Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan suatu upaya pemberian
perlindungan bagi masyarakat pekerja yang bertujuan untuk meningkatkan
derajat kesehatan para pekerja, melindungi para pekerja dari bahaya, risiko
dan gangguan penyakit yang disebabkan oleh pekerjaannya serta
menempatkan pekerja di lingkungan kerja yang sesuai dengan kemampuan
fisik dan psikis pekerja. Pada prinsipnya, upaya kesehatan kerja
menyelaraskan antara kapasitas kerja, beban kerja dan lingkungan kerja agar
pekerja tidak membahayakan diri sendiri maupun masyarakat. Upaya
kesehatan kerja mencakup kegiatan pelayanan, pendidikan dan pelatihan serta
penelitian di bidang kesehatan melalui upaya peningkatan kesehatan,
pencegahan penyakit termasuk pengendalian faktor resiko, penyembuhan
penyakit dan pemulihan kesehatan termasuk pemulihan kapasitas kerja
(Depkes RI, 2009).
Rumah Sakit sebagai fasilitas pelayanan kesehatan memiliki peranan
yang sangat penting dalam meningkatkan kesehatan masyarakat. Dalam hal
ini Rumah Sakit harus mengedepankan peningkatan mutu pelayanan kepada
masyarakat dengan tanpa mengabaikan upaya Kesehatan dan Keselamatan
Kerja (K3) bagi seluruh pekerja Rumah Sakit. Dalam UU No. 36 Tahun 2009
tentang Kesehatan pasal 1 ayat 1 : “Kesehatan adalah keadaan sehat, baik
secara fisik, mental, spritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang
untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis”. Kesehatan dan
Keselamatan Kerja (K3) adalah salah satu upaya untuk menciptakan tempat
kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran lingkungan, sehingga dapat
mengurangi dan atau bebas dari kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja.
Penerapan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di Rumah Sakit dapat
memberikan rasa aman dan perlindungan terhadap Sumber Daya Manusia

1
(SDM) Rumah Sakit, pengunjung/pengantar pasien, pasien, dan masyarakat di
sekitar Rumah Sakit dari gangguan kesehatan dan kecelakaan kerja.
Kecelakaan kerja dapat terjadi akibat proses kegiatan pelayanan atau
karena kondisi sarana dan prasarana di Rumah Sakit yang tidak memenuhi
standar. Dalam Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan,
khususnya pasal 165 : ”Pengelola tempat kerja wajib melakukan segala
bentuk upaya kesehatan melalui upaya pencegahan, peningkatan, pengobatan
dan pemulihan bagi tenaga kerja”. Hal ini menunjukkan bahwa Rumah Sakit
mempunyai kewajiban untuk menyehatkan para tenaga kerjanya untuk
menguangi risiko terjadinya Penyakit Akibat Kerja (PAK) dan Kecelakaan
Akibat Kerja (KAK) di Rumah Sakit dapat dihindari, dan dapat meningkatkan
produktivitas kerja dan pelayanan Rumah Sakit yang maksimal.
Dalam Undang-undang No.44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit pasal
40 ayat 1 : “Dalam upaya peningkatan mutu pelayanan Rumah Sakit wajib
dilakukan akreditasi secara berkala minimal 3 tahun sekali”. K3 termasuk
sebagai salah satu parameter yang dinilai di dalam akreditasi Rumah Sakit.
Hal ini menunjukkan bahwa K3RS memiliki peranan penting dalam
meningkatkan mutu Pelayanan Rumah Sakit dalam mewujudkan pekerja yang
sehat dan meningkatkan produktivitasnya dan memberi rasa aman bagi SDM
Rumah Sakit, pasien, pengunjung/pengantar pasien, dan masyarakat sekitar
Rumah Sakit.
Diharapkan penulisan ini akan memberi manfaat bagi penulis sendiri
sebagai sarana pembelajaran dan bagi instansi/rumah sakit dalam peningkatan
bidang Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di Rumah Sakit Umum
Daerah Surakarta.

