BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
1. Maksud
Sebagai petunjuk semua unit kerja di Rumah Sakit, khususnya unit kerja yang
mempunyai resiko bahaya keselamatan dan kesehatan kerja dalam melaksanakan
tugas dan pekerjaan agar diperoleh satu dasar, satu pengertian dan pemahaman
tata cara pelaksanaan yang benar.
2. Tujuan
Agar dapat dipergunakan sebagai pedoman dalam melaksanakan upaya kesehatan
dan keselamatan kerja secara baik dan benar sehingga tercapai :
a. Kesehatan dan Keselamatan pekerja selama bertugas
b. Kegiatan rumah sakit berjalan lancar tanpa adanya hambatan
c. Tingkat produktifitas yang optimal
C. FALSAFAH
Dalam Pedoman ini ada beberapa pengertian yang mesti diketahui antara lain :
2. Karyawan, adalah :
Tiap orang yang mampu melakukan pekerjaan baik didalam maupun diluar
hubungan kerja, untuk menghasilkan jasa pelayanan kesehatan kepada
masyarakat.
A. Pembentukan Komite K3
Bahwa sangat diperlukan adanya pelaksanaan upaya kesehatan dan keselamatan kerja,
kebakaran dan kewaspadaan bencana di Rumah Sakit, sebagai upaya untuk
meminimalkan terjadinya penyakit akibat kerja dan kecelakan kerja, sehingga ditetapkan
:
Pelaksanaan Keselamatan Kerja adalah salah satu bentuk upaya untuk menciptakan
tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran lingkungan, sehingga dapat
mengurangi dan atau bebas dari kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang pada
akhirnya dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja. Keselamatan kerja bagi
pegawai diupayakan melalui kegiatan –kegiatan seperti :
6
7. Dalam menjalankan tugasnya setiap pegawai rumah sakit wajib menggunakan alat
pelindung diri sesuai ketentuan yang berlaku.
8. Memberikan kesempatan bagi pegawai untuk meningkatkan pengetahuan dan
ketrampilan dalam bidang K3.bila ada partisipasi aktif dari seluruh pegawai dan unit
kerja terkait,
9. Adanya sistem keamanan pasien yang baik,meliputi : Penanganan Pasien Kecelakaan
Lalu-Lintas; Pelayanan Tamu Pembesuk diluar Jam Berkunjung; Pengawasan
CCTV; Pelaksanaan Patroli; Laporan Kejadian Kehilangan; Penanganan Kejadian
Luar Biasa; Pengawalan Tamu VIP; Koordinasi Pasien Khusus; Penanganan Kasus
Pencurian.
10. Penetapan kode untuk seluruh pelayanan K3.
Kegiatan di suatu rumah sakit tidak diperbolehkan terhenti dikarenakan adanya sarana
pendukung yang tidak bekerja.Adapun sarana pendukung meliputi :
1. Sarana penyuplai listrik yang harus selalu tersedia 24 jam tanpa terputus.
2. Sarana penyedia air yang harus tersedia selalu selama 24 jam tanpa terputus.
3. Adanya kerjasama dengan pihak ketiga untuk penyuplai air dan listrik bila seluruh
upaya sudah dilakukan.
4. Pasokan gas medis yang tidak boleh terlambat dan adanya pemantuan secara rutin.
H. Larangan merokok
I. Recall/penarikan barang
Evaluasi dan Pelaporan tentang kegiatan- kegiatan K3 di Rumah Sakit, adalah sebagai
berikut :
1. Memuat seluruh aspek K3, yaitu :
a) Disaster Program
b) Pencegahan dan Pengendalian Kebakaran
c) Keamanan Pasien, Pengunjung dan pegawai
d) Keselamatan dan Kesehatan Pegawai
e) Pengelolaan bahan dan Barang Berbahaya
f) Kesehatan Lingkungan Kerja
g) Sanitasi Rumah Sakit
h) Sertifikasi/Kaliberasi Sarana, Prasarana dan Peralatan
i) Pengelolaan Limbah Padat, Cair dan Gas
j) Pendidikan dan Latihan K3
k) Pengumpulan, Pengolahan, dan Pelaporan Data
2. Evaluasi ini dilakuan untuk jangka waktu yang ditentukan sesuai dengan jenis
kegiatan yang dilaksanakan, dapat dilakukan 3 bulan, 6 bulan, dst.
