optimal.
Citra masyarakat bahwa rumah sakit adalah tempat yang sangat bersih sudah berlangsung lama,
sehingga tenaga kerjanya tidak akan terserang penyakit karena tempat kerjanya yang bersih dan tahu
seluk beluk penyakit. Menjadi hal sulit dipercaya masyarakat jika tenaga kesehatan sakit, apalagi
dokter jatuh sakit. Data tahun 1994 dari Bureau of Labor Statistic di Amerika Serikat menyatakan dari
5 juta warganya yang bekerja di rumah sakit, 40% di antaranya adalah dokter, perawat, apoteker serta
para asistennya.
II.Latar Belakang
Beberapa kelompok tenaga kerja yang mempunyai resiko besar terpajan bahan-bahan
berbahaya di rumah sakit.
1) Rumah sakit masa kini, layaknya sebuah industri mempunyai beragam persoalan tenaga kerja yang
rumit dengan berbagai risiko terkena penyakit akibat kerja sesuai jenis pekerjaannya. Seiring
kemajuan teknologi kedokteran, ditemukannya penyakit baru (HIV), serta kemunculan penyakit lama
(TB) menjadikan rumah sakit tidak lagi menjadi tempat teraman untuk bekerja
2) Bila dipandang sebagai sebuah industri, sepatutnya upaya kesehatan dan keselamatan kerja di
rumah sakit (K3RS) (Occupational Health and Safety Program) tidak dilihat sebagai barang mahal, tapi
seharusnya menjadi nilai tambah bagi organisasi rumah sakit itu sendiri.
Dasar Hukum
Pelaksanaan upaya K3RS dilandasi oleh perangkat hokum sebagai berikut :
1. UU No. 14 Tahun 1969, tentang ketentuan Pokok Tenaga Kerja, yang menyatakan bahwa,
tiap tenaga kerja berhak mendapat perlidungan atas keselamatan, kesehatan, kesusilaan, pemeliharaan
moril kerja serta perlakuan yang sesuai dengan martabat manusia dan moral agama.
2. UU No. 1 Tahun 1970, tentang Keselamatan Kerja, yang menyatakan bahwa keselamatan kerja
dilaksanakan dalam segala tempat kerja, baik di darat, di dalam tanah, di permukaan air maupun di udara
yang berada di dalam wilayah kekuasaan Republik Indonesia.
3. UU No. 23 Tahun 1992 pasal 23, menyatakan bahwa Kesehatan Kerja diselenggarakan untuk
mewujudkan produktivitas kerja yang optimal. Kesehatan kerja meliputi pelayanan kesehatan, pencegahan
penyakit akibat kerja dan syarat kesehatan kerja. Setiap tempat kerja wajib menyelenggarakan kesehatan
kerja.
4. UU No. 25 Tahun 1997, tentang Ketenaga Kerjaan, pasal 108 yang menegaskan kembali
bahwa, setiap pekerja mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas keselamatan dan
kesehatan kerja, moral dan kesusilaan dan pelakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia
serta agama.
5. Rekomendasi ILO/WHO Konvensi No. 155/1981, ILO menetapkan kewajiban setiap negara
untuk merumuskan, melaksanakan dan mengevaluasi kebijakan nasionalnya di bidang kesehatan dan
keselamatan kerja serta lingkungan kerja. Pengelolaan K3RS menjadi percontohan pengembangan sistim
pengelolaan K3 di seluruh sarana kesehatan di tanah air, mengingat rumah sakit adalah sarana
kesehatan yang memiliki banyak kerawanan terjadinya kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja bagi
tenaga kerjanya
Rumah sakit juga berkemungkinan besar menjadi tempat berkembang biaknya sumber penyakit
dan berkumpulnya bahan-bahan berbahaya biologik, kimia dan fisik (biologic, chemical and physical
hazards) yang setiap saat dapat kontak dengan tenaga kerja, pasien, keluarga pasien dan pengunjung
III. Sasaran
Melengkapi perizinan dan sertifikasi sarana dan prasarana serta peralatan kesehatan.
Membuat program dan melaksanakan pemeliharaan rutin dan berkala sarana dan
prasaranasertaperalatankesehatan.
Pembuatan SOP untuk pengoperasian, pemeliharaan, perbaikan dan kalibrasi terhadap peralatan
kesehatan.
Melakukan identifikasi dan penilaian resiko ergonomi terhadap peralatan kerja dan pekerja.
Membuat program, melaksanakan kegiatan, evaluasi dan pengendalian risiko ergonomi