BAB II

2
TINJAUAN PUSTAKA

Definisi K3
Kesehatan dan keselamatan kerja adalah upaya untuk memberikan jaminan
keselamatan dan meningkatkan derajat kesehatan para pekerja/buruh dengan cara
pencegahan kecelakaan dan penyakit akibat kerja, pengendalian bahaya di tempat
kerja, promosi kesehatan, pengobatan, dan rehabilitasi (Kepmenkes No 1087
Tahun 2010).
Kesehatan dan keselamatan kerja adalah upaya untuk memberikan jaminan
keselamatan dan meningkatkan derajat kesehatan para pekerja/buruh dengan cara
pencegahan kecelakaan dan penyakit akibat kerja, pengendalian bahaya di tempat
kerja, promosi kesehatan, pengobatan dan rehabilitasi (Kepmenkes No 432
Tahun 2007).
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah suatu program yang dibuat
sebagai upaya mencegah timbulnya kecelakaan dan penyakit akibat kerja dengan
cara mengenali hal-hal yang berpotensi menimbulkan kecelakaan dan penyakit
akibat kerja serta tindakan antisipatif apabila terjadi kecelakaan dan penyakit
akibat kerja (Jeynes, 2007).

Tujuan Umum
Terciptanya lingkungan kerja yang aman, sehat, dan produktif untuk SDM
Rumah Sakit, pasien, pengunjung/pengantar pasien, masyarakat dan
lingkungan sekitar Rumah Sakit sehingga proses pelayanan RumahSakit
dapat berjalan dengan baik dan lancar.
Terciptanya cara kerja, lingkungan kerja yang sehat, aman, nyaman, dan
dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan karyawan Rumah Sakit.
Tujuan Khusus
Terwujudnya organisasi kerja yang menunjang tercapainya K3RS.

3
Meningkatnya profesionalisme dalam hal K3 bagi manajemen, pelaksana dan
pendukung program.
Terpenuhi syarat-syarat K3 di setiap unit kerja.
Terlindunginya pekerja dan mencegah terjadinya PAK dan KAK.
Terselenggaranya program K3RS secara optimal dan menyeluruh.
Peningkatan mutu, citra dan produktivitas Rumah Sakit.

Sasaran K3RS
Sasaran K3RS menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI No:
1087/MENKES/SK/VII/2010 Tentang Standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja
di Rumah Sakit adalah
Pengelola Rumah Sakit
SDM Rumah Sakit

Prinsip K3RS
Agar K3RS dapat dipahami secara utuh, perlu diketahui pengertian tiga
komponen yang saling berinteraksi, yaitu:
Kapasitas kerja adalah status kesehatan kerja dan gizi kerja yang baik serta
kemampuan fisik yang prima setiap pekerja agar dapat melakukan pekerjaannya
dengan baik. Contoh: bila seorang pekerja kekurangan zat besi yang menyebabkan
anemia, maka kapasitas kerja akan menurun karena pengaruh kondisi lemah dan lesu.
Beban kerja adalah beban fisik dan mental yang harus ditanggung oleh pekerja dalam
melaksanakan tuganya. Contoh: pekerja yang bekerja melebihi waktu kerja
maksimum.
Lingkungan kerja adalah lingkungan terdekat dari seorang pekerja. Contoh: seorang
yang bekerja di instalasi radiologi, maka lingkungan kerjanya adalah ruangan-
ruangan yang berkaitan dengan proses pekerjaannya di instalasi radiologi (Kamar X-
Ray, kamar gelap, kedokteran nuklir,dan lain lain). (Kepmenkes No 1087 Tahun
2010).

Standar Pelayanan K3 Rumah Sakit


Rumah Sakit merupakan salah satu tempat kerja, yang wajib melaksanakan
Program K3RS yang bermanfaat baik bagi SDM Rumah Sakit, pasien,
pengunjung/pengantar pasien, maupun bagi masyarakat di lingkungan sekitar