3. Hasil Evaluasi dibuatkan laporannya dan pelaporan disampaikan kepada direktur
rumah sakit untuk mendapatkan tindak lanjut, untuk jangka waktu 1 (satu) tahun.
L. Peningkatan Mutu
A. LATAR BELAKANG
Rumah sakit merupakan suatu bentuk badan usaha di bidang jasa yang meliputi
komponen manusia,mesin, peralatan dan energy yang merupakan asset untuk dapat
mencapai tujuan yang telah ditetapkan, sehingga dapat meningkatkan produktivitas kerja
yang lebih baik.Dengan demikian diperlukan upaya-upaya agar setiap pegawai dapat
bekerja secara sehat tanpa membahayakan dirinya sendiri maupun pegawai lainnya dan
lingkungan rumah sakit.
Berdasarkan hal tersebut di atas maka dipandang perlu untuk menunjuk dan mengangkat
Komite K3 Rumah Sakit yang merupakan organisasi non structural, yang terdiri dari
tenaga staf dan tenaga penunjang.
Komite K3 rumah sakit (KOMITE K3RS) ditunjuk dan diangkat langsung oleh Direktur
Rumah Sakit berdasarkan pada usulan-usulan dan pertimbangan yang disampaikan oleh
pengurus KOMITE K3RS dengan tetap memperhatikan prestasi kerja masing-masing
KOMITE K3RS, kemudian ditetapkan dalam surat Keputusan Direktur Rumah Sakit.
D. ORGANISASI DAN POLA KETENAGAAN
1. Organisasi
Sebagai organisasi non structural, Komite K3RS memiliki struktur organisasi sendiri
dan hubungannya dengan organisasi structural rumah sakit.
Sebagai pimpinan Komite K3RS ditetapkan ketua Komite K3RS, ketua Komite
K3RS bertanggungjawab kepada Direktur Rumah Sakit.Ketua Komite K3RS
membawahi tenaga staf Komite K3RS yang terdiri dari beberapa tim dan membawahi
tenaga pendukung Komite K3RS.
Secara rinci tergambarkan dalam bagan organisasi KOMITE K3RS sebagai berikut :
STRUKTUR ORGANISASI KOMITE K3RS
RUMAH SAKIT UMUM ISLAM MADINAH NGUNUT
DIREKTUR
KETUA K3
SEKRETARIS
2. Uaian Tugas
1) Direktur
Uraian Tugas :
a) Mengadakan pertemuan reguler Direktur dan Komite K3 untuk meninjau
ulang implementasi Sistem Manajemen K3.
b) Membentuk dan menetapkan Komite K3.
c) Menetapkan kebijakan K3.
d) Menetapkan uraian kerja Komite K3.
e) Menetapkan prosedur dan garis panduan maupun peraturan umum dan
lainnya.
f) Menetapkan rencana jangka panjang dan jangka pendek kegiatan K3.
g) Bertanggung jawab penuh atas penerapan K3 di Rumah Sakit.
2) Ketua K3RS
Uraian Tugas
a) Mengkoordinasi semua kegiatan Komite K3.
b) Menindaklanjuti kebijakan yang sudah ditetapkan oleh Dewan Pembina.
c) Mempertanggungjawabkan pelaksanaan K3 kepada Depnaker dan Diereksi
sebagai dewan pembina setiap 3 (tiga) bulan sekali.
d) Memasyarakatan kebijakan dan penerapan K3 ke setiap personil melalui unit
kerja.
e) Mengembangkan strategi perubahan yang jelas.
f) Menetapkan tujuan dan program K3.
g) Mempertanggungjawabkan kesuksesan program K3 dan implementasi sistem
manajemen K3 secara berkelanjutan.
3) Sekretaris K3RS
Uraian Tugas :
a) Mengkoordinasikan semua kegiatan di setiap bidang.
b) Menerima laporan dan memberikan masukan yang diperlukan bidang-bidang
dalam pelaksanaan sistem manajemen K3, termasuk keluhan-keluhan yang
berkaitan dengan Kesehatan keselamatan kerja.
c) Menyiapkan laporan kecelakaan kerja dan laporan KOMITE K3 setiap 3
(tiga) bulan kepada Depnaker.
d) Melaporkan Implementasi Sistem Manejemen K3 serta permasalahan-
permasalahnnya kepada Top Management untuk memastikan persyaratan dan
peraturan telah diimplementasikan secara efektif.