4
Rumah Sakit. Pelayanan K3RS harus dilaksanakan secara terpadu melibatkan
berbagai komponen yang ada di Rumah Sakit (Depkes RI, 2007).
Standar Pelayanan Kesehatan Kerja di Rumah Sakit
Setiap Rumah Sakit wajib melaksanakan pelayanan kesehatan kerja.
Adapun pelayanan kesehatan kerja yang perlu dilakukan adalah sebagai
berikut:
Melakukan pemeriksaan kesehatan sebelum kerja bagi pekerja
Melaksanakan pendidikan dan penyuluhan/pelatihan tentang kesehatan kerja
dan memberikan bantuan kepada pekerja di Rumah Sakit dalam
penyesuaian diri baik fisik maupun mental terhadap pekerjannya.
Melakukan pemeriksaan berkala dan pemeriksaan khusus sesuai dengan
pajanan di Rumah Sakit.
Meningkatkan kesehatan badan, kondisi mental (rohani) dan kemampuan fisik
pekerja.
Memberikan pengobatan dan perawatan serta rehabilitasi bagi pekerja yang
menderita sakit.
Melakukan pemeriksaan kesehatan khusus pada pekerja Rumah Sakit yang
akan pensiun atau pindah kerja.
Melakukan koordinasi dengan tim Panitia Pencegahan dan Pengendalian
Infeksi mengenai infeksi terhadap pekerja dan pasien.
Melaksanakan surveilans kesehatan kerja.
Melaksanakan pemantauan lingkungan kerja dan ergonomi yang berkaitan
dengan kesehatan kerja (Pemantauan/pengukuran terhadap faktor fisik,
kimia, biologi, psikososial dan ergonomi).
Membuat evaluasi, pencatatan dan pelaporan kegiatan kesehatan kerja yang
disampaikan kepada Direktur Rumah Sakit dan Unit teknis terkaait di
wilayah kerja Rumah Sakit.
(Depkes RI, 2009).
Standar Pelayanan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit
Pada prinsipnya pelayanan keselamatan kerja berkaitan erat dengan
sarana, prasarana, dan peralatan kerja. Bentuk pelayanan keselamatan kerja
yang dilakukan :

5
Pembinaan dan penawasan keselamatan/keamanan sarana, prasarana dan
peralatan kesehatan.
Pembinaan dan pengawasan atau penyesuaian peralatan kerja terhadap
pekerja.
Pembinaan dan pengawasan terhadap lingkungan kerja.
Pembinaan dan pengawasan terhadap sanitair.
Pembinaan dan pengawasan perlengkapan keselamatan kerja.
Pelatihan/penyuluhan keselamatan kerja untuk semua pekerja.
Memberikan rekomendasi/masukan mengenai perencanaan, pembuatan
tempat kerja dan pemilihan alat serta pengadaannya terkait
keselamatan/keamanan.
Membuat sistem pelaporan kejadian dan tindak lanjutnya.
Pembinaan dan pengawasan Manajemen Sistem Penanggulangan Kebakaran
(MSPK).
Membuat evaluasi, pencatatan dan pelaporan kegiatan pelayanan keselamatan
kerja yang disampaikan kepada Direktur Rumah Sakit dan Unit teknis terkait
di wilayah kerja Rumah Sakit.
(Depkes RI, 2009).
Bentuk pelayanan keselamatan kerja menurut Soehatman (2010) dan
Kepmenkes No 1087 Tahun 2010 adalah sebagai berikut:
Pembinaan dan pengawasan kesehatan dan keselamatan sarana, prasarana dan
peralatan kesehatan:
Lokasi Rumah Sakit harus memenuhi ketentuan mengenai kesehatan, keselamatan
lingkungan, dan tata ruang, serta sesuai dengan hasil kajian kebutuhan dan kelayakan
penyelenggaraan Rumah Sakit;
Teknis bangunan Rumah Sakit, sesuai dengan fungsi, kenyamanan dan kemudahan
dalam pemberian pelayanan serta perlindungan dan keselamatan bagi semua orang
termasuk penyandang cacat, anak-anak, dan orang usia lanjut;
Prasarana harus memenuhi standar pelayanan, keamanan, serta keselamatan dan
kesehatan kerja penyelenggara Rumah Sakit;
Pengoperasian dan pemeliharaan sarana, prasarana dan peralatan Rumah Sakit harus
dilakukan oleh petugas yang mempunyai kompetensi di bidangnya (sertifikasi
personil petugas/ operator sarana dan prasarana serta peralatan kesehatan Rumah
Sakit);