e) Mendesain tingkat pengendalian resiko (Hierarchy of Control)
f) Melakukan penelitian dan pengembangan K3
4) Koordinator K3RS
Uraian Tugas :
a) Mengkoordinir kegiatan di bidang yang berada dibawah tanggung jawabnya.
b) Melaksanakan kebijakan/program kerja yang telah ditetapkan oleh ketua
Komite K3.
c) Membina, memonitor dan mengawasi pelaksanaan program kerja di
bidangnya.
d) Mengadakan koordinasi dengan bidang lain yang terkait dengan tugas yang
menjadi tanggung jawabnya.
e) Melakukan koordinasi progress pelaksanan program kerja sehari-hari di
bidangnya dengan sekretaris.
f) Membuat laporan bulanan kepada sekretaris.
g) Ketua bidang dapat saling memberi masukan kepada ketua di bidang lainya.
E. POLA KETENAGAAN
Dalam Komite K3 dibutuhkan ketenagaan dengan syarat – syarat sebagai berikut :
1. Pembina K3RS
Pembina adalah pimpinan/direktur rumah sakit
2. Ketua K3RS
Ketua adalah dan Seorang dokter yang memiliki sertifikasi K3 umum
3. Sekretaris K3RS
Sekretaris adalah seorang yang mempunyai sertifikasi K3 umum.
4. Koordinator K3RS
Pegawai rumah sakit dari berbagai unsur bagian rumah sakit sesuai kedudukan dalam
Komite, seperti :
a. Kewaspadaan Bencana terdiri dari unsur Perawat, Dokter IGD.
b. Keselamatan dan Kesehatan Kerja terdiri dari unsur Medis (dokter umum),
Perawat, PPI.
c. Kesehatan Lingkungan terdiri dari unsur Kesehatan Lingkungan, Sanitasi, Sarana
Prasarana.
Staf ini harus telah mendapatkan pelatihan K3.
Anggota Penggerak Komite K3RS adalah Seluruh Pegawai Rumah Sakit yang
dianggap mampu menggerakkan SDM di unit kerjanya.
Pegawai rumah sakit ini telah mengikuti pelatihan K3.
Pelaksanaan kegiatan K3 di Rumah Sakit harus berjalan setiap saat, mengingat pola
kerja di Rumah Sakit pada umumnya yang terbagi menjadi tiga shift kerja maka
ditetapkan pola tenaga K3 agar dapat memenuhi ketenagaan pendukung K3 disetiap
shiftnya, sebagai berikut :
a. SHIFT pagi disediakan tenaga pendukung sebanyak 24 orang yang terdiri dari
Kepala Instalasi/perawat/urusan yang bertugas saat itu.
b. SHIFT sore dan SHIFT malam disediakan tenaga pendukung masing-masing
shift sebanyak 18 orang yang terdiri dari Penanggung Jawab shift disetiap
ruangan ditambah dengan seorang dokter IGD dan Kepala jaga. Dengan
demikian dapat dihitung bahwa seluruh tenaga pendukung yang tersedia di
Rumah Sakit adalah 24 + 18 + 18 + 2 = 62 orang.
BAB IV
KESELAMATAN DAN KEAMANAN
A. LATAR BELAKANG
B. PENGERTIAN
C. RUANG LINGKUP
Ruang lingkup dari pemantauan keselamatan kerja di Rumah Sakit mengacu pada
perundang-undangan dan peraturan yang berlaku, meliputi :
Merupakan air yang mempunyai kualitas minimal sebagaimana yang terlampir dalam
PERMENKES no. 416 tahun 1990.
16
b. Mengirimkan sampel air minum da air bersih ke laboratorium kesehatan ndaerah
dengan frekuensi pengiriman sebanyak 4 kali setahun dengan parameter
bekteriologi dan kimia dan merujuk pada keputusan Dirjen P2MPLP Nomor :
HK.00.06.6.44 tahun 1993 tentang persyaratan dan petunjuk teknis tata cara
penyehatan lingkungan rumah sakit dengan hasil yang segera dievaluasi dan
ditindaklanjuti.
2. Pengelolaan limbah
Pengelolaan terhadap semua air buangan dan tinja hasil kegiatan operasional Rumah
Sakit sehingga memenuhi persyaratan yang terdapat dalam PerMenKes RI No. 1204
tahun 2004 tentang penetapan dan baku mutu air sungai / badan air serta baku mutu
limbah cair.
Pengelolaan air limbah ini diolah dalam instalasi pengolahan air limbah dengan
sistem aerob dan anaerob bio filter system.
3. Pengelolaan sampah
Pengelolaan terhadap semua sampah baik sampah medis maupun sampah non medis
yang dihasilkan dalam kegiatan operasional RSI Madinah sehingga memenuhi
persyaratan yang tercantum dalam SK Dirjen P2MPLP NO. 281-II/PD.03.04.LP
tahun 1989 tentang persyaratan kesehatan pengelolaan sampah dan SK Dirjen
P2MPLP NO. HK.00.06.6.44 tahun 1993 tentang persyaratan dan petunjuk teknis
tata cara penyehatan lingkungan rumah sakit.
Untuk kategori sampah non medis dilakukan pengelolaan dengan cara dimasukkan
ke dalam kantong plastik berwarna hitam.
5. Sanitasi makanan
Upaya memantau faktor makanan, petugas, tempat dan perlengkapan yang mungkin
dapat menimbulkan penyakit terhadap pasien dan pegawai Rumah Sakit.
Kegiatan dilakukan di dapur dan pantry sebagai tempat pengolahan dan pengelolaan
makanan.
Pemantauan terhadap sanitasi makanan dilakukan dengan cara :
a. Pemantauan terhadap pelaksanaan 6 prinsip hygiene sanitasi makanan dengan
mengisi lembar kontrol yang tersedia setiap bulan.
b. Pemeriksaan Kesehatan khusus terhadap tenaga penjamah makanan minimal
sekali dalam setahun yang hasilnya segera dievaluasi dan ditindaklanjuti.
c. Pemeriksaan sampel makanan ke LABKESDA setiap 6 bulan sekali dengan hasil
segera dievaluasi dan ditindaklanjuti.
d. Pengukuran suhu dan kelembaban ruang dapur setiap 1 bulan sekali, segera
dievaluasi dan ditindaklanjuti.
7. Infeksi nosokomial
Kegiatan pemantauan Infeksi Nosokomial dilakukan dengan cara :
a. Pemeriksaan bakteriologis terhadap kualitas udara ruangan, usap peralatan medis,
usap linen,usap tangan dan dilakukan setiap 6 bulan sekali, yang kemudian
dievaluasi dan ditindaklanjuti.
b. Terhadap kepadatan serangga dan binatang pengganggu.
8. Desinfeksi
Pemantauan proses desinfeksi dilakukan dengan cara :
a. Usap peralatan medis/instrument setiap 3 bulan sekali ke LABKESDA yang
hasilnya dievaluasi dan ditindaklanjuti.
b. Uji mikro udara ruang setiap 6 bulan sekali ke LABKESDA yang hasilnya
ditindak lanjuti dan dievaluasi
Adalah upaya untuk melakukan penyehatan udara segar yang memadai untuk
menjamin kesehatan pemakai ruangan, diseluruh bagian gedung Rumah Sakit.
Pemantauan dilakukan dengan cara mengukur tingkat suhu dan kelembaban setiap
hari pada ruangan khusus dengan parameter yang telah ditentukan.
Adalah pusat jaringan pengendalian listrik sebagai sumber tenaga pembangkit untuk
melakukan kegiatan operasional rumah sakit.
Pemantauan instalasi listrik dilakukan dengan cara :
a. Memeriksa amper, tegangan dan tahanan pada panel induk setiap hari dengan
parameter sesuai dengan daya yang tersedia dari pihak PLN.
b. Pengujian terhadap instalasi listrik secara keseluruhan yang dilakukan oleh
petugas dengan frekuensi setiap 5 tahun sekali.
Tempat yang disediakan oleh Rumah Sakit sebagai tempat pembuangan dan atau
keperluan lain yang diperuntukkan bagi pasien, pengunjung dan karyawan.
Pemantauan terhadap fasilitas toilet dengan cara :
a. Pemeriksaan terhadap kebersihan fasilitas toilet dengan frekuensi sebanyak 3
kali dalam 24 jam.
b. Pemeriksaan terhadap fungsi peralatan bantu yang terdapat dalam fasilitas toilet
yang dilakukan setiap hari.
c. Pemeriksaan terhadap fungsi saluran pembuangan dalam fasilitas toilet setiap 3
bulan sekali.
15. Ketenagaan
Upaya manajemen menjamin bahwa semua karyawan yang bekerja di Rumah Sakit
aman terhadap ancaman tertularnya penyakit akibat paparan yang diperoleh selama
melaksanakan kegiatan dinas di rumah sakit sehingga karyawan merasa aman
bekerja dan tetap terjaga kesehatannya.