6
Membuat program pengoperasian, perbaikan, dan pemeliharaan rutin dan berkala
sarana dan prasarana serta peralatan kesehatan dan selanjutnya didokumentasikan dan
dievaluasi secara berkala dan berkesinambungan;
Peralatan kesehatan meliputi peralatan medis dan nonmedis dan harus memenuhi
standar pelayanan, persyaratan mutu, keamanan, keselamatan, dan layak pakai;
Membuat program pengujian dan kalibrasi peralatan kesehatan, peralatan kesehatan
harus diuji dan dikalibrasi secara berkala oleh Balai Pengujian Fasilitas Kesehatan
dan atau institusi pengujian fasilitas kesehatan yang berwenang;
Peralatan kesehatan yang menggunakan sinar pengion harus memenuhi ketentuan dan
harus diawasi oleh lembaga yang berwenang;
Melengkapi perizinan dan sertifikasi sarana dan prasarana serta peralatan kesehatan.
Pembinaan dan pengawasan atau penyesuaian peralatan kerja terhadap SDM Rumah
Sakit:
Melakukan identifikasi dan penilaian resiko ergonomi terhadap peralatan kerja dan
SDM Rumah Sakit;
Membuat program pelaksanaan kegiatan, mengevaluasi dan mengendalikan resiko
ergonomi.
Pembinaan dan pengawasan terhadap lingkungan kerja:
Manajemen harus menyediakan dan menyiapkan lingkungan kerja yang memenuhi
syarat fisik, kimia, biologi, ergonomi, dan psikososial;
Pemantauan / pengukuran terhadap faktor fisik, kimia, biologi ergonomi, dan
psikososial secara rutin dan berkala;
Melakukan evaluasi dan memberikan rekomendasi untuk perbaikan lingkungan kerja.
Pembinaan dan pengawasan terhadap sanitair:
Manajemen harus menyediakan, memelihara, mengawasi sarana dan
prasarana sanitair, yang memenuhi syarat, meliputi:
Penyehatan makanan dan minuman;
Penyehatan air;
Penyehatan tempat pencucian;
Penanganan sampah dan limbah;
Pengendalian serangga dan tikus;
Sterilisasi/desinfeksi;
Perlindungan radiasi;
Upaya penyuluhan kesehatan lingkungan.
Pembinaan dan pengawasan perlengkapan keselamatan kerja:
Pembuatan rambu-rambu arah dan tanda-tanda keselamatan;
Penyediaan peralatan keselamatan kerja dan Alat Pelindung Diri (APD);

7
Membuat SOP peralatan keselamatan kerja dan APD;
Melakukan pembinaan dan pemantauan terhadap kepatuhan penggunaan peralatan
keselamatan dan APD.
Memberi rekomendasi/masukan mengenai perencanaan, desain/layout pembuatan
tempat kerja dan pemilihan alat serta pengadaannya terkait keselamatan dan
keamanan:
Melibatkan petugas K3 Rumah Sakit di dalam perencanaan, desain/layout pembuatan
tempat kerja dan pemilihan serta pengadaan sarana, prasarana dan peralatan
keselamatan kerja;
Mengevaluasi dan mendokumentasikan kondisi sarana, prasarana dan peralatan
keselamatan kerja dan membuat rekomendasi sesuai dengan persyaratan yang berlaku
dan standar keamanan dan keselamatan.
Membuat sistem pelaporan kejadian dan tindak lanjutnya.
Membuka alur pelaporan kejadian nyaris celaka dan celaka.
Membuat SOP pelaporan, penanganan dan tindak lanjut kejadian nyaris celaka (near
miss) dan celaka.
Pembinaan dan pengawasan terhadap Manajemen Sistem Pencegahan dan
Penanggulangan Kebakaran (MSPK).
Manajemen menyediakan sarana dan prasarana pencegahan dan penanggulangan
kebakaran;
Membentuk tim penanggulangan kebakaran;
Membuat SOP;
Melakukan sosialisasi dan pelatihan pencegahan dan penanggulangan kebakaran;
Melakukan audit internal terhadap sistem pencegahan dan penanggulangan
kebakaran.
Membuat evaluasi, pencatatan dan pelaporan kegiatan pelayanan keselamatan kerja
yang disampaikan kepada Direktur Rumah Sakit dan Unit teknis terkait di wilayah
kerja Rumah Sakit.
Menurut Kepmenkes No 1087 Tahun 2010, Rumah Sakit memiliki Standar
teknis prasarana
Penyediaan listrik :
1) Untuk rumah sakit yang memiliki kapasitas daya listrik tersambung
dari PLN minimal 200 KVA disarankan agar sudah memiliki sistem
jaringan listrik Tegangan Menengah 20 KV (jaringan listrik TM 20