Pemantauan terhadap Kesehatan karyawan dilakukan dengan cara :
a. Pemeriksaan pra pekerjaan bagi calon pegawai yang melamar di Rumah Sakit ,
meliputi pemeriksaan fisik, rontgen, laboratorium rutin serta evaluasi psikologi.
b. Pemeriksaan kesehatan berkala bagi pegawai dengan frekuensi minimal 1 tahun
sekali,meliputi pemeriksaan fisik, dan laboratorium lengkap.
c. Pemeriksaan kesehatan khusus bagi karyawan yang bekerja pada tempat-tempat
khusus,karyawan berusia di atas 40 tahun, karyawan dengan penyakit-penyakit
tertentu yang dianggap beresiko tinggi oleh dokter, dengan frekuensi
pemeriksaan minimal 1 tahun sekali.
Adalah alat yang dipergunakan untuk pengaman bagi pegawai dalam melaksanakan
tugas dan tanggung jawabnya terhadap resiko terkontaminasi diri dari pasien, radiasi
penyinaran, bahan berbahaya dan beracun (B3), penggunaan peralatan, dll.
Merupakan sarana yang berkaitan dengan phisik gedung atau bangunan rumah sakit
dengan mengutamakan keamanan dan kenyamanan pasien, keluarga pasien, dan
pengunjung Rumah Sakit.
A. LATAR BELAKANG
Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3), adalah proses rangkaian kegiatan
yang mencakup penyimpanan, pengumpulan, pengangkutan, pemanfaatan, pengolahan
limbah B3 termasuk penimbunan hasil pengolahan tersebut. Proses pengolahan secara
fisika dan kimia bertujuan untuk mengurangi daya racun limbah b3 dan/atau
menghilangkan sifat/karakteristik limbah B3 dari berbahaya menjadi tidak berbahaya.
Proses pengolahan secara stabilisasi/solidifikasi bertujuan untuk mengubah watak fisik
dan kimiawi limbah B3 dengan cara penambahan senyawa pengikat B3 agar pergerakan
senyawa B3 ini terhambat atau terbatasi dan membentuk massa monolit dengan struktur
yang kekar. Sedangkan proses pengolahan secara insinerasi bertujuan untuk
menghancurkan senyawa B3 yang terkandung di dalamnya menjadi senyawa yang tidak
mengandung B3.
Pemilihan proses pengolahan limbah B3, teknologi dan penerapannya didasari atas
evaluasi kriteria yang menyangkut kinerja, keluwesan, kehadalan, keamanan,operasi
dari teknologi yang digunakan, dan pertimbangan lingkungan. Timbunan limbah B3
yang sudah tidak dapat diolah atau dimanfaatkan lagi harus ditimbun pada lokasi
penimbunan (landfill) yang memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan untuk
mengurangi dampak buruk terhadap lingkungan.
B. PENGERTIAN
C. RUANG LINGKUP :
23
b) Setiap Bagian dan setiap personel di rumah sakit harus melakukan secara benar
seluruh ketentuan penyimpanan, penggunaan, dan pembuangan bahan kimia
berbahaya dan beracun.
c) Setiap Bagian yang menyimpan bahan kimia berbahaya dan beracun dalam
jumlah besar dan jenis bahan kimia yang banyak, harus mempunyai ruang
penyimpanan khusus.
d) Semua bahan kimia berbahaya dan beracun harus diberikan label yang benar agar
tidak terjadi pencampuran bahan yang tidak sesuai.
e) Semua bahan kimia berbahaya dan beracun harus diperiksa kondisi fisik secara
teratur untuk mendeteksi kebocoran atau kerusakan wadah
f) Bahan kimia yang menjadi basah akibat kelembapan yang tinggi bisa dikeringkan
sebelum dipergunakan sesuai denga karakteristik dari bahan tersebut dengan
melihat MSDS.
g) Sampah yang berasal dari bahan kimia harus dibuang pada kontener yang telah
disiapkan khusus untuk bahan tersebut, tidak boleh dibuang pada tempat sampah
untuk bahan kimia lain.
h) Tidak diperkenankan mempergunakan lampu spiritus dalam ruang berisi bahan
kimia apabila tidak diinstruksikan.
i) Setiap wadah dari gelas harus diperiksa apakah ada keretakan atau tidak karena akan
menyebabkan cedera serius apabilaterjadi kebocoran bahan kimia.
j) Untuk menghindari terjadinya peledakan bahan kimia maka setiap bahan kimia
dengan konsentrasi yang tinggi harus disimpan dalam ruangan dengan suhu yang
lebih rendah dari titik nyala bahan kimia tersebut.
k) Setiap bahan kimia yang mudah meledak atau terbakar harus diidentifikasi titik
nyala dari bahan tersebut.
l) Setiap karyawan harus memperhatikan bahwa beberapa bahan-bahan padat kimia
berbahaya dan beracun tidak boleh terkena air, terkena pemanasan, terjadi
gesekan atau terkena cahaya/ sinar matahari karena akan mudah terbakar.
24
– Pemesanan Bahan Berbahaya dan Beracun menggunakan Nota Pemesanan
yang terpisah dengan bahan yang tidak termasuk Bahan Berbahaya dan
Beracun.
– Pemesanan harus disertai dengan motivasi/melampirkan data bahwa bahan
yang dipesan merupakan B3.
– Pemesanan dilakukan melalui Distributor resmi yang terdaftar pada Balai POM
atau Departemen Perindustrian dan Perdagangan.
– Setiap pemesanan harus mencantumkan dengan jelas nama bahan, nama
dagang, nama kimia, jumlah yang dipesan, nama dan alamat distributor.
– Setiap pemesanan harus mencantumkan pernyataan tertulis bahwa pihak
distributor akan melampirkan MSDS pada saat penyerahan B3.
– Tidak diperkenankan memesan B3 yang terlarang berdasarkan Peraturan
Pemerintah RI No. 74 tahun 2001 tentang Pengelolaan Bahan Berbahaya dan
Beracun.
b) Penyerahan Barang
(1) Pada saat penyerahan B3, faktur pembelian harus mncantumkan dengan jelas
nama bahan, nama dagang, nama kimia, jumlah bahan, nama distributor, dan
nama pengimpor/ produsen.
(2) Setiap B3 yang diserahkan harus disertai dengan Lembar Data Pengamanan
Bahan (Material Safety Data Sheet) yang berisi merk dagang, rumus kimia,
jenis B3, klasifikasi, teknik penyimpanan, dan tatacara penanganan bila
kecelakaan.
(3) Pada saat diserahkan, B3 harus memenuhi syarat sebagai berikut :
– Diserahkan dalam bentuk kemasan yang kompak
– Wadah kemasan tidak bocor
– Tidak berkarat
– Tidak Rusak
– Disertai dengan penandaan nama dagang, nama bahan, berat, yang
sesuai dengan yang tertera pada faktur pembelian.
(4) Setiap B3 yang diserahkan harus telah memiliki tanda peringatan sesuai
dengan jenis dan bahannya, simbol bahaya dan petunjuk P3K yang harus
mudah dilihat
1. Bahan Beracun
– Ruangan penyimpanan harus dingin dan berventilasi
– Jauhkan dari bahan lain yang dapat bereaksi
– Tersedia alat pelindung diri
2. Bahan Korosif
– Ruang penyimpanan harus dingin dan berventilasi
– Bahan disimpan dalam wadah tertutup dan berlabel
– Tersedia alat pelindung diri
5. Bahan Oksidator
– Ruangan penyimpanan harus dingin dan berventilasi
– Ruangan/bahan harus jauh dari sumber api/panas
– Hindari terjadinya loncatan api listrik atau bara rokok
– Penyimpanan harus terpisah dengan bahan mudah terbakar atau bahan
pereduksi
– Tersedia alat pemadam kebakaran
6. Bahan Reaktif
– Ruangan penyimpanan harus dingin dan berventilasi
– Ruangan/bahan harus jauh dari sumber api/panas
– Ruangan harus kedap air
– Tersedia alat pemadam kebakaran
– Tersedia alat pelindung diri
d) Sebelum menuang bahan kimia, pekerja harus membaca dengan teliti label bahan
kimia. Apabila label sudah tidak jelas atau tidak ada maka tidak diperkenankan
mengambil bahan kimia dari kontener.
e) Apabila menuang bahan kimia cair dari kontener yang besar ke dalam gelas ukur
yang kecil maka gelas ukur harus ditahan agar cairan tidak tumpah.
Setiap pekerja yang menangani bahan kimia berbahaya dan beracun harus
mempergunakan sarung tangan, gown, sepatu tertutup dan celana panjang, pekerja tidak
diperkenankan memakai celana pendek, baju lengan pendek dan sepatu yeng terbuka,
apabila bekerja dengan bahan kimia yang berbahaya dan beracun.