8
KV), sesuai pedoman bahwa rumah sakit kelas B mempunyai
Kapasitas daya listrik ± 1 MVA (1000 KVA).
Kapasitas dan instalasi listrik terpasang memenuhi standar PUIL.
Untuk kamar bedah, ICU, ICCU menggunakan catu daya khusus
dengan sistem catu daya cadangan otomatis dua lapis (generator dan
UPS/Uninteruptable Power Supply).
Harus tersedia ruang UPS minimal 2x3 m2 (sesuai kebutuhan) terletak
di gedung COT, ICU, ICCU, dan diberi pendingin ruangan.
Tepi jalur pasang pengaman.
Area parkir :
Area parkir harus tertata dengan baik.
Mempunyai ruang bebas disekitarnya.
Untuk penyandang cacat disediakan ramp trotoar.
Diberi rambu penyandang cacat yang bisa membedakan untuk
mempermudah dan membedakan dengan fasilitas parkir bagi umum.
Parkir dasar (basement) dilengkapi dengan exhauster yang memadai
untuk menghilangkan udara tercemar di dalam ruang dasar (basement),
dilengkapi petunjuk arah dan disediakan tempat sampah yang
memadai serta pemadam kebakaran.
Pemandangan (Landscape) : Jalan, Taman
Akses jalan harus lancar dengan rambu-rambu yang jelas.
Saluran pembuangan yang melewati jalan harus tertutup dengan baik
dan tidak menimbulkan bau.
Tanam-tanaman tertata dengan baik dan tidak menutupi rambu-rambu
yang ada.
Jalan dalam area Rumah Sakit pada kedua belah tepinya dilengkapi
dengan kansten dan dirawat.
Harus tersedia area untuk tempat berkumpul (public corner).

9
BAB III
PEMBAHASAN

Rumah Sakit merupakan salah satu tempat kerja yang wajib melaksanakan
program K3L. Program K3L yang berfokus pada lingkungan rumah sakit adalah
K3RS yang mencakup semua SDM Rumah Sakit, pasien, pengunjung/pengantar
pasien, maupun bagi masyarakat di lingkungan sekitar Rumah Sakit. Tujuan program
K3RS adlah terciptanya lingkungan rumah sakit yang aman, sehat dan produktif bagi
SDM rumah sakit, pasien, pengunjung/pengantar pasien, masyarakat dan lingkungan
sekitar rumah sakit sehingga proses pelayanan di rumah sakit dapat berjalan dengan
maksimal. Program K3 di Rumah sakit meliputi pengelolaan SDM, sarana dan
prasarana serta pengelolaan lingkungan.
Program K3RS di RSUD Surakarta dikomando oleh tim K3RS. Upaya
pelaksanaan program K3RS di RSUD Surakarta antara lain:
K3RS bagi Sumber Daya Manusia Rumah Sakit, pasien dan
pengunjung/pengantar pasien
Pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja.
RSUD Surakarta telah rutin memeriksa kesehatan, kebersihan dan kerapihan
pekerja setiap hari, terutama bagi pekerja yang mengadakan kontak langsung
dengan pasien dan lingkungan pasien, misalnya pekerja laundry dan petugas
pengantar makanan.
Pemeriksaan kesehatan rutin bagi seluruh SDM rumah sakit.
RSUD Surakarta rutin menyelenggarakan pemeriksaan kesehatan bagi
pekerja RS tiap 6 bulan sekali.
Memberikan pengobatan dan perawatan bagi pekerja yang sakit.
Pendidikan dan penyuluhan tentang K3RS bagi SDM Rumah sakit
RSUD Surakarta rutin memberikan penyuluhan tentang K3RS bagi pekerja
rumah sakit. Misalnya penyuluhan tentang penggunaan APD, hand hygiene,
pelatihan sistem pencegahan dan penanggulangan bahaya, dan lain-lain.