7. Pelabelan/symbol
Pelabelan bahan kimia berbahaya dan beracun mengacu pada kepada peraturan
menteri lingkungan hidup no 3 tahun 2008 tentang symbol dan label Bahan kimia
berbahaya dan beracun.
9. Pembuangan limbah
Limbah yang termasuk dalam kategori limbah B3 dalah :
a) Botol/Wadah bekas kemasan, bekas tumpahan, abu incinerator,bola lampu, abu
incinerator, obat kadaluarsa, batu baterai, dll.
b) Petugas yang menggunakan bahan kimia beracun dan berbahaya mengumpulkan
kedalam kantong plastik merah.
c) Petugas membawa ke TPS limbah B3 setiap hari 2x sehari.
d) Petugas TPS limbah B3 menimbang,mencatat pada neraca limbah, menyimpan dan
melaporkan kepada kepala sanitasi,serta memberi label pada wadah limabah sesuai
Permen LH No 3 Tahun 2008 Tentang symbol dan label B3.
e) Kepala sanitasi melaporkan hasil neraca limbah ke BPLHD setiap 3 bulan sekali.
f) Petugas TPS menghubungi pihak ketiga untuk mengangkut limbah setelah masa
simpan berakhir atau jika volume limbah sudah penuh.
g) Pihak ketiga menimbang limbah dan mencatat pada lembar manifest.
h) Petugas TPS B3 menandatanggani lembar manifest dan memastikan lembar
ketujuh manifest diterima.
i) Pihak ketiga membawa limbah ketempat pengolahan.
BAB VI
KEWASPADAAN BENCANA
A. LATAR BELAKANG
Bencana umumnya dapat terjadi dimana saja dan kapan saja yang datangnya tiba-tiba.
Rumah Sakit sebagai salah satu “Public Area” tidak mustahil menghadapi bahaya
ini.Sehubungan dengan hal tersebut di atas perlu disusun suatu acuan atau pedoman
bagi seluruh pegawai Rumah Sakit untuk menghadapi suatu bencana yang mungkin
akan terjadi di Rumah Sakit.
B. PENGERTIAN
Bencana adalah suatu peristiwa atau rangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam
atau manusia yang mengakibatkan korban dan penderitaan manusia, kerugian harta
benda, kerusakan lingkungan,kerusakan sarana, dan prasarana umum yang memerlukan
pertolongan dan bantuan secara khusus.
C. RUANG LINGKUP
1. Diperlukan tata laksana pencegahan dan penanggulangan bencana yang dapat
digunakan bagi seluruh pegawai Rumah Sakit dalam mengambil langkah-langkah
yang diperlukan guna mencegah dan menanggulangi bencana di Rumah Sakit, oleh
karena itu telah dibuat buku pedoman penanggulangan bencana yang dapat
dievaluasi untuk perbaikan sistem penanggulangan bencana.
2. Pembekalan Bagi Pegawai dalam menghadapi bencana Untuk pembekalan
pengetahuan, ketrampilan dan pengalaman pegawai dalam penanggulangan bencana
maka diadakan :
3. Pelatihan dan Simulasi Penanggulangan Bencana yang dilaksanakan sebanyak 1 x
setiap satu tahunnya.
4. Ditetapkan sistem komunikasi dalam penanggulangan bencana yaitu tata cara
penggunaan telepon, daftar nomor penting, dan kewenangan penggunaan telepon.
5. Tersedianya rambu-rambu khusus untuk jalur evakuasi pasien.
6. Sarana dan Prasarana rumah sakit mengikuti ketentuan perijinan perundang -
undangan yang berlaku.
BAB VII
KEBAKARAN
A. LATAR BELAKANG
B. PENGERTIAN
Kebakaran adalah suatu nyala api, baik kecil atau besar pada tempat yang tidak kita
hendaki, merugikan dan pada umumnya sukar dikendalikan.
C. RUANG LINGKUP
1. Pencegahan Kebakaran
Pengelolaan pencegahan kebakaran di Rumah Sakit yaitu dengan mengendalikan
sumber panas seperti Listrik, listrik statis, nyala api dan bahan mudah terbakar
seperti kertas, karpet, karet, dll.
A. LATAR BELAKANG
Pelayanan di bidang kesehatan RS. Islam Sultan Agung Semarang yang diberikan kepada
masyarakat salah satunya adalah alat kesehatan untuk mendukung tindakan medis dan
penentuan diagnostic yang masing-masing jenis penyakit berbeda-beda standar penggunaan
alat dan proses keluaran data hasil pemeriksaan serta tindakannya.
Keberhasilan suatu tindakan medis dalam menentukan diagnosa sangat dibutuhkan data
pendukung yang dihasilkan oleh alat kerja, alat periksa dan alat tindakan medis yang
baik, standart, dan akurat serta untuk menjaga terjadinya penyimpangan keluaran dari
alat kesehatan tersebut
B. PENGERTIAN
Manajemen alat kesehatan adalah suatu system tata kelola yang dilakukan terhadap
seluruh peralatan medis yang ada di rumah sakit untuk memberikan kepastian bahwa
alat medis yang ada terdeteksi dan terpelihara dengan baik
C. RUANG LINGKUP
Adapun ruang lingkup dari manajemen alat kesehatan adalah sebagai berikut:
1. Iventarisasi alat – alat kesehatan.
2. Status kalibarasi dari alat kesehatan.
3. Sertifikasi peralatan medik dan umum
D. TUJUAN
Tujuan dari manajemen alat kesehatan adalah untuk menjamin berfungsinya peralatan
medik sebagaimana mestinya sehingga tidak merugikan pengguna alat tersebut.
E. UJI KELAYAKAN
Pemantauan terhadap kelayakan alat kesehatan adalah dengan cara : Uji Kalibrasi yang
dilakukan oleh lembaga pemerintah yang telah ditentukan.
F. SISTEM RECALL
Sangat dimungkinkan sekali adanya recall terhadap alat kesehatan yang sedang/sudah
tidak dipakai. Sehingga sangat diperlukan adanya system penarikan. Berbagai jenis
alas an penarikan adalah sbb:
• Penarikan karena status kalibarasi
• Penarikan karena regulasi/larangan
• Penarikan karena rusak
• Penarikan oleh vendor
BAB VIII
PENDIDIKAN DAN LATIHAN
A. LATAR BELAKANG
B. PENGERTIAN
Diklat adalah suatu upaya menambah pengetahuan, ketrampilan dan pengalaman secara
sistimatik dari suatu pengetahuan, ketrampilan, dan pengalaman yang ingin didapatkan.
C. RUANG LINGKUP
A. LATAR BELAKANG
Evaluasi dan pelaporan merupakan suatu bagian yang tidak terpisahkan dari sebuah
kegiatan, baik yang bersifat rutin maupun yang tidak terjadwal.
Evaluasi bertujuan untuk menganalisa hasil kegiatan yang telah dilakukan sekaligus
memberikan penilaian apakah kegiatan yang dilakukan telah mencapai sasaran yang
diharapkan atau hasil kegiatan belum memenuhi harapan sehingga perlu dilakukan
tindak lanjut sehingga dicapai sasaran yang diharapkan.
B. PENGERTIAN
Evaluasi merupakan hasil pelaksanaan kegiatan dari rencana kegiatan - kegiatan atau
yang telah dibuat.
Pelaporan adalah kegiatan membuat analisa dan rekomendasi dari hasil pelaksanaan
kegiatan atau evaluasi.
C. RUANG LINGKUP
Kegiatannya meliputi :
1. Pengumpulan data dari pelaksanaan kegiatan dari unsur – unsur K3 rumah sakit.
2. Mengadakan pertemuan 6 (enam) bulanan guna membahas hasil pelaksanaan
kegiatan K3.
3. Melakukan analisa dan membuat rekomendasi
4. Membuat laporan hasil evaluasi untuk selanjutnya disampaikan kepada direktur
rumah sakit.
BAB X
PENUTUP
Dalam pembuatan buku pedoman ini disadari bahwa buku pedoman ini tidak sempurna
masih terdapat banyak kekurangan-kekurangan. Oleh kerena itu masukkan dan saran untuk
perbaikan peningkatan buku pedoman ini, merupakan sesuatu yang sangat berharga.Semoga
buku ini dapat menjadi pegangan bagi setiap orang yang melibatkan diri untuk
berkecimpung di bidang K3 RSI Madinah Semarang.
Ditetapkan Di : Ngunut
Pada Tanggal :
dr. FAUZIYAH
Direktur Utama
TEMBUSAN Yth :
1. Semua unit kerja RSI Madinah.
2. Tim K3 RSI Madinah
3. Arsip
38