10
Sarana dan prasarana
Tata ruang dan bangunan rumah sakit yang aman dan nyaman
RSUD Surakarta memiliki tata ruang yang cukup baik dan mudah diakses
oleh seluruh SDM rumah sakit, termasuk oleh pasien, pengantar pasien dan
pengunjung. Di beberapa tempat di RSUD Surakarta juga sudah dilengkapi
oleh denah ruangan dan terdapat beberapa petugas keamanan yang berjaga di
beberapa lokasi untuk memudahkan pengunjung dan pengantar pasien.
Selain itu juga terdapat fasilitas-fasilitas yang dapat digunakan untuk
mempermudah mobilisasi pasien tanpa mengesampingkan keamanan dan
kenyamanan pasien, misalnya dengan pemberian pegangan pada tangga,
tembok pembatas lantai 1 dan lantai 2 yang cukup tinggi sehingga
menghindari kecelakaan, pengoperasian lift, jalur yang tidak hanya dapat
digunakan untuk pasien normal namun juga bisa digunakan oleh penyandang
cacat, dan lain-lain.
Fasilitas-fasilitas tersebut juga telah diterapkan sesuai prinsip ergonomi
sehingga membuat penggunanya menjadi lebih nyaman.
RSUD Surakarta juga memiliki area parkir dan taman yang cukup luas dan
terawat dengan baik.

Gambar 3.1. Tembok pembatas lantai 1 dan 2

11
Gambar 3.2. Pegangan pada tangga

Pemeliharaan sarana, prasarana dan peralatan


Pemeliharaan sarana, prasarana dan peralatan kesehatan di RSUD Surakarta
dilakukan secara berkala. Beberapa hal yang dilakukan adalah pemakaian
sarana dan prasarana sesuai SOP dan melakukan pengujian dan kalibrasi alat
kesehatan secara berkala.
Pemakaian alat pelindung diri bagi pekerja rumah sakit sesuai dengan SOP
Fasilitas untuk pencegahan dan pengendalian infeksi
RSUD Surakarta telah menyediakan beberapa fasilitas dalam rangka
pencegahan dan pengendalian infeksi, salah satunya adalah pengadaan
handsanitizer dan wastafel dengan sabun di beberapa tempat di lingkungan
rumah sakit. Tetapi masih terdapat beberapa kekurangan seperti tidak adanya
petunjuk melakukan cuci tangan yang benar di sekitar wastafel maupun
handsanitizer. Wastafel juga hanya ada di kamar mandi dan belum
disediakan di sekitar ruang poliklinik dan rawat inap.

12
Gambar 3.3. Handsanitizer

Pengelolaan B3
RSUD Surakarta telah menjalankan pengelolaan B3 dengan cara
mengidentifikasi semua B3 yang terdapat di rumah sakit, penataan yang rapi
dan teratur, dan menunjuk petugas sebagai penanggung jawab pengelolaan
B3.
Sistem pencegahan dan penanggulangan bahaya
Sistem pencegahan dan penanggulangan bahaya di RSUD Surakarta telah
berjalan dengan baik dan memiliki beberapa fasilitas pendukung, antara lain
Alat Pemadam Api Ringan (APAR), hydrant, smoke detector, fire alarm dan
jalur evakuasi. Namun masih terdapat beberapa kekurangan, seperti tidak
adanya pakaian tahan panas yang seharusnya diletakkan berdekatan dengan
APAR, beberapa APAR tidak tersedia di tempat yang telah ditentukan, dan
pemasangan tanda jalur evakuasi yang terlalu tinggi.

13
Gambar 3.4. Hydrant dan APAR

Gambar 3.5. Jalur evakuasi


Pengelolaan lingkungan
Pengelolaan sampah
Sampah rumah sakit dibedakan menjadi sampah medis dan non medis.
Pemisahan jenis sampah ini dilakukan dengan cara memberikan tempat
sampah dengan warna berbeda: plastik hitam untuk sampah non medis dan
plastik kuning untuk sampah medis. Tempat sampah juga telah disediakan di
berbagai tempat yang strategis di dalam maupun di luar rumah sakit. Sampah

14
tersebut dikelompokkan sampai ke tempat pembuangan sampah akhir di
RSUD. Untuk sampah non medis kemudian dikelola oleh Dinas Kebersihan
Surakarta yang datang setiap hari, dan untuk sampah medis dikelola oleh
pihak swasta yang telah melakukan perjanjian dengan rumah sakit.

Gambar 3.6. Tempat sampah di dalam rumah sakit

Gambar 3.7. Sampah di RSUD Surakarta telah dipisahkan menurut


jenisnya.

Pengelolaan limbah cair


RSUD Surakarta memiliki Instalasi Pengelolaan Air Limbah yang nantinya
dapat mengolah limbah cair dari rumah sakit agar limbah cair rumah sakit
yang dialirkan ke sungai memiliki nilai uji kimia yang sama atau mendekati
sama dengan air dari sungai dan tidak menimbulkan pencemaran
lingkungan.

15
Gambar 3.8. IPAL RSUD Surakarta

16
BAB IV
PENUTUP

Simpulan
Tujuan utama dari Program Kesehatan dan Keselamatan Kerja adalah untuk
melindungi dan menjamin kesehatan dan keselamatan setiap tenaga kerja dan
orang yang berada di sekitar tempat kerja.
RSUD Surakarta berkomitmen penuh dalam pelaksanaan program K3RS dan
sebagai salah satu bukti komitmen tersebut adalah dibentuknya tim khusus
yang menangani masalah K3 di Rumah Sakit.
Kebijakan mengenai program Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang
diterapkan dengan baik dapat meningkatkan kinerja dari tenaga kerja
dikarenakan perasaan aman yang ada pada setiap tenaga kerja.
Beberapa program K3RS di RSUD Surakarta telah diterapkan sesuai standar.

Saran
Perlunya beberapa perbaikan pada pelaksanaan program K3RS di RSUD
Surakarta, terutama penambahan beberapa sarana dan prasarana seperti APAR,
penambahan wastafel, dan penambahan poster/informasi tentang hand
hygiene untuk mendukung sarana yang telah tersedia di rumah sakit.
Perlunya pemberian informasi secara berkala tentang K3RS, tidak hanya
kepada pekerja rumah sakit tapi juga kepada pasien, pengantar pasien,
pengunjung rumah sakit dan masyarakat di sekitar rumah sakit. Misalnya

17
dengan cara pemberian penyuluhan tentang cuci tangan, pembuangan sampah,
dan lain-lain di tempat tunggu poliklinik atau tempat-tempat strategis yang
lain, atau dengan pemberian leaflet edukasi di beberapa tempat di rumah sakit.
Perlunya pemeriksaan dan evaluasi berkala terhadap fasilitas yang telah
tersedia dan program-program K3RS yang telah berjalan.

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan republik Indonesia (2007). Upaya Kesehatan Kerja di Rumah


Sakit. Jakarta : Kementeriaan Kesehatan.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2009). Standar Kesehatan dan


Keselamatan Kerja di Rumah Sakit. Jakarta : Kementeriaan Kesehatan.

Jeynes, J. (2007) Managing Health and Safety. UK : Elsevier

Keputusan Menteri Kesehatan RI No: 432/MENKES/SK/IV/2007 Tentang Pedoman


Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di Rumah Sakit

Keputusan Menteri Kesehatan RI No: 1087/MENKES/SK/VII/2010 Tentang Standar


Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit

Soehatman, Ramli (2010). Sistem Manajemen Keselamatan & Kesehatan Kerja


OHSAS 18001. Jakarta: Dian Rakyat.

18
19

Anda mungkin juga menyukai